SlideShare a Scribd company logo
COVER
BUNGA RAMPAI
SUPERVISI PENDIDIKAN
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
SUPERVISI PENDIDIKAN
Bismar Sibuea
Heru Christianto
Dewi Lestarani
Siti Zulaichoh
Arisatul Muwafiqoh
Khoirul
Dorthea Maria Woga Nay
Sumarsih
Wiwin Nur Aeni
Endi Rochaendi
Juvrianto Chrissunday Jakob
Penerbit
CV. MEDIA SAINS INDONESIA
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
SUPERVISI PENDIDIKAN
Bismar Sibuea
Heru Christianto
Dewi Lestarani
Siti Zulaichoh
Arisatul Muwafiqoh
Khoirul
Dorthea Maria Woga Nay
Sumarsih
Wiwin Nur Aeni
Endi Rochaendi
Juvrianto Chrissunday Jakob
Editor :
Toman Sony Tambunan
Tata Letak :
Linda Setia Kasih Zendrato
Desain Cover :
Nathanael
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
iv, 191
ISBN :
978-623-195-134-2
Terbit Pada :
Maret 2023
Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,
memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.
PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA
(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga buku
kolaborasi ini dalam bentuk Bunga Rampai dapat diselesaikan
penulisannya dengan baik, dipublikasikan, dan dapat sampai di
hadapan pembaca. Bunga Rampai ini disusun oleh sejumlah
Dosen, dan praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-
masing.
Buku ini diharapkan dapat hadir memberi kontribusi positif
dalam penyebaran ilmu pengetahuan, khususnya terkait
dengan berbagai teori dalam konsep supervisi di bidang
pendidikan. Buku ini memberikan nuansa berbeda yang saling
menyempurnakan dari setiap pembahasannya, bukan hanya
dari segi konsep yang tertuang secara terperinci, tetapi juga
melalui penyampaian contoh penerapan yang sesuai dan
mudah dipahami.
Sistematika buku ”Supervisi Pendidikan” ini mengacu pada
pendekatan konsep teoritis dan contoh penerapan. Buku ini
terdiri atas 11 Bab yang dibahas secara rinci dalam
pembahasan mengenai konsep dasar supervisi dalan bidang
pendidikan, diantaranya: Pengantar Supervisi Pendidikan, Teori
Supervisi Pendidikan, Teknik dan Pendekatan Supervisi
Pendidikan, Model dan Metode Supervisi Pendidikan, Prinsip
Supervisi Pendidikan, Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan,
Program Supervisi Pendidikan, Konsep Evaluasi Program
Supervisi Pendidikan, Supervisi Klinis, Kompetensi Kepala
Sekolah dan Pengawas Sekolah, Efektivitas Peran Supervisor
dalam Supervisi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan lebih lanjut. Akhirnya kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
proses penyusunan dan penerbitan buku ini, secara khusus
kepada Penerbit Media Sains Indonesia sebagai inisiator buku
Bunga Rampai ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Februari 2023
Editor
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................ii
1 PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN...................1
Pendahuluan ..........................................................1
Tujuan Supervisi ....................................................4
Jenis–jenis Supervisi Pendidikan ............................6
Fungsi Supervisi .....................................................7
Prinsip–prinsip Supervisi ......................................11
2 TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN...........................15
Pengertian Supervisi Pendidikan...........................15
Supervisi Akademik ..............................................18
Supervisi Manajerial .............................................24
Supervisi Administrasi..........................................25
Supervisi Lembaga................................................27
3 TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI
PENDIDIKAN ........................................................31
Teknik Supervisi Pendidikan.................................32
Pendekatan Supervisi ...........................................41
4 MODEL DAN METODE SUPERVISI
PENDIDIKAN ........................................................47
Model Supervisi Pendidikan..................................48
Metode Supervisi Pendidikan ................................51
5 PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN ........................67
Makna Prinsip ......................................................67
Prinsip-prinsip Supervisi ......................................69
6 RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN..........83
iii
Ruang Lingkup Supervisi dalam Pendidikan.........83
Langkah-langkah Supervisi dalam
Ruang Lingkup Pendidikan...................................87
Aspek-aspek Ruang Lingkup
Supervisi Pendidikan ............................................88
Kapabilitas Supervisor dalam
Lingkup Pendidikan..............................................91
Efektivitas Supervisi dalang
Lingkup Pendidikan..............................................93
7 PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN ....................99
Pendahuluan ........................................................99
Pengertian Program Supervisi Pendidikan...........100
Fungsi dan Tujuan Program
Supervisi Pendidikan ..........................................101
Isi Program Supervisi Pendidikan .......................103
Jenis dan Prioritas Program................................106
Prinsip Program Supervisi...................................107
Tahapan Penyusunan Program ...........................108
Penilaian Program Supervisi ...............................110
8 KONSEP EVALUASI PROGRAM SUPERVISI
PENDIDIKAN ......................................................115
Pendahuluan ......................................................115
Pengertian Evaluasi Program ..............................115
Perbedaan Monitoring dan Evaluasi Program......118
Model-model Evaluasi Program...........................119
Evaluasi Program Supervisi Pendidikan..............123
Tujuan Evaluasi Supervisi ..................................127
Langkah–langkah Evaluasi Program Supervisi....129
iv
9 SUPERVISI KLINIS..............................................133
Definisi ...............................................................133
Ciri–Ciri ..............................................................134
Tujuan................................................................135
Langkah–langkah Supervisi Klinik......................137
Kompetensi Supervisor .......................................142
Supervisi Klnik Melalui Peer Coaching ................145
10 KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN
KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH .................151
Pendahuluan ......................................................151
Kompetensi Kepala Sekolah
dan Pengawas Sekolah........................................157
Kesimpulan.........................................................169
11 EFEKTIVITAS PERAN SUPERVISOR
DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN .......................175
Pendahuluan ......................................................175
Supervisor dalam Dunia Pendidikan...................176
Peran Supervisor: Apakah Penting? ....................179
Supervisor dan Supervisi Pendidikan..................182
1
1
PENGANTAR SUPERVISI
PENDIDIKAN
Bismar Sibuea, M.Pd
Universitas Simalungun
Pendahuluan
Lembaga Pendidikan yang dihuni oleh orang –orang yang
berpendidikan secara explisit terlihat sebagai suatu
lembaga yang idealnya akan lebih menjamin kepatuhan
terhadap regulasi dalam menjalankan setiap kegiatan
yang ada dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
secara keseluruhan. Untuk menjaga keilmiahan setiap
kgiataan bahkan telah disusun sedemikian rupa dengan
mendetail. Khususnya dalam ruang lingkup sekolah
ataupun kampus selaku ujung tombak pelaksanaan
pendidikan itu sendiri telah diatur pelaksanaanya pun
rangkaian kegiatan pembelajaran dalam konsep
kurikulum. Dalam skema yang lebih kecil, lebih terperinci
lagi setiap proses pembelajara didalam kelas pun tidak
terlepas dari perencanaan yang matang yang disusun
dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ataupun
SAP (Satuan Acara Pembelajaran). Dalam ilmu
Manajemen, keberhasialan suatu program atau kegiatan
tidak serta merta bergantung pada detail atau baiknya
suatiu rencana, keteraturan sebuah rencana maupun
pelaksanaanya tidak akan berjalan dengan mulus tanpa
adanya pengawasan. Selaras dengan itu, pun dalam dunia
pendidikan khususnya dalam ruang lingkup sekolah
maupun lembaga pendidikan lainnya, setiap program
maupun kegiatan tidak cukup hanya dengan rencana dan
2
pelaksanaan yang didesign secara apik. Namum sangat
dibutuhkan pengawasan yang sustainable.
Pengawasan atau pun supervise jika diartikan dalam
deenisi yang sempit bisa diartikan sebagai sebuah
inspeksi, audit, yang terkesan dilaksanakan untuk
mengawaasi dan menemukan kesalahan – kesalahan yang
dilakukan dalam hal ini adalah tenaga pendidik maupun
tenaga kependiidikan. Kegiatan ini seperti sebuah
kegiatan pengauditan, ini bisa diasumsikan negative atau
kegiatannya semacam memiliki konotasi yang negative.
Maka dalam hal ini perlu lebih dijelaskan secara
mendalam bahwa pengawasan jika diartikan secara
sempit bisa jadi memiliki muatan yang negatif.
Pengawasan ataupun supervise dewasa ini sudah lebih
diartikan umum secara luas sebagai suatu kegiatan
bimbingan bagi para pelaku pendidikan, dalam konteks
sekolah, supervise bukan lah kegiatan yang dilakukan
untuk mencari kesalahan tapi kegiatan bimbingan,
pembinaan, pengarahan bagi para guru dalam
mengembangkan kemampuan guru dan membantu
memecahkan permasalahan – permasalaha yang dihadapi
guru dalam proses pembelajaran.
Jika dilihat dari terminology, Supervisi berasal dari dua
kata, yaitu Super dan Vision. Super bisa diartikan sebagai
sesuatu yang kuat melebihi kekuatan yang biasanya, atau
dapat juga dianalaogikan sebagai sesuatu yang berada
diatas, sedangkan vision bisa didefenisikan sebagai sudut
pandang, atau melihat sesuatu dari satu tempat. Jadi
supervisi bisa diartikan sebagai melihat sesuatu dari
sudut pandang yang berada diatas.
Sudarwan dan Khairil 2010, menyatakan supervise
adalah proses bimbinggan professional untuk
meningkatkan derajat profesionalitas guru bagi
peningkatan mutu proses penidikan dan pembelajaran
khususnya prestasi belajar siswa.
Dengan kalimat yang berbeda Purwanto (2000)
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
3
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif.
Dengan kalimat yang lebih lengkap, Tim Dosen
Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia (2014)
menjelaskan bahwa supervisi merupakan bimbingan
profesional bagi guru-guru, bimbingan profesional yang
dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan
kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara
profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu perbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar murid.
Good Carter dalam Dictionary of Education, yang dikutip
dari buku Supervisi Pendidikan karya Dr Surdadi, 2021
menjelaskan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-
petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran. Situasi
belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung
kepada ketrampilan supervisor sebagai pemimpin.
Dari berberapa opini para ahli diatas bisa disimpulkan
bahwa Supervisi bukalah suatau kegiatan untuk mencari
kesalahan atau mengaudit suatu kegiatan pengajaran
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran,
melainkan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
pembinaan, pengarahan, dan conseling bagi para guru
ataupun tenaga pendidik dalam menghadapi masalah –
masalah yang ada dan dimungkinkan timbul dalam
proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan
kompetensi para guru atau tenaga pendidik.
Konsep supervise di Indonesia mulai dikenal dan
diimplementasikan sejak terbitnya Keputusan Menteri P
dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa
saja yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu
kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat kecamatan,
dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya
serta staf kantor bidang yang ada di setiap provinsi.
4
Kemudian pada PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat
perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik.
Istilah pengawas dikhususkan untuk supervisor
pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus untuk
pendidikan luar sekolah.
Standariasasi kualitas atau kompetensi pengawas yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana,
Nana, 2006) bahwa pengawas sekolah berfungsi sebagai
supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor
manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas
sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan
profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor
manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala
sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan
dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya
menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Semua produk
hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas
bukan hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan di
kantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai fungsi
penggerak kemajuan pendidikan di sekolah.
Tujuan Supervisi
Selaras dengan defenisi yang dijabarkan secara gamblang
pada part diatas, tujuan supervisi juga banyak
diasumsikan secara berbeda oleh para pakar, walaupun
secara esensi dari supervise itu sendiri, perbedaan tujuan
supervise oleh para pakar tidak lari dari inti supervise itu
sendiri.
Sulistyorini, 2009 menyatakan bahawa tujuan supervisi
adalah menolong guru-guru agar dengan kesadarannya
sendiri berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi
guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan
tugasnya.
Sahertian 2008, dengan kalimat yang berbeda
menjelaskan bahwa tujuan supervisi ialah memberikan
layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas
5
mengajar guru dikelas yang pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa.
Menurut Burton dan Bruckner dalam suhartian yang
dikutip oleh Inom Nasution dalam bukunya “Supervisi
Pendidikan” 2021, tujuan utama supervisi pendidikan
adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik.
Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama
supervisi pendidikan bukan hanya perbaikan
pembelajaran tapi mengkoordinasi, menstimulasi,
mendorong ke arah pertumbuhan guru.
Swearingen dalam bukunya Supervision of Instruction -
Foundation and Dimention, yang dikutip oleh Sahertian
mengemukakan 8 fungsi supervisi, yaitu:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar
7. Memberikan ketrampilan dan pengetahuan kepada
setiap anggota staf
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi
dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Pemerintah Indonesia melalui kementrian Pendidikan
yang dituangkan dalam Depdiknas menjelaskan ada tiga
tujuan supervisi pendidikan yaitu;
1. Supervisi pendidikan diselenggarakan dengan
maksud membantu guru mengembangkan
kemampuannya profesionalnnya dalam memahami
aka demik, kehidupan kelas mengembangkan
keterampilan mengajarnya dan menggunakan
kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
6
2. Supervisi pendidikan diselenggarakan dengan
maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar
di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan
melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di
saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi
dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan
sebagian murid-muridnya.
3. Supervisi pendidikan diselenggarakan untuk
mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong
guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang
sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan
tanggung jawabnya
Jenis–jenis Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bukanlah semata terfokus pada satu bidang
saja. Supervise bukan hanya menyentuh proses
pembelajaran saja, namun termasuk pengawasan pada
tenaga kependidikan dan manajerial. Dari keterangan
diatas maka supervise pendidikan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis. Diantaranya sebagai berikut :
1. Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah pengawasan yang focus
menitik beratkan pengamatan supervisor pada
masalah -masalah akademik, yaitu hal-hal yang
langsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses
pembelajaran.
2. Supervisi Administrasi.
Supervisi Administrasi adalah pengawasan yang
menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-
aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dengan pelancar terlaksananya pembelajaran.
7
3. Supervisi Lembaga.
Merupakan supervisi pendidikan dengan fokus pada
pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang
berada di lembaga pendidikan. Jika supervisi
akademik dimaksudkan untuk meningkatkan
pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan
untuk meningkatkan kinerja dan nama baik atau
kredibilitas lembaga pendidikan (Suhardan, 2014,
hlm. 47).
Fungsi Supervisi
Anwar dan Sagala (2004) menjelaskan bahwa supervise
atau supervisor sebagai pelaku memiliki fungsi utama
sebagai berikut :
1. Menetapkan Masalah
Supervisor menetapkan masalah yang benar – benar
mendesak untuk ditanggulangi, dimana sebelumnya
dilakukan pengumpulan data terkait masalah
tersebut. Pengumpulan data dapat dilaksanakan
dengan menggunakan instrument tertentu, seperti
observasi, wawancara, kuestioner dan lainnya. Data
tersebut tentunya diharapkan menghasilkan sebuah
kesimpulan yang sebenarnya.
2. Menyelenggarkaan inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan kepada guru, Kepala
Sekolah lebih dulu perlu mengadakan inspeksi
sebagai usaha mensurvei seluruh sistem pendidikan
yang ada. Survei ini berguna untuk menghimpun data
yang aktual, bukan informasi yang kadaluarsa,
sehingga ditemukan masalamasalah, kekurangan-
kekurangan baik pada guru maupun pada siswa,
perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode
pengajaran dan perangkat lain sekitar proses
pembelajaran. Hasil inspeksi dan survei tersebut
dapat dijadikan dasar oleh Kepala Sekolah untuk
memberikan bantuan professional.
8
3. Penilaian Data dan Informasi
Hasil inspeksi dan survei yang telah dihimpun diolah
sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam penelitian.
Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur
yang efektif dalam memberi pertimbangan bantuan
mengajar, supervisi dipandang telah memberi solusi
problematika terhadap pembelajaran yang
memuaskan bagi guru. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam melaksanakan kegiatan penelitian
supervisi adalah sebagai berikut.
a. Menemukan masalah yang ada pada situasi
pembelajaran;
b. Mencari dan menentukan teknik pemecahan
masalah yang dipandang efektif;
c. Menyusun alternatif program perbaikan;
d. Mencoba cara baru dengan melakukan inovasi
pendekatan pembelajaran; dan
e. Merumuskan dan menentukan pola perbaikan
yang lebih standar untuk pemakaian yang lebih
luas
4. Penilaian
Fungsi Penilaian Merupakan usaha untuk
mengetahui segala fakta yang mempengaruhi
kelangsungan persiapan, perencanaan dan program,
penyelenggaraan dan evaluasi hasil pengajaran.
Setelah Kepala Sekolah mengambil kesimpulan
tentang situasi yang sebenarnya terjadi, maka Kepala
Sekolah harus melaksanakan penilaian terhadap
situasi-situasi tersebut. Kepala Sekolah diharapkan
tidak memfokuskan pada hal-hal yang negatif saja,
tetapi juga hal-hal yang dapat dinyatakan sebagai
kemajuan.
5. Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian,
ditemukan bahwa kemampuan guru terhadap
beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran
masih kurang.
9
Untuk itu kekurangan tersebut diatasi dengan
mengadakan pelatihan yang dilakukan Kepala
Sekolah sebagai supervisor sesuai dengan kebutuhan.
Pelatihan ini bentuknya dapat berupa on the job
training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar,
simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain
yang dipandang efektif
6. Pembinaan dan Pengembangan
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian,
ditemukan bahwa kemampuan guru terhadap
beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran
masih kurang. Untuk itu kekurangan tersebut diatasi
dengan mengadakan pelatihan yang dilakukan Kepala
Sekolah sebagai supervisor sesuai dengan kebutuhan.
Pelatihan ini bentuknya dapat berupa on the job
training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar,
simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain
yang dipandang efektif.
Dalam konteks lembaga pendidikan seperti sekolah
yang dipimpin oleh kepala sekolah yang secara
otomatis memiliki fungsi supervisi, menurut
Ametembun (2007) seorang kepala sekolah memiliki
fungsi utama sebagai berikut :
a. Fungsi penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
objektif tentang situasi pendidikan (khususnya
sasaran-sasaran supervisi pengajaran), maka
diperlukan penelitian terhadap situasi dan
kondisi tersebut. Penelitian di sini dimaksudkan
untuk melihat seluruh situasi proses belajar
mengajar guna menemukan masalah-masalah,
kekurangan baik pada guru, siswa, perlengkapan,
kurikulum, tujuan pengajaran, metode mengajar
maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses
belajar mengajar. Penelitian tersebut harus
bersumber pada data yang aktual dan bukan pada
informasi yang telah kadaluarsa.
10
b. Fungsi Penilaian
Kegiatan penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
situasi dan kondisi pendidikan serta pengajaran
yang telah diteliti sebelumnya, kemudian
dievaluasi untuk melihat bagaimana tingkat
kualitas pendidikan di sekolah itu, apakah
menggembirakan atau memprihatinkan,
mengalami kemajuan atau kemunduran. Hanya
untuk diingat, dalam etika pendidikan, penilaian
itu harus menekankan terlebih dahulu pada
aspek-aspek yang positif (kebaikan dan
kemajuan-kemajuan), kemudian pada aspek-
aspek negatif, kekurangan atau kelemahan-
kelemahan.
c. Fungsi Perbaikan
Setelah diadakannya suatu penilaian terhadap
aspek pengajaran maka yang selanjutnya
dilakukan adalah memperbaiki aspek-aspek
negatif yang timbul. Memperkenalkan cara baru
sebagai upaya perbaikan dan peningkatan. Hal ini
dapat berupa loka karya, seminar, simulasi dan
cara lain yang dipandang efektif.
d. Fungsi Peningkatan
Meningkatkan atau mengembangkan aspek-aspek
positif agar lebih baik lagi dan menghilangkan
aspek negatif yang ada. Sehingga aspek negatif
yang ditimbulkan diubah menjadi aspek positif
dan aspek positif dikembangkan lagi sehingga
menjadi lebih baik. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi
semangat agar guru mau menerapkan cara baru,
termasuk dalam hal ini membantu guru dalam
memecahkan kesulitan dalam menggunakan
cara-cara baru tersebut.
11
Prinsip–prinsip Supervisi
Ujung Tombak Pendidiikan adalah guru. Walaupun
seiring perkmbnagan jaman guru bukan lagi sumber ilmu
satu satunya yang bisa didali oleh siswa, namun guru
tetap menjadi ujung tombak pendidikan di Indonesia.
Guru kini hanya menjadi salah satu sumber
ilmu,Pendidikan indonesia sepakat bahwa guru kini telah
menjelma menjadi Mediator, Fasilitator, Guide bagi para
murid atau siswa dalm proses pembelajaran. Kini guru
sudah persis perannya seperti Dosen, dosen yang dalam
bahasa inggris disebut lectural, yang arti sebanrnya
adalah penceramah, pengarah. Dosen lebih diharaokan
untuk mengarahkan, bukan menjadi narsumber utama.
Maka kompetensi guru menjadi jaminan dalam menilai
kualitas layanan belaar.
Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru,
kemampuan supevisor membantu guru-guru tercerimin
pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada
guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada
muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu
hasil belajarnya.
Dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai
Supervisor, para supervisor harus memperhatikan
prinsip–prinsip berikut :
1. Ilmiah
artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan
dilaksanakan harus sistematis, obyektif, dan
menggunakan instrumen atau sarana yang
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan
dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan
evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
2. Kooperatif,
program supervisi pendidikan dikembangkan atas
dasar kerjasama antar supervisor dengan orang yang
disupervisi. Dalam hal ini supervisor hendaknya
dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan
12
masyarakat sekolah yang berkepentingan dalam
meningkatkan kualitas belajar mengajar.
3. Konstrukti dan kreatif,
membina para guru untuk selalu mengambil inisiatif
sendiri dalam mengembangkan situasi belajar
mengajar.
4. Realistik,
pelakasanaan supervisi pendidikan harus
memperhitungkan dan memperhatikan segala
sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan
kondisi yang obyektif.
5. Progresif,
setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari
ukuran dan perhatian. Artinya apakah yang
dilakukan oleh guru dapat melahirkan pembelajaran
yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar
mengajar.
6. Inovatif,
program supervisi pendidikan selalu melakukan
perubahan dengan penemuan-penemuan baru dalam
rangka perbaikan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan mutu pendidikan.
Jika ditelaah dari beberapa prinsip diatas, supervisor
sejatinya wajib melaksanakan tugasnya dengan prinsip –
prisip diatas yang telah didesign dengan ilmiah, data yang
didapatkan dan dijadikan bahan supervisi haruslah
ilmiah. Pelaksanaan pengembangnya harus
diimplementasikan dengan koperatif, dan upaya –upaya
pengembangan yang dilakukan mengedepankan ke
realistisan situasi dengan kreatif.keratifistas yang realistis
yaang akan menghasilkan progres yang baik dan inovatif
bagi para guru maupun pegawai atau tenaga
kependidikan.
13
Daftar Pustaka
Anwar, Q. & sagala, S. (2004) Profesi Jabatan
Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin
Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka press.
Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik
Supervisi (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, 2008),
Nasution, Inom. (2021) Supervisi Pendidikan, Cv Pusdikra
Mitra Jaya.Medan
Purwanto, N. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sahertian, Piet, (2008) Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendiddikan: dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia, Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, S. (2009) Kemampuan Profesional Guru dan
Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta,
Sudarwan Danim & Khairil, (2010) Profesi Kependidikan,
PT. Alfabeta. Bandung
Suhardan, D. (2014). Supervisi professional. Bandung:
Alfabeta
Sulistyorini, (2009).Manajemen Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Teras
Surdadi, 2021. Supervisi Pendidikan. PT Pustaka Ilmu.
Yogyakarta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. (2014).
14
Profil Penulis
Bismar Sibuea, M.Pd
Penulis lahir dikota Pematangsiantar,
Sumatera utara, dan hingga menjejaki
bangku kuliah penulis bernajka dewasa
dikota kelahiran. Berawal dari ketertarikan
penulis dalam menulis karya sastra seperti
puisi dan cerpen, dan seiring berjalan
waktu penulis terjun kedunia pendidikan, dan aktif
sebagai Dosen di Fakultas Pendidikan, hingga penulis
mulai tertari menuliskarya ilmiah, dan menyusun buku.
Penulis kini sedang melanjutkan pendidikan S-3/program
Doktornya di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Penulis memiliki ketertarikan pada Manajemen
Pendidikan sejak merasakan betapa perlunya manajemen
yang baik pada pendidikan di Indonesia. Dimulai dari
pemerintah pusat selaku pengarah pendidikan hingga ke
instasnsi pendidikan yang terkecilpun sangat
membutuhkan manajemen pendidikan yang baik. Penulis
mulai melakukan penelitian–penelitian kecil dan
sederhana yang dituangkan dalam artikel maupun jurnal–
jurnal terakreditasi nasional yang berkaitan dengan
manajemen pendidikan.
Email Penulis: elbizmarsibuea@gmail.com
15
2
TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN
Heru Christianto, S.Pd., M.Pd
Universitas Nusa Cendana
Kegiatan supervisi mencakup kondisi sarat-sarat personel
maupun material untuk terciptanya situasi belajar yang
efektif, dan usaha memenuhi sarat-sarat itu. Kemampuan
guru dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh
adanya supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah
untuk meningkatkan kinerjanya. Jika ditinjau lebih luas,
supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya
mengawasi apakah para guru/pegawai menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi
atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi
juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara
memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam
kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai
pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner
bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan
pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan
dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha
perbaikan pendidikan.
Pengertian Supervisi Pendidikan
Secara etimologis, supervisi berasal dari bahasa inggris “to
supervise” atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s
Colligate Dictionary disebutkan bahwa supervisi
merupakan “A critical watching and directing”. Beberapa
sumber lainnya menyatakan bahwa supervisi berasal dari
dua kata, yaitu “superior” dan “vision”.
16
Sedangkan hasil analisis menunjukkan bahwa kepala
sekolah digambarkan sebagai seorang “expert” dan
“superior”, sedangkan guru digambarkan sebagai orang
yang memerlukan kepala sekolah. Supervisi adalah segala
bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Supervisi dapat berupa dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha
dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran
dan metode - metode mengajar yang lebih baik, cara-cara
penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses
pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, Supervisi
ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Menurut Purwanto (2010), supervisi ialah suatu aktifitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif. Manullang (2005) menyatakan
bahwa supervisi merupakan proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar
guru menjadi lebih professional dalam menjalankan tugas
melayani peserta didik. Suhardan (2010) juga
mengungkapkan bahwa supervisi merupakan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis
edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik
terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan
terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar
mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar,
pengawasan terhadap situasi yang ditimbulkan. Aktivitas
dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan-
kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang
menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil
melaksanakan tugasnya dengan baik.
17
Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak
lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan.
Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan
bukan hanya sekedar kontrol kegiatan pembelajaran,
namun juga melihat apakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang
telah digariskan. Supervisi dalam pendidikan
mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi
mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personel maupun material yang diperlukan untuk
terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif dan
usaha memenuhi syarat-syarat itu.
Pengertian suvervisi menurut Burton (2011) dalam
bukunya yang berjudul "Supervision a Social Process",
adalah sebagai berikut: "Supervision is an expert technical
service primarily aimed at studying and improving
cooperatively all factors which affect child growth and
development". Sesuai dengan pengertian supervisi
menurut Burton tersebut, maka dapat diartikan bahwa
supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada
dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta
perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum
pendidikan. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara total. Ini
berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk
memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina
pertumbuhan profesi guru dalam arti luas terrnasuk di
dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang
kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu
pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian
bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar,
alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi
pengajaran, dan sebagainya. Fokus supervisi pendidikan
yaitu pada setting for learning, bukan pada seseorang atau
sekelompok orang. Semua orang, seperti guru-guru,
kepala sekolah, dan pegawai sekolah lainnya, adalah
teman sekerja yang sama-sama bertujuan
mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya
kegiatan belajar mengajar yang baik.
18
Menurut Ametembun (2007), supervisi pendidikan adalah
pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan atau
peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan supervisi
menurut Sahertian (2008) telah berkembang dari yang
bersifat tradisional menjadi supervisi yang bersifat ilmiah,
sebagai berikut:
1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur,
berencana dan secara kontinu.
2. Objek, artinya ada data yang didapat berdasarkan
observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
3. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan
informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan
penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan beberapa pengertian supervisi di atas, dapat
diartikan secara sederhana bahwa supervisi merupakan
upaya kepala sekolah dalam pembinaan guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada tiga
macam supervisi yaitu: supervisi akademik, supervisi
administrasi, dan supervisi lembaga.
Supervisi Akademik
Secara konseptual, Glickman (2007) merumuskan
supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan yang
membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik menekankan pada
penjaminan kualitas proses belajar mengajar. Esensi
supervisi akademik bukan menilai unjuk kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan
professional. Membantu guru dalam hal: melihat dengan
jelas tujuan-tujuan pendidikan, membimbing pengalaman
belajar, menggunakan sumber-sumber pengalaman
belajar, memenuhi kebutuhan belajar peserta didik,
menggunakan dan memilih metode dan model
pembelajaran, menilai kemajuan belajar peserta didik.
19
Supervisi akademik merupakan supervisi yang objeknya
menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik,
yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu
peserta didik ketika sedang dalam proses belajar atau
mempelajari sesuatu. Disebut supervisi akademik karena
objek utamanya adalah aspek-aspek akademik, supervisi
akademik dapat dilakukan oleh internal lembaga sendiri
yaitu oleh teman sejawat, kepala sekolah dan guru senior.
Supervisi akademik yang dimaksud adalah supervisi
pembelajaran. Teknik supervisi dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu bersifat individual (individual devices) dan
bersifat kelompok (group devices). Sahertian (2008)
mengemukakan bahwa teknik supervisi kelompok berupa
diskusi panel, laboratorium kurikulum, pembaca
terbimbing, demonstrasi mengajar, perpustakaan
profesional, buletin supervisi, pertemuan atau rapat guru.
Sedangkan menurut Fathurrohman dan Suryana (2011),
supervisi akademik adalah bantuan professional kepada
guru melalui siklus perencanaan yang sistematis,
pengamatan yang cermat dan hati-hati, serta umpan balik
yang objektif. Perbedaan antara kedua pendapat ahli
tersebut adalah Sahertian lebih mementingkan diskusi
panel dan pengadaan kerja kelompok dalam perlakuan
pelaksanaan buletin supervisi. Sedangkan Fathurrohman
lebih mengedepankan perencanaan yang sistematis.
Kesamaan antara kedua pendapat ahli adalah
pelaksanaan supervisi harus menekankan kerjasama
antara satu dengan yang lain sehingga tercipta keadaan
yang kondusif. Dikemukakan pula oleh Sagala (2010)
bahwa supervisi pembelajaran merupakan usaha untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi
sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas
mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik
dalam belajar. Dengan demikian jelas tujuan utama
supervisi pembelajaran adalah membantu peserta didik
dalam belajar. Upaya yang dilaksanakan adalah
peningkatan kualitas dalam pelaksanaan pembelajaran,
dengan mempertahankan pembelajaran yang telah baik
bahkan berbagai organisasi profesi guru kelompok kerja,
musyawarah kerja, forum bersama dan lain-lain.
20
Dalam supervisi ini terhadap kepala sekolah dan guru
terkait kinerja profesional dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti
hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pembelajaran berdasarkan standar
dan ukuran penilaian yang telah ditetapkan. Standar dan
alat ukur tersebut merupakan indikator untuk
menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau
rendah.
Muslim (2009) juga menyatakan supervisi adalah
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh
supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina
lainnya) guna peningkatan mutu proses dan hasil belajar
mengajar. Jadi sangat jelas bahwa kemampuan guru
dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh adanya
supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerjanya. Danurwati (2015) menyatakan
bahwa supervisi akademik merupakan bagian dari
supervisi pendidikan yang merupakan segala upaya yang
dilakukan secara berkesinambungan untuk membantu
guru dan kepala sekolah untuk mengembangkan
kemampuan serta kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Perbedaan yang ada pada pendapat ahli di
atas adalah Muslim lebih menekankan pada bentuk
pemberian bantuan kepada guru sebagai alat peningkatan
mutu sedangkan Danurwati lebih menekankan pada
upaya/usaha berkesinambungan untuk membantu guru
sebagai pengembangan kinerja guru. Namun persamaan
antara kedua pendapat ahli tersebut adalah bahwa
supervisi merupakan usaha yang berkesinambungan
diupayakan untuk membantu guru dalam menciptakan
kinerja yang maksimal atau meningkatkan kinerja guru.
Mulyasa (2013) mengemukakan supervisi akademik
adalah bantuan profesional kepada guru, melalui tahap
perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat,
dan umpan balik yang objektif dan segera, sehingga guru
dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki
kinerjanya.
21
Sementara Arikunto (2009) mengemukakan supervisi
bukan hanya bertujuan untuk membantu guru dalam
memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam
mencapai tujuannya, tapi juga perlu membantu guru
dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya,
sebagai dasar analisis dalam menyusun program
pembelajaran secara tepat) agar pembelajaran menjadi
lebih berkualitas. Adanya perbedaan pada masing-
masing pendapat ahli tersebut adalah Mulyasa
menekankan pada bantuan profesional kepada guru,
sedangkan Arikunto menekankan pada membantu guru
dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya,
sebagai dasar analisis dalam menyusun program
pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat tercapai
dengan maksimal. Adanya pendapat dari beberapa ahli
menimbulkan adanya persamaan pendapat yaitu bahwa
supervisi dilakukan untuk membantu guru
mengembangkan kreatifitasnya dengan melalui
pengamatan yang cermat dan tepat. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat
supervisi akademik adalah suatu usaha untuk membantu
guru agar guru dalam bekerja lebih profesional. Namun
menurut Arikunto dan Muslim definisinya kurang begitu
jelas dan masih bersifat umum karena belum
menunjukan langkah-langkah dari pelaksanaan supervisi
akademik. Berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas,
terinci dan lebih spesifik serta menunjukkan langkah-
langkah Tindakan supervisi akademik. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi
merupakan tindakan pembimbingan dan pengarahan dari
kepala sekolah/pengawas terhadap guru untuk
meningkatkan kualias pembelajaran di kelas. Dengan
adanya proses supervisi tersebut diharapkan para
pendidik dapat melaksanakan dan melakukan kegiatan
belajar mengajar dengan baik karena telah mendapat
pengarahan dan penjelasan dari supervisor.
Dalam konteks penyelenggaraan Pendidikan di sekolah,
dan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dilakukan
oleh guru ada persinggungan antara tugas supervisi
dengan tugas administrasi, kurikulum dan pengajaran.
22
Dalam kegiatan supervisi, ada persinggungan yang
bertumpu pada proses pengajaran sebagai ujung tombak
kualitas pendidikan.
Persinggungan supervisi dengan kurikulum merupakan
dua bidang tugas yang berkaitan erat sebab supervisi
dilaksanakan dalam rangka implementasi kurikulum.
Itulah sebabnya seorang kepala sekolah perlu menguasai
kurikulum dan metode mengajar karena menjadi modal
bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi. Supervisi
ditujukan untuk membantu guru ketika mengalami
kesulitan/masalah dalam mengembangkan proses belajar
mengajar di kelasnya. Salah satu jenis supervisi yang
bertujuan untuk membantu guru dalam mengelola
kualitas pembelajaran adalah supervisi akademik.
Arikunto (2009) juga merumuskan supervisi akademik
sebagai supervisi yang menitikberatkan pada masalah
akademik yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa dalam proses belajar, serta membina guru dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran utama
supervisi akademik meliputi aspek akademik yang terdiri
dari materi pokok dalam proses pembelajaran,
penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/model/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi dalam
pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran,
tindakan guru di kelas serta semua faktor pendukung
pembelajaran lainnya.
Oleh karena itu, satu kompetensi dasar kepala sekolah
yang harus dikembangkan adalah meningkatkan
kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (1)
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat; dan (3) menindaklanjuti
hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru. Supervisi sebagai
salah satu kompetensi kepala sekolah mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
23
Permendiknas nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar
Kepala Sekolah/ Madrasah, menegaskan bahwa seorang
kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima
kompetensi, yaitu: Kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kepala sekolah
adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah sehingga sebagai guru harus memiliki kompetensi
guru yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,
dan professional.
Sergiovanni (1982) menyatakan bahwa refleksi praktis
penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah
melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya
dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Apa
yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik?
Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai
tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru
dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diperoleh informasi
mengenai kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran (Prinansa, 2010). Supervisi akademik
berpusat pada masalah pembelajaran peserta didik.
Supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah
untuk mengetahui kemampuan mengajar guru yang
kemudian akan diberikan bimbingan. Sehingga poin dari
supervisi akademik adalah bukan untuk menilai perfoma
guru, akan tetapi memberikan bimbingan kepada guru.
Secara general supervisi dapat dimaknai atas dasar
keseluruhan aktivitasnya yang dilakukan secara individu
maupun kelompok sesuai dengan tujuan masing-masing
terhadap personel, kelompok ataupun terhadap suatu
program dalam berbagai bidang kependidikan. Adapun
rangkaian kegiatan supervisi pendidikan dapat
dikelompokkan dalam empat tahap kegiatan sebagai
berikut: (a) Penilaian terhadap keadaan guru/orang yang
disupervisi dalam menjalankan tugas-tugasnya; (b)
Penilaian (evaluation) yakni penafsiran tentang keadaan
guru atau orang yang disupervisi, baik mengenai
kekurangan atau kelemahan-kelemahannya, berdasarkan
data hasil penelitian; (c) Perbaikan (improvement) yakni
memberikan bimbingan dan petunjuk untuk mengatasi
24
kekurangan atau kelemahan guru, serta mendorong
pengembangan kebaikan-kebaikan atau kelebihan setiap
guru yang disupervisi; (d) Pembinaan, yakni kegiatan
menumbuhkan sikap yang positif pada guru atau orang
yang disupervisi agar mampu menilai diri sendiri dan
berusaha memperbaiki atau mengembangkan diri sendiri
kearah terbentuknya keterampilan dan penugasan ilmu
pengetahuan yang selalu up to date, aktual dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan globalisasi.
Menurut Alfonso dan Neville (1981), ada tiga konsep pokok
dalam pengertian supervisi akademik, yaitu: (a) Supervisi
akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses
pembelajaran; (b) Perilaku supervisor dalam membantu
guru mengembangkan kemampuannya harus didesain
secara profesional, sehingga jelas waktu mulai dan
berakhirnya program pengembangan tersebut; (c) Tujuan
akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin
mampu memfasilitasi kegiatan belajar bagi murid-
muridnya.
Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan
dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang
mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya
manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009). Beberapa prinsip
yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah:
1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di
mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala
sekolah/guru sebagai bawahan.
2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis. Hubungan
kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat
terbuka, kesetiakawanan, dan informal.
25
3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
4. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan
supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
5. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap
organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam
sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan
Pendidikan.
6. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi
harus mencakup keseluruhan aspek, karena
hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek
lainnya.
7. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah
sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru.
8. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun,
melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan
program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam
penyusunan program berarti bahwa program
supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan
dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah
(Sudrajat, 2009).
Supervisi Administrasi
Supervisi administrasi adalah supervisi yang objeknya
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan
memperlancar terlaksananya proses pembelajaran, dapat
berupa kurikulum sekolah, penentuan guru mata
pelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, laporan nilai
peserta didik, presensi kehadiran guru dan peserta didik,
tingkat pedidikan guru dan tenaga kependidikan, prestasi
yang diperoleh siswa. Supervisi administrasi dapat
dilakukan oleh internal lembaga. Supervisi administrasi
menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-
aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
26
Memang selama ini pengawasan atas sarana dan fasilitas
sekolah merupakan objek sasaran inspeksi yang kurang
dikaitkan kepada kepentingan pembelajaran.
Sasaran pengawasan di lingkungan sistem persekolahan
selama ini menunjukkan kesan seolah-olah dari segi fisik
material yang tampak merupakan sasaran yang sangat
penting. Kurang perhatian terhadap masalah
pembelajaran yang bermutu merupakan suatu kendala
bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
di sekolah. Supervisi administratif adalah supervisi yang
ditujukan kepada pembinaan dalam memanfaatkan setiap
sarana bagi keperluan pembelajaran. Fasilitas belajar,
media belajar, buku teks, perpustakaan, semua itu
merupakan sarana belajar yang perlu dikaitkan untuk
mempertinggi kualitas proses belajar.
Supervisi administrasi juga dapat diartikan sebagai
supervisi yang ditujukan pada pembinaan dalam
pemanfaatan setiap sarana dan prasarana bagi keperluan
kegiatan pembelajaran. Pelaksana dari kegiatan supervisi
administrasi yaitu tenaga administratif seperti pegawai
tata usaha. Akan tetapi guru juga harus ikut berperan
dalam pelaksanaan supervisi baik berupa tenaga ataupun
pikiran dalam lingkup administrasi yang ada di sekolah.
Penanggung jawab supervisi administrasi adalah tenaga
administrasi. Objek supervisi administrasi ada 6 macam
meliputi:
1. Kurikulum: pengisiaan buku catatan pelaksanaan
pembelajaran, jadwal pembelajaran untuk kelas
tertentu.
2. Peserta didik: daftar prestasi peserta didik, denah
kepengurusan kelas.
3. Ketenagaan: kualitas persiapan mengajar, ketepatan
waktu guru hadir di kelas.
4. Pengelolaan: penunjukan wali kelas, jadwal pelajaran
kelas tertentu.
5. Sarana dan Prasarana: kenyamanan ruang kelas,
banyaknya judul buku per-bidang studi.
27
6. Lingkungan dan situasi umum: Susana diluar kelas
ketika berlangsung ujian, kenyamanan ruang ujian.
Supervisi Lembaga
Supervisi lembaga yang menebarkan atau menyebarkan
objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang
berada di seluruh sekolah. Jika supervisi akademik
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan
untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja
sekolah secara keseluruhan. Supervisi institusional
adalah supervisi yang berorientasi pada pembinaan aspek
organisasi dan manajemen sekolah sebagai lembaga yang
meliputi semua aspek dalam bentuk pengaturan yang
terkait dengan proses peningkatan mutu sekolah dalam
rangka mensukseskan pembelajaran, seperti: penerimaan
murid baru, rombongan belajar, pembagian tugas,
pengembangan kurikulum dalam kegiatan ekstra dan
intra, pengelolaan sarana dan fasilitas belajar, kalender
akademik, hubungan kerjasama sekolah dengan orang
tua dan masyarakat. Supervisi institusional atau
supervisi kelembagaan berkaitan dengan usaha untuk
menjadikan sekolah memiliki kinerja yang baik. Supervisi
kelembagaan dalam rangka mensukseskan mutu sekolah
dalam proses pembelajaran meliputi berbagai aspek
pelaksana, yaitu: kepala sekolah, pendidik, staf sekolah,
peserta didik, sarana dan prasarana.
28
Daftar Pustaka
Alfonso, R.J., dan Neville, R.F. (1981). Instructional
Supervision a Behavioral System. Boston: Ally Bacon.
Ametembun, N.A. (2007). Supervisi Pendidikan Disusun
Secara Berprogram. Bandung: Suri.
Arikunto, Suharsini. (2009). Dasar-Dasar Supervisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Burton, Laura, et.al. (2011). The Sociology of Educational
Supervision and Evaluation. Journal of Cross-
Disciplinary Perspectives in Education, 4(1), 24-33.
Danurwati, Suprih. (2015). Penerapan Supervisi
Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Sekolah Dasar Negeri. Tesis. FKIP Universitas Kristen
Satya Wacana.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. (2009). Analisis Data Guru.
Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Fathurrohman, F., dan Suryana, A.A. (2011). Supervisi
Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran,
Bandung: Refiko Aditama.
Glickman, C.D., Gordon, S.P., dan Ross-Gordon, J.M.
(2007). Supervision and Instructional Leadership A
Development Approach. Seventh Edition. Boston:
Perason.
Manullang. (2005). Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta:
UGM University Press.
Mulyasa. (2013). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muslim. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan
Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.
Prinansa, D.J. (2010), Manajemen Supervisi dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Purwanto, N. (2010). Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
29
Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Sahertian, Piet. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sergiovanni. (1982). Supervision of Teaching. Alexandria
Association for Supervision and Curriculum
Development.
Sudrajat, Akhmad. (2009). Dimensi Kompetensi Supervisi
Manajerial. Jakarta: Musyawarah Kerja Pengawas.
Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional. Bandung:
Alfabeta.
30
Profil Penulis
Heru Christianto, S.Pd., M.Pd
Dilahirkan di Baganbatu, 13 Desember
1992. Penulis telah menyelesaikan studi S1
pada Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Riau pada tahun 2013 dengan
hasil penelitian berupa model pembelajaran
kooperatif. Penulis kemudian melanjutkan
Pendidikan S2 pada Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Medan dan berhasil lulus pada tahun
2016 dengan hasil penelitian berupa media pembelajaran
berbasis multimedia dalam kegiatan praktikum. Pada
tahun 2019 hingga saat ini, penulis menjadi dosen PNS di
Universitas Nusa Cendana Kupang pada Program Studi S1
Pendidikan Kimia dengan bidang yang diampu yaitu Kimia
Dasar, Kimia Anorganik, Kimia Fisik, Komputer Kimia,
Media Pembelajaran, Profesi Kependidikan dan lainnya.
Untuk mewujudkan karir sebagai dosen professional,
penulis pun aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal Perguruan Tinggi dan juga Kemendikbud RISTEK.
Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat. Penulis juga berkontribusi dalam menulis
buku Penuntun Praktikum Kimia, buku Metode
Penelitian, buku Manajemen Sekolah dan buku Supervisi
Pendidikan ini dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Email Penulis: heru.christianto@staf.undana.ac.id
31
3
TEKNIK DAN PENDEKATAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
Dewi Lestarani, S.Pd., M.Pd
Universitas Nusa Cendana
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari
kata super yang artinya lebih dan vision yang berarti
melihat atau meninjau. Supervisi berarti kegiatan
meninjau dengan lebih seksama atau pengawasan.
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan yang
direncanakan untuk membantu pendidik dan tenaga
pendidik dalam melakukan pekerjaan secara efektif
(Purwanto, 2000). Supervisi merupakan usaha memberi
pelayanan agar pendidik menjadi lebih profesional dalam
menjalankan tugas melayani peserta didik (Priansa,
2014). Supervisi adalah segala bantuan dari para
pemimpin sekolah tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan pendidik dan personal sekolah dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan supervisi
pendidikan merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
dalam penyelengaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawasan sekolah dalam memberikan pembinaan
kepada pendidik. Hal tersebut karena proses belajar
mengajar yang mengandung serangkaian kegiatan timbal
balik atara pendidik dan peserta didik secara edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu,
kegiatan kegiatan supervisi dipandang perlu dalam proses
pembelajaran.
32
Kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh supervisor
membutuhkan teknik dan pendekatan tertentu. Sehingga
kajian pada bab ini yaitu: a) Teknik supervisi dan b)
pendekatan supervisi pendidikan.
Teknik Supervisi Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Teknik” adalah
cara membuat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni, metode atau sistem
mengerjakan sesuatu. Kepala sekolah sebagai supervisor
dapat menggunakan berbagai teknik supervisi pendidikan
untuk meningkatkan program sekolah. Teknik supervisi
adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan
supervisi (Arikunto, 2004). Sahertian (2000) menyatakan
bahwa, teknik supervisi adalah usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
pendidik. Jadi, teknik supervisi pendidikan adalah cara
yang digunakan supervisor untuk mencapai tujuan
supervisi sehingga dapat melakukan perbaikan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pembelajaran.
Supervisor harus mengetahui dan memahami serta
melaksanakan teknik–teknik dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan. Berbagai macam teknik dapat
digunakan oleh supervisor dalam membantu pendidik
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara
kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan
cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung
bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala,
2020). Supervisor dalam meningkatkan program sekolah
dapat menggunakan berbagai teknik yang dikelompokkan
ke dalam dua bagian yaitu teknik individual dan teknik
kelompok.
1. Teknik Individual atau Perseorangan
Teknik individual ini berarti supervisi yang dilakukan
secara perseorangan. Teknik supervisi yang, bersifat
individual dipergunakan apabila orang yang
disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya
dilakukan terhadap individu-individu yang yang
33
mempunyai masalah khusus dan bersifat pribadi.
Teknik supervisi yang bersifat individu ini dapat
dijelaskan atas beberapa macam, yakni sebagai
berikut:
Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong ke
dalam teknik individual:
a. Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah kepala sekolah,
pengawas atau pembina lainnya masuk atau
mengunjungi kelas-kelas tertentu untuk melihat
pendidik yang sedang mengelola proses
pembelajaran. Tujuan kunjungan kelas untuk
melihat dari dekat situasi dan suasana kelas
secara keseluruhan. Supervisor dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangan pendidik dengan
mengamati penampilan pendidik dalam kelas
serta mengetahui keberhasilan pendidik dalam
mengaktifkan peserta didik. Apabila dari
kunjungan tersebut dijumpai kesulitan dan
kendala, maka supervisor dapat mengundang
pendidik atau peserta didik untuk berdiskusi
menggali letak permasalahan yang dihadapi dan
memberikan solusi atau pembinaan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuannya
untuk menolong pendidik memecahkan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dan mempelajari sifat dan
kualitas cara belajar anak juga membantu
pertumbuhan profesional pendidik. Hariwung
(1989) menyebutkan bahwa, tujuan yang
dikehendaki dalam observasi kelas adalah untuk
mempelajari material yang dipelajari oleh siswa,
mempelajari usaha pendidik untuk mendorong
dan menuntun siswa untuk belajar, menemukan,
mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan-
kesulitan belajar juga menilai hasil belajar, sifat
dan alat metode pengukuran hasil belajar.
34
Secara garis besar kunjungan kelas dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Kunjungan kelas yang
direncanakan/dipersiapkan dapat dibedakan
atas 3 yaitu: a) kunjungan kelas yang
direncanakan oleh kepala sekolah dan
diberitahukan kepada pendidik; b) kunjungan
kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah
tetapi tidak diberitahukan kepada pendidik; c)
direncanakan oleh pendidik dan mengundang
kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya.
2) Kunjungan kelas tanpa
perencanaan/persiapan. Tujuan kunjungan
kelas seperti ini mungkin bermacam-macam.
Misalnya sekedar membina hubungan baik
antara kepala sekolah dengan pendidik, atau
juga merupakan salah bentuk inspeksi
mendadak yang dilakukan oleh kepala
sekolah.
b. Observasi kelas ( classroom observation)
Observasi kelas adalah kunjungan yang
dialakukan supervisor kekelas dengan maksud
untuk mencermati situasi yang sedang
berlangsung di kelas. Teknik observasi kelas ini
yang dilakukan dengan cara mengunjungi kelas
untuk mengamati secara langsung bagaimana
performa pendidik dalam pembelajaran serta
membantu meningkatkan proses pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa semakin baik. Teknik
supervisi observasi kelas lebih fokus pada proses
pembelajaran, supervisor berusaha melihat
secara dekat bagaimana proses pembelajaran
berlangsung yang dilaksanakan oleh pendidik.
Aspek-aspek yang diobservasi adalah aktifitas
pembelajaran, usaha pendidik mengenai
penggunaan media pembelajaran, kegiatan
memperoleh pengalaman belajar, lingkungan
belajar di dalam dan di luar kelas juga faktor
penunjang lainnya.
35
Tujuan supervisi ini yaitu memperoleh data yang
seobjektif mungkin sehingga bahan yang
diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi pendidik dalam
usaha memperbaiki pembelajaran yang lebih baik
sehingga meningkatkan hasil pembelajaran.
Menurut Sehartian (2000), observasi kelas dapat
dibedakan atas dua yaitu: observasi langsung dan
tidak langsung. Observasi langsung dapat
dilakukan dengan cara supervisor masuk kelas
dan mengamati suasana kelas secara
keseluruhan terutama perilaku pendidik yang
sedang mengajar.
c. Percakapan pribadi )Individual Interview(
Dialog pribadi yang dilakukan oleh pendidik dan
supervisornya membahas tentang keluhan-
keluhan atau kekurangan yang dilakukan oleh
pendidik dalam bidang mengajar, di mana
supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
Sahertian (2000) mengatakan bahwa, salah satu
alat yang penting dalam supervisi adaah
percakapan pribadi, melalui percakapan pribadi,
sehingga bentuk bantuan yang diberikan lebih
mempertimbangkan individual pendidik.
Percakapan pribadi ini dilakukan apabila
supervisor berpendapat bahwa ada masalah
khusus pada individu pendidik yang
penyelesaiannya tidak boleh didengar oleh orang
lain dan ingin mengecek kebenaran data yang
sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini
teknik perseorangan adalah hal yang tepat agar
orang yang diwawancarai tidak terpengaruh oleh
pendapat orang lain.
Menurut Subroto (1984), percakapan pribadi
(individual conference) bertujuan untuk: (1)
Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan
pendidik; (2) Mendorong pendidik mengatasi
kelemahan dalam mengajar; (3) Mengurangi
keragu-raguan pendidik dalam menghadapi
masalah-masalah pada waktu mengajar.
36
Jenis percakapan pribadi melalui kunjungan
kelas terdiri atas: (1) Percakapan pribadi setelah
kunjungan kelas.
Setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas
dan memperoleh hasil, maka supervisor
bersamasama dengan pendidik mengadakan
percakapan pribadi guna membahas hasil
kunjungan tersebut. (2) Percakapan pribadi
melalui percakapan biasa sehari-hari. Dalam
percakapan ramah-tamah sehari-hari
dikemukakan sesuai problema kepada supervisor
atau sebaliknya
d. Saling mengunjungi kelas
Kunjungan antar kelas dalam sekolah atau
kunjungan antar sekolah sejenis merupakan satu
kegiatan dalam hal tukar menukar informasi dan
pengalaman sesama pendidik atau kepala sekolah
tentang usaha perbaikan dalam proses
pembelajaran. Saling mengunjungi kelas
bertujuan untuk saling berbagi pengalaman serta
kelebihan masing-masing sesuai pengalaman
yang dimiliki. Sehingga masing-masing pihak
yang mengunjungi memperoleh manfaat dan
dapat memperbaiki kualitas pendidik memberi
layanan belajar kepada peserta didiknya dan
terbangun kompetsi yang sehat diantara kedua
yang saling berkunjung.
Menurut Asifa dan Afriansyah (2020), keuntungan
yang dapat diambil dari teknik saling
mengunjungi kelas ini, antara lain :
1) Memberi kesempatan kepada pendidik
mengamati rekan pendidik lain yang sedang
memberi pelajaran, terutama dalam
penggunaan metode mengajar baru (modern)
dan lain sebagainya.
2) Memberi motivasi yang terarah terhadap
aktivitas mengajar pendidik di kelas.
37
3) Membantu pendidik-pendidik yang ingin
memperoleh pengalaman/ keterampilan
mengajar tertentu (penggunaan metode,
alat/media, pengelolaan kelas, keterampilan
bertanya) kegiatan instruksional lainnya yang
penting untuk diketahui oleh pendidik-
pendidik.
4) Terbinanya hubungan yang akrab diantara
sesame pendidik maupun dengan supervisor,
sehingga diskusi dapat berlangsung secara
wajar dan mudah mencari penyelesaiannya.
e. Menilai diri sendiri (Self Evaluation)
Self evaluation adalah suatu teknik supervisi
individual yang paling obyektif namun paling
sukar untuk dilakukan. Dimana penilaian diri
dilakukan oleh diri sendiri secara objektif.
Memerlukan kejujuran diri sendiri untuk melihat
kemampuan diri sendiri dalam menyajikan
pelajaran. Dalam hal ini pendidik menilai dirinya
sendiri dengan harapan dapat membantu
pendidik dalam memperbaiki kemampuannya.
Ada beberapa cara atau alat yang dapat
digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain
membuat daftar pandangan atau pendapat yang
disampaikan kepada murid-murid untuk menilai
pekerjaan atau suatu aktivitas pendidik di muka
kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan
yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu
menyebutkan nama siswa (Nasution, 2021).
2. Teknik Kelompok
Teknik kelompok adalah teknik yang digunakan
bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah
pendidik dalam suatu kelompok (Sahertian, 2000).
Teknik supervisi kelompok digunakan saat supervisor
menghadapi banyak pendidik yang menghadapi
masalah yang sama. Beberapa teknik supervise yang
bersifat kelompok adalah sebagai berikut:
38
a. Pertemuan Orientasi Sekolah (Orientation Meeting)
Pertemuan orientasi adalah pertemuan supervisor
dengan pendidik yang bertujuan mengantar
pendidik memasuki suasana kerja yang baru.
Demikian pula terhadap pendidik-pendidik yang
baru memangku jabatan baru dalam struktur
organisasi sekolah. Pada pertemuan orientasi,
supervisor memberikan penjelasan mengenai hal-
hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas profesionalisme pendidik
dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah
supervisor memberikan penjelasan penting dan
kemudian meminta masukan dari pendidik
mengenai apa saja yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya
pertemuan orientasi, diharapkan pendidik
terhindar berbagai masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya. Pertemuan orientasi
memberikan kesempatan bagi pendidik untuk
mengemban tugas dan tanggungjawabnya dalam
melaksanakan perannya sebagai tenaga pendidik.
Pertemuan orientasi ini dapat dimanfaatkan oleh
supervisor untuk mengajak para pendidik
membuat perencanaan program supervisi yang
akan dilaksanakan di sekolah.
b. Rapat Guru
Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik
supervisi untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar di sekolah. Rapat ini diadakan untuk
membahas masalah-masalah yang terjadi pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Rapat
guru akan menghasilkan pendidik yang baik, jika
direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai
dengan kesepakatan yang dicapai dalam rapat.
39
Tujuan umum daripada rapat pendidik ini antara
lain sebagai berikut :
1) Menyatukan pandangan-pandangan dan
pendapat pendidik tentang konsep umum
maupun metode metodeuntuk mencapai
tujuan pendidikan yang menjadi tanggung
jawab bersama.
2) Mendorong pendidik untuk melaksanakan
tugasnya dan mendorong kemajuan mereka.
3) Menyatukan pendapat-pendapat tentang
metode kerja yang baik yang akan membawa
ke arah pencapaian tujuan pengajaran di
sekolah.
4) Mengintegrasikan anggota-anggota staf
sekolah dan mengkoordinir pekerjaan,
mempersatukan pandangan dalam usaha
kerjasama mencapai tujuan sekolah (Asifa
dan Afriansyah, 2020).
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan
yang diakukan sejumlah guru yang memiliki
keahlian di bidang studi tertentu. Kelompok guru
tersebut melakukan pertemuan, baik secara rutin
maupun insindentil, untuk mempelajari atau
mengkaji suatu atau sejumlah masalah yang
menyangkut pennyajian dan pengembangan
materi bidang studi. Semua aktivitas tersebut
perlu diketahui dan dikendalikan oleh supervisor
agar kegiatan studi kelompok berjalan sesuai
dengan skema yang diberikan. Kehadiran
supervisor sebagai inspirator untuk memperbaiki
pengajaran dan dapat mendorong perolehan hasil
yang maksimal. Dengan demikian, studi kelompok
antar guru penting dilakukan untuk
meningkatkan kualitas penguasaan materi
pelajaran dan kualitas dalam memberi layanan
belajar.
40
Supervisor dapat memfasilitasi studi kelompok ini
dari persiapan diri dengan menyediakan sumber-
sumber buku, dan sumber-sumber lainnya. Jika
memungkinkan mencari nara sumber yang ahli
dibidangnya.
d. Lokakarya (Workshop)
Lokakarya atau workshop diartikan sebagai suatu
kegiatan belajar secara berkelompok yang terjadi
dari sejumlah guru yang sedang memecahkan
suatu masalah melalui percakapan. Ciri-ciri
workshop pendidikan meliputi: 1) Masalah yang
dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari
peserta sendiri; 2) Cara pemecahan masalahnya
dengan metode pemecahan “musyawarah dan
penyelidikan”.
e. Tukar menukar pengalaman :
Tukar menukar pengalaman atau sharing of
experience, merupakan suatu teknik perjumpaan
dimana guru saling memberi dan menerima,
saling belajar satu dengan lainnya. Menurut
Purwanto (1987), teknik kelompok ialah supervisi
yang dilakukan secara kelompok. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Mengadakan Pertemuan Atau Rapat
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya
menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan
rencana yang telah disusunnya. Yang
termasuk didalam perencanaan itu antara
lain mengadakan rapat-rapat dengan guru.
2) Mengadakan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan
membentuk kelompok-kelompok guru bidang
studi. Kelompok-kelompok sudah dibentuk
itu diprogramkan untuk diskusi guna
membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan usaha pengembangan dalam proses
pembelajaran.
41
Didalam diskusi kepala sekolah sebagai
supervisor dapat memberikan arahan-arahan,
bimbingan, nasehat, ataupun saran-saran
yang diperlukan.
3) Mengadakan Penataran-Penataran (inservice-
training)
Teknik ini dapat dilakukan disekolah sendiri
dengan mengundang narasumber, tetapi
dapat diselenggarakan bersama antar
beberapa sekolah, jika diinginkan biaya yang
lebih irit. Teknik supervisi kelompok yang
dilakukan melalui penataran-penataran
sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran
untuk pendidik-pendidik bidang studi
tertentu, penataran tentang metodologi
pengajaran, dan penataran tentang
administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada
umumnya diselenggarakan oleh pusat atau
wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama
adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari
hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh
pendidik-pendidik.
Pendekatan Supervisi
Supervisi akademik dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan, yaitu pendekatan langsung, pendekatan
tidak langsung , dan pendekatan kolaboratif
1. Pendekatan Langsung (Direktif). Pendekatan direktif
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang
bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan
secara langsung termasuk memberikan penguatan
(reinforcement) . Dalam pendekatan ini yang lebih
dominan adalah perilaku supervisor. Sudarsono
(2016) menyatakan bahwa, pendekatan langsung
dianggap kurang efektif dan mungkin kurang
manusiawi, karena kepada pendidik yang disupervisi
tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan
42
kemampuan dan kreatifitas mereka. Walaupun
dikatakan kurang efektif namun pelaksanaan
pendekatan supervisi tetap memberikan rangsangan
dan penguatan agar pendidik lebih termotivasi dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Pada pendekatan ini supervisor lebih
mengarahkan dan membimbing pendidik untuk
pelaksanaan pengajaran dan perbaikan, menetapkan
standar pengajaran dan menemukan masalah dalam
pengajaran dan standar yang telah ditetapkan secara
bersama (Sahertian, 2000).
Supervisor dan pendidik secara bersama bertanggung
jawab dalam penjaminan mutu pendidikan.
2. Pendekatan Tidak Langsung. Pendekatan tidak
langsung adalah cara pendekatan terhadap
permasalahan yang sifatnya tidak langsung
(Sahertian, 2000). Pendekatan tidak langsung adalah
cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak
secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi
supervisor mendengarkan gagasan, ide pendidik
terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran , dan memberi kesempatan sebanyak
mungkin kepada guru. Pada pendekatan tidak
langsung ini berdasarkan pada pemahaman
psikologis humanistik, psikologi humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena
pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka
supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan
yang dihadapi guru. Supervisor juga meminta
pendidik menyampaikan hal-hal yang kurang
dipahaminya berkenaan dengan pembelajaran dan
mewujudkan inisiatif, kreativitas serta inovasi
pendidik dalam mengatasi masalahnya, juga
mendorong semangat pendidik dalam meningkatkan
kinerja khususnya dalam pembelajaran.
3. Pendekatan Kolaboratif. Pendekatan kolaboratif
adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non-direktif menjadi
pendekatan baru.
43
Pada pendekatan ini baik supervisor maupun
pendidik bersama-sama, bersepakat untuk
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah
yang dihadapi pendidik. Pendekatan ini menjadi
saling terkait oleh supervisor dan pendidik.
Supervisor memberikan arahan juga memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk menyampaikan
permasalahan yang dihadapi dan mengembangkan
inovasi, kreatifitas dan inisiatif dalam pemecahan
masalah.
44
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi (2004). Dasar-Dasar Supervisi. PT .
Rineka Cipta. Jakarta
Asifa, Putri dan Afriansyah, Hade (2020). Proses dan
Teknik Supervisi. Universitas Negeri Padang. Padang
Daryanto, M. (2001). Administrasi Pendidikan. Rineka
Cipta. Jakarta
Hariwung, A.J. (1989). Supervisi Pendidikan. Depdikbud,
Jakarta
Nasution, Inom (2021). Supervisi Pendidikan. CV.
Pusdikra Mitra Jaya. Medan
Priansa, D. J. (2014). Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Alfabeta- Bandung
Purwanto, Ngalim. (2010). Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung
Purwanto, M. Ngalim (1987). Evaluasi dan Supervisi
Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta.
Jakarta
Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi pembelajaran dalam
profesi pendidikan, Alphabeta. Bandung
Sahertian, Piet A. (2000), Konsep dasar dan teknik
supervise pendidikan dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Subroto, B. Suryo. (1984) Dimensi-dimensi Administrasi
Pendidikan di Sekolah. Bina Aksara . Bandung
Sudarsono. (2016) Implementasi Pendekatan Direktif, Non
Direktif Dan Kolaboratif Dalam Supervisi Di Man
Trenggalek. Jurnal khabilah
45
Profil Penulis
Dewi Lestarani, S.Pd., M.Pd
Lahir di Lewa, 22 Desember 1989. Penulis
telah menyelesaikan studi S1 pada Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas Nusa
Cendana pada tahun 2012. Penulis
kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Malang dan berhasil lulus pada tahun
2018 dengan hasil penelitian berupa Model Pembelajaran
Learning Cycle 5E – Think Pair Share terhadap Hasil
Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis. Dari tahun 2019
hingga saat ini, penulis menjadi dosen PNS di Program
Studi S1 Pendidikan Kimia Universitas Nusa Cendana
Kupang.
Untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
didanai oleh internal perpendidikan tinggi dan juga
Kemendikbud RISTEK. Penulis juga aktif dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat. Penulis juga
berkontribusi dalam menulis buku Dasar-Dasar
Pendidikan dan Manajemen Pendidikan ini dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa
dan negara.
Email Penulis: dewi.lestarani@staf.undana.ac.id
46
47
4
MODEL DAN METODE SUPERVISI
PENDIDIKAN
Siti Zulaichoh, S.S., M.Pd
Yayasan Nurul Huda Bantur – Malang - Jawa Timur
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus
di bina dan di kembangkan terus-menerus. Pembentukan
profesi guru di laksanakan melalui program pendidikan
pra-jabatan (pre-service education) maupun program
dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru
yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik
dan kualified (well training and well qualified). Potensi
sumber daya guru itu terus-menerus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melaksanakan fungsinya secara
profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba
cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Peningkatan ini akan berhasil apabila dilakukan oleh
guru dengan kemauan dan usaha sendiri. Itulah sebabnya
mengapa pengetahuan tentang supervisi pendidikan itu
diperlukan untuk memberikan bantuan kepada guru
dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan
professional mereka dengan memanfaatkan sumber yang
48
tersedia. Uraian berikut ini merupakan jawaban mengapa
guru-guru memerlukan pelayanan supervisi pendidikan.
Pada bahasan kali ini kita akan mengupas mengenai
Model dan Metode dalam supervisi Pendidikan.
Model Supervisi Pendidikan
Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna
bentuk atau kerangka sebuah konsep, ataupun pola.
Model sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu
kegiatan. Dalam pengertian lain “model” juga artikan
sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya, misalnya “globe” merupakan bentuk dari
bumi (Harjanto 2006: 13). Dalam uraian selanjutnya
istilah “model” digunakan untuk menunjukkan
pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran.
Sedangkan “model dasar” dipakai untuk menunjukkan
model yang “genetik” yang berarti umum dan mendasar
yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut
dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru.
Raulerson (dalam Harjanto, 2006: 14) mengartikan model
diartikan sebagai “asetofparts united by some form of
interaction” (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian
yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk
hubungan saling mempengaruhi. Contohnya sistem tata
surya, sistem pencernaan, sistem kekerabatan. Khusus
dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan supervisi,
penulis lebih tepat menggunakan istilah acuan yang di
pakai dalam melaksanakan supervisi. (Sehertian, 2000:8)
membagi model supervsi menjadi empat bentuk:
1. Model konvensional (tradisional),
2. Model ilmiah,
3. Model klinis, dan
4. Model artistic.
49
1. Model konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi
masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuaaan
yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada
sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin
cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku
supervisilah mengadakan inpeksi untuk mencari
kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-
kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini di
sebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut
supervsisi yang korektif. Memang sangat mudah
untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih
sulit lagi “untuk melihat segi-segi positif dalam
hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan
seorang supervisior yang bermaksud hanya untuk
mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang
tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam
membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan
tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru
merasa tudak puas dan ada sikap yang tampak dalam
kinerja guru:
a. Acuh tak acuh (membodohkan), dan
b. Menantang (agresif).
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini
masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang
ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran.
Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek
supervisi seperti itu adalah cara memberi supervisi
yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak
boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah
bagaiamana cara kita mengkonsumsikan apa yang
dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa
dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan
dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada
yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis
pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai
bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
50
2. Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Dilaksanakan secara berencana dan kontinu;
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta
teknik tertentu;
c. Menggunakan instrument pengumpulan data;
d. Ada data yang objektif yang diperoleh dari
keadaan rill.
Dengan menggunakan meritrating, skala penilainan
atau checklist lalu para siswa atau mahasiswa melalui
proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di
kelas. Hasil penelitian di berikan kepada guru-guru
sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru
pada catu atau semester yang lalu. Dan ini tidak
berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan
perbaikan. Penggunaann alat perekam data ini
berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun
demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum
merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi
yang lebih mansiawi.
3. Model Supervisi Klinis
Supervise klinis adalah bentuk yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melaui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta
analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan
mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis
adalah proses membantu guru-guru memperkecil
kesenjangan anatar tingkah laku mengajar yang nyata
dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Lebih
lengkap tentang super klinis dalam uraian tersendiri.
4. Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge),
mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengjar
juga suatu kiat (art).
51
Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai
kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervsisi
adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan, dan
juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja
untuk orang lain (working for the others), bekerja
dengan orang lain (working with the others), bekerja
melalui orang lain (working hrough the others). Dalam
hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu
rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama.
Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan
untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.
Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur
kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling
menghormati, saling mengakui, saling menerima
seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak
melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih
banyak.
Metode Supervisi Pendidikan
Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu
cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna
merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh
sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu
sendiri. Dengan kata lain metode adalah sarana untuk
mencapai tujuan. Setiap metode memiliki teknik-teknik
tertentu yang sesuai dengan tujuan yang harus
dicapainya. Berikut ini akan diuraikan tentang metode
supervisi pendidikan:
1. Metode Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah berupa kegiatan
pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap
kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di
dalam mengelola, mengadministrasikan dan
melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga
dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi
standar pendidikan nasional. Berikut metode
supervisi manajerial yang dapat dikembangkan oleh
para pengawas sekolah:
52
a. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan dalam supervisi
tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan
untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai
dengan rencana, program, dan/atau standar yang
telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-
hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program .Monitoring lebih berpusat pada
pengontrolan selama program berjalan. Melalui
monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi
sekolah atau pihak lain yang terkait untuk
menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek
yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal
yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan
monitoring ini tentunya pengawas harus
melengkapi diri dengan parangkat atau daftar
isian yang memuat seluruh indikator sekolah
yang harus diamati dan dinilai. Sedangkan
kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui
sejauhmana kesuksesan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana
keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan
program, mengetahui keberhasilan program,
mendapatkan bahan/masukan dalam
perencanaan tahun berikutnya, dan memberikan
penilaian (judgement) terhadap sekolah.
b. Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen
sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi,
maka judgement keberhasilan atau kegagalan
sebuah sekolah dalam melaksanakan program
atau mencapai standar bukan hanya menjadi
otoritas pengawas.
53
Hasil monitoring yang dilakukan pengawas
hendaknya disampaikan secara terbuka kepada
pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara
bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan
refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan
sendiri faktor-faktor penghambat serta
pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group
Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur
stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus
ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran
sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD
adalah untuk menyatukan pandangan
stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan
dan kelemahan) sekolah, serta
menentukan langkah-langkah strategis maupun
operasional yang akan diambil untuk memajukan
sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah
sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber
apabila diperlukan, untuk memberikan masukan
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas
dalam membantu pihak sekolah merumuskan
visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep
MBS, dalam merumuskan Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah
harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan
yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi
sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta
pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi
dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”,
tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman
terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan
misi tersebut tidak realistis, dan tidak
memberikan inspirasi kepada warga sekolah
untuk mencapainya.
54
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk
melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa
memandang faktor-faktor status yang sering
menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau
musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas
pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan
guru, maka biasanya pembicaraan hanya
didominasi oleh orang-orang tertentu yang
percaya diri untuk berbicara dalam forum.
Selebihnya peserta hanya akan menjadi
pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas
kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil
keputusan yang melibatkan banyak pihak.
Langkah-langkahnya menurut Gorton adalah
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak
yang dianggap memahami persoalan dan
hendak dimintai pendapatnya mengenai
pengembangan sekolah;
2) Masing-masing pihak diminta mengajukan
pendapatnya secara tertulis tanpa disertai
nama/identitas;
3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan
membuat daftar urutannya sesuai dengan
jumlah orang yang berpendapat sama;
4) Menyampaikan kembali daftar rumusan
pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk
diberikan urutan prioritasnya.
5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas
menurut peserta, dan menyampaikan hasil
akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta
yang dimintai pendapatnya.
55
d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah
satu metode yang dapat ditempuh pengawas
dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan
beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah
dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan
dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat
diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja
Kepala Sekolah atau organisasi sejenis
lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat
mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop
tentang pengembangan KTSP, peran serta
masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
Berbagai macam metode dan teknik dapat digunakan oleh
supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara
perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka
dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi (Sagala 2010: 210). Adapun metode dalam
Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Metode Supervisi yang bersifat kelompok
Metode Supervisi yang bersifat kelompok ialah
teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan
guru secara bersama – sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008:
86).
Metode Supervisi yang bersifat kelompok antara lain :
(Sagala 2010 : 210 – 227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertmuan orientasi adalah pertemuan anatar
supervisor dengan supervisee (Terutama guru
baru) yang bertujuan menghantar supervisee
memasuki suasana kerja yang baru dikutip
menurut pendapat Sagala (2010: 210) dan
Sahertian (2008: 86).
56
Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan
dapat menyampaikan atau menguraikan kepada
supervisee hal – hal sebagai berikut (Sahertian
2008: 86):
1) Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
2) Proses dan mekanisme administrasi dan
organisasi sekolah.
3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan
penyajian seluruh kegiatan dan situasi
sekolah.
4) Sering juga pertemuan orientasi ini juga
diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk
diskusi kelompok dan lokakarya.
5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat –
tempat tertentu yang berkaitan atau
berhubungan dengan sumber belajar.
6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi
pembinaan segi sosial dalam orientasi ini
adalah makan bersama.
7) Aspek lain yang membantu terciptanya
suasana kerja ialah bahwa guru baru tidak
merasa asing tetapi guru baru merasa
diterima dalam kelompok guru lain.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok
melalui rapat guru yang dilakukan untuk
membicarakan proses pembelajaan, dan upaya
atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta
2009: 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru
yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010:
212) dan Pidarta (2009: 171) adalah sebagai
berikut:
1) Menyatukan pandangan – pandangan guru
tentang masalah – masalah dalam mencapai
makna dan tujuan pendidikan.
57
2) Memberikan motivasi kepada guru untuk
menerima dan melaksanakan tugas–tugasnya
dengan baik serta dapat mengembangkan diri
dan jabatan mereka secara maksimal.
3) Menyatukan pendapat tentang metode kerja
yang baik guna pencapaian pengajaran yang
maksimal.
4) Membicarakan sesuatu melalui rapat guru
yang bertalian dengan proses pembelajaran.
5) Menyampaikan informasi baru seputar belajar
dan pembelajaran, kesulitan – kesulitan
mengajar, dan cara mengatasi kesulitan
mengajar secara bersama dengan semua guru
disekolah.
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang
memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti
MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol
oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak
berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada
kaitannya dengan materi. Topik yang akan
dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan
disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan
teknik supervisi ini adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas penguasaan materi
dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
2) Memberi kemudahan bagi guru – guru untuk
mendapatkan bantuan pemechan masalah
pada materi pengajaran.
3) Bertukar pikiran dan berbicara dengan
sesama guru pada satu bidang studi atau
bidang – bidang studi yang serumpun.
58
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat
melalui suatu percakapan tentang suatu masalah
untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu teknik supervisi kelompok
yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri
para guru dalam mengatasi berbagai masalah
atau kesulitan dengan cara melakukan tukar
pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui
teknik ini supervisor dapat membantu para guru
untuk saling mengetahui, memahami, atau
mendalami suatu permasalahan, sehingga secara
bersama–sama akan berusaha mencari alternatif
pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010:
213). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi
adalah untuk memecahkan masalah – masalah
yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari –
hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii
diskusi.
Hal–hal yang harus diperhatikan supervisor
sebagai pemimpin diskusi sehingga setiap
anggota mau berpartisipasi selama diskusi
berlangsung supervisor harus mampu :
1) Menentukan tema perbincangan yang lebih
spesifik.
2) Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang
dengan keadaan dan topik yang dibahas
dalam diskusi.
3) Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat
dimengerti oleh semua anggota dan dapat
memecahkan masalah dalam pengajaran.
4) Melihat bahwa kelompok merasa diperlukan
dan diikutsertakan untuk mencapai hasil
bersama.
5) Mengakui pentingnya peranan setiap anggota
yang dipimpinnya.
59
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar
kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik
yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan
workshop antara lain :
1) Masalah yang dibahas bersifat “Life centered”
dan muncul dari guru tersebut,
2) Selalu menggunakan secara maksimal
aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan
sehingga tercapai perubahan profesi yang
lebih tinggi dan lebih baik.
f. Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of
Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru
menyampaikan pengalaman masing-masing
dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah
diajarkan, saling memberi dan menerima
tanggapan dan saling belajar satu dengan yang
lain. Langkah–langkah melakukang sharing
antara lain :
1) Menentukan tujuan yang akan dicapai.
2) Menentukan pokok masalah yang akan
dibahas.
3) Memberikan kesempatan pada setiap peserta
untuk menyumbangkan pendapat pendapat
mereka
4) Merumuskan kesimpulan.
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip
oleh Sagala (2010: 216) adalah teknik pelaksanaan
supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi –
pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran
disekolah. Teknik – teknik individual dalam
pelaksanaan supervisi antara lain :
60
a. Teknik Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik
kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam
satu kelas pada saat guru sedang mengajar
dengan tujuan untuk membantu guru
menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya
supervisor memperoleh data tentang keadaan
sebenarnya mengenai kemampuan dan
ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan
yang ada kemudian melakukan perbincangan
untuk mencari pemecahan atas kesulitan –
kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga
kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan.
Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara,
yatiu :
1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu,
2) Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,
3) Kunjungan kelas atas undangan guru,
4) Saling mengunjungi kelas.
b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru
mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan
tujuan untuk memperoleh data tentang segala
sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar.
Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan
pembinaan terhadap guru yang diobservasi.
Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas
ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu
sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya
tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Selama berada dikelas supervisor melakukan
pengamatan dengan teliti, dan menggunakan
instrumen yang ada terhada lingkungan kelas
yang diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf
Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf

More Related Content

What's hot

Pengertian Microteachingdan Pembelajaran
Pengertian Microteachingdan PembelajaranPengertian Microteachingdan Pembelajaran
Pengertian Microteachingdan Pembelajaran
Iboenk Arifin
 
Ppt administrasi pendidikan
Ppt administrasi pendidikanPpt administrasi pendidikan
Ppt administrasi pendidikan
Lhya Baha
 
Perkembangan definisi teknologi pendidikan
Perkembangan definisi teknologi pendidikanPerkembangan definisi teknologi pendidikan
Perkembangan definisi teknologi pendidikan
NandarSunandar5
 
Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi firo HAR
 
Model model pengajaran
Model model pengajaranModel model pengajaran
Model model pengajaran
nik_ruslawati
 
Bab 1 teknologi pendidikan
Bab 1 teknologi pendidikanBab 1 teknologi pendidikan
Bab 1 teknologi pendidikanpeggylau9318
 
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kemahiran sosial
Kemahiran sosialKemahiran sosial
Kemahiran sosial
cik noorlyda
 
Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitifTeori belajar kognitif
Teori belajar kognitif
Mitha Ye Es
 
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Perkembangan tp
Perkembangan tpPerkembangan tp
Perkembangan tp
Romi Dwi Syahri
 
Portpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloom
Portpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloomPortpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloom
Portpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloomRusinah Anas
 
Penggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukie
Penggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukiePenggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukie
Penggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukie
Mohd Dasuki
 
Model penilaian cipp
Model penilaian cippModel penilaian cipp
Model penilaian cipp
Sumitra Kan
 
Sekolah sebagai sistem sosial
Sekolah sebagai sistem sosial Sekolah sebagai sistem sosial
Sekolah sebagai sistem sosial
nelson fredoline
 
Prinsip Redudansi Mayer Dalam Multimedia
Prinsip Redudansi Mayer Dalam MultimediaPrinsip Redudansi Mayer Dalam Multimedia
Prinsip Redudansi Mayer Dalam Multimedia
UNY
 
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan (merekod mengurus dan menganalisis ...
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan  (merekod mengurus dan menganalisis ...Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan  (merekod mengurus dan menganalisis ...
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan (merekod mengurus dan menganalisis ...
Suhaili Hanafi
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
angayank
 

What's hot (20)

Pengertian Microteachingdan Pembelajaran
Pengertian Microteachingdan PembelajaranPengertian Microteachingdan Pembelajaran
Pengertian Microteachingdan Pembelajaran
 
Ppt administrasi pendidikan
Ppt administrasi pendidikanPpt administrasi pendidikan
Ppt administrasi pendidikan
 
Perkembangan definisi teknologi pendidikan
Perkembangan definisi teknologi pendidikanPerkembangan definisi teknologi pendidikan
Perkembangan definisi teknologi pendidikan
 
Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi
 
Trend kurikulum
Trend kurikulumTrend kurikulum
Trend kurikulum
 
Model model pengajaran
Model model pengajaranModel model pengajaran
Model model pengajaran
 
Bab 1 teknologi pendidikan
Bab 1 teknologi pendidikanBab 1 teknologi pendidikan
Bab 1 teknologi pendidikan
 
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
 
Kemahiran sosial
Kemahiran sosialKemahiran sosial
Kemahiran sosial
 
Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitifTeori belajar kognitif
Teori belajar kognitif
 
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
 
Perkembangan tp
Perkembangan tpPerkembangan tp
Perkembangan tp
 
Portpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloom
Portpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloomPortpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloom
Portpolio, rph, contoh soalan aras taksonomi bloom
 
Penggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukie
Penggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukiePenggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukie
Penggunaan Teknologi Maklumat Dalam Pengajaran dan Pembalajaran By sukie
 
Model penilaian cipp
Model penilaian cippModel penilaian cipp
Model penilaian cipp
 
Sekolah sebagai sistem sosial
Sekolah sebagai sistem sosial Sekolah sebagai sistem sosial
Sekolah sebagai sistem sosial
 
Prinsip Redudansi Mayer Dalam Multimedia
Prinsip Redudansi Mayer Dalam MultimediaPrinsip Redudansi Mayer Dalam Multimedia
Prinsip Redudansi Mayer Dalam Multimedia
 
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan (merekod mengurus dan menganalisis ...
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan  (merekod mengurus dan menganalisis ...Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan  (merekod mengurus dan menganalisis ...
Penyelidikan kualitatif dalam pendidikan (merekod mengurus dan menganalisis ...
 
Reka bentuk instruksional
Reka bentuk instruksionalReka bentuk instruksional
Reka bentuk instruksional
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
 

Similar to Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf

TEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemen
TEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemenTEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemen
TEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemen
GoldShop1
 
Metode penelitian kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif  Metode penelitian kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif
UNIVERSITY OF ADI BUANA SURABAYA
 
Panduan NGABASO
Panduan NGABASOPanduan NGABASO
Panduan NGABASO
Iwan Sumantri
 
Buku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdf
Buku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdfBuku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdf
Buku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdf
RosihanAnwar26
 
Revitalisasi Corporate University- Bab-1.pdf
Revitalisasi Corporate University- Bab-1.pdfRevitalisasi Corporate University- Bab-1.pdf
Revitalisasi Corporate University- Bab-1.pdf
John Sihotang, Dr, MM, Ir
 
Buku Digital - MIKROEKONOMI.pdf
Buku Digital - MIKROEKONOMI.pdfBuku Digital - MIKROEKONOMI.pdf
Buku Digital - MIKROEKONOMI.pdf
AmaludinSikumbang
 
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdf
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdfModul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdf
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdf
JenniferFBait
 
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Rudi Jastawan
 
Proposal kp mujahid nasrul
Proposal kp mujahid nasrulProposal kp mujahid nasrul
Proposal kp mujahid nasrulEM Nasrul
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
PUTERAEHSAN
 
Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)
Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)
Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)
Sifa Siti Mukrimah
 
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
fatkhur417
 
Kbk smp 10. t i & k
Kbk smp 10. t i & kKbk smp 10. t i & k
Kbk smp 10. t i & kJasmin Jasin
 
Makalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligatorMakalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligatorMukhsinah PuDasya
 
Buku panduan litabmas uho revisi 2020
Buku panduan litabmas uho revisi 2020Buku panduan litabmas uho revisi 2020
Buku panduan litabmas uho revisi 2020
jufrikarim
 
Laporan PPL - Junior.pdf
Laporan PPL - Junior.pdfLaporan PPL - Junior.pdf
Laporan PPL - Junior.pdf
NazrioZuniorLubis
 
Dasar-DasarManajemenKeuangan.pdf
Dasar-DasarManajemenKeuangan.pdfDasar-DasarManajemenKeuangan.pdf
Dasar-DasarManajemenKeuangan.pdf
IdaNuryana
 
Inovasi Pendidikan.pdf
Inovasi Pendidikan.pdfInovasi Pendidikan.pdf
Inovasi Pendidikan.pdf
StQomariyah
 
Kbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kKbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & k
Jasmin Jasin
 
Modul10-pembuatan-media-video-pembelajaran
Modul10-pembuatan-media-video-pembelajaranModul10-pembuatan-media-video-pembelajaran
Modul10-pembuatan-media-video-pembelajaran
saloute
 

Similar to Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf (20)

TEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemen
TEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemenTEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemen
TEORI MANAJEMEN dalam studi ekonomi manajemen
 
Metode penelitian kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif  Metode penelitian kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif
 
Panduan NGABASO
Panduan NGABASOPanduan NGABASO
Panduan NGABASO
 
Buku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdf
Buku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdfBuku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdf
Buku Modul Hipotesis dan Variabel Penelitian.pdf
 
Revitalisasi Corporate University- Bab-1.pdf
Revitalisasi Corporate University- Bab-1.pdfRevitalisasi Corporate University- Bab-1.pdf
Revitalisasi Corporate University- Bab-1.pdf
 
Buku Digital - MIKROEKONOMI.pdf
Buku Digital - MIKROEKONOMI.pdfBuku Digital - MIKROEKONOMI.pdf
Buku Digital - MIKROEKONOMI.pdf
 
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdf
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdfModul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdf
Modul Aplikasi Komputer Dasar 2023_compressed.pdf
 
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
 
Proposal kp mujahid nasrul
Proposal kp mujahid nasrulProposal kp mujahid nasrul
Proposal kp mujahid nasrul
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
 
Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)
Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)
Buku Strategi Pembelajaran KWU (microteaching)
 
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
Buku siswa simdig semester 1 versi 140713
 
Kbk smp 10. t i & k
Kbk smp 10. t i & kKbk smp 10. t i & k
Kbk smp 10. t i & k
 
Makalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligatorMakalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligator
 
Buku panduan litabmas uho revisi 2020
Buku panduan litabmas uho revisi 2020Buku panduan litabmas uho revisi 2020
Buku panduan litabmas uho revisi 2020
 
Laporan PPL - Junior.pdf
Laporan PPL - Junior.pdfLaporan PPL - Junior.pdf
Laporan PPL - Junior.pdf
 
Dasar-DasarManajemenKeuangan.pdf
Dasar-DasarManajemenKeuangan.pdfDasar-DasarManajemenKeuangan.pdf
Dasar-DasarManajemenKeuangan.pdf
 
Inovasi Pendidikan.pdf
Inovasi Pendidikan.pdfInovasi Pendidikan.pdf
Inovasi Pendidikan.pdf
 
Kbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kKbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & k
 
Modul10-pembuatan-media-video-pembelajaran
Modul10-pembuatan-media-video-pembelajaranModul10-pembuatan-media-video-pembelajaran
Modul10-pembuatan-media-video-pembelajaran
 

More from heruchristianto

Organisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptx
Organisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptxOrganisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptx
Organisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptx
heruchristianto
 
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.ppt
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.pptKODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.ppt
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.ppt
heruchristianto
 
LANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdf
LANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdfLANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdf
LANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdf
heruchristianto
 
Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptx
Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptxSosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptx
Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptx
heruchristianto
 
Hukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimia
Hukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimiaHukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimia
Hukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimia
heruchristianto
 
Kesetimbangan Kimia Kimia Fisika Undanaa
Kesetimbangan Kimia Kimia Fisika UndanaaKesetimbangan Kimia Kimia Fisika Undanaa
Kesetimbangan Kimia Kimia Fisika Undanaa
heruchristianto
 

More from heruchristianto (6)

Organisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptx
Organisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptxOrganisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptx
Organisasi Profesi Guru (Praktisi Mengajar).pptx
 
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.ppt
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.pptKODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.ppt
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PELANGGARANNYA.ppt
 
LANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdf
LANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdfLANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdf
LANGKAH LANGKAH MENDIRIKAN USAHA ATAU BISNIS.pdf
 
Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptx
Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptxSosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptx
Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan Pend. Kimia-2023.pptx
 
Hukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimia
Hukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimiaHukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimia
Hukum-hukum gas Pertemuan 1 pendidikan kimia
 
Kesetimbangan Kimia Kimia Fisika Undanaa
Kesetimbangan Kimia Kimia Fisika UndanaaKesetimbangan Kimia Kimia Fisika Undanaa
Kesetimbangan Kimia Kimia Fisika Undanaa
 

Recently uploaded

PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptxPAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
xtemplat
 
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docxRaport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
MuhammadAminullah32
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Fathan Emran
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
sucibrooks86
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
BAHTIARMUHAMAD
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
TitisNindiasariAnggr
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
MunirLuvNaAin
 
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
Hasbullah66
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
NurHasyim22
 
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Habibatut Tijani
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptxREAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
ianchin0007
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 

Recently uploaded (20)

PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptxPAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
 
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docxRaport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
 
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
 
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptxREAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
 

Buku Digital - Supervisi Pendidikan.pdf

  • 3. UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
  • 4. SUPERVISI PENDIDIKAN Bismar Sibuea Heru Christianto Dewi Lestarani Siti Zulaichoh Arisatul Muwafiqoh Khoirul Dorthea Maria Woga Nay Sumarsih Wiwin Nur Aeni Endi Rochaendi Juvrianto Chrissunday Jakob Penerbit CV. MEDIA SAINS INDONESIA Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id Anggota IKAPI No. 370/JBA/2020
  • 5. SUPERVISI PENDIDIKAN Bismar Sibuea Heru Christianto Dewi Lestarani Siti Zulaichoh Arisatul Muwafiqoh Khoirul Dorthea Maria Woga Nay Sumarsih Wiwin Nur Aeni Endi Rochaendi Juvrianto Chrissunday Jakob Editor : Toman Sony Tambunan Tata Letak : Linda Setia Kasih Zendrato Desain Cover : Nathanael Ukuran : A5 Unesco: 15,5 x 23 cm Halaman : iv, 191 ISBN : 978-623-195-134-2 Terbit Pada : Maret 2023 Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis. PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA (CV. MEDIA SAINS INDONESIA) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id
  • 6. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga buku kolaborasi ini dalam bentuk Bunga Rampai dapat diselesaikan penulisannya dengan baik, dipublikasikan, dan dapat sampai di hadapan pembaca. Bunga Rampai ini disusun oleh sejumlah Dosen, dan praktisi sesuai dengan kepakarannya masing- masing. Buku ini diharapkan dapat hadir memberi kontribusi positif dalam penyebaran ilmu pengetahuan, khususnya terkait dengan berbagai teori dalam konsep supervisi di bidang pendidikan. Buku ini memberikan nuansa berbeda yang saling menyempurnakan dari setiap pembahasannya, bukan hanya dari segi konsep yang tertuang secara terperinci, tetapi juga melalui penyampaian contoh penerapan yang sesuai dan mudah dipahami. Sistematika buku ”Supervisi Pendidikan” ini mengacu pada pendekatan konsep teoritis dan contoh penerapan. Buku ini terdiri atas 11 Bab yang dibahas secara rinci dalam pembahasan mengenai konsep dasar supervisi dalan bidang pendidikan, diantaranya: Pengantar Supervisi Pendidikan, Teori Supervisi Pendidikan, Teknik dan Pendekatan Supervisi Pendidikan, Model dan Metode Supervisi Pendidikan, Prinsip Supervisi Pendidikan, Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan, Program Supervisi Pendidikan, Konsep Evaluasi Program Supervisi Pendidikan, Supervisi Klinis, Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, Efektivitas Peran Supervisor dalam Supervisi Pendidikan. Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini, secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia sebagai inisiator buku Bunga Rampai ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Februari 2023 Editor
  • 7. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................i DAFTAR ISI.....................................................................ii 1 PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN...................1 Pendahuluan ..........................................................1 Tujuan Supervisi ....................................................4 Jenis–jenis Supervisi Pendidikan ............................6 Fungsi Supervisi .....................................................7 Prinsip–prinsip Supervisi ......................................11 2 TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN...........................15 Pengertian Supervisi Pendidikan...........................15 Supervisi Akademik ..............................................18 Supervisi Manajerial .............................................24 Supervisi Administrasi..........................................25 Supervisi Lembaga................................................27 3 TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN ........................................................31 Teknik Supervisi Pendidikan.................................32 Pendekatan Supervisi ...........................................41 4 MODEL DAN METODE SUPERVISI PENDIDIKAN ........................................................47 Model Supervisi Pendidikan..................................48 Metode Supervisi Pendidikan ................................51 5 PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN ........................67 Makna Prinsip ......................................................67 Prinsip-prinsip Supervisi ......................................69 6 RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN..........83
  • 8. iii Ruang Lingkup Supervisi dalam Pendidikan.........83 Langkah-langkah Supervisi dalam Ruang Lingkup Pendidikan...................................87 Aspek-aspek Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan ............................................88 Kapabilitas Supervisor dalam Lingkup Pendidikan..............................................91 Efektivitas Supervisi dalang Lingkup Pendidikan..............................................93 7 PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN ....................99 Pendahuluan ........................................................99 Pengertian Program Supervisi Pendidikan...........100 Fungsi dan Tujuan Program Supervisi Pendidikan ..........................................101 Isi Program Supervisi Pendidikan .......................103 Jenis dan Prioritas Program................................106 Prinsip Program Supervisi...................................107 Tahapan Penyusunan Program ...........................108 Penilaian Program Supervisi ...............................110 8 KONSEP EVALUASI PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN ......................................................115 Pendahuluan ......................................................115 Pengertian Evaluasi Program ..............................115 Perbedaan Monitoring dan Evaluasi Program......118 Model-model Evaluasi Program...........................119 Evaluasi Program Supervisi Pendidikan..............123 Tujuan Evaluasi Supervisi ..................................127 Langkah–langkah Evaluasi Program Supervisi....129
  • 9. iv 9 SUPERVISI KLINIS..............................................133 Definisi ...............................................................133 Ciri–Ciri ..............................................................134 Tujuan................................................................135 Langkah–langkah Supervisi Klinik......................137 Kompetensi Supervisor .......................................142 Supervisi Klnik Melalui Peer Coaching ................145 10 KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH .................151 Pendahuluan ......................................................151 Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah........................................157 Kesimpulan.........................................................169 11 EFEKTIVITAS PERAN SUPERVISOR DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN .......................175 Pendahuluan ......................................................175 Supervisor dalam Dunia Pendidikan...................176 Peran Supervisor: Apakah Penting? ....................179 Supervisor dan Supervisi Pendidikan..................182
  • 10. 1 1 PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN Bismar Sibuea, M.Pd Universitas Simalungun Pendahuluan Lembaga Pendidikan yang dihuni oleh orang –orang yang berpendidikan secara explisit terlihat sebagai suatu lembaga yang idealnya akan lebih menjamin kepatuhan terhadap regulasi dalam menjalankan setiap kegiatan yang ada dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan secara keseluruhan. Untuk menjaga keilmiahan setiap kgiataan bahkan telah disusun sedemikian rupa dengan mendetail. Khususnya dalam ruang lingkup sekolah ataupun kampus selaku ujung tombak pelaksanaan pendidikan itu sendiri telah diatur pelaksanaanya pun rangkaian kegiatan pembelajaran dalam konsep kurikulum. Dalam skema yang lebih kecil, lebih terperinci lagi setiap proses pembelajara didalam kelas pun tidak terlepas dari perencanaan yang matang yang disusun dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ataupun SAP (Satuan Acara Pembelajaran). Dalam ilmu Manajemen, keberhasialan suatu program atau kegiatan tidak serta merta bergantung pada detail atau baiknya suatiu rencana, keteraturan sebuah rencana maupun pelaksanaanya tidak akan berjalan dengan mulus tanpa adanya pengawasan. Selaras dengan itu, pun dalam dunia pendidikan khususnya dalam ruang lingkup sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya, setiap program maupun kegiatan tidak cukup hanya dengan rencana dan
  • 11. 2 pelaksanaan yang didesign secara apik. Namum sangat dibutuhkan pengawasan yang sustainable. Pengawasan atau pun supervise jika diartikan dalam deenisi yang sempit bisa diartikan sebagai sebuah inspeksi, audit, yang terkesan dilaksanakan untuk mengawaasi dan menemukan kesalahan – kesalahan yang dilakukan dalam hal ini adalah tenaga pendidik maupun tenaga kependiidikan. Kegiatan ini seperti sebuah kegiatan pengauditan, ini bisa diasumsikan negative atau kegiatannya semacam memiliki konotasi yang negative. Maka dalam hal ini perlu lebih dijelaskan secara mendalam bahwa pengawasan jika diartikan secara sempit bisa jadi memiliki muatan yang negatif. Pengawasan ataupun supervise dewasa ini sudah lebih diartikan umum secara luas sebagai suatu kegiatan bimbingan bagi para pelaku pendidikan, dalam konteks sekolah, supervise bukan lah kegiatan yang dilakukan untuk mencari kesalahan tapi kegiatan bimbingan, pembinaan, pengarahan bagi para guru dalam mengembangkan kemampuan guru dan membantu memecahkan permasalahan – permasalaha yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Jika dilihat dari terminology, Supervisi berasal dari dua kata, yaitu Super dan Vision. Super bisa diartikan sebagai sesuatu yang kuat melebihi kekuatan yang biasanya, atau dapat juga dianalaogikan sebagai sesuatu yang berada diatas, sedangkan vision bisa didefenisikan sebagai sudut pandang, atau melihat sesuatu dari satu tempat. Jadi supervisi bisa diartikan sebagai melihat sesuatu dari sudut pandang yang berada diatas. Sudarwan dan Khairil 2010, menyatakan supervise adalah proses bimbinggan professional untuk meningkatkan derajat profesionalitas guru bagi peningkatan mutu proses penidikan dan pembelajaran khususnya prestasi belajar siswa. Dengan kalimat yang berbeda Purwanto (2000) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
  • 12. 3 guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Dengan kalimat yang lebih lengkap, Tim Dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia (2014) menjelaskan bahwa supervisi merupakan bimbingan profesional bagi guru-guru, bimbingan profesional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu perbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar murid. Good Carter dalam Dictionary of Education, yang dikutip dari buku Supervisi Pendidikan karya Dr Surdadi, 2021 menjelaskan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas- petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran. Situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada ketrampilan supervisor sebagai pemimpin. Dari berberapa opini para ahli diatas bisa disimpulkan bahwa Supervisi bukalah suatau kegiatan untuk mencari kesalahan atau mengaudit suatu kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, melainkan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk pembinaan, pengarahan, dan conseling bagi para guru ataupun tenaga pendidik dalam menghadapi masalah – masalah yang ada dan dimungkinkan timbul dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan kompetensi para guru atau tenaga pendidik. Konsep supervise di Indonesia mulai dikenal dan diimplementasikan sejak terbitnya Keputusan Menteri P dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa saja yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat kecamatan, dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya serta staf kantor bidang yang ada di setiap provinsi.
  • 13. 4 Kemudian pada PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik. Istilah pengawas dikhususkan untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus untuk pendidikan luar sekolah. Standariasasi kualitas atau kompetensi pengawas yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana, Nana, 2006) bahwa pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas bukan hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan di kantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai fungsi penggerak kemajuan pendidikan di sekolah. Tujuan Supervisi Selaras dengan defenisi yang dijabarkan secara gamblang pada part diatas, tujuan supervisi juga banyak diasumsikan secara berbeda oleh para pakar, walaupun secara esensi dari supervise itu sendiri, perbedaan tujuan supervise oleh para pakar tidak lari dari inti supervise itu sendiri. Sulistyorini, 2009 menyatakan bahawa tujuan supervisi adalah menolong guru-guru agar dengan kesadarannya sendiri berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan tugasnya. Sahertian 2008, dengan kalimat yang berbeda menjelaskan bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas
  • 14. 5 mengajar guru dikelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Menurut Burton dan Bruckner dalam suhartian yang dikutip oleh Inom Nasution dalam bukunya “Supervisi Pendidikan” 2021, tujuan utama supervisi pendidikan adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi pendidikan bukan hanya perbaikan pembelajaran tapi mengkoordinasi, menstimulasi, mendorong ke arah pertumbuhan guru. Swearingen dalam bukunya Supervision of Instruction - Foundation and Dimention, yang dikutip oleh Sahertian mengemukakan 8 fungsi supervisi, yaitu: 1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah 2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah 3. Memperluas pengalaman guru-guru 4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif 5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus 6. Menganalisis situasi belajar-mengajar 7. Memberikan ketrampilan dan pengetahuan kepada setiap anggota staf 8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru. Pemerintah Indonesia melalui kementrian Pendidikan yang dituangkan dalam Depdiknas menjelaskan ada tiga tujuan supervisi pendidikan yaitu; 1. Supervisi pendidikan diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami aka demik, kehidupan kelas mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
  • 15. 6 2. Supervisi pendidikan diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya. 3. Supervisi pendidikan diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya Jenis–jenis Supervisi Pendidikan Supervisi pendidikan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bukanlah semata terfokus pada satu bidang saja. Supervise bukan hanya menyentuh proses pembelajaran saja, namun termasuk pengawasan pada tenaga kependidikan dan manajerial. Dari keterangan diatas maka supervise pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Diantaranya sebagai berikut : 1. Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah pengawasan yang focus menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah -masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses pembelajaran. 2. Supervisi Administrasi. Supervisi Administrasi adalah pengawasan yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dengan pelancar terlaksananya pembelajaran.
  • 16. 7 3. Supervisi Lembaga. Merupakan supervisi pendidikan dengan fokus pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di lembaga pendidikan. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan nama baik atau kredibilitas lembaga pendidikan (Suhardan, 2014, hlm. 47). Fungsi Supervisi Anwar dan Sagala (2004) menjelaskan bahwa supervise atau supervisor sebagai pelaku memiliki fungsi utama sebagai berikut : 1. Menetapkan Masalah Supervisor menetapkan masalah yang benar – benar mendesak untuk ditanggulangi, dimana sebelumnya dilakukan pengumpulan data terkait masalah tersebut. Pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan menggunakan instrument tertentu, seperti observasi, wawancara, kuestioner dan lainnya. Data tersebut tentunya diharapkan menghasilkan sebuah kesimpulan yang sebenarnya. 2. Menyelenggarkaan inspeksi Sebelum memberikan pelayanan kepada guru, Kepala Sekolah lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha mensurvei seluruh sistem pendidikan yang ada. Survei ini berguna untuk menghimpun data yang aktual, bukan informasi yang kadaluarsa, sehingga ditemukan masalamasalah, kekurangan- kekurangan baik pada guru maupun pada siswa, perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode pengajaran dan perangkat lain sekitar proses pembelajaran. Hasil inspeksi dan survei tersebut dapat dijadikan dasar oleh Kepala Sekolah untuk memberikan bantuan professional.
  • 17. 8 3. Penilaian Data dan Informasi Hasil inspeksi dan survei yang telah dihimpun diolah sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif dalam memberi pertimbangan bantuan mengajar, supervisi dipandang telah memberi solusi problematika terhadap pembelajaran yang memuaskan bagi guru. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kegiatan penelitian supervisi adalah sebagai berikut. a. Menemukan masalah yang ada pada situasi pembelajaran; b. Mencari dan menentukan teknik pemecahan masalah yang dipandang efektif; c. Menyusun alternatif program perbaikan; d. Mencoba cara baru dengan melakukan inovasi pendekatan pembelajaran; dan e. Merumuskan dan menentukan pola perbaikan yang lebih standar untuk pemakaian yang lebih luas 4. Penilaian Fungsi Penilaian Merupakan usaha untuk mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, perencanaan dan program, penyelenggaraan dan evaluasi hasil pengajaran. Setelah Kepala Sekolah mengambil kesimpulan tentang situasi yang sebenarnya terjadi, maka Kepala Sekolah harus melaksanakan penilaian terhadap situasi-situasi tersebut. Kepala Sekolah diharapkan tidak memfokuskan pada hal-hal yang negatif saja, tetapi juga hal-hal yang dapat dinyatakan sebagai kemajuan. 5. Pelatihan Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian, ditemukan bahwa kemampuan guru terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran masih kurang.
  • 18. 9 Untuk itu kekurangan tersebut diatasi dengan mengadakan pelatihan yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai supervisor sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan ini bentuknya dapat berupa on the job training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain yang dipandang efektif 6. Pembinaan dan Pengembangan Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian, ditemukan bahwa kemampuan guru terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran masih kurang. Untuk itu kekurangan tersebut diatasi dengan mengadakan pelatihan yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai supervisor sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan ini bentuknya dapat berupa on the job training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain yang dipandang efektif. Dalam konteks lembaga pendidikan seperti sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah yang secara otomatis memiliki fungsi supervisi, menurut Ametembun (2007) seorang kepala sekolah memiliki fungsi utama sebagai berikut : a. Fungsi penelitian Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang situasi pendidikan (khususnya sasaran-sasaran supervisi pengajaran), maka diperlukan penelitian terhadap situasi dan kondisi tersebut. Penelitian di sini dimaksudkan untuk melihat seluruh situasi proses belajar mengajar guna menemukan masalah-masalah, kekurangan baik pada guru, siswa, perlengkapan, kurikulum, tujuan pengajaran, metode mengajar maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar mengajar. Penelitian tersebut harus bersumber pada data yang aktual dan bukan pada informasi yang telah kadaluarsa.
  • 19. 10 b. Fungsi Penilaian Kegiatan penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi situasi dan kondisi pendidikan serta pengajaran yang telah diteliti sebelumnya, kemudian dievaluasi untuk melihat bagaimana tingkat kualitas pendidikan di sekolah itu, apakah menggembirakan atau memprihatinkan, mengalami kemajuan atau kemunduran. Hanya untuk diingat, dalam etika pendidikan, penilaian itu harus menekankan terlebih dahulu pada aspek-aspek yang positif (kebaikan dan kemajuan-kemajuan), kemudian pada aspek- aspek negatif, kekurangan atau kelemahan- kelemahan. c. Fungsi Perbaikan Setelah diadakannya suatu penilaian terhadap aspek pengajaran maka yang selanjutnya dilakukan adalah memperbaiki aspek-aspek negatif yang timbul. Memperkenalkan cara baru sebagai upaya perbaikan dan peningkatan. Hal ini dapat berupa loka karya, seminar, simulasi dan cara lain yang dipandang efektif. d. Fungsi Peningkatan Meningkatkan atau mengembangkan aspek-aspek positif agar lebih baik lagi dan menghilangkan aspek negatif yang ada. Sehingga aspek negatif yang ditimbulkan diubah menjadi aspek positif dan aspek positif dikembangkan lagi sehingga menjadi lebih baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru mau menerapkan cara baru, termasuk dalam hal ini membantu guru dalam memecahkan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru tersebut.
  • 20. 11 Prinsip–prinsip Supervisi Ujung Tombak Pendidiikan adalah guru. Walaupun seiring perkmbnagan jaman guru bukan lagi sumber ilmu satu satunya yang bisa didali oleh siswa, namun guru tetap menjadi ujung tombak pendidikan di Indonesia. Guru kini hanya menjadi salah satu sumber ilmu,Pendidikan indonesia sepakat bahwa guru kini telah menjelma menjadi Mediator, Fasilitator, Guide bagi para murid atau siswa dalm proses pembelajaran. Kini guru sudah persis perannya seperti Dosen, dosen yang dalam bahasa inggris disebut lectural, yang arti sebanrnya adalah penceramah, pengarah. Dosen lebih diharaokan untuk mengarahkan, bukan menjadi narsumber utama. Maka kompetensi guru menjadi jaminan dalam menilai kualitas layanan belaar. Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan supevisor membantu guru-guru tercerimin pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu hasil belajarnya. Dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai Supervisor, para supervisor harus memperhatikan prinsip–prinsip berikut : 1. Ilmiah artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan dilaksanakan harus sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar. 2. Kooperatif, program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama antar supervisor dengan orang yang disupervisi. Dalam hal ini supervisor hendaknya dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan
  • 21. 12 masyarakat sekolah yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar. 3. Konstrukti dan kreatif, membina para guru untuk selalu mengambil inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar. 4. Realistik, pelakasanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan memperhatikan segala sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan kondisi yang obyektif. 5. Progresif, setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari ukuran dan perhatian. Artinya apakah yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan pembelajaran yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar mengajar. 6. Inovatif, program supervisi pendidikan selalu melakukan perubahan dengan penemuan-penemuan baru dalam rangka perbaikan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Jika ditelaah dari beberapa prinsip diatas, supervisor sejatinya wajib melaksanakan tugasnya dengan prinsip – prisip diatas yang telah didesign dengan ilmiah, data yang didapatkan dan dijadikan bahan supervisi haruslah ilmiah. Pelaksanaan pengembangnya harus diimplementasikan dengan koperatif, dan upaya –upaya pengembangan yang dilakukan mengedepankan ke realistisan situasi dengan kreatif.keratifistas yang realistis yaang akan menghasilkan progres yang baik dan inovatif bagi para guru maupun pegawai atau tenaga kependidikan.
  • 22. 13 Daftar Pustaka Anwar, Q. & sagala, S. (2004) Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka press. Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008), Nasution, Inom. (2021) Supervisi Pendidikan, Cv Pusdikra Mitra Jaya.Medan Purwanto, N. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sahertian, Piet, (2008) Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendiddikan: dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, Jakarta: Rineka Cipta Sagala, S. (2009) Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, Sudarwan Danim & Khairil, (2010) Profesi Kependidikan, PT. Alfabeta. Bandung Suhardan, D. (2014). Supervisi professional. Bandung: Alfabeta Sulistyorini, (2009).Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras Surdadi, 2021. Supervisi Pendidikan. PT Pustaka Ilmu. Yogyakarta. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2014).
  • 23. 14 Profil Penulis Bismar Sibuea, M.Pd Penulis lahir dikota Pematangsiantar, Sumatera utara, dan hingga menjejaki bangku kuliah penulis bernajka dewasa dikota kelahiran. Berawal dari ketertarikan penulis dalam menulis karya sastra seperti puisi dan cerpen, dan seiring berjalan waktu penulis terjun kedunia pendidikan, dan aktif sebagai Dosen di Fakultas Pendidikan, hingga penulis mulai tertari menuliskarya ilmiah, dan menyusun buku. Penulis kini sedang melanjutkan pendidikan S-3/program Doktornya di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Penulis memiliki ketertarikan pada Manajemen Pendidikan sejak merasakan betapa perlunya manajemen yang baik pada pendidikan di Indonesia. Dimulai dari pemerintah pusat selaku pengarah pendidikan hingga ke instasnsi pendidikan yang terkecilpun sangat membutuhkan manajemen pendidikan yang baik. Penulis mulai melakukan penelitian–penelitian kecil dan sederhana yang dituangkan dalam artikel maupun jurnal– jurnal terakreditasi nasional yang berkaitan dengan manajemen pendidikan. Email Penulis: elbizmarsibuea@gmail.com
  • 24. 15 2 TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN Heru Christianto, S.Pd., M.Pd Universitas Nusa Cendana Kegiatan supervisi mencakup kondisi sarat-sarat personel maupun material untuk terciptanya situasi belajar yang efektif, dan usaha memenuhi sarat-sarat itu. Kemampuan guru dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh adanya supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah untuk meningkatkan kinerjanya. Jika ditinjau lebih luas, supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Pengertian Supervisi Pendidikan Secara etimologis, supervisi berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Colligate Dictionary disebutkan bahwa supervisi merupakan “A critical watching and directing”. Beberapa sumber lainnya menyatakan bahwa supervisi berasal dari dua kata, yaitu “superior” dan “vision”.
  • 25. 16 Sedangkan hasil analisis menunjukkan bahwa kepala sekolah digambarkan sebagai seorang “expert” dan “superior”, sedangkan guru digambarkan sebagai orang yang memerlukan kepala sekolah. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Supervisi dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode - metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Menurut Purwanto (2010), supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Manullang (2005) menyatakan bahwa supervisi merupakan proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih professional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik. Suhardan (2010) juga mengungkapkan bahwa supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap situasi yang ditimbulkan. Aktivitas dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan- kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik.
  • 26. 17 Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan. Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol kegiatan pembelajaran, namun juga melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif dan usaha memenuhi syarat-syarat itu. Pengertian suvervisi menurut Burton (2011) dalam bukunya yang berjudul "Supervision a Social Process", adalah sebagai berikut: "Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and improving cooperatively all factors which affect child growth and development". Sesuai dengan pengertian supervisi menurut Burton tersebut, maka dapat diartikan bahwa supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum pendidikan. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total. Ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas terrnasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya. Fokus supervisi pendidikan yaitu pada setting for learning, bukan pada seseorang atau sekelompok orang. Semua orang, seperti guru-guru, kepala sekolah, dan pegawai sekolah lainnya, adalah teman sekerja yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar mengajar yang baik.
  • 27. 18 Menurut Ametembun (2007), supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan atau peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan supervisi menurut Sahertian (2008) telah berkembang dari yang bersifat tradisional menjadi supervisi yang bersifat ilmiah, sebagai berikut: 1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara kontinu. 2. Objek, artinya ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. 3. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan beberapa pengertian supervisi di atas, dapat diartikan secara sederhana bahwa supervisi merupakan upaya kepala sekolah dalam pembinaan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah. Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada tiga macam supervisi yaitu: supervisi akademik, supervisi administrasi, dan supervisi lembaga. Supervisi Akademik Secara konseptual, Glickman (2007) merumuskan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan yang membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik menekankan pada penjaminan kualitas proses belajar mengajar. Esensi supervisi akademik bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan professional. Membantu guru dalam hal: melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar, menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, menggunakan dan memilih metode dan model pembelajaran, menilai kemajuan belajar peserta didik.
  • 28. 19 Supervisi akademik merupakan supervisi yang objeknya menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik ketika sedang dalam proses belajar atau mempelajari sesuatu. Disebut supervisi akademik karena objek utamanya adalah aspek-aspek akademik, supervisi akademik dapat dilakukan oleh internal lembaga sendiri yaitu oleh teman sejawat, kepala sekolah dan guru senior. Supervisi akademik yang dimaksud adalah supervisi pembelajaran. Teknik supervisi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bersifat individual (individual devices) dan bersifat kelompok (group devices). Sahertian (2008) mengemukakan bahwa teknik supervisi kelompok berupa diskusi panel, laboratorium kurikulum, pembaca terbimbing, demonstrasi mengajar, perpustakaan profesional, buletin supervisi, pertemuan atau rapat guru. Sedangkan menurut Fathurrohman dan Suryana (2011), supervisi akademik adalah bantuan professional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat dan hati-hati, serta umpan balik yang objektif. Perbedaan antara kedua pendapat ahli tersebut adalah Sahertian lebih mementingkan diskusi panel dan pengadaan kerja kelompok dalam perlakuan pelaksanaan buletin supervisi. Sedangkan Fathurrohman lebih mengedepankan perencanaan yang sistematis. Kesamaan antara kedua pendapat ahli adalah pelaksanaan supervisi harus menekankan kerjasama antara satu dengan yang lain sehingga tercipta keadaan yang kondusif. Dikemukakan pula oleh Sagala (2010) bahwa supervisi pembelajaran merupakan usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar. Dengan demikian jelas tujuan utama supervisi pembelajaran adalah membantu peserta didik dalam belajar. Upaya yang dilaksanakan adalah peningkatan kualitas dalam pelaksanaan pembelajaran, dengan mempertahankan pembelajaran yang telah baik bahkan berbagai organisasi profesi guru kelompok kerja, musyawarah kerja, forum bersama dan lain-lain.
  • 29. 20 Dalam supervisi ini terhadap kepala sekolah dan guru terkait kinerja profesional dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang telah ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. Muslim (2009) juga menyatakan supervisi adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna peningkatan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Jadi sangat jelas bahwa kemampuan guru dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh adanya supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah untuk meningkatkan kinerjanya. Danurwati (2015) menyatakan bahwa supervisi akademik merupakan bagian dari supervisi pendidikan yang merupakan segala upaya yang dilakukan secara berkesinambungan untuk membantu guru dan kepala sekolah untuk mengembangkan kemampuan serta kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Perbedaan yang ada pada pendapat ahli di atas adalah Muslim lebih menekankan pada bentuk pemberian bantuan kepada guru sebagai alat peningkatan mutu sedangkan Danurwati lebih menekankan pada upaya/usaha berkesinambungan untuk membantu guru sebagai pengembangan kinerja guru. Namun persamaan antara kedua pendapat ahli tersebut adalah bahwa supervisi merupakan usaha yang berkesinambungan diupayakan untuk membantu guru dalam menciptakan kinerja yang maksimal atau meningkatkan kinerja guru. Mulyasa (2013) mengemukakan supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui tahap perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, sehingga guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki kinerjanya.
  • 30. 21 Sementara Arikunto (2009) mengemukakan supervisi bukan hanya bertujuan untuk membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga perlu membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun program pembelajaran secara tepat) agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Adanya perbedaan pada masing- masing pendapat ahli tersebut adalah Mulyasa menekankan pada bantuan profesional kepada guru, sedangkan Arikunto menekankan pada membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun program pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Adanya pendapat dari beberapa ahli menimbulkan adanya persamaan pendapat yaitu bahwa supervisi dilakukan untuk membantu guru mengembangkan kreatifitasnya dengan melalui pengamatan yang cermat dan tepat. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat supervisi akademik adalah suatu usaha untuk membantu guru agar guru dalam bekerja lebih profesional. Namun menurut Arikunto dan Muslim definisinya kurang begitu jelas dan masih bersifat umum karena belum menunjukan langkah-langkah dari pelaksanaan supervisi akademik. Berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas, terinci dan lebih spesifik serta menunjukkan langkah- langkah Tindakan supervisi akademik. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan tindakan pembimbingan dan pengarahan dari kepala sekolah/pengawas terhadap guru untuk meningkatkan kualias pembelajaran di kelas. Dengan adanya proses supervisi tersebut diharapkan para pendidik dapat melaksanakan dan melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik karena telah mendapat pengarahan dan penjelasan dari supervisor. Dalam konteks penyelenggaraan Pendidikan di sekolah, dan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru ada persinggungan antara tugas supervisi dengan tugas administrasi, kurikulum dan pengajaran.
  • 31. 22 Dalam kegiatan supervisi, ada persinggungan yang bertumpu pada proses pengajaran sebagai ujung tombak kualitas pendidikan. Persinggungan supervisi dengan kurikulum merupakan dua bidang tugas yang berkaitan erat sebab supervisi dilaksanakan dalam rangka implementasi kurikulum. Itulah sebabnya seorang kepala sekolah perlu menguasai kurikulum dan metode mengajar karena menjadi modal bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi. Supervisi ditujukan untuk membantu guru ketika mengalami kesulitan/masalah dalam mengembangkan proses belajar mengajar di kelasnya. Salah satu jenis supervisi yang bertujuan untuk membantu guru dalam mengelola kualitas pembelajaran adalah supervisi akademik. Arikunto (2009) juga merumuskan supervisi akademik sebagai supervisi yang menitikberatkan pada masalah akademik yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, serta membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran utama supervisi akademik meliputi aspek akademik yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/model/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, tindakan guru di kelas serta semua faktor pendukung pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, satu kompetensi dasar kepala sekolah yang harus dikembangkan adalah meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Supervisi sebagai salah satu kompetensi kepala sekolah mencakup perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
  • 32. 23 Permendiknas nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima kompetensi, yaitu: Kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah sehingga sebagai guru harus memiliki kompetensi guru yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Sergiovanni (1982) menyatakan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik? Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (Prinansa, 2010). Supervisi akademik berpusat pada masalah pembelajaran peserta didik. Supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah untuk mengetahui kemampuan mengajar guru yang kemudian akan diberikan bimbingan. Sehingga poin dari supervisi akademik adalah bukan untuk menilai perfoma guru, akan tetapi memberikan bimbingan kepada guru. Secara general supervisi dapat dimaknai atas dasar keseluruhan aktivitasnya yang dilakukan secara individu maupun kelompok sesuai dengan tujuan masing-masing terhadap personel, kelompok ataupun terhadap suatu program dalam berbagai bidang kependidikan. Adapun rangkaian kegiatan supervisi pendidikan dapat dikelompokkan dalam empat tahap kegiatan sebagai berikut: (a) Penilaian terhadap keadaan guru/orang yang disupervisi dalam menjalankan tugas-tugasnya; (b) Penilaian (evaluation) yakni penafsiran tentang keadaan guru atau orang yang disupervisi, baik mengenai kekurangan atau kelemahan-kelemahannya, berdasarkan data hasil penelitian; (c) Perbaikan (improvement) yakni memberikan bimbingan dan petunjuk untuk mengatasi
  • 33. 24 kekurangan atau kelemahan guru, serta mendorong pengembangan kebaikan-kebaikan atau kelebihan setiap guru yang disupervisi; (d) Pembinaan, yakni kegiatan menumbuhkan sikap yang positif pada guru atau orang yang disupervisi agar mampu menilai diri sendiri dan berusaha memperbaiki atau mengembangkan diri sendiri kearah terbentuknya keterampilan dan penugasan ilmu pengetahuan yang selalu up to date, aktual dan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan globalisasi. Menurut Alfonso dan Neville (1981), ada tiga konsep pokok dalam pengertian supervisi akademik, yaitu: (a) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran; (b) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara profesional, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut; (c) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi kegiatan belajar bagi murid- muridnya. Supervisi Manajerial Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009). Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah: 1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan. 2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal.
  • 34. 25 3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. 4. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. 5. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan Pendidikan. 6. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya. 7. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. 8. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah (Sudrajat, 2009). Supervisi Administrasi Supervisi administrasi adalah supervisi yang objeknya menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan memperlancar terlaksananya proses pembelajaran, dapat berupa kurikulum sekolah, penentuan guru mata pelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, laporan nilai peserta didik, presensi kehadiran guru dan peserta didik, tingkat pedidikan guru dan tenaga kependidikan, prestasi yang diperoleh siswa. Supervisi administrasi dapat dilakukan oleh internal lembaga. Supervisi administrasi menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
  • 35. 26 Memang selama ini pengawasan atas sarana dan fasilitas sekolah merupakan objek sasaran inspeksi yang kurang dikaitkan kepada kepentingan pembelajaran. Sasaran pengawasan di lingkungan sistem persekolahan selama ini menunjukkan kesan seolah-olah dari segi fisik material yang tampak merupakan sasaran yang sangat penting. Kurang perhatian terhadap masalah pembelajaran yang bermutu merupakan suatu kendala bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah. Supervisi administratif adalah supervisi yang ditujukan kepada pembinaan dalam memanfaatkan setiap sarana bagi keperluan pembelajaran. Fasilitas belajar, media belajar, buku teks, perpustakaan, semua itu merupakan sarana belajar yang perlu dikaitkan untuk mempertinggi kualitas proses belajar. Supervisi administrasi juga dapat diartikan sebagai supervisi yang ditujukan pada pembinaan dalam pemanfaatan setiap sarana dan prasarana bagi keperluan kegiatan pembelajaran. Pelaksana dari kegiatan supervisi administrasi yaitu tenaga administratif seperti pegawai tata usaha. Akan tetapi guru juga harus ikut berperan dalam pelaksanaan supervisi baik berupa tenaga ataupun pikiran dalam lingkup administrasi yang ada di sekolah. Penanggung jawab supervisi administrasi adalah tenaga administrasi. Objek supervisi administrasi ada 6 macam meliputi: 1. Kurikulum: pengisiaan buku catatan pelaksanaan pembelajaran, jadwal pembelajaran untuk kelas tertentu. 2. Peserta didik: daftar prestasi peserta didik, denah kepengurusan kelas. 3. Ketenagaan: kualitas persiapan mengajar, ketepatan waktu guru hadir di kelas. 4. Pengelolaan: penunjukan wali kelas, jadwal pelajaran kelas tertentu. 5. Sarana dan Prasarana: kenyamanan ruang kelas, banyaknya judul buku per-bidang studi.
  • 36. 27 6. Lingkungan dan situasi umum: Susana diluar kelas ketika berlangsung ujian, kenyamanan ruang ujian. Supervisi Lembaga Supervisi lembaga yang menebarkan atau menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di seluruh sekolah. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Supervisi institusional adalah supervisi yang berorientasi pada pembinaan aspek organisasi dan manajemen sekolah sebagai lembaga yang meliputi semua aspek dalam bentuk pengaturan yang terkait dengan proses peningkatan mutu sekolah dalam rangka mensukseskan pembelajaran, seperti: penerimaan murid baru, rombongan belajar, pembagian tugas, pengembangan kurikulum dalam kegiatan ekstra dan intra, pengelolaan sarana dan fasilitas belajar, kalender akademik, hubungan kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Supervisi institusional atau supervisi kelembagaan berkaitan dengan usaha untuk menjadikan sekolah memiliki kinerja yang baik. Supervisi kelembagaan dalam rangka mensukseskan mutu sekolah dalam proses pembelajaran meliputi berbagai aspek pelaksana, yaitu: kepala sekolah, pendidik, staf sekolah, peserta didik, sarana dan prasarana.
  • 37. 28 Daftar Pustaka Alfonso, R.J., dan Neville, R.F. (1981). Instructional Supervision a Behavioral System. Boston: Ally Bacon. Ametembun, N.A. (2007). Supervisi Pendidikan Disusun Secara Berprogram. Bandung: Suri. Arikunto, Suharsini. (2009). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta. Burton, Laura, et.al. (2011). The Sociology of Educational Supervision and Evaluation. Journal of Cross- Disciplinary Perspectives in Education, 4(1), 24-33. Danurwati, Suprih. (2015). Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri. Tesis. FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2009). Analisis Data Guru. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Fathurrohman, F., dan Suryana, A.A. (2011). Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Bandung: Refiko Aditama. Glickman, C.D., Gordon, S.P., dan Ross-Gordon, J.M. (2007). Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason. Manullang. (2005). Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: UGM University Press. Mulyasa. (2013). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muslim. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta. Prinansa, D.J. (2010), Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta. Purwanto, N. (2010). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • 38. 29 Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sahertian, Piet. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sergiovanni. (1982). Supervision of Teaching. Alexandria Association for Supervision and Curriculum Development. Sudrajat, Akhmad. (2009). Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial. Jakarta: Musyawarah Kerja Pengawas. Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.
  • 39. 30 Profil Penulis Heru Christianto, S.Pd., M.Pd Dilahirkan di Baganbatu, 13 Desember 1992. Penulis telah menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau pada tahun 2013 dengan hasil penelitian berupa model pembelajaran kooperatif. Penulis kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan dan berhasil lulus pada tahun 2016 dengan hasil penelitian berupa media pembelajaran berbasis multimedia dalam kegiatan praktikum. Pada tahun 2019 hingga saat ini, penulis menjadi dosen PNS di Universitas Nusa Cendana Kupang pada Program Studi S1 Pendidikan Kimia dengan bidang yang diampu yaitu Kimia Dasar, Kimia Anorganik, Kimia Fisik, Komputer Kimia, Media Pembelajaran, Profesi Kependidikan dan lainnya. Untuk mewujudkan karir sebagai dosen professional, penulis pun aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal Perguruan Tinggi dan juga Kemendikbud RISTEK. Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Penulis juga berkontribusi dalam menulis buku Penuntun Praktikum Kimia, buku Metode Penelitian, buku Manajemen Sekolah dan buku Supervisi Pendidikan ini dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. Email Penulis: heru.christianto@staf.undana.ac.id
  • 40. 31 3 TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN Dewi Lestarani, S.Pd., M.Pd Universitas Nusa Cendana Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari kata super yang artinya lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau. Supervisi berarti kegiatan meninjau dengan lebih seksama atau pengawasan. Supervisi merupakan kegiatan pengawasan yang direncanakan untuk membantu pendidik dan tenaga pendidik dalam melakukan pekerjaan secara efektif (Purwanto, 2000). Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar pendidik menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik (Priansa, 2014). Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah tertuju kepada perkembangan kepemimpinan pendidik dan personal sekolah dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan supervisi pendidikan merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelengaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawasan sekolah dalam memberikan pembinaan kepada pendidik. Hal tersebut karena proses belajar mengajar yang mengandung serangkaian kegiatan timbal balik atara pendidik dan peserta didik secara edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kegiatan kegiatan supervisi dipandang perlu dalam proses pembelajaran.
  • 41. 32 Kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh supervisor membutuhkan teknik dan pendekatan tertentu. Sehingga kajian pada bab ini yaitu: a) Teknik supervisi dan b) pendekatan supervisi pendidikan. Teknik Supervisi Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Teknik” adalah cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni, metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik supervisi pendidikan untuk meningkatkan program sekolah. Teknik supervisi adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan supervisi (Arikunto, 2004). Sahertian (2000) menyatakan bahwa, teknik supervisi adalah usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya pendidik. Jadi, teknik supervisi pendidikan adalah cara yang digunakan supervisor untuk mencapai tujuan supervisi sehingga dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik–teknik dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu pendidik meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala, 2020). Supervisor dalam meningkatkan program sekolah dapat menggunakan berbagai teknik yang dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu teknik individual dan teknik kelompok. 1. Teknik Individual atau Perseorangan Teknik individual ini berarti supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Teknik supervisi yang, bersifat individual dipergunakan apabila orang yang disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya dilakukan terhadap individu-individu yang yang
  • 42. 33 mempunyai masalah khusus dan bersifat pribadi. Teknik supervisi yang bersifat individu ini dapat dijelaskan atas beberapa macam, yakni sebagai berikut: Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong ke dalam teknik individual: a. Kunjungan kelas Teknik kunjungan kelas adalah kepala sekolah, pengawas atau pembina lainnya masuk atau mengunjungi kelas-kelas tertentu untuk melihat pendidik yang sedang mengelola proses pembelajaran. Tujuan kunjungan kelas untuk melihat dari dekat situasi dan suasana kelas secara keseluruhan. Supervisor dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidik dengan mengamati penampilan pendidik dalam kelas serta mengetahui keberhasilan pendidik dalam mengaktifkan peserta didik. Apabila dari kunjungan tersebut dijumpai kesulitan dan kendala, maka supervisor dapat mengundang pendidik atau peserta didik untuk berdiskusi menggali letak permasalahan yang dihadapi dan memberikan solusi atau pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuannya untuk menolong pendidik memecahkan kesulitan- kesulitan yang dihadapi dan mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak juga membantu pertumbuhan profesional pendidik. Hariwung (1989) menyebutkan bahwa, tujuan yang dikehendaki dalam observasi kelas adalah untuk mempelajari material yang dipelajari oleh siswa, mempelajari usaha pendidik untuk mendorong dan menuntun siswa untuk belajar, menemukan, mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan- kesulitan belajar juga menilai hasil belajar, sifat dan alat metode pengukuran hasil belajar.
  • 43. 34 Secara garis besar kunjungan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1) Kunjungan kelas yang direncanakan/dipersiapkan dapat dibedakan atas 3 yaitu: a) kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah dan diberitahukan kepada pendidik; b) kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah tetapi tidak diberitahukan kepada pendidik; c) direncanakan oleh pendidik dan mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya. 2) Kunjungan kelas tanpa perencanaan/persiapan. Tujuan kunjungan kelas seperti ini mungkin bermacam-macam. Misalnya sekedar membina hubungan baik antara kepala sekolah dengan pendidik, atau juga merupakan salah bentuk inspeksi mendadak yang dilakukan oleh kepala sekolah. b. Observasi kelas ( classroom observation) Observasi kelas adalah kunjungan yang dialakukan supervisor kekelas dengan maksud untuk mencermati situasi yang sedang berlangsung di kelas. Teknik observasi kelas ini yang dilakukan dengan cara mengunjungi kelas untuk mengamati secara langsung bagaimana performa pendidik dalam pembelajaran serta membantu meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa semakin baik. Teknik supervisi observasi kelas lebih fokus pada proses pembelajaran, supervisor berusaha melihat secara dekat bagaimana proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan oleh pendidik. Aspek-aspek yang diobservasi adalah aktifitas pembelajaran, usaha pendidik mengenai penggunaan media pembelajaran, kegiatan memperoleh pengalaman belajar, lingkungan belajar di dalam dan di luar kelas juga faktor penunjang lainnya.
  • 44. 35 Tujuan supervisi ini yaitu memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi pendidik dalam usaha memperbaiki pembelajaran yang lebih baik sehingga meningkatkan hasil pembelajaran. Menurut Sehartian (2000), observasi kelas dapat dibedakan atas dua yaitu: observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung dapat dilakukan dengan cara supervisor masuk kelas dan mengamati suasana kelas secara keseluruhan terutama perilaku pendidik yang sedang mengajar. c. Percakapan pribadi )Individual Interview( Dialog pribadi yang dilakukan oleh pendidik dan supervisornya membahas tentang keluhan- keluhan atau kekurangan yang dilakukan oleh pendidik dalam bidang mengajar, di mana supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Sahertian (2000) mengatakan bahwa, salah satu alat yang penting dalam supervisi adaah percakapan pribadi, melalui percakapan pribadi, sehingga bentuk bantuan yang diberikan lebih mempertimbangkan individual pendidik. Percakapan pribadi ini dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa ada masalah khusus pada individu pendidik yang penyelesaiannya tidak boleh didengar oleh orang lain dan ingin mengecek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini teknik perseorangan adalah hal yang tepat agar orang yang diwawancarai tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain. Menurut Subroto (1984), percakapan pribadi (individual conference) bertujuan untuk: (1) Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan pendidik; (2) Mendorong pendidik mengatasi kelemahan dalam mengajar; (3) Mengurangi keragu-raguan pendidik dalam menghadapi masalah-masalah pada waktu mengajar.
  • 45. 36 Jenis percakapan pribadi melalui kunjungan kelas terdiri atas: (1) Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas. Setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas dan memperoleh hasil, maka supervisor bersamasama dengan pendidik mengadakan percakapan pribadi guna membahas hasil kunjungan tersebut. (2) Percakapan pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari. Dalam percakapan ramah-tamah sehari-hari dikemukakan sesuai problema kepada supervisor atau sebaliknya d. Saling mengunjungi kelas Kunjungan antar kelas dalam sekolah atau kunjungan antar sekolah sejenis merupakan satu kegiatan dalam hal tukar menukar informasi dan pengalaman sesama pendidik atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses pembelajaran. Saling mengunjungi kelas bertujuan untuk saling berbagi pengalaman serta kelebihan masing-masing sesuai pengalaman yang dimiliki. Sehingga masing-masing pihak yang mengunjungi memperoleh manfaat dan dapat memperbaiki kualitas pendidik memberi layanan belajar kepada peserta didiknya dan terbangun kompetsi yang sehat diantara kedua yang saling berkunjung. Menurut Asifa dan Afriansyah (2020), keuntungan yang dapat diambil dari teknik saling mengunjungi kelas ini, antara lain : 1) Memberi kesempatan kepada pendidik mengamati rekan pendidik lain yang sedang memberi pelajaran, terutama dalam penggunaan metode mengajar baru (modern) dan lain sebagainya. 2) Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar pendidik di kelas.
  • 46. 37 3) Membantu pendidik-pendidik yang ingin memperoleh pengalaman/ keterampilan mengajar tertentu (penggunaan metode, alat/media, pengelolaan kelas, keterampilan bertanya) kegiatan instruksional lainnya yang penting untuk diketahui oleh pendidik- pendidik. 4) Terbinanya hubungan yang akrab diantara sesame pendidik maupun dengan supervisor, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaiannya. e. Menilai diri sendiri (Self Evaluation) Self evaluation adalah suatu teknik supervisi individual yang paling obyektif namun paling sukar untuk dilakukan. Dimana penilaian diri dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Memerlukan kejujuran diri sendiri untuk melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan pelajaran. Dalam hal ini pendidik menilai dirinya sendiri dengan harapan dapat membantu pendidik dalam memperbaiki kemampuannya. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas pendidik di muka kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama siswa (Nasution, 2021). 2. Teknik Kelompok Teknik kelompok adalah teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah pendidik dalam suatu kelompok (Sahertian, 2000). Teknik supervisi kelompok digunakan saat supervisor menghadapi banyak pendidik yang menghadapi masalah yang sama. Beberapa teknik supervise yang bersifat kelompok adalah sebagai berikut:
  • 47. 38 a. Pertemuan Orientasi Sekolah (Orientation Meeting) Pertemuan orientasi adalah pertemuan supervisor dengan pendidik yang bertujuan mengantar pendidik memasuki suasana kerja yang baru. Demikian pula terhadap pendidik-pendidik yang baru memangku jabatan baru dalam struktur organisasi sekolah. Pada pertemuan orientasi, supervisor memberikan penjelasan mengenai hal- hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas profesionalisme pendidik dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah supervisor memberikan penjelasan penting dan kemudian meminta masukan dari pendidik mengenai apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya pertemuan orientasi, diharapkan pendidik terhindar berbagai masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya. Pertemuan orientasi memberikan kesempatan bagi pendidik untuk mengemban tugas dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan perannya sebagai tenaga pendidik. Pertemuan orientasi ini dapat dimanfaatkan oleh supervisor untuk mengajak para pendidik membuat perencanaan program supervisi yang akan dilaksanakan di sekolah. b. Rapat Guru Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Rapat ini diadakan untuk membahas masalah-masalah yang terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Rapat guru akan menghasilkan pendidik yang baik, jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang dicapai dalam rapat.
  • 48. 39 Tujuan umum daripada rapat pendidik ini antara lain sebagai berikut : 1) Menyatukan pandangan-pandangan dan pendapat pendidik tentang konsep umum maupun metode metodeuntuk mencapai tujuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama. 2) Mendorong pendidik untuk melaksanakan tugasnya dan mendorong kemajuan mereka. 3) Menyatukan pendapat-pendapat tentang metode kerja yang baik yang akan membawa ke arah pencapaian tujuan pengajaran di sekolah. 4) Mengintegrasikan anggota-anggota staf sekolah dan mengkoordinir pekerjaan, mempersatukan pandangan dalam usaha kerjasama mencapai tujuan sekolah (Asifa dan Afriansyah, 2020). c. Studi kelompok antar guru Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang diakukan sejumlah guru yang memiliki keahlian di bidang studi tertentu. Kelompok guru tersebut melakukan pertemuan, baik secara rutin maupun insindentil, untuk mempelajari atau mengkaji suatu atau sejumlah masalah yang menyangkut pennyajian dan pengembangan materi bidang studi. Semua aktivitas tersebut perlu diketahui dan dikendalikan oleh supervisor agar kegiatan studi kelompok berjalan sesuai dengan skema yang diberikan. Kehadiran supervisor sebagai inspirator untuk memperbaiki pengajaran dan dapat mendorong perolehan hasil yang maksimal. Dengan demikian, studi kelompok antar guru penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi pelajaran dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
  • 49. 40 Supervisor dapat memfasilitasi studi kelompok ini dari persiapan diri dengan menyediakan sumber- sumber buku, dan sumber-sumber lainnya. Jika memungkinkan mencari nara sumber yang ahli dibidangnya. d. Lokakarya (Workshop) Lokakarya atau workshop diartikan sebagai suatu kegiatan belajar secara berkelompok yang terjadi dari sejumlah guru yang sedang memecahkan suatu masalah melalui percakapan. Ciri-ciri workshop pendidikan meliputi: 1) Masalah yang dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari peserta sendiri; 2) Cara pemecahan masalahnya dengan metode pemecahan “musyawarah dan penyelidikan”. e. Tukar menukar pengalaman : Tukar menukar pengalaman atau sharing of experience, merupakan suatu teknik perjumpaan dimana guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan lainnya. Menurut Purwanto (1987), teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: 1) Mengadakan Pertemuan Atau Rapat Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Yang termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat dengan guru. 2) Mengadakan Diskusi Kelompok Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi. Kelompok-kelompok sudah dibentuk itu diprogramkan untuk diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dalam proses pembelajaran.
  • 50. 41 Didalam diskusi kepala sekolah sebagai supervisor dapat memberikan arahan-arahan, bimbingan, nasehat, ataupun saran-saran yang diperlukan. 3) Mengadakan Penataran-Penataran (inservice- training) Teknik ini dapat dilakukan disekolah sendiri dengan mengundang narasumber, tetapi dapat diselenggarakan bersama antar beberapa sekolah, jika diinginkan biaya yang lebih irit. Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk pendidik-pendidik bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh pendidik-pendidik. Pendekatan Supervisi Supervisi akademik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu pendekatan langsung, pendekatan tidak langsung , dan pendekatan kolaboratif 1. Pendekatan Langsung (Direktif). Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan secara langsung termasuk memberikan penguatan (reinforcement) . Dalam pendekatan ini yang lebih dominan adalah perilaku supervisor. Sudarsono (2016) menyatakan bahwa, pendekatan langsung dianggap kurang efektif dan mungkin kurang manusiawi, karena kepada pendidik yang disupervisi tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan
  • 51. 42 kemampuan dan kreatifitas mereka. Walaupun dikatakan kurang efektif namun pelaksanaan pendekatan supervisi tetap memberikan rangsangan dan penguatan agar pendidik lebih termotivasi dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pada pendekatan ini supervisor lebih mengarahkan dan membimbing pendidik untuk pelaksanaan pengajaran dan perbaikan, menetapkan standar pengajaran dan menemukan masalah dalam pengajaran dan standar yang telah ditetapkan secara bersama (Sahertian, 2000). Supervisor dan pendidik secara bersama bertanggung jawab dalam penjaminan mutu pendidikan. 2. Pendekatan Tidak Langsung. Pendekatan tidak langsung adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung (Sahertian, 2000). Pendekatan tidak langsung adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi supervisor mendengarkan gagasan, ide pendidik terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran , dan memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru. Pada pendekatan tidak langsung ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik, psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru. Supervisor juga meminta pendidik menyampaikan hal-hal yang kurang dipahaminya berkenaan dengan pembelajaran dan mewujudkan inisiatif, kreativitas serta inovasi pendidik dalam mengatasi masalahnya, juga mendorong semangat pendidik dalam meningkatkan kinerja khususnya dalam pembelajaran. 3. Pendekatan Kolaboratif. Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi pendekatan baru.
  • 52. 43 Pada pendekatan ini baik supervisor maupun pendidik bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi pendidik. Pendekatan ini menjadi saling terkait oleh supervisor dan pendidik. Supervisor memberikan arahan juga memberikan kesempatan kepada pendidik untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi dan mengembangkan inovasi, kreatifitas dan inisiatif dalam pemecahan masalah.
  • 53. 44 Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi (2004). Dasar-Dasar Supervisi. PT . Rineka Cipta. Jakarta Asifa, Putri dan Afriansyah, Hade (2020). Proses dan Teknik Supervisi. Universitas Negeri Padang. Padang Daryanto, M. (2001). Administrasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Hariwung, A.J. (1989). Supervisi Pendidikan. Depdikbud, Jakarta Nasution, Inom (2021). Supervisi Pendidikan. CV. Pusdikra Mitra Jaya. Medan Priansa, D. J. (2014). Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Alfabeta- Bandung Purwanto, Ngalim. (2010). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung Purwanto, M. Ngalim (1987). Evaluasi dan Supervisi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta. Jakarta Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan, Alphabeta. Bandung Sahertian, Piet A. (2000), Konsep dasar dan teknik supervise pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Subroto, B. Suryo. (1984) Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Bina Aksara . Bandung Sudarsono. (2016) Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif Dan Kolaboratif Dalam Supervisi Di Man Trenggalek. Jurnal khabilah
  • 54. 45 Profil Penulis Dewi Lestarani, S.Pd., M.Pd Lahir di Lewa, 22 Desember 1989. Penulis telah menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Nusa Cendana pada tahun 2012. Penulis kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang dan berhasil lulus pada tahun 2018 dengan hasil penelitian berupa Model Pembelajaran Learning Cycle 5E – Think Pair Share terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis. Dari tahun 2019 hingga saat ini, penulis menjadi dosen PNS di Program Studi S1 Pendidikan Kimia Universitas Nusa Cendana Kupang. Untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perpendidikan tinggi dan juga Kemendikbud RISTEK. Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Penulis juga berkontribusi dalam menulis buku Dasar-Dasar Pendidikan dan Manajemen Pendidikan ini dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. Email Penulis: dewi.lestarani@staf.undana.ac.id
  • 55. 46
  • 56. 47 4 MODEL DAN METODE SUPERVISI PENDIDIKAN Siti Zulaichoh, S.S., M.Pd Yayasan Nurul Huda Bantur – Malang - Jawa Timur Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus di bina dan di kembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru di laksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified (well training and well qualified). Potensi sumber daya guru itu terus-menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Peningkatan ini akan berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha sendiri. Itulah sebabnya mengapa pengetahuan tentang supervisi pendidikan itu diperlukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan professional mereka dengan memanfaatkan sumber yang
  • 57. 48 tersedia. Uraian berikut ini merupakan jawaban mengapa guru-guru memerlukan pelayanan supervisi pendidikan. Pada bahasan kali ini kita akan mengupas mengenai Model dan Metode dalam supervisi Pendidikan. Model Supervisi Pendidikan Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah konsep, ataupun pola. Model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain “model” juga artikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya “globe” merupakan bentuk dari bumi (Harjanto 2006: 13). Dalam uraian selanjutnya istilah “model” digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan “model dasar” dipakai untuk menunjukkan model yang “genetik” yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. Raulerson (dalam Harjanto, 2006: 14) mengartikan model diartikan sebagai “asetofparts united by some form of interaction” (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi. Contohnya sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem kekerabatan. Khusus dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan supervisi, penulis lebih tepat menggunakan istilah acuan yang di pakai dalam melaksanakan supervisi. (Sehertian, 2000:8) membagi model supervsi menjadi empat bentuk: 1. Model konvensional (tradisional), 2. Model ilmiah, 3. Model klinis, dan 4. Model artistic.
  • 58. 49 1. Model konvensional (tradisional) Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuaaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisilah mengadakan inpeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang- kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini di sebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervsisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi “untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisior yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru merasa tudak puas dan ada sikap yang tampak dalam kinerja guru: a. Acuh tak acuh (membodohkan), dan b. Menantang (agresif). Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti itu adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaiamana cara kita mengkonsumsikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
  • 59. 50 2. Model Supervisi Ilmiah Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Dilaksanakan secara berencana dan kontinu; b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu; c. Menggunakan instrument pengumpulan data; d. Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan rill. Dengan menggunakan meritrating, skala penilainan atau checklist lalu para siswa atau mahasiswa melalui proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian di berikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada catu atau semester yang lalu. Dan ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaann alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih mansiawi. 3. Model Supervisi Klinis Supervise klinis adalah bentuk yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melaui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan anatar tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Lebih lengkap tentang super klinis dalam uraian tersendiri. 4. Model Supervisi Artistik Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengjar juga suatu kiat (art).
  • 60. 51 Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervsisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan, dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working hrough the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak. Metode Supervisi Pendidikan Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain metode adalah sarana untuk mencapai tujuan. Setiap metode memiliki teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya. Berikut ini akan diuraikan tentang metode supervisi pendidikan: 1. Metode Supervisi Manajerial Supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional. Berikut metode supervisi manajerial yang dapat dikembangkan oleh para pengawas sekolah:
  • 61. 52 a. Monitoring dan Evaluasi Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi tentu saja adalah monitoring dan evaluasi. Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan- hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program .Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai. Sedangkan kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan program, mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah. b. Refleksi dan Focused Group Discussion Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas.
  • 62. 53 Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. c. Metode Delphi Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.
  • 63. 54 Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif. Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah; 2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas; 3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama; 4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya. 5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
  • 64. 55 d. Workshop Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya. Berbagai macam metode dan teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010: 210). Adapun metode dalam Supervisi adalah sebagai berikut : 1. Metode Supervisi yang bersifat kelompok Metode Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008: 86). Metode Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 – 227) a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru. Pertmuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervisee (Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010: 210) dan Sahertian (2008: 86).
  • 65. 56 Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat menyampaikan atau menguraikan kepada supervisee hal – hal sebagai berikut (Sahertian 2008: 86): 1) Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu. 2) Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah. 3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah. 4) Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya. 5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat – tempat tertentu yang berkaitan atau berhubungan dengan sumber belajar. 6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini adalah makan bersama. 7) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima dalam kelompok guru lain. b. Rapat guru Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009: 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010: 212) dan Pidarta (2009: 171) adalah sebagai berikut: 1) Menyatukan pandangan – pandangan guru tentang masalah – masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
  • 66. 57 2) Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan melaksanakan tugas–tugasnya dengan baik serta dapat mengembangkan diri dan jabatan mereka secara maksimal. 3) Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna pencapaian pengajaran yang maksimal. 4) Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan proses pembelajaran. 5) Menyampaikan informasi baru seputar belajar dan pembelajaran, kesulitan – kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar secara bersama dengan semua guru disekolah. c. Studi kelompok antar guru Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam memberi layanan belajar. 2) Memberi kemudahan bagi guru – guru untuk mendapatkan bantuan pemechan masalah pada materi pengajaran. 3) Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu bidang studi atau bidang – bidang studi yang serumpun.
  • 67. 58 d. Diskusi Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama–sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010: 213). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari – hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi. Hal–hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi sehingga setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung supervisor harus mampu : 1) Menentukan tema perbincangan yang lebih spesifik. 2) Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang dengan keadaan dan topik yang dibahas dalam diskusi. 3) Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua anggota dan dapat memecahkan masalah dalam pengajaran. 4) Melihat bahwa kelompok merasa diperlukan dan diikutsertakan untuk mencapai hasil bersama. 5) Mengakui pentingnya peranan setiap anggota yang dipimpinnya.
  • 68. 59 e. Workshop Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop antara lain : 1) Masalah yang dibahas bersifat “Life centered” dan muncul dari guru tersebut, 2) Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik. f. Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain. Langkah–langkah melakukang sharing antara lain : 1) Menentukan tujuan yang akan dicapai. 2) Menentukan pokok masalah yang akan dibahas. 3) Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat pendapat mereka 4) Merumuskan kesimpulan. 2. Teknik Individual dalam Supervisi Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010: 216) adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
  • 69. 60 a. Teknik Kunjungan kelas Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara, yatiu : 1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu, 2) Kunjungan kelas dengan pemberitahuan, 3) Kunjungan kelas atas undangan guru, 4) Saling mengunjungi kelas. b. Teknik Observasi Kelas Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar. Selama berada dikelas supervisor melakukan pengamatan dengan teliti, dan menggunakan instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.