Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai langkah-langkah, sistem penyelamatan, peralatan, dan teknik yang digunakan dalam penyelamatan di ruang tertutup, termasuk waktu respon yang diperlukan, kategori ruang yang akan dimasuki, teknik turun dan mengangkat korban, serta peralatan seperti tali, jaring, tripod, dan winch.
Dokumen tersebut membahas tentang ruang terbatas dan prosedur kerja aman di dalamnya, termasuk definisi ruang terbatas, bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, peralatan keselamatan yang diperlukan, serta tata cara memasuki dan bekerja di dalam ruang terbatas secara aman."
Dokumen tersebut membahas peraturan perundang-undangan terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang migas, meliputi:
1. Undang-undang dan peraturan pemerintah tentang K3, lingkungan, dan ketenagakerjaan yang berlaku di sektor migas
2. Syarat-syarat dan kewajiban pengusaha/manajemen serta pekerja untuk menerapkan standar K3
3. Pengawasan dan penegakan aturan K3 oleh instansi
Dokumen tersebut membahas tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja. Dibahas sejarah penggunaan APD, definisi dan tujuannya, hukum yang mengatur APD, jenis resiko dan bahaya di tempat kerja, serta kesimpulan bahwa APD penting untuk mencegah kecelakaan di berbagai industri.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar pencapaian keselamatan kerja tanpa kecelakaan melalui pelaksanaan Kiken Yochi Training (KYT) atau Latihan Memprediksi Bahaya. KYT bertujuan untuk memprediksi bahaya sebelum terjadi kecelakaan dengan menganalisis kondisi kerja, merencanakan tindakan pencegahan, dan mempertahankan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja. Dokumen ini juga menjelask
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sesuai dengan peraturan pemerintah. Ia menjelaskan 5 prinsip dasar dalam penerapan SMK3 yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Dokumen ini juga menjelaskan
Dokumen tersebut merangkum upaya pengendalian risiko yang dilakukan PLN dalam kegiatan pergantian trafo listrik dengan menetapkan bahaya potensial, risiko, dan langkah mitigasi untuk mencapai tingkat risiko rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang ruang terbatas dan prosedur kerja aman di dalamnya, termasuk definisi ruang terbatas, bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, peralatan keselamatan yang diperlukan, serta tata cara memasuki dan bekerja di dalam ruang terbatas secara aman."
Dokumen tersebut membahas peraturan perundang-undangan terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang migas, meliputi:
1. Undang-undang dan peraturan pemerintah tentang K3, lingkungan, dan ketenagakerjaan yang berlaku di sektor migas
2. Syarat-syarat dan kewajiban pengusaha/manajemen serta pekerja untuk menerapkan standar K3
3. Pengawasan dan penegakan aturan K3 oleh instansi
Dokumen tersebut membahas tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja. Dibahas sejarah penggunaan APD, definisi dan tujuannya, hukum yang mengatur APD, jenis resiko dan bahaya di tempat kerja, serta kesimpulan bahwa APD penting untuk mencegah kecelakaan di berbagai industri.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar pencapaian keselamatan kerja tanpa kecelakaan melalui pelaksanaan Kiken Yochi Training (KYT) atau Latihan Memprediksi Bahaya. KYT bertujuan untuk memprediksi bahaya sebelum terjadi kecelakaan dengan menganalisis kondisi kerja, merencanakan tindakan pencegahan, dan mempertahankan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja. Dokumen ini juga menjelask
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sesuai dengan peraturan pemerintah. Ia menjelaskan 5 prinsip dasar dalam penerapan SMK3 yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Dokumen ini juga menjelaskan
Dokumen tersebut merangkum upaya pengendalian risiko yang dilakukan PLN dalam kegiatan pergantian trafo listrik dengan menetapkan bahaya potensial, risiko, dan langkah mitigasi untuk mencapai tingkat risiko rendah.
Modul ini membahas prosedur tanggap darurat untuk menangani berbagai keadaan darurat seperti kebakaran, tumpahan bahan kimia, atau kegagalan peralatan utama. Prosedur ini mencakup rencana, latihan, penanggulangan, dan pemindahan dalam menghadapi kondisi tidak diinginkan untuk meminimalkan kerugian.
Apa yang perlu diketahui tentang gempa
potensi bahaya gempa di indonesia
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum gempa
Hal-hal yang harus dilakukan saat gempa
Hal-hal yang harus dilakukan setelah gempa
Cara melindungi diri saat gempa
Harap download dalam bentuk ppt agar bisa disesuaikan fontnya dan animasinya bisa muncul. Harap sertakan copyright dan tidak menghapus sumber gambar. terima kasih.
Dokumen tersebut membahas pentingnya keselamatan dalam bekerja di ketinggian karena jatuh dari ketinggian merupakan penyebab kecelakaan kerja paling sering terjadi. Dokumen tersebut juga menjelaskan standar keselamatan dalam bekerja di ketinggian, hirarki pengendalian risiko, dan tipe-tipe platform serta cara meminimalkan risiko kecelakaan saat bekerja di ketinggian.
Uu Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 mengatur syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi untuk mencegah kecelakaan dan bahaya di tempat kerja, termasuk mewajibkan penggunaan alat pelindung diri dan taati petunjuk keselamatan. PT. Perdana Karya berkomitmen tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dengan melaksanakan program K3 yang meliputi kepemimpinan, evaluasi, prosedur,
K3 Ruang Terbatas atau Confine Space_1.pptAldesJuanda1
Dokumen tersebut membahas tentang dasar hukum dan regulasi keselamatan kerja di ruang terbatas serta bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di dalam ruang terbatas seperti kekurangan oksigen, bahan mudah terbakar, struktur ruang yang berbahaya, serta langkah-langkah pengendalian risiko seperti ventilasi, ijin masuk, dan tanggung jawab personil terkait.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dimana K3 digunakan untuk melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan, dan masyarakat dari bahaya kecelakaan kerja. Dokumen tersebut juga membandingkan perkembangan K3 di Indonesia dan beberapa negara lain serta perbedaan pengaturannya."
Dokumen tersebut membahas tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang mencakup pengertian, tujuan, aspek, dan faktor-faktor K3. Juga dibahas mengenai peranan K3, penerapan sistem manajemen K3 (SMK3), dan unsur-unsurnya seperti kebijakan dan komitmen, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta mekanisme auditnya.
Dokumen tersebut membahas tentang aturan dan pedoman pengoperasian pesawat angkat dan angkut seperti forklift secara umum dan khusus. Termasuk definisi, jenis, sumber bahaya, pencegahan kecelakaan, spesifikasi peralatan dan prosedur operasi.
Investigasi kecelakaan bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan dengan cara mengidentifikasi kegagalan manusia, peralatan, atau lingkungan, serta mencari tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan di masa depan. Metode investigasi meliputi merekam fakta kecelakaan secara detail, mewawancarai saksi, dan menganalisis penyebab langsung dan tidak langsung berdasarkan hasil penyelidikan. Hasil akhir
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko di suatu perusahaan untuk mengendalikan bahaya dari kegiatan operasional dan produksi. Dokumen tersebut menjelaskan definisi bahaya dan risiko, proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko, tanggung jawab bagian-bagian terkait, kategori besar bahaya, dan cara melakukan identifikasi dan penilaian risiko secara sistematis dan terukur.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai pengemudi defensif. Terdiri dari pendahuluan, enam kondisi mengemudi, teknik-teknik dasar mengemudi defensif seperti percepatan, rem, belokan, dan panduan untuk menghindari kecelakaan.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk definisi, tujuan, prinsip, jenis kecelakaan, penyebab, dan upaya pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
Modul ini membahas prosedur tanggap darurat untuk menangani berbagai keadaan darurat seperti kebakaran, tumpahan bahan kimia, atau kegagalan peralatan utama. Prosedur ini mencakup rencana, latihan, penanggulangan, dan pemindahan dalam menghadapi kondisi tidak diinginkan untuk meminimalkan kerugian.
Apa yang perlu diketahui tentang gempa
potensi bahaya gempa di indonesia
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum gempa
Hal-hal yang harus dilakukan saat gempa
Hal-hal yang harus dilakukan setelah gempa
Cara melindungi diri saat gempa
Harap download dalam bentuk ppt agar bisa disesuaikan fontnya dan animasinya bisa muncul. Harap sertakan copyright dan tidak menghapus sumber gambar. terima kasih.
Dokumen tersebut membahas pentingnya keselamatan dalam bekerja di ketinggian karena jatuh dari ketinggian merupakan penyebab kecelakaan kerja paling sering terjadi. Dokumen tersebut juga menjelaskan standar keselamatan dalam bekerja di ketinggian, hirarki pengendalian risiko, dan tipe-tipe platform serta cara meminimalkan risiko kecelakaan saat bekerja di ketinggian.
Uu Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 mengatur syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi untuk mencegah kecelakaan dan bahaya di tempat kerja, termasuk mewajibkan penggunaan alat pelindung diri dan taati petunjuk keselamatan. PT. Perdana Karya berkomitmen tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dengan melaksanakan program K3 yang meliputi kepemimpinan, evaluasi, prosedur,
K3 Ruang Terbatas atau Confine Space_1.pptAldesJuanda1
Dokumen tersebut membahas tentang dasar hukum dan regulasi keselamatan kerja di ruang terbatas serta bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di dalam ruang terbatas seperti kekurangan oksigen, bahan mudah terbakar, struktur ruang yang berbahaya, serta langkah-langkah pengendalian risiko seperti ventilasi, ijin masuk, dan tanggung jawab personil terkait.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dimana K3 digunakan untuk melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan, dan masyarakat dari bahaya kecelakaan kerja. Dokumen tersebut juga membandingkan perkembangan K3 di Indonesia dan beberapa negara lain serta perbedaan pengaturannya."
Dokumen tersebut membahas tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang mencakup pengertian, tujuan, aspek, dan faktor-faktor K3. Juga dibahas mengenai peranan K3, penerapan sistem manajemen K3 (SMK3), dan unsur-unsurnya seperti kebijakan dan komitmen, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta mekanisme auditnya.
Dokumen tersebut membahas tentang aturan dan pedoman pengoperasian pesawat angkat dan angkut seperti forklift secara umum dan khusus. Termasuk definisi, jenis, sumber bahaya, pencegahan kecelakaan, spesifikasi peralatan dan prosedur operasi.
Investigasi kecelakaan bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan dengan cara mengidentifikasi kegagalan manusia, peralatan, atau lingkungan, serta mencari tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan di masa depan. Metode investigasi meliputi merekam fakta kecelakaan secara detail, mewawancarai saksi, dan menganalisis penyebab langsung dan tidak langsung berdasarkan hasil penyelidikan. Hasil akhir
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko di suatu perusahaan untuk mengendalikan bahaya dari kegiatan operasional dan produksi. Dokumen tersebut menjelaskan definisi bahaya dan risiko, proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko, tanggung jawab bagian-bagian terkait, kategori besar bahaya, dan cara melakukan identifikasi dan penilaian risiko secara sistematis dan terukur.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai pengemudi defensif. Terdiri dari pendahuluan, enam kondisi mengemudi, teknik-teknik dasar mengemudi defensif seperti percepatan, rem, belokan, dan panduan untuk menghindari kecelakaan.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk definisi, tujuan, prinsip, jenis kecelakaan, penyebab, dan upaya pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
Ujian jangkauan melunjur dan lari 30m digunakan untuk mengukur kelenturan dan kelajuan individu. Ujian lari ulang alik 10m menguji ketangkasan seseorang dengan menilai kemampuan berlari sambil mengutip benda dan menukar arah.
Dokumen tersebut membahas sejarah dan teknik dasar panjat tebing, mulai dari definisi, sejarah perkembangan olahraga ini di Prancis dan Indonesia, teknik dasar seperti free climbing dan aid climbing, taktik dan peralatan kunci seperti tali, carabiner, harness, serta simpul dan sistem belay yang digunakan.
GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptxAepSyaefudin
Kebijakan HSSE Pertamina menyatakan komitmen perusahaan untuk melaksanakan operasi secara aman dan ramah lingkungan dengan menerapkan standar tinggi, termasuk Corporate Life Saving Rules yang mengatur pekerjaan berisiko tinggi."
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdfdpdkOm
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan kerja dalam pengangkatan beban dan penggunaan peralatan angkat. Secara khusus, dibahas tentang persyaratan operator dan petugas peralatan angkat, sertifikasi, perawatan peralatan rigging, dan peraturan terkait seperti Permen No. 09/2010."
UKBI adalah tes standar untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia seseorang dalam lima seksi yaitu mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara. UKBI diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk mengetahui tingkat penguasaan bahasa Indonesia seseorang baik warga Indonesia maupun asing.
Laporan ini merangkum data kompilasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Laporan ini membahas tentang latar belakang, ruang lingkup, metode pendekatan studi, kebijakan pembangunan daerah, rona fisik dan lingkungan, sosial budaya, ekonomi dan pola usaha, struktur tata ruang, administrasi pemerintahan daerah dan pembiayaan pembangunan di Kabupaten Tebo.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. Reaction Time (Saat Bereaksi)
Contact Time (Saat Dihubungi)
Response Time (Saat Menanggapi)
Assessment Time (Saat Penilaian Kondisi)
Preparation Time (Saat Persiapan)
Rescue Time (Saat Penyelamatan)
3. Reaction Time
Saat antara mulai masuknya permintaan
penyelamatan dan pengawas
keselamatan menyatakan pengakuan
bahwa di lokasi tersebut terdapat
masalah.
8. Rescue Time
Waktu yang dibutuhkan tim untuk
mencapai, mengobati, membungkus
korban, dan mengevakuasi korban dari
ruang terbatas.
9. Tindakan Penyelamatan Medis
CPR Darurat – Goal:
4 minutes
(OSHA Preamble)
Golden Hour
Pengiriman pasien
dalam waktu satu jam
dari saat terjadinya
cedera.
Contoh :
Jatuh dari tangga
Patah tulang
10. Target Waktu Dalam Merespon Penyelamatan
Rescue Response Time Goals
On-Site Team (Tim Standby di lokasi kerja)
Hampir mustahil tim rescue bereaksi dari
saat menanggapi panggilan hingga proses
penyelamatan dan mencapai korban dalam
waktu 4 menit berdasarkan standar OSHA.
Kecuali menggunakan Rescue-Siaga (tim
yang sudah disiapkan di tempat)
11.
12. Membuat Kriteria-Pengambilan Keputusan Dalam
Melakukan Respon Penyelamatan
Rescue Response Decision-Making Criteria
Rescue Siaga
Dibutuhkan tim yang dapat dihadirkan dan mampu
memasuki ruang tertutup sesegera mungkin dan
mencapai pasien dalam 2 sampai 4 menit
Rescue Tersedia
Dibutuhkan sebuah tim yang mampu merespon hingga
tiba di lokasi kejadian dalam waktu sekitar 10 menit
dan mencapai pasien sekitar 5 menit kemudian.
PrePlan
Terbaik menentukan pintu masuk yang akan dimasuki
tindakan penyelamatan
13. Rescue Response Categories
Ruang di mana akan dimasuki
diharuskan menggunakan peralatan
yang mampu memfasilitasi pernapasan
mendapat udara segar.
Ruang harus teridentifikasi dari bahaya
yang mengancam kondisi kesehatan
atau nyawa.
Ruang yang akan dimasuki diharapkan
memiliki jalan keluar dari kondisi sulit.
14. Menentukan Respon Penyelamatan
Determining Rescue Response
Pengawas harus menetapkan setiap
akses masuk.
Tiga pertanyaan yang harus diminta
Apakah bahaya atau potensi bahaya segera
membahayakan kehidupan atau kesehatan?
Apakah dibutuhkan udara untuk memasuki
ruang tertutup?
Apakah peserta telah keluar dari kesulitan
ruang tanpa dibantu?
Setiap "ya" – maka Rescue Siaga.
16. Standar dan Regulasi
NFPA
Konsensus standar - kepatuhan sukarela
ANSI
AS & standar internasional
Konsensus standar - kepatuhan sukarela
Wajib ketika direferensikan oleh OSHA dalam peraturan
ASTM
Saat menulis standar tentang search & rescue
Konsensus Standar - kepatuhan sukarela
OSHA
Tidak ada pada penyelamatan tali
17. Teknik Penyelamatan
Belay system
Digunakan untuk mengakses korban turun
dengan cara :
Descending/Rapelling
Lowering
Hoisting/Hauling/Lifting
Digunakan sebagai teknik mengangkat
korban
18. Belay system
Teknik
Descending/Rapelling
Adalah teknik menuruni tali dimana
penggunaan alat sebagai kontrol
beban & kecepatan penyelamatan
dikendalikan secara mandiri
dengan cara menambah atau
mengurangi gesekan tali pada
alat turun.
19. Belay system
Teknik Lowering
Teknik menuruni bidang
vertikal dengan
menggunakan tali sebagai
penahan jatuh dengan
penggunaan descendeur
device sebagai kontrol
beban & kecepatan
penyelamatan yang
dikendalikan oleh buddy.
20. Teknik Mengangkat Korban
Lifting/Hoisting/Hauling
Definisi
Teknik mengangkat korban dengan menggunakan
sistem pengangkatan yang membagi beban
korban menjadi lebih ringan sehingga proses
pengangkatan korban menjadi lebih ringan.
27. Bagaimana anda akan melakukan teknik turun atau
menaikkan beban/korban jika tidak terdapat ruang
untuk Tripod
Pada intinya, tali sebagai alat keselamatan utama :
1. Harus tetap bisa bergerak naik turun.
2. Tidak boleh terkena friksi yang dapat mengakibatkan abrasi.
Gunakan alat pelindung tali keselamatan untuk mencegah abrasi
tali saat akan digunakan untuk pembebanan.
Jika tali tidak bergerak, dapat menggunakan protector biasa.
Tapi jika tali bergerak harus menggunakan pelindung tali
bergerak yaitu role module.
ROLL MODULE
Pelindung artikulatif dengan roller
Untuk panduan tali bergerak dan melindunginya dari abrasi
Panduan rol tali bergerak vertikal dan horizontal dengan
minimal gesekan
Setiap modul dapat diposisikan secara independen untuk
beradaptasi dengan medan
Berat: 1330 g
load
roller
effort
37. Connectors-Carabiners
Used for
Attach equipment together
in rescue systems
Vary in construction,
shape, material and size
Most common in C.S.
Large
Locking
38. Tali/Ropes
Digunakan sebagai alat utama dalam
teknis penyelamatan.
Bervariasi dalam konstruksi, bahan
dan ukuran
Paling umum :
½ inci, kekuatan 9000 lbs.
Statis kernmantle (peregangan rendah)
Dynamic kernmantle (peregangan tinggi)
39. Webbing
Digunakan untuk :
Mengikat patok tambat.
Mengikat korban pada
tandu
Mengikat harness pribadi
Bervariasi dalam
konstruksi, bahan dan
ukuran.
Paling umum :
1 inci, tenun spiral,
tubular, nilon
Kekuatan 4500 lbs.
40. Prusik Loop
Digunakan untuk :
Membuat simpul yang
memberikan friksi pada
sekitar tali penyelamatan.
Ratchets
Point tambatan
Standar minimal.
8 mm, nilon
42. Tripod
Used for
Access to vertical entry
Most common in C.S.
9-foot height or greater
43. Winch
Used for
Assist with tripods
Most common in C.S.
Retractable designated for
non-entry rescue
Certified as a primary
lowering device
44. Full Body Splint / Sked Stretcher
Used for
Confined Space Rescue
Protection for victim
Most common in C.S.
Together supply most
support
45. Knots
Knot efficiency
Knots rated for strength by the percentage
of rope strength that remain when a knot is
tied in the rope.
Knots should always be tied off.
46. Knot – Figure Eight
Used to tie other knots
Used as a stopper knot
(Step 1) (Step 2) (Step 3)
47. Knot - Figure Eight on a Bight
Used to make a loop in
a rope
Knot efficiency = 80%
60. Backed Up Anchor
Anchor with another
anchor of equal strength
Load increases as the
interior angle increases
61. Load Distributing
Anchors (Self Equalizing)
Allows the load to be
distributed to each anchor
point by permitting the point of
attachment to shift within the
anchor
Solves the problem caused by
a load shift
Problem:
One anchor point fails, the shift
to the remaining anchor points
will cause a drop in the system
Solution:
Keep the anchor legs as short
as possible
62. Rescue Systems
Starts with an anchor
Next, hardware and rope to complete
the system
Be prepared to modify the system during
the rescue
63. Rescue Systems –
Simple Pulley Systems
All moving pulleys
moving at the same
speed as the load