Model ADDIE terdiri dari 5 perkara utama yaitu analisis, reka bentuk, pembangunan, pelaksanaan, dan penilaian untuk merancang bahan pengajaran dan pembelajaran yang lebih efektif dan cekap. Model ini bertujuan menganalisis keperluan pembelajaran, mereka bentuk objektif dan strategi pengajaran, membangunkan kandungan dan bahan, melaksanakan sesi pembelajaran, serta menilai keberkesanan program.
Teori-teori pembelajaran meliputi teori behavioristik, kognitivisme, humanistik, dan konstruktivisme. Masing-masing teori memberikan panduan untuk proses belajar mengajar dengan cara yang berbeda. Teori behavioristik fokus pada penguatan perilaku, teori kognitivisme pada proses berpikir, teori humanistik pada pembangunan diri, dan teori konstruktivisme pada konstruksi pengetahuan secara mandiri. Aplikasi keemp
Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett Rogers membahas bagaimana sebuah inovasi baru tersebar dalam masyarakat melalui proses komunikasi melalui saluran-saluran tertentu. Teori ini menjelaskan proses adopsi inovasi oleh individu maupun kelompok sosial berdasarkan karakteristik inovasi tersebut dan kategori pengadopsinya. Proses pengambilan keputusan pengadopsian meliputi tahap pengetahuan, persuasi
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat pendidikan. Secara garis besar, dokumen tersebut menjelaskan bahwa filsafat pendidikan berusaha memahami pendidikan secara keseluruhan, menafsirkannya, dan memberikan konsep-konsep umum yang dapat membimbing dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan. Filsafat pendidikan juga berperan sebagai sumber pendorong adanya pendidikan dan menjadi pedoman utama dalam penyelenggara
Pendekatan analitik adalah metode menyelesaikan masalah dengan memulai dari informasi yang tidak diketahui, lalu menganalisis hubungan antara informasi yang diketahui dan tidak diketahui untuk mencapai kesimpulan. Metode ini menekankan langkah logis dan alasan untuk setiap tahapan. Contohnya, menentukan volume balok dengan menganalisis luas permukaan, lebar, dan tinggi yang diketahui terlebih dahulu se
Teori kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat, dan menerapkan pengetahuan. Teori ini didukung oleh Piaget, Bruner, dan Ausubel. Piaget berfokus pada asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Bruner berpendapat bahwa belajar terjadi secara induktif dari konsep sederhana ke rumit. Sedangkan Ausubel berpendapat bahwa belajar bermak
Model ADDIE terdiri dari 5 perkara utama yaitu analisis, reka bentuk, pembangunan, pelaksanaan, dan penilaian untuk merancang bahan pengajaran dan pembelajaran yang lebih efektif dan cekap. Model ini bertujuan menganalisis keperluan pembelajaran, mereka bentuk objektif dan strategi pengajaran, membangunkan kandungan dan bahan, melaksanakan sesi pembelajaran, serta menilai keberkesanan program.
Teori-teori pembelajaran meliputi teori behavioristik, kognitivisme, humanistik, dan konstruktivisme. Masing-masing teori memberikan panduan untuk proses belajar mengajar dengan cara yang berbeda. Teori behavioristik fokus pada penguatan perilaku, teori kognitivisme pada proses berpikir, teori humanistik pada pembangunan diri, dan teori konstruktivisme pada konstruksi pengetahuan secara mandiri. Aplikasi keemp
Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett Rogers membahas bagaimana sebuah inovasi baru tersebar dalam masyarakat melalui proses komunikasi melalui saluran-saluran tertentu. Teori ini menjelaskan proses adopsi inovasi oleh individu maupun kelompok sosial berdasarkan karakteristik inovasi tersebut dan kategori pengadopsinya. Proses pengambilan keputusan pengadopsian meliputi tahap pengetahuan, persuasi
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat pendidikan. Secara garis besar, dokumen tersebut menjelaskan bahwa filsafat pendidikan berusaha memahami pendidikan secara keseluruhan, menafsirkannya, dan memberikan konsep-konsep umum yang dapat membimbing dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan. Filsafat pendidikan juga berperan sebagai sumber pendorong adanya pendidikan dan menjadi pedoman utama dalam penyelenggara
Pendekatan analitik adalah metode menyelesaikan masalah dengan memulai dari informasi yang tidak diketahui, lalu menganalisis hubungan antara informasi yang diketahui dan tidak diketahui untuk mencapai kesimpulan. Metode ini menekankan langkah logis dan alasan untuk setiap tahapan. Contohnya, menentukan volume balok dengan menganalisis luas permukaan, lebar, dan tinggi yang diketahui terlebih dahulu se
Teori kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat, dan menerapkan pengetahuan. Teori ini didukung oleh Piaget, Bruner, dan Ausubel. Piaget berfokus pada asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Bruner berpendapat bahwa belajar terjadi secara induktif dari konsep sederhana ke rumit. Sedangkan Ausubel berpendapat bahwa belajar bermak
1. Microteaching adalah latihan mengajar nyata yang diperkecil ruang lingkupnya untuk melatih keterampilan mengajar calon guru.
2. Tujuannya adalah melatih keterampilan dasar mengajar seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, memberi penguatan, dan mengelola kelas.
3. Mahasiswa calon guru melakukan praktik mengajar secara perorangan atau berkelompok dengan siswa 5-10
Ringkasan dokumen tersebut adalah administrasi merupakan proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dan mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Administrasi dapat diartikan secara luas maupun sempit, dengan arti luasnya meliputi pengambilan keputusan.
Model-model pengajaran terdiri daripada empat model utama iaitu model pemprosesan maklumat, model behavioral, model sosial, dan model personal. Setiap model mempunyai pendekatan dan strategi pengajaran yang berbeza bergantung kepada teori pembelajaran.
Definisi teknologi pendidikan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Definisi tahun 2008 mencakup teori dan praktek ilmiah dalam memfasilitasi belajar dan meningkatkan prestasi dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat. Komponen-komponennya meliputi teori, praktek ilmiah, memfasilitasi belajar, meningkatkan prestasi, dan pengelolaan proses s
Model Hunter dan Gagne menyarankan beberapa langkah penting dalam merancang dan melaksanakan pengajaran yang efektif, termasuk menetapkan tujuan pembelajaran, memberikan masukan pengajaran, memberikan kesempatan untuk latihan terbimbing dan bertempoh, serta menilai pemahaman siswa. Kedua model ini membantu guru merancang pelajaran yang terstruktur dan berfokus pada pencapaian hasil pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok 2 yang terdiri dari 6 anggota dan teori-teori pembelajaran kognitif seperti teori Piaget, Bruner, dan Ausubel. Teori-teori tersebut menegaskan bahwa proses kognitif dan tingkat perkembangan intelektual siswa mempengaruhi pembelajaran, serta pentingnya penemuan sendiri dan kebermaknaan bahan ajar bagi keberhasilan belajar siswa.
Teknologi pendidikan didefinisikan sebagai proses kompleks yang melibatkan orang, prosedur, ide, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah pembelajaran dan merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahannya. Definisi ini mencakup tiga perspektif yaitu sebagai konstruk teoritis, bidang aplikasi, dan profesi. Unsur-unsur teknologi pendidikan meliputi pesan, orang, bahan,
Dokumen tersebut membahas tentang sekolah sebagai sistem sosial yang terdiri dari interaksi antara individu dengan peran dan karakteristik masing-masing dalam suatu organisasi sekolah. Sekolah dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan tahap perkembangan siswa melalui kurikulum yang disusun. Sistem sosial sekolah juga dipengaruhi oleh interaksi antara komponen nomotetik yang meng
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan (merekod mengurus dan menganalisis ...Suhaili Hanafi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas proses analisis data kualitatif dalam penelitian pendidikan, meliputi definisi analisis data kualitatif, pendekatan dan metode analisis data seperti penyaringan data, pengekodan, tema, dan penggunaan perangkat lunak kualitatif seperti NVivo untuk mengorganisasi dan menganalisis data.
Dokumen tersebut membahas tentang peran guru sebagai agen pembelajaran yang profesional. Guru diharapkan dapat mempersiapkan, melaksanakan, menilai, dan merefleksi proses pembelajaran secara baik. Guru juga berperan sebagai fasilitator, motivator, inspirator, dan inovator dalam transformasi pembelajaran siswa.
Buku ini membahas langkah-langkah melakukan penelitian kuantitatif di bidang pendidikan dan pembelajaran, mulai dari menemukan permasalahan, merumuskan judul, sampai penulisan laporan hasil penelitian. Buku ini diharapkan dapat membantu para peneliti dalam melakukan penelitian secara sistematis dan ilmiah.
1. Microteaching adalah latihan mengajar nyata yang diperkecil ruang lingkupnya untuk melatih keterampilan mengajar calon guru.
2. Tujuannya adalah melatih keterampilan dasar mengajar seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, memberi penguatan, dan mengelola kelas.
3. Mahasiswa calon guru melakukan praktik mengajar secara perorangan atau berkelompok dengan siswa 5-10
Ringkasan dokumen tersebut adalah administrasi merupakan proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dan mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Administrasi dapat diartikan secara luas maupun sempit, dengan arti luasnya meliputi pengambilan keputusan.
Model-model pengajaran terdiri daripada empat model utama iaitu model pemprosesan maklumat, model behavioral, model sosial, dan model personal. Setiap model mempunyai pendekatan dan strategi pengajaran yang berbeza bergantung kepada teori pembelajaran.
Definisi teknologi pendidikan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Definisi tahun 2008 mencakup teori dan praktek ilmiah dalam memfasilitasi belajar dan meningkatkan prestasi dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat. Komponen-komponennya meliputi teori, praktek ilmiah, memfasilitasi belajar, meningkatkan prestasi, dan pengelolaan proses s
Model Hunter dan Gagne menyarankan beberapa langkah penting dalam merancang dan melaksanakan pengajaran yang efektif, termasuk menetapkan tujuan pembelajaran, memberikan masukan pengajaran, memberikan kesempatan untuk latihan terbimbing dan bertempoh, serta menilai pemahaman siswa. Kedua model ini membantu guru merancang pelajaran yang terstruktur dan berfokus pada pencapaian hasil pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok 2 yang terdiri dari 6 anggota dan teori-teori pembelajaran kognitif seperti teori Piaget, Bruner, dan Ausubel. Teori-teori tersebut menegaskan bahwa proses kognitif dan tingkat perkembangan intelektual siswa mempengaruhi pembelajaran, serta pentingnya penemuan sendiri dan kebermaknaan bahan ajar bagi keberhasilan belajar siswa.
Teknologi pendidikan didefinisikan sebagai proses kompleks yang melibatkan orang, prosedur, ide, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah pembelajaran dan merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahannya. Definisi ini mencakup tiga perspektif yaitu sebagai konstruk teoritis, bidang aplikasi, dan profesi. Unsur-unsur teknologi pendidikan meliputi pesan, orang, bahan,
Dokumen tersebut membahas tentang sekolah sebagai sistem sosial yang terdiri dari interaksi antara individu dengan peran dan karakteristik masing-masing dalam suatu organisasi sekolah. Sekolah dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan tahap perkembangan siswa melalui kurikulum yang disusun. Sistem sosial sekolah juga dipengaruhi oleh interaksi antara komponen nomotetik yang meng
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan (merekod mengurus dan menganalisis ...Suhaili Hanafi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas proses analisis data kualitatif dalam penelitian pendidikan, meliputi definisi analisis data kualitatif, pendekatan dan metode analisis data seperti penyaringan data, pengekodan, tema, dan penggunaan perangkat lunak kualitatif seperti NVivo untuk mengorganisasi dan menganalisis data.
Dokumen tersebut membahas tentang peran guru sebagai agen pembelajaran yang profesional. Guru diharapkan dapat mempersiapkan, melaksanakan, menilai, dan merefleksi proses pembelajaran secara baik. Guru juga berperan sebagai fasilitator, motivator, inspirator, dan inovator dalam transformasi pembelajaran siswa.
Buku ini membahas langkah-langkah melakukan penelitian kuantitatif di bidang pendidikan dan pembelajaran, mulai dari menemukan permasalahan, merumuskan judul, sampai penulisan laporan hasil penelitian. Buku ini diharapkan dapat membantu para peneliti dalam melakukan penelitian secara sistematis dan ilmiah.
Dokumen tersebut merupakan panduan pelaksanaan program NGABASO yang bertujuan untuk mewujudkan Jawa Barat menjadi Provinsi Layak Anak dengan memenuhi indikator Rute Aman Selamat Sekolah dan Sekolah Ramah Anak. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan anak saat berlalu lintas, mendukung implementasi sistem zonasi sekolah, serta meningkatkan perlindungan anak selama per
Buku ini membahas tentang revitalisasi corporate university dengan memberikan panduan lengkap mulai dari transformasi, metode pembelajaran digital, solusi pembelajaran, strategi membangun organisasi pembelajar, merencanakan strategi dan struktur tata kelola, merancang learning value chain hingga sistem manajemen pengembangan SDM yang terintegrasi. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan dalam merevitalisasi corporate university agar lebih efektif mendukung pertumbu
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdfJenniferFBait
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta membahas tentang hak cipta yang terdiri dari hak moral dan ekonomi, pembatasan pelindungan hak cipta untuk kepentingan informasi, ilmu pengetahuan, dan pendidikan, serta sanksi pelanggaran hak cipta.
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713Rudi Jastawan
"Buku Siswa Jilid 1 ini digunakan sebagai buku sumber belajar pada Semester 1
Kelas X SMK. Buku ini akan berlanjut dengan Buku Siswa Jilid 2 sebagai buku
sumber belajar pada Semester 2, yang keduanya menjadi satu kesatuan utuh."
Untuk mengunduh "Buku siswa simdig semester 2" kunjungi seamarket.seamolec.org
1. Makalah ini membahas tentang pembuatan alat peraga penggaris satuan panjang dan luas untuk mempermudah pembelajaran di sekolah dasar.
2. Alat peraga ini dibuat dari kain dengan menuliskan berbagai satuan panjang dan luas beserta angka-angkanya untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep satuan.
3. Penggaris satuan ini diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep satuan yang bersifat abstrak secar
Buku Ini sebagai pedoman pembelajaran Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan.
Dapat dipakai oleh Mahasiswa yang sedang menempuh PPL maupun guru sekolah
Semoga buku yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua guna membangun pendidikan yang lebih baik
Terima kasih
(jika ada kritik maupun saran, dapat menghubungi saya langsung via email)
Dokumen tersebut merupakan panduan pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan pendanaan internal Universitas Halu Oleo tahun 2019. Panduan ini memuat penjelasan mengenai program-program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Halu Oleo beserta tata cara pengajuan proposal, seleksi, pelaksanaan, dan pelaporan kegi
[Ringkasan]
Manajemen keuangan internasional adalah investigasi dan metodologi keuangan yang mempertimbangkan perbedaan dan kompleksitas yang terjadi karena aktivitas bisnis lintas batas negara. Hal ini berkaitan dengan keputusan investasi dan pendanaan perusahaan multinasional yang mengoperasikan bisnisnya di berbagai negara, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti nilai tukar, suku bunga, biaya produksi, dan regulasi yang berbeda di setiap negara. Man
Buku ini membahas tentang inovasi pendidikan di Indonesia, termasuk perubahan yang terjadi dalam pendidikan nasional saat ini dan pentingnya melakukan pembenahan. Juga dibahas konsep dasar inovasi, hakikat inovasi pendidikan, implementasi manajemen berbasis sekolah, kurikulum tingkat satuan pendidikan, standarisasi pendidikan, sertifikasi guru, dan pendidikan karakter.
Dokumen ini mengatur standar kompetensi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMA dan MA. Mencakup pengertian, fungsi, ruang lingkup, dan standar kompetensi lintas kurikulum untuk mata pelajaran ini."
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
3. UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
4. SUPERVISI PENDIDIKAN
Bismar Sibuea
Heru Christianto
Dewi Lestarani
Siti Zulaichoh
Arisatul Muwafiqoh
Khoirul
Dorthea Maria Woga Nay
Sumarsih
Wiwin Nur Aeni
Endi Rochaendi
Juvrianto Chrissunday Jakob
Penerbit
CV. MEDIA SAINS INDONESIA
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
5. SUPERVISI PENDIDIKAN
Bismar Sibuea
Heru Christianto
Dewi Lestarani
Siti Zulaichoh
Arisatul Muwafiqoh
Khoirul
Dorthea Maria Woga Nay
Sumarsih
Wiwin Nur Aeni
Endi Rochaendi
Juvrianto Chrissunday Jakob
Editor :
Toman Sony Tambunan
Tata Letak :
Linda Setia Kasih Zendrato
Desain Cover :
Nathanael
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
iv, 191
ISBN :
978-623-195-134-2
Terbit Pada :
Maret 2023
Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,
memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.
PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA
(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
6. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga buku
kolaborasi ini dalam bentuk Bunga Rampai dapat diselesaikan
penulisannya dengan baik, dipublikasikan, dan dapat sampai di
hadapan pembaca. Bunga Rampai ini disusun oleh sejumlah
Dosen, dan praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-
masing.
Buku ini diharapkan dapat hadir memberi kontribusi positif
dalam penyebaran ilmu pengetahuan, khususnya terkait
dengan berbagai teori dalam konsep supervisi di bidang
pendidikan. Buku ini memberikan nuansa berbeda yang saling
menyempurnakan dari setiap pembahasannya, bukan hanya
dari segi konsep yang tertuang secara terperinci, tetapi juga
melalui penyampaian contoh penerapan yang sesuai dan
mudah dipahami.
Sistematika buku ”Supervisi Pendidikan” ini mengacu pada
pendekatan konsep teoritis dan contoh penerapan. Buku ini
terdiri atas 11 Bab yang dibahas secara rinci dalam
pembahasan mengenai konsep dasar supervisi dalan bidang
pendidikan, diantaranya: Pengantar Supervisi Pendidikan, Teori
Supervisi Pendidikan, Teknik dan Pendekatan Supervisi
Pendidikan, Model dan Metode Supervisi Pendidikan, Prinsip
Supervisi Pendidikan, Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan,
Program Supervisi Pendidikan, Konsep Evaluasi Program
Supervisi Pendidikan, Supervisi Klinis, Kompetensi Kepala
Sekolah dan Pengawas Sekolah, Efektivitas Peran Supervisor
dalam Supervisi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan lebih lanjut. Akhirnya kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
proses penyusunan dan penerbitan buku ini, secara khusus
kepada Penerbit Media Sains Indonesia sebagai inisiator buku
Bunga Rampai ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Februari 2023
Editor
7. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................ii
1 PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN...................1
Pendahuluan ..........................................................1
Tujuan Supervisi ....................................................4
Jenis–jenis Supervisi Pendidikan ............................6
Fungsi Supervisi .....................................................7
Prinsip–prinsip Supervisi ......................................11
2 TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN...........................15
Pengertian Supervisi Pendidikan...........................15
Supervisi Akademik ..............................................18
Supervisi Manajerial .............................................24
Supervisi Administrasi..........................................25
Supervisi Lembaga................................................27
3 TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI
PENDIDIKAN ........................................................31
Teknik Supervisi Pendidikan.................................32
Pendekatan Supervisi ...........................................41
4 MODEL DAN METODE SUPERVISI
PENDIDIKAN ........................................................47
Model Supervisi Pendidikan..................................48
Metode Supervisi Pendidikan ................................51
5 PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN ........................67
Makna Prinsip ......................................................67
Prinsip-prinsip Supervisi ......................................69
6 RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN..........83
8. iii
Ruang Lingkup Supervisi dalam Pendidikan.........83
Langkah-langkah Supervisi dalam
Ruang Lingkup Pendidikan...................................87
Aspek-aspek Ruang Lingkup
Supervisi Pendidikan ............................................88
Kapabilitas Supervisor dalam
Lingkup Pendidikan..............................................91
Efektivitas Supervisi dalang
Lingkup Pendidikan..............................................93
7 PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN ....................99
Pendahuluan ........................................................99
Pengertian Program Supervisi Pendidikan...........100
Fungsi dan Tujuan Program
Supervisi Pendidikan ..........................................101
Isi Program Supervisi Pendidikan .......................103
Jenis dan Prioritas Program................................106
Prinsip Program Supervisi...................................107
Tahapan Penyusunan Program ...........................108
Penilaian Program Supervisi ...............................110
8 KONSEP EVALUASI PROGRAM SUPERVISI
PENDIDIKAN ......................................................115
Pendahuluan ......................................................115
Pengertian Evaluasi Program ..............................115
Perbedaan Monitoring dan Evaluasi Program......118
Model-model Evaluasi Program...........................119
Evaluasi Program Supervisi Pendidikan..............123
Tujuan Evaluasi Supervisi ..................................127
Langkah–langkah Evaluasi Program Supervisi....129
9. iv
9 SUPERVISI KLINIS..............................................133
Definisi ...............................................................133
Ciri–Ciri ..............................................................134
Tujuan................................................................135
Langkah–langkah Supervisi Klinik......................137
Kompetensi Supervisor .......................................142
Supervisi Klnik Melalui Peer Coaching ................145
10 KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN
KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH .................151
Pendahuluan ......................................................151
Kompetensi Kepala Sekolah
dan Pengawas Sekolah........................................157
Kesimpulan.........................................................169
11 EFEKTIVITAS PERAN SUPERVISOR
DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN .......................175
Pendahuluan ......................................................175
Supervisor dalam Dunia Pendidikan...................176
Peran Supervisor: Apakah Penting? ....................179
Supervisor dan Supervisi Pendidikan..................182
10. 1
1
PENGANTAR SUPERVISI
PENDIDIKAN
Bismar Sibuea, M.Pd
Universitas Simalungun
Pendahuluan
Lembaga Pendidikan yang dihuni oleh orang –orang yang
berpendidikan secara explisit terlihat sebagai suatu
lembaga yang idealnya akan lebih menjamin kepatuhan
terhadap regulasi dalam menjalankan setiap kegiatan
yang ada dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
secara keseluruhan. Untuk menjaga keilmiahan setiap
kgiataan bahkan telah disusun sedemikian rupa dengan
mendetail. Khususnya dalam ruang lingkup sekolah
ataupun kampus selaku ujung tombak pelaksanaan
pendidikan itu sendiri telah diatur pelaksanaanya pun
rangkaian kegiatan pembelajaran dalam konsep
kurikulum. Dalam skema yang lebih kecil, lebih terperinci
lagi setiap proses pembelajara didalam kelas pun tidak
terlepas dari perencanaan yang matang yang disusun
dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ataupun
SAP (Satuan Acara Pembelajaran). Dalam ilmu
Manajemen, keberhasialan suatu program atau kegiatan
tidak serta merta bergantung pada detail atau baiknya
suatiu rencana, keteraturan sebuah rencana maupun
pelaksanaanya tidak akan berjalan dengan mulus tanpa
adanya pengawasan. Selaras dengan itu, pun dalam dunia
pendidikan khususnya dalam ruang lingkup sekolah
maupun lembaga pendidikan lainnya, setiap program
maupun kegiatan tidak cukup hanya dengan rencana dan
11. 2
pelaksanaan yang didesign secara apik. Namum sangat
dibutuhkan pengawasan yang sustainable.
Pengawasan atau pun supervise jika diartikan dalam
deenisi yang sempit bisa diartikan sebagai sebuah
inspeksi, audit, yang terkesan dilaksanakan untuk
mengawaasi dan menemukan kesalahan – kesalahan yang
dilakukan dalam hal ini adalah tenaga pendidik maupun
tenaga kependiidikan. Kegiatan ini seperti sebuah
kegiatan pengauditan, ini bisa diasumsikan negative atau
kegiatannya semacam memiliki konotasi yang negative.
Maka dalam hal ini perlu lebih dijelaskan secara
mendalam bahwa pengawasan jika diartikan secara
sempit bisa jadi memiliki muatan yang negatif.
Pengawasan ataupun supervise dewasa ini sudah lebih
diartikan umum secara luas sebagai suatu kegiatan
bimbingan bagi para pelaku pendidikan, dalam konteks
sekolah, supervise bukan lah kegiatan yang dilakukan
untuk mencari kesalahan tapi kegiatan bimbingan,
pembinaan, pengarahan bagi para guru dalam
mengembangkan kemampuan guru dan membantu
memecahkan permasalahan – permasalaha yang dihadapi
guru dalam proses pembelajaran.
Jika dilihat dari terminology, Supervisi berasal dari dua
kata, yaitu Super dan Vision. Super bisa diartikan sebagai
sesuatu yang kuat melebihi kekuatan yang biasanya, atau
dapat juga dianalaogikan sebagai sesuatu yang berada
diatas, sedangkan vision bisa didefenisikan sebagai sudut
pandang, atau melihat sesuatu dari satu tempat. Jadi
supervisi bisa diartikan sebagai melihat sesuatu dari
sudut pandang yang berada diatas.
Sudarwan dan Khairil 2010, menyatakan supervise
adalah proses bimbinggan professional untuk
meningkatkan derajat profesionalitas guru bagi
peningkatan mutu proses penidikan dan pembelajaran
khususnya prestasi belajar siswa.
Dengan kalimat yang berbeda Purwanto (2000)
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
12. 3
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif.
Dengan kalimat yang lebih lengkap, Tim Dosen
Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia (2014)
menjelaskan bahwa supervisi merupakan bimbingan
profesional bagi guru-guru, bimbingan profesional yang
dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan
kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara
profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu perbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar murid.
Good Carter dalam Dictionary of Education, yang dikutip
dari buku Supervisi Pendidikan karya Dr Surdadi, 2021
menjelaskan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-
petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran. Situasi
belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung
kepada ketrampilan supervisor sebagai pemimpin.
Dari berberapa opini para ahli diatas bisa disimpulkan
bahwa Supervisi bukalah suatau kegiatan untuk mencari
kesalahan atau mengaudit suatu kegiatan pengajaran
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran,
melainkan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
pembinaan, pengarahan, dan conseling bagi para guru
ataupun tenaga pendidik dalam menghadapi masalah –
masalah yang ada dan dimungkinkan timbul dalam
proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan
kompetensi para guru atau tenaga pendidik.
Konsep supervise di Indonesia mulai dikenal dan
diimplementasikan sejak terbitnya Keputusan Menteri P
dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa
saja yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu
kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat kecamatan,
dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya
serta staf kantor bidang yang ada di setiap provinsi.
13. 4
Kemudian pada PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat
perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik.
Istilah pengawas dikhususkan untuk supervisor
pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus untuk
pendidikan luar sekolah.
Standariasasi kualitas atau kompetensi pengawas yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana,
Nana, 2006) bahwa pengawas sekolah berfungsi sebagai
supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor
manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas
sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan
profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor
manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala
sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan
dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya
menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Semua produk
hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas
bukan hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan di
kantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai fungsi
penggerak kemajuan pendidikan di sekolah.
Tujuan Supervisi
Selaras dengan defenisi yang dijabarkan secara gamblang
pada part diatas, tujuan supervisi juga banyak
diasumsikan secara berbeda oleh para pakar, walaupun
secara esensi dari supervise itu sendiri, perbedaan tujuan
supervise oleh para pakar tidak lari dari inti supervise itu
sendiri.
Sulistyorini, 2009 menyatakan bahawa tujuan supervisi
adalah menolong guru-guru agar dengan kesadarannya
sendiri berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi
guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan
tugasnya.
Sahertian 2008, dengan kalimat yang berbeda
menjelaskan bahwa tujuan supervisi ialah memberikan
layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas
14. 5
mengajar guru dikelas yang pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa.
Menurut Burton dan Bruckner dalam suhartian yang
dikutip oleh Inom Nasution dalam bukunya “Supervisi
Pendidikan” 2021, tujuan utama supervisi pendidikan
adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik.
Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama
supervisi pendidikan bukan hanya perbaikan
pembelajaran tapi mengkoordinasi, menstimulasi,
mendorong ke arah pertumbuhan guru.
Swearingen dalam bukunya Supervision of Instruction -
Foundation and Dimention, yang dikutip oleh Sahertian
mengemukakan 8 fungsi supervisi, yaitu:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar
7. Memberikan ketrampilan dan pengetahuan kepada
setiap anggota staf
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi
dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Pemerintah Indonesia melalui kementrian Pendidikan
yang dituangkan dalam Depdiknas menjelaskan ada tiga
tujuan supervisi pendidikan yaitu;
1. Supervisi pendidikan diselenggarakan dengan
maksud membantu guru mengembangkan
kemampuannya profesionalnnya dalam memahami
aka demik, kehidupan kelas mengembangkan
keterampilan mengajarnya dan menggunakan
kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
15. 6
2. Supervisi pendidikan diselenggarakan dengan
maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar
di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan
melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di
saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi
dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan
sebagian murid-muridnya.
3. Supervisi pendidikan diselenggarakan untuk
mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong
guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang
sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan
tanggung jawabnya
Jenis–jenis Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bukanlah semata terfokus pada satu bidang
saja. Supervise bukan hanya menyentuh proses
pembelajaran saja, namun termasuk pengawasan pada
tenaga kependidikan dan manajerial. Dari keterangan
diatas maka supervise pendidikan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis. Diantaranya sebagai berikut :
1. Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah pengawasan yang focus
menitik beratkan pengamatan supervisor pada
masalah -masalah akademik, yaitu hal-hal yang
langsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses
pembelajaran.
2. Supervisi Administrasi.
Supervisi Administrasi adalah pengawasan yang
menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-
aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dengan pelancar terlaksananya pembelajaran.
16. 7
3. Supervisi Lembaga.
Merupakan supervisi pendidikan dengan fokus pada
pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang
berada di lembaga pendidikan. Jika supervisi
akademik dimaksudkan untuk meningkatkan
pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan
untuk meningkatkan kinerja dan nama baik atau
kredibilitas lembaga pendidikan (Suhardan, 2014,
hlm. 47).
Fungsi Supervisi
Anwar dan Sagala (2004) menjelaskan bahwa supervise
atau supervisor sebagai pelaku memiliki fungsi utama
sebagai berikut :
1. Menetapkan Masalah
Supervisor menetapkan masalah yang benar – benar
mendesak untuk ditanggulangi, dimana sebelumnya
dilakukan pengumpulan data terkait masalah
tersebut. Pengumpulan data dapat dilaksanakan
dengan menggunakan instrument tertentu, seperti
observasi, wawancara, kuestioner dan lainnya. Data
tersebut tentunya diharapkan menghasilkan sebuah
kesimpulan yang sebenarnya.
2. Menyelenggarkaan inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan kepada guru, Kepala
Sekolah lebih dulu perlu mengadakan inspeksi
sebagai usaha mensurvei seluruh sistem pendidikan
yang ada. Survei ini berguna untuk menghimpun data
yang aktual, bukan informasi yang kadaluarsa,
sehingga ditemukan masalamasalah, kekurangan-
kekurangan baik pada guru maupun pada siswa,
perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode
pengajaran dan perangkat lain sekitar proses
pembelajaran. Hasil inspeksi dan survei tersebut
dapat dijadikan dasar oleh Kepala Sekolah untuk
memberikan bantuan professional.
17. 8
3. Penilaian Data dan Informasi
Hasil inspeksi dan survei yang telah dihimpun diolah
sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam penelitian.
Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur
yang efektif dalam memberi pertimbangan bantuan
mengajar, supervisi dipandang telah memberi solusi
problematika terhadap pembelajaran yang
memuaskan bagi guru. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam melaksanakan kegiatan penelitian
supervisi adalah sebagai berikut.
a. Menemukan masalah yang ada pada situasi
pembelajaran;
b. Mencari dan menentukan teknik pemecahan
masalah yang dipandang efektif;
c. Menyusun alternatif program perbaikan;
d. Mencoba cara baru dengan melakukan inovasi
pendekatan pembelajaran; dan
e. Merumuskan dan menentukan pola perbaikan
yang lebih standar untuk pemakaian yang lebih
luas
4. Penilaian
Fungsi Penilaian Merupakan usaha untuk
mengetahui segala fakta yang mempengaruhi
kelangsungan persiapan, perencanaan dan program,
penyelenggaraan dan evaluasi hasil pengajaran.
Setelah Kepala Sekolah mengambil kesimpulan
tentang situasi yang sebenarnya terjadi, maka Kepala
Sekolah harus melaksanakan penilaian terhadap
situasi-situasi tersebut. Kepala Sekolah diharapkan
tidak memfokuskan pada hal-hal yang negatif saja,
tetapi juga hal-hal yang dapat dinyatakan sebagai
kemajuan.
5. Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian,
ditemukan bahwa kemampuan guru terhadap
beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran
masih kurang.
18. 9
Untuk itu kekurangan tersebut diatasi dengan
mengadakan pelatihan yang dilakukan Kepala
Sekolah sebagai supervisor sesuai dengan kebutuhan.
Pelatihan ini bentuknya dapat berupa on the job
training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar,
simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain
yang dipandang efektif
6. Pembinaan dan Pengembangan
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian,
ditemukan bahwa kemampuan guru terhadap
beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran
masih kurang. Untuk itu kekurangan tersebut diatasi
dengan mengadakan pelatihan yang dilakukan Kepala
Sekolah sebagai supervisor sesuai dengan kebutuhan.
Pelatihan ini bentuknya dapat berupa on the job
training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar,
simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain
yang dipandang efektif.
Dalam konteks lembaga pendidikan seperti sekolah
yang dipimpin oleh kepala sekolah yang secara
otomatis memiliki fungsi supervisi, menurut
Ametembun (2007) seorang kepala sekolah memiliki
fungsi utama sebagai berikut :
a. Fungsi penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
objektif tentang situasi pendidikan (khususnya
sasaran-sasaran supervisi pengajaran), maka
diperlukan penelitian terhadap situasi dan
kondisi tersebut. Penelitian di sini dimaksudkan
untuk melihat seluruh situasi proses belajar
mengajar guna menemukan masalah-masalah,
kekurangan baik pada guru, siswa, perlengkapan,
kurikulum, tujuan pengajaran, metode mengajar
maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses
belajar mengajar. Penelitian tersebut harus
bersumber pada data yang aktual dan bukan pada
informasi yang telah kadaluarsa.
19. 10
b. Fungsi Penilaian
Kegiatan penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
situasi dan kondisi pendidikan serta pengajaran
yang telah diteliti sebelumnya, kemudian
dievaluasi untuk melihat bagaimana tingkat
kualitas pendidikan di sekolah itu, apakah
menggembirakan atau memprihatinkan,
mengalami kemajuan atau kemunduran. Hanya
untuk diingat, dalam etika pendidikan, penilaian
itu harus menekankan terlebih dahulu pada
aspek-aspek yang positif (kebaikan dan
kemajuan-kemajuan), kemudian pada aspek-
aspek negatif, kekurangan atau kelemahan-
kelemahan.
c. Fungsi Perbaikan
Setelah diadakannya suatu penilaian terhadap
aspek pengajaran maka yang selanjutnya
dilakukan adalah memperbaiki aspek-aspek
negatif yang timbul. Memperkenalkan cara baru
sebagai upaya perbaikan dan peningkatan. Hal ini
dapat berupa loka karya, seminar, simulasi dan
cara lain yang dipandang efektif.
d. Fungsi Peningkatan
Meningkatkan atau mengembangkan aspek-aspek
positif agar lebih baik lagi dan menghilangkan
aspek negatif yang ada. Sehingga aspek negatif
yang ditimbulkan diubah menjadi aspek positif
dan aspek positif dikembangkan lagi sehingga
menjadi lebih baik. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi
semangat agar guru mau menerapkan cara baru,
termasuk dalam hal ini membantu guru dalam
memecahkan kesulitan dalam menggunakan
cara-cara baru tersebut.
20. 11
Prinsip–prinsip Supervisi
Ujung Tombak Pendidiikan adalah guru. Walaupun
seiring perkmbnagan jaman guru bukan lagi sumber ilmu
satu satunya yang bisa didali oleh siswa, namun guru
tetap menjadi ujung tombak pendidikan di Indonesia.
Guru kini hanya menjadi salah satu sumber
ilmu,Pendidikan indonesia sepakat bahwa guru kini telah
menjelma menjadi Mediator, Fasilitator, Guide bagi para
murid atau siswa dalm proses pembelajaran. Kini guru
sudah persis perannya seperti Dosen, dosen yang dalam
bahasa inggris disebut lectural, yang arti sebanrnya
adalah penceramah, pengarah. Dosen lebih diharaokan
untuk mengarahkan, bukan menjadi narsumber utama.
Maka kompetensi guru menjadi jaminan dalam menilai
kualitas layanan belaar.
Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru,
kemampuan supevisor membantu guru-guru tercerimin
pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada
guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada
muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu
hasil belajarnya.
Dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai
Supervisor, para supervisor harus memperhatikan
prinsip–prinsip berikut :
1. Ilmiah
artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan
dilaksanakan harus sistematis, obyektif, dan
menggunakan instrumen atau sarana yang
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan
dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan
evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
2. Kooperatif,
program supervisi pendidikan dikembangkan atas
dasar kerjasama antar supervisor dengan orang yang
disupervisi. Dalam hal ini supervisor hendaknya
dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan
21. 12
masyarakat sekolah yang berkepentingan dalam
meningkatkan kualitas belajar mengajar.
3. Konstrukti dan kreatif,
membina para guru untuk selalu mengambil inisiatif
sendiri dalam mengembangkan situasi belajar
mengajar.
4. Realistik,
pelakasanaan supervisi pendidikan harus
memperhitungkan dan memperhatikan segala
sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan
kondisi yang obyektif.
5. Progresif,
setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari
ukuran dan perhatian. Artinya apakah yang
dilakukan oleh guru dapat melahirkan pembelajaran
yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar
mengajar.
6. Inovatif,
program supervisi pendidikan selalu melakukan
perubahan dengan penemuan-penemuan baru dalam
rangka perbaikan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan mutu pendidikan.
Jika ditelaah dari beberapa prinsip diatas, supervisor
sejatinya wajib melaksanakan tugasnya dengan prinsip –
prisip diatas yang telah didesign dengan ilmiah, data yang
didapatkan dan dijadikan bahan supervisi haruslah
ilmiah. Pelaksanaan pengembangnya harus
diimplementasikan dengan koperatif, dan upaya –upaya
pengembangan yang dilakukan mengedepankan ke
realistisan situasi dengan kreatif.keratifistas yang realistis
yaang akan menghasilkan progres yang baik dan inovatif
bagi para guru maupun pegawai atau tenaga
kependidikan.
22. 13
Daftar Pustaka
Anwar, Q. & sagala, S. (2004) Profesi Jabatan
Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin
Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka press.
Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik
Supervisi (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, 2008),
Nasution, Inom. (2021) Supervisi Pendidikan, Cv Pusdikra
Mitra Jaya.Medan
Purwanto, N. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sahertian, Piet, (2008) Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendiddikan: dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia, Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, S. (2009) Kemampuan Profesional Guru dan
Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta,
Sudarwan Danim & Khairil, (2010) Profesi Kependidikan,
PT. Alfabeta. Bandung
Suhardan, D. (2014). Supervisi professional. Bandung:
Alfabeta
Sulistyorini, (2009).Manajemen Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Teras
Surdadi, 2021. Supervisi Pendidikan. PT Pustaka Ilmu.
Yogyakarta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. (2014).
23. 14
Profil Penulis
Bismar Sibuea, M.Pd
Penulis lahir dikota Pematangsiantar,
Sumatera utara, dan hingga menjejaki
bangku kuliah penulis bernajka dewasa
dikota kelahiran. Berawal dari ketertarikan
penulis dalam menulis karya sastra seperti
puisi dan cerpen, dan seiring berjalan
waktu penulis terjun kedunia pendidikan, dan aktif
sebagai Dosen di Fakultas Pendidikan, hingga penulis
mulai tertari menuliskarya ilmiah, dan menyusun buku.
Penulis kini sedang melanjutkan pendidikan S-3/program
Doktornya di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Penulis memiliki ketertarikan pada Manajemen
Pendidikan sejak merasakan betapa perlunya manajemen
yang baik pada pendidikan di Indonesia. Dimulai dari
pemerintah pusat selaku pengarah pendidikan hingga ke
instasnsi pendidikan yang terkecilpun sangat
membutuhkan manajemen pendidikan yang baik. Penulis
mulai melakukan penelitian–penelitian kecil dan
sederhana yang dituangkan dalam artikel maupun jurnal–
jurnal terakreditasi nasional yang berkaitan dengan
manajemen pendidikan.
Email Penulis: elbizmarsibuea@gmail.com
24. 15
2
TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN
Heru Christianto, S.Pd., M.Pd
Universitas Nusa Cendana
Kegiatan supervisi mencakup kondisi sarat-sarat personel
maupun material untuk terciptanya situasi belajar yang
efektif, dan usaha memenuhi sarat-sarat itu. Kemampuan
guru dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh
adanya supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah
untuk meningkatkan kinerjanya. Jika ditinjau lebih luas,
supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya
mengawasi apakah para guru/pegawai menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi
atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi
juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara
memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam
kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai
pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner
bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan
pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan
dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha
perbaikan pendidikan.
Pengertian Supervisi Pendidikan
Secara etimologis, supervisi berasal dari bahasa inggris “to
supervise” atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s
Colligate Dictionary disebutkan bahwa supervisi
merupakan “A critical watching and directing”. Beberapa
sumber lainnya menyatakan bahwa supervisi berasal dari
dua kata, yaitu “superior” dan “vision”.
25. 16
Sedangkan hasil analisis menunjukkan bahwa kepala
sekolah digambarkan sebagai seorang “expert” dan
“superior”, sedangkan guru digambarkan sebagai orang
yang memerlukan kepala sekolah. Supervisi adalah segala
bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Supervisi dapat berupa dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha
dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran
dan metode - metode mengajar yang lebih baik, cara-cara
penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses
pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, Supervisi
ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Menurut Purwanto (2010), supervisi ialah suatu aktifitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif. Manullang (2005) menyatakan
bahwa supervisi merupakan proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar
guru menjadi lebih professional dalam menjalankan tugas
melayani peserta didik. Suhardan (2010) juga
mengungkapkan bahwa supervisi merupakan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis
edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik
terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan
terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar
mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar,
pengawasan terhadap situasi yang ditimbulkan. Aktivitas
dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan-
kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang
menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil
melaksanakan tugasnya dengan baik.
26. 17
Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak
lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan.
Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan
bukan hanya sekedar kontrol kegiatan pembelajaran,
namun juga melihat apakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang
telah digariskan. Supervisi dalam pendidikan
mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi
mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personel maupun material yang diperlukan untuk
terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif dan
usaha memenuhi syarat-syarat itu.
Pengertian suvervisi menurut Burton (2011) dalam
bukunya yang berjudul "Supervision a Social Process",
adalah sebagai berikut: "Supervision is an expert technical
service primarily aimed at studying and improving
cooperatively all factors which affect child growth and
development". Sesuai dengan pengertian supervisi
menurut Burton tersebut, maka dapat diartikan bahwa
supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada
dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta
perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum
pendidikan. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara total. Ini
berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk
memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina
pertumbuhan profesi guru dalam arti luas terrnasuk di
dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang
kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu
pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian
bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar,
alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi
pengajaran, dan sebagainya. Fokus supervisi pendidikan
yaitu pada setting for learning, bukan pada seseorang atau
sekelompok orang. Semua orang, seperti guru-guru,
kepala sekolah, dan pegawai sekolah lainnya, adalah
teman sekerja yang sama-sama bertujuan
mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya
kegiatan belajar mengajar yang baik.
27. 18
Menurut Ametembun (2007), supervisi pendidikan adalah
pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan atau
peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan supervisi
menurut Sahertian (2008) telah berkembang dari yang
bersifat tradisional menjadi supervisi yang bersifat ilmiah,
sebagai berikut:
1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur,
berencana dan secara kontinu.
2. Objek, artinya ada data yang didapat berdasarkan
observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
3. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan
informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan
penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan beberapa pengertian supervisi di atas, dapat
diartikan secara sederhana bahwa supervisi merupakan
upaya kepala sekolah dalam pembinaan guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada tiga
macam supervisi yaitu: supervisi akademik, supervisi
administrasi, dan supervisi lembaga.
Supervisi Akademik
Secara konseptual, Glickman (2007) merumuskan
supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan yang
membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik menekankan pada
penjaminan kualitas proses belajar mengajar. Esensi
supervisi akademik bukan menilai unjuk kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan
professional. Membantu guru dalam hal: melihat dengan
jelas tujuan-tujuan pendidikan, membimbing pengalaman
belajar, menggunakan sumber-sumber pengalaman
belajar, memenuhi kebutuhan belajar peserta didik,
menggunakan dan memilih metode dan model
pembelajaran, menilai kemajuan belajar peserta didik.
28. 19
Supervisi akademik merupakan supervisi yang objeknya
menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik,
yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu
peserta didik ketika sedang dalam proses belajar atau
mempelajari sesuatu. Disebut supervisi akademik karena
objek utamanya adalah aspek-aspek akademik, supervisi
akademik dapat dilakukan oleh internal lembaga sendiri
yaitu oleh teman sejawat, kepala sekolah dan guru senior.
Supervisi akademik yang dimaksud adalah supervisi
pembelajaran. Teknik supervisi dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu bersifat individual (individual devices) dan
bersifat kelompok (group devices). Sahertian (2008)
mengemukakan bahwa teknik supervisi kelompok berupa
diskusi panel, laboratorium kurikulum, pembaca
terbimbing, demonstrasi mengajar, perpustakaan
profesional, buletin supervisi, pertemuan atau rapat guru.
Sedangkan menurut Fathurrohman dan Suryana (2011),
supervisi akademik adalah bantuan professional kepada
guru melalui siklus perencanaan yang sistematis,
pengamatan yang cermat dan hati-hati, serta umpan balik
yang objektif. Perbedaan antara kedua pendapat ahli
tersebut adalah Sahertian lebih mementingkan diskusi
panel dan pengadaan kerja kelompok dalam perlakuan
pelaksanaan buletin supervisi. Sedangkan Fathurrohman
lebih mengedepankan perencanaan yang sistematis.
Kesamaan antara kedua pendapat ahli adalah
pelaksanaan supervisi harus menekankan kerjasama
antara satu dengan yang lain sehingga tercipta keadaan
yang kondusif. Dikemukakan pula oleh Sagala (2010)
bahwa supervisi pembelajaran merupakan usaha untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi
sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas
mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik
dalam belajar. Dengan demikian jelas tujuan utama
supervisi pembelajaran adalah membantu peserta didik
dalam belajar. Upaya yang dilaksanakan adalah
peningkatan kualitas dalam pelaksanaan pembelajaran,
dengan mempertahankan pembelajaran yang telah baik
bahkan berbagai organisasi profesi guru kelompok kerja,
musyawarah kerja, forum bersama dan lain-lain.
29. 20
Dalam supervisi ini terhadap kepala sekolah dan guru
terkait kinerja profesional dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti
hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pembelajaran berdasarkan standar
dan ukuran penilaian yang telah ditetapkan. Standar dan
alat ukur tersebut merupakan indikator untuk
menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau
rendah.
Muslim (2009) juga menyatakan supervisi adalah
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh
supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina
lainnya) guna peningkatan mutu proses dan hasil belajar
mengajar. Jadi sangat jelas bahwa kemampuan guru
dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh adanya
supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerjanya. Danurwati (2015) menyatakan
bahwa supervisi akademik merupakan bagian dari
supervisi pendidikan yang merupakan segala upaya yang
dilakukan secara berkesinambungan untuk membantu
guru dan kepala sekolah untuk mengembangkan
kemampuan serta kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Perbedaan yang ada pada pendapat ahli di
atas adalah Muslim lebih menekankan pada bentuk
pemberian bantuan kepada guru sebagai alat peningkatan
mutu sedangkan Danurwati lebih menekankan pada
upaya/usaha berkesinambungan untuk membantu guru
sebagai pengembangan kinerja guru. Namun persamaan
antara kedua pendapat ahli tersebut adalah bahwa
supervisi merupakan usaha yang berkesinambungan
diupayakan untuk membantu guru dalam menciptakan
kinerja yang maksimal atau meningkatkan kinerja guru.
Mulyasa (2013) mengemukakan supervisi akademik
adalah bantuan profesional kepada guru, melalui tahap
perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat,
dan umpan balik yang objektif dan segera, sehingga guru
dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki
kinerjanya.
30. 21
Sementara Arikunto (2009) mengemukakan supervisi
bukan hanya bertujuan untuk membantu guru dalam
memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam
mencapai tujuannya, tapi juga perlu membantu guru
dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya,
sebagai dasar analisis dalam menyusun program
pembelajaran secara tepat) agar pembelajaran menjadi
lebih berkualitas. Adanya perbedaan pada masing-
masing pendapat ahli tersebut adalah Mulyasa
menekankan pada bantuan profesional kepada guru,
sedangkan Arikunto menekankan pada membantu guru
dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya,
sebagai dasar analisis dalam menyusun program
pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat tercapai
dengan maksimal. Adanya pendapat dari beberapa ahli
menimbulkan adanya persamaan pendapat yaitu bahwa
supervisi dilakukan untuk membantu guru
mengembangkan kreatifitasnya dengan melalui
pengamatan yang cermat dan tepat. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat
supervisi akademik adalah suatu usaha untuk membantu
guru agar guru dalam bekerja lebih profesional. Namun
menurut Arikunto dan Muslim definisinya kurang begitu
jelas dan masih bersifat umum karena belum
menunjukan langkah-langkah dari pelaksanaan supervisi
akademik. Berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas,
terinci dan lebih spesifik serta menunjukkan langkah-
langkah Tindakan supervisi akademik. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi
merupakan tindakan pembimbingan dan pengarahan dari
kepala sekolah/pengawas terhadap guru untuk
meningkatkan kualias pembelajaran di kelas. Dengan
adanya proses supervisi tersebut diharapkan para
pendidik dapat melaksanakan dan melakukan kegiatan
belajar mengajar dengan baik karena telah mendapat
pengarahan dan penjelasan dari supervisor.
Dalam konteks penyelenggaraan Pendidikan di sekolah,
dan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dilakukan
oleh guru ada persinggungan antara tugas supervisi
dengan tugas administrasi, kurikulum dan pengajaran.
31. 22
Dalam kegiatan supervisi, ada persinggungan yang
bertumpu pada proses pengajaran sebagai ujung tombak
kualitas pendidikan.
Persinggungan supervisi dengan kurikulum merupakan
dua bidang tugas yang berkaitan erat sebab supervisi
dilaksanakan dalam rangka implementasi kurikulum.
Itulah sebabnya seorang kepala sekolah perlu menguasai
kurikulum dan metode mengajar karena menjadi modal
bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi. Supervisi
ditujukan untuk membantu guru ketika mengalami
kesulitan/masalah dalam mengembangkan proses belajar
mengajar di kelasnya. Salah satu jenis supervisi yang
bertujuan untuk membantu guru dalam mengelola
kualitas pembelajaran adalah supervisi akademik.
Arikunto (2009) juga merumuskan supervisi akademik
sebagai supervisi yang menitikberatkan pada masalah
akademik yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa dalam proses belajar, serta membina guru dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran utama
supervisi akademik meliputi aspek akademik yang terdiri
dari materi pokok dalam proses pembelajaran,
penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/model/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi dalam
pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran,
tindakan guru di kelas serta semua faktor pendukung
pembelajaran lainnya.
Oleh karena itu, satu kompetensi dasar kepala sekolah
yang harus dikembangkan adalah meningkatkan
kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (1)
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat; dan (3) menindaklanjuti
hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru. Supervisi sebagai
salah satu kompetensi kepala sekolah mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
32. 23
Permendiknas nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar
Kepala Sekolah/ Madrasah, menegaskan bahwa seorang
kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima
kompetensi, yaitu: Kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kepala sekolah
adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah sehingga sebagai guru harus memiliki kompetensi
guru yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,
dan professional.
Sergiovanni (1982) menyatakan bahwa refleksi praktis
penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah
melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya
dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Apa
yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik?
Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai
tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru
dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diperoleh informasi
mengenai kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran (Prinansa, 2010). Supervisi akademik
berpusat pada masalah pembelajaran peserta didik.
Supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah
untuk mengetahui kemampuan mengajar guru yang
kemudian akan diberikan bimbingan. Sehingga poin dari
supervisi akademik adalah bukan untuk menilai perfoma
guru, akan tetapi memberikan bimbingan kepada guru.
Secara general supervisi dapat dimaknai atas dasar
keseluruhan aktivitasnya yang dilakukan secara individu
maupun kelompok sesuai dengan tujuan masing-masing
terhadap personel, kelompok ataupun terhadap suatu
program dalam berbagai bidang kependidikan. Adapun
rangkaian kegiatan supervisi pendidikan dapat
dikelompokkan dalam empat tahap kegiatan sebagai
berikut: (a) Penilaian terhadap keadaan guru/orang yang
disupervisi dalam menjalankan tugas-tugasnya; (b)
Penilaian (evaluation) yakni penafsiran tentang keadaan
guru atau orang yang disupervisi, baik mengenai
kekurangan atau kelemahan-kelemahannya, berdasarkan
data hasil penelitian; (c) Perbaikan (improvement) yakni
memberikan bimbingan dan petunjuk untuk mengatasi
33. 24
kekurangan atau kelemahan guru, serta mendorong
pengembangan kebaikan-kebaikan atau kelebihan setiap
guru yang disupervisi; (d) Pembinaan, yakni kegiatan
menumbuhkan sikap yang positif pada guru atau orang
yang disupervisi agar mampu menilai diri sendiri dan
berusaha memperbaiki atau mengembangkan diri sendiri
kearah terbentuknya keterampilan dan penugasan ilmu
pengetahuan yang selalu up to date, aktual dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan globalisasi.
Menurut Alfonso dan Neville (1981), ada tiga konsep pokok
dalam pengertian supervisi akademik, yaitu: (a) Supervisi
akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses
pembelajaran; (b) Perilaku supervisor dalam membantu
guru mengembangkan kemampuannya harus didesain
secara profesional, sehingga jelas waktu mulai dan
berakhirnya program pengembangan tersebut; (c) Tujuan
akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin
mampu memfasilitasi kegiatan belajar bagi murid-
muridnya.
Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan
dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang
mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya
manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009). Beberapa prinsip
yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah:
1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di
mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala
sekolah/guru sebagai bawahan.
2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis. Hubungan
kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat
terbuka, kesetiakawanan, dan informal.
34. 25
3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
4. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan
supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
5. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap
organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam
sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan
Pendidikan.
6. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi
harus mencakup keseluruhan aspek, karena
hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek
lainnya.
7. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah
sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru.
8. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun,
melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan
program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam
penyusunan program berarti bahwa program
supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan
dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah
(Sudrajat, 2009).
Supervisi Administrasi
Supervisi administrasi adalah supervisi yang objeknya
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan
memperlancar terlaksananya proses pembelajaran, dapat
berupa kurikulum sekolah, penentuan guru mata
pelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, laporan nilai
peserta didik, presensi kehadiran guru dan peserta didik,
tingkat pedidikan guru dan tenaga kependidikan, prestasi
yang diperoleh siswa. Supervisi administrasi dapat
dilakukan oleh internal lembaga. Supervisi administrasi
menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-
aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
35. 26
Memang selama ini pengawasan atas sarana dan fasilitas
sekolah merupakan objek sasaran inspeksi yang kurang
dikaitkan kepada kepentingan pembelajaran.
Sasaran pengawasan di lingkungan sistem persekolahan
selama ini menunjukkan kesan seolah-olah dari segi fisik
material yang tampak merupakan sasaran yang sangat
penting. Kurang perhatian terhadap masalah
pembelajaran yang bermutu merupakan suatu kendala
bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
di sekolah. Supervisi administratif adalah supervisi yang
ditujukan kepada pembinaan dalam memanfaatkan setiap
sarana bagi keperluan pembelajaran. Fasilitas belajar,
media belajar, buku teks, perpustakaan, semua itu
merupakan sarana belajar yang perlu dikaitkan untuk
mempertinggi kualitas proses belajar.
Supervisi administrasi juga dapat diartikan sebagai
supervisi yang ditujukan pada pembinaan dalam
pemanfaatan setiap sarana dan prasarana bagi keperluan
kegiatan pembelajaran. Pelaksana dari kegiatan supervisi
administrasi yaitu tenaga administratif seperti pegawai
tata usaha. Akan tetapi guru juga harus ikut berperan
dalam pelaksanaan supervisi baik berupa tenaga ataupun
pikiran dalam lingkup administrasi yang ada di sekolah.
Penanggung jawab supervisi administrasi adalah tenaga
administrasi. Objek supervisi administrasi ada 6 macam
meliputi:
1. Kurikulum: pengisiaan buku catatan pelaksanaan
pembelajaran, jadwal pembelajaran untuk kelas
tertentu.
2. Peserta didik: daftar prestasi peserta didik, denah
kepengurusan kelas.
3. Ketenagaan: kualitas persiapan mengajar, ketepatan
waktu guru hadir di kelas.
4. Pengelolaan: penunjukan wali kelas, jadwal pelajaran
kelas tertentu.
5. Sarana dan Prasarana: kenyamanan ruang kelas,
banyaknya judul buku per-bidang studi.
36. 27
6. Lingkungan dan situasi umum: Susana diluar kelas
ketika berlangsung ujian, kenyamanan ruang ujian.
Supervisi Lembaga
Supervisi lembaga yang menebarkan atau menyebarkan
objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang
berada di seluruh sekolah. Jika supervisi akademik
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan
untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja
sekolah secara keseluruhan. Supervisi institusional
adalah supervisi yang berorientasi pada pembinaan aspek
organisasi dan manajemen sekolah sebagai lembaga yang
meliputi semua aspek dalam bentuk pengaturan yang
terkait dengan proses peningkatan mutu sekolah dalam
rangka mensukseskan pembelajaran, seperti: penerimaan
murid baru, rombongan belajar, pembagian tugas,
pengembangan kurikulum dalam kegiatan ekstra dan
intra, pengelolaan sarana dan fasilitas belajar, kalender
akademik, hubungan kerjasama sekolah dengan orang
tua dan masyarakat. Supervisi institusional atau
supervisi kelembagaan berkaitan dengan usaha untuk
menjadikan sekolah memiliki kinerja yang baik. Supervisi
kelembagaan dalam rangka mensukseskan mutu sekolah
dalam proses pembelajaran meliputi berbagai aspek
pelaksana, yaitu: kepala sekolah, pendidik, staf sekolah,
peserta didik, sarana dan prasarana.
37. 28
Daftar Pustaka
Alfonso, R.J., dan Neville, R.F. (1981). Instructional
Supervision a Behavioral System. Boston: Ally Bacon.
Ametembun, N.A. (2007). Supervisi Pendidikan Disusun
Secara Berprogram. Bandung: Suri.
Arikunto, Suharsini. (2009). Dasar-Dasar Supervisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Burton, Laura, et.al. (2011). The Sociology of Educational
Supervision and Evaluation. Journal of Cross-
Disciplinary Perspectives in Education, 4(1), 24-33.
Danurwati, Suprih. (2015). Penerapan Supervisi
Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Sekolah Dasar Negeri. Tesis. FKIP Universitas Kristen
Satya Wacana.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. (2009). Analisis Data Guru.
Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Fathurrohman, F., dan Suryana, A.A. (2011). Supervisi
Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran,
Bandung: Refiko Aditama.
Glickman, C.D., Gordon, S.P., dan Ross-Gordon, J.M.
(2007). Supervision and Instructional Leadership A
Development Approach. Seventh Edition. Boston:
Perason.
Manullang. (2005). Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta:
UGM University Press.
Mulyasa. (2013). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muslim. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan
Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.
Prinansa, D.J. (2010), Manajemen Supervisi dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Purwanto, N. (2010). Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
38. 29
Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Sahertian, Piet. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sergiovanni. (1982). Supervision of Teaching. Alexandria
Association for Supervision and Curriculum
Development.
Sudrajat, Akhmad. (2009). Dimensi Kompetensi Supervisi
Manajerial. Jakarta: Musyawarah Kerja Pengawas.
Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional. Bandung:
Alfabeta.
39. 30
Profil Penulis
Heru Christianto, S.Pd., M.Pd
Dilahirkan di Baganbatu, 13 Desember
1992. Penulis telah menyelesaikan studi S1
pada Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Riau pada tahun 2013 dengan
hasil penelitian berupa model pembelajaran
kooperatif. Penulis kemudian melanjutkan
Pendidikan S2 pada Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Medan dan berhasil lulus pada tahun
2016 dengan hasil penelitian berupa media pembelajaran
berbasis multimedia dalam kegiatan praktikum. Pada
tahun 2019 hingga saat ini, penulis menjadi dosen PNS di
Universitas Nusa Cendana Kupang pada Program Studi S1
Pendidikan Kimia dengan bidang yang diampu yaitu Kimia
Dasar, Kimia Anorganik, Kimia Fisik, Komputer Kimia,
Media Pembelajaran, Profesi Kependidikan dan lainnya.
Untuk mewujudkan karir sebagai dosen professional,
penulis pun aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal Perguruan Tinggi dan juga Kemendikbud RISTEK.
Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat. Penulis juga berkontribusi dalam menulis
buku Penuntun Praktikum Kimia, buku Metode
Penelitian, buku Manajemen Sekolah dan buku Supervisi
Pendidikan ini dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Email Penulis: heru.christianto@staf.undana.ac.id
40. 31
3
TEKNIK DAN PENDEKATAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
Dewi Lestarani, S.Pd., M.Pd
Universitas Nusa Cendana
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari
kata super yang artinya lebih dan vision yang berarti
melihat atau meninjau. Supervisi berarti kegiatan
meninjau dengan lebih seksama atau pengawasan.
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan yang
direncanakan untuk membantu pendidik dan tenaga
pendidik dalam melakukan pekerjaan secara efektif
(Purwanto, 2000). Supervisi merupakan usaha memberi
pelayanan agar pendidik menjadi lebih profesional dalam
menjalankan tugas melayani peserta didik (Priansa,
2014). Supervisi adalah segala bantuan dari para
pemimpin sekolah tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan pendidik dan personal sekolah dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan supervisi
pendidikan merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
dalam penyelengaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawasan sekolah dalam memberikan pembinaan
kepada pendidik. Hal tersebut karena proses belajar
mengajar yang mengandung serangkaian kegiatan timbal
balik atara pendidik dan peserta didik secara edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu,
kegiatan kegiatan supervisi dipandang perlu dalam proses
pembelajaran.
41. 32
Kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh supervisor
membutuhkan teknik dan pendekatan tertentu. Sehingga
kajian pada bab ini yaitu: a) Teknik supervisi dan b)
pendekatan supervisi pendidikan.
Teknik Supervisi Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Teknik” adalah
cara membuat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni, metode atau sistem
mengerjakan sesuatu. Kepala sekolah sebagai supervisor
dapat menggunakan berbagai teknik supervisi pendidikan
untuk meningkatkan program sekolah. Teknik supervisi
adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan
supervisi (Arikunto, 2004). Sahertian (2000) menyatakan
bahwa, teknik supervisi adalah usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
pendidik. Jadi, teknik supervisi pendidikan adalah cara
yang digunakan supervisor untuk mencapai tujuan
supervisi sehingga dapat melakukan perbaikan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pembelajaran.
Supervisor harus mengetahui dan memahami serta
melaksanakan teknik–teknik dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan. Berbagai macam teknik dapat
digunakan oleh supervisor dalam membantu pendidik
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara
kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan
cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung
bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala,
2020). Supervisor dalam meningkatkan program sekolah
dapat menggunakan berbagai teknik yang dikelompokkan
ke dalam dua bagian yaitu teknik individual dan teknik
kelompok.
1. Teknik Individual atau Perseorangan
Teknik individual ini berarti supervisi yang dilakukan
secara perseorangan. Teknik supervisi yang, bersifat
individual dipergunakan apabila orang yang
disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya
dilakukan terhadap individu-individu yang yang
42. 33
mempunyai masalah khusus dan bersifat pribadi.
Teknik supervisi yang bersifat individu ini dapat
dijelaskan atas beberapa macam, yakni sebagai
berikut:
Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong ke
dalam teknik individual:
a. Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah kepala sekolah,
pengawas atau pembina lainnya masuk atau
mengunjungi kelas-kelas tertentu untuk melihat
pendidik yang sedang mengelola proses
pembelajaran. Tujuan kunjungan kelas untuk
melihat dari dekat situasi dan suasana kelas
secara keseluruhan. Supervisor dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangan pendidik dengan
mengamati penampilan pendidik dalam kelas
serta mengetahui keberhasilan pendidik dalam
mengaktifkan peserta didik. Apabila dari
kunjungan tersebut dijumpai kesulitan dan
kendala, maka supervisor dapat mengundang
pendidik atau peserta didik untuk berdiskusi
menggali letak permasalahan yang dihadapi dan
memberikan solusi atau pembinaan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuannya
untuk menolong pendidik memecahkan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dan mempelajari sifat dan
kualitas cara belajar anak juga membantu
pertumbuhan profesional pendidik. Hariwung
(1989) menyebutkan bahwa, tujuan yang
dikehendaki dalam observasi kelas adalah untuk
mempelajari material yang dipelajari oleh siswa,
mempelajari usaha pendidik untuk mendorong
dan menuntun siswa untuk belajar, menemukan,
mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan-
kesulitan belajar juga menilai hasil belajar, sifat
dan alat metode pengukuran hasil belajar.
43. 34
Secara garis besar kunjungan kelas dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Kunjungan kelas yang
direncanakan/dipersiapkan dapat dibedakan
atas 3 yaitu: a) kunjungan kelas yang
direncanakan oleh kepala sekolah dan
diberitahukan kepada pendidik; b) kunjungan
kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah
tetapi tidak diberitahukan kepada pendidik; c)
direncanakan oleh pendidik dan mengundang
kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya.
2) Kunjungan kelas tanpa
perencanaan/persiapan. Tujuan kunjungan
kelas seperti ini mungkin bermacam-macam.
Misalnya sekedar membina hubungan baik
antara kepala sekolah dengan pendidik, atau
juga merupakan salah bentuk inspeksi
mendadak yang dilakukan oleh kepala
sekolah.
b. Observasi kelas ( classroom observation)
Observasi kelas adalah kunjungan yang
dialakukan supervisor kekelas dengan maksud
untuk mencermati situasi yang sedang
berlangsung di kelas. Teknik observasi kelas ini
yang dilakukan dengan cara mengunjungi kelas
untuk mengamati secara langsung bagaimana
performa pendidik dalam pembelajaran serta
membantu meningkatkan proses pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa semakin baik. Teknik
supervisi observasi kelas lebih fokus pada proses
pembelajaran, supervisor berusaha melihat
secara dekat bagaimana proses pembelajaran
berlangsung yang dilaksanakan oleh pendidik.
Aspek-aspek yang diobservasi adalah aktifitas
pembelajaran, usaha pendidik mengenai
penggunaan media pembelajaran, kegiatan
memperoleh pengalaman belajar, lingkungan
belajar di dalam dan di luar kelas juga faktor
penunjang lainnya.
44. 35
Tujuan supervisi ini yaitu memperoleh data yang
seobjektif mungkin sehingga bahan yang
diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi pendidik dalam
usaha memperbaiki pembelajaran yang lebih baik
sehingga meningkatkan hasil pembelajaran.
Menurut Sehartian (2000), observasi kelas dapat
dibedakan atas dua yaitu: observasi langsung dan
tidak langsung. Observasi langsung dapat
dilakukan dengan cara supervisor masuk kelas
dan mengamati suasana kelas secara
keseluruhan terutama perilaku pendidik yang
sedang mengajar.
c. Percakapan pribadi )Individual Interview(
Dialog pribadi yang dilakukan oleh pendidik dan
supervisornya membahas tentang keluhan-
keluhan atau kekurangan yang dilakukan oleh
pendidik dalam bidang mengajar, di mana
supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
Sahertian (2000) mengatakan bahwa, salah satu
alat yang penting dalam supervisi adaah
percakapan pribadi, melalui percakapan pribadi,
sehingga bentuk bantuan yang diberikan lebih
mempertimbangkan individual pendidik.
Percakapan pribadi ini dilakukan apabila
supervisor berpendapat bahwa ada masalah
khusus pada individu pendidik yang
penyelesaiannya tidak boleh didengar oleh orang
lain dan ingin mengecek kebenaran data yang
sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini
teknik perseorangan adalah hal yang tepat agar
orang yang diwawancarai tidak terpengaruh oleh
pendapat orang lain.
Menurut Subroto (1984), percakapan pribadi
(individual conference) bertujuan untuk: (1)
Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan
pendidik; (2) Mendorong pendidik mengatasi
kelemahan dalam mengajar; (3) Mengurangi
keragu-raguan pendidik dalam menghadapi
masalah-masalah pada waktu mengajar.
45. 36
Jenis percakapan pribadi melalui kunjungan
kelas terdiri atas: (1) Percakapan pribadi setelah
kunjungan kelas.
Setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas
dan memperoleh hasil, maka supervisor
bersamasama dengan pendidik mengadakan
percakapan pribadi guna membahas hasil
kunjungan tersebut. (2) Percakapan pribadi
melalui percakapan biasa sehari-hari. Dalam
percakapan ramah-tamah sehari-hari
dikemukakan sesuai problema kepada supervisor
atau sebaliknya
d. Saling mengunjungi kelas
Kunjungan antar kelas dalam sekolah atau
kunjungan antar sekolah sejenis merupakan satu
kegiatan dalam hal tukar menukar informasi dan
pengalaman sesama pendidik atau kepala sekolah
tentang usaha perbaikan dalam proses
pembelajaran. Saling mengunjungi kelas
bertujuan untuk saling berbagi pengalaman serta
kelebihan masing-masing sesuai pengalaman
yang dimiliki. Sehingga masing-masing pihak
yang mengunjungi memperoleh manfaat dan
dapat memperbaiki kualitas pendidik memberi
layanan belajar kepada peserta didiknya dan
terbangun kompetsi yang sehat diantara kedua
yang saling berkunjung.
Menurut Asifa dan Afriansyah (2020), keuntungan
yang dapat diambil dari teknik saling
mengunjungi kelas ini, antara lain :
1) Memberi kesempatan kepada pendidik
mengamati rekan pendidik lain yang sedang
memberi pelajaran, terutama dalam
penggunaan metode mengajar baru (modern)
dan lain sebagainya.
2) Memberi motivasi yang terarah terhadap
aktivitas mengajar pendidik di kelas.
46. 37
3) Membantu pendidik-pendidik yang ingin
memperoleh pengalaman/ keterampilan
mengajar tertentu (penggunaan metode,
alat/media, pengelolaan kelas, keterampilan
bertanya) kegiatan instruksional lainnya yang
penting untuk diketahui oleh pendidik-
pendidik.
4) Terbinanya hubungan yang akrab diantara
sesame pendidik maupun dengan supervisor,
sehingga diskusi dapat berlangsung secara
wajar dan mudah mencari penyelesaiannya.
e. Menilai diri sendiri (Self Evaluation)
Self evaluation adalah suatu teknik supervisi
individual yang paling obyektif namun paling
sukar untuk dilakukan. Dimana penilaian diri
dilakukan oleh diri sendiri secara objektif.
Memerlukan kejujuran diri sendiri untuk melihat
kemampuan diri sendiri dalam menyajikan
pelajaran. Dalam hal ini pendidik menilai dirinya
sendiri dengan harapan dapat membantu
pendidik dalam memperbaiki kemampuannya.
Ada beberapa cara atau alat yang dapat
digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain
membuat daftar pandangan atau pendapat yang
disampaikan kepada murid-murid untuk menilai
pekerjaan atau suatu aktivitas pendidik di muka
kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan
yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu
menyebutkan nama siswa (Nasution, 2021).
2. Teknik Kelompok
Teknik kelompok adalah teknik yang digunakan
bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah
pendidik dalam suatu kelompok (Sahertian, 2000).
Teknik supervisi kelompok digunakan saat supervisor
menghadapi banyak pendidik yang menghadapi
masalah yang sama. Beberapa teknik supervise yang
bersifat kelompok adalah sebagai berikut:
47. 38
a. Pertemuan Orientasi Sekolah (Orientation Meeting)
Pertemuan orientasi adalah pertemuan supervisor
dengan pendidik yang bertujuan mengantar
pendidik memasuki suasana kerja yang baru.
Demikian pula terhadap pendidik-pendidik yang
baru memangku jabatan baru dalam struktur
organisasi sekolah. Pada pertemuan orientasi,
supervisor memberikan penjelasan mengenai hal-
hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas profesionalisme pendidik
dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah
supervisor memberikan penjelasan penting dan
kemudian meminta masukan dari pendidik
mengenai apa saja yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya
pertemuan orientasi, diharapkan pendidik
terhindar berbagai masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya. Pertemuan orientasi
memberikan kesempatan bagi pendidik untuk
mengemban tugas dan tanggungjawabnya dalam
melaksanakan perannya sebagai tenaga pendidik.
Pertemuan orientasi ini dapat dimanfaatkan oleh
supervisor untuk mengajak para pendidik
membuat perencanaan program supervisi yang
akan dilaksanakan di sekolah.
b. Rapat Guru
Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik
supervisi untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar di sekolah. Rapat ini diadakan untuk
membahas masalah-masalah yang terjadi pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Rapat
guru akan menghasilkan pendidik yang baik, jika
direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai
dengan kesepakatan yang dicapai dalam rapat.
48. 39
Tujuan umum daripada rapat pendidik ini antara
lain sebagai berikut :
1) Menyatukan pandangan-pandangan dan
pendapat pendidik tentang konsep umum
maupun metode metodeuntuk mencapai
tujuan pendidikan yang menjadi tanggung
jawab bersama.
2) Mendorong pendidik untuk melaksanakan
tugasnya dan mendorong kemajuan mereka.
3) Menyatukan pendapat-pendapat tentang
metode kerja yang baik yang akan membawa
ke arah pencapaian tujuan pengajaran di
sekolah.
4) Mengintegrasikan anggota-anggota staf
sekolah dan mengkoordinir pekerjaan,
mempersatukan pandangan dalam usaha
kerjasama mencapai tujuan sekolah (Asifa
dan Afriansyah, 2020).
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan
yang diakukan sejumlah guru yang memiliki
keahlian di bidang studi tertentu. Kelompok guru
tersebut melakukan pertemuan, baik secara rutin
maupun insindentil, untuk mempelajari atau
mengkaji suatu atau sejumlah masalah yang
menyangkut pennyajian dan pengembangan
materi bidang studi. Semua aktivitas tersebut
perlu diketahui dan dikendalikan oleh supervisor
agar kegiatan studi kelompok berjalan sesuai
dengan skema yang diberikan. Kehadiran
supervisor sebagai inspirator untuk memperbaiki
pengajaran dan dapat mendorong perolehan hasil
yang maksimal. Dengan demikian, studi kelompok
antar guru penting dilakukan untuk
meningkatkan kualitas penguasaan materi
pelajaran dan kualitas dalam memberi layanan
belajar.
49. 40
Supervisor dapat memfasilitasi studi kelompok ini
dari persiapan diri dengan menyediakan sumber-
sumber buku, dan sumber-sumber lainnya. Jika
memungkinkan mencari nara sumber yang ahli
dibidangnya.
d. Lokakarya (Workshop)
Lokakarya atau workshop diartikan sebagai suatu
kegiatan belajar secara berkelompok yang terjadi
dari sejumlah guru yang sedang memecahkan
suatu masalah melalui percakapan. Ciri-ciri
workshop pendidikan meliputi: 1) Masalah yang
dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari
peserta sendiri; 2) Cara pemecahan masalahnya
dengan metode pemecahan “musyawarah dan
penyelidikan”.
e. Tukar menukar pengalaman :
Tukar menukar pengalaman atau sharing of
experience, merupakan suatu teknik perjumpaan
dimana guru saling memberi dan menerima,
saling belajar satu dengan lainnya. Menurut
Purwanto (1987), teknik kelompok ialah supervisi
yang dilakukan secara kelompok. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Mengadakan Pertemuan Atau Rapat
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya
menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan
rencana yang telah disusunnya. Yang
termasuk didalam perencanaan itu antara
lain mengadakan rapat-rapat dengan guru.
2) Mengadakan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan
membentuk kelompok-kelompok guru bidang
studi. Kelompok-kelompok sudah dibentuk
itu diprogramkan untuk diskusi guna
membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan usaha pengembangan dalam proses
pembelajaran.
50. 41
Didalam diskusi kepala sekolah sebagai
supervisor dapat memberikan arahan-arahan,
bimbingan, nasehat, ataupun saran-saran
yang diperlukan.
3) Mengadakan Penataran-Penataran (inservice-
training)
Teknik ini dapat dilakukan disekolah sendiri
dengan mengundang narasumber, tetapi
dapat diselenggarakan bersama antar
beberapa sekolah, jika diinginkan biaya yang
lebih irit. Teknik supervisi kelompok yang
dilakukan melalui penataran-penataran
sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran
untuk pendidik-pendidik bidang studi
tertentu, penataran tentang metodologi
pengajaran, dan penataran tentang
administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada
umumnya diselenggarakan oleh pusat atau
wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama
adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari
hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh
pendidik-pendidik.
Pendekatan Supervisi
Supervisi akademik dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan, yaitu pendekatan langsung, pendekatan
tidak langsung , dan pendekatan kolaboratif
1. Pendekatan Langsung (Direktif). Pendekatan direktif
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang
bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan
secara langsung termasuk memberikan penguatan
(reinforcement) . Dalam pendekatan ini yang lebih
dominan adalah perilaku supervisor. Sudarsono
(2016) menyatakan bahwa, pendekatan langsung
dianggap kurang efektif dan mungkin kurang
manusiawi, karena kepada pendidik yang disupervisi
tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan
51. 42
kemampuan dan kreatifitas mereka. Walaupun
dikatakan kurang efektif namun pelaksanaan
pendekatan supervisi tetap memberikan rangsangan
dan penguatan agar pendidik lebih termotivasi dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Pada pendekatan ini supervisor lebih
mengarahkan dan membimbing pendidik untuk
pelaksanaan pengajaran dan perbaikan, menetapkan
standar pengajaran dan menemukan masalah dalam
pengajaran dan standar yang telah ditetapkan secara
bersama (Sahertian, 2000).
Supervisor dan pendidik secara bersama bertanggung
jawab dalam penjaminan mutu pendidikan.
2. Pendekatan Tidak Langsung. Pendekatan tidak
langsung adalah cara pendekatan terhadap
permasalahan yang sifatnya tidak langsung
(Sahertian, 2000). Pendekatan tidak langsung adalah
cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak
secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi
supervisor mendengarkan gagasan, ide pendidik
terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran , dan memberi kesempatan sebanyak
mungkin kepada guru. Pada pendekatan tidak
langsung ini berdasarkan pada pemahaman
psikologis humanistik, psikologi humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena
pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka
supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan
yang dihadapi guru. Supervisor juga meminta
pendidik menyampaikan hal-hal yang kurang
dipahaminya berkenaan dengan pembelajaran dan
mewujudkan inisiatif, kreativitas serta inovasi
pendidik dalam mengatasi masalahnya, juga
mendorong semangat pendidik dalam meningkatkan
kinerja khususnya dalam pembelajaran.
3. Pendekatan Kolaboratif. Pendekatan kolaboratif
adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non-direktif menjadi
pendekatan baru.
52. 43
Pada pendekatan ini baik supervisor maupun
pendidik bersama-sama, bersepakat untuk
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah
yang dihadapi pendidik. Pendekatan ini menjadi
saling terkait oleh supervisor dan pendidik.
Supervisor memberikan arahan juga memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk menyampaikan
permasalahan yang dihadapi dan mengembangkan
inovasi, kreatifitas dan inisiatif dalam pemecahan
masalah.
53. 44
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi (2004). Dasar-Dasar Supervisi. PT .
Rineka Cipta. Jakarta
Asifa, Putri dan Afriansyah, Hade (2020). Proses dan
Teknik Supervisi. Universitas Negeri Padang. Padang
Daryanto, M. (2001). Administrasi Pendidikan. Rineka
Cipta. Jakarta
Hariwung, A.J. (1989). Supervisi Pendidikan. Depdikbud,
Jakarta
Nasution, Inom (2021). Supervisi Pendidikan. CV.
Pusdikra Mitra Jaya. Medan
Priansa, D. J. (2014). Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Alfabeta- Bandung
Purwanto, Ngalim. (2010). Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung
Purwanto, M. Ngalim (1987). Evaluasi dan Supervisi
Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta.
Jakarta
Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi pembelajaran dalam
profesi pendidikan, Alphabeta. Bandung
Sahertian, Piet A. (2000), Konsep dasar dan teknik
supervise pendidikan dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Subroto, B. Suryo. (1984) Dimensi-dimensi Administrasi
Pendidikan di Sekolah. Bina Aksara . Bandung
Sudarsono. (2016) Implementasi Pendekatan Direktif, Non
Direktif Dan Kolaboratif Dalam Supervisi Di Man
Trenggalek. Jurnal khabilah
54. 45
Profil Penulis
Dewi Lestarani, S.Pd., M.Pd
Lahir di Lewa, 22 Desember 1989. Penulis
telah menyelesaikan studi S1 pada Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas Nusa
Cendana pada tahun 2012. Penulis
kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Malang dan berhasil lulus pada tahun
2018 dengan hasil penelitian berupa Model Pembelajaran
Learning Cycle 5E – Think Pair Share terhadap Hasil
Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis. Dari tahun 2019
hingga saat ini, penulis menjadi dosen PNS di Program
Studi S1 Pendidikan Kimia Universitas Nusa Cendana
Kupang.
Untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
didanai oleh internal perpendidikan tinggi dan juga
Kemendikbud RISTEK. Penulis juga aktif dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat. Penulis juga
berkontribusi dalam menulis buku Dasar-Dasar
Pendidikan dan Manajemen Pendidikan ini dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa
dan negara.
Email Penulis: dewi.lestarani@staf.undana.ac.id
56. 47
4
MODEL DAN METODE SUPERVISI
PENDIDIKAN
Siti Zulaichoh, S.S., M.Pd
Yayasan Nurul Huda Bantur – Malang - Jawa Timur
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus
di bina dan di kembangkan terus-menerus. Pembentukan
profesi guru di laksanakan melalui program pendidikan
pra-jabatan (pre-service education) maupun program
dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru
yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik
dan kualified (well training and well qualified). Potensi
sumber daya guru itu terus-menerus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melaksanakan fungsinya secara
profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba
cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Peningkatan ini akan berhasil apabila dilakukan oleh
guru dengan kemauan dan usaha sendiri. Itulah sebabnya
mengapa pengetahuan tentang supervisi pendidikan itu
diperlukan untuk memberikan bantuan kepada guru
dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan
professional mereka dengan memanfaatkan sumber yang
57. 48
tersedia. Uraian berikut ini merupakan jawaban mengapa
guru-guru memerlukan pelayanan supervisi pendidikan.
Pada bahasan kali ini kita akan mengupas mengenai
Model dan Metode dalam supervisi Pendidikan.
Model Supervisi Pendidikan
Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna
bentuk atau kerangka sebuah konsep, ataupun pola.
Model sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu
kegiatan. Dalam pengertian lain “model” juga artikan
sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya, misalnya “globe” merupakan bentuk dari
bumi (Harjanto 2006: 13). Dalam uraian selanjutnya
istilah “model” digunakan untuk menunjukkan
pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran.
Sedangkan “model dasar” dipakai untuk menunjukkan
model yang “genetik” yang berarti umum dan mendasar
yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut
dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru.
Raulerson (dalam Harjanto, 2006: 14) mengartikan model
diartikan sebagai “asetofparts united by some form of
interaction” (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian
yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk
hubungan saling mempengaruhi. Contohnya sistem tata
surya, sistem pencernaan, sistem kekerabatan. Khusus
dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan supervisi,
penulis lebih tepat menggunakan istilah acuan yang di
pakai dalam melaksanakan supervisi. (Sehertian, 2000:8)
membagi model supervsi menjadi empat bentuk:
1. Model konvensional (tradisional),
2. Model ilmiah,
3. Model klinis, dan
4. Model artistic.
58. 49
1. Model konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi
masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuaaan
yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada
sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin
cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku
supervisilah mengadakan inpeksi untuk mencari
kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-
kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini di
sebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut
supervsisi yang korektif. Memang sangat mudah
untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih
sulit lagi “untuk melihat segi-segi positif dalam
hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan
seorang supervisior yang bermaksud hanya untuk
mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang
tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam
membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan
tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru
merasa tudak puas dan ada sikap yang tampak dalam
kinerja guru:
a. Acuh tak acuh (membodohkan), dan
b. Menantang (agresif).
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini
masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang
ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran.
Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek
supervisi seperti itu adalah cara memberi supervisi
yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak
boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah
bagaiamana cara kita mengkonsumsikan apa yang
dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa
dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan
dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada
yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis
pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai
bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
59. 50
2. Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Dilaksanakan secara berencana dan kontinu;
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta
teknik tertentu;
c. Menggunakan instrument pengumpulan data;
d. Ada data yang objektif yang diperoleh dari
keadaan rill.
Dengan menggunakan meritrating, skala penilainan
atau checklist lalu para siswa atau mahasiswa melalui
proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di
kelas. Hasil penelitian di berikan kepada guru-guru
sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru
pada catu atau semester yang lalu. Dan ini tidak
berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan
perbaikan. Penggunaann alat perekam data ini
berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun
demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum
merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi
yang lebih mansiawi.
3. Model Supervisi Klinis
Supervise klinis adalah bentuk yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melaui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta
analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan
mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis
adalah proses membantu guru-guru memperkecil
kesenjangan anatar tingkah laku mengajar yang nyata
dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Lebih
lengkap tentang super klinis dalam uraian tersendiri.
4. Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge),
mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengjar
juga suatu kiat (art).
60. 51
Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai
kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervsisi
adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan, dan
juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja
untuk orang lain (working for the others), bekerja
dengan orang lain (working with the others), bekerja
melalui orang lain (working hrough the others). Dalam
hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu
rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama.
Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan
untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.
Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur
kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling
menghormati, saling mengakui, saling menerima
seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak
melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih
banyak.
Metode Supervisi Pendidikan
Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu
cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna
merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh
sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu
sendiri. Dengan kata lain metode adalah sarana untuk
mencapai tujuan. Setiap metode memiliki teknik-teknik
tertentu yang sesuai dengan tujuan yang harus
dicapainya. Berikut ini akan diuraikan tentang metode
supervisi pendidikan:
1. Metode Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah berupa kegiatan
pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap
kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di
dalam mengelola, mengadministrasikan dan
melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga
dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi
standar pendidikan nasional. Berikut metode
supervisi manajerial yang dapat dikembangkan oleh
para pengawas sekolah:
61. 52
a. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan dalam supervisi
tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan
untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai
dengan rencana, program, dan/atau standar yang
telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-
hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program .Monitoring lebih berpusat pada
pengontrolan selama program berjalan. Melalui
monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi
sekolah atau pihak lain yang terkait untuk
menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek
yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal
yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan
monitoring ini tentunya pengawas harus
melengkapi diri dengan parangkat atau daftar
isian yang memuat seluruh indikator sekolah
yang harus diamati dan dinilai. Sedangkan
kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui
sejauhmana kesuksesan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana
keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan
program, mengetahui keberhasilan program,
mendapatkan bahan/masukan dalam
perencanaan tahun berikutnya, dan memberikan
penilaian (judgement) terhadap sekolah.
b. Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen
sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi,
maka judgement keberhasilan atau kegagalan
sebuah sekolah dalam melaksanakan program
atau mencapai standar bukan hanya menjadi
otoritas pengawas.
62. 53
Hasil monitoring yang dilakukan pengawas
hendaknya disampaikan secara terbuka kepada
pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara
bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan
refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan
sendiri faktor-faktor penghambat serta
pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group
Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur
stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus
ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran
sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD
adalah untuk menyatukan pandangan
stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan
dan kelemahan) sekolah, serta
menentukan langkah-langkah strategis maupun
operasional yang akan diambil untuk memajukan
sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah
sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber
apabila diperlukan, untuk memberikan masukan
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas
dalam membantu pihak sekolah merumuskan
visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep
MBS, dalam merumuskan Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah
harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan
yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi
sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta
pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi
dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”,
tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman
terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan
misi tersebut tidak realistis, dan tidak
memberikan inspirasi kepada warga sekolah
untuk mencapainya.
63. 54
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk
melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa
memandang faktor-faktor status yang sering
menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau
musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas
pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan
guru, maka biasanya pembicaraan hanya
didominasi oleh orang-orang tertentu yang
percaya diri untuk berbicara dalam forum.
Selebihnya peserta hanya akan menjadi
pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas
kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil
keputusan yang melibatkan banyak pihak.
Langkah-langkahnya menurut Gorton adalah
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak
yang dianggap memahami persoalan dan
hendak dimintai pendapatnya mengenai
pengembangan sekolah;
2) Masing-masing pihak diminta mengajukan
pendapatnya secara tertulis tanpa disertai
nama/identitas;
3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan
membuat daftar urutannya sesuai dengan
jumlah orang yang berpendapat sama;
4) Menyampaikan kembali daftar rumusan
pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk
diberikan urutan prioritasnya.
5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas
menurut peserta, dan menyampaikan hasil
akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta
yang dimintai pendapatnya.
64. 55
d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah
satu metode yang dapat ditempuh pengawas
dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan
beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah
dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan
dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat
diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja
Kepala Sekolah atau organisasi sejenis
lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat
mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop
tentang pengembangan KTSP, peran serta
masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
Berbagai macam metode dan teknik dapat digunakan oleh
supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara
perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka
dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi (Sagala 2010: 210). Adapun metode dalam
Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Metode Supervisi yang bersifat kelompok
Metode Supervisi yang bersifat kelompok ialah
teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan
guru secara bersama – sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008:
86).
Metode Supervisi yang bersifat kelompok antara lain :
(Sagala 2010 : 210 – 227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertmuan orientasi adalah pertemuan anatar
supervisor dengan supervisee (Terutama guru
baru) yang bertujuan menghantar supervisee
memasuki suasana kerja yang baru dikutip
menurut pendapat Sagala (2010: 210) dan
Sahertian (2008: 86).
65. 56
Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan
dapat menyampaikan atau menguraikan kepada
supervisee hal – hal sebagai berikut (Sahertian
2008: 86):
1) Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
2) Proses dan mekanisme administrasi dan
organisasi sekolah.
3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan
penyajian seluruh kegiatan dan situasi
sekolah.
4) Sering juga pertemuan orientasi ini juga
diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk
diskusi kelompok dan lokakarya.
5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat –
tempat tertentu yang berkaitan atau
berhubungan dengan sumber belajar.
6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi
pembinaan segi sosial dalam orientasi ini
adalah makan bersama.
7) Aspek lain yang membantu terciptanya
suasana kerja ialah bahwa guru baru tidak
merasa asing tetapi guru baru merasa
diterima dalam kelompok guru lain.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok
melalui rapat guru yang dilakukan untuk
membicarakan proses pembelajaan, dan upaya
atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta
2009: 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru
yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010:
212) dan Pidarta (2009: 171) adalah sebagai
berikut:
1) Menyatukan pandangan – pandangan guru
tentang masalah – masalah dalam mencapai
makna dan tujuan pendidikan.
66. 57
2) Memberikan motivasi kepada guru untuk
menerima dan melaksanakan tugas–tugasnya
dengan baik serta dapat mengembangkan diri
dan jabatan mereka secara maksimal.
3) Menyatukan pendapat tentang metode kerja
yang baik guna pencapaian pengajaran yang
maksimal.
4) Membicarakan sesuatu melalui rapat guru
yang bertalian dengan proses pembelajaran.
5) Menyampaikan informasi baru seputar belajar
dan pembelajaran, kesulitan – kesulitan
mengajar, dan cara mengatasi kesulitan
mengajar secara bersama dengan semua guru
disekolah.
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang
memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti
MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol
oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak
berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada
kaitannya dengan materi. Topik yang akan
dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan
disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan
teknik supervisi ini adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas penguasaan materi
dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
2) Memberi kemudahan bagi guru – guru untuk
mendapatkan bantuan pemechan masalah
pada materi pengajaran.
3) Bertukar pikiran dan berbicara dengan
sesama guru pada satu bidang studi atau
bidang – bidang studi yang serumpun.
67. 58
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat
melalui suatu percakapan tentang suatu masalah
untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu teknik supervisi kelompok
yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri
para guru dalam mengatasi berbagai masalah
atau kesulitan dengan cara melakukan tukar
pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui
teknik ini supervisor dapat membantu para guru
untuk saling mengetahui, memahami, atau
mendalami suatu permasalahan, sehingga secara
bersama–sama akan berusaha mencari alternatif
pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010:
213). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi
adalah untuk memecahkan masalah – masalah
yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari –
hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii
diskusi.
Hal–hal yang harus diperhatikan supervisor
sebagai pemimpin diskusi sehingga setiap
anggota mau berpartisipasi selama diskusi
berlangsung supervisor harus mampu :
1) Menentukan tema perbincangan yang lebih
spesifik.
2) Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang
dengan keadaan dan topik yang dibahas
dalam diskusi.
3) Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat
dimengerti oleh semua anggota dan dapat
memecahkan masalah dalam pengajaran.
4) Melihat bahwa kelompok merasa diperlukan
dan diikutsertakan untuk mencapai hasil
bersama.
5) Mengakui pentingnya peranan setiap anggota
yang dipimpinnya.
68. 59
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar
kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik
yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan
workshop antara lain :
1) Masalah yang dibahas bersifat “Life centered”
dan muncul dari guru tersebut,
2) Selalu menggunakan secara maksimal
aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan
sehingga tercapai perubahan profesi yang
lebih tinggi dan lebih baik.
f. Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of
Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru
menyampaikan pengalaman masing-masing
dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah
diajarkan, saling memberi dan menerima
tanggapan dan saling belajar satu dengan yang
lain. Langkah–langkah melakukang sharing
antara lain :
1) Menentukan tujuan yang akan dicapai.
2) Menentukan pokok masalah yang akan
dibahas.
3) Memberikan kesempatan pada setiap peserta
untuk menyumbangkan pendapat pendapat
mereka
4) Merumuskan kesimpulan.
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip
oleh Sagala (2010: 216) adalah teknik pelaksanaan
supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi –
pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran
disekolah. Teknik – teknik individual dalam
pelaksanaan supervisi antara lain :
69. 60
a. Teknik Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik
kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam
satu kelas pada saat guru sedang mengajar
dengan tujuan untuk membantu guru
menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya
supervisor memperoleh data tentang keadaan
sebenarnya mengenai kemampuan dan
ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan
yang ada kemudian melakukan perbincangan
untuk mencari pemecahan atas kesulitan –
kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga
kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan.
Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara,
yatiu :
1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu,
2) Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,
3) Kunjungan kelas atas undangan guru,
4) Saling mengunjungi kelas.
b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru
mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan
tujuan untuk memperoleh data tentang segala
sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar.
Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan
pembinaan terhadap guru yang diobservasi.
Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas
ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu
sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya
tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Selama berada dikelas supervisor melakukan
pengamatan dengan teliti, dan menggunakan
instrumen yang ada terhada lingkungan kelas
yang diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.