Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non-produktif. Hal ini memberikan keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi namun perlu pengelolaan yang tepat agar manfaatnya dapat dirasakan secara berkelanjutan, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan penanggulangan lansia.
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
BONUS DEMOGRAFI
1. BONUS DEMOGRAFI
“Prasyarat Sebuah Pesta”
Bonus demografi adalah keuntungan jumlah penduduk yang dinikmati Negara.
Sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif yang ada dalam masyarakat,
BKKBN (2013). Demikian pula menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) bahwa
Bonus demografi adalah istilah dalam kependudukan yang mengambarkan jumlah usia
produktif lebih besar dibandingkan dengan usia non-produktif..
Artinya Bonus demografi terjadi ketika jumlah orang usia produktif lebih tinggi
daripada jumlah usia yang tertanggung yakni orang tua dan anak-anak. Rasio orang tua dan
anak-anak dengan penduduk usia kerja, yang dikenal sebagai rasio ketergantungan yang
rendah. Rasio ketergantungan yang rendah menunjukkan bahwa adanya potensi lebih
banyak orang yang dapat menjadi produktif dan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, derajat kesehatan, dan angka harapan hidup yang mengarah ke pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga yang belum pernah terjadi sebelumnya,
Insya Allah.
Melihat Indonesia kekinian, upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
sebenarnya cukup berhasil. Pada tahun 2016, pertumbuhan penduduk adalah 1,14 persen,
lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar 1,19 persen, dan lebih rendah dari
pertumbuhan penduduk dunia di 1,18 pada tahun 2016. Tingkat kesuburan juga menurun
pada 2,44 per wanita pada tahun 2015, salah satu yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Sehingga keberhasilan besar dalam pengendalian populasi bangsa ini tercermin dalam
proyeksi demografi pada pertengahan 2020-an.
Sehingga Presiden RI pun menaruh harapan akan berkah Bonus demografi di bangsa
ini, “ Tahun 2020-2030 kita Bangsa Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus
demografi di mana penduduk usia produktif sangat besar. Artinya dalam kurun waktu 3-13
tahun ke depan kita akan memiliki banyak sekali SDM yang tengah pada puncak usia
produktif," kata Jokowi.
Sungguh hal yang sangat istimewa jika kita semua mampu memanfaatkan berkah ini
sehingga apa yang telah diusahakan akan menjadi sebuah sejarah manis buat anak cucu kita
kedepannya, dan bukan tanpa alasan karena kehadiran Bonus demografi amat mungkin
2. dicapai kembali setelah 100-200 tahun yang akan datang secara natural tanpa rekayasa
denografi.
Berikut akan kita liat penggalan-penggalan “hadiah” dari Bonus demografi ketika
Bangsa ini menemukan dirinya pada struktur usia yang berbeda :
1. Tersedianya Tenaga Kerja
Pertumbuhan Ekonomi mampu mengambil peran aktif-positif yang secara produktif
mampu mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Dimana Perempuan lebih
cenderung mengambil pekerjaan di luar rumah dikarenakan kesibukan rumah tangga
yang ikut berkurang. (punya waktu lebih karena tidak terikat dengan pekerjaan
mengurusi anak dirumah).
2. Peluang Menabung/Investasi
Tabungan/Investasi pribadi ini dapat tumbuh dan memungkinkan untuk berfungsi
sebagai sumber daya penopang roda perekonomian dalam keluarga dan bersifat
“wajib” dilakukan mengingat batas kemampuan fisik dan psikologis dalam
beraktifitas.
3. Tersedia Tenaga kerja/Kesetaraan Gender
Penurunan tingkat kesuburan/fertilitas menghasilkan wanita yang melahirkan dengan
jumlah yang lebih terbatas sehingga membuka peluang turut berperan di dunia kerja
tanpa melepaskan tanggungjawab sebagai seorang ibu kepada anak-anaknya dan
sebagai seorang isteri kepada suaminya sehingga dapat berkontribusi kepada
pengeluaran ekonomi keluarga yang lebih terkendali. Pun dapat menginvestasikan
lebih banyak sumber daya/investasinya kepada masing-masing anak dalam jumlah
tertentu yang dimilikinya maupun investasi untuk hari tuanya kelak. Alokasi
investasi ini dapat diarahkan ke upaya jaminan kesehatan dan pendidikan dan
jaminan hari tua yang lebih baik.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dikarenakan tingginya pendapatan per kapita
dimana rasio ketergantungan (Dependency Ratio) akan menurun.
Semua hal diatas cukup lah indah jika skenarionya memang demikian, namun perlu
kita ingat bahwa semua cerita diatas hanya melihat ke upaya pemberdayaan usia produktif
yang nampak mampu menjadi jawaban terhadap hampir semua fenomena bangsa hari ini.
Akankah pesta bonus demografi ini berakhir bahagia?
3. Berikut akan ada kilasan fenomena yang belum sempat terpikirkan secara serius
bahwa masa tahun 2020-2030 adalah pestanya Bonus demografi. karena jika hanya
berbicara angka-angka maka angka takkan pernah berhenti hanya sampai akhir pesta. Perlu
kita sadari bahwa setelah masa keemasan itu maka tahun akan tetap berjalan anggplah kita
akan mendapati tahun 2050, saatnya nanti semua yang masih produktif saat ini 20-30 tahun
yang akan datang mau atau tidak mau, akan mendapati dirinya yang tadinya produktif akan
menjadi kurang produktif atau dalam kondisi yang tidak seperti lagi di 20-30 tahun
sebelumnya belum lagi kita bahas yang hari ini telah mulai pra lansia.
Selain itu, masih ada sederet masalah atau pun hambatan yang mungkin dihadapai
jika pengelolaan bonus demografi tidak mendapat keseriusan, baik oleh pihak pemerintah
maupun masyarakat itu sendiri. Semisal apakah dengan adanya mengurangi jumlah populasi
dengan program keluarga berencana akan ada jaminan untuk mendapatkan peluang kerja
dan akhirnya menjamin kemakmuran? Jawabnya belum tentu, karena masalah hari ini amat
kompleks walau pun hanya melihat indikator kemakmuran saja. Belum lagi tentang derajat
kesehatan, apakah ada jaminan dengan kurangnya jumlah anggota keluarga maka akses akan
mendapatkan jaminan kesehatan terjamin? Jawabnya, belum ada yang menjamin.
Masalah dan hambatan belum berhenti, lanjut dengan tersedianya jumlah tenaga
manusia (baca:calon calon pengisi lapangan kerja) yang cukup banyak, tapi apakah lapangan
kerja yang tersedia mampu menyerap semua tenaga sumber daya manusia yang ada?
Jawabnya tentu tidak. Karena penyerapan tenaga kerja harus berbasis kualitas SDM.
Belum lagi kita berbicara, akan dikemanakan semua lansia yang sudah berumur 60-
70 tahun yang jika mengacu ke aturan hari ini maka pasti mereka semua sudah menjadi
pensiunan itupun jika mereka selama ini bekerja di sektor formal pemerintah atau BUMN
ataupun swasta yang memberlakukan jaminan hari tua, bagaimana dengan masyarakat kita
yang kebanyakan tidak punya simpanan hari tua atau pensiunan? Lantas siapa yang akan
menanggung mereka? yang kerjanya selama ini adalah kerja harian lepas jika tidak mau
menyebutnya sebagai pengangguran. Dimana beliau (baca:Lansia) hadir karena
konsekuensi dari angka harapan hidup yang lebih dikarenakan imbas Bonus demografi
dimana asupan gizi dan jaminan kesehatannya bisa lebih terjamin, baik yang disediakan oleh
pemerintah maupun mitra ataupun mungkin dari kesadaran anggota keluarga mereka yang
selama masa produktifnya mampu berinvestasi buat hari tua keluarganya (baca: anak, orang
4. tau dan kedua orang tuanya) sehingga dapat tertanggulangi dengan baik. Jawabnya Insya
Allah.
Setelah terlihat berbagai uraian hambatan yang mungkin dapat menjadi penghalang
pesta bonus demografi, maka dalam artikel ini akan memberikan beberapa solusi alternative,
yaitu :
1. Kebijakan Pemerintah dalam Progam KKBPK
Kebijakan dalam hal ini adalah saatnya pemerintah melalui program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga yang lebih dikenal dengan program
KKBPK sudah di beri label “wajib” dan bukan lagi sebagai sebuah tindakan pilihan.
Alasannya sangat kuat, karena dalam program KKBPK telah ditekan penduduk
tumbuh seimbang dan penciptaan kualitas keluarga. Dan, jika label wajib telah
ditetapkan maka akan melahirkan yang namanya reward dan punishment, artinya
masyarakat yang taat akan konsep dan aturan wajib mendapatkan penghargaan
demikian pula sebaliknya, akan mendapatkan sangsi yang bersifat membangun dan
mendidik yang akan menjadikannya sadar akan program kemaslahatan. Sesuai yang
tergambar dalam misi BKKBN itu sendiri, yakni
1.Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
2.Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
3.Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
4.Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga.
5.Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten.
Poin pertama ini menjadi napas dan motivasi kita sehingga menjadikan
sebuah cita cita yang mulia jika kita membangun Indonesia dimulai dari keluarga.
Artinya tidak semua sector harus diserahkan bulat bulat kepada pemerintah untuk
bertanggungjawab, solusi paling rasional adalah mari kita memulainya dari
menjadikan keluarga kita berkualitas yang kemudian kita viruskan.
2. Penanggulangan Lansia
Mengapa penanggulangan lansia wajib menjadi pilihan prioritas berikut? Karena
jumlah mereka akan meningkatkan hampir menyamai jumlah usia produktif
sedangkan dia sudah tidak produktif lagi. Sehingga akan menambah jumlah
5. tanggungan oleh keluarga/masyarakat kita. Lansia seperti halnya pengeluaran untuk
anak-anak dan remaja dimana pengeluaran untuk orang tua tidak akan menghasilkan
keuntungan ekonomi. Hal ini tentu saja akan meningkatkan pengeluaran yang
diperlukan untuk mendukung mereka melalui dana pensiun yang lebih tinggi, belanja
perawatan kesehatan, dan layanan perawatan. Yang mungkin saja akan membuat
konflik antar generasi dan memberikan tekanan yang berlebihan pada perekonomian
baik ditingkat keluarga maupun secara luas.
Poin ke-2 (dua) ini, memberikan kita peringatan bahwa saat kita masih dalam
kondisi produktif maka layak kiranya tuk memikirkan masa depan dengan jalan
melakukan investasi hari tua, dan tidak berlebihan jika dikatakan sebagai wajib
berinvestasi untuk masa tua, baik melalui program pemerintah seperti perpanjangan
usia pension serta pemberlakuakn jam kerja terbatas buat para lansia maupun melalui
pendekatan keluarga yang lebih berorientasi kepada pembinaan keluarga Lansia.
Sehingga tiba waktunya nanti bangsa ini dapat tampil dihadapan dunia dengan
kualitas lansia yang tangguh dengan pendekatan santun.
3. Pendidikan Berkualitas
Mengapa pendidikan wajib menjadi prioritas? Dengan bertumpuknya usia tenaga
produktif namun tidak memiliki SDM yang mumpuni maka akan melahirkan
pengangguran-pengangguran yang sudah bisa dipastikan akan melahirkan
kesenjangan social yang bermuara kepada social chaos, karenanya mengapa
pendidikan yang berkualitas wajib kehadirannya. Sebanyak apapun lapangan kerja
yang tersedia jika kita tidak termasuk dalam kategori atau kriteria yang
dipersyaratkan maka sama sja dengan “null” (baca:tetap menganggur) belum lagi,
apakah kita akan menjadi penonton di negeri kita sendiri? Dimana era pasar bebas
tidak lagi mensyaratkan yang ribet ribat disaat tenaga kerja asing ingin masuk ke
Indonesia. Hal ini dapat kita liat dalam ilustrasi sebuah keluarga yang memiliki
pendidikan yang baik tidak akan mungkin lebih mementingkan jumlah dibandingkan
kualitas hidup keluarganya dari situ juga dapat memberikan gambaran tersirat bahwa
anak keturunan dan keberadaan kita di dunia ini adalah sebuah tanggungjawab dan
amanah besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Ilahi.
6. Poin diatas, memberikan kita gambaran dimana tanpa pendidikan yang
memadai, sebagian besar tindakan/program baik dari pemerintah maupun wadah
swadaya masyarakat melalui kampanye/propaganda dan promosi upaya kesadaran
dan peningkatan kualitas keluarga serta pemberdayaan perempuan akan terbukti
tidak akan pernah mampu mencukupi targetnya dan bahkan tidak ada gunanya dari
sisi capaian program bahkan mungkin hanya akan menghabiskan anggaran.
4. Fasilitas dan Informasi Kesehatan
Jangan lagi ada korban hanya karena ketidak mampuan dia menjangkau sarana
pelayanan kesehatan dan yang lebih miris segera hentikan jatuhnya korban hanya
karena tidak tersentuhnya informasi kesehatan, yang dimaksud terakhir ini adalah
banyak informasi yang sedianya sampai kemasyarakat maka akan mencegah masalah
kesakitan bahkan kematian hanya dengan bermodalkan informasi, semisal masih
adanya didapati masyarakat yang tidak mengetahui upaya pertolongan pertama
terhadap penderita jantung, stroke, bahkan diare dan muntaber yang berujung
kematian pada orang tua dan anak-anak. Lagi pula, bukan lah saatnya fasilitas
kesehatan dibangun secara megah tetapi terpusat di tempat tempat tertentu saja,
solusi paling efektif adalah pembinaan kader kader bantu yang direkrut dari
masyarakat local setempat bukan dengan jalan menempatkan tenaga medis disuatu
wilayah terpencil yang memiliki kehidupan keluarga yang jauh dari wilayah
kerjanya. Maka bisa dipastikan kualitas dan kuantitas kerjanya jauh dari yang
diharapkan.
Akhirnya, semua manfaat dari Bonus demografi akan kita didapatkan jika lahir
sebuah kebijakan dan komitmen baik dari pemerintah maupun masyarakat kita sendiri untuk
mampu dan mau menerapkan kebijakan dan program yang berfokus pada keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi, pendidikan berkualitas, menciptakan lapangan
kerja dan peluang kerja, investasi pada wanita dan anak perempuan, serta pemerintahan
yang baik. Wallahu’alam.
Kutipan Inspirasi :
Ketika bangsa Cina ingin hidup tenang, mereka membangun tembok Cina yang sangat besar. Mereka berkeyakinan tidak
akan ada orang yang sanggup menerobosnya karena tinggi sekali. Akan tetapi 100 tahun pertama setelah tembok selesai
dibangun, Cina terlibat tiga kali perperangan besar. Pada setiap kali perperangan itu, pasukan musuh tidak
menghancurkan tembok atau memanjatnya, tapi cukup dengan menyogok penjaga pintu gerbang. Cina di zaman itu terlalu
7. sibuk dengan pembangunan tembok, tapi mereka lupa membangun manusia. Membangun manusia seharusnya dilakukan
sebelum membangun apapun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa. Ada sebuah pendapat yang mengatakan
bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu: Hancurkan
tatanan keluarga Hancurkan pendidikan Hancurkan keteladanan dari para tokoh dan rohaniawan (ulama, ustadz, habaib)
Untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peranan ibu-ibu agar sibuk dengan dunia luar, menyerahkan
urusan rumah tangga kepada pembantu. Pertama, Para ibu akan lebih bangga menjadi wanita karir ketimbang ibu rumah
tangga dengan dalih hak asasi dan emansipasi. Kedua, pendidikan bisa dihancurkan dengan cara mengabaikan peran
guru. Kurangi penghargaan terhadap mereka, alihkan perhatian mereka sebagai pendidik dengan berbagai macam
kewajiban administratif, dengan tujuan materi semata, hingga mereka abai terhadap fungsi utama sebagai pendidik,
sehingga semua siswa meremehkannya. Ketiga, untuk menghancurkan keteladanan para tokoh masyarakat dan ulama
adalah dengan cara melibatkan mereka kedalam politik praktis yang berorientasi materi dan jabatan semata, hingga tidak
ada lagi orang pintar yang patut dipercayai. Tidak ada orang yang mendengarkan perkataannya, apalagi meneladani
perbuatannya. Apabila ibu rumah tangga sudah hilang, para guru yang ikhlas lenyap dan para rohaniawan dan tokoh
panutan sudah sirna, maka siapa lagi yang akan mendidik generasi dengan nilai-nilai luhur? Itulah awal kehancuran yang
sesungguhnya. Saat itulah kehancuran bangsa akan terjadi, (tulisan Jared Diamond, penulis yang memperoleh
penghargaan Pulitzer)
Sehat-Semangat-Luar Biasa