SlideShare a Scribd company logo
BAB 5
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
UANG DAN KEBIJAKAN MONETER
PADA AWAL PEMERINTAHAN ISLAM*
A. Latar Belakang: Signifikansi Perdagangan dan Alat Pertukaran
Sebelum Islam hadir sebagai sebuah kekuatan politik, kondisi geografis daerah
Hijaz sangat strategis dan menguntungkan karena menjadi rute perdagangan antara
Persia dan Roma serta daerah-daerah jajahan keduanya, seperti Syam (Syria), Etopia,
dan Yaman. Di samping itu, selama berabad-abad, wilayah selatan dan timur Jazirah
Arab juga menjadi rute perdagangan antara Roma dan India yang terkenal sebagai
Rute Perdagangan Selatan.1
Dengan timbulnya pasar-pasar musiman yang ada di
daerah Yaman, Hijaz, dan Syam terutama di San'a (ibukota Yaman), Yatsrib dan
Mekkah, para kafilah dagang memperoleh keuntungan dan dapat melakukan
perdagangan.2
Demikian pula halnya dengan rute perdagangan lain yang melewati wilayah
utara Jazirah Arab. Dalam perkembangan berikutnya, wilayah ini menjadi sebuah
rute perdagangan yang penting seiring dengan mulai sepinya rute perdagangan
sebelumnya. Sejak saat itu, barang-barang perdagangan dari India dikirim ke Oman
dan dari sana dibawa melalui jalur darat melintasi wilayah utara Jazirah Arab dan
Syiria menuju Roma. Di sepanjang rute perdagangan ini, pasar-pasar musiman
didirikan dan pemerintahan di wilayah setempat banyak bergantung pada berbagai
aktivitas perdagangan ini. Dalam waktu singkat, kota Lakm, al-Kindah dan Ghassan
(terutama Hira, Doumatul-Jandal dan Basrah) menjadi pusat perdagangan bagi para
kafilah dagang yang melewati Jalur Perdagangan Utara ini.3
Di samping Rute Perdagangan Selatan dan Utara, ada rute ketiga yang terletak di
antara Yaman dan Syam yang dibangun pada saat Hasyim mengambil alih
*
Bab ini merupakan saduran dari tulisan Kadim as-Sadr, Money and Monetary Policies in
Early Islamic Period, dalam Baqir al-Hasani dan Abbas Mirakhor (ed.), Essays on Iqtishad:
Islamic Approach to Economic Problem, (Silver Spring: Nur Corporation, 1989), h. 199 - 219.
1
Ali Akbar Fayad, History of Islam, (Tehran: Publication of Tehran University, 1958), h. 11-
12.
2
Mohammed Ebrahim Ayati, History of the Prophet of Islam, (Tehran: Publication of Tehran
University, 1979), h. 23.
3
Jaafar Sahidi, Analytical History of Islam, (Tehran: Markaz Nasr Daneshgahi, 1978), h. 13-
16.
130
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
kepemimpinan bangsa Quraisy.4
Perdagangan melalui rute ini merupakan hasil
usaha Hasyim untuk mendapatkan perjanjian dan izin dari raja-raja Roma, Persia,
Ethiopia, dan Yaman bagi suku Quraisy. Selanjutnya, perdagangan melalui rute ini
berkembang dan suku Quraisy mendapatkan banyak keuntungan dan kekayaan.
Mekkah, sekali lagi, berperan penting sebagai pusat perdagangan karena Ka'bah
terletak di sana dan suku-suku di Arab datang setahun sekali untuk menunaikan
ibadah haji di sana. Sebelum melaksanakan ibadah haji, suku-suku itu mempunyai
kesempatan untuk berdagang. Sebagai tempat suci, Ka'bah memberikan keamanan
yang penting bagi usaha perdagangan.5
Perang dan pertumpahan darah dilarang
selama empat bulan tertentu setiap tahunnya, dan secara kebetulan ibadah haji
berlangsung pada periode yang sama.6
Situasi ini memberikan jaminan keamanan yang pasti bagi para kafilah dagang,
baik dalam perjalanannya menuju Mekkah maupun perjalanan pulang ke tujuannya
masing-masing. Tingkat keamanan di kota Mekkah semakin tinggi, bahkan melebihi
tingkat keamanan di masa-masa sebelumnya, menyusul dilakukannya Perjanjian Hilf
al-Fudul antara suku-suku Arab.7
Dengan suasana yang kondusif ini, perdagangan
menjadi aktivitas yang paling penting dalam perekonomian bangsa-bangsa Arab.
Karena kondisi iklimnya, sektor pertanian tidak mungkin dikembangkan di
Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Hanya di beberapa oasis di Hijaz dan bagian tengah
Jazirah Arab, termasuk Yatsrib, terdapat kegiatan pertanian dalam jumlah yang
terbatas.8
Jumlah tenaga kerja yang terampil dan para pedagang semakin lama
semakin terbatas. Dengan alasan ini, suku-suku Arab yang tidak bermigrasi dan tidak
secara konstan berperang dan melakukan perjalanan, kemudian menukarkan atau
memberikan jasa-jasa komersial kepada para kafilah dagang tersebut.9
Hal tersebut menjadi bukti bahwa perdagangan merupakan dasar perekonomian
di Jazirah Arabia sebelum Islam datang. Prasyarat untuk melakukan transaksi adalah
4
Mohammed Ebrahim Ayati, op. cit. h. 40.
5
Abdollah ibn Youssef Ibn Hisyam, The Life of Mohammed, Prophet of Islam, (Tehran:
Ktabforoushi Eslami, t.t.), Vol. 1, h. 119.
6
Ibid.
7
Mohammed Ebrahim Ayati, op. cit., h. 60.
8
Jaafar Sahidi, op. cit., h. 22.
9
Ibid.
131
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
adanya alat pembayaran yang dapat dipercaya. Seperti yang telah disebutkan di atas,
Jazirah Arabia dan wilayah-wilayah tetangganya berada langsung di bawah
kekuasaan Persia dan Roma atau minimal berada dalam pengaruh keduanya. Mata
uang yang dipergunakan negara-negara tersebut adalah dirham dan dinar. Dalam
transaksi bisnis di Arabia, kedua jenis mata uang ini juga diterima. Dengan kian
kuatnya politik kedua negara tersebut, alat pembayarannya pun makin dipercaya di
wilayah yang berada di bawah pengaruh kekuasaannya. Karena faktor itulah, bangsa
Persia dan bangsa Romawi menjadi mitra dagang utama orang-orang Arab.
Koin dirham dan dinar mempunyai berat yang tetap dan memiliki kandungan
perak atau emas yang tetap. Akan tetapi, pada masa dinasti Umayyah dan dinasti
Abbassiyah beratnya berubah; demikian juga di Persia sendiri. Pada masa sesudah
Islam, kandungan perak koin-koin dirham berbeda antara wilayah yang satu dengan
lainnya, namun pada periode awal Islam sudah tetap. Pada saat ini, jumlah zakat
emas dan perak seperti yang disebutkan dalam Alquran didasarkan pada beratnya
koin dirham dan dinar yang ditetapkan pada masa periode awal Islam.10
Nilai satu
dinar sama dengan sepuluh dirham.
Secara alamiah transaksi yang berada di daerah Mesir atau Syam menggunakan
dinar sebagai alat tukar, sementara itu di kekaisaran Persia menggunakan dirham.
Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah kekaisaran Persia (Irak. Iran, Bahrain,
Transoxania) dan kaisaran Romawi (Syam, Mesir, Andalusia) menyebabkan
perputaran mata uang ini meningkat. Bahkan pada masa pemerintahan Imam Ali,
dinar dan dirham merupakan satu-satunya mata uang yang digunakan.
Dirham dan dinar memiliki nilai yang tetap. Karena itu, tidak ada masalah dalam
perputaran uang. Jika dirham dinilai sebagai satuan uang, nilai dinar adalah perkalian
dari dirham: dan jika diasumsikan dinar sebagai unit moneter, nilainya adalah
sepuluh kali dirham. Walaupun demikian, dirham lebih umum digunakan daripada
dinar karena hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia yang mata uangnya dirham
dapat dikuasai angkatan perang Islam; sementara tidak semua wilayah kekaisaran
Romawi yang memiliki mata uang dinar dapat dikuasai Islam. Karena itu, mata uang
dirham lebih populer di dunia usaha bangsa Arab.
10
Abdul Hay al-Kattani, The System of Prophetic Government: Called the Administrative
Procedures, (Beirut: Dar Ihya al-Turats li Arabi, t.t.), Vol. 2, h. 413-428.
132
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
Hal penting lainnya adalah pada masa Khalifah Umar bin Khattab, administrasi
keuangan kaum muslim didelegasikan kepada orang-orang Persia. Pada saat itu
Umar mempekerjakan ahli pembukuan dan akuntan orang Persia dalam jumlah besar
untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran uang di Baitul Mal (Perbendaharaan
Umum).11
Mereka juga menggunakan satuan dirham untuk membantu
meningkatkan sirkulasi uang.
Selain menggunakan dirham dan dinar, alat pembayaran yang digunakan pada
awal periode Islam adalah kredit. Ekspansi perdagangan di Arabia yang sudah
berlangsung berabad-abad lamanya bahkan sebelum munculnya Islam menuntut
penggunaan kredit. Selain memiliki kelebihan yang dimiliki dirham dan dinar sebagai
alat pembayaran, kredit memiliki keuntungan lainnya. Misalnya. untuk melakukan
transaksi yang nilainya cukuptinggi tentu dibutuhkan koin-koin yang banyak sebagai
alat pembayaran. Tentu ini tidak praktis. Karena itu, berat dan volume yang dimiliki
koin-koin itu mengurangi daya tariknya sebagai media pertukaran. Tambahan lagi,
mungkin juga terjadi pada saat transaksi pembeli tidak dapat menyediakan dirham
dan dinar secara mudah dan cepat.
Biasanya para pedagang yang berpengalaman dan bereputasi tinggi, akan
menggunakan surat wesel dagang dan surat utang dalam transaksi bisnisnya.
Meningkatnya perdagangan antara Syam dan Yaman, yang berlangsung paling tidak
dua kali setahun sebelum masa kenabian dimulai, menciptakan kemungkinan untuk
menerbitkan dan menerima surat wesel tagih, cek. atau surat utang di antara
pedagang-pedagang Quraisy dan Yaman. Tidak mungkin semua transaksi komersial
di periode awal Islam menggunakan uang kas. Penyebarluasan penggunaan transaksi
kredit sebelum Islam, dan fakta bahwa cara transaksi ini dengan beberapa modifikasi
diperbolehkan pada masa sesudah turunnya Islam, merupakan indikasi semakin
seringnya transaksi jenis ini digunakan. Pada perkembangan selanjutnya, dalam
transaksi yangdilakukan secara kredit kedua pelaku saling menyerahkan bukti
penerimaan sebagai peraturan kredit. Jika surat-surat utang ini juga digunakan oleh
pedagang-pedagang lain, bukti penerimaan itu dapat diterima sebagai alat
pembayaran dan sama nilainya dengan uang.
11
Ahmad ibn Mohammed Ibn Toqtoqa, Fakhri History, (Tehran: The Institute for
Translation dan Publication of Book, 1981), h. 112-114.
133
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
Surat-surat utang ini umum digunakan. Bahkan pada masa kekhilafahan Umar,
diterbitkan surat pembayaran cek yang penggunaannya diterima oleh masyarakat.
Umar mengintruksikan untuk mengimpor sejumlah barang dagangan dari Mesir ke
Madinah. Karena barang yang diimpor jumlahnya cukup besar, pendistribusiannya
menjadi terhambat. Oleh karena itu, Umar menerbitkan sejumlah cek kepada orang-
orang yang berhak dan rumah tangga sehingga secara bertahap setiap orang dapat
pergi ke bendahara kaum muslimin dan mengumpulkan hartanya.12
Penggunaan
sejumlah cek oleh Umar yang diterima oleh publik menunjukkan penggunaannya
sebagai alat pembayaran di periode awal Islam.
Metode lainnya yang digunakan dalam melakukan transaksi di Arabia, yang juga
diterima oleh Islam dengan beberapa modifikasi adalah pembelian utang seseorang
atau obligasi oleh pihak lainnya. Pada transaksi ini, biasanya surat utang
dipertukarkan. Legitimasi yangdiberikan Islam pada jenis transaksi ini menunjukkan
penggunaannya pada awal periode Islam; dan itu merupakan bukti lain adanya
penggunaan kredit pada masa itu.
Pada saat yang sama, tidak bisa diasumsikan bahwa volume kredit, dibandingkan
dengan jumlah uang dalam sirkulasi, cukup besar jumlahnya. Tingkat penggunaan
instrumen kredit terbatas pada beberapa pedagang. Keberagaman suku, peperangan
yang berkepanjangan antar mereka, jarak yang jauh antara wilayah-wilayah bagian
utara, tengah dan selatan. dan kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam perjalanan,
menunjukkan bahwa ada suasana ketidakpastian di area itu. Akibatnya, timbul rasa
enggan untuk menerima alat pembayaran kredit.
B. Penawaran dan Permintaan Uang
Pada bagian ini akan dibicarakan tentang mata uang. Yang dimaksud adalah
dinar dan dirham yang merupakan satuan moneter di Kerajaan Roma dan Persia.13
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad di Madinah, kedua mata uang ini
diimpor; dinar dari Roma dan dirham dari Persia. Besarnya volume impor dinar dan
dirham dan juga barang-barang komoditas bergantung kepada volume komoditas
12
Ahmed ibn Ishaq al-Ya’qubi, al-Ya’qubi History, (Tehran: The Institute for Translation
dan Publication of Book, 1983), Vol. 2, h. 42-43.
13
Al-Baladzuri, Futuh al-Buldan, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1978), h. 452.
134
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
yang diekspor ke kedua negara tersebut dan ke wilayah-wilayah yang berada di
bawah kekuasaannya. Biasanya, jika permintaan uang (money demand) pada pasar
internal meningkat maka uang lah yang diimpor. Sebaliknya, bila permintaan uang
turun maka komoditas lah yang diimpor. Hal yang menarik di sini adalah tidak
adanya pembatasan terhadap impor uang karena permintaan internal dari Hijaz
terhadap dinar dan dirham sangat kecil sehingga tidak berpengaruh terhadap
penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam perekonomian Roma dan Persia.
Sekalipun demikian, selama pemerintahan Nabi uang tidak dipenuhi dari keuangan
negara semata melainkan dari hasil perdagangan dengan luar negeri.
Karena tidak adanya pemberlakuan tarif dan bea masuk pada barang impor. uang
diimpor dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan internal. Pada sisi
yang lain, nilai emas dan perak pada kepingan dinar atau dirham sama dengan nilai
nominal (face value) uangnya. Karena itu keduanya dapat dibuat perhiasan atau
ornamen. Karena alasan tadi, dapat disimpulkan bahwa pada awal periode Islam
penawaran uang (money supply) terhadap pendapatan sangat elastis.
Setelah Persia ditaklukan, percetakan uang logam di wilayah itu terus beroperasi.14
Sementara itu, kaum muslimin secara perlahan-lahan mulai diperkenalkan kepada
teknologi percetakan uang sehingga pada masa kepemimpinan Imam Ali kaum
muslimin secara resmi mencetak uang sendiri dengan menggunakan nama
pemerintah Islam.15
Beberapa ahli sejarah menduga bahwa percetakan uang bahkan
sudah dilaksanakan sejak masa kepemimpinan Umar atau Utsman, tetapi bukti-bukti
yang ada memperlihatkan bahwa pembuatan uang dimulai pada masa
kepemimpinan Imam Ali.16
Ketika mata uang masih dimpor, kaum muslimin hanya
mengontrol kualitas uang impor itu, namun setelah mencetak sendiri kaum muslimin
secara langsung mengawasi penawaran uang yang ada.
Tentu saja periode kepemimpinan Imam Ali sangat singkat karena beliau mati
syahid setelah empat tahun menjadi khalifah. Ketegangan politik selama masa
14
Hasanuz Zaman, The Economic Functions of the Early Islamic State, (Karachi: International
Islamic Publishers, 1981), h. 337.
15
Abdul Hay al-Kattani, op. cit., h. 413-428.
16
Jaafar Murtadha, Dirasat fi al-Tarikh wa al-Islam, (Tehran: Center of Scientific and
Cultural Publications, 1983), h. 127-137.
135
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
Khulafaur Rasyidin cukup tinggi sehingga uang yang dicetak oleh keuangan muslim
tidak dapat beredar luas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penawaran uang
selama masa itu sama seperti pada masa Nabi Muhammad.
Tinggi rendahnya permintaan uang bergantung pada frekuensi transaksi
perdagangan dan jasa. Sementara itu, situasi yang kurang kondusif, permusuhan
kaum Qurays terhadap kaum muslimin, dan keterlibatan kaum muslimin pada
sedikitnya 26 ghazwah (perang yang diikuti Nabi secara langsung) dan 32 sariyah
(perang yang terjadi pada masa kepemimpinan Nabi, tapi beliau tidak terlibat secara
langsung), yang berarti rata-rata enam kali perang dalam setiap tahunnya,
menimbulkan precautionary demand (permintaan uang untuk pencegahan) untuk
berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang tidak diduga dan tidak diketahui sebelumnya.
Sebagai akibatnya, permintaan terhadap uang selama periode ini umumnya bersifat
permintaan transaksi dan pencegahan. Selain dari yang sudah disebutkan di atas,
tidak ada lagi motif penggunaan uang. Karena kanz (penimbunan uang) dilarang,
tidak ada seorang pun yang berhak menyimpan uangnya dengan tujuan spekulasi
pada nilai tukar. Larangan penimbunan juga dikenakan pada komoditas.
Sebagai tambahan, larangan terhadap talaqqi al-rukban (mencegat kafilah sebelum
mereka masuk ke pasar), menyebabkan tidak ada motif lain penggunaan uang selain
yang disebutkan di atas. Sebelum Islam datang, praktek ini umum dilakukan, yaitu
suatu praktek bisnis yangterjadi saat serombongan kafilah pedagang mendekati kota.
Satu atau beberapa pemilik modal akan menemui kafilah tersebut untuk membeli
barang dagangannya. Dengan memanfaatkan ketidaktahuan kafilah terhadap
informasi harga pasar, pemilik modal tersebut memborong barang mereka semurah
mungkin lalu menjualnya kembali di pasar dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Aktivitas ini dilarang oleh Rasulullah.
Karena penawaran dan permintaan pada awal periode Islam telah dijelaskan, kita
dapat menyelidiki bagaimana nilai uang dan stabilitasnya ditentukan. Ketika
penduduk Arab memeluk agama Islam, jumlah populasi kaum muslimin
berkembang dengan pesat.17
Sementara itu, ghanaim (harta rampasan perang) yang
diperoleh dari berbagai peperangan dibagikan kepada seluruh muslim sehingga
17
Al-Syahid Sayid Mohammed Baqir ash-Shadr, Iqtishaduna, (Beirut: Dar al-Fikr, 1389 H),
h. 118-120.
136
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
standar hidup dan pendapatan mereka meningkat. Di atas semua itu, Nabi
Muhammad saw melalui kebijakan khususnya berusaha meningkatkan kemampuan
produksi dan ketenagakerjaan kaum muslimin seperti yang akan dijelaskan di bawah
ini. Keseluruhan faktor ini meningkatkan permintaan transaksi terhadap uang.
Meskipun demikian, penawaran uang tetap elastis. Hal ini dikarenakan tidak adanya
hambatan terhadap impor ketika permintaan naik. Di lain pihak, ketika penawaran
naik, excess supply (penawaran berlebih) akan diubah menjadi ornamen emas dan
perak. Akibatnya, tidak ada penawaran atau permintaan berlebih dan pasar akan
tetap berada pada keseimbangan (equilibrium). Oleh karena itu, nilai uang akan selalu
stabil.
Hal yang dapat menyebabkan fluktuasi pada nilai uang dalam jangka pendek
adalah aktivitas-aktivitas yang dilarang dan dinyatakan ilegal oleh Pembuat syariat
(seperti kanz dan talaqi ar-rukban). Mengubah uang menjadi aset lain, terutama
instrumen finansial juga dapat menyebabkan ketidakstabilan pada pasar uang.
Transaksi ini dapat menimbulkan pengaruh, pertama, bila dilakukan dalam volume
besar. dan kedua, adanya pasar aset finansial yang aktif. Sepanjang pengamatan kami,
tidak ada pasar semacam ini pada awal periode Islam. Sebabnya, pertama, volume
kredit bila dibandingkan dengan uang tunai (cash) relatif tidak signifikan. Kedua,
penggunaan jenis instrumen finansial dalam bentuk konsep atau nota perjanjian utang
dan dengan potongan harga, juga relatif tidak signifikan bila dibandingkan dengan
volume penggunaan dinar dan dirham dalam peredaran uang. Dengan demikian
dapat dikatakan, pembelian dan penjualan instrumen perjanjian bukanlah transaksi
yang umum pada waktu itu. Bukti-bukti sejarah mengindikasikan transaksi ini
kurang populer bahkan sebelum Islam datang. Akibatnya, pasar uang berada dalam
keseimbangan (equilibrium) pada jangka panjang dan nilai uang tetap stabil.
C. Percepatan Sirkulasi Uang
Faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap stabilitas nilai uang adalah
pemercepatan peredaran uang. Sistem pemerintahan yang legal dan terutama
perangkat hukum yang tegas dalam menentukan peraturan etika dagang dan
penggunaan uang memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan
137
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
pemercepatan peredaran uang. Larangan terhadap Kanz (penimbunan uang untuk
spekulasi) cenderung mencegah dinar dan dirham keluar dari perputaran. Begitu juga
larangan praktek bunga bank mencegah tertahannya uang di tangan pemilik modal.
Kedua larangan ini mendorong pemercepatan peredaran uang secara signifikan.
Demikian pula, tindakan Rasul mendorong masyarakat untuk mengadakan kontrak
kerjasama dan mendesak mereka untuk memberikan pinjaman tanpa bunga lebih
memperkuat peredaran uang. Singkatnya, kebijakan-kebijakan Rasulullah seperti
dikemukakan di atas memiliki peranan penting dalam meningkatkan pemercepatan
peredaran uang secara signifikan.
Struktur pasar masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemercepatan
peredaran uang. Monopoli kaum Qurays dalam bisnis perdagangan yang sudah ada
sejak dulu perlahan-lahan mulai berkurang. Setelah penaklukan kota Mekah, hak
istimewa terakhir yang dimiliki kaum Qurasy dalam kepengurusan Ka'bah dan
pengorganisasian pasar Ukaz dan Dul-Majaz, diambil alih dari tangan mereka.18
Jadi,
dapat dikatakan bahwa penghapusan struktur monopoli dari pasar perdagangan
telah meningkatkan efisiensi pertukaran dan membawa perekonomian kepada
distribusi pendapatan yang lebih baik. Oleh karena itu, permintaan efektif dan juga
permintaan transaksi terhadap uang pun meningkat. Peningkatan permintaan ini
mempercepat peredaran uang.
Dalam perekonomian pertanian dan nomaden di awal periode Islam, komoditas
ditukarkan dengan cara barter. Karenanya, dinar dan dirham tidak dipergunakan
daiam perdagangan. Malah ketika komoditas ditukarkan dengan uang, proses
perdagangan menjadi lambat, dan tentunya hal ini mempengaruhi pemercepatan
perputaran perekonomian secara keseluruhan.
Dapat dipahami bahwa setelah Hijrah (perpindahan Nabi Muhammad saw ke
Madinah), secara bertahap pemercepatan peredaran uang cenderung meningkat.
Keberhasilan kaum muslimin pada perang-perangnya menguatkan rasa percaya diri
dan optimisme tentang masa depan yang lebih baik di kalangan kaum muslimin.
Setelah perdamaian Hudaybiya, optimisme ini semakin meningkat. Dan setelah
penaklukan Mekah, sistem Islam telah tersusun baik di seluruh Arab. Oleh karena itu,
18
Mohammed Ebrahim Ayati, op. cit., h. 23.
138
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
dapatlah dikatakan bahwa peningkatan volume aktivitas ekonomi mempercepat
peredaran uang.
D. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Nilai Uang
Pada awal-awal masa pemerintahan Nabi, perekonomian mengalami penyusutan
permintaan efektif. Perpindahan kaum muslimin dari Mekah ke Madinah. yang tidak
dibekali dengan kekayaan ataupun simpanan dan juga keahlian—padahal keduanya
sangat dibutuhkan di Madinah— telah menciptakan keseimbangan perekonomian
yang rendah. Sementara itu peperangan banyak menyerap jumlah tenaga kerja yang
seharusnya dapat dipergunakan untuk pekerjaan produktif. Oleh karena itu,
kebijakan yangt tepat perlu diambil untuk meningkatkan permintaan secara
keseluruhan. Kebijakan yang diambil biasanya disertai dengan peningkatan jumlah
permintaan, juga peningkatan kemampuan produksi dan ketenagakerjaan dan secara
positif mempengaruhi nilai uang.
Masalah utama yang dihadapi Nabi dilihat dari sudut pandang kebijakan fiskal
adalah pengaturan pengeluaran untuk biaya perang yang rata-rata terjadi setiap dua
bulan sekali.19
Perlengkapan persenjataan, transportasi, dan keperluan lain
membutuhkan biaya yang besar dan itu ditutupi dari keuangan negara. Di sisi lain,
penyediaan biaya hidup minimum untuk setiap muslim turut pula menambah beban
kewajiban finansial keuangan negara. Begitu juga, gaji hakim, pegawai yang tersebar,
akuntan, kasir, dan petugas penarik pajak dibayarkan dari dana baitul maal.
Mengingat demikian besarnya seluruh pengeluaran pada tahun-tahun awal Hijrah,
merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa keuangan negara tidak mengalami defisit
anggaran.20
Hanya dalam satu kesempatan Nabi Muhammad melakukan pinjaman
setelah penaklukan Mekah untuk membayar masyarakat Mekah yang baru memeluk
Islam.21
Pinjaman ini telah dilunasi dalam waktu kurang dari setahun setelah kembali
dari perang Hunain.
Kebijakan lain yang dilakukan Nabi Muhammad adalah memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada kaum muslimin dalam melakukan aktivitas
produktif dan ketenagakerjaan. Nabi Muhammad mendesak golongan Ansar dan
19
Ibid., h. 219-227.
20
Al-Syahid Sayid Mohammed Baqir ash-Shadr, op. cit., h. 171-174.
21
Ibid.
139
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
Muhajirin, sejak awal kedatangan mereka ke Madinah untuk melakukan perjanjian
mudharabah (kerjasama dua pihak; yang satu menyediakan modal dan pihak lainnya
mengatur bidang usahanya), muzara'ah (pembagian panen) dan musaqat (salah satu
pihak menyediakan kebun dan pihak lainnya mengatur irigasi dan jasa tenaga kerja
lainnya).22
Kebijakan-kebijakan ini diterapkan setelah perjanjian persaudaraan antara
Muhajirin dan Ansar dilaksanakan. Berkat kerjasama ini, volume perdagangan dan
aktivitas pertanian di Madinah meningkat yang akhirnya meningkatkan penawaran
agregat (aggregate supply} masyarakat. Peningkatan penawaran agregat membawa
perekonomian dan stabilitas nilai uang kepada suatu tingkat keseimbangan
(equilibrium) yang lebih tinggi.
Di antara aturan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad untuk meningkatkan
aktivitas pertanian di Madinah adalah pembagian tanah hasil penaklukan Banu Nadir
kepada Muhajirin dan dua orang Ansar.23
Aturan lainnya yang diterapkan pada dua
tahun pertama setibanya di Madinah adalah pembagian tanah untuk perumahan.
Kedua kebijakan tersebut menaikkan tingkat produksi dan jasa dalam perekonomian
Madinah yang akhirnya membawa kepada tingginya tingkat keseimbangan
penawaran dan permintaan agregat. Seiring dengan kemajuan di bidang
perekonomian, kesejahteraan, dan ketenagakerjaan muslimin turut meningkat.
Dengan meningkatnya pendapatan keuangan kaum muslimin pada periode
setelah Nabi Muhammad, pembangunan infrastruktur harus lebih dikembangkan
yang tentunya membutuhkan jumlah sumber daya yang besar. Saluran dan jaringan
irigasi diperbaiki dan dikembangkan di Mesir. Sementara itu, untuk mempercepat
perdagangan melalui transportasi laut dari Mesir ke Madinah, sebuah saluran
dibangun dari Fustat (ibukota Mesir) sampai ke Laut Merah.24
Untuk memfasilitasi
proses pembangunan, dua kota, Basra dan Kufa didirikan. Keseluruhan aturan ini
memungkinkan akumulasi kekayaan dan modal pada perekonomian di awal periode
Islam. Untuk alasan tersebut, nilai uang, begitu juga dengan tingkat harga, tetap stabil;
kecuali pada beberapa tahun tertentu. Oleh karena itu, kebijakan fiskal, meskipun
22
Ali Ahmadi Mianji, Private Ownership of Land, (Qum: Bureau of Islamic Publications,
1983), h. 105.
23
Ibid., h. 106.
24
Abdul Hay al-Kattani, op. cit., h. 53-54.
140
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
melalui perluasan. tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap nilai uang.
E. Mobilisasi dan Utilisasi Tabungan
Salah satu tujuan khusus perekonomian pada awal perkembangan Islam adalah
penginvestasian tabungan yang dimiliki masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan dua
cara:
1. Mengembangkan peluang investasi yang syar'i secara legal
2. Mencegah kebocoran atau penggunaan tabungan untuk tujuan yang tidak
islami
Pengembangan peluang investasi islami secara legal dilakukan dengan
mengadopsi sistem investasi konvensional yang kemudian disesuaikan sehingga
pihak surplus (pemegang tabungan) dan entrepreneurs dapat bekerja sama dengan
ex-ante agreement share yang menghasilkan nilai tambah. Karena kegiatan utama
ekonomi adalah jasa, agrikultural, perdagangan dan kerajinan tangan, bentuk hukum
yang sesuai untuk semua kegiatan ini adalah mudharabah, muzara'ah, musaqat, dan
musyarakah. Tabungan yang dimiliki masyarakat dialokasikan untuk perdagangan
dan kerajinan tangan, sedangkan aset fisik seperti tanah dan mesin, digunakan untuk
agrikultural. Atas dorongan dan bimbingan Rasulullah, kaum Muhajirin dan Anshar
siap untuk bekerjasama dengan pembagian kepemilikan 50%-50%.25
Mengingat kaum
Muhajirin yang "kurang" dalam hal modal dan skill yang menyangkut agrikultural
dan perdagangan, bagian kepemilikan yang mereka terima tidak sesuai dengan nilai
partisipasi yang mereka kontribusikan. Melalui kontrak kerjasama ini, kaum Anshar
mengajarkan skill yang dibutuhkan, sehingga produktivitas meningkat.
Bagi pemilik modal, bentuk kerjasama seperti ini sangat tnenguntungkan karena
mereka dapat terlibat secara langsung dalam proses investasi. Pengalaman, informasi,
serta metode supervisi dan manajemen yang mereka miliki secara langsung dapat
diterapkan. Dalam kerjasama ini, resiko usaha ditanggung oleh kedua pihak.
Pengalaman dan informasi yang diperoleh peserta kemudian diinformasikan
kepada masyarakat luas untuk menarik mereka dalam kerjasama serupa. Lambat
laun, informasi yang sempurnadan pengetahuanyangdimiliki masyarakat akan dapat
25
Ali Ahmadi Mianji, op. cit., h. 105.
141
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
mengurangi risiko investor dalam menjalankan usahanya. Selain pendapatan yang
diterima, informasi dan metode adminstrasi perdagangan/ekonomi yang mereka
dapatkan menjadi daya tarik tersendiri buat masyarakat untuk melakukan investasi.
Pada awal masa keislaman, pemerintah dengan berbagai cara menyediakan
fasilitas yang berorientasi investasi untuk masyarakat. Pertama, memberikan berbagai
kemudahan bagi produsen untuk berproduksi. Kedua, memberikan keuntungan pajak
terutama bagi unit produksi baru. Metode perpajakan Islam tidak membahayakan
insentif aktivitas ekonomi karena penarikan pajak dilakukan secara proporsional
terhadap keuntungan; pendapatan sewa dan quasi-rent yang didapatkan dari kegiatan
usaha sehingga tidak mengurangi insentif dan efisiensi produsen. Ketiga,
meningkatkan efisiensi produksi sektor swasta dan peran serta masyarakat dalam
berinvestasi yang dilakukan dengan memperkenalkan teknik produksi dan keahlian
baru kepada kaum muslim.26
Sains baru dan keterampilan ditransfer dari Persia dan
Roma yang kemudian diadopsi oleh masyarakat muslim. Dalam kasus pembiayaan
pengenalan teknologi yang di luar kemampuan keuangan sektor swasta,
digunakanlah dana masyarakat. Teknologi produksi senjata dan ilmu kedokteran
diadopsi dari Persia oleh Rasulullah sendiri dengan menggunakan dana Baitul Mal.27
Investasi infrastruktur dalam upaya peningkatan kapasitas dan efisiensi produksi
dikembangkan pada masa kepemimpinan Umar. Dalam waktu yang bersamaan,
akuntansi dan metode administrasi dari Persia, teknik irigasi, dan arsitektur dari
Roma diperkenalkan kepada masyarakat. Selama masa kepemimpinan Khalifah Ali,
teknik percetakan uang logam, seperti halnya dengan kesustraan dan ilmu tentang
manusia, berkembang baik.28
Hal ini adalah pertanda baik bagi usaha sektor publik
untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam menjalankan proses produksi dan
peningkatan efisiensi produksi berupa tindakan yang tidak hanya meningkatkan
efisiensi tetapi juga mendorong masyarakat untuk menginvestasikan modal yang
dimiliki.
Metode lainnya untuk menginvestasikan tabungan adalah utang tanpa bunga
(qard al-hasan). Meminjamkan uang tanpa bunga sangat dianjurkan dan merupakan
26
Al-Syahid Sayid Mohammed Baqir ash-Shadr, op. cit., h. 1365.
27
Ibid.
28
Ibid.
142
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
amal baik seperti disebutkan dalam Alquran.29
Anjuran ini menjadi motivasi tersendiri
bagi masyarakat untuk meminjamkan harta dan kekayaan mereka kepada produsen
untuk dimanfaatkan. Dengan demikian, selain efisiensi produksi dan kesejahteraan
konsumen yang meningkat, kepuasan batin pemberi modal juga meningkat.
Walaupun memberi pinjaman tanpa bunga dianggap bukan dari bagian kegiatan
investasi dari sisi ilmu ekonomi murni. namun dari sisi Alquran, tindakan ini
merupakan kegiatan yang produktif mengingat tingkat pengembaliannya sepuluh
kali lipat atau lebih. Karena itu dalam pandangan seorang muslim meminjamkan
tanpa bunga merupakan satu investasi dengan return yang jelas dan aman.
Karenanya, sejak kebijakan qardh al-hasan ini disampaikan kepada masyarakat mereka
segera melaksanakannya dengan tujuan mendapatkan ridha Allah.
Dari sudut pandang makroekonomi, pinjaman tanpa bunga akan menciptakan
suatu sistem efisiensi dana untuk produksi atau konsumsi dengan asumsi yang
meminjamkan dan yang meminjam memiliki informasi yang sempurna. Dana
pinjaman ini biasanya dibayar tepat waktu dan tanpa biaya administrasi. Karena itu,
sistem ini mendorong peningkatan kesejahteraan umum dan ekspansi agregate supply
(persediaan barang dan jasa secara keseluruhan).
Metode ketiga untuk menyalurkan tabungan dalam kegiatan investasi adalah
infak dan waqaf. Karena terdapat unsur religi dan spiritual dalam dua hal ini. kaum
muslim menunjukkan antusiasmenya untuk melakukan infak dan waqaf. Antusiasme
dalam berinfak begitu besar sehingga kaum muslim melakukan Itar (mendahulukan
kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri). Alquran sangat
menganjurkan kebiasaan ini. Dikatakan orang yang berinfak akan diberi balasan
berupa pahala sebanyak tujuh ratus kali lipat. Untuk alasan inilah, banyak pengikut
dan sahabat Rasulullah tidak hanya berinfak tetapi juga mewaqafkan hartanya. Harta
yang diwaqafkan oleh Imam Ali dan Fatima dan sahabat lainnya telah tercatat dalam
sejarah.
Infak itu biasanya berupa uang dan sejenisnya yang merupakan pendapatan yang
disisihkan setelah kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri telah terpenuhi. Berbeda
dengan infak, waqaf adalah akumulasi tabungan daiam bentuk fisik, seperti rumah.
29
Lihat QS. 2:245, 57:11, 17 dan 64:17.
143
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
tanah, pertanian, atau sarana umum lainnya seperti sekolah, rumah sakit. jembatan
dan sumur. Kepekaan kaum muslim terhadap kedua hal ini--sejak awal periode
keislaman sampai saat ini-sangat besar. Di tiap negara Islam banyak sekali harta yang
diwaqafkan oleh masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk
mendapatkan ridha Allah.
F. Praktik Bisnis Ilegal
Islam telah membuat kebijakan yang mendorong mengalirnya tabungan ke arah
investasi sekaligus untuk mencegah terjadinya penyimpangan penggunaan tabungan
pada hal-hal yang tidak diinginkan dan sia-sia dengan batasan-batasan yang ada.
Beberapa batasan itu antara lain kanz, riba, dan larangan transaksi kali-bi-kali.
1. Kanz (Penimbunan uang)
Kanz adalah kegiatan menimbun uang (dirham atau dinar). Penimbunan harta
akan mengurangi persediaan uang di pasar sehingga permintaan uang akan
meningkat karena perputaran uang menurun. Seperti disebutkan di atas, menimbun
uang sangat tidak dianjurkan Alquran.30
Sudah jelas bahwa Kanz sangat merugikan
karena mempengaruhi perputaran uang. Dengan dilarangnya penimbunan harta ini,
nilai uang akan lebih stabil dan daya beli masyarakat dapat dipertahankan.
2. Riba
Sebelum kedatangan Islam, hal yang paling biasa dilakukan dalam penggunaan
uang tabungan yang disimpan masyarakat adalah riba (usury loan) baik untuk
perdagangan atau pun konsumsi. Pada saat itu, perdagangan sangat membutuhkan
modal sehingga menciptakan permintaan akan pinjaman. Pada saat terjadinya utang
piutang, kreditur menginginkan pada saat pelunasan uang yang diterima lebih besar
dari yang diutangkan.31
Jenis riba yang kedua adalah transaksi riba. Hal ni dilakukan pedagang dengan
menukarkan barangnya dengan barang yang sama dalam jumlah yang lebih sedikit.
30
Lihat QS. 9:35 dan 39.
31
Mahmood Sihabi, Adwar al-Fiqh, (Tehran: Publication of Tehran University, 1978), Vol.
1, h. 363.
144
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
Dari sudut pandang kaum Quraisy, riba adalah jalan terbaik untuk mendapatkan
keuntungan yang besar dari tabungan yang mereka miliki karena debitur pada saat
itu tidak harus berjalan jauh untuk melakukan transakasi sehingga mereka tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk itu. Mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dari transaksi riba tersebut. Karena modal yang ada hanya terbatas pada kaum
Hijaz yang hidupnya nomaden, sementara perdagangan menimbulkan permintaan
modal yang tinggi, keuntungan yang mereka peroleh dari transaksi riba ini sangat
besar. Lagi pula mereka tidak perlu menanggung risiko ketika terjadi kerugian dari
perdagangan yang dilakukan debitur. Sekalipun debitur (pedagang) tidak dapat
mengembalikan modal yang dipinjamnya, uang kreditur tetap aman karena mereka
dapat menjadikannya budak.32
Keuntungan lain untuk kreditur, ia tidak perlu mengkhawatirkan keberhasilan
atau kegagalan perdagangan yang dijalankan debitur, dan tidak ada kepentingan
untuk menangani para debitur. la tidak perlu mengaudit pemasukan dan
pengeluaran untuk menghitung keuntungan dan bagiannya. Kreditur juga tidak
perlu memberikan pelatihan kepada pedagang tentang bagaimana mengelola dan
memasarkan produknya. Dengan keuntungan dan kemudahan inilah banyak pemilik
modal yang lebih memilih transaksi dengan riba dalam kerjasama perdagangannya.
Rasulullah saw sudah mengutuk riba sejak awal perjalanan dakwahnya dan
melarang kaum muslim mengambil keuntungan dari kegiatan ini. Selama
mengajarkan etika ekonomi dan mengutuk riba, secara perlahan-lahan Rasullullah
membatasi penerapan ribadi masyarakat. Selang beberapa waktu, Rasulullah
melarang compound usury (riba yang diterima secara keseluruhan, biasanya pada
waktu jatuh tempo) dan pada akhir tahun hijrahnya Rasul. seluruh bentuk riba dan
transaksi yang ribawi dilarang. Rasulullah menekankan kepada masyarakat bahwa
keuntungan yang didapat dari riba adalah sebuah dosa besar. Akhirnya, riba
dihilangkan dari kegiatan ekonomi pada awal periode keislaman dan tabungan hanya
dapat digunakan untuk tujuan yang telah disebutkan di atas.
Larangan riba dalam arti yang luas akhirnya membatasi penggunaan tabungan.
Tidak ada lagi jalan bagi pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan yang besar
32
Ibid., h. 364.
145
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
selain melalui kerjasama. Hal ini mengakibatkan pemilik modal menjadi sangat
tergantung kepada pengusaha untuk mendapatkan pendapatan dari modal yang
mereka miliki. Perubahan ini dan yang lainnya— sebagai akibat dari perubahan hak-
hak ekonomi dan hak-hak istimewa lainnya dalam perekonomian pada masa periode
keislaman, bersamaan dengan insentif lain yang diberikan kepada produsen dan
investor— menciptakan hak istimewa barn dan prestis bagi mereka dan memotivasi
mereka untuk meningkatkan partisipasi dalam kerjasama partnership. Perubahan ini
secara keseluruhan meningkatkan permintaan akan investasi dan menciptakan
koordinasi dan keseimbangan antara perputaran uang dan produksi barang.
3. Kali-bi-kali
Perubahan yang terjadi dan ekspansi perdagangan dan ekonomi mengharuskan
dilakukan modifikasi dalam struktur pasar sehingga kegiatan produksi barang dan
jasadapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Perubahan yang terjadi sangat banyak
dan komprehensif sehingga tidak dapat dibahas dalam buku ini. Untuk itu kita hanya
berkonsentrasi pada salah satu perubahan untuk mengilustrasikan bagaimana
perubahan ini mempengaruhi tabungan dan proses investasi.
Dalam hukum Islam, transaksi tunai dan kredit dibolehkan. Dalam transaksi
tunai, uang dan barang dipertukarkan secara simultan; sementara dalam transaksi
kredit, barang diserahkan terlebih dahulu yang diikuti dengan uang pada saat jatuh
tempo atau sebaliknya, uang diserahkan terlebih dahulu. kemudian barang
diserahkan selang beberapa waktu berikutnya. Yang tidak dibolehkan dalam Islam
adalah uang dan barang dipertukarkan selang beberapa waktu setelah kontrak
ditandatangani. Praktek inilah yang dinamakan kali-bi-kali.
Jika transaksi semacam ini dibenarkan. akan timbul pasar emas, perak dan aset
berharga lainnya dan sebagian tabungan yang dimiliki akan dialokasikan untuk
transaksi spekulatif ini Dalam hal ini tidak ada nilai tambah untuk perekonomian
secara keseluruhan. Pendapatan hanya dinikmati oleh pemilik modal sehingga
menciptakan ketidakseimbangan arus uang dan barang.
Larangan transaksi ini dengan sendirinya akan mencegah terjadinya
penyimpangan penggunaan tabungan untuk hal-hal selain produksi barang dan jasa,
146
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
yaitu mencegah terciptanya pasar uang, seperti halnya mencegah terciptanya loan
market dengan menghapuskan riba.
G. Instrumen Kebijakan Moneter
Kesimpulan yang bisa diambil dari uraian di atas adalah bahwa tidak ada satu
pun instrumen kebijakan moneteryangdigunakan saat ini diberlakukan pada masa
awal periode keislaman. Karena "minimnya" sistem perbankan dan karena
penggunaan uang sebagai alat tukar, tidak ada alasan untuk melakukan perubahan
supply uang melalui kebijakan diskresioner. Lagipula kredit tidak memiliki peran
dalam menciptakan uang; faktornya antara lain, pertama, kredit hanya digunakan di
antara sebagian pedagang. Kedua, peraturan pemerintah tentang promissory notes
(surat pinjaman/kesanggupan) dan negotiable instruments (alat-alat negosiasi) dibuat
sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan sistem kredit menciptakan uang.
Promissory notes atau bill of exchange dapat diterbitkan untuk membeli barang atau
untuk mendapatkan sejumlah dana segar, namun surat ini tidak dapat dimanfaatkan
untuk tujuan kredit. Setelah surat ini dikeluarkan, kreditur dapat menjual surat
tersebut tetapi debitur tidak dapat menjual uang atau komoditi, sebelum ia menerima
surat tersebut. Untuk itu, tidak ada pasar untuk jual beli negotiable instruments,
spekulasi dan penggunaan pasar uang. Jadi, sistem kredit tidak dapat menciptakan
uang.
Aturan di atas mempengaruhi keseimbangan antara pasar barang dan pasar uang
berdasarkan transakasi tunai. Dalam nasi'ah atau aturan transaksi islami lainnya,
ketika komoditi dibeli saat ini, namun pembayarannyadilakukan kemudian, uang
dibayarkan atau diterima untuk mendapatkan komoditas atau jasa. Dengan kata lain,
uang dipertukarkan dengan sesuatu yang benar-benar menciptakan nilai tambah buat
perekonomian; bahkan dalam kasus ini uang dipertukarkan dalam kerangka yang
islami. Transaksi lain seperti judi, riba, kali-bi-kali, jual beli superficial promissory note
dilarang dalam Islam sehingga keseimbangan antara arus uang dan barang dapat
dipertahankan. Mengingat perputaran uang dalam periode tertentu relatif stabil,
dapat disimpulkan jumlah uang dalam suatu perekonomian sama dengan nilai
barang dan jasa yang diproduksi.
147
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
Instrumen lain yang dipergunakan pada saat ini untuk mengatur jumlah uang
beredar adalah dengan jual beli surat berharga (opersai pasar terbuka). Sudah jelas
bahwa pasar terbuka ini tidak ada dalam sejarah perekonomian Islam pada awal
perkembangannya. Metode ketigayangjuga saat ini digunakan yaitu menaikkan atau
menurunkan tingkat bunga bank. Tingkat bunga ini tidak diterapkan karena adanya
larangan yang berkenaan dengan riba dalam Islam.
Sistem yang diterapkan pemerintah menyangkut konsumsi, tabungan, investasi,
dan perdagangan telah menciptakan instrumen otomatis untuk pelaksanaan
kebijakan moneter. Pada satu sisi sistem ini menjamin keseimbangan uang dan barang
dan pada sisi lain mencegah penggunaan tabungan untuk tujuan selain menciptakan
kesejahteraan yang lebih nyata di masyarakat. Lagi pula, adanya imbalan pahala
untuk usaha dan bentuk kegiatan ekonomi lainnya, serta partisipasi dari para sahabat
Rasulullah dalam perdagangan dan pertanian, telah menambah nilai dari kegiatan ini
di mata kaum muslim. Alquran menggambarkan perhatian kaum muslim untuk
penggunaan sumber daya yang telah disediakan oleh Allah SWT sehingga
memperluas pandangan kaum muslim untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi.33
Hal ini lebih memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan investasi
dan menyalurkan kekayaan yang dimiliki untuk hal-hal yang tidak mendapatkan hak
yang terlalu istimewa melalui qard hasan, infaq dan waqaf.
H. Metode Alokasi Kredit
Metode apakah yang digunakan untuk mengalokasikan kredit ke berbagai
kepentingan seperti investasi, utang tanpa bunga atau infak? Di pasar manakah kredit
itu dialokasikan dan apa faktor yang menentukan dalam proses alokasi tersebut?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu kiranya kita mengetahui jenis-jenis
pasar yang ada pada perode awal Islam. Dengan begitu, kita dapat menentukan
kriteria penentuan alokasi kredit pada saat itu. Dengan kredit, kas yang tersedia
dialokasikan ke proyek-proyek investasi, qard hasan, infak, atau waqaf.
Pada periode awal Islam, seperti yang kita lihat, sebagai akibat dari larangan riba
33
Lihat QS. 16:114, 17:70, 31:31, 43:10-14, 45:12, dan ayat-ayat lainnya.
148
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
dan transaksi kali-bi-kali adalah tidak adanya pasar utang atau future markets dan
harta yang disimpan tidak menghasilkan bunga. Pasar yang aktif hanyalah pasar
barang yang memperdagangkan barang konsumsi dan investasi. Jual beli secara
kredit, jual beli instrumen utang. perjanjian kerja sama dan kontrak legal lainnya
adalah beberapa fasilitas yang mendukung transaksi tunai dan kredit yang
diperbolehkan dalam Islam.
Untuk alasan inilah, aturan yang lebih komprehensif dikembangkan untuk
mengatur pasar barang, rnisalnya kondisi barang yang dipertukarkan. status hukum
penjual dan pembeli, jenis transaksi, hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh pihak yang
bekerja sama, serta kewajiban yang harus dilakukan dan pilihan yang dimiliki ketika
usaha itu berhenti. Aturan yang mengatur transaksi di pasar ini sangat luas sehingga
membutuhkan studi yang terpisah. Menurut para sufi aturan ini telah diatur
sedemikian hingga mengurangi biaya transaksi kerja sama dan memfasilitasi arus
informasi dalam pasar.
Variabel ekonomi yang ada pada masa itu adalah harga tunai dan kredit barang
dan jasa, jangka waktu transaksi kredit, tingkat keuntungan dalam perdagangan,
tingkat pengembalian investasi, harga faktor produksi, jangka waktu utang qard
hasan dan tingkat diskonto instrumen utang. Dengan adanya variabel ini. metode
alokasi dapat dijelaskan. Beberapa variabel seperti harga barang dan jasa serta harga
faktor produksi sangat menentukan dalam pengambilan keputusan menyangkut
konsumsi dan produksi dalam satu periode. Variabel lainnya, seperti rate transaksi
kredit, tingkat pengembalian investasi, tingkat keuntungan perdagangan, tingkat
diskonto, jangka waktu qard hasan, jangka waktu transaksi kredit atau waktu yang
dibutuhkan untuk persiapan sebuah proyek investasi, berkaitan erat dengan
keputusan sementara menyangkut produksi dan transfer pendapatan. Bantuan
variabel ini sangat memungkinkan untuk menganalisa proses pengambilan
keputusan.
Mungkin kriteria yang paling penting untuk mengalokasikan tabungan adalah
perbedaan antara harga tunai dan kredit dari suatu barang. Dengan begitu, pemilik
modal dapat mengantisipasi ketika ia membeli barang dan kemudian menjualnya
secara kredit. Maka, selayaknya ia meperoleh pendapatan sebesar perbedaan antara
149
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
harga keduanya pada saat jatuh tempo. Karena itu, perbedaan antara harga barang
tunai dan kredit menentukan return yang dapat diharapkan oleh pemilik modal
secara rata-rata dalam periode tertentu. Dengan kata lain, pemilik modal akan
menginvestasikan modal yang dimiliki dan menerimaresiko yang lebih besar hanya
ketika tingkat pengembalian dari investasi tersebut lebih besar dari rasio antara harga
barang kredit terhadap harga barang yang dijual tunai. Akibatnya, investasi hanya
terjadi pada titik di mana tingkat pengembalian investasi sama dengan tingkat
pengembalian transaksi kredit.
Pada sisi lain, kreditur yang ingin menjual instrumen utang yang dimilikinya
harus menawarkan dengan harga yang lebih rendah untuk menarik pembeli.
Masyarakat hanya akan membeli instrumen utang ketika tingkat pengembalian dari
transaksi ini sama atau lebih dari tingkat pengembalian transaksi kredit. Karena itu,
dalam kondisi keseimbangan, keduarate ini adalah sama, yaitu tingkat diskonto sama
dengan tingkat pengembalian transaksi kredit. Seseorang akan mengalokasikan
tabungan miliknya ke proyek investasi, perdagangan, transaksi kredit atau
mendiskontokan surat berharga hanya ketika tingkat pengembalian transaksi kredit
dan tingkat diskonto adalah sama. Semakin rendah tingkat pengembalian transaksi
kredit dibandingkan tingkat diskonto. akan semakin tinggi investasi. Kebijakan
moneter pada periode awal Islam lebih menekankan tingkat pengembalian transaksi
kredit dan promissory note yang rendah untuk lebih mendorong kegiatan investasi.
Larangan pengenaan bunga, penimbunan uang, transaksi kali-bi-kali untuk
menghindari uang berbunga juga memotivasi masyarakat untuk berinvestasi.
Penggunaan kebijakan fiskal untuk ekspansi dalam berproduksi, kesemuanya
menunjukkan usaha pemerintah untuk menaikkan tingkat pengembalian investasi
dalam sektor riil dan tingkat pengembalian transaksi kredit yang lebih rendah. Insentif
moneter seperti juga halnya aturan dan kebijakan lainnya digunakan untuk
menurunkan tingkat diskonto dalam jangka panjang.
Dari sudut pandang keseimbangan, antara aktivitas-aktivitas di atas pada satu sisi
serta infak dan waqaf pada sisi lain, infak dan waqaf dapat dikatakan sebagai
konsumsi dan produksi. Contoh kasus pertama, infak dan waqaf dianggap sebagai
kegiatan konsumsi. Alokasi dilakukan hanya jika keduanya adalah komoditi yang
150
Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam
akan dikonsumsi. Contoh kasus kedua, seseorang menganggap infak dan waqaf
sebagai kegiatan produksi. Maka, setiap aktivitas memiliki tingkat pengembalian
pribadi dan sosial. Tingkat pengembalian pribadi ditentukan oleh sistem nilai
seseorang dan pengembalian yang diharapkan terhadap investasi tersebut. Tingkat
pengembalian sosial ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian sosial rata-rata
dari kedua aktivitas tersebut di masyarakat. Karena motivasi dasar dari kedua
aktivitas tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, kaum muslim
mendapatkan informasi lebih tentang tanggung jawab sosial mereka. Pengembalian
tingkat sosial bertemu di satu titik, menghasilkan keseimbangan perekonomian secara
keseluruhan.
151

More Related Content

What's hot

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Gus Alwy Muhammad
 
Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7
Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7
Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7
afriyani_dwi
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islam
IAIN Sunan Ampel Surabaya
 
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatHubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Arif Arif
 
Makalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Makalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi IslamMakalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Makalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Muhammad Idris
 
Pemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazaliPemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazali
Opissen Yudisyus
 
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Aji Erlangga Martawireja
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
Alief Reza KC
 
Ppt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti AbbasiyahPpt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti Abbasiyah
vina irodatul afiyah
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
Neyna Fazadiq
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islam
Abida Muttaqiena
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Khairul Muttaqin
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamSejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamLimpul
 
PPT Ekonomi islam
PPT Ekonomi islamPPT Ekonomi islam
PPT Ekonomi islam
kiatbelajar95
 
Sistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Sistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin AffanSistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Sistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Alief Reza KC
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahHana Rosmawati
 
Konsep uang dalam ekonomi islam
Konsep uang dalam ekonomi islamKonsep uang dalam ekonomi islam
Konsep uang dalam ekonomi islam
diya lala
 
Letter of Credit Impor Syariah
Letter of Credit Impor SyariahLetter of Credit Impor Syariah
Letter of Credit Impor Syariah
Yusuf Darismah
 
Keuangan Syariah
Keuangan SyariahKeuangan Syariah
Keuangan Syariah
Fikhanza Fikartwork
 
Ekonomi Makro Islam
Ekonomi Makro IslamEkonomi Makro Islam
Ekonomi Makro Islam
Muhammad Jamhuri
 

What's hot (20)

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
 
Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7
Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7
Tugas Perbankan Syariah Bab 1-7
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islam
 
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatHubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
 
Makalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Makalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi IslamMakalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Makalah Uang & Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
 
Pemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazaliPemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazali
 
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
 
Ppt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti AbbasiyahPpt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti Abbasiyah
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islam
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamSejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islam
 
PPT Ekonomi islam
PPT Ekonomi islamPPT Ekonomi islam
PPT Ekonomi islam
 
Sistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Sistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin AffanSistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Sistem Ekonomi pada masa Khalifah Utsman bin Affan
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariah
 
Konsep uang dalam ekonomi islam
Konsep uang dalam ekonomi islamKonsep uang dalam ekonomi islam
Konsep uang dalam ekonomi islam
 
Letter of Credit Impor Syariah
Letter of Credit Impor SyariahLetter of Credit Impor Syariah
Letter of Credit Impor Syariah
 
Keuangan Syariah
Keuangan SyariahKeuangan Syariah
Keuangan Syariah
 
Ekonomi Makro Islam
Ekonomi Makro IslamEkonomi Makro Islam
Ekonomi Makro Islam
 

Similar to Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam

Pertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islam
Pertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islamPertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islam
Pertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islam
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Sejarah ringkas dinar emas
Sejarah ringkas dinar emasSejarah ringkas dinar emas
Sejarah ringkas dinar emas
hikamhadi
 
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)
Muhammad Iqmal
 
Dinar emas dan penggunaan pada zaman moden
Dinar emas dan penggunaan pada zaman modenDinar emas dan penggunaan pada zaman moden
Dinar emas dan penggunaan pada zaman moden
nabilah huda
 
Dinar emas
Dinar emasDinar emas
Dinar emas
SitiKhamisah
 
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust RafidiSeminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
En Altercronic
 
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan UmatBelajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Noer Rachman Hamidi
 
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan UmatBelajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Nur Rachman
 
Dinar dan dirham
Dinar dan dirhamDinar dan dirham
Dinar dan dirham
AsadCungkring97
 
MATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPSMATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPS
Byhq Haque
 
MATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPSMATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPS
Byhq Haque
 
Bahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islam
Bahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islamBahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islam
Bahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islam
syahida15
 
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islamUang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
pengajiankeluarga
 
Dinar emas
Dinar emasDinar emas
Dinar emas
Siti Zulaikha
 
materi_Sejarah_Peradaban_Islam.ppt
materi_Sejarah_Peradaban_Islam.pptmateri_Sejarah_Peradaban_Islam.ppt
materi_Sejarah_Peradaban_Islam.ppt
lisasali96
 
Dinar emas
Dinar emasDinar emas
Dinar emas
_Nainarahman
 
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)
Syazreen Syafiqa Azmi
 
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5
diyanayahya
 
Gold or Fiat Money
Gold or Fiat MoneyGold or Fiat Money

Similar to Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam (20)

Pertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islam
Pertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islamPertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islam
Pertemuan 3 transaksi ekonomi dalam islam
 
Sejarah ringkas dinar emas
Sejarah ringkas dinar emasSejarah ringkas dinar emas
Sejarah ringkas dinar emas
 
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam (dinar)
 
Dinar emas dan penggunaan pada zaman moden
Dinar emas dan penggunaan pada zaman modenDinar emas dan penggunaan pada zaman moden
Dinar emas dan penggunaan pada zaman moden
 
Dinar emas
Dinar emasDinar emas
Dinar emas
 
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust RafidiSeminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
 
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan UmatBelajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
 
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan UmatBelajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
Belajar dari Sejarah Untuk Membangun Kekuatan Perdagangan dan Keuangan Umat
 
Dinar dan dirham
Dinar dan dirhamDinar dan dirham
Dinar dan dirham
 
Latihan 04
Latihan 04Latihan 04
Latihan 04
 
MATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPSMATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPS
 
MATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPSMATERI KULIAH SPI MPS
MATERI KULIAH SPI MPS
 
Bahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islam
Bahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islamBahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islam
Bahagian 5 lmcp 1552 pembangunan bandar dalam islam
 
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islamUang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
 
Dinar emas
Dinar emasDinar emas
Dinar emas
 
materi_Sejarah_Peradaban_Islam.ppt
materi_Sejarah_Peradaban_Islam.pptmateri_Sejarah_Peradaban_Islam.ppt
materi_Sejarah_Peradaban_Islam.ppt
 
Dinar emas
Dinar emasDinar emas
Dinar emas
 
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam - tugasan 5 (a156906 syazreen syafiqa)
 
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5
Lmcp 1552 pembangunan mapan dalam islam 5
 
Gold or Fiat Money
Gold or Fiat MoneyGold or Fiat Money
Gold or Fiat Money
 

More from Muhammad Fathan Ali Husaini

Daftar pustaka v.01
Daftar pustaka v.01Daftar pustaka v.01
Daftar pustaka v.01
Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h)
Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani  (132-189 h)Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani  (132-189 h)
Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h)
Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islamBab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifahBab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Muhammad Fathan Ali Husaini
 

More from Muhammad Fathan Ali Husaini (6)

Daftar pustaka v.01
Daftar pustaka v.01Daftar pustaka v.01
Daftar pustaka v.01
 
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
 
Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h)
Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani  (132-189 h)Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani  (132-189 h)
Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h)
 
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islamBab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
 
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifahBab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
 

Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam

  • 1. BAB 5 Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam UANG DAN KEBIJAKAN MONETER PADA AWAL PEMERINTAHAN ISLAM* A. Latar Belakang: Signifikansi Perdagangan dan Alat Pertukaran Sebelum Islam hadir sebagai sebuah kekuatan politik, kondisi geografis daerah Hijaz sangat strategis dan menguntungkan karena menjadi rute perdagangan antara Persia dan Roma serta daerah-daerah jajahan keduanya, seperti Syam (Syria), Etopia, dan Yaman. Di samping itu, selama berabad-abad, wilayah selatan dan timur Jazirah Arab juga menjadi rute perdagangan antara Roma dan India yang terkenal sebagai Rute Perdagangan Selatan.1 Dengan timbulnya pasar-pasar musiman yang ada di daerah Yaman, Hijaz, dan Syam terutama di San'a (ibukota Yaman), Yatsrib dan Mekkah, para kafilah dagang memperoleh keuntungan dan dapat melakukan perdagangan.2 Demikian pula halnya dengan rute perdagangan lain yang melewati wilayah utara Jazirah Arab. Dalam perkembangan berikutnya, wilayah ini menjadi sebuah rute perdagangan yang penting seiring dengan mulai sepinya rute perdagangan sebelumnya. Sejak saat itu, barang-barang perdagangan dari India dikirim ke Oman dan dari sana dibawa melalui jalur darat melintasi wilayah utara Jazirah Arab dan Syiria menuju Roma. Di sepanjang rute perdagangan ini, pasar-pasar musiman didirikan dan pemerintahan di wilayah setempat banyak bergantung pada berbagai aktivitas perdagangan ini. Dalam waktu singkat, kota Lakm, al-Kindah dan Ghassan (terutama Hira, Doumatul-Jandal dan Basrah) menjadi pusat perdagangan bagi para kafilah dagang yang melewati Jalur Perdagangan Utara ini.3 Di samping Rute Perdagangan Selatan dan Utara, ada rute ketiga yang terletak di antara Yaman dan Syam yang dibangun pada saat Hasyim mengambil alih * Bab ini merupakan saduran dari tulisan Kadim as-Sadr, Money and Monetary Policies in Early Islamic Period, dalam Baqir al-Hasani dan Abbas Mirakhor (ed.), Essays on Iqtishad: Islamic Approach to Economic Problem, (Silver Spring: Nur Corporation, 1989), h. 199 - 219. 1 Ali Akbar Fayad, History of Islam, (Tehran: Publication of Tehran University, 1958), h. 11- 12. 2 Mohammed Ebrahim Ayati, History of the Prophet of Islam, (Tehran: Publication of Tehran University, 1979), h. 23. 3 Jaafar Sahidi, Analytical History of Islam, (Tehran: Markaz Nasr Daneshgahi, 1978), h. 13- 16. 130
  • 2. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam kepemimpinan bangsa Quraisy.4 Perdagangan melalui rute ini merupakan hasil usaha Hasyim untuk mendapatkan perjanjian dan izin dari raja-raja Roma, Persia, Ethiopia, dan Yaman bagi suku Quraisy. Selanjutnya, perdagangan melalui rute ini berkembang dan suku Quraisy mendapatkan banyak keuntungan dan kekayaan. Mekkah, sekali lagi, berperan penting sebagai pusat perdagangan karena Ka'bah terletak di sana dan suku-suku di Arab datang setahun sekali untuk menunaikan ibadah haji di sana. Sebelum melaksanakan ibadah haji, suku-suku itu mempunyai kesempatan untuk berdagang. Sebagai tempat suci, Ka'bah memberikan keamanan yang penting bagi usaha perdagangan.5 Perang dan pertumpahan darah dilarang selama empat bulan tertentu setiap tahunnya, dan secara kebetulan ibadah haji berlangsung pada periode yang sama.6 Situasi ini memberikan jaminan keamanan yang pasti bagi para kafilah dagang, baik dalam perjalanannya menuju Mekkah maupun perjalanan pulang ke tujuannya masing-masing. Tingkat keamanan di kota Mekkah semakin tinggi, bahkan melebihi tingkat keamanan di masa-masa sebelumnya, menyusul dilakukannya Perjanjian Hilf al-Fudul antara suku-suku Arab.7 Dengan suasana yang kondusif ini, perdagangan menjadi aktivitas yang paling penting dalam perekonomian bangsa-bangsa Arab. Karena kondisi iklimnya, sektor pertanian tidak mungkin dikembangkan di Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Hanya di beberapa oasis di Hijaz dan bagian tengah Jazirah Arab, termasuk Yatsrib, terdapat kegiatan pertanian dalam jumlah yang terbatas.8 Jumlah tenaga kerja yang terampil dan para pedagang semakin lama semakin terbatas. Dengan alasan ini, suku-suku Arab yang tidak bermigrasi dan tidak secara konstan berperang dan melakukan perjalanan, kemudian menukarkan atau memberikan jasa-jasa komersial kepada para kafilah dagang tersebut.9 Hal tersebut menjadi bukti bahwa perdagangan merupakan dasar perekonomian di Jazirah Arabia sebelum Islam datang. Prasyarat untuk melakukan transaksi adalah 4 Mohammed Ebrahim Ayati, op. cit. h. 40. 5 Abdollah ibn Youssef Ibn Hisyam, The Life of Mohammed, Prophet of Islam, (Tehran: Ktabforoushi Eslami, t.t.), Vol. 1, h. 119. 6 Ibid. 7 Mohammed Ebrahim Ayati, op. cit., h. 60. 8 Jaafar Sahidi, op. cit., h. 22. 9 Ibid. 131
  • 3. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam adanya alat pembayaran yang dapat dipercaya. Seperti yang telah disebutkan di atas, Jazirah Arabia dan wilayah-wilayah tetangganya berada langsung di bawah kekuasaan Persia dan Roma atau minimal berada dalam pengaruh keduanya. Mata uang yang dipergunakan negara-negara tersebut adalah dirham dan dinar. Dalam transaksi bisnis di Arabia, kedua jenis mata uang ini juga diterima. Dengan kian kuatnya politik kedua negara tersebut, alat pembayarannya pun makin dipercaya di wilayah yang berada di bawah pengaruh kekuasaannya. Karena faktor itulah, bangsa Persia dan bangsa Romawi menjadi mitra dagang utama orang-orang Arab. Koin dirham dan dinar mempunyai berat yang tetap dan memiliki kandungan perak atau emas yang tetap. Akan tetapi, pada masa dinasti Umayyah dan dinasti Abbassiyah beratnya berubah; demikian juga di Persia sendiri. Pada masa sesudah Islam, kandungan perak koin-koin dirham berbeda antara wilayah yang satu dengan lainnya, namun pada periode awal Islam sudah tetap. Pada saat ini, jumlah zakat emas dan perak seperti yang disebutkan dalam Alquran didasarkan pada beratnya koin dirham dan dinar yang ditetapkan pada masa periode awal Islam.10 Nilai satu dinar sama dengan sepuluh dirham. Secara alamiah transaksi yang berada di daerah Mesir atau Syam menggunakan dinar sebagai alat tukar, sementara itu di kekaisaran Persia menggunakan dirham. Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah kekaisaran Persia (Irak. Iran, Bahrain, Transoxania) dan kaisaran Romawi (Syam, Mesir, Andalusia) menyebabkan perputaran mata uang ini meningkat. Bahkan pada masa pemerintahan Imam Ali, dinar dan dirham merupakan satu-satunya mata uang yang digunakan. Dirham dan dinar memiliki nilai yang tetap. Karena itu, tidak ada masalah dalam perputaran uang. Jika dirham dinilai sebagai satuan uang, nilai dinar adalah perkalian dari dirham: dan jika diasumsikan dinar sebagai unit moneter, nilainya adalah sepuluh kali dirham. Walaupun demikian, dirham lebih umum digunakan daripada dinar karena hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia yang mata uangnya dirham dapat dikuasai angkatan perang Islam; sementara tidak semua wilayah kekaisaran Romawi yang memiliki mata uang dinar dapat dikuasai Islam. Karena itu, mata uang dirham lebih populer di dunia usaha bangsa Arab. 10 Abdul Hay al-Kattani, The System of Prophetic Government: Called the Administrative Procedures, (Beirut: Dar Ihya al-Turats li Arabi, t.t.), Vol. 2, h. 413-428. 132
  • 4. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Hal penting lainnya adalah pada masa Khalifah Umar bin Khattab, administrasi keuangan kaum muslim didelegasikan kepada orang-orang Persia. Pada saat itu Umar mempekerjakan ahli pembukuan dan akuntan orang Persia dalam jumlah besar untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran uang di Baitul Mal (Perbendaharaan Umum).11 Mereka juga menggunakan satuan dirham untuk membantu meningkatkan sirkulasi uang. Selain menggunakan dirham dan dinar, alat pembayaran yang digunakan pada awal periode Islam adalah kredit. Ekspansi perdagangan di Arabia yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya bahkan sebelum munculnya Islam menuntut penggunaan kredit. Selain memiliki kelebihan yang dimiliki dirham dan dinar sebagai alat pembayaran, kredit memiliki keuntungan lainnya. Misalnya. untuk melakukan transaksi yang nilainya cukuptinggi tentu dibutuhkan koin-koin yang banyak sebagai alat pembayaran. Tentu ini tidak praktis. Karena itu, berat dan volume yang dimiliki koin-koin itu mengurangi daya tariknya sebagai media pertukaran. Tambahan lagi, mungkin juga terjadi pada saat transaksi pembeli tidak dapat menyediakan dirham dan dinar secara mudah dan cepat. Biasanya para pedagang yang berpengalaman dan bereputasi tinggi, akan menggunakan surat wesel dagang dan surat utang dalam transaksi bisnisnya. Meningkatnya perdagangan antara Syam dan Yaman, yang berlangsung paling tidak dua kali setahun sebelum masa kenabian dimulai, menciptakan kemungkinan untuk menerbitkan dan menerima surat wesel tagih, cek. atau surat utang di antara pedagang-pedagang Quraisy dan Yaman. Tidak mungkin semua transaksi komersial di periode awal Islam menggunakan uang kas. Penyebarluasan penggunaan transaksi kredit sebelum Islam, dan fakta bahwa cara transaksi ini dengan beberapa modifikasi diperbolehkan pada masa sesudah turunnya Islam, merupakan indikasi semakin seringnya transaksi jenis ini digunakan. Pada perkembangan selanjutnya, dalam transaksi yangdilakukan secara kredit kedua pelaku saling menyerahkan bukti penerimaan sebagai peraturan kredit. Jika surat-surat utang ini juga digunakan oleh pedagang-pedagang lain, bukti penerimaan itu dapat diterima sebagai alat pembayaran dan sama nilainya dengan uang. 11 Ahmad ibn Mohammed Ibn Toqtoqa, Fakhri History, (Tehran: The Institute for Translation dan Publication of Book, 1981), h. 112-114. 133
  • 5. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Surat-surat utang ini umum digunakan. Bahkan pada masa kekhilafahan Umar, diterbitkan surat pembayaran cek yang penggunaannya diterima oleh masyarakat. Umar mengintruksikan untuk mengimpor sejumlah barang dagangan dari Mesir ke Madinah. Karena barang yang diimpor jumlahnya cukup besar, pendistribusiannya menjadi terhambat. Oleh karena itu, Umar menerbitkan sejumlah cek kepada orang- orang yang berhak dan rumah tangga sehingga secara bertahap setiap orang dapat pergi ke bendahara kaum muslimin dan mengumpulkan hartanya.12 Penggunaan sejumlah cek oleh Umar yang diterima oleh publik menunjukkan penggunaannya sebagai alat pembayaran di periode awal Islam. Metode lainnya yang digunakan dalam melakukan transaksi di Arabia, yang juga diterima oleh Islam dengan beberapa modifikasi adalah pembelian utang seseorang atau obligasi oleh pihak lainnya. Pada transaksi ini, biasanya surat utang dipertukarkan. Legitimasi yangdiberikan Islam pada jenis transaksi ini menunjukkan penggunaannya pada awal periode Islam; dan itu merupakan bukti lain adanya penggunaan kredit pada masa itu. Pada saat yang sama, tidak bisa diasumsikan bahwa volume kredit, dibandingkan dengan jumlah uang dalam sirkulasi, cukup besar jumlahnya. Tingkat penggunaan instrumen kredit terbatas pada beberapa pedagang. Keberagaman suku, peperangan yang berkepanjangan antar mereka, jarak yang jauh antara wilayah-wilayah bagian utara, tengah dan selatan. dan kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam perjalanan, menunjukkan bahwa ada suasana ketidakpastian di area itu. Akibatnya, timbul rasa enggan untuk menerima alat pembayaran kredit. B. Penawaran dan Permintaan Uang Pada bagian ini akan dibicarakan tentang mata uang. Yang dimaksud adalah dinar dan dirham yang merupakan satuan moneter di Kerajaan Roma dan Persia.13 Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad di Madinah, kedua mata uang ini diimpor; dinar dari Roma dan dirham dari Persia. Besarnya volume impor dinar dan dirham dan juga barang-barang komoditas bergantung kepada volume komoditas 12 Ahmed ibn Ishaq al-Ya’qubi, al-Ya’qubi History, (Tehran: The Institute for Translation dan Publication of Book, 1983), Vol. 2, h. 42-43. 13 Al-Baladzuri, Futuh al-Buldan, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1978), h. 452. 134
  • 6. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam yang diekspor ke kedua negara tersebut dan ke wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaannya. Biasanya, jika permintaan uang (money demand) pada pasar internal meningkat maka uang lah yang diimpor. Sebaliknya, bila permintaan uang turun maka komoditas lah yang diimpor. Hal yang menarik di sini adalah tidak adanya pembatasan terhadap impor uang karena permintaan internal dari Hijaz terhadap dinar dan dirham sangat kecil sehingga tidak berpengaruh terhadap penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam perekonomian Roma dan Persia. Sekalipun demikian, selama pemerintahan Nabi uang tidak dipenuhi dari keuangan negara semata melainkan dari hasil perdagangan dengan luar negeri. Karena tidak adanya pemberlakuan tarif dan bea masuk pada barang impor. uang diimpor dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan internal. Pada sisi yang lain, nilai emas dan perak pada kepingan dinar atau dirham sama dengan nilai nominal (face value) uangnya. Karena itu keduanya dapat dibuat perhiasan atau ornamen. Karena alasan tadi, dapat disimpulkan bahwa pada awal periode Islam penawaran uang (money supply) terhadap pendapatan sangat elastis. Setelah Persia ditaklukan, percetakan uang logam di wilayah itu terus beroperasi.14 Sementara itu, kaum muslimin secara perlahan-lahan mulai diperkenalkan kepada teknologi percetakan uang sehingga pada masa kepemimpinan Imam Ali kaum muslimin secara resmi mencetak uang sendiri dengan menggunakan nama pemerintah Islam.15 Beberapa ahli sejarah menduga bahwa percetakan uang bahkan sudah dilaksanakan sejak masa kepemimpinan Umar atau Utsman, tetapi bukti-bukti yang ada memperlihatkan bahwa pembuatan uang dimulai pada masa kepemimpinan Imam Ali.16 Ketika mata uang masih dimpor, kaum muslimin hanya mengontrol kualitas uang impor itu, namun setelah mencetak sendiri kaum muslimin secara langsung mengawasi penawaran uang yang ada. Tentu saja periode kepemimpinan Imam Ali sangat singkat karena beliau mati syahid setelah empat tahun menjadi khalifah. Ketegangan politik selama masa 14 Hasanuz Zaman, The Economic Functions of the Early Islamic State, (Karachi: International Islamic Publishers, 1981), h. 337. 15 Abdul Hay al-Kattani, op. cit., h. 413-428. 16 Jaafar Murtadha, Dirasat fi al-Tarikh wa al-Islam, (Tehran: Center of Scientific and Cultural Publications, 1983), h. 127-137. 135
  • 7. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Khulafaur Rasyidin cukup tinggi sehingga uang yang dicetak oleh keuangan muslim tidak dapat beredar luas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penawaran uang selama masa itu sama seperti pada masa Nabi Muhammad. Tinggi rendahnya permintaan uang bergantung pada frekuensi transaksi perdagangan dan jasa. Sementara itu, situasi yang kurang kondusif, permusuhan kaum Qurays terhadap kaum muslimin, dan keterlibatan kaum muslimin pada sedikitnya 26 ghazwah (perang yang diikuti Nabi secara langsung) dan 32 sariyah (perang yang terjadi pada masa kepemimpinan Nabi, tapi beliau tidak terlibat secara langsung), yang berarti rata-rata enam kali perang dalam setiap tahunnya, menimbulkan precautionary demand (permintaan uang untuk pencegahan) untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang tidak diduga dan tidak diketahui sebelumnya. Sebagai akibatnya, permintaan terhadap uang selama periode ini umumnya bersifat permintaan transaksi dan pencegahan. Selain dari yang sudah disebutkan di atas, tidak ada lagi motif penggunaan uang. Karena kanz (penimbunan uang) dilarang, tidak ada seorang pun yang berhak menyimpan uangnya dengan tujuan spekulasi pada nilai tukar. Larangan penimbunan juga dikenakan pada komoditas. Sebagai tambahan, larangan terhadap talaqqi al-rukban (mencegat kafilah sebelum mereka masuk ke pasar), menyebabkan tidak ada motif lain penggunaan uang selain yang disebutkan di atas. Sebelum Islam datang, praktek ini umum dilakukan, yaitu suatu praktek bisnis yangterjadi saat serombongan kafilah pedagang mendekati kota. Satu atau beberapa pemilik modal akan menemui kafilah tersebut untuk membeli barang dagangannya. Dengan memanfaatkan ketidaktahuan kafilah terhadap informasi harga pasar, pemilik modal tersebut memborong barang mereka semurah mungkin lalu menjualnya kembali di pasar dengan harga yang jauh lebih tinggi. Aktivitas ini dilarang oleh Rasulullah. Karena penawaran dan permintaan pada awal periode Islam telah dijelaskan, kita dapat menyelidiki bagaimana nilai uang dan stabilitasnya ditentukan. Ketika penduduk Arab memeluk agama Islam, jumlah populasi kaum muslimin berkembang dengan pesat.17 Sementara itu, ghanaim (harta rampasan perang) yang diperoleh dari berbagai peperangan dibagikan kepada seluruh muslim sehingga 17 Al-Syahid Sayid Mohammed Baqir ash-Shadr, Iqtishaduna, (Beirut: Dar al-Fikr, 1389 H), h. 118-120. 136
  • 8. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam standar hidup dan pendapatan mereka meningkat. Di atas semua itu, Nabi Muhammad saw melalui kebijakan khususnya berusaha meningkatkan kemampuan produksi dan ketenagakerjaan kaum muslimin seperti yang akan dijelaskan di bawah ini. Keseluruhan faktor ini meningkatkan permintaan transaksi terhadap uang. Meskipun demikian, penawaran uang tetap elastis. Hal ini dikarenakan tidak adanya hambatan terhadap impor ketika permintaan naik. Di lain pihak, ketika penawaran naik, excess supply (penawaran berlebih) akan diubah menjadi ornamen emas dan perak. Akibatnya, tidak ada penawaran atau permintaan berlebih dan pasar akan tetap berada pada keseimbangan (equilibrium). Oleh karena itu, nilai uang akan selalu stabil. Hal yang dapat menyebabkan fluktuasi pada nilai uang dalam jangka pendek adalah aktivitas-aktivitas yang dilarang dan dinyatakan ilegal oleh Pembuat syariat (seperti kanz dan talaqi ar-rukban). Mengubah uang menjadi aset lain, terutama instrumen finansial juga dapat menyebabkan ketidakstabilan pada pasar uang. Transaksi ini dapat menimbulkan pengaruh, pertama, bila dilakukan dalam volume besar. dan kedua, adanya pasar aset finansial yang aktif. Sepanjang pengamatan kami, tidak ada pasar semacam ini pada awal periode Islam. Sebabnya, pertama, volume kredit bila dibandingkan dengan uang tunai (cash) relatif tidak signifikan. Kedua, penggunaan jenis instrumen finansial dalam bentuk konsep atau nota perjanjian utang dan dengan potongan harga, juga relatif tidak signifikan bila dibandingkan dengan volume penggunaan dinar dan dirham dalam peredaran uang. Dengan demikian dapat dikatakan, pembelian dan penjualan instrumen perjanjian bukanlah transaksi yang umum pada waktu itu. Bukti-bukti sejarah mengindikasikan transaksi ini kurang populer bahkan sebelum Islam datang. Akibatnya, pasar uang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada jangka panjang dan nilai uang tetap stabil. C. Percepatan Sirkulasi Uang Faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap stabilitas nilai uang adalah pemercepatan peredaran uang. Sistem pemerintahan yang legal dan terutama perangkat hukum yang tegas dalam menentukan peraturan etika dagang dan penggunaan uang memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan 137
  • 9. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam pemercepatan peredaran uang. Larangan terhadap Kanz (penimbunan uang untuk spekulasi) cenderung mencegah dinar dan dirham keluar dari perputaran. Begitu juga larangan praktek bunga bank mencegah tertahannya uang di tangan pemilik modal. Kedua larangan ini mendorong pemercepatan peredaran uang secara signifikan. Demikian pula, tindakan Rasul mendorong masyarakat untuk mengadakan kontrak kerjasama dan mendesak mereka untuk memberikan pinjaman tanpa bunga lebih memperkuat peredaran uang. Singkatnya, kebijakan-kebijakan Rasulullah seperti dikemukakan di atas memiliki peranan penting dalam meningkatkan pemercepatan peredaran uang secara signifikan. Struktur pasar masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemercepatan peredaran uang. Monopoli kaum Qurays dalam bisnis perdagangan yang sudah ada sejak dulu perlahan-lahan mulai berkurang. Setelah penaklukan kota Mekah, hak istimewa terakhir yang dimiliki kaum Qurasy dalam kepengurusan Ka'bah dan pengorganisasian pasar Ukaz dan Dul-Majaz, diambil alih dari tangan mereka.18 Jadi, dapat dikatakan bahwa penghapusan struktur monopoli dari pasar perdagangan telah meningkatkan efisiensi pertukaran dan membawa perekonomian kepada distribusi pendapatan yang lebih baik. Oleh karena itu, permintaan efektif dan juga permintaan transaksi terhadap uang pun meningkat. Peningkatan permintaan ini mempercepat peredaran uang. Dalam perekonomian pertanian dan nomaden di awal periode Islam, komoditas ditukarkan dengan cara barter. Karenanya, dinar dan dirham tidak dipergunakan daiam perdagangan. Malah ketika komoditas ditukarkan dengan uang, proses perdagangan menjadi lambat, dan tentunya hal ini mempengaruhi pemercepatan perputaran perekonomian secara keseluruhan. Dapat dipahami bahwa setelah Hijrah (perpindahan Nabi Muhammad saw ke Madinah), secara bertahap pemercepatan peredaran uang cenderung meningkat. Keberhasilan kaum muslimin pada perang-perangnya menguatkan rasa percaya diri dan optimisme tentang masa depan yang lebih baik di kalangan kaum muslimin. Setelah perdamaian Hudaybiya, optimisme ini semakin meningkat. Dan setelah penaklukan Mekah, sistem Islam telah tersusun baik di seluruh Arab. Oleh karena itu, 18 Mohammed Ebrahim Ayati, op. cit., h. 23. 138
  • 10. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam dapatlah dikatakan bahwa peningkatan volume aktivitas ekonomi mempercepat peredaran uang. D. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Nilai Uang Pada awal-awal masa pemerintahan Nabi, perekonomian mengalami penyusutan permintaan efektif. Perpindahan kaum muslimin dari Mekah ke Madinah. yang tidak dibekali dengan kekayaan ataupun simpanan dan juga keahlian—padahal keduanya sangat dibutuhkan di Madinah— telah menciptakan keseimbangan perekonomian yang rendah. Sementara itu peperangan banyak menyerap jumlah tenaga kerja yang seharusnya dapat dipergunakan untuk pekerjaan produktif. Oleh karena itu, kebijakan yangt tepat perlu diambil untuk meningkatkan permintaan secara keseluruhan. Kebijakan yang diambil biasanya disertai dengan peningkatan jumlah permintaan, juga peningkatan kemampuan produksi dan ketenagakerjaan dan secara positif mempengaruhi nilai uang. Masalah utama yang dihadapi Nabi dilihat dari sudut pandang kebijakan fiskal adalah pengaturan pengeluaran untuk biaya perang yang rata-rata terjadi setiap dua bulan sekali.19 Perlengkapan persenjataan, transportasi, dan keperluan lain membutuhkan biaya yang besar dan itu ditutupi dari keuangan negara. Di sisi lain, penyediaan biaya hidup minimum untuk setiap muslim turut pula menambah beban kewajiban finansial keuangan negara. Begitu juga, gaji hakim, pegawai yang tersebar, akuntan, kasir, dan petugas penarik pajak dibayarkan dari dana baitul maal. Mengingat demikian besarnya seluruh pengeluaran pada tahun-tahun awal Hijrah, merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa keuangan negara tidak mengalami defisit anggaran.20 Hanya dalam satu kesempatan Nabi Muhammad melakukan pinjaman setelah penaklukan Mekah untuk membayar masyarakat Mekah yang baru memeluk Islam.21 Pinjaman ini telah dilunasi dalam waktu kurang dari setahun setelah kembali dari perang Hunain. Kebijakan lain yang dilakukan Nabi Muhammad adalah memberikan kesempatan yang lebih besar kepada kaum muslimin dalam melakukan aktivitas produktif dan ketenagakerjaan. Nabi Muhammad mendesak golongan Ansar dan 19 Ibid., h. 219-227. 20 Al-Syahid Sayid Mohammed Baqir ash-Shadr, op. cit., h. 171-174. 21 Ibid. 139
  • 11. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Muhajirin, sejak awal kedatangan mereka ke Madinah untuk melakukan perjanjian mudharabah (kerjasama dua pihak; yang satu menyediakan modal dan pihak lainnya mengatur bidang usahanya), muzara'ah (pembagian panen) dan musaqat (salah satu pihak menyediakan kebun dan pihak lainnya mengatur irigasi dan jasa tenaga kerja lainnya).22 Kebijakan-kebijakan ini diterapkan setelah perjanjian persaudaraan antara Muhajirin dan Ansar dilaksanakan. Berkat kerjasama ini, volume perdagangan dan aktivitas pertanian di Madinah meningkat yang akhirnya meningkatkan penawaran agregat (aggregate supply} masyarakat. Peningkatan penawaran agregat membawa perekonomian dan stabilitas nilai uang kepada suatu tingkat keseimbangan (equilibrium) yang lebih tinggi. Di antara aturan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad untuk meningkatkan aktivitas pertanian di Madinah adalah pembagian tanah hasil penaklukan Banu Nadir kepada Muhajirin dan dua orang Ansar.23 Aturan lainnya yang diterapkan pada dua tahun pertama setibanya di Madinah adalah pembagian tanah untuk perumahan. Kedua kebijakan tersebut menaikkan tingkat produksi dan jasa dalam perekonomian Madinah yang akhirnya membawa kepada tingginya tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan agregat. Seiring dengan kemajuan di bidang perekonomian, kesejahteraan, dan ketenagakerjaan muslimin turut meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan keuangan kaum muslimin pada periode setelah Nabi Muhammad, pembangunan infrastruktur harus lebih dikembangkan yang tentunya membutuhkan jumlah sumber daya yang besar. Saluran dan jaringan irigasi diperbaiki dan dikembangkan di Mesir. Sementara itu, untuk mempercepat perdagangan melalui transportasi laut dari Mesir ke Madinah, sebuah saluran dibangun dari Fustat (ibukota Mesir) sampai ke Laut Merah.24 Untuk memfasilitasi proses pembangunan, dua kota, Basra dan Kufa didirikan. Keseluruhan aturan ini memungkinkan akumulasi kekayaan dan modal pada perekonomian di awal periode Islam. Untuk alasan tersebut, nilai uang, begitu juga dengan tingkat harga, tetap stabil; kecuali pada beberapa tahun tertentu. Oleh karena itu, kebijakan fiskal, meskipun 22 Ali Ahmadi Mianji, Private Ownership of Land, (Qum: Bureau of Islamic Publications, 1983), h. 105. 23 Ibid., h. 106. 24 Abdul Hay al-Kattani, op. cit., h. 53-54. 140
  • 12. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam melalui perluasan. tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap nilai uang. E. Mobilisasi dan Utilisasi Tabungan Salah satu tujuan khusus perekonomian pada awal perkembangan Islam adalah penginvestasian tabungan yang dimiliki masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan dua cara: 1. Mengembangkan peluang investasi yang syar'i secara legal 2. Mencegah kebocoran atau penggunaan tabungan untuk tujuan yang tidak islami Pengembangan peluang investasi islami secara legal dilakukan dengan mengadopsi sistem investasi konvensional yang kemudian disesuaikan sehingga pihak surplus (pemegang tabungan) dan entrepreneurs dapat bekerja sama dengan ex-ante agreement share yang menghasilkan nilai tambah. Karena kegiatan utama ekonomi adalah jasa, agrikultural, perdagangan dan kerajinan tangan, bentuk hukum yang sesuai untuk semua kegiatan ini adalah mudharabah, muzara'ah, musaqat, dan musyarakah. Tabungan yang dimiliki masyarakat dialokasikan untuk perdagangan dan kerajinan tangan, sedangkan aset fisik seperti tanah dan mesin, digunakan untuk agrikultural. Atas dorongan dan bimbingan Rasulullah, kaum Muhajirin dan Anshar siap untuk bekerjasama dengan pembagian kepemilikan 50%-50%.25 Mengingat kaum Muhajirin yang "kurang" dalam hal modal dan skill yang menyangkut agrikultural dan perdagangan, bagian kepemilikan yang mereka terima tidak sesuai dengan nilai partisipasi yang mereka kontribusikan. Melalui kontrak kerjasama ini, kaum Anshar mengajarkan skill yang dibutuhkan, sehingga produktivitas meningkat. Bagi pemilik modal, bentuk kerjasama seperti ini sangat tnenguntungkan karena mereka dapat terlibat secara langsung dalam proses investasi. Pengalaman, informasi, serta metode supervisi dan manajemen yang mereka miliki secara langsung dapat diterapkan. Dalam kerjasama ini, resiko usaha ditanggung oleh kedua pihak. Pengalaman dan informasi yang diperoleh peserta kemudian diinformasikan kepada masyarakat luas untuk menarik mereka dalam kerjasama serupa. Lambat laun, informasi yang sempurnadan pengetahuanyangdimiliki masyarakat akan dapat 25 Ali Ahmadi Mianji, op. cit., h. 105. 141
  • 13. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam mengurangi risiko investor dalam menjalankan usahanya. Selain pendapatan yang diterima, informasi dan metode adminstrasi perdagangan/ekonomi yang mereka dapatkan menjadi daya tarik tersendiri buat masyarakat untuk melakukan investasi. Pada awal masa keislaman, pemerintah dengan berbagai cara menyediakan fasilitas yang berorientasi investasi untuk masyarakat. Pertama, memberikan berbagai kemudahan bagi produsen untuk berproduksi. Kedua, memberikan keuntungan pajak terutama bagi unit produksi baru. Metode perpajakan Islam tidak membahayakan insentif aktivitas ekonomi karena penarikan pajak dilakukan secara proporsional terhadap keuntungan; pendapatan sewa dan quasi-rent yang didapatkan dari kegiatan usaha sehingga tidak mengurangi insentif dan efisiensi produsen. Ketiga, meningkatkan efisiensi produksi sektor swasta dan peran serta masyarakat dalam berinvestasi yang dilakukan dengan memperkenalkan teknik produksi dan keahlian baru kepada kaum muslim.26 Sains baru dan keterampilan ditransfer dari Persia dan Roma yang kemudian diadopsi oleh masyarakat muslim. Dalam kasus pembiayaan pengenalan teknologi yang di luar kemampuan keuangan sektor swasta, digunakanlah dana masyarakat. Teknologi produksi senjata dan ilmu kedokteran diadopsi dari Persia oleh Rasulullah sendiri dengan menggunakan dana Baitul Mal.27 Investasi infrastruktur dalam upaya peningkatan kapasitas dan efisiensi produksi dikembangkan pada masa kepemimpinan Umar. Dalam waktu yang bersamaan, akuntansi dan metode administrasi dari Persia, teknik irigasi, dan arsitektur dari Roma diperkenalkan kepada masyarakat. Selama masa kepemimpinan Khalifah Ali, teknik percetakan uang logam, seperti halnya dengan kesustraan dan ilmu tentang manusia, berkembang baik.28 Hal ini adalah pertanda baik bagi usaha sektor publik untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam menjalankan proses produksi dan peningkatan efisiensi produksi berupa tindakan yang tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga mendorong masyarakat untuk menginvestasikan modal yang dimiliki. Metode lainnya untuk menginvestasikan tabungan adalah utang tanpa bunga (qard al-hasan). Meminjamkan uang tanpa bunga sangat dianjurkan dan merupakan 26 Al-Syahid Sayid Mohammed Baqir ash-Shadr, op. cit., h. 1365. 27 Ibid. 28 Ibid. 142
  • 14. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam amal baik seperti disebutkan dalam Alquran.29 Anjuran ini menjadi motivasi tersendiri bagi masyarakat untuk meminjamkan harta dan kekayaan mereka kepada produsen untuk dimanfaatkan. Dengan demikian, selain efisiensi produksi dan kesejahteraan konsumen yang meningkat, kepuasan batin pemberi modal juga meningkat. Walaupun memberi pinjaman tanpa bunga dianggap bukan dari bagian kegiatan investasi dari sisi ilmu ekonomi murni. namun dari sisi Alquran, tindakan ini merupakan kegiatan yang produktif mengingat tingkat pengembaliannya sepuluh kali lipat atau lebih. Karena itu dalam pandangan seorang muslim meminjamkan tanpa bunga merupakan satu investasi dengan return yang jelas dan aman. Karenanya, sejak kebijakan qardh al-hasan ini disampaikan kepada masyarakat mereka segera melaksanakannya dengan tujuan mendapatkan ridha Allah. Dari sudut pandang makroekonomi, pinjaman tanpa bunga akan menciptakan suatu sistem efisiensi dana untuk produksi atau konsumsi dengan asumsi yang meminjamkan dan yang meminjam memiliki informasi yang sempurna. Dana pinjaman ini biasanya dibayar tepat waktu dan tanpa biaya administrasi. Karena itu, sistem ini mendorong peningkatan kesejahteraan umum dan ekspansi agregate supply (persediaan barang dan jasa secara keseluruhan). Metode ketiga untuk menyalurkan tabungan dalam kegiatan investasi adalah infak dan waqaf. Karena terdapat unsur religi dan spiritual dalam dua hal ini. kaum muslim menunjukkan antusiasmenya untuk melakukan infak dan waqaf. Antusiasme dalam berinfak begitu besar sehingga kaum muslim melakukan Itar (mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri). Alquran sangat menganjurkan kebiasaan ini. Dikatakan orang yang berinfak akan diberi balasan berupa pahala sebanyak tujuh ratus kali lipat. Untuk alasan inilah, banyak pengikut dan sahabat Rasulullah tidak hanya berinfak tetapi juga mewaqafkan hartanya. Harta yang diwaqafkan oleh Imam Ali dan Fatima dan sahabat lainnya telah tercatat dalam sejarah. Infak itu biasanya berupa uang dan sejenisnya yang merupakan pendapatan yang disisihkan setelah kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri telah terpenuhi. Berbeda dengan infak, waqaf adalah akumulasi tabungan daiam bentuk fisik, seperti rumah. 29 Lihat QS. 2:245, 57:11, 17 dan 64:17. 143
  • 15. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam tanah, pertanian, atau sarana umum lainnya seperti sekolah, rumah sakit. jembatan dan sumur. Kepekaan kaum muslim terhadap kedua hal ini--sejak awal periode keislaman sampai saat ini-sangat besar. Di tiap negara Islam banyak sekali harta yang diwaqafkan oleh masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk mendapatkan ridha Allah. F. Praktik Bisnis Ilegal Islam telah membuat kebijakan yang mendorong mengalirnya tabungan ke arah investasi sekaligus untuk mencegah terjadinya penyimpangan penggunaan tabungan pada hal-hal yang tidak diinginkan dan sia-sia dengan batasan-batasan yang ada. Beberapa batasan itu antara lain kanz, riba, dan larangan transaksi kali-bi-kali. 1. Kanz (Penimbunan uang) Kanz adalah kegiatan menimbun uang (dirham atau dinar). Penimbunan harta akan mengurangi persediaan uang di pasar sehingga permintaan uang akan meningkat karena perputaran uang menurun. Seperti disebutkan di atas, menimbun uang sangat tidak dianjurkan Alquran.30 Sudah jelas bahwa Kanz sangat merugikan karena mempengaruhi perputaran uang. Dengan dilarangnya penimbunan harta ini, nilai uang akan lebih stabil dan daya beli masyarakat dapat dipertahankan. 2. Riba Sebelum kedatangan Islam, hal yang paling biasa dilakukan dalam penggunaan uang tabungan yang disimpan masyarakat adalah riba (usury loan) baik untuk perdagangan atau pun konsumsi. Pada saat itu, perdagangan sangat membutuhkan modal sehingga menciptakan permintaan akan pinjaman. Pada saat terjadinya utang piutang, kreditur menginginkan pada saat pelunasan uang yang diterima lebih besar dari yang diutangkan.31 Jenis riba yang kedua adalah transaksi riba. Hal ni dilakukan pedagang dengan menukarkan barangnya dengan barang yang sama dalam jumlah yang lebih sedikit. 30 Lihat QS. 9:35 dan 39. 31 Mahmood Sihabi, Adwar al-Fiqh, (Tehran: Publication of Tehran University, 1978), Vol. 1, h. 363. 144
  • 16. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Dari sudut pandang kaum Quraisy, riba adalah jalan terbaik untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari tabungan yang mereka miliki karena debitur pada saat itu tidak harus berjalan jauh untuk melakukan transakasi sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk itu. Mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari transaksi riba tersebut. Karena modal yang ada hanya terbatas pada kaum Hijaz yang hidupnya nomaden, sementara perdagangan menimbulkan permintaan modal yang tinggi, keuntungan yang mereka peroleh dari transaksi riba ini sangat besar. Lagi pula mereka tidak perlu menanggung risiko ketika terjadi kerugian dari perdagangan yang dilakukan debitur. Sekalipun debitur (pedagang) tidak dapat mengembalikan modal yang dipinjamnya, uang kreditur tetap aman karena mereka dapat menjadikannya budak.32 Keuntungan lain untuk kreditur, ia tidak perlu mengkhawatirkan keberhasilan atau kegagalan perdagangan yang dijalankan debitur, dan tidak ada kepentingan untuk menangani para debitur. la tidak perlu mengaudit pemasukan dan pengeluaran untuk menghitung keuntungan dan bagiannya. Kreditur juga tidak perlu memberikan pelatihan kepada pedagang tentang bagaimana mengelola dan memasarkan produknya. Dengan keuntungan dan kemudahan inilah banyak pemilik modal yang lebih memilih transaksi dengan riba dalam kerjasama perdagangannya. Rasulullah saw sudah mengutuk riba sejak awal perjalanan dakwahnya dan melarang kaum muslim mengambil keuntungan dari kegiatan ini. Selama mengajarkan etika ekonomi dan mengutuk riba, secara perlahan-lahan Rasullullah membatasi penerapan ribadi masyarakat. Selang beberapa waktu, Rasulullah melarang compound usury (riba yang diterima secara keseluruhan, biasanya pada waktu jatuh tempo) dan pada akhir tahun hijrahnya Rasul. seluruh bentuk riba dan transaksi yang ribawi dilarang. Rasulullah menekankan kepada masyarakat bahwa keuntungan yang didapat dari riba adalah sebuah dosa besar. Akhirnya, riba dihilangkan dari kegiatan ekonomi pada awal periode keislaman dan tabungan hanya dapat digunakan untuk tujuan yang telah disebutkan di atas. Larangan riba dalam arti yang luas akhirnya membatasi penggunaan tabungan. Tidak ada lagi jalan bagi pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan yang besar 32 Ibid., h. 364. 145
  • 17. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam selain melalui kerjasama. Hal ini mengakibatkan pemilik modal menjadi sangat tergantung kepada pengusaha untuk mendapatkan pendapatan dari modal yang mereka miliki. Perubahan ini dan yang lainnya— sebagai akibat dari perubahan hak- hak ekonomi dan hak-hak istimewa lainnya dalam perekonomian pada masa periode keislaman, bersamaan dengan insentif lain yang diberikan kepada produsen dan investor— menciptakan hak istimewa barn dan prestis bagi mereka dan memotivasi mereka untuk meningkatkan partisipasi dalam kerjasama partnership. Perubahan ini secara keseluruhan meningkatkan permintaan akan investasi dan menciptakan koordinasi dan keseimbangan antara perputaran uang dan produksi barang. 3. Kali-bi-kali Perubahan yang terjadi dan ekspansi perdagangan dan ekonomi mengharuskan dilakukan modifikasi dalam struktur pasar sehingga kegiatan produksi barang dan jasadapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Perubahan yang terjadi sangat banyak dan komprehensif sehingga tidak dapat dibahas dalam buku ini. Untuk itu kita hanya berkonsentrasi pada salah satu perubahan untuk mengilustrasikan bagaimana perubahan ini mempengaruhi tabungan dan proses investasi. Dalam hukum Islam, transaksi tunai dan kredit dibolehkan. Dalam transaksi tunai, uang dan barang dipertukarkan secara simultan; sementara dalam transaksi kredit, barang diserahkan terlebih dahulu yang diikuti dengan uang pada saat jatuh tempo atau sebaliknya, uang diserahkan terlebih dahulu. kemudian barang diserahkan selang beberapa waktu berikutnya. Yang tidak dibolehkan dalam Islam adalah uang dan barang dipertukarkan selang beberapa waktu setelah kontrak ditandatangani. Praktek inilah yang dinamakan kali-bi-kali. Jika transaksi semacam ini dibenarkan. akan timbul pasar emas, perak dan aset berharga lainnya dan sebagian tabungan yang dimiliki akan dialokasikan untuk transaksi spekulatif ini Dalam hal ini tidak ada nilai tambah untuk perekonomian secara keseluruhan. Pendapatan hanya dinikmati oleh pemilik modal sehingga menciptakan ketidakseimbangan arus uang dan barang. Larangan transaksi ini dengan sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan penggunaan tabungan untuk hal-hal selain produksi barang dan jasa, 146
  • 18. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam yaitu mencegah terciptanya pasar uang, seperti halnya mencegah terciptanya loan market dengan menghapuskan riba. G. Instrumen Kebijakan Moneter Kesimpulan yang bisa diambil dari uraian di atas adalah bahwa tidak ada satu pun instrumen kebijakan moneteryangdigunakan saat ini diberlakukan pada masa awal periode keislaman. Karena "minimnya" sistem perbankan dan karena penggunaan uang sebagai alat tukar, tidak ada alasan untuk melakukan perubahan supply uang melalui kebijakan diskresioner. Lagipula kredit tidak memiliki peran dalam menciptakan uang; faktornya antara lain, pertama, kredit hanya digunakan di antara sebagian pedagang. Kedua, peraturan pemerintah tentang promissory notes (surat pinjaman/kesanggupan) dan negotiable instruments (alat-alat negosiasi) dibuat sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan sistem kredit menciptakan uang. Promissory notes atau bill of exchange dapat diterbitkan untuk membeli barang atau untuk mendapatkan sejumlah dana segar, namun surat ini tidak dapat dimanfaatkan untuk tujuan kredit. Setelah surat ini dikeluarkan, kreditur dapat menjual surat tersebut tetapi debitur tidak dapat menjual uang atau komoditi, sebelum ia menerima surat tersebut. Untuk itu, tidak ada pasar untuk jual beli negotiable instruments, spekulasi dan penggunaan pasar uang. Jadi, sistem kredit tidak dapat menciptakan uang. Aturan di atas mempengaruhi keseimbangan antara pasar barang dan pasar uang berdasarkan transakasi tunai. Dalam nasi'ah atau aturan transaksi islami lainnya, ketika komoditi dibeli saat ini, namun pembayarannyadilakukan kemudian, uang dibayarkan atau diterima untuk mendapatkan komoditas atau jasa. Dengan kata lain, uang dipertukarkan dengan sesuatu yang benar-benar menciptakan nilai tambah buat perekonomian; bahkan dalam kasus ini uang dipertukarkan dalam kerangka yang islami. Transaksi lain seperti judi, riba, kali-bi-kali, jual beli superficial promissory note dilarang dalam Islam sehingga keseimbangan antara arus uang dan barang dapat dipertahankan. Mengingat perputaran uang dalam periode tertentu relatif stabil, dapat disimpulkan jumlah uang dalam suatu perekonomian sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksi. 147
  • 19. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Instrumen lain yang dipergunakan pada saat ini untuk mengatur jumlah uang beredar adalah dengan jual beli surat berharga (opersai pasar terbuka). Sudah jelas bahwa pasar terbuka ini tidak ada dalam sejarah perekonomian Islam pada awal perkembangannya. Metode ketigayangjuga saat ini digunakan yaitu menaikkan atau menurunkan tingkat bunga bank. Tingkat bunga ini tidak diterapkan karena adanya larangan yang berkenaan dengan riba dalam Islam. Sistem yang diterapkan pemerintah menyangkut konsumsi, tabungan, investasi, dan perdagangan telah menciptakan instrumen otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter. Pada satu sisi sistem ini menjamin keseimbangan uang dan barang dan pada sisi lain mencegah penggunaan tabungan untuk tujuan selain menciptakan kesejahteraan yang lebih nyata di masyarakat. Lagi pula, adanya imbalan pahala untuk usaha dan bentuk kegiatan ekonomi lainnya, serta partisipasi dari para sahabat Rasulullah dalam perdagangan dan pertanian, telah menambah nilai dari kegiatan ini di mata kaum muslim. Alquran menggambarkan perhatian kaum muslim untuk penggunaan sumber daya yang telah disediakan oleh Allah SWT sehingga memperluas pandangan kaum muslim untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.33 Hal ini lebih memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan investasi dan menyalurkan kekayaan yang dimiliki untuk hal-hal yang tidak mendapatkan hak yang terlalu istimewa melalui qard hasan, infaq dan waqaf. H. Metode Alokasi Kredit Metode apakah yang digunakan untuk mengalokasikan kredit ke berbagai kepentingan seperti investasi, utang tanpa bunga atau infak? Di pasar manakah kredit itu dialokasikan dan apa faktor yang menentukan dalam proses alokasi tersebut? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu kiranya kita mengetahui jenis-jenis pasar yang ada pada perode awal Islam. Dengan begitu, kita dapat menentukan kriteria penentuan alokasi kredit pada saat itu. Dengan kredit, kas yang tersedia dialokasikan ke proyek-proyek investasi, qard hasan, infak, atau waqaf. Pada periode awal Islam, seperti yang kita lihat, sebagai akibat dari larangan riba 33 Lihat QS. 16:114, 17:70, 31:31, 43:10-14, 45:12, dan ayat-ayat lainnya. 148
  • 20. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam dan transaksi kali-bi-kali adalah tidak adanya pasar utang atau future markets dan harta yang disimpan tidak menghasilkan bunga. Pasar yang aktif hanyalah pasar barang yang memperdagangkan barang konsumsi dan investasi. Jual beli secara kredit, jual beli instrumen utang. perjanjian kerja sama dan kontrak legal lainnya adalah beberapa fasilitas yang mendukung transaksi tunai dan kredit yang diperbolehkan dalam Islam. Untuk alasan inilah, aturan yang lebih komprehensif dikembangkan untuk mengatur pasar barang, rnisalnya kondisi barang yang dipertukarkan. status hukum penjual dan pembeli, jenis transaksi, hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh pihak yang bekerja sama, serta kewajiban yang harus dilakukan dan pilihan yang dimiliki ketika usaha itu berhenti. Aturan yang mengatur transaksi di pasar ini sangat luas sehingga membutuhkan studi yang terpisah. Menurut para sufi aturan ini telah diatur sedemikian hingga mengurangi biaya transaksi kerja sama dan memfasilitasi arus informasi dalam pasar. Variabel ekonomi yang ada pada masa itu adalah harga tunai dan kredit barang dan jasa, jangka waktu transaksi kredit, tingkat keuntungan dalam perdagangan, tingkat pengembalian investasi, harga faktor produksi, jangka waktu utang qard hasan dan tingkat diskonto instrumen utang. Dengan adanya variabel ini. metode alokasi dapat dijelaskan. Beberapa variabel seperti harga barang dan jasa serta harga faktor produksi sangat menentukan dalam pengambilan keputusan menyangkut konsumsi dan produksi dalam satu periode. Variabel lainnya, seperti rate transaksi kredit, tingkat pengembalian investasi, tingkat keuntungan perdagangan, tingkat diskonto, jangka waktu qard hasan, jangka waktu transaksi kredit atau waktu yang dibutuhkan untuk persiapan sebuah proyek investasi, berkaitan erat dengan keputusan sementara menyangkut produksi dan transfer pendapatan. Bantuan variabel ini sangat memungkinkan untuk menganalisa proses pengambilan keputusan. Mungkin kriteria yang paling penting untuk mengalokasikan tabungan adalah perbedaan antara harga tunai dan kredit dari suatu barang. Dengan begitu, pemilik modal dapat mengantisipasi ketika ia membeli barang dan kemudian menjualnya secara kredit. Maka, selayaknya ia meperoleh pendapatan sebesar perbedaan antara 149
  • 21. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam harga keduanya pada saat jatuh tempo. Karena itu, perbedaan antara harga barang tunai dan kredit menentukan return yang dapat diharapkan oleh pemilik modal secara rata-rata dalam periode tertentu. Dengan kata lain, pemilik modal akan menginvestasikan modal yang dimiliki dan menerimaresiko yang lebih besar hanya ketika tingkat pengembalian dari investasi tersebut lebih besar dari rasio antara harga barang kredit terhadap harga barang yang dijual tunai. Akibatnya, investasi hanya terjadi pada titik di mana tingkat pengembalian investasi sama dengan tingkat pengembalian transaksi kredit. Pada sisi lain, kreditur yang ingin menjual instrumen utang yang dimilikinya harus menawarkan dengan harga yang lebih rendah untuk menarik pembeli. Masyarakat hanya akan membeli instrumen utang ketika tingkat pengembalian dari transaksi ini sama atau lebih dari tingkat pengembalian transaksi kredit. Karena itu, dalam kondisi keseimbangan, keduarate ini adalah sama, yaitu tingkat diskonto sama dengan tingkat pengembalian transaksi kredit. Seseorang akan mengalokasikan tabungan miliknya ke proyek investasi, perdagangan, transaksi kredit atau mendiskontokan surat berharga hanya ketika tingkat pengembalian transaksi kredit dan tingkat diskonto adalah sama. Semakin rendah tingkat pengembalian transaksi kredit dibandingkan tingkat diskonto. akan semakin tinggi investasi. Kebijakan moneter pada periode awal Islam lebih menekankan tingkat pengembalian transaksi kredit dan promissory note yang rendah untuk lebih mendorong kegiatan investasi. Larangan pengenaan bunga, penimbunan uang, transaksi kali-bi-kali untuk menghindari uang berbunga juga memotivasi masyarakat untuk berinvestasi. Penggunaan kebijakan fiskal untuk ekspansi dalam berproduksi, kesemuanya menunjukkan usaha pemerintah untuk menaikkan tingkat pengembalian investasi dalam sektor riil dan tingkat pengembalian transaksi kredit yang lebih rendah. Insentif moneter seperti juga halnya aturan dan kebijakan lainnya digunakan untuk menurunkan tingkat diskonto dalam jangka panjang. Dari sudut pandang keseimbangan, antara aktivitas-aktivitas di atas pada satu sisi serta infak dan waqaf pada sisi lain, infak dan waqaf dapat dikatakan sebagai konsumsi dan produksi. Contoh kasus pertama, infak dan waqaf dianggap sebagai kegiatan konsumsi. Alokasi dilakukan hanya jika keduanya adalah komoditi yang 150
  • 22. Uang dan Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam akan dikonsumsi. Contoh kasus kedua, seseorang menganggap infak dan waqaf sebagai kegiatan produksi. Maka, setiap aktivitas memiliki tingkat pengembalian pribadi dan sosial. Tingkat pengembalian pribadi ditentukan oleh sistem nilai seseorang dan pengembalian yang diharapkan terhadap investasi tersebut. Tingkat pengembalian sosial ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian sosial rata-rata dari kedua aktivitas tersebut di masyarakat. Karena motivasi dasar dari kedua aktivitas tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, kaum muslim mendapatkan informasi lebih tentang tanggung jawab sosial mereka. Pengembalian tingkat sosial bertemu di satu titik, menghasilkan keseimbangan perekonomian secara keseluruhan. 151