SlideShare a Scribd company logo
BAB I
Pendahuluan
I. Pengantar
Kamera digital adalah kamera yang tidak tergantung pada film negative (klise).
Pada kamera digital, peran film negative diambil oleh sebuah chip berebentuk
kartu kecil yang berfungsi untuk menyimpan hasil pemotretan. Ada dua tipe
cip yaitu :
 CCD (Charge Coupled device)
 CMOS (complementary metal oxide semiconductor).
Cip berfungsi menangkap cahaya dari luar melalui lensa dan mengubahnya
menjadi elektron-elektron sehingga membentuk gambar digital. Kelebihan dari
kamera ini adalah hasil pemotretan dapat langsung dilihat pada layar monitor
yang terletak pada bagian belakang kamera. Jika gambar yang diambil tidak
sesuaidengan yang diinginkan, kita bisa langsung menghapus gambar tersebut.
Kamera digital juga dilengkapi dengan fasilitas zoom yaitu pengaturan
perbesaran objek yang akan diambil tanpa harus mendekatkan kamera ke
objek, serta pengaturan terang gelap lampu blitz.
Kemampuan kamera digital diukur dalam megapixel, yaitu kemampuan kamera
untuk menangkap objek, makin besarnya angka, berarti makin detail gambar
yang dihasilkan sehingga kualitas gambar makin tajam. Untuk kamera digital
dengan kemampuan 1 megapixel misalnya objek yang dapat diambil hanya
seukuran kartu pos. untuk kamera dengan kemampuan 2-3 megapixel,
gambarnya bisa dicetak dari mulai ukuran 8 x 6 inchi sampai 10 x 8 inchi. Untuk
kamera dengan kemampuan 4-6 megapixel, gambarnya bisa dicetak dengan
ukuran 10x9 inchi sampai 12x10 inchi.
BAB II
PEMBAHASAN
Lampu Kilat (Flash)
Pada umunya setiap kamera digital memiliki lampu kilat (flash). Hanya saja,
bagi fotografer lampu kilat eksternal merupakan sebuah kebutuhan. Memang
betul kalau kamera sudah dilengkapi dengan built-in flash, yang fungsinya juga
sama dengan flash eksternal. Tetapi, banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh
built in flash, dan juga kekuatan pancarannya tentu tidak sekuat yang flash
eksternal.
Keuntungan Flash Eksternal
 flash eskternal dibutuhkan untuk mendapat hasil foto yang terlihat
profesional, tentunya dengan set up dan perencanaan yang tepat.
 flash eksternal punya kekuatan jauh lebih besar, antara GN 24 hingga GN
60 (bandingkan dengan built-in flash yang hanya GN 12)
 flash eksternal punya baterai terpisah, jadi bisa memotret terus dengan
flash tanpa membuat baterai kamera cepat habis
 arah keluarnya cahaya dari flash eksternal bisa dibelokkan, ke atas atau
ke depan (bounce) atau ke kiri kanan (swivel) untuk menghindari cahaya
mengarah langsung ke obyek
 flash eksternal yang mahal bisa memiliki zoom head, jadi bisa mengikuti
posisi fokal lensa zoom kamera, umumnya untuk rentang 24-105mm
 flash eksternal bisa dipisah dari kamera, bisa terhubung dengan kabel,
ditrigger secara wireless (biasa dipakai di studio )
 durasi nyala flash eksternal tertentu bisa dibuat lebih lama untuk
memungkinkan pemakaian shutter speed yang lebih cepat (FP mode)
 flash eksternal bisa dipasang aksesori seperti soft box, diffuser, filter
color gel dan semacamnya untuk tujuan tertentu
 flash eksternal bisa memancarkan lampu bantuan untuk auto fokus
dalam kondisi gelap, khususnya pemakai DSLR Canon.
MengunakanLampu Kilat Kamera yang Baik dan Benar
Contoh diagram:
Posisi objek diantara 1-3m atau jarak ideallampu kilatdan juga jarak antara
tiap objek/orang ke lampu kilatsama panjang
Bandingkan dengan diagramdibawah ini:
Ada beberapa orang terlalu dekat dengan flash, ada pula dua orang terlalu
kebelakang. Jarak antara tiap orang dengan lampu kilat tidak sama, sehingga
hasil foto tidak baik
Contoh diatas menunjukkan bahwa jarak lampu kilat ke tiap orang berbeda,
sehingga ada orang yang terlalu terang, ada yang pas dan ada yang gelap.
Blitz danGN (Guide Number)
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya diatas, bahwa ada beberapa
klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan
dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash
built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz
tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera.
Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera, antara
lain:
 Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan
fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen
kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya
dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync,
dll.
 non-dedicated flash memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan
kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis
inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan, karena flash
yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari
kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi.
Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang
tidak bisa (fixed GN). Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas
dari kalkulasi-kalkulasiyang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi
balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa
yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat
kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat
mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang
lebih jauh.
Guide Number (GN) pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana
kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan
menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet
(kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini
merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan
sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis
untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar
(35mm/24mm/20mm).
GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture)
pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet).
Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang
yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin
menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan
yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz
tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak
5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.
GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Namun, yang
mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang
digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN
bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4)
dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali
(atau jarak terjauh dikali 2).
Indoor Flash
Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya
karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang
untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan
slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapibiasanya hal ini
menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman
maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita
menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto
dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting
sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit.
Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil
maksimal, antara lain:
o Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang
dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang
menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera
digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita
ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200
maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar
PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk
PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki
GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu
daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
o Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan
obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki
sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik
yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah.
Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah
dikenai flash akan terekam beku (freeze).
o Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye
effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar
untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba
dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau
flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika
tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak
langsung mengenai mata.
o Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight.
Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat
tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna
(kompensasi under 1 - 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi
demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin
dipotret tersebut.
Bounce/Diffuse
Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya
yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila
cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan
penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi
konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point &
shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi
dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan
memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan
menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan
menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam
artian melunakkan cahaya tersebut:
o Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke
bidang lain (bounce).
o Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga
meluas (diffuse).
Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang
luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa
menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash
eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe,
maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya.
Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada
bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya
ataupun dengan posisi lain.
Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah
dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah
fotografer/flash dan obyek.
Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini
adalah:
o Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan
obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut.
Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan
pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini
hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
o Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh
terlalu jauh atau akan jadi percuma.
o Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna
selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut
sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
o Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya.
Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan
mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita
memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan.
Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian
depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke
atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang
mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.
Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan
koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas
jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot
shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita
putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat
di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya
gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar
dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya
tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-
beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan
bermacam-macam alat.
Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu
dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi
kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan
adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang
kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau
kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa
melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk
kompensasi yang diperlukan kali lainnya.
Outdoor Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau
itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya,
kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada
pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah
sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada
pemotretan outdoor, terutama pada:
 Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter
kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan
menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya
kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara
mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga
walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
 Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul
bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk
menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce
card atau diffuser.
 Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk
mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena
bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-
bagian obyek apalagi wajah manusia.
 Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya
langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor
maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash
atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit
biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit
tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering
pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan
yang tepat dan pas.
 Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan
flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti
jika kita berada di bawah bayangan.
Through The Lens Flash
TTL (Through The Lens) flash, terobosan teknologi modern dalam flash
photography. Kekuatan pancaran tiap lampu kilat itu berbeda-beda, semakin
kuat maka dia semakin mampu menerangi area yang jauh. Yang dijadikan
panduan untuk mengukur kekuatan lampu kilat adalah Guide Number (GN)
yang menyatakan kekuatan maksimalflash dalam jarak (meter). Yang kita perlu
pahami adalah tidak setiap memotret dengan flash kita memakai kekuatan
maksimal itu. Karena cahaya dari flash yang berlebihan akan membuat foto
jadi terlalu terang, bahkan bisa jadi foto kita putih semua. Untuk itulah kamera
modern menyediakan terobosan teknologi TTL flash (Through The Lens) yang
gunanya untuk mengatur kekuatan flash secara otomatis, sehingga hasil
fotonya tetap punya eksposur yang tidak berlebihan.
Prinsip kerja metering (pengukuran) TTL flash cukup rumit. Kamera harus
memperhitungkan banyak faktor, seperti jarak obyek yang terukur (dalam
meter), bukaan dan fokal lensa yang dipakai, kecepatan shutter dan nilai ISO
yang dipilih. Pada TTL yang lebih modern, kamera juga memperhitungkan
cahaya lingkungan sehingga bisa didapat hasil yang berimbang antara flash dan
ambient light. Belum lagi kalau kita secara manual melakukan kompensasi
eksposur untuk nilai flash, maka kamera akan memperhitungkan itu semua.
Dari hasil kalkulasi rumit itu kamera selanjutnya menentukan apakah kekuatan
flashnya mau dibuat maksimal(1/1) atau lebih kecil dari nilai maksimalitu (1/2,
¼, ⅛ dst hingga angka minimal).
Namun, teknologi TTL bisa juga dijumpai juga di built-in flash kamera, tanpa
kita harus membeli flash eksternal. Bagi yang suka manual, maka sebagian
besar kamera DSLR membolehkan kita untuk mengganti mode flash dari TTL ke
manual. Hanya saja di mode manual flash, kita harus cermat menentukan
kekuatan flash yang sesuai supaya hasil gambarnya tidak berlebihan ataupun
kurang.
BAB III
PENUTUP
Setiap kamera digital selalu memiliki blitz atau flash. Tetapi tidak
semua orang yang merasa cukup dengan flash yang sudah ada dari
kamera tersebut. Maka dari itu, banyak orang yang menambahkan
dengan flash eksternal.
Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini
merupakan satu aksesoris yang sangat luas dipakai dalam dunia
fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate
(mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar
terekspos dengan baik. Tetapi sekarang ini penggunaannya mulai
meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik.
Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan flash,
mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang
terang, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat
karya fotografi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi buku:
Canon book ‘’flash classroom’’
Canon book ‘’instruction manual’’
Sumber internet:
file:///G:/folder%20DOWNLOAD/Desktop/Serba%20Serbi%20Flash%20Eksternalportal%20komunita
s%20fotografi%20indonesia.htm
http://dieephotograph.blog.uns.ac.id/2009/04/20/teknik-dasar-fotografi-digital-bag-4-blitzflash-
light/

More Related Content

What's hot

Belajar Asas Fotografi Digital
Belajar Asas Fotografi DigitalBelajar Asas Fotografi Digital
Belajar Asas Fotografi Digital
Azman Hj. Ayup
 
Dasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar FotografiDasar-dasar Fotografi
Tata Cahaya dan Peralatan Fotografi Studio
Tata Cahaya dan Peralatan Fotografi StudioTata Cahaya dan Peralatan Fotografi Studio
Tata Cahaya dan Peralatan Fotografi Studio
Erwin Rasyid
 
Fotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & Eksposure
Fotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & EksposureFotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & Eksposure
Fotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & Eksposure
Novry Simanjuntak
 
Teknik Dasar Fotografi
Teknik Dasar FotografiTeknik Dasar Fotografi
Teknik Dasar Fotografi
arwannnie photography
 
Presentasi Jenis jenis kamera
Presentasi Jenis jenis kameraPresentasi Jenis jenis kamera
Presentasi Jenis jenis kamera
Widya Zhulianty Rukmana
 
Triangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas Semarang
Triangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas SemarangTriangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas Semarang
Triangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas Semarang
Firdaus Azwar Ersyad
 
Menerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografi
Menerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografiMenerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografi
Menerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografi
MULTIMEDIA 'n BROADCASTING SMKN 1 PUNGGING MOJOKERTO
 
Langkah Editing & Manipulasi Gambar
Langkah Editing & Manipulasi GambarLangkah Editing & Manipulasi Gambar
Langkah Editing & Manipulasi Gambar
Azman Hj. Ayup
 
Asas fotografi
Asas fotografi Asas fotografi
Asas fotografi
Adila Dila
 
Penggunaan Tombol DSLR
Penggunaan Tombol DSLRPenggunaan Tombol DSLR
Penggunaan Tombol DSLR
satoe photographyclub
 
Desain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografi
Desain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografiDesain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografi
Desain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografi
MULTIMEDIA 'n BROADCASTING SMKN 1 PUNGGING MOJOKERTO
 
Anatomi DSLR Camera
Anatomi DSLR CameraAnatomi DSLR Camera
Anatomi DSLR Camera
Firdaus Azwar Ersyad
 
Alat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU Balikpapan
Alat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU BalikpapanAlat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU Balikpapan
Alat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU Balikpapan
SMK Nahdlatul Ulama Balikpapan
 

What's hot (20)

Belajar Asas Fotografi Digital
Belajar Asas Fotografi DigitalBelajar Asas Fotografi Digital
Belajar Asas Fotografi Digital
 
Dasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar FotografiDasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar Fotografi
 
Asas Fotografi
Asas FotografiAsas Fotografi
Asas Fotografi
 
Tata Cahaya dan Peralatan Fotografi Studio
Tata Cahaya dan Peralatan Fotografi StudioTata Cahaya dan Peralatan Fotografi Studio
Tata Cahaya dan Peralatan Fotografi Studio
 
Dasar pemotretan 1
Dasar pemotretan 1Dasar pemotretan 1
Dasar pemotretan 1
 
Fotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & Eksposure
Fotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & EksposureFotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & Eksposure
Fotografi Dasar | The Rule of Third, Point of Interest & Eksposure
 
Teknik Dasar Fotografi
Teknik Dasar FotografiTeknik Dasar Fotografi
Teknik Dasar Fotografi
 
Presentasi Jenis jenis kamera
Presentasi Jenis jenis kameraPresentasi Jenis jenis kamera
Presentasi Jenis jenis kamera
 
Tata cahaya iii
Tata cahaya iiiTata cahaya iii
Tata cahaya iii
 
Triangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas Semarang
Triangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas SemarangTriangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas Semarang
Triangle Exposure Fotografi Ilkom Universitas Semarang
 
Menerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografi
Menerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografiMenerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografi
Menerapkan pengoperasian kamera digital dan perawatan peralatan fotografi
 
Langkah Editing & Manipulasi Gambar
Langkah Editing & Manipulasi GambarLangkah Editing & Manipulasi Gambar
Langkah Editing & Manipulasi Gambar
 
Asas fotografi
Asas fotografi Asas fotografi
Asas fotografi
 
Penggunaan Tombol DSLR
Penggunaan Tombol DSLRPenggunaan Tombol DSLR
Penggunaan Tombol DSLR
 
Teknik dasar photography
Teknik dasar photographyTeknik dasar photography
Teknik dasar photography
 
Desain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografi
Desain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografiDesain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografi
Desain grafis percetakan memahami jenis jenis kamera dan alat bantu fotografi
 
Fotografi
FotografiFotografi
Fotografi
 
Materi Dasar Fotografi
Materi Dasar FotografiMateri Dasar Fotografi
Materi Dasar Fotografi
 
Anatomi DSLR Camera
Anatomi DSLR CameraAnatomi DSLR Camera
Anatomi DSLR Camera
 
Alat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU Balikpapan
Alat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU BalikpapanAlat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU Balikpapan
Alat Bantu Fotografi - Komposisi Foto Digital - SMK NU Balikpapan
 

Viewers also liked

Cell organelles
Cell organellesCell organelles
Cell organelles
Emily Neistadt
 
Tööturg ja noorte toohõive
Tööturg ja noorte toohõiveTööturg ja noorte toohõive
Tööturg ja noorte toohõiveKadri Seeder
 
U korak sa novim poreskim okvirom
U korak sa novim poreskim okviromU korak sa novim poreskim okvirom
U korak sa novim poreskim okvirom
ORAHaktiva
 
Prezentacja projekt kinect translator
Prezentacja projekt kinect translatorPrezentacja projekt kinect translator
Prezentacja projekt kinect translatorPrzemyslaw Kusmierek
 
мои достижения
мои достижениямои достижения
мои достиженияInnaM
 
Curtis Wong
Curtis WongCurtis Wong
Curtis Wong
dri_ireland
 
Trabajo practico nº10
Trabajo practico nº10Trabajo practico nº10
Trabajo practico nº10LuuSantos
 
India by nidhi mishra
India by nidhi mishraIndia by nidhi mishra
India by nidhi mishra
Dlgltsbm
 
Re-imagining the Attic: Creating User-Centered Services for Your Special Col...
Re-imagining the Attic:  Creating User-Centered Services for Your Special Col...Re-imagining the Attic:  Creating User-Centered Services for Your Special Col...
Re-imagining the Attic: Creating User-Centered Services for Your Special Col...
Amanda Carter
 
CV-G
CV-GCV-G
Котова Е. А.,Корнийчук Е. Г.Ppt
Котова Е. А.,Корнийчук Е. Г.PptКотова Е. А.,Корнийчук Е. Г.Ppt
Котова Е. А.,Корнийчук Е. Г.Pptkot-kajura
 
Media Uselab Studienauswahl
Media Uselab StudienauswahlMedia Uselab Studienauswahl
Media Uselab Studienauswahl
Julie Woletz
 
Мастер класс на тему Бизнес-прогнозирование
Мастер класс на тему Бизнес-прогнозированиеМастер класс на тему Бизнес-прогнозирование
Мастер класс на тему Бизнес-прогнозированиеKostya Patsera
 

Viewers also liked (18)

Cell organelles
Cell organellesCell organelles
Cell organelles
 
Tööturg ja noorte toohõive
Tööturg ja noorte toohõiveTööturg ja noorte toohõive
Tööturg ja noorte toohõive
 
U korak sa novim poreskim okvirom
U korak sa novim poreskim okviromU korak sa novim poreskim okvirom
U korak sa novim poreskim okvirom
 
PresentacióN1
PresentacióN1PresentacióN1
PresentacióN1
 
Prezentacja projekt kinect translator
Prezentacja projekt kinect translatorPrezentacja projekt kinect translator
Prezentacja projekt kinect translator
 
يسوع يسوع
يسوع يسوعيسوع يسوع
يسوع يسوع
 
Carnestoltes 2013
Carnestoltes 2013Carnestoltes 2013
Carnestoltes 2013
 
мои достижения
мои достижениямои достижения
мои достижения
 
Curtis Wong
Curtis WongCurtis Wong
Curtis Wong
 
Trabajo practico nº10
Trabajo practico nº10Trabajo practico nº10
Trabajo practico nº10
 
India by nidhi mishra
India by nidhi mishraIndia by nidhi mishra
India by nidhi mishra
 
Re-imagining the Attic: Creating User-Centered Services for Your Special Col...
Re-imagining the Attic:  Creating User-Centered Services for Your Special Col...Re-imagining the Attic:  Creating User-Centered Services for Your Special Col...
Re-imagining the Attic: Creating User-Centered Services for Your Special Col...
 
CV-G
CV-GCV-G
CV-G
 
Котова Е. А.,Корнийчук Е. Г.Ppt
Котова Е. А.,Корнийчук Е. Г.PptКотова Е. А.,Корнийчук Е. Г.Ppt
Котова Е. А.,Корнийчук Е. Г.Ppt
 
Istanbul
IstanbulIstanbul
Istanbul
 
Media Uselab Studienauswahl
Media Uselab StudienauswahlMedia Uselab Studienauswahl
Media Uselab Studienauswahl
 
Мастер класс на тему Бизнес-прогнозирование
Мастер класс на тему Бизнес-прогнозированиеМастер класс на тему Бизнес-прогнозирование
Мастер класс на тему Бизнес-прогнозирование
 
Solve sysbyelimmult (1)
Solve sysbyelimmult (1)Solve sysbyelimmult (1)
Solve sysbyelimmult (1)
 

Similar to Bab i

matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografimatakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
Izhan Nassuha
 
Daftar istilah dalam fotografi
Daftar istilah dalam fotografiDaftar istilah dalam fotografi
Daftar istilah dalam fotografiBudi Pandansari
 
Jenis kamera dan alat bantu fotografi.docx
Jenis kamera dan alat bantu fotografi.docxJenis kamera dan alat bantu fotografi.docx
Jenis kamera dan alat bantu fotografi.docx
AnonymousenaVYvi
 
Tekhnik kameramen
Tekhnik kameramenTekhnik kameramen
Tekhnik kameramenAmat Moxer
 
Tekhnik kameramen
Tekhnik kameramenTekhnik kameramen
Tekhnik kameramen
Houtman Ambarita
 
Asas fotografi 1
Asas fotografi 1Asas fotografi 1
Asas fotografi 1
Abu Saifuddin
 
Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3
Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3
Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3kopishare
 
Camera digital
Camera digitalCamera digital
Camera digital
terrytirta
 
Perkembangan Piranti Multimedia
Perkembangan Piranti MultimediaPerkembangan Piranti Multimedia
Perkembangan Piranti Multimedia
Universitas Gadjah Mada
 
Fotografi
FotografiFotografi
FotografiIchan32
 
Fotografi dasar
Fotografi dasarFotografi dasar
Fotografi dasar
Alam Faja
 
Buku kelas 5
Buku kelas 5Buku kelas 5
Buku kelas 5
Hermawan Wicaksono
 
Makalah fotografi
Makalah fotografiMakalah fotografi
Makalah fotografi
jengkol mambu
 
DASAR2 KAMERA DSLR.pdf
DASAR2 KAMERA DSLR.pdfDASAR2 KAMERA DSLR.pdf
DASAR2 KAMERA DSLR.pdf
EdtvPtkEdtv
 
Tutorial vray sketch_up_bahasa_indonesia
Tutorial vray sketch_up_bahasa_indonesiaTutorial vray sketch_up_bahasa_indonesia
Tutorial vray sketch_up_bahasa_indonesia
Gilang Prayoga
 
Pengertian Segitiga Exposure.docx
Pengertian Segitiga Exposure.docxPengertian Segitiga Exposure.docx
Pengertian Segitiga Exposure.docx
AnonymousenaVYvi
 
Anatomi kamera SLR
Anatomi kamera SLRAnatomi kamera SLR
Anatomi kamera SLR
Muhammad Thosin
 
Materi basic fotografi 1
Materi basic fotografi 1Materi basic fotografi 1
Materi basic fotografi 1
riridefrog
 
DSLR
DSLRDSLR
DSLR
Bagus07
 

Similar to Bab i (20)

matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografimatakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
 
Daftar istilah dalam fotografi
Daftar istilah dalam fotografiDaftar istilah dalam fotografi
Daftar istilah dalam fotografi
 
Jenis kamera dan alat bantu fotografi.docx
Jenis kamera dan alat bantu fotografi.docxJenis kamera dan alat bantu fotografi.docx
Jenis kamera dan alat bantu fotografi.docx
 
Tekhnik kameramen
Tekhnik kameramenTekhnik kameramen
Tekhnik kameramen
 
Tekhnik kameramen
Tekhnik kameramenTekhnik kameramen
Tekhnik kameramen
 
Asas fotografi 1
Asas fotografi 1Asas fotografi 1
Asas fotografi 1
 
Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3
Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3
Menggabungkan fotografi dengan sajian multimedia 1-3
 
Asas fotografi
Asas fotografiAsas fotografi
Asas fotografi
 
Camera digital
Camera digitalCamera digital
Camera digital
 
Perkembangan Piranti Multimedia
Perkembangan Piranti MultimediaPerkembangan Piranti Multimedia
Perkembangan Piranti Multimedia
 
Fotografi
FotografiFotografi
Fotografi
 
Fotografi dasar
Fotografi dasarFotografi dasar
Fotografi dasar
 
Buku kelas 5
Buku kelas 5Buku kelas 5
Buku kelas 5
 
Makalah fotografi
Makalah fotografiMakalah fotografi
Makalah fotografi
 
DASAR2 KAMERA DSLR.pdf
DASAR2 KAMERA DSLR.pdfDASAR2 KAMERA DSLR.pdf
DASAR2 KAMERA DSLR.pdf
 
Tutorial vray sketch_up_bahasa_indonesia
Tutorial vray sketch_up_bahasa_indonesiaTutorial vray sketch_up_bahasa_indonesia
Tutorial vray sketch_up_bahasa_indonesia
 
Pengertian Segitiga Exposure.docx
Pengertian Segitiga Exposure.docxPengertian Segitiga Exposure.docx
Pengertian Segitiga Exposure.docx
 
Anatomi kamera SLR
Anatomi kamera SLRAnatomi kamera SLR
Anatomi kamera SLR
 
Materi basic fotografi 1
Materi basic fotografi 1Materi basic fotografi 1
Materi basic fotografi 1
 
DSLR
DSLRDSLR
DSLR
 

More from University of Andalas

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
University of Andalas
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
University of Andalas
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
University of Andalas
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
University of Andalas
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
University of Andalas
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
University of Andalas
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
University of Andalas
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
University of Andalas
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
University of Andalas
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
University of Andalas
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
University of Andalas
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
University of Andalas
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
University of Andalas
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
University of Andalas
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
University of Andalas
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
University of Andalas
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
University of Andalas
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaUniversity of Andalas
 

More from University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 

Bab i

  • 1. BAB I Pendahuluan I. Pengantar Kamera digital adalah kamera yang tidak tergantung pada film negative (klise). Pada kamera digital, peran film negative diambil oleh sebuah chip berebentuk kartu kecil yang berfungsi untuk menyimpan hasil pemotretan. Ada dua tipe cip yaitu :  CCD (Charge Coupled device)  CMOS (complementary metal oxide semiconductor). Cip berfungsi menangkap cahaya dari luar melalui lensa dan mengubahnya menjadi elektron-elektron sehingga membentuk gambar digital. Kelebihan dari kamera ini adalah hasil pemotretan dapat langsung dilihat pada layar monitor yang terletak pada bagian belakang kamera. Jika gambar yang diambil tidak sesuaidengan yang diinginkan, kita bisa langsung menghapus gambar tersebut. Kamera digital juga dilengkapi dengan fasilitas zoom yaitu pengaturan perbesaran objek yang akan diambil tanpa harus mendekatkan kamera ke objek, serta pengaturan terang gelap lampu blitz. Kemampuan kamera digital diukur dalam megapixel, yaitu kemampuan kamera untuk menangkap objek, makin besarnya angka, berarti makin detail gambar yang dihasilkan sehingga kualitas gambar makin tajam. Untuk kamera digital dengan kemampuan 1 megapixel misalnya objek yang dapat diambil hanya seukuran kartu pos. untuk kamera dengan kemampuan 2-3 megapixel, gambarnya bisa dicetak dari mulai ukuran 8 x 6 inchi sampai 10 x 8 inchi. Untuk kamera dengan kemampuan 4-6 megapixel, gambarnya bisa dicetak dengan ukuran 10x9 inchi sampai 12x10 inchi.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN Lampu Kilat (Flash) Pada umunya setiap kamera digital memiliki lampu kilat (flash). Hanya saja, bagi fotografer lampu kilat eksternal merupakan sebuah kebutuhan. Memang betul kalau kamera sudah dilengkapi dengan built-in flash, yang fungsinya juga sama dengan flash eksternal. Tetapi, banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh built in flash, dan juga kekuatan pancarannya tentu tidak sekuat yang flash eksternal. Keuntungan Flash Eksternal  flash eskternal dibutuhkan untuk mendapat hasil foto yang terlihat profesional, tentunya dengan set up dan perencanaan yang tepat.  flash eksternal punya kekuatan jauh lebih besar, antara GN 24 hingga GN 60 (bandingkan dengan built-in flash yang hanya GN 12)  flash eksternal punya baterai terpisah, jadi bisa memotret terus dengan flash tanpa membuat baterai kamera cepat habis  arah keluarnya cahaya dari flash eksternal bisa dibelokkan, ke atas atau ke depan (bounce) atau ke kiri kanan (swivel) untuk menghindari cahaya mengarah langsung ke obyek  flash eksternal yang mahal bisa memiliki zoom head, jadi bisa mengikuti posisi fokal lensa zoom kamera, umumnya untuk rentang 24-105mm  flash eksternal bisa dipisah dari kamera, bisa terhubung dengan kabel, ditrigger secara wireless (biasa dipakai di studio )  durasi nyala flash eksternal tertentu bisa dibuat lebih lama untuk memungkinkan pemakaian shutter speed yang lebih cepat (FP mode)  flash eksternal bisa dipasang aksesori seperti soft box, diffuser, filter color gel dan semacamnya untuk tujuan tertentu  flash eksternal bisa memancarkan lampu bantuan untuk auto fokus dalam kondisi gelap, khususnya pemakai DSLR Canon.
  • 3. MengunakanLampu Kilat Kamera yang Baik dan Benar Contoh diagram: Posisi objek diantara 1-3m atau jarak ideallampu kilatdan juga jarak antara tiap objek/orang ke lampu kilatsama panjang Bandingkan dengan diagramdibawah ini: Ada beberapa orang terlalu dekat dengan flash, ada pula dua orang terlalu kebelakang. Jarak antara tiap orang dengan lampu kilat tidak sama, sehingga hasil foto tidak baik Contoh diatas menunjukkan bahwa jarak lampu kilat ke tiap orang berbeda, sehingga ada orang yang terlalu terang, ada yang pas dan ada yang gelap.
  • 4. Blitz danGN (Guide Number) Seperti yang telah kita bahas sebelumnya diatas, bahwa ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera, antara lain:  Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll.  non-dedicated flash memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan, karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi. Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasiyang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh. Guide Number (GN) pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis
  • 5. untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm). GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6. GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Namun, yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2). Indoor Flash Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapibiasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz. Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal, antara lain: o Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera
  • 6. digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat. o Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze). o Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata. o Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 - 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut. Bounce/Diffuse Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila
  • 7. cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut: o Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce). o Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse). Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya ataupun dengan posisi lain. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah: o Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut.
  • 8. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan. o Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma. o Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut. o Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul. Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita. Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda- beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa
  • 9. melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya. Outdoor Flash Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:  Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.  Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.  Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian- bagian obyek apalagi wajah manusia.  Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
  • 10.  Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan. Through The Lens Flash TTL (Through The Lens) flash, terobosan teknologi modern dalam flash photography. Kekuatan pancaran tiap lampu kilat itu berbeda-beda, semakin kuat maka dia semakin mampu menerangi area yang jauh. Yang dijadikan panduan untuk mengukur kekuatan lampu kilat adalah Guide Number (GN) yang menyatakan kekuatan maksimalflash dalam jarak (meter). Yang kita perlu pahami adalah tidak setiap memotret dengan flash kita memakai kekuatan maksimal itu. Karena cahaya dari flash yang berlebihan akan membuat foto jadi terlalu terang, bahkan bisa jadi foto kita putih semua. Untuk itulah kamera modern menyediakan terobosan teknologi TTL flash (Through The Lens) yang gunanya untuk mengatur kekuatan flash secara otomatis, sehingga hasil fotonya tetap punya eksposur yang tidak berlebihan. Prinsip kerja metering (pengukuran) TTL flash cukup rumit. Kamera harus memperhitungkan banyak faktor, seperti jarak obyek yang terukur (dalam meter), bukaan dan fokal lensa yang dipakai, kecepatan shutter dan nilai ISO yang dipilih. Pada TTL yang lebih modern, kamera juga memperhitungkan cahaya lingkungan sehingga bisa didapat hasil yang berimbang antara flash dan ambient light. Belum lagi kalau kita secara manual melakukan kompensasi eksposur untuk nilai flash, maka kamera akan memperhitungkan itu semua. Dari hasil kalkulasi rumit itu kamera selanjutnya menentukan apakah kekuatan flashnya mau dibuat maksimal(1/1) atau lebih kecil dari nilai maksimalitu (1/2, ¼, ⅛ dst hingga angka minimal). Namun, teknologi TTL bisa juga dijumpai juga di built-in flash kamera, tanpa kita harus membeli flash eksternal. Bagi yang suka manual, maka sebagian besar kamera DSLR membolehkan kita untuk mengganti mode flash dari TTL ke manual. Hanya saja di mode manual flash, kita harus cermat menentukan kekuatan flash yang sesuai supaya hasil gambarnya tidak berlebihan ataupun kurang.
  • 11. BAB III PENUTUP Setiap kamera digital selalu memiliki blitz atau flash. Tetapi tidak semua orang yang merasa cukup dengan flash yang sudah ada dari kamera tersebut. Maka dari itu, banyak orang yang menambahkan dengan flash eksternal. Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu aksesoris yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi sekarang ini penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik. Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan flash, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya fotografi yang baik.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Referensi buku: Canon book ‘’flash classroom’’ Canon book ‘’instruction manual’’ Sumber internet: file:///G:/folder%20DOWNLOAD/Desktop/Serba%20Serbi%20Flash%20Eksternalportal%20komunita s%20fotografi%20indonesia.htm http://dieephotograph.blog.uns.ac.id/2009/04/20/teknik-dasar-fotografi-digital-bag-4-blitzflash- light/