Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang budaya menjalani rutinitas struktural dalam dunia pendidikan dari sudut pandang sosiologis dan manajemen pendidikan dengan menggunakan metode studi literatur dan menyimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan bagian penting dari budaya organisasi sekolah yang mempengaruhi struktur, kepemimpinan, dan identitas sekolah."
Kontribusi Pedagogis Kondisi Ekosistem Kampus Bagi Lingkungan Internal Kaitan...Paulus Robert Tuerah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana kontribusi pedagogis kondisi ekosistem kampus bagi lingkungan internal kaitannya dengan motivasi belajar peserta didik. Mengumpulkan data kepustakaan, membaca dan mencatat, serta mensintesis bahan penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam teknik studi pustaka. Peneliti menyimpulkan bahwa kondisi kampus mempengaruhi motivasi belajar. Perguruan tinggi dapat secara konsisten memperbaiki lingkungan kampus, meningkatkan kenyamanan mahasiswa dalam beraktivitas. Kenyamanan dan keamanan mahasiswa selama proses belajar mengajar, serta kegiatan kampus lainnya, tentunya akan meningkatkan motivasi dan prestasi akademik mahasiswa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana antara realitas dan pencitraan institusi pendidikan. Metode
penelitian dalam penelitian ini berupa studi literatur. Studi literatur merupakan kegiatan penting dalam penelitian, khususnya
penelitian akademik, dengan tujuan membangun komponen teoretis dan praktis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antara realitas dan pencitraan institusi pendidikan terdapat pemahaman dan pendekatan baru untuk mengajar dan belajar,
fokus baru pada pengajaran dan pembelajaran sekolah dengan lingkungan, kebijakan dan praktik pendidikan, dan kontribusi
pada peningkatan pembelajaran siswa.
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014
Kontribusi Pedagogis Kondisi Ekosistem Kampus Bagi Lingkungan Internal Kaitan...Paulus Robert Tuerah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana kontribusi pedagogis kondisi ekosistem kampus bagi lingkungan internal kaitannya dengan motivasi belajar peserta didik. Mengumpulkan data kepustakaan, membaca dan mencatat, serta mensintesis bahan penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam teknik studi pustaka. Peneliti menyimpulkan bahwa kondisi kampus mempengaruhi motivasi belajar. Perguruan tinggi dapat secara konsisten memperbaiki lingkungan kampus, meningkatkan kenyamanan mahasiswa dalam beraktivitas. Kenyamanan dan keamanan mahasiswa selama proses belajar mengajar, serta kegiatan kampus lainnya, tentunya akan meningkatkan motivasi dan prestasi akademik mahasiswa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana antara realitas dan pencitraan institusi pendidikan. Metode
penelitian dalam penelitian ini berupa studi literatur. Studi literatur merupakan kegiatan penting dalam penelitian, khususnya
penelitian akademik, dengan tujuan membangun komponen teoretis dan praktis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antara realitas dan pencitraan institusi pendidikan terdapat pemahaman dan pendekatan baru untuk mengajar dan belajar,
fokus baru pada pengajaran dan pembelajaran sekolah dengan lingkungan, kebijakan dan praktik pendidikan, dan kontribusi
pada peningkatan pembelajaran siswa.
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014
Implikasi Terbatasnya Infrastruktur Dalam Upaya Mencapai Tujuan PendidikanPaulus Robert Tuerah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan menjelaskan hubungan antara konsekuensi infrastruktur terbatas dalam mengejar tujuan pendidikan. Sebagai pendekatan penelitian, tinjauan pustaka digunakan. Metode studi literatur memerlukan urutan langkah-langkah yang meliputi pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, dan menyusun bahan penelitian. Menurut temuan penelitian ini, konsekuensi keterbatasan infrastruktur dalam memenuhi tujuan pendidikan terkait dengan ukuran dan kepadatan kelas, lingkungan belajar dan teknologi pendidikan, serta implikasi kesetaraan. Berbagai penelitian dari seluruh dunia menunjukkan manfaat kursus yang lebih kecil, termasuk peningkatan hasil pembelajaran. Beberapa faktor, termasuk teknologi dan program pendidikan khusus, serta arsitektur bangunan dan kendala, memengaruhi ukuran ruang kelas. Jumlah kursi di ruang kelas yang tersedia secara fungsional. Ukuran ruang kelas dan sekolah merupakan aspek sisi penawaran yang penting dari pertumbuhan fasilitas dari sudut pandang numerik yang ketat
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar Inayah
Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Kelompok 2 / PAI 5E
1. Fariz Nurman Adi N (213111153)
2. Fierlita Amalia (213111154)
3. Inayah Nur Alifah (213111162)
4. Siwi Agustiyaningsih (213111191)
Kegiatan Literasi Dasar dan Minat Baca Siswa SD Kelas RendahPaulus Robert Tuerah
The aim of this research was to obtain information about basic literacy activities and reading interest of low grade elementary school students. This research is a research using literature study method or literature review. Teaching reading or the school literacy movement is not only expected to be able to improve reading skills, but also to increase students' interest in reading. Increasing interest and fondness for reading will have a positive effect on students' attitudes when reading. Students who have an interest in reading will also try to improve their reading skills and vice versa.
Human resources need to be managed properly so that they can play a role in accordance with their functions. That is why there is a need for human resource management. Human resource management is a process related to the implementation of human resource management or management functions which are directly handed over to the school education unit to be developed in accordance with the potential possessed by the school. The scope of human resource management includes: employee planning; employee procurement; employee coaching and development; promotion and mutation; dismissal of employees; compensation, and employee assessment. All of that needs to be done properly and correctly so that what is expected can be achieved
More Related Content
Similar to Budaya Menjalani Rutinitas Struktural dalam Dunia Pendidikan Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologis dan Manajemen Pendidikan
Implikasi Terbatasnya Infrastruktur Dalam Upaya Mencapai Tujuan PendidikanPaulus Robert Tuerah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan menjelaskan hubungan antara konsekuensi infrastruktur terbatas dalam mengejar tujuan pendidikan. Sebagai pendekatan penelitian, tinjauan pustaka digunakan. Metode studi literatur memerlukan urutan langkah-langkah yang meliputi pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, dan menyusun bahan penelitian. Menurut temuan penelitian ini, konsekuensi keterbatasan infrastruktur dalam memenuhi tujuan pendidikan terkait dengan ukuran dan kepadatan kelas, lingkungan belajar dan teknologi pendidikan, serta implikasi kesetaraan. Berbagai penelitian dari seluruh dunia menunjukkan manfaat kursus yang lebih kecil, termasuk peningkatan hasil pembelajaran. Beberapa faktor, termasuk teknologi dan program pendidikan khusus, serta arsitektur bangunan dan kendala, memengaruhi ukuran ruang kelas. Jumlah kursi di ruang kelas yang tersedia secara fungsional. Ukuran ruang kelas dan sekolah merupakan aspek sisi penawaran yang penting dari pertumbuhan fasilitas dari sudut pandang numerik yang ketat
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar Inayah
Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Kelompok 2 / PAI 5E
1. Fariz Nurman Adi N (213111153)
2. Fierlita Amalia (213111154)
3. Inayah Nur Alifah (213111162)
4. Siwi Agustiyaningsih (213111191)
Kegiatan Literasi Dasar dan Minat Baca Siswa SD Kelas RendahPaulus Robert Tuerah
The aim of this research was to obtain information about basic literacy activities and reading interest of low grade elementary school students. This research is a research using literature study method or literature review. Teaching reading or the school literacy movement is not only expected to be able to improve reading skills, but also to increase students' interest in reading. Increasing interest and fondness for reading will have a positive effect on students' attitudes when reading. Students who have an interest in reading will also try to improve their reading skills and vice versa.
Human resources need to be managed properly so that they can play a role in accordance with their functions. That is why there is a need for human resource management. Human resource management is a process related to the implementation of human resource management or management functions which are directly handed over to the school education unit to be developed in accordance with the potential possessed by the school. The scope of human resource management includes: employee planning; employee procurement; employee coaching and development; promotion and mutation; dismissal of employees; compensation, and employee assessment. All of that needs to be done properly and correctly so that what is expected can be achieved
Pengaruh Supervisi Akademik dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Guru S...Paulus Robert Tuerah
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil analisis dan intepretasi tentang: 1) Pengaruh supervisi akdemik terhadap prestasi kerja guru. 2) pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja guru dan 3) adakah pengaruh supervisi akademik dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja guru SMA Negeri di kabupaten Minahasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metose kuantitatif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data menggunakan angket/kuesioner secara tertutup yang terdiri dari 5 alternatif jawaban menggunakan skala Likert. Angket tersebut disebarkan ke 5 SMA Negeri yang ada di Kabupaten Minahasa dengan jumlah guru secara keseluruhan (populasi) berjumlah 166 guru dan yang dijadikan sebagai sampel (responden) berjumlah 62 orang. Berdasarkan data yang terkumpul ditemukan beberapa temuan: 1). Pelaksanaan supervisi akademik yang belum berjalan secara optimal. Kepala sekolah dalam fungsinya sebagai supervasior dalam perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut dari pelaksanaan supervisi belum maksimal. 2). Sebagian guru belum membuat perangkat pembelajaran karena keterbatasan sarana, perbedaan bidang keahlian yang dimiliki dengan yang diajarkan serta kurangnya pengawasan dari pimpinan dan Dinas Pendidikan. 3). Penegakan disiplin kerja yang kurang dari kepala sekolah pada beberapa SMA Negeri di Kabupaten Minahasa, sehingga dalam pemberian hukuman maupun penghargaan belum maksimal. hal ini juga disebabkan karena kepala sekolah yang memimpin hanya merupakan pelaksana jabatan sementara (PJS) sehingga tidak mendapat dukungan dari guru-guru. Mengacu pada temuan-temuan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa: 1). terdapat pengaruh yang signifikan antara supervisi akademik terhadap prestasi kerja guru SMA Negeri di kabupaten Minahasa. 2). Ada pengaruh yang signifikan dari disiplin kerja terhadap prestasi kerja guru. 3). Terdapat pengaruh yang signifikan antara supervisi akademik dan disiplin kerja secara bersama-sama mempengaruhi prestasi kerja guru SMA Negeri di Kabupaten Minahasa. Dari kesimpulan di atas, saran diberikan kepada: 1). Guru-guru SMA Negeri di kabupaten Minahasa agar prestasi kerja dapat meningkat, perlu dilaksanakan supervisi akademik secara terencana dan berkelanjutan dan bersikap disiplin2). Kepala sekolah perlu menyusun program kerja yang dapat dicapai dan ditindaklanjuti, ciptakan disiplin kerja yang menyenangkan 3). Bagi Dinas Pendidikan kabupaten Minahasa diharapkan dapat menempatkan guru sesuai dengan kebutuhan juga meningkatkan fungsi pengawasan dan monitoring.
Leadership Kepala Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Pendidikan Di SMA Nege...Paulus Robert Tuerah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: (1) Kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri 1 Kakas, (2) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri 1 Kakas. (3) Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kendala kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri 1 Kakas. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember 2022 sampai dengan Februari 2023, dengan metode kualitatif dan menggunakan teknik wawancara tak terstruktur, studi dokumentasi, observasi pada SMA Negeri 1 Kakas. Berdasarkan paparan data, temuan penelitian dan pembahasan penelitian, disimpulkan bahwa: 1) Kepala SMA Negeri 1 Kakas menerapkan. Kepemimpinan persuasif yang tercermin pada beberapa faktor: Kepala Sekolah berusaha membangun kepercayaan bawahan terhadap dirinya dan membangun komunikasi yang baik kepada orang tua murid, menawarkan ide-idenya disertai alasan-alasan yang logis, sehingga idenya diterima sebagai keputusan bersama, memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan idenya. 2) Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah, respon yang kurang baik dari bawahan dan adanya orang tua murid memaksakan kehendak. 3) Kepala SMA Negeri 1 Kakas berupaya menanggulangi kendala yang dihadapinya, diantaranya memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar aturan, memberikan bantuan terhadap bawahannya, bekerjasama dengan orangtua murid untuk melengkapi sarana prasarana sekolah. Berdasarkan kesimpulan peneliti mengemukakan saran. Kepala SMA Negeri 1 Kakas dalam pelaksanaan kepemimpinannya perlu meningkatkan hubungan yang baik dengan bawahan dan orang tua murid.
Faktor-Faktor Yang Menghambat Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Timb...Paulus Robert Tuerah
Tujuan penulisan atikel ini adalah untuk mengetahui apa saja fakto-faktor yang menghambat keaktifan belajar siswa kelas IV SD Inpres Timbukar Tahun Ajaran 2022/2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, yaitu faktor pertama adalah faktor internal atau faktor yang muncul dari dalam diri siswa tersebut seperti siswa yang tidak fokus belajar setelah lelah bermain pada saat jam istirahat. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal atau faktor yang muncul dari luar atau dari lingkungan siswa tersebut berada seperti gangguan dari teman sebaya yang mengajak bercerita ketika guru sedang menjelaskan
PENGARUH PEMBELAJARAN DARING MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP HASIL BELAJAR TEK...Paulus Robert Tuerah
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran daring masa pandemic covid-19 terhadap hasil belajar Teknologi Dasar Otomotif siswa kelas X TKR SMK Kristen 1 Tomohon. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semu jenis Non Equivalent Control Group Desain. Dengan menggunakan desain ini subyek penelitian terdiri dari dua kelompok, satu kelompok sebagai kelas eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelas kontrol. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Teknologi Dasar Otomotif di SMK Kristen 1 Tomohon. Pengaruh Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 melalui uji statistik dengan menggunakan uji-t ternyata bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel atau thitung = 4,879 > ttabel = 1,717 pada α = 0,05 dk = n – 2. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis normal (H0) artinya terdapat pengaruh Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 terhadap hasil belajar siswa pada mata Teknologi Dasar Otomotif SMK Kristen 1 Tomohon.
Kepemimpinan Pendidikan Di Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Minahasa Ten...Paulus Robert Tuerah
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinasikan dan menggerakkan orang lain yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan, agar tujuan pendidikan atau sekolah tercapai secara efektif dan efisien. Agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, kepala sekolah memerlukan kepemimpinan yang efektif. Ada tujuh kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang efektif: (1) visi yang jelas, (2) harapan yang tinggi untuk berprestasi; (3) memprogram dan memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif, (4) mendorong penggunaan waktu yang efektif, (5) menggunakan berbagai sumber belajar, (6) memantau kemajuan siswa baik secara individu maupun kelompok, (7) membuat penilaian dan berkesinambungan. Peningkatan.
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...Paulus Robert Tuerah
Sekolah sebagai lingkungan belajar formal memiliki tanggung jawab dalam pembentuk civic disposition siswa ditengah kemajuan iptek yang begitu pesat. Penenlitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang optimalisasi manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam pembentukan civic disposition di SMA Katolik Karitas Tomohon. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sumber data adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa dan orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengoptimalisasian manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam bembentukan civic dispositon di sekolah terlaksana melalui kegiatan di dalam kelas dan luar kelas yaitu dalam pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai Pancasila dan pembiasaan penanaman nilai-nilai karakter nasionalisme dan religius pada kegiatan ibadah pagi, upacara bendera, serta ekstrakurikuler. Selanjutnya faktor pendukung dalam pengoptimalisasian tersebut adalah sistem sekolah, fasilitias sekolah, koordinasi serta kerjasama yang baik antar guru mata pelajaran dan pembimbing, serta adanya RPP. Namun dalam pelaksanaanya ditemukan faktor penghambat yaitu rendahnya motivasi belajar dan keterlibatan siswa dalam kegiatan di luar kelas, dan kurangnya pengalaman atau contoh nyata dalam lingkungan keseharian yang dimanfaatkan guru sebagai media pembelajaran dalam proses pemahaman siswa terhadap materi. Optimalisasi manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam pembentukan civic disposition di SMA Katolik Karitas Tomohon belum berjalan secara maksimal.
Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SD Negeri...Paulus Robert Tuerah
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen penting dalam setiap organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal dan teknologi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa manusia merupakan pengendali dari elemenelemen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia di SD Negeri 2 Kema dan bagaimana hal tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik non-statistik dengan pendekatan kualitatif dan studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis interaktif melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia di SD Negeri 2 Kema secara positif mempengaruhi pencapaian program dan visi misi sekolah. Faktor-faktor dalam pengelolaan sumber daya manusia berkontribusi pada dampak positif tersebut. Meskipun terdapat beberapa faktor penghambat, namun semuanya dapat diatasi.
IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN MAHASISWA FIS DALAM ORGANISASI KPRM, DPM DAN BEM UN...Paulus Robert Tuerah
Kepemimpinan mahasiswa yang dijawantakan dalam organisasi kemahasiswaan patut menjadi perhatian bagi bagi pihak Universitas maupun di Fakultas. Secara khusus saat ini, penulis melakukan penelitian untuk organisasi kemahasiswaaan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial. Kepemimpinan mahasiswa di Fakultas Ilmu sudah berlangsung sejak lama yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh para pendahulunya. Oleh sebab itu keberadaan nampak dalam pelbagai organisasi kemahasiswaan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiswa. Implementasi kepemimpinan di Fakultas Ilmu Sosial melipouti (1) kesiapan diri dari mahasiswa, (2) memahami persoalan mahasiswa, (2) menjadi mitra dengan pimpinan baik program studi/ Jurusan ataupun Fakultas. Dan dalam konteks kepemimpin diperlukan (1) sifat profesional, (2) tidak diperlukan sistim komando,(3) berani menerima konsekuensi, (3) mau bekerja sama, (4) melibatkan mahasiswa (5) bersikap inovatif, revolusioner dan kreatif, (6) distribusi program, (7) dan (8) bertanggung jawab. Sedangkan factor-faktor penunjangnya adalah (1) Adanya KBM mahasiswa baik yang dikeluarkan padan 2009 maupun 2020, (2) Pelibatan mahasiswa dari pihak fakultas, (3) Kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan kemahasiswan, (4) Adanya bantuan dana dari fakultas, (5) adanya pelatihan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Bidang Kemahaiswaan Universitas Negeri Manado. Tantangan yang nampak dala kepemimpinan kemahsiswaan yaitu: (1) Adanya keterbatasan pelaksanaan kegiatan karena adanya covid 19, (2) regenerasi kepemimpinan khususnya untuk Organisasi KPRM, DPM dan BEM, (3) Keterlibatan mahasiswa dalam organisasi. (4) Perlu disediakan sekertariat untuk organisasi kemahiswaan di Fakultas Ilmu Sosial.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DAN PERKULIAHAN DI FAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)...Paulus Robert Tuerah
The Covid-19 disease outbreak that has hit more than 200 countries around the world has presented challenges for educational institutions, especially higher education. The government has issued policies to prevent the spread of the virus, such as isolation, social and physical distancing, and largescale social restrictions (PSBB). Therefore, people are required to stay at home and do their work, worship, and study from home. In this situation, educational institutions need to innovate in the learning process and develop learning models. One of the innovations adopted is online learning. This research aims to evaluate the condition of online learning. Based on the results of the research and discussion, the following conclusions can be drawn: (a) Faculty of Social Sciences in Universitas Negeri Manado must adapt to online learning, (b) Common challenges in online learning include limited internet quota and network instability. Online learning tends to be teacher-centered rather than student-centered, (c) The solution for online learning is to implement blended learning that combines face-to-face and online learning.
Pembelajaran Berbasis Lingkungan dalam Pembelajaran Kajian Isu-Isu Global Pad...Paulus Robert Tuerah
This study's objectives were to create an environment-based learning framework and evaluate how well each element contributed to bettering student learning results. To develop environment-based learning, this study employs a developmental descriptive research approach. The findings demonstrate that using environment-based learning strategies when studying global challenges improves student learning outcomes and competencies. Students' enthusiasm to learn and their capacity to comprehend issues that are relevant to daily life should benefit from environment-based learning.
Utilization of Go-Food Services in Students' Halal LifestylePaulus Robert Tuerah
In the current era, lifestyle is closely related to the times and technology. Ordinary lifestyle is also said to reflect the whole person who interacts with the environment. The halal lifestyle is currently becoming a global trend, a part of the halal lifestyle is
choosing food, go-food services are one of the tools used by most people to buy food, including students. User of go-food services in halal lifestyle of Muslim students in Manado State University. This study aims to determine the use of go-food applications to help students 'halal lifestyle and to determine the inhibiting factors for the use of go-food applications in students' halal lifestyle. This
research is a descriptive qualitative research. The research subjects were Muslim students at Manado State University. Data collection methods used were observation, interviews and documentation. The results showed that students with monthly order transactions 2 to 5 times were 16%, students with monthly orders 6 to 10 times were 25%, students with monthly orders 11 to 15 times were 35%, and
monthly order transactions more than 15 times were found. 24% of the total respondents. The use of go-food services helps students' halal lifestyle because go-food services provide many attractive promos, convenience in terms of payment systems, and convenience in ordering without needing to leave the house and being able to reach food places that are far from where students live. and what is
an inhibiting factor in the use of go-food services in the halal lifestyle of students, namely the costs incurred are greater whenusing go-food services than buying directly to the place where the food is sold and some food stores do not include halal labels and many food stores lawyers who have not collaborated with go-food
services.
Interpersonal Communication Challenges in Online Learning at the Faculty of S...Paulus Robert Tuerah
The Covid 19 Pandemic period had an impact on the implementation of online learning at the Faculty of Social Sciences, Manado State University. Interpersonal communication is needed in the context of building an educational civilization in shaping the whole student personality. The challenge today is the loss of
interpersonal communication caused by online learning. The purpose of this study is to see the problems about Interpersonal communication in online learning at the Faculty of Social Sciences, Manado State University. The data collection technique was carried out through observing student activities in online learning, direct
interviews and documentation. Researchers also performed data reduction, data display and data analysis. The findings and discussions in this study are (1) messages that are not conveyed optimally (2) There are many disturbances that arise in the online learning process such as network availability, noisy atmosphere
during online learning (3) Student responses are not optimal, such as seriousness and activeness in participating in online learning. The three findings are discussed in order to find the best solution. The conclusions and suggestions in this study are as follows: (1) Interpersonal communication between lecturers and students is an
important element to be maximized (2) Disturbances that arise during the online learning process need to be anticipated with the seriousness of the student. (3) Student responses need to be activated by finding the right solution.
The Principal’s Leadership in Airmadidi Senior High School in North Sulawesi ...Paulus Robert Tuerah
This study aims to describe the leadership of the Principal at SMA Negeri 1 Airmadidi. The method used is a qualitative research with informants, namely the principal, vice principal, teachers and staff who are directly involved every day with the activities of the education staff in the learning process at SMA Negeri 1 Airmadidi. Data collection techniques using the methods of observation, interviews and documentation. Test the validity of the data using the trigulation technique. The results of the studyfound that first, the principal's leadership in motivating the principal's teacher's work spirit such asgiving praise for each teacher's work success, making gratitude by eating together, providing constructive suggestions, providing a pleasant work atmosphere, setting the work environment. Although teachers have an important position in the world of education, their existence must still be supported by a leader who is able to foster, direct, supervise, improve, and assess all teacher activities related to their competence as educators and the learning process in the classroom. . There is a strong motivation from the principal and gives awards to teachers who have performed well. The management of workspaces, studies, libraries, and laboratories is arranged in such a way so that school residents feel comfortable. This arrangement involves the deputy head, teachers in the field of study, as well as supervisors of school facilities, such as libraries. As well as providing clear interaction or information to teachers, parents and students. Third, individuals do not have a high sense of cooperation, lack of
time, equipment and facilities that are not appropriate, instructions are not clear, the level ofperformance faced is not fair, the existing formal authority is not sufficient, work methods and procedures are weakly regulated, the division of tasks is not clear and there are overlapping tasks. Fourth, providing motivation, work spirit, coaching, discipline, providing consultation, awarding, conducting class visits, showing exemplary attitudes and behavior, building active, creative work,
developing the teaching profession.
Principal as Education Leader (Case Study at YPK Ransiki Junior High School)Paulus Robert Tuerah
This study aims to obtain a clear and detailed description of: (1) How the principal as an educational leader serves at YPK Ransiki Junior High School, (2) How the school principal as an educational leader becomes a good mediator at YPK Ransiki Junior High School, (3) How the principal as an Education leader becomes a true
politician at YPK Ransiki Junior High School, (4) How the principal as an Education leader becomes an excellent diplomat at YPK Ransiki Junior High School, (5) How the principal as an Education leader becomes a good motivator at YPK Ransiki Junior High School. The method used in this research is qualitative. Data
collection techniques were carried out through the stages of principal interviews, interviews with vice principals in the curriculum field, interviews with vice principals in student affairs. Interviews with vice principals in the field of facilities and infrastructure, interviews with senior teachers, interviews with school committees. In collecting data the researchers themselves were equipped with interview guidelines. Based on the results of the study, it was concluded that: (1) The principal as an educational leader who served at YPK Ransiki Junior High School. The principal always approaches each teacher and administrative staff and provides services for teachers through self-development activities for each teacher through webinars, workshops and BIMTEK, providing facilities and infrastructure. (2) The principal as an education leader becomes a good mediator at YPK Ransiki
Junior High School, the principal always acts neutrally in dealing with existing situations and problems. (3) The school principal as an education leader becomes a true politician at YPK Ransiki Junior High School, the principal is able to cooperate with anyone in the school environment and can provide good advice and input for
school residents and outside the school. (4) the principal as an education leader becomes an excellent diplomat at YPK Ransiki SMP the principal becomes a good role model and representative for the school (5) the principal as an education leader becomes a good motivator at YPK Ransiki SMP The principal invites school members to always follow the times, invites teachers to want to develop themselves through trainings, workshops, webinars and BIMTEK.
Implementation of Character Education at Don Bosco Frater High School ManadoPaulus Robert Tuerah
This study aims to find out how the general description of the implementation of character education at Brother Don Bosco High School Manado, the steps taken by school principals and teachers in the implementation of character education and the obstacles faced in the implementation of character education at the Brother Don
Bosco High School Manado as well as solutions to these obstacles. barriers to the implementation of character education. This research is a field research (Field Research), with a qualitative descriptive approach, where researchers go directly to the field to collect data directly. The data collection techniques are through interviews, documentation, and the research subjects involved are the principal, the head of the curriculum, the vice head of student affairs, the teacher in the field of study, the homeroom teacher for counseling guidance, and several students at Brother Don Bosco High School Manado. The required data has been collected, then the data is analyzed with reduction steps then interpreted qualitatively and conclusions are drawn using deductive and inductive methods. Based on the results of the researcher's interview with the school, that (1) the implementation of character education at Brother Don Bosco High School Manado has been going well enough, then to achieve complete character education, the school is obliged to establish good cooperation with parents. (2) The inhibiting factor in the implementation of character implementation at Frater Don Bosco High School externally and internally is an unavoidable condition faced by the school and parents as well as all existing stakeholders. it requires intense cooperation from all parties, and serious and ongoing supervision is needed from all parties. (3)
Frater Don Bosco High School Manado in overcoming obstacles or obstacles in the implementation of character education, namely by building directed communication between the school and parents in building a common
understanding in fostering and inculcating the character values of students.
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menggunakan Media Pembelajaran Melalui In H...Paulus Robert Tuerah
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru-guru SMP Kristen Ebenhaezer Manado menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah, dan dilaksanakan di SMP Kristen Ebenhaezer Manado. Peningkatan kemampuan guru tersebut berdampak positif terhadap hasil belajar siswa: 1. Kemampuan guru membuat/ menyiapkan media pembelajaran sesuai SK/KD, indikator, t pembelajaan, materi pembelajaran dan karekteristik siswa dari 20 % pada siklus pertama meningkat 85 %pada siklus kedua.2. Kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran meningkat dari 30 % pada siklus pertama meningkat menjadi 90 % pada siklus kedua. 3. Kemampuan guru dalam menyampaikan pesan yang menarik melalui media pembelajaran pada siklus pertama 20 % meningkat menjadi 85 % pada siklus kedua. 4. Kemampuan guru dalam melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran siklus pertama 10 % meningkat menjadi 85 % pada siklus kedua.5. Hasil belajar siswameningkat dari rata-rata 20 % pada siklus pertama menjadi 86,25 % pada siklus kedua
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...Paulus Robert Tuerah
The purpose of this study was to determine the principal's perception of teacher
competence in the learning process of the independent curriculum. This research
method uses quantitative descriptive research, with the survey method. From the
data obtained, it can be concluded that elementary schools in Tomohon City can be
categorized as schools that are ready to implement the independent learning
curriculum, this can be seen based on the results of the study, namely the principal's
perception of teacher competence in the learning process of the independent
learning curriculum based on competency indicators, both indicators of
pedagogical competence, social competence, professional competence and
personality competence, all four indicators are in the very good category according
to the principal's perception.
Ungkapan bijak “setiap masa ada pemimpinnya, setiap pemimpin ada masanya”. Kita dapat mengartikannya bahwa tidak ada model atau karakteristik kepemimpinan yang berlaku abadi atau selamanya sepanjang masa. Maksudnya pada situasi tertentu dibutuhkan model atau karakteristik pemimpin tertentu yang boleh jadi berbeda pada situasi yang lain. Secara historis sudah banyak riset yang mengungkap karakteristik pemimpin yang baik (good leader) atau pemimpin efektif (effective leader). Disebutkan beberapa karakteristik tersebut di antaranya
adalah kejujuran, integritas, kompeten, menginspirasi, visioner, kapasitas pengambil keputusan, komunikatif, penyelesai masalah, berpikir strategis, dan karismatik. Namun, pada era digital saat ini di mana perubahan terjadi begitu cepat, dinamis dan sukar ditebak, ada beberapa karakteristik tertentu yang lebih dibutuhkan agar pemimpin sukses menghadapi tantangan yang ada. Profil kepemimpinan yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah kepemimpinan yang berkarismatis. Pemimpin karismatik yang mampu menangkap peluang dan mengantisipasi perubahan dengan cepat dan tepat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Budaya Menjalani Rutinitas Struktural dalam Dunia Pendidikan Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologis dan Manajemen Pendidikan
1. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 432
Budaya Menjalani Rutinitas Struktural dalam Dunia Pendidikan Berdasarkan
Sudut Pandang Sosiologis dan Manajemen Pendidikan
Badriah Wangi1, Paulus Robert Tuerah2, Shelty D.M. Sumual3, Nelson Hengkeng4, Suparni
Katili5, Romi Mesra6
123456
Universitas Negeri Manado
Email: 1
badriahwangi20@gmail.com,2
paulustuerah@unima.ac.id, 3
sumualshelty7@gmail.com,
4
elsonhengkeng1978@gmail.com, 5
suparnikatili1977@gmail.com, 6*
romimesra@unima.ac.id
Abstract
The goal of this research is to uncover how culture undergoes structural routines in the realm of education from a sociological
and educational management standpoint. Collecting library data, reading and taking notes, and synthesizing research materials
are all phases in the literature study technique. School, metaphorically speaking, is a living creature, according to the
conclusions of this study. As a result of numerous social, cultural, and economic developments, school functions are
continually being redefined. As a result, schools are distinct as non-profit entities since they open new avenues. As a result,
schools are distinctive as non-profit organizations in that they present new challenges in the field of human resources.
However, it must be acknowledged that every school is also a company.
Keywords: Culture, Structural Routines, World of Education, Perspective, Sociology, Education Management
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana budaya menjalani rutinitas struktural dalam ranah pendidikan
dari sudut pandang sosiologis dan manajemen pendidikan. Mengumpulkan data kepustakaan, membaca dan mencatat, serta
mensintesis bahan penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam teknik studi pustaka. Sekolah, secara metaforis, adalah
makhluk hidup, menurut kesimpulan penelitian ini. Sebagai hasil dari berbagai perkembangan sosial, budaya, dan ekonomi,
fungsi sekolah terus-menerus didefinisikan ulang. Akibatnya, sekolah berbeda sebagai entitas nirlaba karena mereka membuka
jalan baru. Akibatnya, sekolah berbeda dengan organisasi nirlaba karena menghadirkan tantangan baru di bidang sumber daya
manusia. Namun, harus diakui bahwa setiap sekolah juga merupakan sebuah perusahaan.
Kata Kunci: Budaya, Rutinitas Struktural, Dunia Pendidikan, Sudut Pandang, Sosiologis, Manajemen Pendidikan
PENDAHULUAN
Membangun kebiasaan baik daripada
mengendalikan perilaku siswa yang buruk lebih
bermanfaat, menurut penelitian dan pengalaman
(Sainato et al., 1987). Untuk mencegah perilaku
bermasalah di dalam kelas, instruktur harus
sering menyesuaikan tindakan mereka sendiri
(Stuart & Thurlow, 2000). Taktik dan proses
yang sama tidak akan selalu bekerja sama
baiknya dengan semua murid. Rutinitas kelas
menguntungkan dapat meningkatkan prestasi
akademik siswa serta perilaku mereka (Cable,
2020) karenanya, mengadopsi rutinitas kelas
reguler adalah salah satu pilihan proaktif untuk
instruktur (Daniel et al., 2023). Rutinitas pada
dasarnya adalah kumpulan proses untuk
menghadapi peristiwa sehari-hari (seperti
absensi, memulai sesi kelas, atau menyerahkan
tugas) dan gangguan kecil dalam pendidikan,
seperti mematahkan semangat siswa (Mesra,
Waldi, et al., 2022).
Rutinitas, setelah diajarkan, adalah
tindakan sehari-hari yang dapat dilakukan anak-
anak (Salem & Mesra, 2023) dengan sedikit atau
tanpa bantuan instruktur, mencapai dua tujuan.
Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk
belajar, dan guru memiliki lebih banyak waktu
untuk mendedikasikan pendidikan (Colvin &
Lazar, 1995).
Membuat jadwal yang stabil dan dapat
diprediksi melayani beberapa tujuan di kelas.
Rutinitas, misalnya, dapat membantu siswa
memahami apa yang diharapkan, apa yang
diharapkan dari mereka, dan perilaku apa yang
dapat diterima (Imbar & Mesra, 2022). Rutinitas
memungkinkan siswa untuk melakukan tugas
sehari-hari yang diharapkan dari instruktur dan
siswa dengan segera. Rutinitas juga membantu
terciptanya transisi yang lebih mulus (Hidayat et
al., 2023).
Selanjutnya, ketika siswa diharapkan
untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin, mereka
memperoleh tanggung jawab yang lebih tinggi
dan kemampuan manajemen diri. Rutinitas yang
menuntut interaksi antara instruktur dan siswa
(atau di antara siswa) juga membantu
2. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 433
memperkuat komunikasi interpersonal dan
keterampilan sosial secara positif dan
menyediakan sarana bagi guru untuk menilai
kuantitas dan kualitas keterampilan siswa di
bidang ini (Colvin & Lazar, 1995). Akhirnya,
rutinitas yang dilakukan siswa memungkinkan
instruktur untuk fokus pada pendidikan yang
lebih efektif serta kejadian tak terduga yang
muncul selama hari sekolah (Mesra, Mononege,
et al., 2022).
Sebagian besar guru mematuhi banyak
aturan dalam mengatur rutinitas kelas
(Dolonseda et al., 2022). Pertama, instruktur
harus mengidentifikasi kejadian kelas berulang
dan diprediksi seperti (a) proses administrasi, (b)
tugas pendidikan, dan (c) rutinitas interaktif.
Prosedur administrasi termasuk menyimpan jas
atau buku, menggunakan kamar kecil, mengasah
pensil, mencatat kehadiran, memberikan
pengumuman, dan memulangkan anak ke kelas
lain, taman bermain, atau rumah (Santie et al.,
2020).
Mendapatkan perhatian setiap siswa
untuk instruksi; meninjau kata ejaan atau soal
matematika di papan tulis; memastikan bahwa
siswa berperilaku dengan cara yang
memaksimalkan hasil positif selama pengajaran
yang dipimpin guru (Mesra. dkk, 2021) atau
pengaturan pembelajaran kelompok;
menyerahkan atau mengembalikan pekerjaan
siswa; dan memiliki proses yang ditetapkan
tentang bagaimana siswa harus menulis tajuk
pada tugas pekerjaan rumah mereka adalah
contoh tugas instruksional (Tama et al., 2023).
Akhirnya, rutinitas interaktif melibatkan
belajar bagaimana terlibat dalam percakapan,
bertindak dengan tepat dalam kelompok, dan
mengikuti norma untuk mendapatkan perhatian
guru (Mesra, 2022). Setelah tugas rutin ini telah
diidentifikasi, instruktur harus mengembangkan
proses yang jelas dan berbeda untuk menangani
peristiwa rutin yang langsung, mudah dipahami
siswa, dan cepat diselesaikan . Tentu saja
rutinitas kelas akan berbeda tergantung pada
tujuan guru, tingkatan kelas, dan seterusnya
(Gosline et al., 1999).
Guru dapat meningkatkan rutinitas kelas
dengan mengambil berbagai tindakan. Pertama,
siswa harus diajarkan setiap prosedur dan apa
yang diharapkan dari mereka secara sistematis
dan situasional; sekali diajarkan, keterampilan
ini harus sering ditinjau dan diajarkan kembali
untuk memastikan konsistensi dan untuk
mengkomunikasikan kepada siswa pentingnya
setiap perilaku (Mesra, Umaternate, 2021).
Selain itu, guru harus mengevaluasi hukuman
yang sesuai ketika siswa mematuhi atau gagal
mengikuti prosedur, dan mereka harus
menyampaikan kedua rangkaian konsekuensi
tersebut kepada siswa (Stuart & Thurlow, 2000).
Ketidakmampuan terus-menerus dari
satu siswa untuk menampilkan perilaku yang
diinginkan dapat merekomendasikan satu
tindakan kepada instruktur; tetapi, jika guru
melihat banyak siswa gagal berpartisipasi dalam
kegiatan itu, maka merupakan indikasi kuat
bahwa diperlukan tanggapan yang berbeda
(Umaternate et al., 2023). Sangat penting bagi
instruktur untuk memeriksa kinerja siswa pada
rutinitas sepanjang tahun ajaran untuk
memastikan bahwa mereka direncanakan dan
diajarkan dengan benar (Sainato et al., 1987).
Perubahan dalam rutinitas kelas dapat
membuat beberapa siswa tidak yakin dengan apa
yang diharapkan; tidak mengherankan, siswa
tampil lebih baik ketika harapan guru, tanggapan
siswa, dan umpan balik guru konsisten (Mesra,
Yandi, et al., 2022). Jika seorang guru
menemukan bahwa dia (atau siswa) telah
mengubah rutinitas, mungkin perlu untuk
meninjau harapan untuk tugas-tugas rutin dengan
siswa dan memberi model dan memberi siswa
kesempatan tambahan untuk melatih kinerja
mereka untuk mengembalikan rasa konsistensi.
dan ketertiban di kelas (Lanawaang & Mesra,
2023).
METODE
Studi literatur merupakan kegiatan
penting dalam penelitian, khususnya penelitian
akademik, dengan tujuan membangun komponen
teoretis dan praktis. Setiap peneliti melakukan
kajian pustaka dengan tujuan utama membangun
pijakan atau fondasi guna mengumpulkan dan
menghasilkan kerangka teori, kerangka berpikir,
dan mengidentifikasi dugaan sementara, disebut
juga dengan hipotesis penelitian (Afrizal, 2014).
Sehingga para peneliti dapat mengumpulkan,
mengkategorikan, dan menggunakan berbagai
karya dalam bidang keahliannya. Tinjauan
literatur membantu peneliti mendapatkan
3. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 434
pemahaman yang lebih baik dan lebih dalam
tentang subjek (Siahaan et al., 2022).
Setelah mendefinisikan masalah
penelitian dan menguraikan masalah, namun
sebelum terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan, peneliti
melakukan tinjauan literatur (Andhika, 2020).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Budaya Sekolah
OC adalah ide kritis dalam
manajemen modern. Menurut beberapa
akademisi (Parker, 2000), OC
mengindikasikan kontradiksi lama antara
definisi kultural dan struktural tentang apa itu
organisasi. OC juga dapat dilihat sebagai
metafora korporasi (Alvesson & Willmott,
2002), di mana ruang diciptakan untuk
menyelidiki citra perusahaan.
OC merupakan konsep penting dalam
manajemen modern. OC itu sendiri meliputi
semua elemen SM. Ini berdampak pada jenis
struktur perusahaan, bagaimana strukturnya,
jenis kekuasaan, bagaimana desentralisasi,
bagaimana mengatur, strategi organisasi,
manajemen sumber daya manusia, dan
alokasi sumber daya. Evolusi organisasi
sangat dipengaruhi oleh budaya sekolah.
Budaya sekolah, sebagai bagian dari OC,
harus dilihat melalui lensa kepemimpinan,
dengan penekanan pada bagaimana
kepemimpinan sekolah memengaruhi
pekerja dan pemangku kepentingan di
lingkungan sekolah. proses pendidikan.
Namun, masyarakat seperti itu terus-menerus
berada dalam dua hubungan itu (Gugule &
Mesra, 2022).
Lingkungan sekolah, bersama dengan
budaya sekolah, merupakan komponen
penting dari fungsi psikologis sekolah.
Akibatnya, suasana sekolah adalah jumlah
total kohesi elemen pendidikan dalam ambisi
mereka, rasa memiliki dewan pengajaran,
dan komponen motivasi. Setiap strategi
sekolah untuk mencapai keefektifan
menunjukkan organisasi sebagai lembaga
budaya dan pendidikan. Memahami OC
merupakan langkah penting dalam
meningkatkan kualitas sekolah (Stoll & Fink,
1996).
Fungsi unik budaya sekolah dapat
dikenali di tempat terjadinya dan
pengaruhnya terhadap organisasi. Sangat
menarik bahwa identifikasi elemen
pendidikan terkait dengan budaya sekolah
dan memiliki pengaruh pada OC. Ini
menunjukkan bahwa hubungan antara
perilaku dan budaya adalah dua arah, yang
muncul sebagai sebab dan akibat.
Sistem kontrol adalah fitur OC yang
menunjukkan model kontrol terkuat dan
terbesar yang digunakan oleh prinsipal di
SM. Ruang psikologis yang berbeda tidak
hanya menjaga integritas dan identitas
organisasi, tetapi juga membuka jalan bagi
pengembangan merek korporat sekolah.
Identitas pegawai juga diwujudkan melalui
identitas sekolah. Ini juga merupakan
konstruksi yang sangat rumit karena identitas
guru terkait erat dengan budaya sekolah
(Stoll & Fink, 1996).
Nilai organisasi, perilaku elemen
pendidikan, tradisi, kebiasaan, sikap
bersama, filosofi, dan persepsi umum tentang
organisasi adalah bagian dari budaya
sekolah. Sikap dan gagasan seperti itu,
bagaimanapun, tidak disadari menyiratkan
bahwa OC mencirikan bagaimana pekerja
beroperasi. Pada hakikatnya budaya sekolah
terkait dengan personalia, struktur organisasi,
dan identitas sekolah (B et al., 2023).
Akibatnya, budaya sekolah terbentuk
melalui metafora, simbol, ritual, konvensi,
dan mitos. Dari perspektif ini, satu-satunya
hal yang penting adalah memahami
pentingnya budaya sekolah dan mengetahui
bagaimana mengelolanya. Peran OC yang
paling signifikan, dari sudut pandang
manajerial, adalah untuk meningkatkan
kinerja individu dan organisasi. Akhirnya,
budaya sekolah dapat dianggap sebagai
lingkungan kerja guru yang dibentuk oleh
interaksi dengan pekerja lain. Banyaknya
komponen serta adanya disparitas antar
organisasi menunjukkan kompleksitas kultur
sekolah. Kehadiran dimensi OC dapat dinilai
dari rendah ke tinggi (Shammot, 2011).
Tingkat pertama budaya sekolah
mengacu pada "produk" yang terlihat yang
dimiliki sekolah dan mewakili ekspresi
budaya eksternal. Ini adalah, khususnya,
4. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 435
kantor, peralatan, furnitur, simbol, dan cara
personel terhubung satu sama lain. Ini adalah
"produk" yang mengkomunikasikan pesan
budaya sekolah sekaligus menjadi bentuk
budaya sekolah yang paling mudah diakses.
Konsep produk harus dilihat secara
kondisional dalam konteks ini karena sekolah
menyediakan layanan dan mengekspresikan
produk melalui ciri fisiknya. Tentu saja,
produk sekolah berkomunikasi melalui
komunikasi pemasaran terpadu, simbol,
metafora, dan interaksinya satu sama lain.
Tingkat kedua, yang kurang jelas,
menciptakan nilai-nilai yang membangun
kerangka perilaku elemen pendidikan yang
mencerminkan preferensi sekolah untuk
solusi dan sikap tertentu. Nilai-nilai ini
mungkin implisit atau eksplisit; khususnya,
hubungan elemen pendidikan dengan
rekanan eksternal atau satu sama lain, dan
mereka diwakili dalam perayaan acara
khusus organisasi. Tindakan elemen
pendidikan menyampaikan opini dan
pandangan dunia secara implisit. Akhirnya,
tingkat ketiga mencerminkan premis budaya
sekolah yang paling mendalam dan esensial.
Ini adalah aturan, standar, dan cita-cita tidak
tertulis yang biasanya tidak disadari oleh
pekerja, namun dihormati dan diterima
sebagai prinsip sekolah.
2. Iklim Sekolah
Kami mendefinisikan lingkungan
sekolah sebagai persepsi elemen pendidikan
tentang segala sesuatu yang terjadi di
sekolah. Suasana sekolah memiliki dampak
yang cukup besar pada perilaku staf dan sikap
mereka terhadap manajemen pengetahuan.
Akibatnya, pentingnya iklim sekolah ada
dua: di satu sisi, mendorong suasana inovatif
dan dengan demikian menjadi bagian dari
proses internal organisasi, dan di sisi lain,
dengan menciptakan identitas elemen
pendidikan, memungkinkan terciptanya
identitas sekolah, yaitu penciptaan merek
perusahaan. Aspek iklim organisasi dapat
digunakan untuk mengamati iklim sekolah.
Dengan perspektif ini, kami memeriksa
suasana sekolah melalui tindakan staf dan
administrator (Halpin, 1966).
Perilaku guru dengan demikian dapat
dicirikan sebagai a) tidak terlibat, b)
terbebani, c) puas, atau d) intim. Kategori
pertama, non-engaged, terdiri dari guru yang
menjalankan tugasnya secara dangkal dan
acuh tak acuh. Metafora terbebani
melambangkan pengajar yang dibebani
kepala sekolah dengan kewajiban
administratif dan ekstra. Kelompok yang
senang terdiri dari guru yang memiliki rasa
pencapaian. Kategori terakhir terdiri dari
personel yang erat yang menyukai tempat
kerja yang ramah.
Kami menganggap dimensi suasana
sekolah sebagai: a) terkendali; b) produktif;
c) teladan; dan d) bijaksana, berdasarkan
perilaku kepala sekolah. Kumpulan kepala
sekolah yang terkendali menggambarkan
perilaku formal dari kepala sekolah yang
jauh. Administrator yang produktif
mempertahankan kendali terus-menerus atas
instruktur mereka; komunikasi mereka satu
arah. Kelompok ketiga terdiri dari direktur
luar biasa yang menginspirasi staf dan
menumbuhkan kepercayaan diri. Terakhir,
kategori yang terakhir terdiri dari kepala
sekolah yang bijaksana yang sangat ingin
berkomunikasi dan membantu.
Kita dapat menarik kesimpulan dari
dimensi ini bahwa keberhasilan sekolah dan
suasana sekolah hanya dipandang sebagai
iklim terbuka dan tertutup. Lingkungan
terbuka menunjukkan kolaborasi guru dan
kepala sekolah yang tidak dibebani oleh
administrasi dan, sebagai hasilnya, bangga
dengan organisasinya. Suasana tertutup
dicirikan oleh seorang direktur yang tidak
efektif yang tidak memperhatikan kebutuhan
elemen pendidikan. Gambar 1
menggambarkan berbagai macam iklim
sekolah yang diidentifikasi oleh Hoy, Tarter,
dan Kottkamp (Hoy et al., 1991).
a. Identitas Guru
Kepala sekolah memiliki peran
penting dalam membentuk budaya
sekolah dan identitas organisasi.
Pengaruh mereka berdampak signifikan
terhadap motivasi dan efisiensi staf.
Selanjutnya, kepala sekolah yang
mendorong stafnya menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk iklim
dan budaya yang positif. Elemen
pendidikan yang bekerja di sekolah di
5. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 436
mana mereka didukung dan didorong
oleh administrator tidak hanya memiliki
pandangan yang baik terhadap
pengajaran, tetapi juga komitmen yang
lebih tinggi terhadap perusahaan. Namun,
sebelum membahas identitas sekolah,
terlebih dahulu kita harus menjelaskan
identitas guru secara singkat.
Identitas guru dapat
diekspresikan paling sederhana sebagai
rasa harga diri guru dan refleksi atas cita-
cita tersebut. Identitas guru bukanlah
fenomena yang permanen dan stabil; itu
dipengaruhi oleh pekerjaan, lingkungan
hidup, dan koneksi dengan orang lain,
selain kualitasnya. Aspek pribadi,
profesional, dan lingkungan semuanya
berkontribusi pada identitas guru. Dalam
berurusan dengan anak-anak, pengertian
dimensi etika melibatkan kejujuran,
keadilan, rasa hormat, dan kebaikan.
Orientasi etis merupakan aspek penting
dalam menentukan identitas seorang guru
(Pun et al., 2021).
Pertanyaan penting dalam
menentukan identitas seorang guru
adalah: siapa saya sebagai seorang guru,
dan tipe guru seperti apa yang saya
inginkan? Pandangan dan nilai guru
muncul dari sikap, pengalaman,
lingkungan sosial, dan lingkungan
hidupnya sendiri. Keyakinan guru
terbentuk pada usia muda dan tertanam
kuat. Menurut Korthagen, identitas
profesional terdiri dari kebutuhan,
sentimen, keyakinan, panutan,
pengalaman sebelumnya, dan perilaku
yang tidak disadari, yang semuanya
berkontribusi pada rasa identitas.
Guru selalu terlibat dalam
dinamika peristiwa sekolah, dan melalui
keterlibatan dengan lingkungan, mereka
secara aktif terlibat dalam proses
pembentukan dan pembentukan diri.
Namun, identitas guru dapat dievaluasi
tidak hanya dari perspektif elemen
pendidikan, tetapi juga dari perspektif
pemangku kepentingan. Guru
mendefinisikan dan mengaktualisasikan
identitas mereka melalui citra diri, sikap,
hubungan dengan rekan kerja, budaya
sekolah, dan layanan yang mereka
berikan. Dari sudut pandang pemangku
kepentingan, kami mengkaji identitas
guru dalam hal kualitas layanan, perilaku,
dan kemampuan pedagogis. Untuk lebih
memahami identifikasi elemen
pendidikan di SM, perlu memasukkan
konteks masyarakat, organisasi, dan
budaya.
b. Identitas Organisasi
Elemen pendidikan menentukan
identitas organisasi, yang terutama
terlihat di lembaga nirlaba seperti
sekolah. Elemen pendidikan menonjol
karena mereka adalah komponen paling
signifikan dan merupakan titik kontak
awal bagi pengguna layanan. Elemen
pendidikan di organisasi nirlaba, seperti
sekolah, menghadapi kontradiksi antara
keinginan untuk memberikan layanan
berkualitas dan perspektif manajemen
mereka sendiri (Teeroovengadum et al.,
2019). Kurangnya bantuan manajemen
dalam mengembangkan dan
meningkatkan suasana layanan akan
berdampak buruk pada guru dan, pada
akhirnya, layanan itu sendiri. Sudah
terbukti dengan sendirinya bahwa
dukungan manajemen merupakan
prasyarat untuk kepuasan dan motivasi
instruktur, dan ketiadaannya tidak dapat
disembunyikan dari pengguna.
Karena budaya organisasi
tertanam kuat dalam persepsi elemen
pendidikan, perlu untuk mengembangkan
identitas merek berdasarkan reputasi
budaya, pada koherensi antara janji
merek dan kinerja yang diberikan elemen
pendidikan. identitas perusahaan
signifikan untuk sejumlah alasan,
termasuk kemampuan untuk
menciptakan merek dan citra perusahaan,
serta komponen strategis penempatan
merek di benak pelanggan. Definisi
paling dasar dari identitas korporat adalah
atribut merek yang diwakili oleh
perusahaan. Identitas korporat adalah
fondasi untuk mengembangkan citra
korporat sekolah. Mengingat fakta bahwa
layanan di sekolah tidak dapat
dipisahkan,
6. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 437
Disonansi antara merek
perusahaan dan elemen lainnya dapat
menimbulkan masalah. Identitas yang
sebenarnya terungkap dalam elemen
pendidikan dan citra diri jika mewakili
pemangku kepentingan internal, gaya
kepala sekolah, dan struktur sekolah. Ini
juga dapat berdampak pada identitas yang
disampaikan karena tercermin dalam
kualitas layanan, yang pada gilirannya
mempertanyakan persaingan dengan
sekolah lain, yang kami anggap sebagai
model periklanan yang sesuai dengan
pemasaran perusahaan. Tentu saja citra
sekolah diproyeksikan pada reputasi
personelnya, begitu pula sebaliknya.
Akibatnya, hubungan elemen pendidikan
dengan kolektif tidak hanya bergantung
pada SM, tetapi juga pada pertumbuhan
OC. Konsep Tes AC2ID adalah kerangka
kerja strategis untuk identitas yang
berbeda di dalam suatu organisasi untuk
diidentifikasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas
tentang budaya menjalani rutinitas struktural
dalam dunia pendidikan berdasarkan sudut
pandang sosiologis dan manajemen pendidikan,
maka peneliti menyimpulkan bahwa sekolah
adalah hal yang hidup, secara metaforis. Fungsi
sekolah terus-menerus didefinisikan ulang
sebagai akibat dari berbagai perkembangan
sosial, budaya, dan ekonomi. Akibatnya, sekolah
sebagai lembaga nirlaba menjadi berbeda karena
membuka pintu baru. Alhasil, sekolah sebagai
organisasi nirlaba menjadi unik karena
memunculkan concern baru di bidang SDM.
Namun, harus diakui bahwa setiap sekolah juga
merupakan korporasi yang selain mengajarkan
cita-cita, sangat bergantung pada OC, suasana,
dan staf. Manajer yang sukses akan berusaha
untuk mencapai iklim terbuka berdasarkan hasil
dimensi tertentu dari iklim sekolah karena
manajer tersebut memiliki integritas pribadi,
pertimbangan yang tinggi, dan tidak harus
menekankan produktivitas karena keterampilan
interpersonal, tetapi sepenuhnya mengendalikan
organisasi. Selain itu, bentuk seperti itu
menghasilkan elemen pendidikan yang senang
dan termotivasi, serta, yang paling signifikan,
elemen pendidikan yang puas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terima kasih kepada
tim peneliti yang telah menyelesaikan kegiatan
penelitian ini dengan efektif, terutama tim
mahasiswa dan dosen yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama studi dan
penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, M. A. (2014). Metode penelitian
kualitatif. Jakatra: PT Raja Grafindo
Persada.
Alvesson, M., & Willmott, H. (2002). Identity
regulation as organizational control:
Producing the appropriate individual.
Journal of Management Studies, 39(5),
619–644.
Andhika, L. R. (2020). Kajian Literatur: Studi
Pemetaan Sistematis Indikator Inovasi
Sektor Publik. Jurnal Litbang Sukowati:
Media Penelitian Dan Pengembangan,
3(2), 19.
B, Z. H. S., Sengkey, D., Salem, V. E. T., &
Mesra, R. (2023). Parents Perception on
Kawasaran Dance in Tondei Village South
Minahasa District. Atlantis Press SARL.
https://doi.org/10.2991/978-2-494069-35-0
Cable, M. L. (2020). Metacognition in
Elementary Mathematics. Piedmont
College.
Colvin, G., & Lazar, M. (1995). Establishing
classroom routines. The Oregon Conference
Monograph, 7, 209–212.
Daniel, Y., Santie, A., Mamonto, F. H., Lasut,
M., & Mesra, R. (2023). Penerapan Gaya
Kepemimpinan Egaliter Orang Minahasa di
Universitas Negeri Manado. 9(1), 549–556.
https://doi.org/10.58258/jime.v9i1.4696/htt
p
Dolonseda, H. P., Tokio, C. A. V, Kaempe, T.
W., & Mesra, R. (2022). Realitas
Pendidikan Dan Kondisi Ekonomi Keluarga
Petani Wortel Di Kelurahan Rurukan. 7(4).
Gosline, J. M., Guerette, P. A., Ortlepp, C. S., &
Savage, K. N. (1999). The mechanical
design of spider silks: from fibroin sequence
to mechanical function. Journal of
Experimental Biology, 202(23), 3295–3303.
7. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 438
Gugule, H., & Mesra, R. (2022). Analisis
Sosiologis Terhadap Video Viral Tiktok
tentang Penegakan Hukum di Indonesia.
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan
Budaya, 8(3), 1071.
https://doi.org/10.32884/ideas.v8i3.956
Halpin, A. W. (1966). Theory and research in
administration. Macmillan.
Hidayat, M. F., Muyu, C. V, & Mesra, R. (2023).
Peran guru dalam meningkatkan disiplin
siswa di SMA Negeri 1 Motoling. Urnal
Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu
Sosial (JIHI3S), 3(5), 525–532.
https://doi.org/10.17977/um063v3i52023p
525-532
Hoy, W. K., Tarter, C. J., & Kottkamp, R. (1991).
Open schools/healthy schools: Measuring
organizational climate. Corwin.
Imbar, M., & Mesra, R. (2022). Faktor-Faktor
Krusial dalam Manajemen Pembelajaran
Sejarah di Masa Pandemi (Studi Pada
Jurusan Pendidikan Sejarah Unima). Jurnal
Ilmiah Mandala Education (JIME), 8(3),
2174–2184.
https://doi.org/10.36312/jime.v8i2.3672/htt
p
Lanawaang, J. J., & Mesra, R. (2023). Faktor
Penyebab Anak Putus Sekolah di
Kelurahaan Tuutu Analisis Pasal 31 Ayat 1,
2, dan 3 UUD 1945. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 9(2), 1375–1381.
https://doi.org/10.58258/jime.v9i1.5103/htt
p
Mesra, Umaternate, F. (2021). Application of the
Learning Model “Baca Dulu” Break Out
Class Daring and Luring as an Effort to
Overcome the Various Obstacles of Online
Learning During The Covid-19 Pandemic at
UNIMA Sociology Education Study
Program. Proceeding ICHELSS 2021, 639–
645.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/hispis
i/article/view/22394
Mesra. dkk. (2021). The Phenomenon of Student
Life Who is Studying While Working in the
City of Padang. International Joined
Conference on Social Science (ICSS 2021),
603(Icss), 319–325.
Mesra. (2022). Persepsi Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi UNIMA tentang Implementasi
Materi Mata Kuliah dalam Kehidupan
Sosial. Seminar Nasional Sosiologi, 3.
Mesra, R., Mononege, N., & Korah, Y. C.
(2022). Efektifitas Pembelajaran Online
Dan Offline ( Hybrid Learning ) Bagi Siswa
Di Sma Negeri 1 Tondano. 8(3), 2287–
2294.
https://doi.org/10.36312/jime.v8i2.3710/htt
p
Mesra, R., Waldi, A., Wijaya, W., & Melia, Y.
(2022). Perilaku Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi UNIMA Ketika Pembelajaran
Online. 8(3), 2056–2067.
https://doi.org/10.36312/jime.v8i2.3586/htt
p
Mesra, R., Yandi, R., Zuwanda, R., Zuhri, B., &
Sikumbang, A. (2022). Persepsi
Masyarakat Bidar Alam Tentang
Penerapan Perda Kabupaten Solok Selatan
No . 1 Tahun 2020 Dalam Mengatasi
Konflik Antara Pemilik Hewan Ternak
Dengan Pemilik Lahan. 6(4), 2352–2359.
https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.3706/htt
p
Parker, M. (2000). Organizational culture and
identity: Unity and division at work. Sage.
Pun, B. T., Badenes, R., La Calle, G. H., Orun,
O. M., Chen, W., Raman, R., Simpson, B.-
G. K., Wilson-Linville, S., Olmedillo, B. H.,
& de la Cueva, A. V. (2021). Prevalence and
risk factors for delirium in critically ill
patients with COVID-19 (COVID-D): a
multicentre cohort study. The Lancet
Respiratory Medicine, 9(3), 239–250.
Sainato, D. M., Strain, P. S., Lefebvre, D., &
Rapp, N. (1987). Facilitating transition
times with handicapped preschool children:
A comparison between peer‐mediated and
antecedent prompt procedures. Journal of
Applied Behavior Analysis, 20(3), 285–291.
Salem, V. E. T., & Mesra, R. (2023). Efektifitas
Kehadiran Mahasiswa KKN MBKM
Program Studi Pendidikan Sosiologi
UNIMA dalam Membantu Kinerja
Pemerintah Kelurahan Rurukan ,
Kecamatan Tomohon Timur. 7(2), 1564–
1573.
https://doi.org/10.58258/jisip.v7i1.4971/htt
p
Santie, Y. D. A., Mesra, R., & Tuerah, P. R.
(2020). Management of Character
Education (Analysis on Students at Unima
8. Jurnal Pendidikan Mandala Vol 8. No. 2 Juni 2023
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JJUPE/index p-ISSN: 2548-5555, e-ISSN: 2656-6745
Jurnal Pendidikan Mandala 439
Sociology Education Study Program). 3rd
International Conference on Social
Sciences (ICSS 2020), 473(Icss), 184–187.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.201014.04
1
Shammot, M. M. (2011). Quality management
practices and their impact on organizational
performance, and customer behavior.
European Journal of Economics, Finance
and Administrative Sciences, 34(2), 21–33.
Siahaan, C., Laia, A. P., & Adrian, D. (2022).
Studi Literatur: Media Sosial “Tiktok” Dan
Pembentukan Karakter Remaja. Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(4),
4939–4950.
Stoll, L., & Fink, D. (1996). Changing our
schools: Linking school effectiveness and
school improvement. Open University
Press.
Stuart, C., & Thurlow, D. (2000). Making it their
own: Preservice teachers’ experiences,
beliefs, and classroom practices. Journal of
Teacher Education, 51(2), 113–121.
Tama, S. P., Sari, N., Anwar, K., Pertiwi, M., &
Mesra, R. (2023). Kreativitas Guru Ppkn
Dalam Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid 19 Di Sma Muhammadiyah
Padang Panjang. 8(1), 188–194.
Teeroovengadum, V., Nunkoo, R., Gronroos, C.,
Kamalanabhan, T. J., & Seebaluck, A. K.
(2019). Higher education service quality,
student satisfaction and loyalty: Validating
the HESQUAL scale and testing an
improved structural model. Quality
Assurance in Education, 27(4), 427–445.
Umaternate, A. R. B., Wuntu, R., Fathimah, S.,
& Mesra, R. (2023). Sociological Review of
Farmer Family Welfare in Malat Village ,
Gemeh District , Talaud. Atlantis Press
SARL. https://doi.org/10.2991/978-2-
494069-35-0