SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal
yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan
dengan umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak
ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia
1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi
usia  6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa.Tata cara dan
urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum
dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya
atau organ yang sama pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan dengan
telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan untuk
menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui
intensitas nyeri serta konsistensi.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan
1.2.2
1.3 TUJUAN MASALAH
1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari
1.4 METODE PENULISAN
Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini diperoleh
dengan membaca buku-buku literatur serta mencari informasi yang
berkaitan dengan “ Pemeriksaan Fisik pada Anak “.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik
 Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga
kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut
sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi
objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat
penilaian klinis
 Tujuan Pemeriksaan Fisik
Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera
Sebagai tindakan kesehatan preventif
Penerimaan di RS dan fasilitas perawatan jangka panjang
 Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Petugas Kesehatan
Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan
Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaannya
Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
4
 Metode Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2.2 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Kepala
a. Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan di bagian kepala untuk
mengetahui kondisi dan keadaan kepala.
b. Tujuan Pemeriksaan
Mengidentifikasi cirri-ciri normal kepala.
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
Menjelaskan struktur yang dikaji dalam pengkajian kepala.
Menjelaskan ciri-ciri normal kepala dan organ-organ di kepala.
Mendemonstrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam
pengakajian kepala.
c. Manfaat Pemeriksaan
Perawat dapat mengumpulkan data riwayat kesahatan dan
mengetahui bentuk dan fungsi kepala
d. Indikasi
Perhatikan bentuk kepala, adanya pembengkakan atau
penonjolan, tekstur rambut, kebersihan rambut.
e. Kontraindikasi
Hindari benturan-benturan yang membahayakan organ-organ
bagian kepala.
f. Pemeriksaan
 Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefal
 Tulang tengkorak :
a) Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
5
b) Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
c) Fontanel anterior menutup : 18 bulan
d) Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
e) Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama
dan hilang dalam 2 hari
f) Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan
hilang 2 – 3 minggu
 Distribusi rambut dan warna
Jika rambut berwarna / kuning dan gampang tercabut
merupakan indikasi adanya gangguan nutrisi
 Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian
frontal kebagian occipital.
 Muka
 Simetris kiri kanan
 Tes nervus 7 ( facialis )
a) Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah
maksilla dan mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
b) Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup
mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua
kelopak mata agar tetap terbuka.
 Tes nervus 5 ( trigeminus )
a) Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia
merasakan sentuh tersebut
b) Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa
meraba otot masenter dan mandibula.
6
 Pemeriksaan Mata
a. Definisi
Pemeriksaan yang di lakukan pada bagian mata untuk
mengetahui normal atau adanya gangguan pada mata klien.
Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata tergantung kepada
informasi yang diperlukan.
b. Tujuan pengkajian mata :
Untuk mengetahui bentuk mata yang normal dan mengetahui
fungsi mata
c. Manfaat :
1) Perawat dapat mengetahui kondisi mata pasien dan kelainan yang
terjadi serta melakukan pengobatan bila terjadi kerusakan pada
mata
2) klien mampu mengenali tanda gejala penyakit mata
3) klien mampu melakukan tindakan kewaspadaan yang tepat untuk
defisit pengelihatan
d. Indikasi
Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan kedua bola mata,
keadaan bulu mata, warna konjungiva dan sklera.
e. Kontraindikasi
Hindari masuknya benda-benda asing pada mata, kurangi
pemakaian obat tetes mata, tidak memberikan perlakuan khusus yang
berlebihan pada mata.
f. Pemeriksaan :
 Simetris kanan kiri
 Alis tumbuh umur 2-3 bulan
 Kelopak mata :
a) Oedema
b) Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mata
atas turun.
7
c) Enof : kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas
dan bawah tertarik kebelakang.
d) Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak
mata atas dan bawah tertarik kebelakang.
 Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman
penglihatan.
a) Sebagai objek mempergunakan jari
b) Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan
diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya
berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis
ketinggian yang sama.
c) Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain
ditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari
samping telinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh
pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat
oleh pasien.
d) Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
 Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
a) Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian
cahaya diarahkan pada salah satu pupil yang akan
diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
b) Apakah pupil isokor kiri atau kanan
 Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
a) Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
 Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
a) Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.
 Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea
a) Tutup mata yang satu dengan penutup
b) Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang
tidak diperiksa)
8
c) Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa
kedipan kedua mata secara cepat.
d) Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata, hasil
positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata klien
berkedip.
e) Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut , tapi
hanya berfokus pada satu titik.
g. Evaluasi pada mata
Minta klien atau anggota keluarga melaporkan kunjungan
terakhir ke dokter mata
Observasi lingkungan rumah klien dengan defisit penglihatan.
 Hidung
a. Definisi
Pemeriksaan hidung adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
megamati alur napas, ada atau tidaknya benda-benda asing yang
menggangu jalan napas seseorang, lesi, atau infeksi pada hidung
b. Tujuan
1) Untuk mengetahui keadaan, bentuk dan fungsi hidung.
2) Mendemostrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam pengkajian
hidung
c. Manfaat
1) Keluarga klien dapat mengetahui anjuran pemeriksaan hidung
yang teratur
2) Keluarga klien dapat mengenali tanda dan gejala pada hidung
hidung
d. Indikasi
Perhatikan bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan, lesi, secret,
sumbatan dan pendarahan serta tanda-tanda infeksi pada hindung
bagian luar maupun dalam.
9
e. Kontraindikasi
Hidari menggunakan obat semprot hidung yang di jual bebas
secara berlebihan, hindari membersihkan hidung dengan mencungkil
terlalu dalam ke rongga hidung.
f. Pemeriksaan
 Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
 Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga
down syndrome.
 Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
 Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan
apabila bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
 Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa,
secret, poliup, atau deviasi septum.
 Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)
Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan ,
lalu klien diminta untuk menyebutkan bau apa. Tiap hidung diuji
secara terpisah.
 Mulut
a. Definisi
Pengkajian mulut di lakukan dengan posisi duduk.
Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat
di lihat dengan jelas.
b. Tujuan
Untuk mendeteksi tanda kesehatan secara umum, menentukan
kebutuhan higene oral, dan menentukan terapi keperwatan untuk
klien dengan dehidrasi, asupan terbatas, trauma oral atau obstruksi
jalan napas oral.
c. Manfaat
Keluarga klien dapat mempraktikan tidakan higene oral dan
perwatan mulut yang tepat
10
d. Indikasi
Perhatiakan bentuk bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lender, pipi
bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum mulut atau langit-
langit mulut dan faring.
e. Kontraindikasi
Hindari memasukkan benda-benda asing yang membahayakan.
f. Pemeriksaan
 Bibir kering atau pecah – pecah
 Periksa labio schizis
 Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
 Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel, hasil positif
bila ada refleks muntah ( Gags refleks)
 Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
 Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
a) Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien
untuk memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula apakah
terngkat.
 Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
a) Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan
pahit, kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan
1/3 bagian belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.
 Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
a) Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus
kemudian menarik dengan cepat dan disuruh
menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu
pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk
merasakan kekuaatn lidah.
 Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan
disekitar mulut dan kemudian akan mengisapnya.
a) Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking
kedalam mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada
11
lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh jari
kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks
mengisap (Sucking Refleks)
g. Evaluasi
Minta klien untuk mendemonstrasikan menyikat gigi
Minta klien untuk mengidentifikasi waktu pemeriksaan gigi yang
teratur
 Pemeriksaan Telinga
a. Definisi
Merupakan bagian yang penting pula dalam hidup ini karena
dengan telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga
keseimbangan.
b. Struktur anatomi telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Telinga luar, meliputi aurikel (pinna)
2. Telinga tengah (rongga timpani), terpisah dengan telinga luar
oleh adanya membrane timpani (gendang telinga). Dalam rongga
timpani terdapat komponen pendengaran seperti maleolus,
inkuls, stapes yang berhubungan dengan tuba eustasia atau
pendengaran, sinus-sinus mastoid, telinga luar dan telinga dalam.
3. Telinga dalam, terdiri dari labirin yang bertulang dan
bermembran yang meliputi kokhlea, vestibulum dan saluran
semisirkular. Pada koklea terdapat resptor yang merupakan
cabang koklea terhadap serabut saraf (mentransmisikan impuls
pendengaran)
12
Secara fisiologi telinga :
Proses pendengaran melalui suatu rangkaian. Semua bunyi yang
dapat di dengar yang dapat menyebabkan gelombang bunyi bergerak.
Gelombang bunyi ini di transmisikan melalui hantaran udara menuju
membran timpani yang menyebabkan membran bergetar. Osikel,
pendengaran mentransmisikan gelombang bunyi ke fenestra ovalis
kemudian ke cairan telinga dalam. Cairan telinga dalam meneruskan
gelombang bunyi menuju resptor cabang koklea serabut
saraf.Berikutnya saraf koklea ini meneruskan impiuls ke pusat
pengatur penedengaran di lobus temporal selebrum dimana
pendengaran di sebabkan oleh stimulasi pada area di otak ini.
c. Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga / membran timpani dan pendengaran.
d. Manfaat
1. Klien dapat menggunakan teknik yang tepat untuk membersihkan
telinga
2. Klien dapat mengikuti petunjuk pencegahan untuk scrining
kehilangan pendengaran
3. Klien dengan kehilangan pendegaran akan dapat berkomunikasi
secara efektif
e. Indikasi
Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan,
amati telinga luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran,
bentuk, warna, lesi dan adanya massa.
f. Kontraindikasi
Hindari memasukkan benda berujung runcing ke dalam kanal
telinga dan mencungkil telinga terlalu dalam
13
g. Pemeriksaan :
 Simetris kiri dan kanan
 Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula
menunjukkan tulang rawan masih lunak.
 Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang, untuk
melihat apakah ada serumen atau cairan.
 Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
Menggesekkan rambut, atau tes bisik.
 Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
 Starter refleks : tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.
h. Evaluasi :
Minta keluarga klien menjelaskan teknik yang tepat untuk
membersihkan telinga
Observasi cari klien yang kehilangan pendengaran berintegrasi
dengan anggota keluarga.
 Pemeriksaan leher
a. Defenisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk megetahui keadaan leher
yang normal atau adanya gangguan yang berkaitan.
b. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk leher dan organ-organ penting yang
berkaitan, menentukan integritas struktur leher dan memeriksa sistim
limfatik.
c. Manfaat
Mendemonstrasikan kepada keluarga pasien cara merawat leher
dan organ yang berkaitan agar keluarga klien mengetahui cara
merawat dan memberi perlakuan pada leher.
d. Indikasi
Memperhatikan warna kulit, integritas, pembesaran kelenjar
gondok, konsistensi dan nyeri.
14
e. Kontraindikasi
Hindari posisi tidur yang salah dan menyebakan saraf leher
menjadi terganggu.
f. Pemeriksaan leher
 Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
 Periksa arteri karotis
 Vena Jugularis
a) Posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah
nodus krokoideus maka akan tampak adanya vena.
b) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut
kemudian tarik garis imajiner untuk menentukan
panjangnya.
 Raba tiroid : daerah tiroid ditekan, dan pasien disuruh untuk
menelan, apakah ada pembesaran atau tidak.
 Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan
mengimbangi.
 Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang, kemudian tangan
ditarik kebelakang, pertama badan ikut berbalik diikuti dengan
kepala.
 Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
a) Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh
untuk menghadap kedepan, pemeriksa memberi tahanan
terhadap kepala sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.
g. Evaluasi
Minta klien kapan harus memberitahu dokter tentang massa
pada leher.
15
2.3 Tabel Nervus Kranial
1. Nervus I ( Olfaktorius )
a) Asal dan Fungsinya
Dari bagian olfaktori otak menuju epitel hidung, berfungsi untuk
penciuman
b) Sifat Syaraf
Sensorik
2. Nervus II ( Opticus )
a) Asal dan Fungsinya
Dari otak tengah menuju ke retina mata, berfungsi untuk
penglihatan.
b) Sifat Syaraf
Sensorik
3. Tes nervus III ( Okulomotorius )
a) Asal dan Fungsinya
Dari dasar otak tengah menuju ke otot mata, iris, dan bola mata,
berfungsi menggerakkan otot mata ke kiri dan ke kanan
b) Sifat syaraf
Motorik
4. Tes nervus IV ( Troklear )
a) Asal dan Fungsinya
Dari dasar otak tengah menuju otot mata, berfungsi menggerakkan
bola mata
b) Sifat syaraf
Motorik
5. Tes Nervus V (Trigeminal )
a) Asal dan Fungsinya
Dari bagian tepi sumsum otak menuju kelopak mata, hidung dan
gigi, berfungsi untuk mencium, merasa, dan menggerakkan lidah
b) Sifat syaraf
Sensorik
16
6. Tes nervus VI ( Abdusen )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi sumsum otak menuju ke otot mata, berfungsi untuk
menggerakkan mata
b) Sifat syaraf
Motorik
7. Nervus VII ( Fasial )
a) Asal dan Fungsinya
Dari sumsum otak menuju lidah dan otot muka, saraf sensorik
berfungsi untuk mengecap dan saraf motorik untuk mengatur mimik
muka
b) Sifat syaraf
Gabungan
8. Nervus VIII ( Auditori )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi medula otak menuju organ korti dalam koklea (rumah
siput) dan saluran semi sirkuler, berfungsi untuk pendengaran
b) Sifat syaraf
Sensorik
9. Nervus IX ( Glosofaringeal )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi medula otak menuju lidah dan otot faring, saraf sensorik
berfungsi untuk mengecap, dan saraf motorik untuk menggerakkan
faring
b) Sifat syaraf
Gabungan
17
10 Nervus X ( Vagus )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi dasar otak menuju faring, kantung suara (pita suara),
paru-paru, jantung, esofagus, lambung, usus halus, saraf motorik
berfungsi menggerakkan paru-paru, menggerakkan pita suara,
kontraksi jantung dan mempengaruhi gerakan peristaltik, serta saraf
sensorik berfungsi mengatur suara dan saraf perasa
b) Sifat syaraf
Gabungan
11. Nervus XI ( Aksesori )
a) Asal dan Fungsinya
Dari otak menuju langit-langit, laring, pta suara dan leher,
berfungsi menggerakkan otot faring, laring, dan leher
b) Sifat syaraf
Motorik
12. Nervus XII (Hipoglosal )
a) Asal dan Fungsinya
Dari dasar otak menuju otot lidah dan leher, berfungsi
menggerakkan otot lidah dan leher
b) Sifat syaraf
Motorik
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan
dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal
yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan
dengan umur anak/bayi.
3.2 SARAN
Semoga makalah yang berjudul pemeriksaan fisik pada anak ini dapat
bermanfaat bagi para masyarakat luas pada umumnya dan bagi para rekan
mahasiswa pada khususnya. Kami sebagai kelompok sadar bahwa makalah
ini masih banyak memiliki kekurangan karena hanya beberapa referensi
yang dipakai, namun kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Ganjil%20II%20-
%20Pemeriksaan%20Fisik%20Anak.pdf
http://weenbee.wordpress.com/2012/10/05/konsep-pemeriksaan-fisik/

More Related Content

What's hot

Makalah sterilisasi dan disinfeksi
Makalah sterilisasi dan disinfeksi Makalah sterilisasi dan disinfeksi
Makalah sterilisasi dan disinfeksi
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
pjj_kemenkes
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluargaAsuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga
hasnaroshifatunnisa
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Amalia Senja
 
Asuhan kebidanan pada keluarga
Asuhan kebidanan pada keluargaAsuhan kebidanan pada keluarga
Asuhan kebidanan pada keluargaDiah Mandalika
 
Vestibulum
VestibulumVestibulum
Vestibulum
Eman Syukur
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
Sulistia Rini
 
Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3
Alex Susanto
 
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanOperan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Fransiska Oktafiani
 
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik KebidananInstrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
pjj_kemenkes
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Aidil Fitrisyah
 
Askep keluarga binaan
Askep keluarga binaanAskep keluarga binaan
Askep keluarga binaan
syifaaulia93
 
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanPengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanUwes Chaeruman
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut UsiaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
pjj_kemenkes
 
Askep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa iiAskep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa ii
Etika Nurasih
 
Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Berpikir Kritis Dalam KeperawatanBerpikir Kritis Dalam Keperawatan
Berpikir Kritis Dalam Keperawatanners alia
 

What's hot (20)

Makalah sterilisasi dan disinfeksi
Makalah sterilisasi dan disinfeksi Makalah sterilisasi dan disinfeksi
Makalah sterilisasi dan disinfeksi
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA
Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA
Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluargaAsuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga
 
Penyimpangan kdm anemia
Penyimpangan kdm anemiaPenyimpangan kdm anemia
Penyimpangan kdm anemia
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
 
Asuhan kebidanan pada keluarga
Asuhan kebidanan pada keluargaAsuhan kebidanan pada keluarga
Asuhan kebidanan pada keluarga
 
Vestibulum
VestibulumVestibulum
Vestibulum
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
 
Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3
 
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanOperan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
 
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik KebidananInstrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
 
Askep keluarga binaan
Askep keluarga binaanAskep keluarga binaan
Askep keluarga binaan
 
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanPengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
 
Askep ca serviks AKPER PEMDA MUNA
Askep ca serviks AKPER PEMDA MUNA Askep ca serviks AKPER PEMDA MUNA
Askep ca serviks AKPER PEMDA MUNA
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut UsiaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
 
Askep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa iiAskep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa ii
 
Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Berpikir Kritis Dalam KeperawatanBerpikir Kritis Dalam Keperawatan
Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
 

Similar to Bab 1

Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
pjj_kemenkes
 
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.pptPOWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
TiazDiniutami
 
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulangPemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
retnobudiyanti
 
MATA TELINGA.ppt
MATA TELINGA.pptMATA TELINGA.ppt
MATA TELINGA.ppt
JohanAnggriawan1
 
SOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxSOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docx
rahmiramadhan
 
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesarPemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesarPangestu S
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Sulistia Rini
 
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptxSoal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
ArdeliaEmily2
 
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
sonyaawitan
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
pjj_kemenkes
 
Soap bbl
Soap bblSoap bbl
Soap bbl
Marlina69
 
PAKK3373 / 4 penilaian asas pesakit
PAKK3373 / 4 penilaian asas pesakitPAKK3373 / 4 penilaian asas pesakit
PAKK3373 / 4 penilaian asas pesakit
Elize Lee
 
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3   pemeriksaan saraf kranialisModul b3   pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialisLia Amaliah
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
May Dwi Yuri Santoso
 
Strabismus 2019
Strabismus 2019Strabismus 2019
Strabismus 2019
Febrian Asmoro
 
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soalUjian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
ceritasyaffaluthfi
 
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docxASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
jihan913544
 

Similar to Bab 1 (20)

Makro 2 bener
Makro 2 benerMakro 2 bener
Makro 2 bener
 
Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
 
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.pptPOWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
 
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulangPemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
 
MATA TELINGA.ppt
MATA TELINGA.pptMATA TELINGA.ppt
MATA TELINGA.ppt
 
SOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxSOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docx
 
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesarPemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptxSoal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
 
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Soap bbl
Soap bblSoap bbl
Soap bbl
 
PAKK3373 / 4 penilaian asas pesakit
PAKK3373 / 4 penilaian asas pesakitPAKK3373 / 4 penilaian asas pesakit
PAKK3373 / 4 penilaian asas pesakit
 
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3   pemeriksaan saraf kranialisModul b3   pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
 
Strabismus 2019
Strabismus 2019Strabismus 2019
Strabismus 2019
 
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soalUjian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
 
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docxASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
 

Bab 1

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi usia  6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa.Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya atau organ yang sama pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan dengan telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan untuk menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui intensitas nyeri serta konsistensi.
  • 2. 2 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan 1.2.2 1.3 TUJUAN MASALAH 1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari 1.4 METODE PENULISAN Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini diperoleh dengan membaca buku-buku literatur serta mencari informasi yang berkaitan dengan “ Pemeriksaan Fisik pada Anak “.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik  Pengertian Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis  Tujuan Pemeriksaan Fisik Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera Sebagai tindakan kesehatan preventif Penerimaan di RS dan fasilitas perawatan jangka panjang  Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Petugas Kesehatan Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaannya Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
  • 4. 4  Metode Pemeriksaan Fisik Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi 2.2 Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan Kepala a. Definisi Pemeriksaan yang dilakukan di bagian kepala untuk mengetahui kondisi dan keadaan kepala. b. Tujuan Pemeriksaan Mengidentifikasi cirri-ciri normal kepala. Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Menjelaskan struktur yang dikaji dalam pengkajian kepala. Menjelaskan ciri-ciri normal kepala dan organ-organ di kepala. Mendemonstrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam pengakajian kepala. c. Manfaat Pemeriksaan Perawat dapat mengumpulkan data riwayat kesahatan dan mengetahui bentuk dan fungsi kepala d. Indikasi Perhatikan bentuk kepala, adanya pembengkakan atau penonjolan, tekstur rambut, kebersihan rambut. e. Kontraindikasi Hindari benturan-benturan yang membahayakan organ-organ bagian kepala. f. Pemeriksaan  Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefal  Tulang tengkorak : a) Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
  • 5. 5 b) Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital c) Fontanel anterior menutup : 18 bulan d) Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan e) Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama dan hilang dalam 2 hari f) Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3 minggu  Distribusi rambut dan warna Jika rambut berwarna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasi adanya gangguan nutrisi  Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian occipital.  Muka  Simetris kiri kanan  Tes nervus 7 ( facialis ) a) Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla dan mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan. b) Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.  Tes nervus 5 ( trigeminus ) a) Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia merasakan sentuh tersebut b) Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa meraba otot masenter dan mandibula.
  • 6. 6  Pemeriksaan Mata a. Definisi Pemeriksaan yang di lakukan pada bagian mata untuk mengetahui normal atau adanya gangguan pada mata klien. Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata tergantung kepada informasi yang diperlukan. b. Tujuan pengkajian mata : Untuk mengetahui bentuk mata yang normal dan mengetahui fungsi mata c. Manfaat : 1) Perawat dapat mengetahui kondisi mata pasien dan kelainan yang terjadi serta melakukan pengobatan bila terjadi kerusakan pada mata 2) klien mampu mengenali tanda gejala penyakit mata 3) klien mampu melakukan tindakan kewaspadaan yang tepat untuk defisit pengelihatan d. Indikasi Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan kedua bola mata, keadaan bulu mata, warna konjungiva dan sklera. e. Kontraindikasi Hindari masuknya benda-benda asing pada mata, kurangi pemakaian obat tetes mata, tidak memberikan perlakuan khusus yang berlebihan pada mata. f. Pemeriksaan :  Simetris kanan kiri  Alis tumbuh umur 2-3 bulan  Kelopak mata : a) Oedema b) Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas turun.
  • 7. 7 c) Enof : kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertarik kebelakang. d) Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata atas dan bawah tertarik kebelakang.  Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman penglihatan. a) Sebagai objek mempergunakan jari b) Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis ketinggian yang sama. c) Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain ditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari samping telinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien. d) Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.  Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya) a) Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian cahaya diarahkan pada salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis. b) Apakah pupil isokor kiri atau kanan  Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata a) Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.  Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen ) a) Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.  Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea a) Tutup mata yang satu dengan penutup b) Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang tidak diperiksa)
  • 8. 8 c) Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa kedipan kedua mata secara cepat. d) Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata, hasil positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata klien berkedip. e) Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut , tapi hanya berfokus pada satu titik. g. Evaluasi pada mata Minta klien atau anggota keluarga melaporkan kunjungan terakhir ke dokter mata Observasi lingkungan rumah klien dengan defisit penglihatan.  Hidung a. Definisi Pemeriksaan hidung adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk megamati alur napas, ada atau tidaknya benda-benda asing yang menggangu jalan napas seseorang, lesi, atau infeksi pada hidung b. Tujuan 1) Untuk mengetahui keadaan, bentuk dan fungsi hidung. 2) Mendemostrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam pengkajian hidung c. Manfaat 1) Keluarga klien dapat mengetahui anjuran pemeriksaan hidung yang teratur 2) Keluarga klien dapat mengenali tanda dan gejala pada hidung hidung d. Indikasi Perhatikan bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan, lesi, secret, sumbatan dan pendarahan serta tanda-tanda infeksi pada hindung bagian luar maupun dalam.
  • 9. 9 e. Kontraindikasi Hidari menggunakan obat semprot hidung yang di jual bebas secara berlebihan, hindari membersihkan hidung dengan mencungkil terlalu dalam ke rongga hidung. f. Pemeriksaan  Posisi hidung apakah simetris kiri kanan  Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down syndrome.  Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari  Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.  Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret, poliup, atau deviasi septum.  Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris) Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan , lalu klien diminta untuk menyebutkan bau apa. Tiap hidung diuji secara terpisah.  Mulut a. Definisi Pengkajian mulut di lakukan dengan posisi duduk. Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat di lihat dengan jelas. b. Tujuan Untuk mendeteksi tanda kesehatan secara umum, menentukan kebutuhan higene oral, dan menentukan terapi keperwatan untuk klien dengan dehidrasi, asupan terbatas, trauma oral atau obstruksi jalan napas oral. c. Manfaat Keluarga klien dapat mempraktikan tidakan higene oral dan perwatan mulut yang tepat
  • 10. 10 d. Indikasi Perhatiakan bentuk bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lender, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum mulut atau langit- langit mulut dan faring. e. Kontraindikasi Hindari memasukkan benda-benda asing yang membahayakan. f. Pemeriksaan  Bibir kering atau pecah – pecah  Periksa labio schizis  Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan  Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel, hasil positif bila ada refleks muntah ( Gags refleks)  Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan  Pemeriksaan nervus X ( VAGUS ) a) Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien untuk memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula apakah terngkat.  Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris a) Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan pahit, kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.  Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus a) Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian menarik dengan cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk merasakan kekuaatn lidah.  Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar mulut dan kemudian akan mengisapnya. a) Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada
  • 11. 11 lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh jari kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks mengisap (Sucking Refleks) g. Evaluasi Minta klien untuk mendemonstrasikan menyikat gigi Minta klien untuk mengidentifikasi waktu pemeriksaan gigi yang teratur  Pemeriksaan Telinga a. Definisi Merupakan bagian yang penting pula dalam hidup ini karena dengan telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan. b. Struktur anatomi telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian : 1. Telinga luar, meliputi aurikel (pinna) 2. Telinga tengah (rongga timpani), terpisah dengan telinga luar oleh adanya membrane timpani (gendang telinga). Dalam rongga timpani terdapat komponen pendengaran seperti maleolus, inkuls, stapes yang berhubungan dengan tuba eustasia atau pendengaran, sinus-sinus mastoid, telinga luar dan telinga dalam. 3. Telinga dalam, terdiri dari labirin yang bertulang dan bermembran yang meliputi kokhlea, vestibulum dan saluran semisirkular. Pada koklea terdapat resptor yang merupakan cabang koklea terhadap serabut saraf (mentransmisikan impuls pendengaran)
  • 12. 12 Secara fisiologi telinga : Proses pendengaran melalui suatu rangkaian. Semua bunyi yang dapat di dengar yang dapat menyebabkan gelombang bunyi bergerak. Gelombang bunyi ini di transmisikan melalui hantaran udara menuju membran timpani yang menyebabkan membran bergetar. Osikel, pendengaran mentransmisikan gelombang bunyi ke fenestra ovalis kemudian ke cairan telinga dalam. Cairan telinga dalam meneruskan gelombang bunyi menuju resptor cabang koklea serabut saraf.Berikutnya saraf koklea ini meneruskan impiuls ke pusat pengatur penedengaran di lobus temporal selebrum dimana pendengaran di sebabkan oleh stimulasi pada area di otak ini. c. Tujuan pemeriksaan : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga / membran timpani dan pendengaran. d. Manfaat 1. Klien dapat menggunakan teknik yang tepat untuk membersihkan telinga 2. Klien dapat mengikuti petunjuk pencegahan untuk scrining kehilangan pendengaran 3. Klien dengan kehilangan pendegaran akan dapat berkomunikasi secara efektif e. Indikasi Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan, amati telinga luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran, bentuk, warna, lesi dan adanya massa. f. Kontraindikasi Hindari memasukkan benda berujung runcing ke dalam kanal telinga dan mencungkil telinga terlalu dalam
  • 13. 13 g. Pemeriksaan :  Simetris kiri dan kanan  Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan tulang rawan masih lunak.  Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang, untuk melihat apakah ada serumen atau cairan.  Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus) Menggesekkan rambut, atau tes bisik.  Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)  Starter refleks : tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip. h. Evaluasi : Minta keluarga klien menjelaskan teknik yang tepat untuk membersihkan telinga Observasi cari klien yang kehilangan pendengaran berintegrasi dengan anggota keluarga.  Pemeriksaan leher a. Defenisi Pemeriksaan yang dilakukan untuk megetahui keadaan leher yang normal atau adanya gangguan yang berkaitan. b. Tujuan Untuk mengetahui bentuk leher dan organ-organ penting yang berkaitan, menentukan integritas struktur leher dan memeriksa sistim limfatik. c. Manfaat Mendemonstrasikan kepada keluarga pasien cara merawat leher dan organ yang berkaitan agar keluarga klien mengetahui cara merawat dan memberi perlakuan pada leher. d. Indikasi Memperhatikan warna kulit, integritas, pembesaran kelenjar gondok, konsistensi dan nyeri.
  • 14. 14 e. Kontraindikasi Hindari posisi tidur yang salah dan menyebakan saraf leher menjadi terganggu. f. Pemeriksaan leher  Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.  Periksa arteri karotis  Vena Jugularis a) Posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah nodus krokoideus maka akan tampak adanya vena. b) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut kemudian tarik garis imajiner untuk menentukan panjangnya.  Raba tiroid : daerah tiroid ditekan, dan pasien disuruh untuk menelan, apakah ada pembesaran atau tidak.  Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan mengimbangi.  Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang, kemudian tangan ditarik kebelakang, pertama badan ikut berbalik diikuti dengan kepala.  Pemeriksaan nervus XII (Asesoris) a) Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepan, pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala sambil meraba otot sternokleidomasatodeus. g. Evaluasi Minta klien kapan harus memberitahu dokter tentang massa pada leher.
  • 15. 15 2.3 Tabel Nervus Kranial 1. Nervus I ( Olfaktorius ) a) Asal dan Fungsinya Dari bagian olfaktori otak menuju epitel hidung, berfungsi untuk penciuman b) Sifat Syaraf Sensorik 2. Nervus II ( Opticus ) a) Asal dan Fungsinya Dari otak tengah menuju ke retina mata, berfungsi untuk penglihatan. b) Sifat Syaraf Sensorik 3. Tes nervus III ( Okulomotorius ) a) Asal dan Fungsinya Dari dasar otak tengah menuju ke otot mata, iris, dan bola mata, berfungsi menggerakkan otot mata ke kiri dan ke kanan b) Sifat syaraf Motorik 4. Tes nervus IV ( Troklear ) a) Asal dan Fungsinya Dari dasar otak tengah menuju otot mata, berfungsi menggerakkan bola mata b) Sifat syaraf Motorik 5. Tes Nervus V (Trigeminal ) a) Asal dan Fungsinya Dari bagian tepi sumsum otak menuju kelopak mata, hidung dan gigi, berfungsi untuk mencium, merasa, dan menggerakkan lidah b) Sifat syaraf Sensorik
  • 16. 16 6. Tes nervus VI ( Abdusen ) a) Asal dan Fungsinya Dari tepi sumsum otak menuju ke otot mata, berfungsi untuk menggerakkan mata b) Sifat syaraf Motorik 7. Nervus VII ( Fasial ) a) Asal dan Fungsinya Dari sumsum otak menuju lidah dan otot muka, saraf sensorik berfungsi untuk mengecap dan saraf motorik untuk mengatur mimik muka b) Sifat syaraf Gabungan 8. Nervus VIII ( Auditori ) a) Asal dan Fungsinya Dari tepi medula otak menuju organ korti dalam koklea (rumah siput) dan saluran semi sirkuler, berfungsi untuk pendengaran b) Sifat syaraf Sensorik 9. Nervus IX ( Glosofaringeal ) a) Asal dan Fungsinya Dari tepi medula otak menuju lidah dan otot faring, saraf sensorik berfungsi untuk mengecap, dan saraf motorik untuk menggerakkan faring b) Sifat syaraf Gabungan
  • 17. 17 10 Nervus X ( Vagus ) a) Asal dan Fungsinya Dari tepi dasar otak menuju faring, kantung suara (pita suara), paru-paru, jantung, esofagus, lambung, usus halus, saraf motorik berfungsi menggerakkan paru-paru, menggerakkan pita suara, kontraksi jantung dan mempengaruhi gerakan peristaltik, serta saraf sensorik berfungsi mengatur suara dan saraf perasa b) Sifat syaraf Gabungan 11. Nervus XI ( Aksesori ) a) Asal dan Fungsinya Dari otak menuju langit-langit, laring, pta suara dan leher, berfungsi menggerakkan otot faring, laring, dan leher b) Sifat syaraf Motorik 12. Nervus XII (Hipoglosal ) a) Asal dan Fungsinya Dari dasar otak menuju otot lidah dan leher, berfungsi menggerakkan otot lidah dan leher b) Sifat syaraf Motorik
  • 18. 18 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. 3.2 SARAN Semoga makalah yang berjudul pemeriksaan fisik pada anak ini dapat bermanfaat bagi para masyarakat luas pada umumnya dan bagi para rekan mahasiswa pada khususnya. Kami sebagai kelompok sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan karena hanya beberapa referensi yang dipakai, namun kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.