Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...Sugeng Budiharsono
Â
Menguraikan Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis klaster di era Revolusi Industri 4.0 yang serba digital, dan bagaimana daerah mensikapinya dengan melakukan lompatan raksasa.untuk mencapai Revolusi Industri 4.0 dengan hati-hati, agar jangan sampai terjatuh atau gagal.
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaDr. Zar Rdj
Â
TUJUAN
1. Implementasi kebijakan money follow program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan antar Kementerian/Lembaga
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran;
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaannya;
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan Belanja Daerah.
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda
9. Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah;
10. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran (Output) yang mencerminkan “real work” (konkret)
MANFAAT
1. Adanya hubungan yang jelas antara program, kegiatan, output dan outcome.
2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja Eselon I atau antar K/L dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Meningkatkan efisiensi belanja
4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan penganggaran.
5. Efisieni organisasi
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...Sugeng Budiharsono
Â
Menguraikan Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis klaster di era Revolusi Industri 4.0 yang serba digital, dan bagaimana daerah mensikapinya dengan melakukan lompatan raksasa.untuk mencapai Revolusi Industri 4.0 dengan hati-hati, agar jangan sampai terjatuh atau gagal.
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaDr. Zar Rdj
Â
TUJUAN
1. Implementasi kebijakan money follow program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan antar Kementerian/Lembaga
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran;
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaannya;
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan Belanja Daerah.
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda
9. Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah;
10. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran (Output) yang mencerminkan “real work” (konkret)
MANFAAT
1. Adanya hubungan yang jelas antara program, kegiatan, output dan outcome.
2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja Eselon I atau antar K/L dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Meningkatkan efisiensi belanja
4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan penganggaran.
5. Efisieni organisasi
Disampaikan pada Kuliah Umum Prodi Administrasi Publik FISIP
Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)
Surabaya, 13 April 2017
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Ahli Peneliti Utama Bidang Administrasi Publik
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
This Class Material was presented in First Junior Planner Course at Lembaga Penyelidikan dan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Faculty of Economics University of Indonesia, 18th July 2009.
Pemahaman dasar teori keputusan dan optimasi untuk perencanaan wilayah dan kotaAria Syah
Â
Pemahaman mengenai Teori Keputusan dan Optimasi berikut dasar-dasar teknik/metode analisis pengambilan keputusan berdasarkan kriteria kondisi lingkungan dan informasi - bagi perencanaan wilayah dan kota
Disampaikan pada Pelatihan Khusus Analis Kebijakan Tahun 2022
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH,.MA
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara – LAN RI
Disampaikan pada Kuliah Umum Prodi Administrasi Publik FISIP
Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)
Surabaya, 13 April 2017
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Ahli Peneliti Utama Bidang Administrasi Publik
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
This Class Material was presented in First Junior Planner Course at Lembaga Penyelidikan dan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Faculty of Economics University of Indonesia, 18th July 2009.
Pemahaman dasar teori keputusan dan optimasi untuk perencanaan wilayah dan kotaAria Syah
Â
Pemahaman mengenai Teori Keputusan dan Optimasi berikut dasar-dasar teknik/metode analisis pengambilan keputusan berdasarkan kriteria kondisi lingkungan dan informasi - bagi perencanaan wilayah dan kota
Disampaikan pada Pelatihan Khusus Analis Kebijakan Tahun 2022
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH,.MA
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara – LAN RI
Towards a new conceptualization of managerial disciplineTogar Simatupang
Â
Provides a new conceptualization of managerial discipline. It identifies four managerial studies: management, administration, entrepreneurship, and stewardship. Its implication to academic degree in management is also offered.
Buku 2 Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 2015Andrie Trisaksono
Â
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 2015, salah satu buku yang terkait dengan Industri Kreatif yang dirilis oleh Departemen Perdagangan RI.
Penjelasan mengenai pentingnya mengembangkan industri kreatif dalam skala lokal. Disertai contoh-contoh event kreatif / industri kreatif dari beberapa kota.
Presentasi ini disampaikan oleh Lahandi Baskoro pada acara #CreativeRoom 01.
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019Andrie Trisaksono
Â
Buku yang dikeluarkan oleh Kemenparekraf era Mari Pangestu, diakhir-akhir masa jabatannya, Desember 2014. Saya upload sebagai pemerhati, tdk beraviliasi dengan siapapun, semoga bermanfaat bagi yang berminat dibidang ini.
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025Andrie Trisaksono
Â
Versi yang lebih baru bisa dilihat disini: http://www.slideshare.net/andrietrisaksono/rencana-aksi-jangka-menengah-ekonomi-ereatif-20152019
Buku ini adalah milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, boleh disebar luaskan, namun dilarang di perjual belikan. sumber indonesiakreatif.net
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Â
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
Smart City atau Kota Pintar adalah perpaduan elemen-elemen suatu kota mulai dari SDM, lingkungan, sampai ke penggunaan teknologinya untuk menciptakan kehidupan kota yang produktif. Bagaimana mewujudkannya? NETSINDO selaku Perusahaan IT ternama di Indonesia, siap bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk bersama-sama membangun Smart City.
Sebagai implementasi dari Bali Agenda for Creative Economy 2018, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membentuk Global Center of Excellence for International Cooperation and Creative Economy (G-CINC).
Pendirian G-CINC merupakan komitmen untuk mengarusutamakan isu-isu di bidang ekonomi kreatif dan berbagi praktik terbaik serta mengembangkan kerja sama internasional di bidang ekonomi kreatif.
Menanggapi peluang (dan tantangan) yang ada, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengadakan penelitian tentang pengembangan skena kreatif.
Acara pengembangan skena kreatif mengundang perwakilan dari sivitas akademika dan dunia kreatif untuk berbagi keahlian mereka dalam menyelesaikan studi model pengembangan skena kreatif dan faktor kunci untuk menopang kesuksesan skena kreatif.
Paparan ini untuk berbagi temuan terkini dari studi tentang definisi skena kreatif, model pengembangan skena kreatif, faktor kunci sukses dari skena kreatif, dan beberapa gagasan untuk pengembangan skena kreatif di beberapa kota kreatif di Indonesia.
Simposium Keris Summit 2015 | Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Keris (Yu...Hafiz Priyotomo
Â
Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Keris
Yulianto P Winarno
Simposium Keris Summit 2015
Pelestarian dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Keris Nusantara
Benteng Vredeburg, 28 Oktober 2015
http://mertikarta.or.id/category/keris-summit-2015/simposium-ks2015/
ITB for Indonesia is a proposal how Indonesia could develop its innovation capability and the new role of ITB as a leading institution to accelerate the development of innovation capability.
Bioeconomy is a major opportunity for regional and local communities.
Agricultural growth is central to poverty reduction in rural areas, and one opportunity for such growth lies in increasing exports of agricultural products from poor countries to global markets.
The potential of Indonesia to develop a bio-based economy based on local resources remains largely untapped.
The solution is to develop technology options or business models for local deployment.
Raising awareness activities, knowledge development (studies), clustering, and networking are needed to support new bio-based value chains and business models.
The analysis of governance aims to investigate the rules operating in a value chain, and the system of coordination, regulation and control in which value is generated along a chain.
Governance refers to both the "official" rules that address output, and the commercial imperatives of competition that influence how production is structured.
Governance implies that interactions between actors in the value chain are frequently organized in a system that allows competitive firms to meet specific requirements in terms of products, processes, and logistics in serving their markets.
As such, it recognizes that power is not evenly distributed, and access to market opportunities for the poor requires understanding of how production systems are organized to meet these competitive requirements.
Because "governance" looks and sounds like “government”, the term is often interpreted narrowly to include only the legal and regulatory requirements that influence business operation and market access in a value chain.
In actual fact, the instruments of governance range from contracts between value chain participants to government regulatory frameworks to unwritten "norms" that determine who can participate in a market.
The rise of the digital economy could open a range of new opportunities for firms to play a more active role in global value chains (GVCs).
New digital technologies are radically changing the outlook of manufacturing and services industries by altering the way how companies organize their production processes and which business models they adopt.
How the digitalization is affecting, or could affect future, enterprises (actors) contributions to GVCs.
The various opportunities that the digital economy opens for actors, especially in terms of cost reductions and the emergence of new business models, but also discusses policy measures that could be taken to promote actors participation in GVCs.
Significant challenges remain for SMEs to enter GVCs, some of which are exacerbated by the new digital economy.
Over the past three decades, global trade has grown and many new exporting countries, particularly in Asia, have been incorporated into the global economy.
The Global Value Chain (GVC) literature emerged as an attempt to describe how multinational firms have integrated production activities in Asia into their global strategies and what the consequences might be for the newly-integrated economies.
The GVC analysis is a useful tool to trace the shifting patterns of global production, link geographically dispersed activities and actors within a single industry, and determine the roles they play in developed and developing countries alike.
This course provides competency sets (mind set, tool set, knowledge set, and skill set) used for analyzing and synthesizing a new value chain system in order to extend the current value chain and to promote participation and upgrading in global value chains.
Webinar “Adapt on New Normal Logistics: We need People with Capability!”
Chartered Institute of Logistics & Transport Indonesia (CILT Indonesia)
Saturday, 19 December 2020
The backbone of trade is logistics and transportation which allows the movement of goods, imports and exports.
The movement of goods has increased from time to time to serve the needs of a wider market and demand better speed and security.
Along with the strong development of science and technology and the trend of globalization, logistics activities from production to consumption are increasingly playing an important role in the competitiveness of companies in industry, production and services in particular and the entire economy in general.
Logistics and transportation performance depends on the capabilities of human resources.
Logistics and transportation human resources require training and professional development.
This presentation presents the current situation of human resources and human resources training in logistics and offers development solutions to further promote the logistics and transportation industry.
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi KreatifTogar Simatupang
Â
Era Industri 4.0 mendorong Ekonomi Kreatif menjadi salah satu pilihan strategi dalam memenangkan persaingan global.
Ekonomi kreatif juga mendukung perkembangan pariwisata melalui inovasi dan kreativitas produk dan jasa yang meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Pada tahun 2018, the World Conference on Creative Economy (WCCE) atau Konferensi Global tentang Ekonomi Kreatif mengesahkan dokumen “Bali Agenda for Creative Economy” yang salah satu isinya adalah menyepakati pembentukan Pusat Keunggulan untuk Ekonomi Kreatif (Center of Excellence for Creative Economy/CoE) di Indonesia.
CoE itu berfungsi sebagai serambi pelaku ekonomi kreatif dari seluruh dunia untuk menghubungkan gagasan, sumber daya, informasi, dan konsep-konsep bisnis di sektor ekonomi kreatif.
CoE ke depan diharapkan memiliki peran dalam mengakselerasi UMKM menjadi unggul.
Program yang dapat dilakukan dalam pengembangan CoE antara lain pelatihan, pengembangan produk, dan litbang.
Namun, untuk program kegiatan tersebut perlu adanya identifikasi kebutuhan dan potensi atau model CoE yang dapat dikembangkan.
Perlu juga adanya rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan oleh masing-masing pemangku kepentingan terkait agar pusat unggulan ekonomi kreatif di Indonesia bisa berkembang.
Kewirausahaan adalah metode merancang, meluncurkan, dan menjalankan bisnis baru.
Ini adalah kapasitas dan kemauan untuk mengembangkan, mengatur, dan mengelola usaha bisnis bersama dengan risikonya untuk mengenali potensi komersial dari penemuan dan mengatur modal, bakat, dan sumber daya lain yang akan mengubah penemuan menjadi inovasi yang layak secara komersial.
Kewirausahaan melintasi setiap sektor kehidupan manusia yang dapat merupakan proses memanfaatkan peluang bisnis di bidang tertentu dan mengubahnya menjadi inovasi komersial yang menguntungkan.
Pendidikan kewirausahaan berusaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk mendorong keberhasilan wirausaha dalam berbagai suasana.
Pendidikan kewirausahaan ditawarkan di jenjang program sarjana dengan tujuan memberikan pendidikan yang memadai kepada peserta didik yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam mengidentifikasi peluang bisnis baru dan menjalankan bisnis yang berhasil.
Tinjauan kurikulum program pendidikan kewirausahaan diperlukan sebagai sarana untuk menjamin mutu pembelajaran kewirausahaan.
Paparan ini mengajukan tinjauan dengan mengacu pada standar kurikulum dan format tubuh pengetahuan kewirausahaan.
Manajemen Talenta (26 Juli 2019)
Peringkat Talenta Dunia
Isu-Isu Sistem Talenta Nasional
Manajemen Talenta Nasional
Terobosan Sistem Manajemen Talenta Nasional
Strategi Pengembangan Talenta Nasional (inisiatif reaktif, proaktif, antisipatif)
Desain Pembangunan Talenta Nasional
Transformasi Talenta Nasional 2020-2024
Ilustrasi Terobosan Pembangunan Talenta Nasional
Rantai Nilai Nikel (acuan)
Manufaktur
Pariwisata
Ekonomi Digital
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai PasokanTogar Simatupang
Â
Disampaikan pada acara Dies Natalis Politeknik APP Kemenperin Jakarta Dengan Tema: “Sinergi Teknologi Inovasi Logistik 4.0 Bagi Dunia Pendidikan dan Industri” dan Gelar Wicara Webinar: “Teknologi Inovasi Logistik 4.0” pada hari Jumat 23 Oktober 2020 pukul 08.00-10.30 WIB
Program Persiapan Keberangkatan (PK) Angkatan 163
Penerima Beasiswa Program Magister (S2) dan Doktor (S3) Dengan Tujuan Universitas Dalam dan Luar Negeri
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
9 Oktober 2020
Disampaikan Pada Kegiatan Rapat “Penyusunan Butir-Butir Rancangan Peraturan Menteri PUPR tentang Registrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi" Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaam Umum dan Perumahan Rakyat Kamis, 24 September 2020
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...Togar Simatupang
Â
Registrasi alat berat konstruksi merupakan suatu langkah awal yang diharapkan mampu menjawab belum tersedianya informasi alat berat secara komprehensif, waktu riil, dan dapat dipercaya antara lain terkait jumlah/populasi, lokasi/posisi, kondisi/kinerja, status kepemilikan, umur layanan, dan lain sebagainya.
Ketersediaan informasi tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak (stakeholders) terkait baik pengguna, penyedia jasa konstruksi, dan produsen/pemasok dalam menyusun rencana program kerja maupun kelancaran usaha mereka.
Ketersediaan informasi yang kredibel akan lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Paparan ini bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya Registrasi Alat Berat Konstruksi pada perusahaan vendor, perusahaan rental, dan Badan Usaha Jasa Konstruki (BUJK) dalam rangka memperkuat sistem pasok alat berat konstruki nasional dalam menjamin ketersediaan alat berat untuk mendukung pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Urgensi Penyusunan Basis Data Alat Berat diketahui melalui pembahasan Registrasi dan kaji banding Pengelolaan Registrasi Alat Berat di Negara Maju.
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)Togar Simatupang
Â
Kurikulum kewirausahaan menjadi landasan bagi perguruan tinggi dan universitas untuk mewujudkan tujuan pendidikan kewirausahaan.
Pengetahuan, kemampuan, dan struktur kualitas kewirausahaan siswa ditentukan oleh sistem kurikulum kewirausahaan yang ilmiah dan wajar pada tingkat tertentu.
Namun dilihat dari situasi pendidikan kewirausahaan saat ini di perguruan tinggi dan perguruan tinggi dalam negeri, belum ada kurikulum kewirausahaan yang matang dan efektif.
Pemikiran kreatif pengembangan sistem kurikulum kewirausahaan untuk perguruan tinggi dan perguruan tinggi dikedepankan dengan memadukan kaidah dasar kegiatan mengajar dari perseptif proses kewirausahaan.
Kurikulumnya berorientasi pada tindakan: lebih dari 50 persen waktu program terdiri dari penelitian praktis dalam mengidentifikasi peluang bisnis, menilai sumber daya untuk mendirikan dan mengarahkan bisnis, dan belajar dari pengusaha sukses di perusahaan mereka dan di kelas.
Paparan ini mencoba menyajikan perkembangan kurikulum kewirausahaan, evaluasi kurikulum, dan program merdeka belajar bidang kewirausahaan.
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di IndonesiaTogar Simatupang
Â
Indonesia tengah berada pada perangkap penghasilan menengah.
Apakah Indonesia bisa keluar dari perangkap pengasilan menengah?
Bioekonomi: gelombang ekonomi berikutnya
Bagaimana memetik peluang dari pengembangan bioekonomi?
Apa yang perlu dilakukan Sekolah Ekspor ke depan?
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)Togar Simatupang
Â
Perubahan dalam kondisi ekonomi dan sosial, termasuk meningkatnya keragaman kebutuhan konsumen, perubahan perilaku pembelian, dan globalisasi aktivitas perusahaan, mendorong inovasi di sektor industri, distribusi, dan ritel.
Kemampuan perusahaan untuk mengelola rantai pasokan yang bertanggung jawab secara rumit dapat dipersulit dengan perubahan yang cepat dan preferensi konsumen yang seringkali tidak dapat diprediksi.
Seringkali, biaya keuangan untuk meningkatkan layanan mungkin terlalu tinggi untuk ditanggung oleh satu organisasi. Dalam hal demikian, mengandalkan inisiatif kolaboratif mungkin merupakan strategi yang lebih baik.
Perhatian bukan lagi melulu pada perusahaan tetapi pada kolaborasi rantai nilai yang memiliki dampak penting pada peningkatan nilai dan bukan hanya pasokan barang atau jasa.
Masa depan rantai pasokan didasarkan pada kolaborasi, konektivitas dan ketangkasan, dan yang paling penting, menjadi ulet atau memiliki resiliensi.
Pendekatan rantai nilai memberikan pemahaman bagaimana meningkatkan berbagai tahapan dalam rantai nilai, memberikan wawasan tentang bagaimana merancang strategi bisnis yang memanfaatkan manajemen rantai nilai untuk menciptakan nilai, dan menimbulkan pertanyaan penting tentang implikasi rantai nilai bagi masa depan yang didorong oleh teknologi digital.
Paparan ini membahas masalah konseptual rantai nilai dan memperkenalkan pengembangan rantai nilai yang dapat berkontribusi pada inovasi.
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisataTogar Simatupang
Â
Bagaimana situasi kekinian di lapangan atau di daerah?
Bagaimana ada upaya/inovasi, bentuk kearifan lokal dalam melakukan mitigasi dan memperkuat resiliensi?
Apa upaya kita yang lebih kreatif dan inovatif untuk merespons situasi kenikian?
Misalnya, industri pariwisata menghadapi dilema rendah sentuh dan tinggi sentuh, bagaimana membuat aspek kesehatan dan aspek ekonomi agar hadir keyakinan dan kepercayaan para wisatawan?
Skema yang menjadi luaran:
Kerangka dan pedoman (brief policy) yang dirumuskan di dalam rangka mitigasi dan resiliensi usaha
Strategi dan skenario apa yang dilakukan di jangka pendek dan menengah, seperti apa etapenya sehingga tercapai percepatan: langkah memperkuat upaya program pemulihan industri pariwisata dan kreatif
Saat ini sudah ada skema tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi
Di bagian mana mitigasi dan resiliensi bisa mempercepat pemulihan?
Apakah dapat dilakukan penajaman untuk fokus dan rencana tindak?
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)Togar Simatupang
Â
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memberikan peringatan kemungkinan krisis pangan yang melanda dunia akibat pandemi Covid-19 dan juga pergantian musim dinilai tidak bisa diprediksi.
Pemerintah merespons peringatan FAO untuk menggarap masalah pangan dengan melakukan pengembangan food estate.
Konsep food estate memungkinkan Indonesia mampu memproduksi pangan secara masif sekaligus mengendalikan sistem produksi komoditas keamanan pangan.
Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan food Estate di Kalteng dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional dipandang sebagai bagian dari kedaulatan negara.
Food estate dianggap sebagai upaya memodernisir kegiatan di sektor pertanian karena penyempitan lahan pertanian memperlemah petani untuk swa sembada pangan.
Namun program food estate merupakan cerita lama yang belum membukukan kisah sukses. Proyek food estate memerlukan investasi yang sangat besar dan sebaiknya mempelajari kegagalan program sebelumnya untuk diperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Food estate perlu dirancang secara sistem pangan berkelanjutan. Sejak tahap perencanaan perlu saling bekerja sama mulai dari persiapan lahan, aspek produksi, aspek distribusi, dan aspek pemasaran dengan konsep.
Paparan ini mencoba untuk menawarkan pola pengembangan food estate sebagai konsep pertanian modern yang memiliki pola kemitraan dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan peluang sukses.
Langkah pertama ketika merencanakan dan menulis makalah penelitian adalah memilih topik yang bagus.
Topik penelitian yang didefinisikan dengan baik adalah titik awal dari setiap proyek penelitian yang berhasil.
Topik yang baik adalah yang relevan dengan tugas kedalaman tesis dan memiliki cukup informasi yang tersedia untuk digunakan.
Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian, peristiwa, atau fenomena yang dijadikan subjek atau masalah yang menarik minat peneliti saat melakukan penelitian.
Topik dapat berupa persoalan pokok yang memerlukan pemecahan, penjelasan, pendeskripsian, dan penegasan lebih lanjut.
Memilih topik adalah proses berkelanjutan yang dilakukan oleh para peneliti untuk mengeksplorasi, mendefinisikan, dan memperbaiki ide-ide mereka.
Topik yang dipilih haruslah penting untuk diteliti. Ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih topik yang penting yaitu: pertama, sumbangan hasil penelitiannya dapat memenuhi minat akademis dan minat masyarakat luas; kedua, sifat topik tidak merupakan duplikasi dari topik-topik yang telah diteliti oleh orang lain.
Untuk mempermudah pemilihan topik, maka perlu suatu pendekatan untuk memilih topik yang baik dan menguraikan topik ke dalam kalimat pertanyaan dan mengetahui kebutuhan data, proses atau metode pengolahan, dan luaran dari suatu topik penelitian yang perlu diuraian dengan jelas dan analitis.
Presentasi ini akan membantu Anda memilih subjek yang menarik minat Anda, dan memperhalus subjek tersebut ke topik tertentu.
Keberhasilan bersaing tergantung pada peningkatan kinerja rantai pasokan di mana kemampuan untuk berinovasi terletak di dalam hubungan yang baik di antara mitra bisnis yang merupakan anggota rantai pasokan.
Anggota rantai menjadi entitas bisnis independen yang seringkali memiliki tujuan bisnis yang saling bertentangan.
Mitra dalam rantai pasokan harus menyetujui struktur tata kelola bersama yang akan mengarahkan hubungan mereka dan mengurangi ancaman oportunisme dalam suatu pertukaran.
Tata kelola adalah struktur yang memastikan bahwa keputusan dibuat yang mengarah pada nilai jangka panjang, berkelanjutan untuk entitas seperti perusahaan atau, dalam hal ini, kolaborasi formal antara banyak organisasi.
Mekanisme tata kelola harus dirancang untuk mengakomodasi potensi tujuan yang saling bertentangan dari anggota independen.
Tujuan dari paparan ini adalah untuk menyajikan model dari mekanisme tata kelola dalam memungkinkan koordinasi antara mitra dalam rantai pasokan.
Membangun Keunggulan Bersaing dalam Kerangka Governansi yang Baik (Good Corpo...Togar Simatupang
Â
Governansi perusahaan adalah seperangkat prinsip yang mencakup tujuan ekonomi dan sosial serta antara tujuan individu dan kolektif sehingga dapat menyelaraskan kepentingan berbagai pemegang kepentingan untuk pencapaian keunggulan bersaing.
Apakah perkembangan governansi perusahaan terkini membantu perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing?
Paparan ini melengkapi upaya untuk mengemukakan argumen bahwa keunggulan bersaing perusahaan muncul dari sistem governansi perusahaan yang baik.
1. Bandung Kota Kreatif
Togar M. Simatupang
Sekolah Bisnis dan Manajemen
Institut Teknologi Bandung
10 Mei 2008
2. Pegiat Ekonomi Kreatif
• Pelatih
• Peneliti
• Konsultan
• Penulis
• Dosen Sekolah Bisnis
dan Manajemen ITB
2
3. Kilasan
• Kota Bandung
• Kota Kreatif: mendefinisikan, mengenal,
membangun kemampuan, dan
menghasilkan produk dan jasa kreatif, dan
menjamin kesinambungan.
• Tantangan Kota Bandung
• Ekologi Kota Kreatif
• Kebijakan Ekonomi Kota Kreatif
• Penutup
3
11. Museum Konferensi Asia Afrika
Source: http://www.asianafrican-
museum.org/images/library.jpg
11
12. Prangko Peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA)
diterbitkan tanggal 18 April 2005, 50 tahun setelah
peristiwa bersejarah itu terjadi di Bandung.
12
26. Ada apa dengan kota Bandung?
• Pudarnya kejayaan Kota Bandung
• Perubahan iklim yang semakin panas
• Kerusakan lingkungan akibat pencemaran udara, air, dan tanah
• Banjir yang kerap mengiringi hujan deras
• Persampahan yang tidak kunjung tuntas
• Urbanisasi yang bertambah
• Lahan yang semakin sempit
• Perumahan yang semakin mahal dan terbatas
• Kemacetan semakin banyak
• Pengangguran yang semakin tinggi
• Gelandangan dan pengemis yang semakin meningkat
• Pendidikan yang semakin tidak terjangkau
• Kesehatan yang semakin mahal
• Dana pemerintah yang terbatas
26
27. Apa yang sudah terjadi?
• Mental megalomania yang • Pengabaian aspek budaya lokal –
mengandalkan investasi besar invasi budaya asing dan citra
dengan mengabaikan potensi warga negara kelas dua (inferior)
lokal
• Penekanan pada konsumsi
• Penyeragaman dan bersifat budaya daripada produksi
sektoral, tidak melihat
eksternalitas negatif dan • Pengikisan kemampuan lokal
persiapan masyarakat untuk kreasi dan produksi
• Pengabaian sisi sosial • Pengabaian manusia yang
pembangunan gedung-gedung bersumberdaya
• Privatisasi ruang publik • Pengabaian lembaga pendidikan
dan pelatihan yang sudah ada
• Pelestarian lingkungan hidup tidak
menjadi prioritas
27
28. Apa yang tersisa di Bandung?
• Manusia yang bersumberdaya, khususnya
generasi muda, para ilmuwan, dan pendidik
• Warisan budaya, kebudayaan, dan seni
• Lembaga-lembaga pendidikan, pelatihan, riset
dan pengembangan
• Gedung-gedung sejarah
• Industri kreatif yang tahan uji dalam krisis
ekonomi
• Kegiatan jasa dan perdagangan yang sudah
maju
• Variasi jenis usaha yang saling melengkapi
28
30. Tantangan Baru, Solusi Baru?
• Fokus pada manusia dan Modal Kreatif
komunitas
• Investasi di keterampilan Pendidikan dan Pelatihan
• Industri kreatif Kreatif
• Kota adalah ekonomi ArtePolis
“terbuka”
• Kolaborasi untuk InnoPolis
bersaing
• Kualitas lokal =
Keunggulan global
• Pembangunan bertahap Kebijakan Ekonomi
berbasis budaya dan Kreatif
lingkungan hidup
30
31. Bandung Kota Kreatif
• Tentang membangun kolaborasi, mengilhami
visi bersama, kepemimpinan, dan mengubah
sikap dan perilaku yang konsumtif
mari berubah dan belajar untuk berkreasi
• Tentang pencitraan ulang Kota Bandung,
mengisahkan sebuah cerita yang menarik
mengenai apa yang sudah lalu dan apa yang
diharapkan akan terjadi
mari bermimpi dan bercerita
31
32. Industri Kreatif
• Industri yang muatan utamanya adalah kreativitas,
keahlian dan talenta yang berpotensi meningkatkan
kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.
• Industri kreatif terdiri dari penyediaan produk kreatif
langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan
nilai kreatif pada sektor lain yang secara tidak langsung
berhubungan dengan pelanggan.
• Produk kreatif mempunyai ciri-ciri: muatan kreatif yang
dominan, bersifat momentum dan musiman, siklus hidup
yang singkat, risiko tinggi, margin tinggi, varitas banyak,
persaingan ketat, dan mudah ditiru.
32
33. Apa itu ekonomi kreatif?
• Sistem kegiatan lembaga dan manusia yang
terlibat dalam produksi, distribusi, pertukaran,
dan konsumsi barang dan jasa yang bernilai
kultural, artistik, dan hiburan.
• Pelanggan mempunyai ikatan estetika,
intelektual, dan emosional yang memberikan
nilai terhadap produk kreatif di pasar.
• Mesin ekonomi kreatif adalah industri kreatif
Sumber: Simatupang, T.M. (2007), “Gelombang ekonomi kreatif”,
Pikiran Rakyat, 1 Agustus, hal. 25.
33
34. Spiral Ekonomi Kreatif
Kewirausahaan Usaha/Produk Industri Ekonomi
Kreatif Kreatif Baru Kreatif Kreatif
Periklanan Kesejahteraan
Arsitektur
Pasar Seni dan Antik Kualitas Hidup
Komunitas Kerajinan
Desain
Penyerapan
Kreatif Tenaga Kerja
Mode (fashion)
Film
Pembangunan
Musik
Seni pertunjukan Manusia
Penerbitan Pengembangan
Kepemimpinan Riset dan
Kota
Kreatif pengembangan
Jasa Komputer dan
Piranti Lunak
TV dan Radio
Permainan Interaktif
34
35. Blok Pengembangan Ekonomi Kreatif
Peningkatan Produktivitas
Melalui Kapitalisasi Kreativitas
Rantai Nilai Industri Kreatif:
Pekerja Kreatif Pewirausaha Produksi Pemasar Pelanggan
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4
Pendidikan dan Sistem Prasarana dan Kebijakan
Pelatihan Inovasi Sarana Ekonomi
Kreatif Kota Kreatif Kreatif
Landasan:
Manusia Kreatif, Komunitas Kreatif, Seni dan Budaya 35
36. Pengembangan Kota Kreatif
Sistem Pengalaman Modal Kreatif: Modal Finansial:
Prasarana pendukung: kreatif: Program Pekerja kreatif, sumberdaya publik
fasilitas, peristiwa, pewirausaha dan pribadi termasuk
kreatif, dan modal ventura, dan
pendanaan, festival,
komunitas kreatif insentif
ruang kreatif, kontes,
akses pasar ekspo
DAN
ArtePolis: InnoPolis: Kepemimpinan: Pencitraan:
gedung artistik, industri kreatif, kepeloporan, pemasaran,
tata kota, pendidikan, kejuangan, kualitas
Tempat lingkungan pemerintah, Aset kolaborasi, dan pelayanan, dan
hidup komunitas pengakuan kualitas hidup
EKOLOGI KREATIF KEBIJAKAN KREATIF
36
37. Ekologi Kota Kreatif
1. Mengembangkan sistem pendukung
kreatif
2. Mengembangkan program-program
kreatif
3. Menata ulang ruang kota (ArtePolis)
4. Mendorong terjadinya sistem inovasi
kota yang didukung oleh pendidikan dan
pelatihan kreatif (InnoPolis)
37
38. Kebijakan Kota Kreatif
1. Mengembangkan modal kreatif
2. Mendorong kemampuan menghadirkan
modal finansial
3. Menggerakkan kepemimpinan kreatif
dan kolaborasi antar sektor industri
kreatif
4. Memperkuat citra kota Bandung sebagai
kota kreatif yang Bermartabat
38
42. Pengalaman Kreatif
Pencerahan:
• Produksi Seni
Seni Amatir • Cagar Warisan Budaya Seni dan Bisnis
• Permintaan dan Akses
• Pendidikan Seni
Pemberdayaan: Ekonomi Kota:
• Komunitas Kreatif • Peristiwa dan Festival
• Seni Sosial/Etnik • Proyek Identitas
• Sub-budaya • Pemasaran Kota
• Buatan Lokal • Transaksi
Hiburan:
Festival Lokal • Ruang pertunjukan
Industri Kreatif
• Teater
• Parade
• Kontes
• Ekspo 42
44. ArtePolis
• Gedung artistik
• Ornamen kota artistik
• Ruang kreatif untuk publik
• Galeri dan gedung pertunjukan
• Tata kota artistik
• Koridor kreatif dengan kota-kota kreatif
lainnya di Jawa Barat
• Pelestarian lingkungan hidup
44
46. InnoPolis
• Inovasi adalah seni dan sains mengubah
gagasan, metode, atau objek yang sudah
ada menjadi sesuatu yang baru dengan
nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat
ditawarkan dan diperoleh oleh orang lain.
• Kota inovasi (InnoPolis) mendorong
pendekatan yang holistik dan
berkelanjutan terhadap inovasi secara
teknologi, sosial, dan budaya.
46
47. InnoPolis
Lembaga
Riset
Sistem Perusahaan ZONA Lembaga Sistem
Inovasi Inovasi
Kota Lain
& Asosiasi INOVASI Pendidikan Kota Lain
Pemerintah
& Komunitas
47
48. Tujuan InnoPolis
• Bertindak sebagai katalis dalam mendorong kolaborasi antar otoritas dan
organisasi supaya terjadi sinergi inovasi lintas daerah dan perusahaan
• Mendorong inisiatif riset dan pengembangan teknologi berbasis budaya
lokal
• Mengembangkan ruang dialog tentang daya saing, inovasi, dan nilai-nilai
sosial di antara pemegang kepentingan – termasuk Pemerintah, Industri,
Pendidikan, dan masyarakat kreatif
• Mendorong partisipasi perusahaan dalam kegiatan inovasi yang dapat
melestarikan identitas budaya, kebhinekaan, dan lingkungan hidup
• Mengembangkan dan menyebarluaskan metode dan teknik inovasi pada
bidang kreatif yang berbeda-beda dengan penekanan pada pembangunan
berkelanjutan dan kepariwisataan budaya
• Mendorong difusi dan adopsi pendekatan inovasi dalam rangka
membangun masyarakat dengan pengetahuan yang setara
• Mendorong partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan nirlaba dalam
pengambilan keputusan tentang kebijakan inovasi yang menyangkut bidang
atau daerah mereka
• Membangun dan menerapkan peningkatan kesadaran berinovasi dan
inisiatif pendidikan dan pelatihan yang mendukung terjadinya inovasi
48
49. Kegiatan InnoPolis
Kebijakan Inovasi
– Peningkatan Kesadaran Inovasi
– Pelatihan dan Pendidikan Inovasi
– Proyek atau Jejaring Inovasi
Inovasi Sosial
– Metode Inovasi untuk Manajemen Budaya
– Kepariwisataan Budaya yang Berkelanjutan
– Inovasi, kebudayaan, dan teknologi komputer
dan informasi
49
50. Bagaimana cara kerjanya?
Academia
Konsep produk baru,
Pengetahuan baru Pendanaan &
Kebutuhan Strategis
Business Government
Pekerjaan, Pajak,
Manfaat kepada 50
warga
51. Strategi InnoPolis
1. Tahap Persiapan
– Kesadaran
– Komitmen dan Kebutuhan Sumberdaya
– Peta Jalan
2. Informasi dan data tentang kebijakan inovasi
dan inisiatif inovasi berbasis budaya
3. Membangun jejaring kolaborasi antar industri,
pemerintah, pendidikan, masyarakat kreatif, dan
sukarelawan
51
52. Strategi InnoPolis
Indikator:
Produk baru, paten,
desain baru, usaha baru,
purwarupa, rahasia dagang, Komersialisasi
teknologi baru,
pengetahuan baru, Hasil Inovasi
Kepakaran baru, dan
publikasi
Siklus Inovasi
Kolaborasi
antar Pelaku Inovasi
Jejaring Para
Pelaku Inovasi Kemungkinan Kolaborasi:
Asosiasi, forum, pusat R&D,
pusat desain, pelatihan,
Lembaga: pendidikan, dll.
Lembaga Riset, Pendidikan,
Pemerintah, Inkubator, 52
dan Ventura
54. Membangun Komunitas Kreatif
yang Produktif
MANUSIA KOMUNITAS
BERPOTENSI KREATIF
MANUSIA
BERTALENTA
LATIHAN & PEKERJA
EKSPERIMEN KREATIF
PEWIRAUSAHA
KETERAMPILAN
KREATIF
WAWASAN
BISNIS
WAWASAN
BISNIS
PENDIDIKAN
54
KREATIF
62. Pewirausaha Kreatif
Ke Pasar Domestik dan Global
Program Kewirausahaan
Tujuan: Mandiri (ventura baru)
dan/atau Berkembang (ventura Pemasaran
besar)
Permodalan
Inkubator Ventura Baru
Ventura Baru
Konsultasi
Gagasan Pendampingan
Bisnis
Kreatif 62
63. Komunitas Kreatif
Habitat membangun identitas bidang kreatif
tertentu, membidani lahirnya pekerja kreatif dan
pewirausaha kreatif
• Pendidikan dan Pelatihan
• Dialog dan Diskusi
• Perekrutan Anggota Baru
• Keanggotaan
• Kepemimpinan
• Festival, Kontes, dan Penghargaan
• Penyediaan ruang atau kesempatan untuk
berkreasi dan unjuk kebolehan
63
64. Kebijakan Modal Kreatif
• Distribusi porsi keuntungan yang lebih
seimbang, pada saat ini posisi pekerja kreatif
berada pada posisi yang lemah
• Kemudahan untuk merekrut dan menghentikan
pekerja
• Dukungan terhadap pendidikan dan pelatihan
kreatif termasuk pendirian pusat-pusat
kreativitas (investasi pada keterampilan kreatif)
• Perhatian pada pewirausaha dan komunitas
kreatif
• Kemudahan perijinan mendirikan dan menutup
ventura kreatif 64
66. Kebijakan Modal Finansial
• Kemudahan untuk mendapatkan sumber
permodalan, misalnya modal ventura, kredit,
penyertaan modal, dll.
• Kebijakan kemudahan dalam perpajakan,
misalnya pembebasan biaya fiskal, pembebasan
pajak untuk ventura mula, pembebasan pajak
terhadap penciptaan lapangan pekerjaan dan
pelestarian budaya Parahyangan.
• Dukungan terhadap inkubator ventura kreatif.
66
68. Kepemimpinan Kreatif
• Mereka yang mau dan berani serta turut
membangun kemampuan komunitas untuk
mengembangkan keterampilan kreatif,
membangun kolaborasi, dan menciptakan
dan memanfaatkan pengetahuan secara
inovatif dan efektif.
• Strategi:
– kepeloporan, kejuangan, kolaborasi, dan
pengakuan atau penghargaan
68
70. Kebijakan Citra Kota Kreatif
• Logo
• Semboyan
• Pemasaran
• Kualitas pelayanan
• Kualitas hidup
• Kulitas lingkungan hidup
• Informasi ekonomi kreatif
• Indeks kreativitas
70
72. Visi Bandung 2025
Bayangkan Kota Bandung pada tahun 2025:
“Bandung akan menjadi sebuah kota
terkenal mendunia dengan warga yang
kreatif, produktif, dan berwirausaha
sehingga membuat kreativitas, seni,
dan inovasi mampu menggerakkan
ekonomi kota dan melestarikan
lingkungan kota yang nyaman untuk
dihuni”
72