Dokumen ini membahas cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia antara tahun 2013-2018. Cakupan KF3 tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 87,36% sedangkan terendah pada tahun 2016 yaitu 84,41%. Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi dimana sebagian besar kematian ibu terjadi setelah melahirkan.
1. CAKUPAN KUNJUNGAN
NIFAS (KF3) DI INDONESIA
TAHUN 2013-2018
MUCHAMAD SIDIQ RAMADAN
C1AA16058
4B S1 KEPERAWATAN (KELOMPOK 4)
2. Pendahuluan
Nifas dari segi bahasa berasal dari kata “na fi sa” yang bermaksud melahirkan, Nifas
adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah
melahirkan. Darah nifas merupakan darah yang tertahan dan tidak bisa keluar dari rahim
selama hamil. Ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang
keluar sebelum melahirkan, disertai tanda-tanda kelahiran yang disebut juga sebagai darah
nifas. Dalam hal ini, para fuqaha membatasi dua atau tiga hari sebelum
melahirkan. Menurut Imam Asy-Syafi'I, darah nifas adalah darah yang keluar dari
rahimnya wanita yang sebelumnya mengalami kehamilan, meskipun darah yang keluar
hanya berwujud segumpal darah.
Periode nifas merupakan salah satu periode kritis dalam proses kehidupan seorang
perempuan maupun bayi dan merupakan masa sulit, diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 25 jam
pertama .Bagi pasangan dengan anak pertama, akan menjadi pengalaman baru, baik bagi
istri maupun suami, sehingga yang dirasakan adalah kebingungan, khususnya istri yang
akan merasakan perasaan cemas, takut, dan bahagia
3. Tabel dan Grafik
TAHUN CAKUPAN KF3
2013 86,64
2014 86,41
2015 87,06
2016 84,41
2017 87,36
2018 85,92 0
500
1000
1500
2000
2500
1 2 3 4 5 6
Chart Title
TAHUN CAKUPAN KF3
4. Analisa Data
Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa cakupan KF3 tertinggi ada pada tahun
2017 yaitu sebanyak 87,36 dan Cakupan KF3 terendah pada tahun 2016 yaitu sebanyak
84,41
5. KESIMPULAN
Faktor yang hampir selalu menyebabkan depresi pasca melahirkan yaitu kurangnya
dukungan sosial, Namun masa transisi ini sering dianggap sementara atau tidak penting
sehingga perawatan postpartum menjadi aspek yang diabaikan dari perawatan kesehatan
wanita.
Tidak ada kejadian hidup yang memiliki efek luar biasa terhadap kondisi fisik, fungsional
dan emosional seperti masa postpartum