dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan dakwah kapus melalui lembaga rohis mewadahi bagi mahasiswa agar belajar menjadi da'i sejak masa muda

1. URGENSI DAKWAH
KAMPUS
Mohamad Faisal Akbar
26 september 2016

2. “kalian adalah sebaik-baik umat
yang dilahirkan bagi manusia,
kalian menyuruh (berbuat)
kebaikan dan mencegah dari
kemunkaran dan kalian beriman
kepada Allah” (Al-Imran: 110)
ARE YOU BRAVE ENOUGH?

3. MENGAPA KAMPUS?
1. Homogen; Berpendidikan, Open
Minded, Logis
2. Fleksibel

4. MENGAPA MAHASISWA?
1. Belum banyak berkutat dengandunia, fokus mencari ilmu
2. Masa depan mahasiswarelatif panjang
3. Pemuda
4. Netral; selalu memberi tanpamemihak
5. Bargaining position yang cenderung tinggidi hadapan dunia

5. DAKWAH KAMPUS ADALAH BAGIAN INTEGRAL
DARI DAKWAH SECARA UMUM

6. 1. PERBAIKAN INDIVIDU
• Memahami keislaman secara baik
• Optimalisasi diri untuk menyiapkan diri
menjadi dai dimanapun berada dan kapanpun
waktunya
2. PERBAIKAN NEGARA
• Suplai almuni yang berafiliasi terhadap islam
• Transformasi masyarakat menjadi masyarakat
madani
• Penyedia unsur-unsur perbaikan negara

7. “Seluruh manusia merupakan seorang Intelektual
tetapi tidak semua intelektual menjalankan fungsi
sosialnya”. (Antonio Gramsci)
Dalam hal ini mahasiswa di era ini masih belum terdefinisi
sebagai kaum intelektual karena dalam sebuah
gerakannya masih belum membawa sebuah gagasan dan
mengkampanyekan perubahan kepada
kaum mustadh’afin. Oleh karena itu, gerakan mahasiswa
dituntut untuk mampu memosisiskan dirinya disetiap
zaman.

8. Jalan Hidup
Sang Pelempar Kerikil
Persoalan-persoalan besar di bidang politik dan kondisi insani
pada hakikatnya sukar dapat dipecahkan. Jawaban-jawaban
yang kita cari untuk dapat diberikan kepada masalah-masalah ini
tidak dapat mencegah masalah-masalah ini untuk berulang kali
muncul dalam bentuk yang berlainan.
Namun, kita tetap juga melemparkan batu-batu, kadang
beberapa pecahan batu-batu kecil dan ada pula yang
melemparkan batu-batu besar ke dalam arus yang mengalir
deras. Namun, besar atau kecil batu-batu ini akan lenyap
dan hampir tidak menimbulkan riak, apalagi mempengaruhi
arah atau kecepatan arus. Namun, kita sudah ditakdirkan
untuk terus menerus melemparkan batu atau pecahan-
pecahannya. Karena bukan demi sukses atau gagal yang
menjadi ukuran daripada makna kehidupan
(Soedjatmoko dalam Etika Pembebasan; Pilihan Karangan
tentang agama, Kebudayaan, Sejarah, dan Ilmu Pengetahuan)

9. Syukron