SlideShare a Scribd company logo
ISLAMIC FINANCIAL MANAGEMENT
BAB 3
SISI SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN

Prof.Dr.H. Veitzhal Rivai, M.B.A.
Andria Permata Veitzhal. B.Acct., M.B.A.
A. SUBYEK SYARIAH
1. Dasar Hukum:
a.
b.
c.

Berdasarkan Al-Qur’an
Berdasarkan Hadis
Berdasarkan Ijma’
Berdasarkan Al-Qur’an


“Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu’amalah tidak secara tunai
sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…”
Al-Baqarah (2: 282).



“…Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggunganjawabannya.”
Al-Isra’ (17: 34).



“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.
An-Nisa’ (4: 29).



“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…”
Al-Maidah (5: 1).



“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.”.
Al-Maidah (5: 2).


“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memeroleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang [180] (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan
janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya;
dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” .
Al-Baqarah (2: 283).
Berdasarkan Hadis


Hadis Nabi riwayat Thabrani:
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah,
ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan
tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan
itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika
persyaratan yang ditetapkan Abba situ didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya” (HR Thabrani dari Ibnu Abbas).



Hadis Nabi riwayat Tirmidzi:
Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”
(HR Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).


Hadis Nabi shalallahu alaihi wa salam.:
Dari Abu Sa’id Al- Khudri bahwa Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wa Salam bersabda,
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka
sama suka.” (HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan
dinilai sahih oleh Ibnu Hibban).
Berdasarkan Ijma’


Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada
orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan
tak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu
dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami
wa Adillatuhu, 1989, 4/838).



Kaidah Fiqh

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
2. Manusia Sebagai Pribadi
Tidak semua manusia pribadi/orang dapat dikatakan subyek hukum yang
cakap. Oleh karena itu bank hanya akan mempertimbangkan
permohonan pembiayaan dari orang/manusia pribadi yang cakap
(bekwaam).


Manusia sebagai pribadi/orang mampu dan cakap untuk
melakukan suatu tindakan hukum oleh undang-undang
ditentukan sebagai berikut:

Telah dewasa (aqil baligh), yaitu mencapai usia 21
tahun atau telah menikah.
 Tidak ditaruh di bawah perwalian.
 Tidak ditaruh di bawah pengampuan (curatele).

3.Badan Hukum






Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan tertentu di dalam
hukum dapat memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban seperti
seorang manusia.
Hal ini merupakan fictie dari manusia pribadi/orang yang
merupakan kontruksi hukum. Badan-badan (perkumpulanperkumpulan) tersebut untuk dapat “Badan Hukum“ terlebih
dahulu harus memiliki persyaratan yang telah ditentukan oleh
undang-undang atau peraturan yang berlaku.
Unsur yang terpenting dari suatu badan hukum adalah
terpisahnya kekayaan pribadi dan kekayaan perusahaan.




Contoh dari perusahaan yang berbadan hukum: perseroan
terbatas (PT), Perkumpulan Koperasi, Yayasan, Perusahaan
Daerah dan Bank dengan catatan anggaran dasar/akte
pendirian perusahaan yang berbadan hukum tersebut,
dapat bertindak dalam lalu lintas hukum, melalui
perantaraan pengurusnya.
Siapa yang secara sah bertindak mewakili badan hukum
dimaksud dapat dilihat dalam Angggaran Dasar/Akta
Pendirian masing-masing Badan Hukum.


Jadi hal-hal yang penting diketahui dan dipahami mengenai subyek
hukum dalam hubungannya dengan pembiayaan adalah:
 Apakah pemohon pembiayaan/nasabah yang bersangkutan
Subyek Hukum (Orang Perorangan atau Badan Hukum). Karena
hanya subyek hukumlah yang dapat dipertimbangkan
permohonan pembiayaannya.
 Bila pemohon pembiayaan adalah orang pribadi maka perlu
diteliti apakah yang bersangkutan dapat bertindak sendiri sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang yaitu:
 Telah mencapai umur 21 tahun atau telah menikah.
 Tidak dibawah pengampuan (curatele).
 Kalau pemohon/nasabah adalah perusahaan maka perlu diteliti
perusahaan tersebut merupakan badan hukum atau tidak,
apakah pemohon berwenang mengajukan permohonan
pembiayaan sesuai akte anggaran dasar perusahaan. Jika
perusahaan tersebut belum/tidak merupakan badan hukum
maka para pengurus secara pribadi beserta kekayaannya harus
bertanggungjawab atas seluruh kewajiban perusahaan.


Di samping perusahaan-perusahaan yang
berbadan hukum, perlu juga diketahui
contoh perusahaan-perusahaan yang
bukan berbadan hukum yang dalam
praktik sering mengadakan hubungan
dengan bank, antara lain: Persekutuan
Perdata, Perusahaan perseorangan, Firma
dan Perseroan Komanditer (C.V).
B. STATUS HUKUM PERUSAHAAN
1. Pengertian
Status Hukum Perusahaan perlu diketahui karena
erat kaitannya dengan tanggungjawab
pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan.
Status Hukum Perusahaan antara lain meliputi:







Perseroan
Perseroan Firma
Perseroan Komanditer
Perseroan Terbatas
Yayasan
Koperasi
2. Perseroan
Adalah suatu persetujuan dengan mana dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu dalam persekutuan
dengan maksud untuk membagi keuntungan
yang diperoleh karenanya.
Dalam praktik dikenal perusahaan perorangan
yang mana pemiliknya adalah satu orang,
orang tersebut bertanggungjawab atas seluruh
hutang-hutangnya. Kekayaan perusahaan
dengan pribadi tidak terpisahkan. Bank dapat
menuntut kekayaan perusahaan dan pribadinya
jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
3. Perseroan Firma
Perseroan Firma adalah suatu perserikatan yang diadakan
untuk menjalankan suatu perusahaan, dibawah nama
bersama.
Firma harus didirikan dengan akte otentik dan atas
pendirian Firma harus didaftarkan kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat dalam wilayah hukum dimana perseroan
berkedudukan.
Tiap anggota perseroan berhak bertindak keluar untuk
dan atas nama Firma tersebut, kecuali dalam hal apabila
diantara anggota perseroan ada yang dikecualikan.
Tanggungjawab persero/peserta adalah secara
tanggung renteng dan tidak terbatas. Bank dapat menuntut
kekayaan perusahaan dan pribadi persero/peserta jika
perusahaan dilikuidasi.
4. Perseroan Komanditer
Perseroan Komanditer adalah perseroan dengan cara
memasukkan sejumlah uang atau sesuatu barang yang
dapat dinilai dengan uang.
Setiap persero yang hanya memasukkan sejumlah modal
tertentu dinamakan Persero Diam (Stille Vennoot, Sleeping
Partner), sedangkan persero yang juga memimpin perseroan dan
bertanggungjawab secara keseluruhan dan tanggung renteng
terhadap pihak ketiga disebut Persero Pelaksana.
Persero diam tidak turut serta memimpin hanya
bertanggungjawab sampai jumlah modal yang telah atau harus
dimasukkan dalam perseroan.
Dalam hal Persero Diam turut memimpin atau membiarkan
namanya digunakan dalam usaha, maka tanggungjawabnya sama
dengan Persero Pelaksana yaitu penyertaannya ditambah dengan
kekayaan pribadi dan tanggung renteng.
5. Yayasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang yayasan, yaitu:
a) Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota.
b) Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, pengurus
dan pengawas.
c) Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha dan/atau iktu serta dalam suatu badan usaha.
d) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan kepada Pembina,
pengurus dan pengawas.
e) Kekayaan yayasan baik berupa uang, baraang, maupun kekayaan
lain yang diperoleh yayasan, dilarang dialihkan atau dibagikan
secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, pengurus,
pengawas, karyawan atau pihak lain yang mempunyai
kepentingan terhadap yayasan.
f)

g)
h)

i)

j)

Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang
dikeluarkan oleh organ yayasan dalam rangka menjalakan tugas
yayasan.
Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai
dengan maksud dan tujuan yayasan.
Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk
usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh
penyertaan tersebut paling banyak 25% (dua puluh lima persen)
dari seluruh nilai kekayaan yayasan.
Anggota Pembina, pengurus dan pengawas yayasan dilarang
merangkaap sebagai anggota Direksi atau pengurus dan anggota
Dewan Komisaris atau pengawas dari badsan usaha sebagaimana
dimaksud dengan butir (g) dan (h) di atas.
Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan
sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.
k)

l)
m)

n)

o)

Pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dengan butir (j)
dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa
Indonesia.
Yayasan dapat didirikan dengan surat wasiat
Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta
pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dengan butir (k)
memperoleh pengesahan dari Menteri
Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta
pendirian yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh
Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi
tepat kedudukan yayasan.
Akta pendirian yayasaan yang telah disahkan sebagai badan
hukum atau perubahan anggaran dasar yang telah disetujui,
wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia
6. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas tidak memakai nama bersama atau nama salah
seorang dari perseronya, tetapi dari tujuan perusahaan. Suatu Perseroan
Terbatas harus didirikan dengan akta otentik yang merupakan syarat
mutlak untuk pendiriannya.
Sebelum Perseroan Terbatas tersebut dapat berdiri dengan sah,
maka akte pendiriannya harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri
Hukum dan HAM untuk mendapatkan pengesahan. Begitu pula untuk
setiap perubahan dalam syarat-syarat pendirian dan perpanjangan waktu
yang diperlukan pengesahan yang sama. Akte pendirian bersama
pengesahan yang telah diperoleh itu harus didaftarkan pada Kepaniteraan
Pengadilan Negeri dalam wilayah hukum dimana perseroan tersebut
berkedudukan dan kemudian mengumumkannya dalam Berita Negara.
Suatu Perseroan Terbatas yang telah memenuhi persyaratan
undang-undang bersifat Badan Hukum, sehingga perserikatan yang
diadakan oleh perseroan tersebut dengan pihak ketiga menjadi
tanggungjawab perseroan tersebut seluruhnya.
Perseroan Terbatas yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan
HAM mempunyai kekayaan sendiri, yang mana hak-hak dan kewajiban
tersendiri yang terpisah dari tanggungjawab anggotanya sebagai
perorangan.
Pengurus perseroan diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham dan mewakili perseroan diluar atau didalam
pengadilan. Persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang agar suatu
Perseroan Terbatas bersifat sebagai Badan Hukum sebagaimana diuraikan
diatas adalah:
 Telah ada persetujuan dari Departemen Hukum dan HAM atas akta
pendirian
 Didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat
 Diumumkan dalam perubahan Berita Negara
Selama ketiga syarat tersebut belum dipenuhi, maka Perseroan
Terbatas semacam itu belum merupakan Badan Hukum, karenanya
masing-masing anggota pengurus dapat dipertanggungjawabkan secara
pribadi dan tanggung renteng.
7. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan.
Syarat-syarat pendirian Koperasi:
 Didirikan dengan akta notaris
 Departemen Koperasi
 Diumumkan dalam tambahan Berita Negara
8. Badan Usaha Milik Negara
a)

b)

c)

Menurut Undang-undang No. 19 tahun 2003 (pasal 1), yang
dimaksud dengan:
Badan usaha milik negara adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan
Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia
yang tujuan utamanya mengejar keuntungan
Pertusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero
Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang
melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal
d)

e)

f)

g)

Perusahaan umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah
BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan
Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas
pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta
mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan
Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau
Perum serta perseroan terbatas lainnya.
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS,
adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada Direksi atau Komisaris
C. AKAD PEMBIAYAAN






Akad pembiayaan sebagai suatu persetujuan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain (nasabah), tunduk kepada kaidahkaidah Hukum Perdata dan Hukum Syariah.
Dalam Hukum Perdata, khususnya Hukum Perjanjian dikenal
istilah “Sistem Terbuka” yang mempunyai arti memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan
perjanjian yang berisi dan berbentuk apa saja, asal tidak
melanggar ketertiban umum dan atau kesusilaan.
Sehubungan dengan kesahan suatu akad pembiayaan, perlu juga
diperhatikan ketentuan Aturan Bea Materai, yang mana untuk
akad pembiayaan harus dipenuhi “Bea Materai Pembiayaan”-nya
agar surat perjanjian pembiayaan dimaksud dapat dijadikan
sebagai suatu bukti tulisan yang sah. Sedangkan untuk lampiranlampiran dari akad pembiayaan perlu dibubuhi materai tempel
dan ditandatangani diatasnya setelah diberi tanggal yang sesuai
dengan tanggal penandatanganan.






Tanda tangan para pihak adalah sebagai bukti dari persetujuan
para pihak untuk bertanggungjawab dikemudian hari atas segala
akibat sesuatu yang telah disetujui.
Persetujuan pembiayaan yang dituangkan dalam Akad
Pembiayaan wajib diikuti dengan suatu jaminan.
Jaminan dimaksud dapat berupa hak kebendaan, yang mana
untuk itu diperlukan Akad Pengikatan Jaminan. Pengikatan
jaminan ini merupakan Perjanjian Accessoir, yaitu bergantung
kepada persyaratan perikatan pokok-pokoknya, dalam hal ini
Akad Pembiayaan dimaksud.
D. Status Hukum Tanah
1. Pengertian
Dimaksud dengan Status Hukum atas tanah adalah status
pemilikannya. Benda-benda yang diterima sebagai jaminan
atas pembiayaan yang diberikan haruslah jelas status
hukumnya karena tidak semuanya tanah dapat diterima
sebagai jaminan pembiayaan dan cara pengikatannya
berbeda-beda tergantung kepada status pemilikan/hukum
atas tanah tersebut.
Status pemilikan/hukum atas tanah antara lain:









Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak

milik
guna usaha
guna bangunan
pakai
sewa
pengusahaan hutan
membuka tanah
memungut hasil hutan
Di samping hak-hak tersebut di atas masih terdapat hak atas
tanah lainnya yang belum dikonversikan yaitu hak milik
adat.
Dari status pemilikan tersebut di atas yang dapat diterima
sebagai jaminan pembiayaan adalah:




Hak milik
Hak guna usaha
Hak guna bangunan

Cara pengikatannya dilakukan baik dengan (Pand) dan Hipotik
maupun Credit Verband, sedangkan khusus untuk tanah
Hak Milik Adat pengikatannya dilaksanakan dengan Credit
Verband. Untuk tanah-tanah yang belum dikonversikan
sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Ada beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai bukti
pemilikan yaitu:
 Girik
 Letter of Credit
 Kohir
 Petuk Pajak
 Riwayat Tanah
Girik, Lette of credit, Kohir, Petuk Pajak adalah merupakan
bukti pembayaran pajak atas tanah. Istilah-istilah ini
mempunyai pengertian yang sama dan dipergunakan
sesuai dengan daerah masing-masing di mana tanda bukti
ini dikeluarkan.
Mengingat pentingnya hal- hal di atas, harus diketahui dan
dipahami status pemilikan hukum atas tanah.
2. Hak Milik
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuhi yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat bahwa
semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Bukti pemilikan
hak atas tanah ialah Sertifikat Hak Milik atas Tanah.

3. Hak Guna Usaha
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang
dikuasai langsung oleh negara dalam jangka tertentu, guna
pertanian,perikanan atau peternakan. Hak guna usaha diberikan
waktu paling lama 25 tahun, dan untuk perusahaan tertentu
dapat diberikan paling lama 35 tahun, dapat diperpanjang paling
lama 25 tahun. Bukti pemilikan hak guna usaha adalah Sertifikat
Hak Guna Usaha.
4. Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan ialah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah bukan miliknya sendiri, dengan
jangka waktu paling lama 30 tahun.
Sebagai bukti pemilikan hak guna bangunan adalah Sertifikat Hak
Guna Bangunan. Sebagai upaya pengamanan pembiayaan bank.
Apabila SHGU dan SHGB akan dijadikan sebagai agunan
pembiayaan agar diperhatikan berakhirnya jangka waktu hak
tersebut jangan sampai sama atau lebih pendek dari jangka
waktu pembiayaan.
Apabila dalam perjalanan, jangka waktu pembiayaan ternyata
masa berlaku sertifikat akan berakhir maka customer harus
memberikan surat kuasa nota riil kepada bank untuk mengajukan
permohonan perpanjangan atas jangka waktu SHGU atau SHGB.
5. Hak Pakai
Hak Pakai adalah untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewamenyewa atau perjanjian pengolahan tanah.
Izin/hak pakai yang diberikan oleh pemerintah atas tanah yang langsung
dikuasai oleh negara berdasarkan pasal tersebut di atas, lazim disebut Izin
Okupasi. Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh negara,
maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin
pejabat yang berwenang, misalnya: Kantor Pertanahan setempat yang
mengeluarkan hak pakai tadi. Sedangkan hak pakai atas tanah milik bukan
negara hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, jika hal itu dimungkinkan
dalam perjanjian yang bersangkutan.
Hak pakai ini dianjurkan tidak dipakai sebagai jaminan karena
tanah tersebut tidak bisa dibebani dengan suatu hak tanggung
sehingga sulit mengamankan kepentingan bank, bila nasabah
bercidera janji atas kewajiban pembiayaannya ataupun bila ada
sanggahan keberatan dari pihak ketiga. Begitu juga bangunan dan
tanaman yang didirikan di atas tanah hak pakai dianjurkan tidak
diterima sebagai jaminan.
Dalam hal hak pakai dan benda benda di atasnya diterima sebagai
jaminan, agar diperhatikan syarat syarat minimal sebagai berikut:
a)
b)

c)
d)

Hak pakai tersebut adalah dari tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh
negara.
Hak tersebut harus dapat dipindahtangankan/dijaminkan yang untuk itu telah
mendapat izin dari pejabat yang berwenang, misalnya Kantor Pertanahan
setempat.
Dibuat akta pengikatan jaminan dan pengalihan hak dengan dengan akte
otentik.
Pengikatan didaftarkan pada di Kantor Pertanahan setempat.
6. Hak Pengusahaan Hutan
Hak pengusahaan hutan adalah hak yang memberikan wewenang kepada
pemegangnya untuk melakukan sesuatu dan mengolah kayu dalam areal
hutan tertentu. Luas areal dan lain-lainnya tentukan dalam Surat Hak
Pengusahaan Hutan (HPH).
Biasanya yang mengeluarkan HPH adalah Direktorat Jenderal Kehutanan.
HPH ini tidak dapat dialihkan sehingga tidak dapat diterima sebagai
jaminan pembiayaan.
7. Hak Sewa
Hak sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain untuk
keperluan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang
sebagai sewa.
Mengingat sifatnya yang sementara dan terbatas jangka waktunya, tidak
bisa dialihkan tanpa izin pemilik dan tidak bisa dibebani hak tanggungan,
maka hak sewa ini tidak bisa diterima sebagai jaminan pembiayaan.
8. Hak Memungut Hasil Hutan dan Hak Membuka Hutan
Hak-hak ini bukanlah hak atas tanah, karena tidak memberi wewenang
untuk menggunakan tanah tertentu. Karenanya hak inipun tidak bisa
diterima sebagai jaminan pembiayaan.
E. PENGIKATAN JAMINAN
Yang dapat diikat adalah jaminan berupa benda bergerak
dan tak bergerak, sebagai berikut:
1. Pengikatan secara Gadai atau Pand
a. Pengertian
Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh seseorang
berpiutang lembaga keuangan atas suatu benda bergerak milik
orang lain, hak mana semata mata diperjanjikan dengan
menyerahkan penguasaan atas bentuk tersebut yang bertujuan
untuk mendapatkan pelunasan hutang terlebih dahulu daripada
pembiayaan lainnya apabila bentuk tersebut dijual.
Dari definisi di atas secara konkret dapat dijelaskan
hal-hal sebagai berikut:
1)

2)
3)
4)
5)

6)

Gadai/Pand hanya dapat diadakan atas “benda-benda tidak
bergerak”, termasuk surat-surat berharga, apabila Surat-Surat
Berharga yang menjadi obyek gadai diperlukan endosemen atas
surat-surat tersebut.
Benda yang dibebani gadai/pand harus dikuasai oleh Pemberi utang
(pemegang gadai).
Gadai diadakan harus dengan persetujuan antara pemilik dana
dengan nasabah pemilikan benda tersebut.
Gadai diadakan, dimaksudkan untuk menjamin pelunasan
pembiayaan lembaga keuangan oleh nasabah.
Lembaga keuangan sebagai pemegang gadai berhak terlebih dahulu
mendapatkan pelunasan dari pembiayaan lain apabila barang-barang
obyek gadai dijual.
Lembaga keuangan berhak menahan/menguasai benda benda yang
di gadaikan sampai seluruh hutang (pokok + bunga + denda-denda
dan biaya lain) dilunasi oleh nasabah.
7)

8)
9)

10)

Lembaga keuangan berhak menjual sendiri tanpa melalui Kantor Lelang
benda-benda tersebut apabila diperjanjikan dengan tegas dan hasilnya
untuk pelunasan pembiayaan.
Lembaga keuangan berhak minta penggantian biaya pemeliharaan bendabenda yang digadaikan kepada nasabah.
Tetapi sebaliknya nasabah dapat menuntut pemegang gadai atas
hilangnya atau merosotnya harga benda benda tersebut apabila hal
tersebut terjadi karena kelalaian lembaga keuangan. Oleh karena itu
apabila lembaga keuangan menguasai benda-benda gadai harus
menjaga/mengawasi sebaik-baiknya dan mengasuransikan benda-benda
tersebut dengan Banker’s Clause untuk menghindari kerugian yang
mengkin terjadi.
Lembaga keuangan berhak menggadaikan ulang benda -benda yang
digadaikan (gadai ulang-her prolongatie).
b. Sifat Pengikatan
Tidak disyaratkan dengan akte otentik, tetapi sebaiknya
dibuat akta notarisnya agar kekuatan pembuktiannya
sempurna, baik terhadap nasabah maupun terhadap pihak
ketiga.
c. Surat-surat yang dikuasai lembaga keuangan
sehubungan dengan diadakannya Gadai
1)
2)
3)
4)

Surat bukti pemilikan asli dari barang-barang yang digadaikan.
Surat Perjanjian gadai itu sendiri.
Surat kuasa menjaminkan atas nama pemilik barang apabila barang
obyek gadai adalah milik pihak ketiga yang dibuat secara notariil.
Surat kuasa jual yang juga secara notariil, kecuali deposito berjangka
atas nama pemohon pembiayaan
d. Gadai/Pand hapus dalam hal:
1) Hutang nasabah telah lunas.
2) Benda yang dijual menjadi obyek gadai dikembalikan
kepada pemilik/nasabah atau customer.
3) Benda yang dijadikan obyek gadai menjadi milik Bank.
2. Pengikatan Secara Fiduciare Eigendoms
Overdraft (FEO)
a. Pengertian FEO
FEO ini merupakan suatu bentuk penyimpangan dari
gadai/pand dan timbul karena kebutuhan dalam praktek
berdasarkan Arrest Hoge Raad, dengan maksud agar
barang -barang yang dijaminkan dapat-dikuasai dan
dipergunakan oleh customer/pemilik barang.
FEO adalah suatu perjanjian antara customer dan
pembiayaan dimana customer menyerahkan hak milik atas
barang-barang bergerak kepada pembiayaan, dengan
perjanjian bahwa penyerahan tersebut hanya untuk
jaminan atas pembayaran kembali uang pinjaman.
Dari definisi diatas secara konkrit dapat dijelaskan hal- hal
sebagai berikut:











FEO diadakan atas persetujuan antara customer dan lembaga
keuangan.
FEO hanya dapat diadakan atas barang barang bergerak.
Barang - barang sebagai obyek FEO tetap dikuasai customer
berdasarkan kepercayaan.
FEO diadakan, dimaksudkan untuk menjamin pelunasan
pembiayaan Bank oleh customer.
Lembaga keuangan berhak menuntut penyerahan barangnya
secara fisik dari customer.
Lembaga keuangan berhak menuntut barangnya apabila
dikuasai pihak lain (bukan customer).
b. Sifat Pengikatan
Undang-Undang tidak mengatur sifat pengikatannya karena FEO terjadi
dalam praktek. Akta pengikatan FEO agar dibuat secara notariil,
sedangkan khusus barang-barang yang diikat secara FEO setiap saat
dapat diperbarui dibawah tangan yang biasanya menggunakan laporan
stock/persediaan.

c. Surat -surat yang dikuasai Bank
1)
2)
3)

4)

Akta pengikat FEO.
Surat-surat bukti pemilikan asli dari barang-barang obyek FEO, dalam
hal barang - barang tersebut memerlukan tanda bukti pemilikan.
Surat kuasa jual atas barang -barang obyek FEO yang dibuat secara
notariil.
Laporan/daftar barang yang telah diisi dan ditandatangani customer.

d. Fiduciaire Eigendoms Overdraft (FEO) hapus dalam hal:
1)
2)
3)

Hutang customer lunas.
Barang-barang obyek FEO dikuasai nasabah.
Barang-barang obyek FEO musnah.
3. Pengikatan secara Hak Tanggungan

a. Pengertian
Hak Tanggungan atas tanah beserta benda–benda yang
berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut ”Hak
Tanggungan” adalah hak jaminan yang dibebankan pada
hak atas tanah berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan atau
Sertifikat Hak Milik, berikut rumah dan benda–benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada lembaga
keuangan terhadap kreditur–kreditur lainnya.
Dari definisi di atas secara konkret dapat dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut:
1)

2)
3)

4)

5)

Hak Tanggungan diadakan untuk menjamin pelunasan hutang-hutang
oleh nasabah, karena lembaga keuangan dengan diadakannya Hak
Tanggungan mendapatkan hak untuk dilunasi terlebih dahulu dari
kreditur lain apabila barang yang dibebani Hak Tanggungan dijual.
Hak Tanggungan diadakan atas persetujuan Bank dengan nasabah.
Barang-barang yang dibebani Hak Tanggungan: Barang-barang tidak
bergerak yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna
usaha, dll.
Hak Tanggungan tetap melekat pada obyeknya, meskipun obyek
tersebut berpindah tangan, artinya lembaga keuangan tetap sebagai
pemegang Hak Tanggungan oleh pemilik dipindah tangankan (dijual
misalnya) ke pihak lain, tanpa persetujuan lembaga keuangan.
Akte Hak Tanggungan disyaratkan dengan akte otentik yang dibuat
oleh Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) dan kemudian didaftarkan
pada BPN/Kantor Pertanahan untuk mendapatkan Sertifikat Hak
Tanggungan agar mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.
6)

Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah:




6)

8)

9)

Notaris PPAT (tidak setiap notaris adalah PPAT)
Pejabat yang ditunjuk.
Camat PPAT

Khusus Hak Tanggungan terhadap kapal.
Setelah Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) dibuat oleh
notaris, maka untuk pemasangan Hak Tanggungan itu dengan
perjanjian pembiayaan dan berkas-berkas surat kapal dibawa
kepada pegawai Pendaftaran dan Pencatatan Balik Nama Kapal
setempat.
Setiap Hak Tanggungan meliputi segala perbaikan dikemudian
hari pada benda yang juga segala apa yang menjadi satu dengan
benda itu karena pertumbuhan atau pembangunan
Lembaga keuangan berhak mendapatkan pelunasan terlebih
dahulu dari para kreditur lain sesuai dengan urutan pemasangan
Hak Tanggungan, apabila barang-barang yang dibebani Hak
Tanggungan dijual.
b. Cara Pengikatan
1)
2)

3)

Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan (SKMHT) dibuat
secara notariil.
Hak Tanggungan dapat diletakan selain oleh siapa yang
berkuasa memindah tangankan barang yang dibebani
yaitu pemilik. Sehubungan dengan itu Bank akan
membebani suatu barang dengan Hak Tanggungan harus
ada Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan dari pemilik
barang.
Surat Kuasa untuk memasang harus otentik dan Hak
Tanggungan hanya dapat diberikan dengan suatu akte
otentik yang didaftarkan pada Kantor Pertanahan
setempat agar mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna.
b. Cara Pengikatan
4)

5)

6)

Agar lembaga keuangan dapat menjual barang-barang
yang dibebani Hak Tanggungan, apabila pelunasan
pembiayaan oleh nasabah diragukan, perlu adanya
clausula kuasa menjual dari pemilik barang yang
tercantum dalam SKMHT/Hak Tanggungan.
Akta Hak Tanggungan dibuat oleh PPAT dalam hal
jaminan berupa tanah, sedangkan untuk kapal laut, akta
hipotik dibuat oleh syahbandar dan atau Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut.
Agar lembaga keuangan dapat pelunasan terlebih dahulu
daripada pembiayaan lainnya, Bank harus melaksanakan
Pemasangan Hak Tanggungan.
c. Beberapa Clausula Dalam Hak Tanggungan, yaitu:
Dalam pemberian hipotek dapat diadakan janji yang
bertujuan untuk melindungi kepentingan lembaga
keuangan. Janji-janji tersebut harus termuat pula dalam
SKMHT apabila pembuatan akta Hak Tanggungan tersebut
didahului dengan SKMHT, janji-janji tersebut antaranya:
1)

Hak yang memberikan kekuasaan kepada pemegang Hak
Tanggungan untuk menjual sendiri (tanpa melalui
Pengadilan Negeri) barangnya dimuka umum dan
mengambil pelunasan hutang dari hasil pelelangan
tersebut (beding van ein machtige verkoop).
2)
3)

4)
5)

6)

Tidak akan menyewakan obyek Hak Tanggungan tanpa seizin
Bank
Janji bahwa sertifikat tanah bisa dikembalikan kepada pihak yang
melunasi hutangnya kepada lembaga keuangan sebagai pemilik
jaminan.
Pembatasan pemilik persil untuk menyewakan persilnya
Beding van nietzoivering, artinya kepada pemegang hipotik
pertama diizinkan bahwa pada penjualan barang tidak mungkin
Hak Tanggungan dibersihkan, hal ini hanya berlaku pada jual-beli
secara suka rela dan tidak berlaku pada penjualan eksekutorial.
Assurantie Beding, dalam mana disyaratkan dalam Hak
Tanggungan bahwa si pemegang Hak Tanggungan menerima
ganti rugi dari assuransi atas benda yang diagunkan, apabila
terjadi kerusakan/risiko pada benda tersebut.
d. Surat -surat yang harus dikuasai oleh lembaga keuangan
dengan diadakannya pengikatan secara Hak Tanggungan:
1)
2)
3)

Akta Hak Tanggungan
Surat Bukti Pemilikan Asli
Surat lain seperti: surat ukur, sertifikat, surat laik laut, IMB

e. Hapusnya Hak Tanggungan
1)
2)
3)
4)

Segala janji dengan mana sipiutang dikuasakan memiliki barang barang yang dibebani Hak Tanggungan.
Karena atas permintaan para pihak yang berkepentingan.
Hutangnya lunas.
Penghapusan Hak Tanggungan harus dimintakan kepada Kantor BPN
dan atau Kantor Syahbandar hal mana tersebut dengan istilah roya.
f. Hal - hal yang perlu diperhatikan:
1)

2)
3)

4)
5)
6)

Hak Tanggungan tidak dapat dibebankan atas barang- barang
dari anak-anak yang belum dewasa, orang yang dalam keadaan
dibawah pengampunan dan orang -orang yang dalam keadaan
tidak hadir, selama penguasaan atas barang-barangnya hanya
diberikan untuk sementara waktu.
Hak Tanggungan yang tidak didaftarkan kepada Kantor BPN,
tidak mempunyai kekuatan apa pun.
Hak Tanggungan menjadi tidak sah, apabila saat didaftarkan
pada Kantor Pertanahan barang-barang yang dibebani Hak
Tanggungan telah dipindahkan oleh pemilik, dalam pengertian
nasabah telah kehilangan hak miliknya.
Hak Tanggungan tidak dapat dilaksanakan apabila obyek berada
dalam status sitaan.
Pada prinsipnya sejak saat pemberian pembiayaan, jaminan
harus langsung dibebani Hak Tanggungan.
Dalam praktek sering ditemui adanya SKMHT, SKMHT ini bukan
merupakan salah satu jenis pengikatan jaminan.
7)
8)

Selama pembiayaan belum lunas lembaga keuangan tetap
menguasai sertifikat obyek Hak Tanggungan.
SKMHT tanpa pemasangan Hak Tanggungan mengandung
risiko-risiko antara lain:








Bilamana barang jaminan disita, maka SKMHT tersebut tidak bisa
ditinggalkan menjadi Hak Tanggungan.
Apabila SKMHT akan ditingkatkan menjadi Hak Tanggungan pada saat
customer sudah macet, maka akan menimbulkan kesulitan dalam hal
pembebanan biaya.
Dalam hubungannya dengan pemberian kuasa oleh perorangan,
apabila pemberi kuasa meninggal, maka SKMHT menjadi batal, kecuali
apabila terdapat clausul sebagaimana disebut dalam subbab
Pemberian Kuasa.
Syarat-syarat yang dikehendaki untuk dimuat dalam akte Hak
Tanggungan sebagaimana tercantum dalam sub bab pengikatan
jaminan, akan batal apabila syarat tersebut tidak secara tegas disebut
dalam SKMHT.
4. Pengikatan secara Pembiayaan Verband


Dilihat dari objek pengikatan, pada dasarnya sama dengan
Hipotik, perbedaannya ialah Credit Verband selain dapat
dibebankan atas hak-hak seperti yang dapat dipasang
Hipotek (Hak milik, hak guna usaha dan hak guna
Bangunan) juga dapat dibebankan atas tanah yang
dikuasai oleh penduduk asli tetapi belum dikonversikan
menjadi hak sesuai ketentuan.



Benda-benda tak bergerak yang diikat secara pembiayaan
Verband tidak boleh diikat secara Credit Verband yang
kedua dan seterusnya. Credit Verband mempunyai hak
istimewa (privelege), seperti halnya dengan Hipotek
Pertama, artinya si pemegang pembiayaan berhak lebih
dulu menerima pelunasan daripada yang lainnya.
5. Personal/Corporate Guarantee dan Avalis
a. Personel/Corporate Guarantee








Personal/Corporate Guarantee sama dengan istilah jaminan pribadi.
Perjanjian dengan pola borgtoht (jaminan pribadi) adalah jaminan pribadi
terhadap pembayaran suatu kewajiban/hutang di luar penjaminan
kewajiban/hutang yang timbul karena surat berharga.
Jaminan pribadi bila diberikan oleh seseorang sering juga dikenal dengan
istilah Personal Guarantee; bila diberikan oleh perusahaan sering pula
dikenal dengan sebutan Corporate Guarantee.
Di dalam borgtocht, perorangan maupun perusahaan, dikenal adanya hak
istimewa yang diberikan undang-undang kepada penjamin, yaitu hak agar
dibuktikan terlebih dahulu bahwa nasabah/customer yang dijamin benarbenar sudah tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya. Dengan kata
lain, bila pemberi borgtocht tersebut ditagih, tidak secara otomatis harus
memenuhi kewajibannya. Berbeda dengan avails yang begitu ditagih, yang
bersangkutan harus memenuhi kewajiban penjaminannya.
Agar pemberi jaminan pribadi dapat ditagih dan langsung berkewajiban
memenuhi penjaminannya, maka dalam surat penjaminannya harus
dinyatakan secara tegas bahwa yang bersangkutan melepaskan hak
istimewanya tersebut.


Dengan demikian untuk menjamin suatu pembiayaan, tidak dapat
dilakukan dengan cara meng-avalis akan tetapi harus dengan cara
borgtocht (personal/Corporate Guarantee).



Dalam hal bank akan menerima borgtocht, hendaknya diperhatikan:
1) Personal/Corporate Guarantee sebaiknya dibuat dengan akta notaris
supaya mempunyai kekuatan permbuktian sempurna
2) Diberikan dengan melepaskan hak istimewanya yang dinyatakan
secara tegas dalam akta borgtocht tersebut.
3) Hutang yang dijamin jelas identitas dan cara hukumnya serta pasti
jumlahnya, demikian pula nilai borgtocht-nya juga harus pasti
jumlahnya dan tidak boleh melebih hutang yang dijamin
4) Bank yakin dengan bonafiditas pemberi borgtocht.
b. Avalis
Avalis adalah suatu jaminan yang diberikan oleh pihak
ketiga terhadap pelunasan pembayaran atas surat berharga
(Cek, promes) pada saat jatuh tempo surat berharga. Di
dalam avalis ini, pemilik/pemegang surat berharga dapat
langsung meminta pembayaran kepada avalis tanpa
adanya keharusan terlebih dahulu meminta pembayaran
kepada nasabah, karena avalsi sama terikatnya dengan
pihak yang dijamin.
6. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai
Jaminan Pembiayaan
a. Ketentuan Harta Gono Gini
Berdasarkan Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974
disebutkan ketentuan mengenai harta gono gini suami/istri
antara lain sebagai berikut:
1)
2)

3)
4)

Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
bersama (pasal 35 ayat 1).
Harta bawaan masing-masing suami/istri dan harta benda yang
diuperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah
dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak
menentukan lain (pasal 35 ayat 2).
Mengenai harta bersama suami istri dapat bertindak atas
persetujuan kedua belah pihak (pasal 36 ayat 1).
Mengenai harta bawaan masing-masing, suami istri mempunyai
hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai
harta bendanya (pasal 36 ayat 2).
a. Ketentuan Harta Gono Gini
5)

6)
7)
8)

9)

Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua belah pihak
atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang
disahkan oleh pencatat perkawinan setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga tersangkut (pasal 29 ayat 1).
Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama dan kesusilaan (pasal 29 ayat 2).
Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan dilangsungkan (pasal 29
ayat 3).
Selama perkawinan berlangsung penjanjian tersebut tidak dapat diubah
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dann
perubahan tidak merugikan pihak ketiga (pasal 29 ayat 4).
Bilamana perkawinan putus karena perceraian, karta bersama diatur
menurut hukumnya masing-masing (pasal 37).
Berdasarkan ketentuan di atas, maka harta yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama terkecuali ada penjanjian perkawinan
secara tertulis yang menyatakan sebaliknya. Terhadap harta bersama,
suami atau istri dalam melakukan tindakan hukum harus dengan
persetujuan kedua belah pihak dan tidak dapat bertindak sendiri.
b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai
Jaminan Pembiayaan
Berdasarkan ketentuan di atas (butir a),
dalam menerima harta bersama sebagai
jaminan pembiayaan harus ada
persetujuan suami dan atau istri.
Apabila persetujuan tersebut tidak ada,
maka penerimaan/pengikatan sebagai
jaminan pembiayaan dapat dimintakan
pembatalan oleh salah satu pihak melalui
Pengadilan Negeri.
b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai
Jaminan Pembiayaan
Penting diperhatikan ketika menerima harta gono gini sebagai
jaminan pembiayaan:
1) Setiap penerimaan harta gono gini sebagai jaminan
pembiayaan harus ada persetujuan kedua belah pihak
(suami/istri) tanpa melihat apakah barang-barang tersebut
berupa sertifikat/bukti haknya atas nama suami/istri. Harta
gono gini ini meliputi harta tidak bergerak maupun harta
bergerak seperti kendaraan, perhiasan dan lain sebagainya.
2) Persetujuan suami/istri di atas harus diserahkan kepada
lembaga keuangan untuk setiap penerimaan barang
jaminan yang sifatnya pemilikan secara pribadi kecuali
barang jaminan tersebut bukan merupakan harta gono gini.
b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai
Jaminan Pembiayaan
3)

4)
5)

Apabila suami/istri mempunyai lebih dari satu
istri maka persetujuan tersebut harus diberikan
oleh semua istrinya baik dalam persetujuan
yang dibuat secara bersama-sama maupun
dalam persetujuan secara sendiri-sendiri.
Ketentuan butir (1) hingga (3) di atas berlaku
juga untuk penjamin bukan nasabah.
Persetujuan suami/istri tersebut juga berlaku
untuk pemberian jaminan pribadi/borgtocht/
personal guarantee.
b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai
Jaminan Pembiayaan
6)

7)

8)

Semua transaksi jual beli/pemindahan hak atas harta gono
gini juga harus atas persetujuan suami/istri. Jaminan
pembiayaan yang akta jual belinya tidak tercantum
persetujuan suami/istri dan belum dilakukan balik nama
atas nama pembeli tidak dapat diterima sebagai jaminan
pembiayaan.
Untuk jaminan atas nama nasabah perorangan dan atau
penjamin perorangan yang berstatus janda/duda agar
diminta juga persetujuan dari anak-anaknya yang sudah
dewasa (apabila harta tersebut berupa harta warisan yang
berlum dibagi/dipecah).
Persetujuan suami/istri dan atau anak-anak yang sudah
dewasa seperti dijelaskan dijelaskan pada butir (7) di atas
berlaku pula dalam pemberian SKMHT.
c. Tata Cara Memperoleh Persetujuan
Suami/Istri
1)

2)

3)

4)

5)

Persetujuan suami/istri untuk menjaminkan harta gono gini perkawinan
sebaiknya dilakukan dengan akta notariil di mana suami/istri sekaligus
dating ke notaris pada saat dilakukan pengikatan jaminan dan atau pada
waktu pembuatan SKMHT/Credit Verband/FEO tanpa perlu dibuatkan akta
persetujuan secara tersendiri.
Persetujuan suami/istri dapat juga dibuat secara tersendiri dengan akta
notariil di mana suami/istri dating ke notaris, bila istri lebih dari 1(satu)
maka persetujuan dapat secara bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Dalam persetujuan butir 1) dan 2) di atas sekaligu dicantumkan dalam
aktanya bahwa mereka adalah istri satu-satunya sedangkan bila lebih dari
1(sau) istri maka pernyataan dimaksud tidak perlu dicantumkan.
Persetujuan suami/istri untuk pemberian jaminan
peibadi/borgtoch/personal guarantee dapat dituangkan sekaligus dalam
akta borgtochnya atau dapat dibuat akta persetujuan sendiri.
Persetujuan anak-anak yang sudah dewasa dalam hal nasabah
persorangan dan atau penjamin perorangan yang berstatus duda/janda
tata caranya sama dengan persetujuan suami/istri tersebut di atas.
F. Pemberian Kuasa
1.

Pengertian
Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana
seseorang memberikan kuasa kepada seseorang lain yang
menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan
suatu urusan. Yang dimaksud dengan menyelenggarakan
sesuatu urusan adalah melakukan suatu perbuatan hukum
yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau menimbulkan
suatu akibat hukum. Orang yang telah diberi kuasa
(penerima kuasa) melakukan perbuatan hukum tersebut
atas nama orang yang memberi kuasa.
F. Pemberian Kuasa
2.

Cara Pemberian Kuasa
Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akte
umum dalam suatu tulisan dibawah tangan bahkan dalam
suatu pucuk surat atau lisan. Walaupun pemberian kuasa
tak disyaratkan dengan akta otentik/notariil tetapi
sebaiknya apabila Bank menerima suatu kuasa dari
nasabah atau pihak lain, misalnya kuasa untuk menjual
barang jaminan ataupun bila ada pemberian kuasa untuk
menjaminkan oleh pihak lain kepada nasabah, supaya
pemberian kuasa tersebut dinyatakan dengan akta
notariil, hal tersebut dimaksudkan agar kekuatan
pembuktiannya sempurna.
F. Pemberian Kuasa
3. Jenis Pemberian Kuasa
Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu
mengenai hanya suatu kepentingan tertentu atau lebih,
atau secara umum yaitu meliputi segala kepentingan si
pemberi kuasa.
Ada tiga jenis pemberian kuasa, yaitu:
a. Pemberian kuasa untuk melaksanakan sauatu kepentingan
tertentu.
b. Pemberian kuasa untuk melaksanakan beberapa
kepentingan tertentu.
c. Pemberian kuasa secara umum, artinya tidak disebutkan
untuk kepentingan tertentu atau pemberian kuasa tersebut
untuk segala kepentingan pemberi kuasa.
F. Pemberian Kuasa
4. Penggunaan Pemberian Kuasa
Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi perbuatan
pengurusan. Untuk memindah-tangankan barang atau untuk meletakan
Hipotek diatasnya atau lagi untuk membuat suatu perdamaian, ataupun
suatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik,
diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas.
Dari hal di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa pemberian kuasa oleh
pemilik barang kepada customer untuk menjaminkan barangnya kepada
lembaga keuangan atas falitas pembiayaan yang diperoleh harus
dinyatakan dengan tegas dalam Surat Kuasa, bahwa pemberian kuasa
yang diberikan itu melaksanakan suatu kepentingan tertentu: misalnya
pemberian kuasa untuk menjaminkan, untuk menjual barang jaminan,
untuk memasang Hipotek pertama dan sebagainya.
Di dalam pelaksanaan pemberian kuasa tersebut, penerima kuasa berhak
untuk menuntut penggantian biaya, pemasangan Hipotek dan lain-lain
harus diperjanjikan menjadi beban customer.
F. Pemberian Kuasa
5. Berakhirnya Pemberian Kuasa
Pemberian Kuasa berakhir apabila:
a. Kepentingan yang harus dilaksanakan telah selesai.
Pemberi atau Penerima Kuasa meninggal dunia atau badan
Hukum bubar dalam hal pemberi dan atau penerima kuasa
perusahaan Badan Hukum.
b. Pemberi Kuasa dicabut kembali oleh Pemberi Kuasa.
c. Kuasa tersebut dibatalkan/dikembalikan oleh Penerima
Kuasa.
d. Pemberi Kuasa atau penerima Kuasa pailit atau ditaruh
dibawah pengampuan (curatele).
e. Pengangkatan Kuasa baru untuk menjalankan urusan yang
sama
F. Pemberian Kuasa
Untuk menjamikan keamanan dan kepentingan lembaga
keuangan maka hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
didalam pemberiam kuasa itu agar dicantumkan clausula
bahwa kuasa ini adalah diberikan dengan tidak dapat
dicabut kembali/ berakhir dengan alasan apapun maupun
berdasarkan Undang-Undang.
Clausa-clausa yang perlu diperhatikan dalam surat kuasa:
Apabila pemberian kuasa dicabut oleh Pemberi Kuasa,
sedangkan dalam pemberian kuasa itu ada clausula “tidak
dapat dicabut “ maka Pengadilanlah yang akan
menentukan masih berlaku atau tidaknya pemberian kuasa
tersebut. Suatu kuasa dapat dialihkan kepada orang lain
bilamana ada clausa bahwa kuasa tersebut diberikan
dengan hak subtitusi yang secara tegas disebut Surat
Kuasa tersebut.
F. Pemberian Kuasa
6. Penandatanganan Surat Kuasa
Surat kuasa yang diberikan oleh Nasabah kepada lembaga
keuangan harus ditanda tangani oleh orang-orang yang
berhak menanda tangani Perjanjian Pembiayaan. Surat
Kuasa harus dibubuhi materai secukupnya. Khusus untuk
kuasa dibawah tangan dibubuhi meterai dan perlu
diperhatikan pembubuhan tanggal yang sesuai di atas
materai tempel maksud.
G. Jenis-Jenis Akta
1. Pengertian
Akta adalah surat tanda bukti: suatu tulisan yang ditanda tangani
dan diperuntukkan membuktikan kebenaran apa yang tertera di
dalamnya.
2. Macam Akta
a. Akta Otentik
Akta otentik adalah suatu akta yang bentuknya telah ditentukan oleh
undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pejabat-pejabat umum
yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatannya:
 Akta dibuat oleh/dihadapan seorang pejabat umum
 Akta harus dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
 Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat dengan kata lain
pejabat tersebut harus mempunyai wewenang untuk membuat akta
tersebut.
Dimaksud dengan pejabat-pejabat umum seperti disebutkan
di atas adalah:
b. Akta Di bawah Tangan
Akta di bawah tangan adalah suatu tanda bukti yang dibuat
tanpa perantaraan seorang pejabat/pegawai umum.
Kekuatan pembuktian akta dibawah tangan adalah
sempurna sepanjang para pihak tidak mengingkarinya.
Apabila salah satu pihak mengingkari kebenaran isi akta,
tanggalnya, atau tanda tangannya maka pihak lain harus
membuktikan kebenarannya.
Dalam transaksi perbankan sebaiknya dihindarkan akta di
bawah tangan terutama yang menyangkut jumlah risiko
yang tinggi, lebih baik dilakukan dengan akta notaris. Bagi
lembaga keuangan selaku pemberi pembiayaan suatu saat
dapat dimintakan grosse yang berguna bagi pelaksanaan
eksekusi jaminan.
Mengingat akta adalah alat bukti maka agar diperhatikan bea
meterainya sesuai ketentuan bea meterai yang berlaku
3. Macam-Macam Akta Notaris
a. Akta Notaris
Adalah akta yang dibuat oleh dan dihadapan notaris. Akta yang demikian
adalah akta otentik yang berarti mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna.
Ada akta-akta yang menurut undang-undang harus dibuat di dalam bentuk
otentik, misalnya: Akta Pendirian Perseroan Terbatas (P.T), Firma, C.V,
Yayasan, Koperasi, Surat kuasa Memasang Hipotik, Akta Hipotik.

b. Akta yang dilegalisir oleh Notaris
Akta semacam ini juga mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna,
sebenarnya sifat akta ini dibawah tangan, karena baik bentuk maupun
isinya dibuat oleh para pihak yang berkepentingan. Akta ini baru sah
setelah para pihak menandatangani atau cap jempol di hadapan Notaris
dan setelah isi akta maupun maksud akte ini dibacakan oleh Notaris. Pada
akta yang dilegalisir notaris ini, notaris menjamin kepastian tanggal
maupun menjamin para pihak telah menanda tangani akta tersebut
dengan semestinya dihadapannya. Oleh karena itu, akta ini walaupun
merupakan akta dibawah tangan tapi mempunyai kekuatan pembuktian
yang sempurna.
3. Macam-Macam Akta Notaris
c. Akta yang disalin oleh Notaris / Copy Collectionee
Akta semacam ini adalah akta yang dibuat oleh Notaris yang
merupakan salinan suatu akta, baik akta otentik atau akta di
bawah tangan apabila aslinya telah hilang atau tidak terbaca lagi.
Kekuatan pembuktian yang sama dengan aslinya.
Copy Collectionee yang dibuat oleh Notaris yang membuat akta
aslinya yang hilang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.
Copy Collectionee dari akta-akta dibawah tangan hanya memberikan
permulaan pembuktian dengan tulisan (tidak sempurna ).
H. Pembaruan, Pengalihan, dan
Perjumpaan Utang
1. Penjelasan
Penyelesaian kartu pembiayaan oleh nasabah tertentu tidak
selalu dengan pembayaran/pelunasan oleh nasabah sendiri,
tetapi juga dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu,
antara lain:
a. Novasi/pembaharuan hutang.
b. Subrogasi/penggantian kreditur.
c.
Cessie Piutang.
d. Kompensasi/perjumpaan utang.
2. Novasi/Pembaharuan Hutang
Novasi terjadi dengan 3 (tiga) cara:
Apabila seorang nasabah terhadap pembiayaannya
mengadakan suatu perikatan baru sebagai ganti perikatan
yang lama karena adanya perikatan baru menjadi hapus.
b.
Apabila nasabah semula digantikan oleh/dengan nasabah
baru dan nasabah lama dibebaskan dari hutangnya
(expromisie).
c.
Apabila dengan suatu perjanjian yang baru pembiayaan
(lama) digantikan dengan pembiayaan baru dan nasabah
dibebaskan dari hutangnya oleh pembiayaan baru.
Novasi/pembaharuan hutang harus dinyatakan dengan tegas dalam
suatu perjanjian sehingga tidak mungkin terjadi sesuatu karena
anggapan saja.
Perjanjian novasi tidak disyaratkan harus dengan akta otentik, tetapi
sebaiknya dengan akte otentik, terutama novasi, karena adanya
penggantian nasabah.
a.
Contoh -contoh novasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya Perjanjian Pembiayaan yang baru untuk Nasabah
yang sama, di mana Perjanjian Pembiayaan yang baru
menghapuskan Perjanjian yang lama sebagai bukti adanya
hutang Nasabah.
b. Kedudukan A sebagai Nasabah terhadap lembaga keuangan
sebagai Pembiayaan, digantikan oleh Nasabah (yang baru)
B dan kepada A dinyatakan tidak berhutang lagi kepada
lembaga keuangan.
c. A (Nasabah) berhutang kepada B (Pembiayaan). C
menggantikan kedudukan B sebagai Pembiayaan. Untuk itu
dibuat perjanjian antara A, B dan C sehingga hak menagih
beralih dari B ke C dan A dibebaskan dari kewajibanya
terhadap B.
3. Subrogasi
Subrogasi terjadi apabila ada penggantian oleh seorang pihak ketiga
yang mengadakan pembayaran.
Konkretnya adalah sebagai berikut:
Lembaga keuangan menerima pembayaran dari pihak ketiga dan pihak
ketiga itu menggantikan semua hak yang dipunyai lembaga keuangan
terhadap nasabah. Penggantian itu/subrogasi harus dinyatakan dengan
tegas sampai dengan suatu perjanjian dan dilakukan pada saat
pembayaran oleh pihak ketiga tersebut.
b. Nasabah memperoleh pembiayaan dari pihak ketiga untuk melunasi
pembiayaannya dan pihak ketiga tersebut menggantikan hak-hak dari
lembaga keuangan. Subrogasi demikian baru sah apabila baik akad
pembiayaan maupun tanda pelunasan harus dibuat dengan akta otentik
dan baru diterangkan bahwa uang itu dipinjam guna melunasi hutang
tersebut.
Hal yang penting bagi lembaga keuangan dengan adanya subrogasi ialah
adanya pelunasaan pembiayaan, baik oleh pihak ketiga maupun oleh
nasabah sendiri yang mana digunakan untuk pelunasan adalah
pembiayaan dari pihak ketiga.
a.
4. Ceesie Piutang
Cessie Piutang adalah penyerahan piutang oleh nasabah kepada
lembaga keuangan dengan akta otentik atau di bawah tangan
yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan sebagai salah satu
cara pelunasan pembiayaan nasabah.
Hutang nasabah belum dapat dikatakan lunas selama tagihan
terhadap pihak ketiga belum direalisir.
Syarat-syarat Cessie adalah:
a.
Bentuk akta otentik atau dibawah tangan tetapi sebaiknya
dibuat otentik.
b.
Kepastian jumlah piutang harus ditentukan tegas.
c.
Bukti/dasar piutang
d.
Tanggal penagihan
e.
Pemberitahuan, atau
f.
Persetujuan/pengakuan nasabah asal/tertagih secara tertulis.
Untuk surat-surat berharga atas unjuk dilakukan dengan penyerahan
surat dimaksud. Sedangkan untuk surat-surat atas nama
dilakukan dengan penyerahan suratnya disertai endosemen.
Pengikatan Cessie Piutang sebaiknya dibuatkan dengan suatu Akte
Notaris dengan memuat hal-hak sebagai berikut:
a. Piutang-piutang tersebut hanya dapat diperhitungkan setelah hasil
penagihan dipenuhi.
b. Lembaga keuangan tidak bertanggung jawab atas piutang-piutang
yang tidak dapat ditagih dengan alasan apapun.
c. Daftar piutang tersebut harus diusahakan untuk diadakan
spesifikasi selengkapnya seperti: nama yang berhutang, Jumlah
piutang dan lain-lain.
d.
e.
f.

g.

Harus dimintakan persetujuan dari si berhutang bahwa yang
bersangkutan akan melakukan pembayaran hanya kepada Bank.
Harus diteliti dan benar adanya dasar hukum yang kuat dari
piutang yang akan dicessiekan dan jumlahnya harus pasti
Sebelum akta cessie ditanda tangani perlu dibuat akta notariil
perjanjian penyelesaian hutang antara bank dengan customer
nasabah yang dalam satu pasalnya atau klausulanya
menyebutkan cessie piutang tersebut hasilnya baru
diperhitungkan untuk menyelesaikan hutang customer debiutur
apabila hasil tagihan benar-benar telah secara efektif masuk
dalam rekening customer nasabah yang ada dalam administrasi
bank.
Akta cessie diusahakan notariil dan harus ditanda tangani oleh
lembaga keuangan, customer nasabah dan disetujui serta
ditanda tangani oleh tertagih.
5. Kompensasi/Perjumpaan Utang
Kompensasi/perjumpaan hutang adalah suatu keadaan
dimana dua orang saling berhutang satu sama lain,
sehingga antara mereka terjadi suatu perjumpaan dengan
mana hutang-hutang antara mereka tersebut dihapuskan.
Contoh:
A memperoleh pembiayaan dari kepada lembaga keuangan
Rp50 juta. Tetapi sebaliknya A menjual kepada lembaga
keuangan barang-barang seharga Rp20 juta. Karenanya
kompensasi hutang A dengan sendirinya berkurang Rp20
juta.
I. Kepailitan
1. Pengertian
Kepailitan adalah suatu keadaan seorang nasabah telah berhenti membayar
utang-utangnya yang harus dinyatakan dengan putusan Hakim Pengadilan
Negeri. Keadaan pailit bisa diminta oleh nasabah sendiri, seorang atau
lebih krediturnya, atau oleh Kejaksaan dalam hal kasus pidana.
2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya
pernyataan pailit perlu diketahui:
a. Hakim Komisaris
Pada saat seorang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri,
maka diangkatlah seorang Hakim Komisaris yang bertindak
sebagai pengawas dalam penyelesaian kepailitan nasabah
tersebut, serta mengawasi juga agar kepailitan berjalan dan
diselesaikan sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku.

b. Balai Harta Peninggalan (BHP)
Adalah badan yang bertindak sebagai kurator (curatrice) dalam
kepailitan nasabah dan melaksanakan tindakan-tindakan
pengurusan (behhersdaden) dalam hal diperlukan tindakantindakan penerusan perusahaan customer, jika ada.
2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya
pernyataan pailit perlu diketahui:
c. Accord
Adalah suatu rencana penyelesaian kepailitan yang diajukan oleh
nasabah kepada para kreditur, pernyataan accord (perdamaian)
mana harus disahkan oleh Pengadilan Negeri (homologatie
accord).

d. Insolventie
Bilamana dalam rapat verifikasi tidak diajukan suatu accord atau
suatu acoord telah diajukan oleh nasabah dalam keadaan pailit
tetapi ditolak rapat verifikasi, maka boedel (harta) dengan
sendirinya berada dalam keadaan insolventie (artinya keadaan si
berhutang sudah sungguh pailit atau tidak mampu membayar
utangnya).
2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya
pernyataan pailit perlu diketahui:
e. Likuidasi
Sebagai akibat keadaan insolventie tersebut, maka oleh Balai
Harta Peninggalan boedel kemudian dijual didepan umum. Dari
hasil penjualan ini setelah dikeluarkan ongkos-ongkos yang
diperlukan maka dibuatkan suatu daftar pembagian di mana
ditentukan bagian yang dapat diterima dari hasil penjualan oleh
setiap pembiayaan. Isi daftar pembagian ini harus disahkan oleh
Pengadilan Negeri.

f. Rapat Verifikasi
Adalah pertemuan-pertemuan yang diadakan antara para
kreditur, nasabah dan Hakim Komisaris dibawah pimpinan
Pengadilan Negeri, untuk memelihara dan memisahkan piutangpiutang (melakukan verifikasi) dan untuk mendapatkan daftar
pembagian (uitdelingslijst).
2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya
pernyataan pailit perlu diketahui:
g. Boedel Pailit
Harta terpailit baik yang sudah maupun yang akan diperoleh akan
diperhitungkan untuk pemenuhan hutang/kewajiban terpailit.

h. Daftar Pembagian (Uitdelingslijst)
Adalah salah satu daftar yang ditetapkan dalam rapat verifikasi
dalam suatu keadaan pailit atau pada suatu accord, yang berisi
ketentuan-ketentuan mengenai masing-masing jumlah yang
dibagikan kepada para kreditur.

i. Dicabut/berakhirnya kepailitan





Dihentikan karena kekurangan hasil-hasil.
Karena adanya homologatie accord (perdamaian yang telah disahkan
oleh pengadilan)
Sesudah daftar pembagian beroleh kekuatan mengikat dari Pengadilan
Negeri.
J. Penyitaan (Beslag)
1. Pengertian
Penyitaan atau beslag adalah tindak hukum yang dilakukan
atau dilaksanakan oleh yang berwenang (antara lain
Pengadilan, BUPLN, Polisi, Kejaksaan) atas barang-barang
seseorang dengan tujuan untuk menjamin hak-hak atau
piutang-piutang seorang penggugat (dalam perkara
perdata) atau untuk mendapatkan suatu bukti (dalam
perkara pidana).
2. Jenis-jenis penyitaan
a. Penyitaan Revindicatoir
Adalah penyitaan atas suatu barang dilaksanakan atas permintaan
pemilik barang tersebut yang berada pada kekuasaan orang lain,
sebelum dan atau dalam rangka pemilik tersebut mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Negeri untuk mendapatkan kembali
barang miliknya.
Hal seperti ini dapat terjadi atas barang-barang jaminan
pembiayaan, yang ternyata barang jaminan pembiayaan adalah
milik pihak ketiga yang dijaminkan nasabah kepada Bank tanpa
persetujuan yang tegas/pasti dari pihak pemiliknya.
Untuk itu perlu diperhatikan surat kuasa menjaminkan dari
pemiliknya kepada nasabah apabila barang jaminan adalah milik
pihak ketiga.
2. Jenis-jenis penyitaan
b. Penyitaan Conservatoir
Adalah penyitaan atas barang dengan tujuan agar barangbarang tersebut tidak dihilangkan selama perkara yang
bersangkutan sedang berlangsung. Hal tersebut dapat
diajukan oleh lembaga keuangan apabila ada dugaan
barang-barang jaminan yang dikuasai nasabah akan
disembunyikan, dipindah-tangankan ataupun lain-lain
perbuatan dengan maksud untuk menarik barang-barang
tersebut dari kekuasaan lembaga keuangan.
2. Jenis-jenis penyitaan
c. Penyitaan Executorial
Adalah penyitaan atas suatu barang sebagai pendahuluan
suatu eksekusi/suatu pelaksanaan keputusan Kepailitan
yang telah memperoleh kekuatan hukum/pasti, dengan
tujuan agar barang-barang tersebut kemudian akan
dilelang di depan umum.
d. Rijden Beslag
Adalah penyitaan atas kendaraan yang meskipun
perkaranya masih berlangsung walaupun kendaraan dalam
keadaan disita tetapi boleh digunakan oleh pemiliknya.
Misalnya kendaraan nasabah disita sehubungan perkara
penyelesaian pembiayaannya, tetapi kendaraan tersebut
masih dapat digunakan oleh nasabah.
3. Perlawanan (verzet)
Adalah suatu upaya yang diajukan kepada Pengadilan Negeri untuk
mempertahankan suatu hak. Tuntutan perlawanan demikian
dimajukan dan diperiksa dengan cara yang sama seperti cara bagi
gugatan biasa.
Perlawanan (verzet) diajukan kepada:
a. Keputusan Verstek, yaitu putusan yang dijatuhkan dengan tanpa
hadirnya tergugat, walaupun untuk itu tergugat telah dipanggil
dengan sempurna.
b. Penyitaan oleh yang terkena sita dengan alasan tertentu,
misalnya karena yang disita untuk sementara itu telah memenuhi
keputusaan.
c. Penyitaaan oleh pihak ketiga dengan alasan:
1) Barang yang terkena sita adalah miliknya.
2) Kepentingan pihak ketiga tersebut dirugikan.

More Related Content

What's hot

AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAHAKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
Propaningtyas Windardini
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Trie Nakita Sabrina
 
Organisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariahOrganisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariah
ferdan jatmiko
 
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
fadhilau
 
Pendidikan agama islam Mudarobah
Pendidikan agama islam MudarobahPendidikan agama islam Mudarobah
Pendidikan agama islam Mudarobah
Haji Bahloel
 
UU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdfUU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdf
AndraNesta
 
Asuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut IslamAsuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut Islam
Slam Abdul
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
Syafril Djaelani,SE, MM
 
Gadaian dan syarikat
Gadaian dan syarikatGadaian dan syarikat
Gadaian dan syarikat
NUR
 
Makalah akad akad bank syariah
Makalah akad akad bank syariahMakalah akad akad bank syariah
Makalah akad akad bank syariah
Nanang Hendriana
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Gadai Syariah-Rahn
Gadai Syariah-RahnGadai Syariah-Rahn
Gadai Syariah-Rahn
Syafril Djaelani,SE, MM
 
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
intandwik_
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Hand Oko
 
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariahAkad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Edwin Irwanto
 
BERMUAMALAH DALAM ISLAM
BERMUAMALAH DALAM ISLAMBERMUAMALAH DALAM ISLAM
BERMUAMALAH DALAM ISLAM
Ida Suryaningsih
 

What's hot (17)

AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAHAKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Organisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariahOrganisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariah
 
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
 
Pendidikan agama islam Mudarobah
Pendidikan agama islam MudarobahPendidikan agama islam Mudarobah
Pendidikan agama islam Mudarobah
 
UU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdfUU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdf
 
Asuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut IslamAsuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut Islam
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
 
Gadaian dan syarikat
Gadaian dan syarikatGadaian dan syarikat
Gadaian dan syarikat
 
Makalah akad akad bank syariah
Makalah akad akad bank syariahMakalah akad akad bank syariah
Makalah akad akad bank syariah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
 
Gadai Syariah-Rahn
Gadai Syariah-RahnGadai Syariah-Rahn
Gadai Syariah-Rahn
 
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ah
 
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariahAkad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
 
BERMUAMALAH DALAM ISLAM
BERMUAMALAH DALAM ISLAMBERMUAMALAH DALAM ISLAM
BERMUAMALAH DALAM ISLAM
 

Viewers also liked

Bab 6
Bab 6Bab 6
Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Manunggal Amethyst
 
Kebatalan dan degradasi akta notaris
Kebatalan dan degradasi akta notarisKebatalan dan degradasi akta notaris
Kebatalan dan degradasi akta notaris
Manunggal Amethyst
 
Penjualan jilid 3
Penjualan jilid 3Penjualan jilid 3
Penjualan jilid 3Adre Ridwan
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
Legal Akses
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
Legal Akses
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
Legal Akses
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
Legal Akses
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
Legal Akses
 

Viewers also liked (11)

Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)
 
Kebatalan dan degradasi akta notaris
Kebatalan dan degradasi akta notarisKebatalan dan degradasi akta notaris
Kebatalan dan degradasi akta notaris
 
Penjualan jilid 3
Penjualan jilid 3Penjualan jilid 3
Penjualan jilid 3
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 

Similar to Bab 3

Azas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama EkonomiAzas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
guest3148e4
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
Ega Jalaludin
 
Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011
jeumpa-aceh
 
Pengertian saham dan jenis saham
Pengertian saham dan jenis sahamPengertian saham dan jenis saham
Pengertian saham dan jenis saham
Reza Baskoro
 
PERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdf
PERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdfPERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdf
PERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdf
ImbanImban
 
yayasan.ppt
yayasan.pptyayasan.ppt
yayasan.ppt
DonyHendroCahyono
 
Hukum-Bisnis-Pertemuan-4.ppt
Hukum-Bisnis-Pertemuan-4.pptHukum-Bisnis-Pertemuan-4.ppt
Hukum-Bisnis-Pertemuan-4.ppt
manaf13
 
hukum bisnis
hukum bisnishukum bisnis
hukum bisnis
AHMADLUTFIALIP202101
 
Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4
Nisa Annisa
 
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptxHijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
nabilajohan
 
Badan usaha dagang
Badan usaha dagangBadan usaha dagang
Badan usaha dagang
Ari Raharjo
 
1. Badan Hukum Ind 21.pptx
1. Badan Hukum Ind 21.pptx1. Badan Hukum Ind 21.pptx
1. Badan Hukum Ind 21.pptx
muharramahistnainipr
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
aalmutawali
 
HUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.ppt
HUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.pptHUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.ppt
HUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.ppt
RirisSitinjak2
 
1. Perusahaan.pptx
1. Perusahaan.pptx1. Perusahaan.pptx
1. Perusahaan.pptx
donihasmanto
 
Tata cara mendirikan koperasi
Tata cara mendirikan koperasiTata cara mendirikan koperasi
Tata cara mendirikan koperasi
Tony Setiawan
 
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Ricco Survival Yubaidi
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
Muhammaddarwismaulan
 

Similar to Bab 3 (20)

Azas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama EkonomiAzas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011
 
Pengertian saham dan jenis saham
Pengertian saham dan jenis sahamPengertian saham dan jenis saham
Pengertian saham dan jenis saham
 
Bab iii hukum organisasi perusahaan
Bab iii hukum organisasi perusahaanBab iii hukum organisasi perusahaan
Bab iii hukum organisasi perusahaan
 
PERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdf
PERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdfPERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdf
PERTEMUAN 6 ,7 & 8 HUKUM DAGANG.pdf
 
yayasan.ppt
yayasan.pptyayasan.ppt
yayasan.ppt
 
Hukum-Bisnis-Pertemuan-4.ppt
Hukum-Bisnis-Pertemuan-4.pptHukum-Bisnis-Pertemuan-4.ppt
Hukum-Bisnis-Pertemuan-4.ppt
 
hukum bisnis
hukum bisnishukum bisnis
hukum bisnis
 
Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4
 
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptxHijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
 
Badan usaha dagang
Badan usaha dagangBadan usaha dagang
Badan usaha dagang
 
1. Badan Hukum Ind 21.pptx
1. Badan Hukum Ind 21.pptx1. Badan Hukum Ind 21.pptx
1. Badan Hukum Ind 21.pptx
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
 
HUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.ppt
HUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.pptHUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.ppt
HUKUM PERUSAHAAN yang tidak bisa menjadi ng.ppt
 
Hukum bisnis
Hukum bisnisHukum bisnis
Hukum bisnis
 
1. Perusahaan.pptx
1. Perusahaan.pptx1. Perusahaan.pptx
1. Perusahaan.pptx
 
Tata cara mendirikan koperasi
Tata cara mendirikan koperasiTata cara mendirikan koperasi
Tata cara mendirikan koperasi
 
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
 

More from Ridwan Munir

Uzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azUzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azRidwan Munir
 
Pengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiPengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiRidwan Munir
 
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahEkonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ridwan Munir
 
Mikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islamMikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islam
Ridwan Munir
 
Manajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariahManajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariah
Ridwan Munir
 
Bab 12
Bab 12Bab 12
Bab 12
Ridwan Munir
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Bab 10
Ridwan Munir
 
Bab 7
Bab 7Bab 7
Bab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemenBab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemen
Ridwan Munir
 

More from Ridwan Munir (14)

Uzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azUzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah az
 
Pengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiPengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islami
 
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahEkonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
 
Mikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islamMikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islam
 
Manajemen risiko
Manajemen risikoManajemen risiko
Manajemen risiko
 
Manajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariahManajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariah
 
Manajemen syariah
Manajemen syariahManajemen syariah
Manajemen syariah
 
Bab 12
Bab 12Bab 12
Bab 12
 
Bab 11
Bab 11Bab 11
Bab 11
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Bab 10
 
Bab 9
Bab 9Bab 9
Bab 9
 
Bab 8
Bab 8Bab 8
Bab 8
 
Bab 7
Bab 7Bab 7
Bab 7
 
Bab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemenBab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemen
 

Recently uploaded

BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxBAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
anselmusl280
 
Tabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdf
Tabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdfTabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdf
Tabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdf
HuseinKewolz1
 
Financial Planning Eno Perencanaan keuangan
Financial Planning Eno Perencanaan keuanganFinancial Planning Eno Perencanaan keuangan
Financial Planning Eno Perencanaan keuangan
EnoCasmiSEMBA
 
Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt. Makalah ini membahas tentan...
Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt.           Makalah ini membahas tentan...Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt.           Makalah ini membahas tentan...
Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt. Makalah ini membahas tentan...
Meihotmapurba
 
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplinEKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
anthoniusaldolemauk
 
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxMAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
JaffanNauval
 
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
ritaseptia16
 
AUDITING II chapter25.ppt
AUDITING II                chapter25.pptAUDITING II                chapter25.ppt
AUDITING II chapter25.ppt
DwiAyuSitiHartinah
 
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdfModul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
muhammadarsyad77
 
Mateko11_Adjoin invers matrikspptnya.ppt
Mateko11_Adjoin invers matrikspptnya.pptMateko11_Adjoin invers matrikspptnya.ppt
Mateko11_Adjoin invers matrikspptnya.ppt
kurikulumsdithidayah
 
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptxANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...
Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...
Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...
MrBready
 
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdftantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
muhammadarsyad77
 

Recently uploaded (13)

BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxBAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
 
Tabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdf
Tabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdfTabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdf
Tabungan perumahan rakyat TAPERA DJPP.pdf
 
Financial Planning Eno Perencanaan keuangan
Financial Planning Eno Perencanaan keuanganFinancial Planning Eno Perencanaan keuangan
Financial Planning Eno Perencanaan keuangan
 
Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt. Makalah ini membahas tentan...
Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt.           Makalah ini membahas tentan...Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt.           Makalah ini membahas tentan...
Pertemuan 12 Materi Pasar Monopoli.ppt. Makalah ini membahas tentan...
 
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplinEKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
 
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxMAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
MAKALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
 
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)MATERI AKUNTANSI IJARAH  POWER POINT (PPT)
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)
 
AUDITING II chapter25.ppt
AUDITING II                chapter25.pptAUDITING II                chapter25.ppt
AUDITING II chapter25.ppt
 
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdfModul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK  2024.pdf
Modul Pembekalan PKD PILKADA SERENTAK 2024.pdf
 
Mateko11_Adjoin invers matrikspptnya.ppt
Mateko11_Adjoin invers matrikspptnya.pptMateko11_Adjoin invers matrikspptnya.ppt
Mateko11_Adjoin invers matrikspptnya.ppt
 
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptxANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
 
Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...
Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...
Kelompok 5_PPT Etika Akuntan dalam Kasus Anti Korupsi pada Perusahaan Manufak...
 
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdftantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
tantangan dan solusi perbankan syariah.pdf
 

Bab 3

  • 1. ISLAMIC FINANCIAL MANAGEMENT BAB 3 SISI SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN Prof.Dr.H. Veitzhal Rivai, M.B.A. Andria Permata Veitzhal. B.Acct., M.B.A.
  • 2. A. SUBYEK SYARIAH 1. Dasar Hukum: a. b. c. Berdasarkan Al-Qur’an Berdasarkan Hadis Berdasarkan Ijma’
  • 3. Berdasarkan Al-Qur’an  “Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu’amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…” Al-Baqarah (2: 282).  “…Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabannya.” Al-Isra’ (17: 34).  “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”. An-Nisa’ (4: 29).  “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” Al-Maidah (5: 1).  “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”. Al-Maidah (5: 2).
  • 4.  “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memeroleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang [180] (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” . Al-Baqarah (2: 283).
  • 5. Berdasarkan Hadis  Hadis Nabi riwayat Thabrani: “Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abba situ didengar Rasulullah, beliau membenarkannya” (HR Thabrani dari Ibnu Abbas).  Hadis Nabi riwayat Tirmidzi: Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
  • 6.  Hadis Nabi shalallahu alaihi wa salam.: Dari Abu Sa’id Al- Khudri bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai sahih oleh Ibnu Hibban).
  • 7. Berdasarkan Ijma’  Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).  Kaidah Fiqh “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
  • 8. 2. Manusia Sebagai Pribadi Tidak semua manusia pribadi/orang dapat dikatakan subyek hukum yang cakap. Oleh karena itu bank hanya akan mempertimbangkan permohonan pembiayaan dari orang/manusia pribadi yang cakap (bekwaam).  Manusia sebagai pribadi/orang mampu dan cakap untuk melakukan suatu tindakan hukum oleh undang-undang ditentukan sebagai berikut: Telah dewasa (aqil baligh), yaitu mencapai usia 21 tahun atau telah menikah.  Tidak ditaruh di bawah perwalian.  Tidak ditaruh di bawah pengampuan (curatele). 
  • 9. 3.Badan Hukum    Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan tertentu di dalam hukum dapat memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban seperti seorang manusia. Hal ini merupakan fictie dari manusia pribadi/orang yang merupakan kontruksi hukum. Badan-badan (perkumpulanperkumpulan) tersebut untuk dapat “Badan Hukum“ terlebih dahulu harus memiliki persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang atau peraturan yang berlaku. Unsur yang terpenting dari suatu badan hukum adalah terpisahnya kekayaan pribadi dan kekayaan perusahaan.
  • 10.   Contoh dari perusahaan yang berbadan hukum: perseroan terbatas (PT), Perkumpulan Koperasi, Yayasan, Perusahaan Daerah dan Bank dengan catatan anggaran dasar/akte pendirian perusahaan yang berbadan hukum tersebut, dapat bertindak dalam lalu lintas hukum, melalui perantaraan pengurusnya. Siapa yang secara sah bertindak mewakili badan hukum dimaksud dapat dilihat dalam Angggaran Dasar/Akta Pendirian masing-masing Badan Hukum.
  • 11.  Jadi hal-hal yang penting diketahui dan dipahami mengenai subyek hukum dalam hubungannya dengan pembiayaan adalah:  Apakah pemohon pembiayaan/nasabah yang bersangkutan Subyek Hukum (Orang Perorangan atau Badan Hukum). Karena hanya subyek hukumlah yang dapat dipertimbangkan permohonan pembiayaannya.  Bila pemohon pembiayaan adalah orang pribadi maka perlu diteliti apakah yang bersangkutan dapat bertindak sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yaitu:  Telah mencapai umur 21 tahun atau telah menikah.  Tidak dibawah pengampuan (curatele).  Kalau pemohon/nasabah adalah perusahaan maka perlu diteliti perusahaan tersebut merupakan badan hukum atau tidak, apakah pemohon berwenang mengajukan permohonan pembiayaan sesuai akte anggaran dasar perusahaan. Jika perusahaan tersebut belum/tidak merupakan badan hukum maka para pengurus secara pribadi beserta kekayaannya harus bertanggungjawab atas seluruh kewajiban perusahaan.
  • 12.  Di samping perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum, perlu juga diketahui contoh perusahaan-perusahaan yang bukan berbadan hukum yang dalam praktik sering mengadakan hubungan dengan bank, antara lain: Persekutuan Perdata, Perusahaan perseorangan, Firma dan Perseroan Komanditer (C.V).
  • 13. B. STATUS HUKUM PERUSAHAAN 1. Pengertian Status Hukum Perusahaan perlu diketahui karena erat kaitannya dengan tanggungjawab pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan. Status Hukum Perusahaan antara lain meliputi:       Perseroan Perseroan Firma Perseroan Komanditer Perseroan Terbatas Yayasan Koperasi
  • 14. 2. Perseroan Adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang diperoleh karenanya. Dalam praktik dikenal perusahaan perorangan yang mana pemiliknya adalah satu orang, orang tersebut bertanggungjawab atas seluruh hutang-hutangnya. Kekayaan perusahaan dengan pribadi tidak terpisahkan. Bank dapat menuntut kekayaan perusahaan dan pribadinya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
  • 15. 3. Perseroan Firma Perseroan Firma adalah suatu perserikatan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan, dibawah nama bersama. Firma harus didirikan dengan akte otentik dan atas pendirian Firma harus didaftarkan kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat dalam wilayah hukum dimana perseroan berkedudukan. Tiap anggota perseroan berhak bertindak keluar untuk dan atas nama Firma tersebut, kecuali dalam hal apabila diantara anggota perseroan ada yang dikecualikan. Tanggungjawab persero/peserta adalah secara tanggung renteng dan tidak terbatas. Bank dapat menuntut kekayaan perusahaan dan pribadi persero/peserta jika perusahaan dilikuidasi.
  • 16. 4. Perseroan Komanditer Perseroan Komanditer adalah perseroan dengan cara memasukkan sejumlah uang atau sesuatu barang yang dapat dinilai dengan uang. Setiap persero yang hanya memasukkan sejumlah modal tertentu dinamakan Persero Diam (Stille Vennoot, Sleeping Partner), sedangkan persero yang juga memimpin perseroan dan bertanggungjawab secara keseluruhan dan tanggung renteng terhadap pihak ketiga disebut Persero Pelaksana. Persero diam tidak turut serta memimpin hanya bertanggungjawab sampai jumlah modal yang telah atau harus dimasukkan dalam perseroan. Dalam hal Persero Diam turut memimpin atau membiarkan namanya digunakan dalam usaha, maka tanggungjawabnya sama dengan Persero Pelaksana yaitu penyertaannya ditambah dengan kekayaan pribadi dan tanggung renteng.
  • 17. 5. Yayasan Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang yayasan, yaitu: a) Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. b) Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, pengurus dan pengawas. c) Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau iktu serta dalam suatu badan usaha. d) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan kepada Pembina, pengurus dan pengawas. e) Kekayaan yayasan baik berupa uang, baraang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, pengurus, pengawas, karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan.
  • 18. f) g) h) i) j) Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ yayasan dalam rangka menjalakan tugas yayasan. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan yayasan. Anggota Pembina, pengurus dan pengawas yayasan dilarang merangkaap sebagai anggota Direksi atau pengurus dan anggota Dewan Komisaris atau pengawas dari badsan usaha sebagaimana dimaksud dengan butir (g) dan (h) di atas. Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.
  • 19. k) l) m) n) o) Pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dengan butir (j) dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Yayasan dapat didirikan dengan surat wasiat Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dengan butir (k) memperoleh pengesahan dari Menteri Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi tepat kedudukan yayasan. Akta pendirian yayasaan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan anggaran dasar yang telah disetujui, wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
  • 20. 6. Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas tidak memakai nama bersama atau nama salah seorang dari perseronya, tetapi dari tujuan perusahaan. Suatu Perseroan Terbatas harus didirikan dengan akta otentik yang merupakan syarat mutlak untuk pendiriannya. Sebelum Perseroan Terbatas tersebut dapat berdiri dengan sah, maka akte pendiriannya harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Hukum dan HAM untuk mendapatkan pengesahan. Begitu pula untuk setiap perubahan dalam syarat-syarat pendirian dan perpanjangan waktu yang diperlukan pengesahan yang sama. Akte pendirian bersama pengesahan yang telah diperoleh itu harus didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah hukum dimana perseroan tersebut berkedudukan dan kemudian mengumumkannya dalam Berita Negara. Suatu Perseroan Terbatas yang telah memenuhi persyaratan undang-undang bersifat Badan Hukum, sehingga perserikatan yang diadakan oleh perseroan tersebut dengan pihak ketiga menjadi tanggungjawab perseroan tersebut seluruhnya.
  • 21. Perseroan Terbatas yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM mempunyai kekayaan sendiri, yang mana hak-hak dan kewajiban tersendiri yang terpisah dari tanggungjawab anggotanya sebagai perorangan. Pengurus perseroan diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan mewakili perseroan diluar atau didalam pengadilan. Persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang agar suatu Perseroan Terbatas bersifat sebagai Badan Hukum sebagaimana diuraikan diatas adalah:  Telah ada persetujuan dari Departemen Hukum dan HAM atas akta pendirian  Didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat  Diumumkan dalam perubahan Berita Negara Selama ketiga syarat tersebut belum dipenuhi, maka Perseroan Terbatas semacam itu belum merupakan Badan Hukum, karenanya masing-masing anggota pengurus dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi dan tanggung renteng.
  • 22. 7. Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Syarat-syarat pendirian Koperasi:  Didirikan dengan akta notaris  Departemen Koperasi  Diumumkan dalam tambahan Berita Negara
  • 23. 8. Badan Usaha Milik Negara a) b) c) Menurut Undang-undang No. 19 tahun 2003 (pasal 1), yang dimaksud dengan: Badan usaha milik negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan Pertusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
  • 24. d) e) f) g) Perusahaan umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta perseroan terbatas lainnya. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris
  • 25. C. AKAD PEMBIAYAAN    Akad pembiayaan sebagai suatu persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain (nasabah), tunduk kepada kaidahkaidah Hukum Perdata dan Hukum Syariah. Dalam Hukum Perdata, khususnya Hukum Perjanjian dikenal istilah “Sistem Terbuka” yang mempunyai arti memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi dan berbentuk apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum dan atau kesusilaan. Sehubungan dengan kesahan suatu akad pembiayaan, perlu juga diperhatikan ketentuan Aturan Bea Materai, yang mana untuk akad pembiayaan harus dipenuhi “Bea Materai Pembiayaan”-nya agar surat perjanjian pembiayaan dimaksud dapat dijadikan sebagai suatu bukti tulisan yang sah. Sedangkan untuk lampiranlampiran dari akad pembiayaan perlu dibubuhi materai tempel dan ditandatangani diatasnya setelah diberi tanggal yang sesuai dengan tanggal penandatanganan.
  • 26.    Tanda tangan para pihak adalah sebagai bukti dari persetujuan para pihak untuk bertanggungjawab dikemudian hari atas segala akibat sesuatu yang telah disetujui. Persetujuan pembiayaan yang dituangkan dalam Akad Pembiayaan wajib diikuti dengan suatu jaminan. Jaminan dimaksud dapat berupa hak kebendaan, yang mana untuk itu diperlukan Akad Pengikatan Jaminan. Pengikatan jaminan ini merupakan Perjanjian Accessoir, yaitu bergantung kepada persyaratan perikatan pokok-pokoknya, dalam hal ini Akad Pembiayaan dimaksud.
  • 27. D. Status Hukum Tanah 1. Pengertian Dimaksud dengan Status Hukum atas tanah adalah status pemilikannya. Benda-benda yang diterima sebagai jaminan atas pembiayaan yang diberikan haruslah jelas status hukumnya karena tidak semuanya tanah dapat diterima sebagai jaminan pembiayaan dan cara pengikatannya berbeda-beda tergantung kepada status pemilikan/hukum atas tanah tersebut.
  • 28. Status pemilikan/hukum atas tanah antara lain:         Hak Hak Hak Hak Hak Hak Hak Hak milik guna usaha guna bangunan pakai sewa pengusahaan hutan membuka tanah memungut hasil hutan
  • 29. Di samping hak-hak tersebut di atas masih terdapat hak atas tanah lainnya yang belum dikonversikan yaitu hak milik adat. Dari status pemilikan tersebut di atas yang dapat diterima sebagai jaminan pembiayaan adalah:    Hak milik Hak guna usaha Hak guna bangunan Cara pengikatannya dilakukan baik dengan (Pand) dan Hipotik maupun Credit Verband, sedangkan khusus untuk tanah Hak Milik Adat pengikatannya dilaksanakan dengan Credit Verband. Untuk tanah-tanah yang belum dikonversikan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
  • 30. Ada beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai bukti pemilikan yaitu:  Girik  Letter of Credit  Kohir  Petuk Pajak  Riwayat Tanah Girik, Lette of credit, Kohir, Petuk Pajak adalah merupakan bukti pembayaran pajak atas tanah. Istilah-istilah ini mempunyai pengertian yang sama dan dipergunakan sesuai dengan daerah masing-masing di mana tanda bukti ini dikeluarkan. Mengingat pentingnya hal- hal di atas, harus diketahui dan dipahami status pemilikan hukum atas tanah.
  • 31. 2. Hak Milik Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Bukti pemilikan hak atas tanah ialah Sertifikat Hak Milik atas Tanah. 3. Hak Guna Usaha Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka tertentu, guna pertanian,perikanan atau peternakan. Hak guna usaha diberikan waktu paling lama 25 tahun, dan untuk perusahaan tertentu dapat diberikan paling lama 35 tahun, dapat diperpanjang paling lama 25 tahun. Bukti pemilikan hak guna usaha adalah Sertifikat Hak Guna Usaha.
  • 32. 4. Hak Guna Bangunan Hak Guna Bangunan ialah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Sebagai bukti pemilikan hak guna bangunan adalah Sertifikat Hak Guna Bangunan. Sebagai upaya pengamanan pembiayaan bank. Apabila SHGU dan SHGB akan dijadikan sebagai agunan pembiayaan agar diperhatikan berakhirnya jangka waktu hak tersebut jangan sampai sama atau lebih pendek dari jangka waktu pembiayaan. Apabila dalam perjalanan, jangka waktu pembiayaan ternyata masa berlaku sertifikat akan berakhir maka customer harus memberikan surat kuasa nota riil kepada bank untuk mengajukan permohonan perpanjangan atas jangka waktu SHGU atau SHGB.
  • 33. 5. Hak Pakai Hak Pakai adalah untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewamenyewa atau perjanjian pengolahan tanah. Izin/hak pakai yang diberikan oleh pemerintah atas tanah yang langsung dikuasai oleh negara berdasarkan pasal tersebut di atas, lazim disebut Izin Okupasi. Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh negara, maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin pejabat yang berwenang, misalnya: Kantor Pertanahan setempat yang mengeluarkan hak pakai tadi. Sedangkan hak pakai atas tanah milik bukan negara hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, jika hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang bersangkutan.
  • 34. Hak pakai ini dianjurkan tidak dipakai sebagai jaminan karena tanah tersebut tidak bisa dibebani dengan suatu hak tanggung sehingga sulit mengamankan kepentingan bank, bila nasabah bercidera janji atas kewajiban pembiayaannya ataupun bila ada sanggahan keberatan dari pihak ketiga. Begitu juga bangunan dan tanaman yang didirikan di atas tanah hak pakai dianjurkan tidak diterima sebagai jaminan. Dalam hal hak pakai dan benda benda di atasnya diterima sebagai jaminan, agar diperhatikan syarat syarat minimal sebagai berikut: a) b) c) d) Hak pakai tersebut adalah dari tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Hak tersebut harus dapat dipindahtangankan/dijaminkan yang untuk itu telah mendapat izin dari pejabat yang berwenang, misalnya Kantor Pertanahan setempat. Dibuat akta pengikatan jaminan dan pengalihan hak dengan dengan akte otentik. Pengikatan didaftarkan pada di Kantor Pertanahan setempat.
  • 35. 6. Hak Pengusahaan Hutan Hak pengusahaan hutan adalah hak yang memberikan wewenang kepada pemegangnya untuk melakukan sesuatu dan mengolah kayu dalam areal hutan tertentu. Luas areal dan lain-lainnya tentukan dalam Surat Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Biasanya yang mengeluarkan HPH adalah Direktorat Jenderal Kehutanan. HPH ini tidak dapat dialihkan sehingga tidak dapat diterima sebagai jaminan pembiayaan. 7. Hak Sewa Hak sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. Mengingat sifatnya yang sementara dan terbatas jangka waktunya, tidak bisa dialihkan tanpa izin pemilik dan tidak bisa dibebani hak tanggungan, maka hak sewa ini tidak bisa diterima sebagai jaminan pembiayaan. 8. Hak Memungut Hasil Hutan dan Hak Membuka Hutan Hak-hak ini bukanlah hak atas tanah, karena tidak memberi wewenang untuk menggunakan tanah tertentu. Karenanya hak inipun tidak bisa diterima sebagai jaminan pembiayaan.
  • 36. E. PENGIKATAN JAMINAN Yang dapat diikat adalah jaminan berupa benda bergerak dan tak bergerak, sebagai berikut: 1. Pengikatan secara Gadai atau Pand a. Pengertian Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh seseorang berpiutang lembaga keuangan atas suatu benda bergerak milik orang lain, hak mana semata mata diperjanjikan dengan menyerahkan penguasaan atas bentuk tersebut yang bertujuan untuk mendapatkan pelunasan hutang terlebih dahulu daripada pembiayaan lainnya apabila bentuk tersebut dijual.
  • 37. Dari definisi di atas secara konkret dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Gadai/Pand hanya dapat diadakan atas “benda-benda tidak bergerak”, termasuk surat-surat berharga, apabila Surat-Surat Berharga yang menjadi obyek gadai diperlukan endosemen atas surat-surat tersebut. Benda yang dibebani gadai/pand harus dikuasai oleh Pemberi utang (pemegang gadai). Gadai diadakan harus dengan persetujuan antara pemilik dana dengan nasabah pemilikan benda tersebut. Gadai diadakan, dimaksudkan untuk menjamin pelunasan pembiayaan lembaga keuangan oleh nasabah. Lembaga keuangan sebagai pemegang gadai berhak terlebih dahulu mendapatkan pelunasan dari pembiayaan lain apabila barang-barang obyek gadai dijual. Lembaga keuangan berhak menahan/menguasai benda benda yang di gadaikan sampai seluruh hutang (pokok + bunga + denda-denda dan biaya lain) dilunasi oleh nasabah.
  • 38. 7) 8) 9) 10) Lembaga keuangan berhak menjual sendiri tanpa melalui Kantor Lelang benda-benda tersebut apabila diperjanjikan dengan tegas dan hasilnya untuk pelunasan pembiayaan. Lembaga keuangan berhak minta penggantian biaya pemeliharaan bendabenda yang digadaikan kepada nasabah. Tetapi sebaliknya nasabah dapat menuntut pemegang gadai atas hilangnya atau merosotnya harga benda benda tersebut apabila hal tersebut terjadi karena kelalaian lembaga keuangan. Oleh karena itu apabila lembaga keuangan menguasai benda-benda gadai harus menjaga/mengawasi sebaik-baiknya dan mengasuransikan benda-benda tersebut dengan Banker’s Clause untuk menghindari kerugian yang mengkin terjadi. Lembaga keuangan berhak menggadaikan ulang benda -benda yang digadaikan (gadai ulang-her prolongatie).
  • 39. b. Sifat Pengikatan Tidak disyaratkan dengan akte otentik, tetapi sebaiknya dibuat akta notarisnya agar kekuatan pembuktiannya sempurna, baik terhadap nasabah maupun terhadap pihak ketiga. c. Surat-surat yang dikuasai lembaga keuangan sehubungan dengan diadakannya Gadai 1) 2) 3) 4) Surat bukti pemilikan asli dari barang-barang yang digadaikan. Surat Perjanjian gadai itu sendiri. Surat kuasa menjaminkan atas nama pemilik barang apabila barang obyek gadai adalah milik pihak ketiga yang dibuat secara notariil. Surat kuasa jual yang juga secara notariil, kecuali deposito berjangka atas nama pemohon pembiayaan
  • 40. d. Gadai/Pand hapus dalam hal: 1) Hutang nasabah telah lunas. 2) Benda yang dijual menjadi obyek gadai dikembalikan kepada pemilik/nasabah atau customer. 3) Benda yang dijadikan obyek gadai menjadi milik Bank.
  • 41. 2. Pengikatan Secara Fiduciare Eigendoms Overdraft (FEO) a. Pengertian FEO FEO ini merupakan suatu bentuk penyimpangan dari gadai/pand dan timbul karena kebutuhan dalam praktek berdasarkan Arrest Hoge Raad, dengan maksud agar barang -barang yang dijaminkan dapat-dikuasai dan dipergunakan oleh customer/pemilik barang. FEO adalah suatu perjanjian antara customer dan pembiayaan dimana customer menyerahkan hak milik atas barang-barang bergerak kepada pembiayaan, dengan perjanjian bahwa penyerahan tersebut hanya untuk jaminan atas pembayaran kembali uang pinjaman.
  • 42. Dari definisi diatas secara konkrit dapat dijelaskan hal- hal sebagai berikut:       FEO diadakan atas persetujuan antara customer dan lembaga keuangan. FEO hanya dapat diadakan atas barang barang bergerak. Barang - barang sebagai obyek FEO tetap dikuasai customer berdasarkan kepercayaan. FEO diadakan, dimaksudkan untuk menjamin pelunasan pembiayaan Bank oleh customer. Lembaga keuangan berhak menuntut penyerahan barangnya secara fisik dari customer. Lembaga keuangan berhak menuntut barangnya apabila dikuasai pihak lain (bukan customer).
  • 43. b. Sifat Pengikatan Undang-Undang tidak mengatur sifat pengikatannya karena FEO terjadi dalam praktek. Akta pengikatan FEO agar dibuat secara notariil, sedangkan khusus barang-barang yang diikat secara FEO setiap saat dapat diperbarui dibawah tangan yang biasanya menggunakan laporan stock/persediaan. c. Surat -surat yang dikuasai Bank 1) 2) 3) 4) Akta pengikat FEO. Surat-surat bukti pemilikan asli dari barang-barang obyek FEO, dalam hal barang - barang tersebut memerlukan tanda bukti pemilikan. Surat kuasa jual atas barang -barang obyek FEO yang dibuat secara notariil. Laporan/daftar barang yang telah diisi dan ditandatangani customer. d. Fiduciaire Eigendoms Overdraft (FEO) hapus dalam hal: 1) 2) 3) Hutang customer lunas. Barang-barang obyek FEO dikuasai nasabah. Barang-barang obyek FEO musnah.
  • 44. 3. Pengikatan secara Hak Tanggungan a. Pengertian Hak Tanggungan atas tanah beserta benda–benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut ”Hak Tanggungan” adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan atau Sertifikat Hak Milik, berikut rumah dan benda–benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada lembaga keuangan terhadap kreditur–kreditur lainnya.
  • 45. Dari definisi di atas secara konkret dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Hak Tanggungan diadakan untuk menjamin pelunasan hutang-hutang oleh nasabah, karena lembaga keuangan dengan diadakannya Hak Tanggungan mendapatkan hak untuk dilunasi terlebih dahulu dari kreditur lain apabila barang yang dibebani Hak Tanggungan dijual. Hak Tanggungan diadakan atas persetujuan Bank dengan nasabah. Barang-barang yang dibebani Hak Tanggungan: Barang-barang tidak bergerak yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dll. Hak Tanggungan tetap melekat pada obyeknya, meskipun obyek tersebut berpindah tangan, artinya lembaga keuangan tetap sebagai pemegang Hak Tanggungan oleh pemilik dipindah tangankan (dijual misalnya) ke pihak lain, tanpa persetujuan lembaga keuangan. Akte Hak Tanggungan disyaratkan dengan akte otentik yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) dan kemudian didaftarkan pada BPN/Kantor Pertanahan untuk mendapatkan Sertifikat Hak Tanggungan agar mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.
  • 46. 6) Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah:    6) 8) 9) Notaris PPAT (tidak setiap notaris adalah PPAT) Pejabat yang ditunjuk. Camat PPAT Khusus Hak Tanggungan terhadap kapal. Setelah Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) dibuat oleh notaris, maka untuk pemasangan Hak Tanggungan itu dengan perjanjian pembiayaan dan berkas-berkas surat kapal dibawa kepada pegawai Pendaftaran dan Pencatatan Balik Nama Kapal setempat. Setiap Hak Tanggungan meliputi segala perbaikan dikemudian hari pada benda yang juga segala apa yang menjadi satu dengan benda itu karena pertumbuhan atau pembangunan Lembaga keuangan berhak mendapatkan pelunasan terlebih dahulu dari para kreditur lain sesuai dengan urutan pemasangan Hak Tanggungan, apabila barang-barang yang dibebani Hak Tanggungan dijual.
  • 47. b. Cara Pengikatan 1) 2) 3) Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan (SKMHT) dibuat secara notariil. Hak Tanggungan dapat diletakan selain oleh siapa yang berkuasa memindah tangankan barang yang dibebani yaitu pemilik. Sehubungan dengan itu Bank akan membebani suatu barang dengan Hak Tanggungan harus ada Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan dari pemilik barang. Surat Kuasa untuk memasang harus otentik dan Hak Tanggungan hanya dapat diberikan dengan suatu akte otentik yang didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat agar mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
  • 48. b. Cara Pengikatan 4) 5) 6) Agar lembaga keuangan dapat menjual barang-barang yang dibebani Hak Tanggungan, apabila pelunasan pembiayaan oleh nasabah diragukan, perlu adanya clausula kuasa menjual dari pemilik barang yang tercantum dalam SKMHT/Hak Tanggungan. Akta Hak Tanggungan dibuat oleh PPAT dalam hal jaminan berupa tanah, sedangkan untuk kapal laut, akta hipotik dibuat oleh syahbandar dan atau Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Agar lembaga keuangan dapat pelunasan terlebih dahulu daripada pembiayaan lainnya, Bank harus melaksanakan Pemasangan Hak Tanggungan.
  • 49. c. Beberapa Clausula Dalam Hak Tanggungan, yaitu: Dalam pemberian hipotek dapat diadakan janji yang bertujuan untuk melindungi kepentingan lembaga keuangan. Janji-janji tersebut harus termuat pula dalam SKMHT apabila pembuatan akta Hak Tanggungan tersebut didahului dengan SKMHT, janji-janji tersebut antaranya: 1) Hak yang memberikan kekuasaan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menjual sendiri (tanpa melalui Pengadilan Negeri) barangnya dimuka umum dan mengambil pelunasan hutang dari hasil pelelangan tersebut (beding van ein machtige verkoop).
  • 50. 2) 3) 4) 5) 6) Tidak akan menyewakan obyek Hak Tanggungan tanpa seizin Bank Janji bahwa sertifikat tanah bisa dikembalikan kepada pihak yang melunasi hutangnya kepada lembaga keuangan sebagai pemilik jaminan. Pembatasan pemilik persil untuk menyewakan persilnya Beding van nietzoivering, artinya kepada pemegang hipotik pertama diizinkan bahwa pada penjualan barang tidak mungkin Hak Tanggungan dibersihkan, hal ini hanya berlaku pada jual-beli secara suka rela dan tidak berlaku pada penjualan eksekutorial. Assurantie Beding, dalam mana disyaratkan dalam Hak Tanggungan bahwa si pemegang Hak Tanggungan menerima ganti rugi dari assuransi atas benda yang diagunkan, apabila terjadi kerusakan/risiko pada benda tersebut.
  • 51. d. Surat -surat yang harus dikuasai oleh lembaga keuangan dengan diadakannya pengikatan secara Hak Tanggungan: 1) 2) 3) Akta Hak Tanggungan Surat Bukti Pemilikan Asli Surat lain seperti: surat ukur, sertifikat, surat laik laut, IMB e. Hapusnya Hak Tanggungan 1) 2) 3) 4) Segala janji dengan mana sipiutang dikuasakan memiliki barang barang yang dibebani Hak Tanggungan. Karena atas permintaan para pihak yang berkepentingan. Hutangnya lunas. Penghapusan Hak Tanggungan harus dimintakan kepada Kantor BPN dan atau Kantor Syahbandar hal mana tersebut dengan istilah roya.
  • 52. f. Hal - hal yang perlu diperhatikan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Hak Tanggungan tidak dapat dibebankan atas barang- barang dari anak-anak yang belum dewasa, orang yang dalam keadaan dibawah pengampunan dan orang -orang yang dalam keadaan tidak hadir, selama penguasaan atas barang-barangnya hanya diberikan untuk sementara waktu. Hak Tanggungan yang tidak didaftarkan kepada Kantor BPN, tidak mempunyai kekuatan apa pun. Hak Tanggungan menjadi tidak sah, apabila saat didaftarkan pada Kantor Pertanahan barang-barang yang dibebani Hak Tanggungan telah dipindahkan oleh pemilik, dalam pengertian nasabah telah kehilangan hak miliknya. Hak Tanggungan tidak dapat dilaksanakan apabila obyek berada dalam status sitaan. Pada prinsipnya sejak saat pemberian pembiayaan, jaminan harus langsung dibebani Hak Tanggungan. Dalam praktek sering ditemui adanya SKMHT, SKMHT ini bukan merupakan salah satu jenis pengikatan jaminan.
  • 53. 7) 8) Selama pembiayaan belum lunas lembaga keuangan tetap menguasai sertifikat obyek Hak Tanggungan. SKMHT tanpa pemasangan Hak Tanggungan mengandung risiko-risiko antara lain:     Bilamana barang jaminan disita, maka SKMHT tersebut tidak bisa ditinggalkan menjadi Hak Tanggungan. Apabila SKMHT akan ditingkatkan menjadi Hak Tanggungan pada saat customer sudah macet, maka akan menimbulkan kesulitan dalam hal pembebanan biaya. Dalam hubungannya dengan pemberian kuasa oleh perorangan, apabila pemberi kuasa meninggal, maka SKMHT menjadi batal, kecuali apabila terdapat clausul sebagaimana disebut dalam subbab Pemberian Kuasa. Syarat-syarat yang dikehendaki untuk dimuat dalam akte Hak Tanggungan sebagaimana tercantum dalam sub bab pengikatan jaminan, akan batal apabila syarat tersebut tidak secara tegas disebut dalam SKMHT.
  • 54. 4. Pengikatan secara Pembiayaan Verband  Dilihat dari objek pengikatan, pada dasarnya sama dengan Hipotik, perbedaannya ialah Credit Verband selain dapat dibebankan atas hak-hak seperti yang dapat dipasang Hipotek (Hak milik, hak guna usaha dan hak guna Bangunan) juga dapat dibebankan atas tanah yang dikuasai oleh penduduk asli tetapi belum dikonversikan menjadi hak sesuai ketentuan.  Benda-benda tak bergerak yang diikat secara pembiayaan Verband tidak boleh diikat secara Credit Verband yang kedua dan seterusnya. Credit Verband mempunyai hak istimewa (privelege), seperti halnya dengan Hipotek Pertama, artinya si pemegang pembiayaan berhak lebih dulu menerima pelunasan daripada yang lainnya.
  • 55. 5. Personal/Corporate Guarantee dan Avalis a. Personel/Corporate Guarantee     Personal/Corporate Guarantee sama dengan istilah jaminan pribadi. Perjanjian dengan pola borgtoht (jaminan pribadi) adalah jaminan pribadi terhadap pembayaran suatu kewajiban/hutang di luar penjaminan kewajiban/hutang yang timbul karena surat berharga. Jaminan pribadi bila diberikan oleh seseorang sering juga dikenal dengan istilah Personal Guarantee; bila diberikan oleh perusahaan sering pula dikenal dengan sebutan Corporate Guarantee. Di dalam borgtocht, perorangan maupun perusahaan, dikenal adanya hak istimewa yang diberikan undang-undang kepada penjamin, yaitu hak agar dibuktikan terlebih dahulu bahwa nasabah/customer yang dijamin benarbenar sudah tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya. Dengan kata lain, bila pemberi borgtocht tersebut ditagih, tidak secara otomatis harus memenuhi kewajibannya. Berbeda dengan avails yang begitu ditagih, yang bersangkutan harus memenuhi kewajiban penjaminannya. Agar pemberi jaminan pribadi dapat ditagih dan langsung berkewajiban memenuhi penjaminannya, maka dalam surat penjaminannya harus dinyatakan secara tegas bahwa yang bersangkutan melepaskan hak istimewanya tersebut.
  • 56.  Dengan demikian untuk menjamin suatu pembiayaan, tidak dapat dilakukan dengan cara meng-avalis akan tetapi harus dengan cara borgtocht (personal/Corporate Guarantee).  Dalam hal bank akan menerima borgtocht, hendaknya diperhatikan: 1) Personal/Corporate Guarantee sebaiknya dibuat dengan akta notaris supaya mempunyai kekuatan permbuktian sempurna 2) Diberikan dengan melepaskan hak istimewanya yang dinyatakan secara tegas dalam akta borgtocht tersebut. 3) Hutang yang dijamin jelas identitas dan cara hukumnya serta pasti jumlahnya, demikian pula nilai borgtocht-nya juga harus pasti jumlahnya dan tidak boleh melebih hutang yang dijamin 4) Bank yakin dengan bonafiditas pemberi borgtocht.
  • 57. b. Avalis Avalis adalah suatu jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga terhadap pelunasan pembayaran atas surat berharga (Cek, promes) pada saat jatuh tempo surat berharga. Di dalam avalis ini, pemilik/pemegang surat berharga dapat langsung meminta pembayaran kepada avalis tanpa adanya keharusan terlebih dahulu meminta pembayaran kepada nasabah, karena avalsi sama terikatnya dengan pihak yang dijamin.
  • 58. 6. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai Jaminan Pembiayaan a. Ketentuan Harta Gono Gini Berdasarkan Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 disebutkan ketentuan mengenai harta gono gini suami/istri antara lain sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama (pasal 35 ayat 1). Harta bawaan masing-masing suami/istri dan harta benda yang diuperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain (pasal 35 ayat 2). Mengenai harta bersama suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak (pasal 36 ayat 1). Mengenai harta bawaan masing-masing, suami istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya (pasal 36 ayat 2).
  • 59. a. Ketentuan Harta Gono Gini 5) 6) 7) 8) 9) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pencatat perkawinan setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut (pasal 29 ayat 1). Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan (pasal 29 ayat 2). Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan dilangsungkan (pasal 29 ayat 3). Selama perkawinan berlangsung penjanjian tersebut tidak dapat diubah kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dann perubahan tidak merugikan pihak ketiga (pasal 29 ayat 4). Bilamana perkawinan putus karena perceraian, karta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing (pasal 37). Berdasarkan ketentuan di atas, maka harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama terkecuali ada penjanjian perkawinan secara tertulis yang menyatakan sebaliknya. Terhadap harta bersama, suami atau istri dalam melakukan tindakan hukum harus dengan persetujuan kedua belah pihak dan tidak dapat bertindak sendiri.
  • 60. b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai Jaminan Pembiayaan Berdasarkan ketentuan di atas (butir a), dalam menerima harta bersama sebagai jaminan pembiayaan harus ada persetujuan suami dan atau istri. Apabila persetujuan tersebut tidak ada, maka penerimaan/pengikatan sebagai jaminan pembiayaan dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak melalui Pengadilan Negeri.
  • 61. b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai Jaminan Pembiayaan Penting diperhatikan ketika menerima harta gono gini sebagai jaminan pembiayaan: 1) Setiap penerimaan harta gono gini sebagai jaminan pembiayaan harus ada persetujuan kedua belah pihak (suami/istri) tanpa melihat apakah barang-barang tersebut berupa sertifikat/bukti haknya atas nama suami/istri. Harta gono gini ini meliputi harta tidak bergerak maupun harta bergerak seperti kendaraan, perhiasan dan lain sebagainya. 2) Persetujuan suami/istri di atas harus diserahkan kepada lembaga keuangan untuk setiap penerimaan barang jaminan yang sifatnya pemilikan secara pribadi kecuali barang jaminan tersebut bukan merupakan harta gono gini.
  • 62. b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai Jaminan Pembiayaan 3) 4) 5) Apabila suami/istri mempunyai lebih dari satu istri maka persetujuan tersebut harus diberikan oleh semua istrinya baik dalam persetujuan yang dibuat secara bersama-sama maupun dalam persetujuan secara sendiri-sendiri. Ketentuan butir (1) hingga (3) di atas berlaku juga untuk penjamin bukan nasabah. Persetujuan suami/istri tersebut juga berlaku untuk pemberian jaminan pribadi/borgtocht/ personal guarantee.
  • 63. b. Harta Gono Gini (harta bersama) Sebagai Jaminan Pembiayaan 6) 7) 8) Semua transaksi jual beli/pemindahan hak atas harta gono gini juga harus atas persetujuan suami/istri. Jaminan pembiayaan yang akta jual belinya tidak tercantum persetujuan suami/istri dan belum dilakukan balik nama atas nama pembeli tidak dapat diterima sebagai jaminan pembiayaan. Untuk jaminan atas nama nasabah perorangan dan atau penjamin perorangan yang berstatus janda/duda agar diminta juga persetujuan dari anak-anaknya yang sudah dewasa (apabila harta tersebut berupa harta warisan yang berlum dibagi/dipecah). Persetujuan suami/istri dan atau anak-anak yang sudah dewasa seperti dijelaskan dijelaskan pada butir (7) di atas berlaku pula dalam pemberian SKMHT.
  • 64. c. Tata Cara Memperoleh Persetujuan Suami/Istri 1) 2) 3) 4) 5) Persetujuan suami/istri untuk menjaminkan harta gono gini perkawinan sebaiknya dilakukan dengan akta notariil di mana suami/istri sekaligus dating ke notaris pada saat dilakukan pengikatan jaminan dan atau pada waktu pembuatan SKMHT/Credit Verband/FEO tanpa perlu dibuatkan akta persetujuan secara tersendiri. Persetujuan suami/istri dapat juga dibuat secara tersendiri dengan akta notariil di mana suami/istri dating ke notaris, bila istri lebih dari 1(satu) maka persetujuan dapat secara bersama-sama atau sendiri-sendiri. Dalam persetujuan butir 1) dan 2) di atas sekaligu dicantumkan dalam aktanya bahwa mereka adalah istri satu-satunya sedangkan bila lebih dari 1(sau) istri maka pernyataan dimaksud tidak perlu dicantumkan. Persetujuan suami/istri untuk pemberian jaminan peibadi/borgtoch/personal guarantee dapat dituangkan sekaligus dalam akta borgtochnya atau dapat dibuat akta persetujuan sendiri. Persetujuan anak-anak yang sudah dewasa dalam hal nasabah persorangan dan atau penjamin perorangan yang berstatus duda/janda tata caranya sama dengan persetujuan suami/istri tersebut di atas.
  • 65. F. Pemberian Kuasa 1. Pengertian Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kuasa kepada seseorang lain yang menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Yang dimaksud dengan menyelenggarakan sesuatu urusan adalah melakukan suatu perbuatan hukum yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau menimbulkan suatu akibat hukum. Orang yang telah diberi kuasa (penerima kuasa) melakukan perbuatan hukum tersebut atas nama orang yang memberi kuasa.
  • 66. F. Pemberian Kuasa 2. Cara Pemberian Kuasa Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akte umum dalam suatu tulisan dibawah tangan bahkan dalam suatu pucuk surat atau lisan. Walaupun pemberian kuasa tak disyaratkan dengan akta otentik/notariil tetapi sebaiknya apabila Bank menerima suatu kuasa dari nasabah atau pihak lain, misalnya kuasa untuk menjual barang jaminan ataupun bila ada pemberian kuasa untuk menjaminkan oleh pihak lain kepada nasabah, supaya pemberian kuasa tersebut dinyatakan dengan akta notariil, hal tersebut dimaksudkan agar kekuatan pembuktiannya sempurna.
  • 67. F. Pemberian Kuasa 3. Jenis Pemberian Kuasa Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya suatu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa. Ada tiga jenis pemberian kuasa, yaitu: a. Pemberian kuasa untuk melaksanakan sauatu kepentingan tertentu. b. Pemberian kuasa untuk melaksanakan beberapa kepentingan tertentu. c. Pemberian kuasa secara umum, artinya tidak disebutkan untuk kepentingan tertentu atau pemberian kuasa tersebut untuk segala kepentingan pemberi kuasa.
  • 68. F. Pemberian Kuasa 4. Penggunaan Pemberian Kuasa Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi perbuatan pengurusan. Untuk memindah-tangankan barang atau untuk meletakan Hipotek diatasnya atau lagi untuk membuat suatu perdamaian, ataupun suatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas. Dari hal di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa pemberian kuasa oleh pemilik barang kepada customer untuk menjaminkan barangnya kepada lembaga keuangan atas falitas pembiayaan yang diperoleh harus dinyatakan dengan tegas dalam Surat Kuasa, bahwa pemberian kuasa yang diberikan itu melaksanakan suatu kepentingan tertentu: misalnya pemberian kuasa untuk menjaminkan, untuk menjual barang jaminan, untuk memasang Hipotek pertama dan sebagainya. Di dalam pelaksanaan pemberian kuasa tersebut, penerima kuasa berhak untuk menuntut penggantian biaya, pemasangan Hipotek dan lain-lain harus diperjanjikan menjadi beban customer.
  • 69. F. Pemberian Kuasa 5. Berakhirnya Pemberian Kuasa Pemberian Kuasa berakhir apabila: a. Kepentingan yang harus dilaksanakan telah selesai. Pemberi atau Penerima Kuasa meninggal dunia atau badan Hukum bubar dalam hal pemberi dan atau penerima kuasa perusahaan Badan Hukum. b. Pemberi Kuasa dicabut kembali oleh Pemberi Kuasa. c. Kuasa tersebut dibatalkan/dikembalikan oleh Penerima Kuasa. d. Pemberi Kuasa atau penerima Kuasa pailit atau ditaruh dibawah pengampuan (curatele). e. Pengangkatan Kuasa baru untuk menjalankan urusan yang sama
  • 70. F. Pemberian Kuasa Untuk menjamikan keamanan dan kepentingan lembaga keuangan maka hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa didalam pemberiam kuasa itu agar dicantumkan clausula bahwa kuasa ini adalah diberikan dengan tidak dapat dicabut kembali/ berakhir dengan alasan apapun maupun berdasarkan Undang-Undang. Clausa-clausa yang perlu diperhatikan dalam surat kuasa: Apabila pemberian kuasa dicabut oleh Pemberi Kuasa, sedangkan dalam pemberian kuasa itu ada clausula “tidak dapat dicabut “ maka Pengadilanlah yang akan menentukan masih berlaku atau tidaknya pemberian kuasa tersebut. Suatu kuasa dapat dialihkan kepada orang lain bilamana ada clausa bahwa kuasa tersebut diberikan dengan hak subtitusi yang secara tegas disebut Surat Kuasa tersebut.
  • 71. F. Pemberian Kuasa 6. Penandatanganan Surat Kuasa Surat kuasa yang diberikan oleh Nasabah kepada lembaga keuangan harus ditanda tangani oleh orang-orang yang berhak menanda tangani Perjanjian Pembiayaan. Surat Kuasa harus dibubuhi materai secukupnya. Khusus untuk kuasa dibawah tangan dibubuhi meterai dan perlu diperhatikan pembubuhan tanggal yang sesuai di atas materai tempel maksud.
  • 72. G. Jenis-Jenis Akta 1. Pengertian Akta adalah surat tanda bukti: suatu tulisan yang ditanda tangani dan diperuntukkan membuktikan kebenaran apa yang tertera di dalamnya. 2. Macam Akta a. Akta Otentik Akta otentik adalah suatu akta yang bentuknya telah ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pejabat-pejabat umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatannya:  Akta dibuat oleh/dihadapan seorang pejabat umum  Akta harus dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang  Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat dengan kata lain pejabat tersebut harus mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut.
  • 73. Dimaksud dengan pejabat-pejabat umum seperti disebutkan di atas adalah:
  • 74. b. Akta Di bawah Tangan Akta di bawah tangan adalah suatu tanda bukti yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat/pegawai umum. Kekuatan pembuktian akta dibawah tangan adalah sempurna sepanjang para pihak tidak mengingkarinya. Apabila salah satu pihak mengingkari kebenaran isi akta, tanggalnya, atau tanda tangannya maka pihak lain harus membuktikan kebenarannya. Dalam transaksi perbankan sebaiknya dihindarkan akta di bawah tangan terutama yang menyangkut jumlah risiko yang tinggi, lebih baik dilakukan dengan akta notaris. Bagi lembaga keuangan selaku pemberi pembiayaan suatu saat dapat dimintakan grosse yang berguna bagi pelaksanaan eksekusi jaminan. Mengingat akta adalah alat bukti maka agar diperhatikan bea meterainya sesuai ketentuan bea meterai yang berlaku
  • 75. 3. Macam-Macam Akta Notaris a. Akta Notaris Adalah akta yang dibuat oleh dan dihadapan notaris. Akta yang demikian adalah akta otentik yang berarti mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Ada akta-akta yang menurut undang-undang harus dibuat di dalam bentuk otentik, misalnya: Akta Pendirian Perseroan Terbatas (P.T), Firma, C.V, Yayasan, Koperasi, Surat kuasa Memasang Hipotik, Akta Hipotik. b. Akta yang dilegalisir oleh Notaris Akta semacam ini juga mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sebenarnya sifat akta ini dibawah tangan, karena baik bentuk maupun isinya dibuat oleh para pihak yang berkepentingan. Akta ini baru sah setelah para pihak menandatangani atau cap jempol di hadapan Notaris dan setelah isi akta maupun maksud akte ini dibacakan oleh Notaris. Pada akta yang dilegalisir notaris ini, notaris menjamin kepastian tanggal maupun menjamin para pihak telah menanda tangani akta tersebut dengan semestinya dihadapannya. Oleh karena itu, akta ini walaupun merupakan akta dibawah tangan tapi mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
  • 76. 3. Macam-Macam Akta Notaris c. Akta yang disalin oleh Notaris / Copy Collectionee Akta semacam ini adalah akta yang dibuat oleh Notaris yang merupakan salinan suatu akta, baik akta otentik atau akta di bawah tangan apabila aslinya telah hilang atau tidak terbaca lagi. Kekuatan pembuktian yang sama dengan aslinya. Copy Collectionee yang dibuat oleh Notaris yang membuat akta aslinya yang hilang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Copy Collectionee dari akta-akta dibawah tangan hanya memberikan permulaan pembuktian dengan tulisan (tidak sempurna ).
  • 77. H. Pembaruan, Pengalihan, dan Perjumpaan Utang 1. Penjelasan Penyelesaian kartu pembiayaan oleh nasabah tertentu tidak selalu dengan pembayaran/pelunasan oleh nasabah sendiri, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu, antara lain: a. Novasi/pembaharuan hutang. b. Subrogasi/penggantian kreditur. c. Cessie Piutang. d. Kompensasi/perjumpaan utang.
  • 78. 2. Novasi/Pembaharuan Hutang Novasi terjadi dengan 3 (tiga) cara: Apabila seorang nasabah terhadap pembiayaannya mengadakan suatu perikatan baru sebagai ganti perikatan yang lama karena adanya perikatan baru menjadi hapus. b. Apabila nasabah semula digantikan oleh/dengan nasabah baru dan nasabah lama dibebaskan dari hutangnya (expromisie). c. Apabila dengan suatu perjanjian yang baru pembiayaan (lama) digantikan dengan pembiayaan baru dan nasabah dibebaskan dari hutangnya oleh pembiayaan baru. Novasi/pembaharuan hutang harus dinyatakan dengan tegas dalam suatu perjanjian sehingga tidak mungkin terjadi sesuatu karena anggapan saja. Perjanjian novasi tidak disyaratkan harus dengan akta otentik, tetapi sebaiknya dengan akte otentik, terutama novasi, karena adanya penggantian nasabah. a.
  • 79. Contoh -contoh novasi adalah sebagai berikut: a. Adanya Perjanjian Pembiayaan yang baru untuk Nasabah yang sama, di mana Perjanjian Pembiayaan yang baru menghapuskan Perjanjian yang lama sebagai bukti adanya hutang Nasabah. b. Kedudukan A sebagai Nasabah terhadap lembaga keuangan sebagai Pembiayaan, digantikan oleh Nasabah (yang baru) B dan kepada A dinyatakan tidak berhutang lagi kepada lembaga keuangan. c. A (Nasabah) berhutang kepada B (Pembiayaan). C menggantikan kedudukan B sebagai Pembiayaan. Untuk itu dibuat perjanjian antara A, B dan C sehingga hak menagih beralih dari B ke C dan A dibebaskan dari kewajibanya terhadap B.
  • 80. 3. Subrogasi Subrogasi terjadi apabila ada penggantian oleh seorang pihak ketiga yang mengadakan pembayaran. Konkretnya adalah sebagai berikut: Lembaga keuangan menerima pembayaran dari pihak ketiga dan pihak ketiga itu menggantikan semua hak yang dipunyai lembaga keuangan terhadap nasabah. Penggantian itu/subrogasi harus dinyatakan dengan tegas sampai dengan suatu perjanjian dan dilakukan pada saat pembayaran oleh pihak ketiga tersebut. b. Nasabah memperoleh pembiayaan dari pihak ketiga untuk melunasi pembiayaannya dan pihak ketiga tersebut menggantikan hak-hak dari lembaga keuangan. Subrogasi demikian baru sah apabila baik akad pembiayaan maupun tanda pelunasan harus dibuat dengan akta otentik dan baru diterangkan bahwa uang itu dipinjam guna melunasi hutang tersebut. Hal yang penting bagi lembaga keuangan dengan adanya subrogasi ialah adanya pelunasaan pembiayaan, baik oleh pihak ketiga maupun oleh nasabah sendiri yang mana digunakan untuk pelunasan adalah pembiayaan dari pihak ketiga. a.
  • 81. 4. Ceesie Piutang Cessie Piutang adalah penyerahan piutang oleh nasabah kepada lembaga keuangan dengan akta otentik atau di bawah tangan yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan sebagai salah satu cara pelunasan pembiayaan nasabah. Hutang nasabah belum dapat dikatakan lunas selama tagihan terhadap pihak ketiga belum direalisir. Syarat-syarat Cessie adalah: a. Bentuk akta otentik atau dibawah tangan tetapi sebaiknya dibuat otentik. b. Kepastian jumlah piutang harus ditentukan tegas. c. Bukti/dasar piutang d. Tanggal penagihan e. Pemberitahuan, atau f. Persetujuan/pengakuan nasabah asal/tertagih secara tertulis.
  • 82. Untuk surat-surat berharga atas unjuk dilakukan dengan penyerahan surat dimaksud. Sedangkan untuk surat-surat atas nama dilakukan dengan penyerahan suratnya disertai endosemen. Pengikatan Cessie Piutang sebaiknya dibuatkan dengan suatu Akte Notaris dengan memuat hal-hak sebagai berikut: a. Piutang-piutang tersebut hanya dapat diperhitungkan setelah hasil penagihan dipenuhi. b. Lembaga keuangan tidak bertanggung jawab atas piutang-piutang yang tidak dapat ditagih dengan alasan apapun. c. Daftar piutang tersebut harus diusahakan untuk diadakan spesifikasi selengkapnya seperti: nama yang berhutang, Jumlah piutang dan lain-lain.
  • 83. d. e. f. g. Harus dimintakan persetujuan dari si berhutang bahwa yang bersangkutan akan melakukan pembayaran hanya kepada Bank. Harus diteliti dan benar adanya dasar hukum yang kuat dari piutang yang akan dicessiekan dan jumlahnya harus pasti Sebelum akta cessie ditanda tangani perlu dibuat akta notariil perjanjian penyelesaian hutang antara bank dengan customer nasabah yang dalam satu pasalnya atau klausulanya menyebutkan cessie piutang tersebut hasilnya baru diperhitungkan untuk menyelesaikan hutang customer debiutur apabila hasil tagihan benar-benar telah secara efektif masuk dalam rekening customer nasabah yang ada dalam administrasi bank. Akta cessie diusahakan notariil dan harus ditanda tangani oleh lembaga keuangan, customer nasabah dan disetujui serta ditanda tangani oleh tertagih.
  • 84. 5. Kompensasi/Perjumpaan Utang Kompensasi/perjumpaan hutang adalah suatu keadaan dimana dua orang saling berhutang satu sama lain, sehingga antara mereka terjadi suatu perjumpaan dengan mana hutang-hutang antara mereka tersebut dihapuskan. Contoh: A memperoleh pembiayaan dari kepada lembaga keuangan Rp50 juta. Tetapi sebaliknya A menjual kepada lembaga keuangan barang-barang seharga Rp20 juta. Karenanya kompensasi hutang A dengan sendirinya berkurang Rp20 juta.
  • 85. I. Kepailitan 1. Pengertian Kepailitan adalah suatu keadaan seorang nasabah telah berhenti membayar utang-utangnya yang harus dinyatakan dengan putusan Hakim Pengadilan Negeri. Keadaan pailit bisa diminta oleh nasabah sendiri, seorang atau lebih krediturnya, atau oleh Kejaksaan dalam hal kasus pidana.
  • 86. 2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya pernyataan pailit perlu diketahui: a. Hakim Komisaris Pada saat seorang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri, maka diangkatlah seorang Hakim Komisaris yang bertindak sebagai pengawas dalam penyelesaian kepailitan nasabah tersebut, serta mengawasi juga agar kepailitan berjalan dan diselesaikan sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku. b. Balai Harta Peninggalan (BHP) Adalah badan yang bertindak sebagai kurator (curatrice) dalam kepailitan nasabah dan melaksanakan tindakan-tindakan pengurusan (behhersdaden) dalam hal diperlukan tindakantindakan penerusan perusahaan customer, jika ada.
  • 87. 2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya pernyataan pailit perlu diketahui: c. Accord Adalah suatu rencana penyelesaian kepailitan yang diajukan oleh nasabah kepada para kreditur, pernyataan accord (perdamaian) mana harus disahkan oleh Pengadilan Negeri (homologatie accord). d. Insolventie Bilamana dalam rapat verifikasi tidak diajukan suatu accord atau suatu acoord telah diajukan oleh nasabah dalam keadaan pailit tetapi ditolak rapat verifikasi, maka boedel (harta) dengan sendirinya berada dalam keadaan insolventie (artinya keadaan si berhutang sudah sungguh pailit atau tidak mampu membayar utangnya).
  • 88. 2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya pernyataan pailit perlu diketahui: e. Likuidasi Sebagai akibat keadaan insolventie tersebut, maka oleh Balai Harta Peninggalan boedel kemudian dijual didepan umum. Dari hasil penjualan ini setelah dikeluarkan ongkos-ongkos yang diperlukan maka dibuatkan suatu daftar pembagian di mana ditentukan bagian yang dapat diterima dari hasil penjualan oleh setiap pembiayaan. Isi daftar pembagian ini harus disahkan oleh Pengadilan Negeri. f. Rapat Verifikasi Adalah pertemuan-pertemuan yang diadakan antara para kreditur, nasabah dan Hakim Komisaris dibawah pimpinan Pengadilan Negeri, untuk memelihara dan memisahkan piutangpiutang (melakukan verifikasi) dan untuk mendapatkan daftar pembagian (uitdelingslijst).
  • 89. 2. Beberapa istilah yang timbul dengan adanya pernyataan pailit perlu diketahui: g. Boedel Pailit Harta terpailit baik yang sudah maupun yang akan diperoleh akan diperhitungkan untuk pemenuhan hutang/kewajiban terpailit. h. Daftar Pembagian (Uitdelingslijst) Adalah salah satu daftar yang ditetapkan dalam rapat verifikasi dalam suatu keadaan pailit atau pada suatu accord, yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai masing-masing jumlah yang dibagikan kepada para kreditur. i. Dicabut/berakhirnya kepailitan    Dihentikan karena kekurangan hasil-hasil. Karena adanya homologatie accord (perdamaian yang telah disahkan oleh pengadilan) Sesudah daftar pembagian beroleh kekuatan mengikat dari Pengadilan Negeri.
  • 90. J. Penyitaan (Beslag) 1. Pengertian Penyitaan atau beslag adalah tindak hukum yang dilakukan atau dilaksanakan oleh yang berwenang (antara lain Pengadilan, BUPLN, Polisi, Kejaksaan) atas barang-barang seseorang dengan tujuan untuk menjamin hak-hak atau piutang-piutang seorang penggugat (dalam perkara perdata) atau untuk mendapatkan suatu bukti (dalam perkara pidana).
  • 91. 2. Jenis-jenis penyitaan a. Penyitaan Revindicatoir Adalah penyitaan atas suatu barang dilaksanakan atas permintaan pemilik barang tersebut yang berada pada kekuasaan orang lain, sebelum dan atau dalam rangka pemilik tersebut mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri untuk mendapatkan kembali barang miliknya. Hal seperti ini dapat terjadi atas barang-barang jaminan pembiayaan, yang ternyata barang jaminan pembiayaan adalah milik pihak ketiga yang dijaminkan nasabah kepada Bank tanpa persetujuan yang tegas/pasti dari pihak pemiliknya. Untuk itu perlu diperhatikan surat kuasa menjaminkan dari pemiliknya kepada nasabah apabila barang jaminan adalah milik pihak ketiga.
  • 92. 2. Jenis-jenis penyitaan b. Penyitaan Conservatoir Adalah penyitaan atas barang dengan tujuan agar barangbarang tersebut tidak dihilangkan selama perkara yang bersangkutan sedang berlangsung. Hal tersebut dapat diajukan oleh lembaga keuangan apabila ada dugaan barang-barang jaminan yang dikuasai nasabah akan disembunyikan, dipindah-tangankan ataupun lain-lain perbuatan dengan maksud untuk menarik barang-barang tersebut dari kekuasaan lembaga keuangan.
  • 93. 2. Jenis-jenis penyitaan c. Penyitaan Executorial Adalah penyitaan atas suatu barang sebagai pendahuluan suatu eksekusi/suatu pelaksanaan keputusan Kepailitan yang telah memperoleh kekuatan hukum/pasti, dengan tujuan agar barang-barang tersebut kemudian akan dilelang di depan umum. d. Rijden Beslag Adalah penyitaan atas kendaraan yang meskipun perkaranya masih berlangsung walaupun kendaraan dalam keadaan disita tetapi boleh digunakan oleh pemiliknya. Misalnya kendaraan nasabah disita sehubungan perkara penyelesaian pembiayaannya, tetapi kendaraan tersebut masih dapat digunakan oleh nasabah.
  • 94. 3. Perlawanan (verzet) Adalah suatu upaya yang diajukan kepada Pengadilan Negeri untuk mempertahankan suatu hak. Tuntutan perlawanan demikian dimajukan dan diperiksa dengan cara yang sama seperti cara bagi gugatan biasa. Perlawanan (verzet) diajukan kepada: a. Keputusan Verstek, yaitu putusan yang dijatuhkan dengan tanpa hadirnya tergugat, walaupun untuk itu tergugat telah dipanggil dengan sempurna. b. Penyitaan oleh yang terkena sita dengan alasan tertentu, misalnya karena yang disita untuk sementara itu telah memenuhi keputusaan. c. Penyitaaan oleh pihak ketiga dengan alasan: 1) Barang yang terkena sita adalah miliknya. 2) Kepentingan pihak ketiga tersebut dirugikan.