1. NU didirikan oleh ulama pengasuh pesantren pada tahun 1926 untuk menyatukan komunitas Islam dan mewadahi aspirasi mereka. Hal ini berlatar belakangi tidak diundangnya ulama tradisional dalam kongres Islam dunia.
2. KH. Hasyim Asy'ari mendirikan pondok pesantren Tebuireng pada tahun 1917 dan mendukung pendirian NU untuk mewadahi gerakan ulama tradisional.
3. Abad ke 19 M Sumatra Barat muncul gerakan
Pembaharuan Islam yang di pimpin oleh haji miskin
dan teman-temannya, mereka memproklamikan
gerakannya sebagai reformasi menuju pelaksanaan
ajaran islam secara lebih benar.
Selanjutnya akhir Abd 19 M juga muncul gerakan
Salafiyah (kembali pada jalan para pendahulu). Thahir
jalaluddin secara aktif memperkenalkn paham-paham
yang di bangun oleh ibnu taimiyah, Ibnu Qayyim.
Gerakan mereka dapat raeaksi dari para ulama,
seperti sayyid zaini, syeh yusuf nabrani dll. Keduanya
saling mencelah dalam maslah khilafiyah.
4. Abad ke 20M pulau jawa mengalami arus
reformasi dengan berdirinya Organisasi
Keagamaan:
1. Muhammadiyah (1912)
2. Al-Irsyad (1915)
3. Persatuan Islam (1923)
Dengan mengaku pembaharu dalam islam,
mereka mengecam ulama pesantern sebagai
pembela bid’ah dan khurafat. Mereka menentang
upcara keagamaan seperti shalawat nabi, tahlilan
dll.
5. Setelah melalui perjalanan panjang perdebatan tentang
khilafiyah antara organisasi islam dengan para ulama pesantren
baru raja Inbu su’ud (saudi arabia) mengumumkan untuk
mengadakan mu’tamar dunia islam di bandung tahun 1926.
tetapi ulama pesantern tidak di undang dalam kongres tersebut.
Maka ulama pesantren melalui KH. Abdul Wahab Hasbullah
sebagai perwakilan beragkat ke mekkah mengikuti mu’tamar
dunia islam untuk menyalurkan aspirasi ulama pesantren
kepada penguasa saudi arabiya. Tetapi segala usahanya sia-sia.
6. Selanjutnya, karena segala usahanya gagal.
Baru memperoleh restu dari KH. Hasyim
Asy’ari. Dibentuk Komite Hijaz yang bertugas
menghadap langsung kepada Raja Ibnu Su’ud
untuk memudahkan tugasnya tersebut.
Pada tanggal, 31 Januari 1926 diputuskan
membentuk Organisasi yang diberi nama “
Nahdlatul Umama” (NU).
Dari uraian di atas bahwa NU lahir dari aspirasi keagamaan,
bermotif keagamaan dan berladasan keagamaan serta cita-cita
keagamaan. Dengan demikian segala sikap, prilaku dan
karakteristik perjuangannya selalu dan diukur dengan norma
dan ajaran Aswaja.
7.
8. Pada tahun 1914M KH. Abdullah Wahab
Hasbullah membentuk Forum diskusi
dengan nama “TASWIRUL AFKAR” forum ini
sarana mediskusikan berbagai aspek
kehidupan baik bersifat keagamaan
maupun masalah2 politik perjuangan
melawan penjajah belanda.
Selanjtnya, Tazwirul Afkar membentuk
beberpa kelompok kerja :
9. Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air)
Khitabul Wathan
(Mimbar Tanah Air)
Ahlul Wathan
(Keluarga Tanah Air)
Far’ul Wathan
(Cabang Tanah Air)
Hidayatul Wathan
(Pemandu Tanah Air)
Pendidikan dan Pelatihan Kader Muda
Untuk Kegiatan Dakwah
10. Selain organisasi tersebut, Kemudian Tahun
1925 dibentuk organisasi sebagai wadah para
pemuda yang diberi nama :
SYUBBANUL WATHAN
(Pemudah Tanah Air)
Dipimpin Oleh : Abdullah
Ubaid
Kegiatannya :
Mengadakan kursus
keagamaan & mendiskusikan
berbagai masalah
kemasyarakatan
Tujuan
Membangkitkan semangat kaum muda untuk
mencintai tanah tumpah darahnya yang sedang
terjajah.
11. Dilihat dari segi nama-nama kelompok
yang lahir dari forum diskusi Tazwirul
Afkar yang kesemuanya memakai
Predikat “WATHAN” yang berarti “Tanah
Air” , maka jelas bahwa semangat
nasionalisme merupakan api yang
mewarnai pemikiran para ulama
pesantren dalam mengikuti
perkembangan pergerakan Nasional
Indonesia oleh kerena itu kelahiran NU
juga didorong oleh semangat membela
tanah air
12. NU didirikan oleh ulama pengasuh
pesantren yang didalamnya komonitas
islam di kenal mempunyai kesamaan-
kesamaan pandangan dan keagamaan
maupun kemasyarakatan. Kesamaan
yang telah membudaya dan akhirnya
membentuk kelompok yaitu syirkah.
14. 1. Ulama Pengikut aswaja memaksakan
dirinya bersikap Tawakkal Total tampa
berikhtiyar untuk meningkatkan kualitas
hidupnya.
2. Ulama’ aghniya’ aswaja tidak
mempedulikan tetangganya yang lemah
agama, pendidikan dan ekonominya.
3. Sebagian santri dan kiai hanya
mencukupkan terhadap aktifitas
Taafaqquh Fiddin yang tidak menghiraukan
ilmu-ilmu lain.
15. Dengan ketinga motifasi tersebut di atas
pembentukan syirkah ini dimaksudkan
sebagai upaya para ulama pesantren
menggugah semangat keikhlasan,
persaudaraan, kebersamaan dan
keperdulian seluruh pengikut Aswaja
dalam membangun kehidupan yang
bermanfaat dan bermaslahah terutama
di bidang perekonomian.
16. Perkembangan pondok pesantren,
diketahui berdirinya NU erat kaitannya
dengan para ulama pesantren untuk
menyatukan diri dalam pembangunan
dan peningkatan kualitas SDM melalui
sistem pendidikan sesuia tuntutan
zaman.