Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kalimat dan bagian-bagian yang membentuk kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Juga dibahas mengenai pola dasar kalimat yang terdiri dari S-P, S-P-O, S-P-O-K dan seterusnya.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Materi ini berbentuk powerpoint. Hasil sosialisasi pendalaman materi UN bahasa Indonesia SMP di MGMP bahasa Indonesia Kabupaten Lumajang, Selasa, 22 Maret 2016
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Mendemonstrasikan pentingnya keterampilan interpersonal di tempat kerja.
Menjelaskan fungsi, peran, dan keterampilan manajer.
Mendefinisikan perilaku organisasi (OB).
Menunjukkan pentingnya kajian sistematis ke dalam perilaku organisasi.
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan antara emosi dan suasana hati.
Mendiskusikan apakah emosi rasional dan apakah fungsi dari emosi.
Mengidentifikasi sumber-sumber emosi dan suasana hati.
Menunjukkan pengaruh emosi pekerja terhadap para pekerja
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Materi ini berbentuk powerpoint. Hasil sosialisasi pendalaman materi UN bahasa Indonesia SMP di MGMP bahasa Indonesia Kabupaten Lumajang, Selasa, 22 Maret 2016
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Mendemonstrasikan pentingnya keterampilan interpersonal di tempat kerja.
Menjelaskan fungsi, peran, dan keterampilan manajer.
Mendefinisikan perilaku organisasi (OB).
Menunjukkan pentingnya kajian sistematis ke dalam perilaku organisasi.
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan antara emosi dan suasana hati.
Mendiskusikan apakah emosi rasional dan apakah fungsi dari emosi.
Mengidentifikasi sumber-sumber emosi dan suasana hati.
Menunjukkan pengaruh emosi pekerja terhadap para pekerja
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan kepada orang lain atau menerima dari orang lain atau yang biasa kita sebut sebagai berkomunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian kata-kata, disebut juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu.
Kalimat ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat kelengkapan dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan tentang unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat telah memenuhi kaidah tata bahasa atau belum.
1. Bahasa indonesia 2013
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KALIMAT
1. Pengertian kalimat menurut Wikipedia :
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri
dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah
subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu
bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan
kalimat.
2. Menurut Alwi dkk., (2000:311) :
“Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-lembut
disela jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya
perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya”.
3. Menurut Dardjowidojo :
Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
2. Bahasa indonesia 2013
4. Menurut Slametmuljana :
Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang
berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya
satu kata, mungkin lebih.
5. Menurut Kridalaksana :
Kridalaksana (2001:92) mengungkapkan: “kalimat sebagai satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi
yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan
bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya”.
B. BAGIAN-BAGIAN KALIMAT
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat
akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK:
1. Subjek / Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek / Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)
Berikut ini adalah ciri serta contoh dari masing-masing unsur kalimat :
1. Subjek / Subyek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat, di samping unsur
predikat. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat,
kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina. Perhatikan contoh kalimat
di bawah ini :
2
3. Bahasa indonesia 2013
a) Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
b) Agnes Monica adalah seorang penyanyi terkenal.
Dari contoh kalimat di atas, peserta audisi itu, dan ,Agnes Monica adalah contoh dari subjek.
Selain itu ada pula subjek yang tidak berupa nomina. Perhatikan contoh di bawah ini :
a) Berwudlu harus dilakukan sebelum sholat.
b) Lima adalah sebuah angka.
Ciri-ciri subjek :
Jawaban atas pertanyaan ‘apa’ atau ‘siapa’.
Disertai kata ‘itu’.
Didahului kata ‘bahwa’.
Mempunyai keterangan pewatas ‘yang’ (penghubung dengan menggunakan kata
‘yang’).
Tidak didahului preposisi seperti ‘dari’, ‘dalam’, ‘di’, ‘ke’, ‘kepada’, ‘pada’.
Berupa Nomina atau Frasa Nominal
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek yang
merupakan inti dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat dapat berupaKata,
misalnya verba, adjektiva, atau nominal, numeral dan preposisional. Selain itu dapat pula
berupa Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia
(bilangan). Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a) Qiqi belajar di kamar.
b) Ibu memasak tumis kangkung.
c) Aldy sedang membaca Koran.
Dari contoh di atas, kata belajar, memasak dan membaca merupakan contoh dari predikat.
Ciri-ciri predikat :
Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa’ atau ‘Bagaimana’.
Dapat berupa kata ‘Adalah’ atau ‘Ialah’.
Dapat diingkarkan yang diwujudkan oleh kata ‘Tidak’.
3
4. Bahasa indonesia 2013
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
seperti ‘telah’, ‘sudah’, ‘sedang’, ‘belum’, ‘akan’, ‘ingin’, ‘hendak’, ‘mau’, dll.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah
predikat yang berkatagori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang sedikitnya mempunyai
tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi
subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi
subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a) Adik bermain layangan .
b) Aldy membeli sebuah buku.
c) kelinci itu memakan wortel.
layangan, sebuah buku, dan wortel pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.
Ciri-ciri objek ini sebagai berikut:
Langsung di belakang predikat.
Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
Tidak didahului preposisi.
Didahului kata ‘bahwa’.
4. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur kalimat ini
adalah : bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat, menempati
posisi di belakang predikat dan tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat
pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap
dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Contoh kalimat pelengkap :
a) Indonesia berdasarkan Pancasila.
b) Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.
4
5. Bahasa indonesia 2013
Berikut ciri-ciri pelengkap:
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Anggi mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya kacamata baru.
Unsur kalimat buku baru dan kacamata baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat. Tidak Didahului Preposisi.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai
dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan:
Bukan Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat, objek dan
5
pelengkap ).
Tidak Terikat Posisi (memiliki kebebasan tempat di awal/ di akhir , atau di antara
subjek dan predikat).
Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok,
sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang
berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin
pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak
6. Bahasa indonesia 2013
kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
contoh : Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi,
seperti di, pada, dan dalam.
contoh : Super Junior akan konser di Indonesia.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan
cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva.
Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir,
keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
Contoh : Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
4. Keterangan Sebab
Keterangan Sebab Berupa Frasa Atau Anak Kalimat. Keterangan Sebab Yang Berupa
Frasa Ditandai Oleh Kata Karena Atau Lantaran Yang Diikuti Oleh Nomina Atau Frasa
Nomina. Keterangan Sebab Yang Berupa Anak Kalimat Ditandai Oleh
Konjungtor Karena Atau Lantaran.
Contoh : Ibu Menyuruhku Cepat Pulang Karena Cuaca Sudah Mendung.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa
ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh : Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnya agar terlihat rapi.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika
ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Margareta, terpilih sebagai dosen teladan.
6
7. Bahasa indonesia 2013
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi
berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang
diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan.
Contoh : Rizaldi, mahasiswa tingkat tiga, mendapat beasiswa.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan
pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh : Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
C. POLA DASAR KALIMAT
Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola :
1. S-P
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contoh : Qiqi sedang memasak.
2. S-P-O
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba transitif, dan Objek berupa nomina
atau frasa nominal.
Contoh : Qiqi sedang memasak nasi goreng.
3. S-P-O-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nomina, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan Keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Qiqi memasak nasi goring di dapur.
7
8. Bahasa indonesia 2013
4. S-P-Pel
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan
pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Contoh : Pak Haji beternak sapi.
5. S-P-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Kakak wisuda di JCC.
6. S-P-O-Pel
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh : Dia mengirimi saya surat.
7. S-P-O-Pel-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, pelengkap,
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba
dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, Pelengkap berupa nomina atau
frasa nominal dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Ayah membelikan Aldy sepatu baru di margo city
8. S-P-Pel-K.
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, pelengkap dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan
pelengkap berupa nomina atau adjektiva dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Aku sedih ketika mama masuk rumah sakit.
8
9. Bahasa indonesia 2013
D. JENIS-JENIS KALIMAT
1. Kalimat tunggal
2. Kalimat majemuk
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat
dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat
dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang
sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat
9
yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah
yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar
tersebut.
1) Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
2) Dosen t ramah
S: KB + P: KS
3) Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: Kbil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P)
kata kerja (berdiskusi).
Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Contoh lain:
1) Pertemuan APEC sudah berlangsung.
10. Bahasa indonesia 2013
10
S P
2) Teori itu dikembangkan.
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat
(ramah). Kalimat itu menjadi
Dosen itu ramah.
S P
Contoh lain:
1) Komputernya rusak.
S P
2) Suku bunga bank swasta tinggi.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Contoh lain:
1) Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S P
2) Masalahnya seribu satu.
S P
Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih
panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
11. Bahasa indonesia 2013
Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III.
Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di
akhir.
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak
tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam
11
republik it, dan sekeliling kota;
2. Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore,
dan minggu kedua bulan ini;
3. 3.keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok
dan garpu, dengan wesel pos,dan dengan cek;
4. Keterangan modalitas, seperti harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan
sepatutnya;
5. Keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan
dengan tergesa-gesa;
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi
kita;
8. Keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9. Frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya;
10. Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti
penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
12. Bahasa indonesia 2013
1) Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2) Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
E. PERBEDAAN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK
Berikut ini merupakan perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk:
1. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat tunggal hanya memiliki satu klausa,
sedangkan kalimat majemuk memiliki dua atau lebih klausa dalam suatu kalimat.
2. Berdasarkan penggunaan konjungsi (kata penghubung), pada kalimat tunggal tidak
digunakan konjungsi karena hanya memiliki satu klausa, sedangkan kalimat majemuk
menggunakan konjungsi untuk menghubungkan dua klausa.
3. Berdasarkan pembentukan pola baru dalam kalimat, kalimat tunggal tidak dapat
membentuk pola baru dalam kalimat karena hanya terdiri dari dua unsur inti yaitu
subjek dan predikat dan unsur-unsur tambahan seperti keterangan waktu dan tempat,
tetapi unsur-unsur tersebut tidak dapat membentuk pola baru , sedangkan kalimat
majemuk dapat membentuk pola baru dalam kalimat karena adanya perluasan kalimat
dari kalimat tunggal.
12
13. Bahasa indonesia 2013
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Dengan adanya makalah yang kami buat tentang kalimat, bagian" klimat, dan kalimat
tunggal. Kami bisa tahu bagaimna stuktur kalimat yang benar dan cara untuk
mengeluarkannya dalam kehidupan sehari" dengan kalimat engan benar sesuai dengan kajian,
& unsur" kalimat agar lebihh baik an mudah d pahami oleh orang lain yang mendengarnya
14. Bahasa indonesia 2013
14
DAFAR PUSTAKA
http://elgrid.wordpress.com/2011/12/26/pengertian-kalimat-2/
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-kalimat.html
http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-kalimat-definisi-kalimat/
http://eziekim.wordpress.com/2010/10/12/unsur-dan-pola-kalimat-dasar-bahasa-indonesia/
http://she2008.wordpress.com/2010/10/30/unsur-dan-pola-kalimat-dasar-2/
http://lytasapi.wordpress.com/2010/04/25/unsur-unsur-kalimat/
http://yantysa.wordpress.com/2008/05/09/macam-macam-kalimat/
http://kholiscollection.blogspot.com/2012/04/macam-macam-kalimat.html