SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
BIOPSI
Latifah
Definisi
 Biopsy adalah sebuah prosedur bedah untuk
mengambil sebuah jaringan untuk
pemeriksaan mikroskopis (histopatologis),
untuk menegakan diagnosis penyakit.
American Cancer Society* :
“..removes a sample of the abnormal
area to be looked at under a microscope”
*Fine RE. Image-directed breast biopsy. In: Steele GD, et al,
editor. Atlas of Surgical Oncology. Chicago. 2000. p65-7
 Biopsi Insisi : teknik biopsi terbuka untuk mengambil sebagian dari massa
tumor yang dapat dikombinasikan dengan pemeriksaan potong beku untuk
mendapatkan diagnosa histopatologi intraoperatif 1
 Biopsi Eksisi : Mengangkat massa ataupun lesi abnormal secara
keseluruhan, bersama dengan sedikit jaringan normal di sekitarnya2
 Wide eksisi : mengangkat seluruh tumor beserta jaringan sehat sekitar
dengan batas / margin bebas tumor (free margin) yang di buktikan secara
histologi3
 Ekstirpasi : mengangkat keseluruhan tumor beserta kapsulnya4
 Enukleasi : mengangkat massa dengan minimal atau tanpa margin. Masih
meninggalkan kapsul. 4
 Debulking : menghilangkan porsi utama dari lesi, seperti menghilangkan
sebagian besar tumor, jadi hanya tertinggal sedikit bagian tumor5
 Marsupialisasi : pembuatan kantung, dilakukan terutama pada operasi kista
dengan reseksi dinding anterior dan jahit ujung potongan dari sisa kista ke
ujung kulit yang paling dekat, dengan demikian membentuk kantung dari
apa yang sebelumnya merupakan kista tertutup6
1 Peraboi 2020
2 Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
3 Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60
4 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 3
5 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 7
6 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 7
7 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 2
Indikasi Biopsi
 Setiap lesi yang memiliki karakteristik
keganasan
 Proses inflamasi yang tidak diketahui
penyebabnya dan berlangsung sangat lama
(vaskulitis)
 Lesi yang mengganggu fungsi lokal
 Lesi pada tulang yang tidak bisa diidentifikasi
secara klinis dan radiografis
Lynch DP, Morris LF. The oral mucosal punch biopsy: indications and
technique. J Am Dent Assoc 1990 Jul;121(1):145-9.
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
biopsi* :
1. Lokasi / posisi tumor
2. Ukuran tumor
3. Penampilan
tumor(abnormalitas)
*) Lorraine Tafra. Breast Cancer. In: David N. Krag, editor, et all. Surgical Oncology Landes.2000.p 5-10
Syarat melakukan Biopsi*,**
 Tidak boleh membuat flap
 Dilakukan secara tajam
 Tidak boleh memasang drain
 Letaknya di bagian tumor yang dicurigai
 Garis insisi harus memperhatikan rencana
terapi definitif (diletakkan di bagian yang
akan diangkat saat operasi definitif)
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
**) Lorraine Tafra. Breast Cancer. In: David N. Krag, editor, et all. Surgical Oncology Landes.2000.p 5-10
Types of biopsies
Surgical Biopsy
Needle Biopsy
1. Incisional biopsy.
2. Excisional biopsy.
1. Fine needle aspiration
biopsy (FNAB)
2. Core Biopsy
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
**) Meric-Bernstam F, Pollock RE. Oncology. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter
JG, Pollock RE. Schwartz’s manual of surgery. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies. 2006.
FNAB
Fine Needle Aspiration Biopsy
Menggunakan jarum 25 gauge untuk
aspirasi cairan atau jaringan pada lesi
 Bantuan dengan pencitraan
seperti ultrasound(ultrasound-
guided biopsy)
Richard E.Fine. Image-Directed Breast Biopsy. In : Gleen D Steele, et all, editor. Atlas of Surgical
Oncology.Chicago.2000.p 65-67
Indikasi
Organ: KGB, tiroid, kelenjar liur, payudara, organ intraabdomen, paru-
paru
 Diagnostik
 Evaluasi awal
 Menilai rekurensi
 Evaluasi metastasis
 Terapeutik  evakuasi kista
Obaseki DE. Fine needle aspiration cytology in tumour diagnosis. Benin City; Nigeria
Fine Needle Aspiration Biopsy
Mudah
Hasilnya cepat
Murah
Waktu pemulihan
lebih singkat
Cukup baik untuk
diagnosis
 Seringkali tidak
mendapatkan jaringan
yang dimaksud  false
negatif tinggi
 Pemeriksaan sitologi,
bukan histolopatologis
 Operator dependent
Keuntungan Kerugian
Diagnosis
tidak jelas
Biopsi
berulang
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
Akurasi
FNAB tiroid:*
Sensitivitas 60-80%, spesifisitas 90,1-92,6%,
akurasi 89,4-91,7%.
US guided FNAB: menurunkan non diagnostic rate
dari 15-20% menjadi 3% (klasifikasi bethesda) 
tindakan selanjutnya
FNAB payudara:**
Sensitivitas 76-99%, spesifisitas 60-100%, akurasi
72-95%
US guided FNAB : sensitivitas 97%, Spesifisitas
99%
*) Kamenov ZA, Karamfilova VN, Chavrakov GN. Ultrasound-guided fine-needle aspiration biopsy in unselected
consercutive patients with thyroid nodules. Endocrinology 2011:1-7.
**) Harigopal M, Chieng DC. Breast cytology: current issues and future directions. The Open Breast Cancer Journal
2010;2:81-9.
Klasifikasi Bethesda
Bethesda I (Nondiagnostik or Unsatisficatory :
Cyst fluid) Spesimen darah yang tidak
mengandung sel epitel asli.
Bethesda II (Benign) (a) Makrofag berlimpah dan kelompok
sentral dari sel folikel khas. Nodul koloid (b) Kelompok sel
epitel oxyphilic berhubungan erat dengan limfosit kecil.
Tiroiditis Hashimoto (c) sheet epitel dengan fitur morfologi
diawetkan
Bethesda III (Atipia of
undetermined significance or
follicular lesion of undetermined
significance) Struktur sel Morular
dengan fitur oxyphilic, sedikit
anisokaryosis dan nuclear
grooves parsial
Bethesda IV (Follicular neoplasm
or suspicious for a follicular
neoplasm) Pola monoton sel
epitel dalam arsitektur
microfollicular
Bethesda V-VI (Suspicious
malignancy dan Malignant) Sel-sel
neoplastik dengan nuclear
grooves
The Bethesda System for Reporting Thyroid Cytopathology: Interpretation and Guidelines in Surgical Treatment,
Surgical Oncology. Quyen D. Chu. Spinger 2015 : Hal 542
FNAB pada Tiroid
1. Persiapan alat:
spuit 10cc, kassa kecil,
jarum 25 Gauze, glass
slide, alkohol 96%
2. Lakukan Inspeksi dan
palpasi pada tiroid
 lokasi, ukuran,
konsistensi, batas,
mobilitas dari benjolan
tersebut.
3. Di konfirmasi dengan
USG Thyroid pasien
Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
4. Pasangkan jarum 25 gauge pada
spuit 10 cc. Aspirasi udara
sebelumnya
5. Identifikasi jaringan yang dicurigai
dengan bantuan USG
Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
6. Posisi jarum berada di tengah probe,
Sudut 45o terhadap probe dan
ditusukkan sekeliling +0.5cm
7. Jarum ditusuk berulang kali pada lesi
untuk mendapatkan sel yang
dicurigai.
Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
8. Tembakkan sel pada kaca preparat yang
telah disiapkan sebelumnya, secepat
mungkin dan secara bertahap. Lakukan
berulang
9. Buat apusan setipis mungkin fiksasi dalam
alkohol 96% (30 menit)
10. Kirimkan ke PA lengkap dengan data pasien
 pemeriksaan Papaniculou (sediaan
basah)dan Giemsa staining(sediaan kering)
Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
Core Biopsy
Core Biopsy
Merupakan prosedur pengambilan sampel
menggunakan hollow core needle yang berukuran
antara 11-16 gauge
Sensitivitas 92 %, spesifisitas hampir 100 %*
Bisa menggunakan imaging-guided, mis
USG,MRI, CT Scan**
*)Richard E.Fine. Image-Directed Breast Biopsy. In : Gleen D Steele, et all, editor. Atlas of Surgical
Oncology.Chicago.2000.p 65-67
**)Widyastuti Rani, Putu Anda, Sri Maliawan. Core Needle Biopsi pada Tumor Payudara.
 Efektif, efisien,
aman
 Jarum yang lebih
besar dapat
memungkinkan
pengambilan
jaringan dalam
bentuk yang lebih
utuh
 Mahal
 Proses jaringan
lebih lama
 Bekas luka pada
tempat injeksi
jarum
 Kemungkinan
Seeding 
kontroversial**,***
Keuntungan Kerugian
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
**) Shyamala K, Girish HC, Murgod S. Risk of tumor cell seeding through biopsy and aspiration cytology. J Int Soc
Prev Community Dent 2014; 4(1):5-11.
***) Loughran CF, Keeling CR. Seeding of tumour cells following breast biopsy: a literature review. Br J Radiol
2011; 84(1006):869-74.
Core biopsy pada tumor payudara
1. Anestesi lokal dengan infiltrasi
lidokain
2. Insisi tepat di atas massa
dengan blade nomor 11 untuk
mempermudah masuknya
ujung jarum(14G)
3. Jarum kemudian ditusukkan
ke dalam tumor
 Menuntun jarum dengan
palpasi ataupun imaging-guided
Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the
breast: review and technique. 2016
Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the
breast: review and technique. 2016
4. Saat sampel jaringan
terambil, akan terdengar
bunyi “klik” dari jarum dan
instrumen sampling
5. Canula dilepaskan,
sampel diambil, fiksasi
dengan buffered formalin
10%  volume 10x massa
tumor* atau minimal
semua jaringan terendam
buffered formalin
6. Waktu dari jaringan
sampai ke formalin < 20
menit*
Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the breast:
review and technique. 2016
* C. Loomis, M. Alu-Protocol: 12-16-2016
7. Penusukan
dilakukan kurang 3-
6 kali untuk
mendapatkan
sampel ideal
8. Jarum dicabut dan
luka ditekan
9. Jaringan dikirim ke
lab PA untuk analisis
Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step
of ultrasound-guided core-needle
biopsy of the breast: review and
technique. 2016
Fine Needle Aspiration versus Core Needle
Biopsy
 FNAB  cyotology
 Menggunakan jarum 21, 22 atau 23
dengan spuit 5 – 10 ml
 Cocok untuk aspirasi kista
 Sensitivity : 73-99%
 Sampel inadequat
 Dibutuhkan konfirmasi bila hasil
biopsi dan klinis berbeda melalui
open biopsi
 Jika terdapat atypia pada FNAB, juga
harus dikonfirmasi open biopsi
 Atypia : 3,5 – 9, 5 % of FNAB or CNB
biasanya berkaitan dengan 30 - 60 %
cancer pada open biopsi
 CNB  untuk pemeriksaan patologi
 Menggunakan 14, 18, 20
 Tissue cores can be processed for
complete pathologic assesment and
are generally adequate to determine
level
 Sensitivity : lebih tinggi dibanding
FNAB
 Specimen : 1) Benign 2)
atypical/indeterminate 3) suspicious
for carcinoma 4) malignant 5)
insufficient sample for diagnosis
 Jika gambaran klinis (mammography,
sonographic, temuan klinis) sesuai
dengan gambaran lesi jinak, maka
tidak dibutuhkan lagi intervensi
selanjutnya
 Dibutuhkan untuk mengakurasi
diagnosis atau membedakan insitu
dengan invasive
Newman, Lisa A. dkk Breast Biopsy Techniques. Humana press totowa, New
Jersey ; 72-73
Biopsi Insisi
Biopsi Insisi
“..biopsy that samples only a
particular portion or
representative part of a lesion”
Indikasi :
 ukuran lebih dari 3 cm
 unresectable
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
Teknik
1) Lakukan asepsis dan antisepsis dan juga tindakan anastesi
lokal
2) Pilihlah daerah yang cukup mewakili
 Pilihlah daerah yang mudah dijahit
 Jangan mengambil jaringan nekrotik
3) Dilakukan insisi untuk pengambilan sampel
4) Daerah insisi ditutup
5) Jangan mengambil jaringan nekrotik
6) Ambil jaringan yang padat, paling padat
7) Memperhatikan rencana operasi selanjutnya
Biopsi Insisi
Spesimen yang dalam dan
sempit lebih baik daripada
spesimen yang lebar tetapi
dangkal, karena
 Kontrol perdarahan lebih
mudah
 Mengurangi false
negative
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
Komplikasi
Pendarahan
 Pada insisional biopsi tumor, mudah terjadi
perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak
dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan balut
tekan diatas titik perdarahan
Infeksi
 tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat,
atau sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi
Biopsi Eksisi
Biopsi Eksisi
Mengangkat massa ataupun lesi abnormal secara
keseluruhan, bersama dengan sedikit jaringan
normal di sekitarnya.
Dengan palpasi atau imaging guidance
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
Indikasi:
 Lesi yang kecil, ukuran <3cm
 Suspek jinak
 Memungkinkan dilakukan eksisi komplit dengan
batas jaringan normal tanpa adanya mutilasi
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
Teknik
1. Asepsis dan antisepsis daerah luka
2. Dilakukan drapping dengan linen steril berulang
3. Dilakukan penyuntikan anestesi lokal ataupun sedatif
anestesi
4. Dilakukan sayatan dengan mesh berbentuk elips
dengan margin 1 – 2 cm di luar tumor
5. Jaringan diambil kemudian dimasukkan ke dalam
buffer formalin 10% lalu dikirimkan ke PA
6. Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable
dengan simpul di dalam
7. Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan
jahitan satu-satu
*) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
Prinsip-Prinsip Eksisi
 Langer Lines : garis alamiah dari regangan
kulit meluas secara circumferensial dari
daerah areola- nipple  didaerah nipple dan
areola tidak boleh melakukan insisi secara
tegak lurus dengan garis langer , namun harus
mengikuti arah garis langer
 Inisisi harus dilakukan :
 Bagian atas nipple semicircular atau periareolar
 Bagian bawah nipple  radial / sepanjang
inframamary fold
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006
; 55-60.
Biopsi eksisi untuk lesi superfisial
Garis Eksisi pada Payudara
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
Pada Kanker Payudara
Mastektomi radikal yang dimodifikasi mengangkat payudara dan kelenjar getah
bening ketiak yang berdekatan. sayatan elips (sayatan Stewart) biasanya
digunakan mencakup payudara sampai ke axilla. Penting untuk dicatat bahwa
sayatan juga melewati tumor primer. Baik payudara dan isi axilla yang berdekatan
dikeluarkan melalui sayatan ini
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
Indications and techniques for biopsy. Marshall M. Urist / Kirby I. Bland. Hal 828
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
Lorraine Tafra. Breast Cancer. In: David N. Krag, editor, et all. Surgical Oncology Landes.2000.p 5-10
 Lesi yang menjadi
target dapat diambil
dan definitif diagnosis
dapat ditegakkan
 Jika terdapat kasus
jinak  tidak
dibutuhkan follow up
lanjutan karena lesinya
sudah diangkat secara
komplit
 Bila lesi ganas, re-
eksisi perlu
dilakukan untuk
mendapatkan
batas jaringan
normal yang
efektif untuk
dilakukan terapi
KEUNTUNGAN KERUGIAN
Wide Eksisi
Wide Eksisi (Lumpectomy)
 Eksisi biopsi dilakukan dengan curvelinear
insisi sepanjang garis langer
 Jika tumor dekat dengan kulit, maka dilakukan
insisi berbentuk elipse dan kulit disekitar elips
juga dimasukkan ke dalam spesimen
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006
; 55-60.
Teknik Lumpectomy
 Ketika insisi dibuat, diseksi tajam digunakan untuk
mengeluarkan tumor dengan jaringan sehat
disekitarnya.
 Dua jari dipergunakan untuk mengidentifikasi tumor,
dan jaringan sehat disekitarnya secara tajam
dipisahkan menggunakan gunting.
 Disarankan tidak menggunakan electrocauter.
 Jika tumor sudah di keluarkan, electrocauter dapat
digunakan untuk mengkontrol hemostasis
 Setelah tidak ada perdarahan, luka di irigasi dan
pinggir kulit di dijahit dengan jahitan subcuticular
menggunakan monocryl 3-0
 Komplikasi tersering : post operatif hematoma.
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006
; 55-60.
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg
2006 ; 55-60.
Melanoma
 Lokal: tindakan eksisi luas dengan tepi bebas
tumor sesuai kriteria ketebalan dan dilakukan
rekonstruksi jika dibutuhkan. Batas sayatan bebas
tumor berhubungan dengan diameter lesi dan
dasar lesi.
 Bila hasil operasi batas sayatan bebas tumor tidak
sesuai dengan ketebalan Breslow, harus
dilakukan re-eksisi secepatnya.
Peraboi 2020 hal
104
Karsinoma kulit non melanoma
(Basalioma)
 Eksisi luas dilakukan dengan safety margin
0,5-1 cm.
 Penutupan defek akibat eksisi luas dapat
berupa:
 1. Jahitan primer
 2. Transplantasi kulit baik secara STSG atau
FTSG
 3. Pembuatan flap kulit, bila radikalitas operasi
tercapai
Peraboi 2020 hal 104
Karsinoma sel skuamosa (KSS)
 Eksisi luas dengan safety margin 1-2 cm diluar
zona reaktif tumor, tergantung lokasi tumor
Peraboi 2020 hal 104
Sarkoma
 Eksisi luas dengan margin 2 – 5 cm
Peraboi 2020 hal 104
Managemen Specimen untuk
Patologis
 Ketika specimen di keluarkan, ahli bedah harus
menginpeksi dan palpasi untuk memastikan bahwa
tidak ada gross tumor di pinggir
 Ahli bedah harus memahami orietasi dari specimen
yang diberikan (specimen diberikan tanda dengan
benang untuk menandai batas cranial, caudal, medial,
lateral, dasar jaringan)
 Ahli Patologi harus sadar bagian dari anterior,
posterior, superior, inferior, medial dan pinggir lateral
 Hal ini Penting untuk evaluasi patologi  jika ada
margin yang tidak free dari tumor, maka nanti ahli
patologis akan memberitahukan bagian pinggir mana
yang terkena
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ;
55-60.
Cara
menandai
specimen
Menggunakan
tinta
Menggunakan
benang
Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ;
55-60.
 Formulir patologi, diisi dengan lengkap,
 Caudal 1 benang pendek
 Lateral 2 benang pendek
 Cranial 3 benang pendek
 Medial 4 benang pendek
 Dasar 1 benang panjang
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Biopsi.pptx

Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptxPanduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
boscco
 
Biru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdf
Biru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdfBiru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdf
Biru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdf
KeziaArung
 
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
RahelNoriwari
 
Barah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.ppt
Barah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.pptBarah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.ppt
Barah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.ppt
KMPhang2
 

Similar to Biopsi.pptx (20)

ppt ca rekti.pptx
ppt ca rekti.pptxppt ca rekti.pptx
ppt ca rekti.pptx
 
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptxPanduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
 
ASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdfASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdf
 
TUGAS BENCHMARKING KANKER PAYUDARA DAN KANKER LUHER RAHIM DI EROPA.ppt
TUGAS BENCHMARKING KANKER PAYUDARA DAN KANKER LUHER RAHIM DI EROPA.pptTUGAS BENCHMARKING KANKER PAYUDARA DAN KANKER LUHER RAHIM DI EROPA.ppt
TUGAS BENCHMARKING KANKER PAYUDARA DAN KANKER LUHER RAHIM DI EROPA.ppt
 
Maria margaret mano_ tugas kedua epid kespro_.pptx
Maria margaret mano_ tugas kedua epid kespro_.pptxMaria margaret mano_ tugas kedua epid kespro_.pptx
Maria margaret mano_ tugas kedua epid kespro_.pptx
 
Ca. Tiroid (2) (1).pptx
Ca. Tiroid (2) (1).pptxCa. Tiroid (2) (1).pptx
Ca. Tiroid (2) (1).pptx
 
Biru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdf
Biru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdfBiru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdf
Biru dan Ungu Gradasi Modern Tugas Presentasi .pdf
 
presentasi onko EDIT.pptx
presentasi onko EDIT.pptxpresentasi onko EDIT.pptx
presentasi onko EDIT.pptx
 
Deteksi-Dini-Keganasan-Kepala-Leher-28-Juli-2018.pdf
Deteksi-Dini-Keganasan-Kepala-Leher-28-Juli-2018.pdfDeteksi-Dini-Keganasan-Kepala-Leher-28-Juli-2018.pdf
Deteksi-Dini-Keganasan-Kepala-Leher-28-Juli-2018.pdf
 
Kistektomi
KistektomiKistektomi
Kistektomi
 
Nure makalah
Nure makalahNure makalah
Nure makalah
 
Askep tiroid
Askep tiroidAskep tiroid
Askep tiroid
 
breast cancer.pptx
breast cancer.pptxbreast cancer.pptx
breast cancer.pptx
 
Cr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxxCr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxx
 
Medis mamae
Medis mamaeMedis mamae
Medis mamae
 
Medis mamae
Medis mamaeMedis mamae
Medis mamae
 
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
 
122862814 tumor-phyllodes
122862814 tumor-phyllodes122862814 tumor-phyllodes
122862814 tumor-phyllodes
 
Barah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.ppt
Barah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.pptBarah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.ppt
Barah Usus Besar by Dr. Fitjerald Henry.ppt
 

Recently uploaded

Recently uploaded (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 

Biopsi.pptx

  • 2. Definisi  Biopsy adalah sebuah prosedur bedah untuk mengambil sebuah jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis (histopatologis), untuk menegakan diagnosis penyakit. American Cancer Society* : “..removes a sample of the abnormal area to be looked at under a microscope” *Fine RE. Image-directed breast biopsy. In: Steele GD, et al, editor. Atlas of Surgical Oncology. Chicago. 2000. p65-7
  • 3.  Biopsi Insisi : teknik biopsi terbuka untuk mengambil sebagian dari massa tumor yang dapat dikombinasikan dengan pemeriksaan potong beku untuk mendapatkan diagnosa histopatologi intraoperatif 1  Biopsi Eksisi : Mengangkat massa ataupun lesi abnormal secara keseluruhan, bersama dengan sedikit jaringan normal di sekitarnya2  Wide eksisi : mengangkat seluruh tumor beserta jaringan sehat sekitar dengan batas / margin bebas tumor (free margin) yang di buktikan secara histologi3  Ekstirpasi : mengangkat keseluruhan tumor beserta kapsulnya4  Enukleasi : mengangkat massa dengan minimal atau tanpa margin. Masih meninggalkan kapsul. 4  Debulking : menghilangkan porsi utama dari lesi, seperti menghilangkan sebagian besar tumor, jadi hanya tertinggal sedikit bagian tumor5  Marsupialisasi : pembuatan kantung, dilakukan terutama pada operasi kista dengan reseksi dinding anterior dan jahit ujung potongan dari sisa kista ke ujung kulit yang paling dekat, dengan demikian membentuk kantung dari apa yang sebelumnya merupakan kista tertutup6 1 Peraboi 2020 2 Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM 3 Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60 4 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 3 5 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 7 6 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 7 7 Townsend dkk. Sabiston Textbook of surgery. Elsevier 2017 hal 2
  • 4. Indikasi Biopsi  Setiap lesi yang memiliki karakteristik keganasan  Proses inflamasi yang tidak diketahui penyebabnya dan berlangsung sangat lama (vaskulitis)  Lesi yang mengganggu fungsi lokal  Lesi pada tulang yang tidak bisa diidentifikasi secara klinis dan radiografis Lynch DP, Morris LF. The oral mucosal punch biopsy: indications and technique. J Am Dent Assoc 1990 Jul;121(1):145-9.
  • 5. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan biopsi* : 1. Lokasi / posisi tumor 2. Ukuran tumor 3. Penampilan tumor(abnormalitas) *) Lorraine Tafra. Breast Cancer. In: David N. Krag, editor, et all. Surgical Oncology Landes.2000.p 5-10
  • 6. Syarat melakukan Biopsi*,**  Tidak boleh membuat flap  Dilakukan secara tajam  Tidak boleh memasang drain  Letaknya di bagian tumor yang dicurigai  Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan di bagian yang akan diangkat saat operasi definitif) *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM **) Lorraine Tafra. Breast Cancer. In: David N. Krag, editor, et all. Surgical Oncology Landes.2000.p 5-10
  • 7. Types of biopsies Surgical Biopsy Needle Biopsy 1. Incisional biopsy. 2. Excisional biopsy. 1. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) 2. Core Biopsy *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM **) Meric-Bernstam F, Pollock RE. Oncology. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE. Schwartz’s manual of surgery. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies. 2006.
  • 9. Fine Needle Aspiration Biopsy Menggunakan jarum 25 gauge untuk aspirasi cairan atau jaringan pada lesi  Bantuan dengan pencitraan seperti ultrasound(ultrasound- guided biopsy) Richard E.Fine. Image-Directed Breast Biopsy. In : Gleen D Steele, et all, editor. Atlas of Surgical Oncology.Chicago.2000.p 65-67
  • 10. Indikasi Organ: KGB, tiroid, kelenjar liur, payudara, organ intraabdomen, paru- paru  Diagnostik  Evaluasi awal  Menilai rekurensi  Evaluasi metastasis  Terapeutik  evakuasi kista Obaseki DE. Fine needle aspiration cytology in tumour diagnosis. Benin City; Nigeria
  • 11. Fine Needle Aspiration Biopsy Mudah Hasilnya cepat Murah Waktu pemulihan lebih singkat Cukup baik untuk diagnosis  Seringkali tidak mendapatkan jaringan yang dimaksud  false negatif tinggi  Pemeriksaan sitologi, bukan histolopatologis  Operator dependent Keuntungan Kerugian Diagnosis tidak jelas Biopsi berulang *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
  • 12. Akurasi FNAB tiroid:* Sensitivitas 60-80%, spesifisitas 90,1-92,6%, akurasi 89,4-91,7%. US guided FNAB: menurunkan non diagnostic rate dari 15-20% menjadi 3% (klasifikasi bethesda)  tindakan selanjutnya FNAB payudara:** Sensitivitas 76-99%, spesifisitas 60-100%, akurasi 72-95% US guided FNAB : sensitivitas 97%, Spesifisitas 99% *) Kamenov ZA, Karamfilova VN, Chavrakov GN. Ultrasound-guided fine-needle aspiration biopsy in unselected consercutive patients with thyroid nodules. Endocrinology 2011:1-7. **) Harigopal M, Chieng DC. Breast cytology: current issues and future directions. The Open Breast Cancer Journal 2010;2:81-9.
  • 13. Klasifikasi Bethesda Bethesda I (Nondiagnostik or Unsatisficatory : Cyst fluid) Spesimen darah yang tidak mengandung sel epitel asli. Bethesda II (Benign) (a) Makrofag berlimpah dan kelompok sentral dari sel folikel khas. Nodul koloid (b) Kelompok sel epitel oxyphilic berhubungan erat dengan limfosit kecil. Tiroiditis Hashimoto (c) sheet epitel dengan fitur morfologi diawetkan Bethesda III (Atipia of undetermined significance or follicular lesion of undetermined significance) Struktur sel Morular dengan fitur oxyphilic, sedikit anisokaryosis dan nuclear grooves parsial Bethesda IV (Follicular neoplasm or suspicious for a follicular neoplasm) Pola monoton sel epitel dalam arsitektur microfollicular Bethesda V-VI (Suspicious malignancy dan Malignant) Sel-sel neoplastik dengan nuclear grooves The Bethesda System for Reporting Thyroid Cytopathology: Interpretation and Guidelines in Surgical Treatment,
  • 14. Surgical Oncology. Quyen D. Chu. Spinger 2015 : Hal 542
  • 15. FNAB pada Tiroid 1. Persiapan alat: spuit 10cc, kassa kecil, jarum 25 Gauze, glass slide, alkohol 96% 2. Lakukan Inspeksi dan palpasi pada tiroid  lokasi, ukuran, konsistensi, batas, mobilitas dari benjolan tersebut. 3. Di konfirmasi dengan USG Thyroid pasien Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
  • 16. 4. Pasangkan jarum 25 gauge pada spuit 10 cc. Aspirasi udara sebelumnya 5. Identifikasi jaringan yang dicurigai dengan bantuan USG Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
  • 17. 6. Posisi jarum berada di tengah probe, Sudut 45o terhadap probe dan ditusukkan sekeliling +0.5cm 7. Jarum ditusuk berulang kali pada lesi untuk mendapatkan sel yang dicurigai. Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
  • 18. 8. Tembakkan sel pada kaca preparat yang telah disiapkan sebelumnya, secepat mungkin dan secara bertahap. Lakukan berulang 9. Buat apusan setipis mungkin fiksasi dalam alkohol 96% (30 menit) 10. Kirimkan ke PA lengkap dengan data pasien  pemeriksaan Papaniculou (sediaan basah)dan Giemsa staining(sediaan kering) Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. . Ross McDougall. Spinger 2006. Hal 108 - 110
  • 20. Core Biopsy Merupakan prosedur pengambilan sampel menggunakan hollow core needle yang berukuran antara 11-16 gauge Sensitivitas 92 %, spesifisitas hampir 100 %* Bisa menggunakan imaging-guided, mis USG,MRI, CT Scan** *)Richard E.Fine. Image-Directed Breast Biopsy. In : Gleen D Steele, et all, editor. Atlas of Surgical Oncology.Chicago.2000.p 65-67 **)Widyastuti Rani, Putu Anda, Sri Maliawan. Core Needle Biopsi pada Tumor Payudara.
  • 21.  Efektif, efisien, aman  Jarum yang lebih besar dapat memungkinkan pengambilan jaringan dalam bentuk yang lebih utuh  Mahal  Proses jaringan lebih lama  Bekas luka pada tempat injeksi jarum  Kemungkinan Seeding  kontroversial**,*** Keuntungan Kerugian *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM **) Shyamala K, Girish HC, Murgod S. Risk of tumor cell seeding through biopsy and aspiration cytology. J Int Soc Prev Community Dent 2014; 4(1):5-11. ***) Loughran CF, Keeling CR. Seeding of tumour cells following breast biopsy: a literature review. Br J Radiol 2011; 84(1006):869-74.
  • 22. Core biopsy pada tumor payudara 1. Anestesi lokal dengan infiltrasi lidokain 2. Insisi tepat di atas massa dengan blade nomor 11 untuk mempermudah masuknya ujung jarum(14G) 3. Jarum kemudian ditusukkan ke dalam tumor  Menuntun jarum dengan palpasi ataupun imaging-guided Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the breast: review and technique. 2016
  • 23. Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the breast: review and technique. 2016
  • 24. 4. Saat sampel jaringan terambil, akan terdengar bunyi “klik” dari jarum dan instrumen sampling 5. Canula dilepaskan, sampel diambil, fiksasi dengan buffered formalin 10%  volume 10x massa tumor* atau minimal semua jaringan terendam buffered formalin 6. Waktu dari jaringan sampai ke formalin < 20 menit* Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the breast: review and technique. 2016 * C. Loomis, M. Alu-Protocol: 12-16-2016
  • 25. 7. Penusukan dilakukan kurang 3- 6 kali untuk mendapatkan sampel ideal 8. Jarum dicabut dan luka ditekan 9. Jaringan dikirim ke lab PA untuk analisis Rafael Dahmer Rocha. Step-by-step of ultrasound-guided core-needle biopsy of the breast: review and technique. 2016
  • 26. Fine Needle Aspiration versus Core Needle Biopsy  FNAB  cyotology  Menggunakan jarum 21, 22 atau 23 dengan spuit 5 – 10 ml  Cocok untuk aspirasi kista  Sensitivity : 73-99%  Sampel inadequat  Dibutuhkan konfirmasi bila hasil biopsi dan klinis berbeda melalui open biopsi  Jika terdapat atypia pada FNAB, juga harus dikonfirmasi open biopsi  Atypia : 3,5 – 9, 5 % of FNAB or CNB biasanya berkaitan dengan 30 - 60 % cancer pada open biopsi  CNB  untuk pemeriksaan patologi  Menggunakan 14, 18, 20  Tissue cores can be processed for complete pathologic assesment and are generally adequate to determine level  Sensitivity : lebih tinggi dibanding FNAB  Specimen : 1) Benign 2) atypical/indeterminate 3) suspicious for carcinoma 4) malignant 5) insufficient sample for diagnosis  Jika gambaran klinis (mammography, sonographic, temuan klinis) sesuai dengan gambaran lesi jinak, maka tidak dibutuhkan lagi intervensi selanjutnya  Dibutuhkan untuk mengakurasi diagnosis atau membedakan insitu dengan invasive Newman, Lisa A. dkk Breast Biopsy Techniques. Humana press totowa, New Jersey ; 72-73
  • 28. Biopsi Insisi “..biopsy that samples only a particular portion or representative part of a lesion” Indikasi :  ukuran lebih dari 3 cm  unresectable *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
  • 29. Teknik 1) Lakukan asepsis dan antisepsis dan juga tindakan anastesi lokal 2) Pilihlah daerah yang cukup mewakili  Pilihlah daerah yang mudah dijahit  Jangan mengambil jaringan nekrotik 3) Dilakukan insisi untuk pengambilan sampel 4) Daerah insisi ditutup 5) Jangan mengambil jaringan nekrotik 6) Ambil jaringan yang padat, paling padat 7) Memperhatikan rencana operasi selanjutnya
  • 30. Biopsi Insisi Spesimen yang dalam dan sempit lebih baik daripada spesimen yang lebar tetapi dangkal, karena  Kontrol perdarahan lebih mudah  Mengurangi false negative *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
  • 31. Komplikasi Pendarahan  Pada insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan balut tekan diatas titik perdarahan Infeksi  tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi
  • 33. Biopsi Eksisi Mengangkat massa ataupun lesi abnormal secara keseluruhan, bersama dengan sedikit jaringan normal di sekitarnya. Dengan palpasi atau imaging guidance *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
  • 34. Indikasi:  Lesi yang kecil, ukuran <3cm  Suspek jinak  Memungkinkan dilakukan eksisi komplit dengan batas jaringan normal tanpa adanya mutilasi *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
  • 35. Teknik 1. Asepsis dan antisepsis daerah luka 2. Dilakukan drapping dengan linen steril berulang 3. Dilakukan penyuntikan anestesi lokal ataupun sedatif anestesi 4. Dilakukan sayatan dengan mesh berbentuk elips dengan margin 1 – 2 cm di luar tumor 5. Jaringan diambil kemudian dimasukkan ke dalam buffer formalin 10% lalu dikirimkan ke PA 6. Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di dalam 7. Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu *) Pedoman Pengantar Modul Biopsi Divisi Bedah Onkologi Departemen Bedah FKUI-RSCM
  • 36. Prinsip-Prinsip Eksisi  Langer Lines : garis alamiah dari regangan kulit meluas secara circumferensial dari daerah areola- nipple  didaerah nipple dan areola tidak boleh melakukan insisi secara tegak lurus dengan garis langer , namun harus mengikuti arah garis langer  Inisisi harus dilakukan :  Bagian atas nipple semicircular atau periareolar  Bagian bawah nipple  radial / sepanjang inframamary fold Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 37. Biopsi eksisi untuk lesi superfisial
  • 38. Garis Eksisi pada Payudara Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 39. Pada Kanker Payudara Mastektomi radikal yang dimodifikasi mengangkat payudara dan kelenjar getah bening ketiak yang berdekatan. sayatan elips (sayatan Stewart) biasanya digunakan mencakup payudara sampai ke axilla. Penting untuk dicatat bahwa sayatan juga melewati tumor primer. Baik payudara dan isi axilla yang berdekatan dikeluarkan melalui sayatan ini Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 40. Indications and techniques for biopsy. Marshall M. Urist / Kirby I. Bland. Hal 828
  • 41. Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 42. Lorraine Tafra. Breast Cancer. In: David N. Krag, editor, et all. Surgical Oncology Landes.2000.p 5-10
  • 43.  Lesi yang menjadi target dapat diambil dan definitif diagnosis dapat ditegakkan  Jika terdapat kasus jinak  tidak dibutuhkan follow up lanjutan karena lesinya sudah diangkat secara komplit  Bila lesi ganas, re- eksisi perlu dilakukan untuk mendapatkan batas jaringan normal yang efektif untuk dilakukan terapi KEUNTUNGAN KERUGIAN
  • 45. Wide Eksisi (Lumpectomy)  Eksisi biopsi dilakukan dengan curvelinear insisi sepanjang garis langer  Jika tumor dekat dengan kulit, maka dilakukan insisi berbentuk elipse dan kulit disekitar elips juga dimasukkan ke dalam spesimen Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 46. Teknik Lumpectomy  Ketika insisi dibuat, diseksi tajam digunakan untuk mengeluarkan tumor dengan jaringan sehat disekitarnya.  Dua jari dipergunakan untuk mengidentifikasi tumor, dan jaringan sehat disekitarnya secara tajam dipisahkan menggunakan gunting.  Disarankan tidak menggunakan electrocauter.  Jika tumor sudah di keluarkan, electrocauter dapat digunakan untuk mengkontrol hemostasis  Setelah tidak ada perdarahan, luka di irigasi dan pinggir kulit di dijahit dengan jahitan subcuticular menggunakan monocryl 3-0  Komplikasi tersering : post operatif hematoma. Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 47. Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 48. Melanoma  Lokal: tindakan eksisi luas dengan tepi bebas tumor sesuai kriteria ketebalan dan dilakukan rekonstruksi jika dibutuhkan. Batas sayatan bebas tumor berhubungan dengan diameter lesi dan dasar lesi.  Bila hasil operasi batas sayatan bebas tumor tidak sesuai dengan ketebalan Breslow, harus dilakukan re-eksisi secepatnya. Peraboi 2020 hal 104
  • 49. Karsinoma kulit non melanoma (Basalioma)  Eksisi luas dilakukan dengan safety margin 0,5-1 cm.  Penutupan defek akibat eksisi luas dapat berupa:  1. Jahitan primer  2. Transplantasi kulit baik secara STSG atau FTSG  3. Pembuatan flap kulit, bila radikalitas operasi tercapai Peraboi 2020 hal 104
  • 50. Karsinoma sel skuamosa (KSS)  Eksisi luas dengan safety margin 1-2 cm diluar zona reaktif tumor, tergantung lokasi tumor Peraboi 2020 hal 104
  • 51. Sarkoma  Eksisi luas dengan margin 2 – 5 cm Peraboi 2020 hal 104
  • 52. Managemen Specimen untuk Patologis  Ketika specimen di keluarkan, ahli bedah harus menginpeksi dan palpasi untuk memastikan bahwa tidak ada gross tumor di pinggir  Ahli bedah harus memahami orietasi dari specimen yang diberikan (specimen diberikan tanda dengan benang untuk menandai batas cranial, caudal, medial, lateral, dasar jaringan)  Ahli Patologi harus sadar bagian dari anterior, posterior, superior, inferior, medial dan pinggir lateral  Hal ini Penting untuk evaluasi patologi  jika ada margin yang tidak free dari tumor, maka nanti ahli patologis akan memberitahukan bagian pinggir mana yang terkena Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 53. Cara menandai specimen Menggunakan tinta Menggunakan benang Jatoi, Ismail dkk. Atlas of Breast Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006 ; 55-60.
  • 54.  Formulir patologi, diisi dengan lengkap,  Caudal 1 benang pendek  Lateral 2 benang pendek  Cranial 3 benang pendek  Medial 4 benang pendek  Dasar 1 benang panjang

Editor's Notes

  1. McGlamry's Comprehensive Textbook of Foot and Ankle