1. Luka Bakar (Combutio)
Nama Kelompok:
Eudita Dea Puspito (01.2.22.00814)
Ika Wulandari (01.2.22.00816)
Rico Bayu Wijaya (01.2.22.00829)
Yosia Kurniawan Pamuji (01.2.22.00840)
2. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat
disebabkan oleh terpapar langsung oleh panas (api, cairan/lemak panas,
uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma
yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh. Luka bakar adalah
luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan dengan
benda-benda yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung
maupun tidak langsung (Anggowarsito, 2014).
3. Menurut Rahayuningsih (2012) luka bakar (combustio/burn) adalah
cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan
sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal),
atau radiasi (radiation). Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan
peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan jaringan kulit,
dalam keadaan yang parah dapat menyebabkan gangguan serius pada
paru-paru, ginjal dan hati. Kulit dengan luka bakar akan mengalami
kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung
faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan penyebab.
4. Etiologi Luka Bakar
Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh
karena terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas
lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka
bakar yang disebabkan karena terpajan
dengan suhu panas seperti terbakar api
secara langsung atau terkena permukaan
logam yang panas (Moenadjat, 2009).
Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan
oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat
kimia, lamanya kontak dan lanyaknya
jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka
bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat– zat
pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan
militer (Rahayuningsih, 2012).
5. Etiologi Luka Bakar
Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik)
disebabkan oleh panas yang
digerakkan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage
dan cara gelombang elektrik itu
sampai mengenai tubuh
(Rahayuningsih, 2012). Luka bakar
listrik ini biasanya lukanya lebih
serius dari apa yang terlihat di
permukaan tubuh (Moenadjat, 2009).
Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh
terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali
berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi (Rahayuningsih, 2012).
6. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Kedalaman luka bakar Lokasi luka bakar
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi
pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar
yang mengenai kepala, leher dan dada
sering kali berkaitan dengan komplikasi
pulmoner. Luka bakar yang menganai
wajah seringkali menyebabkan abrasi
kornea. Luka bakar yang mengenai
lengan dan persendian seringkali
membutuhkan terapi fisik dan occupasi
dan dapat menimbulkan implikasi
terhadap kehilangan waktu bekerja dan
atau ketidakmampuan untuk bekerja
secara permanen (Rahayuningsih, 2012).
7. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Mekanisme Injury
Mekanisme injury merupakan faktor lain yang
digunakan untuk menentukan berat ringannya
luka bakar. Secara umum luka bakar yang
mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian
khusus. Pada luka bakarelectric, panas yang
dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan
kerusakan jaringan internal (Rahayuningsih,
2012).
Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti
akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak
lainnya dapat terjad lebih luas khususnya bila
injury electric dengan voltage tinggi. Oleh
karena itu voltage , tipe arus (direct atau
alternating), tempat kontak dan lamanya kontak
adalah sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan karena dapat mempengaruhi
morbidity (Rahayuningsih, 2012).
Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar.
Angka kematiannya (mortality rate) cukup tinggi pada
anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada
kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di
atas 65 tahun. Tingginya statistic mortalitas dan
morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar
merupakan akibat kombinasi dari berbagai gangguan
fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan
dalam menilai, dan menurunnya kemampuan
mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya
lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih
rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya
menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-
bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika
mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya
luka bakar (Rahayuningsih, 2012).
8. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Luas luka bakar
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi
Rule of nine, Lund and Browder dan hand palm (Gurnida dan Melisa
Lilisari, 2011). Ukuran luka bakar ditentukan dengan persentase dari
permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan
bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang
dalam menentukan luas luka bakar (Gurnida dan Lilisari, 2011).
9. Metode rule of nine
Dasar dari metode ini adalah bahwa
tubuh di bagi kedalam bagian-
bagian anatomic, dimana setiap
bagian mewakili 9% kecuali daerah
genitalia 1% (lihat gambar 1).
Metode ini adalah metode yang baik
dan cepat untuk menilai luka bakar
menengah d an berat pada penderita
yang berusia diatas 10 tahun. Tubuh
dibagi menjadi area 9%. Metode ini
tidak akurat pada anak karena
adanya perbedaan proporsi tubuh
anak dengan dewasa.
10. Metode Hand Palm
Metode permukaan telapak
tangan. Area permukaan
tangan pasien (termasuk jari
tangan) adalah sekitar 1%
total luas permukaan tubuh.
Metode ini biasanya
digunakan pada luka bakar
kecil (Gurnida dan Lilisari,
2011).
11. Metode Lund and
Browder
Metode ini mengkalkulasi total area
tubuh yang terkena berdasarkan
lokasi dan usia. Metode ini
merupakan metode yang paling
akurat pada anak bila digunakan
dengan benar Metode lund and
browder merupakan modifikasi dari
persentasi bagian-bagian tubuh
menurut usia, yang dapat
memberikan perhitungan yang lebih
akurat tentang luas luka bakar yaitu
kepala 20%, tangan masing-masing
10%, kaki masing-masing 10%, dan
badan kanan 20%, badan kiri 20%.
12. Manifestasi Klinis
Merupakan luka bakar
yang paling ringan. Kulit
yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat
sensitif terhadap sentuhan
dan lembab, atau
membengkak. Jika
ditekan, daerah yang
terbakar akan memutih,
belum terbentuk lepuh
Luka bakar derajat I
13. Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang
lebih dalam. Terjadi kerusakan
epidermis dan dermis. Kulit
melepuh, dasarnya tampak
merah, atau keputihan dan
terisi oleh cairan kental yang
jernih. Jika disentuh warnanya
berubah menjadi putih dan
terasa nyeri.
14. Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.
Seluruh epidermis dan dermis telah rusak dan
telah pula merusak jaringan di bawahnya (lemak
atau otot). Permukaannya bisa berwarna putih
dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan
kasar.Kerusakan sel darah merah pada daerah
yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar
berwarna merah terang. Kadang daerah yang
terbakar melepuh dan rambut/ bulu ditempat
tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika
disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung
saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.
Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan
mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka
cairan akan merembes dan pembuluh darah dan
menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar
yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan
karena perembesan tersebut bisa menyebabkan
terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah
sehingga darah yang mengalir ke otak sangat
sedikit.
16. Komplikasi
Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan
proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat
pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil
dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia. (Amin, dkk,
2013)
Gagal Respirasi Akut
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika
derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa
pasien. (Amin, dkk, 2013)
17. Komplikasi
Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising
usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi
lambung dan nausea dapat
mengakibatkan nause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat
stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat
ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang
berdarha, ini merupakan tanda-tanda
ulkus curling. (Amin, dkk, 2013)
Syok Sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan
atau bahkan hipovolemik yang terjadi
sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan
darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi
denyut nadi. (Amin, dkk, 2013)
18. Komplikasi
Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis
dalam urine. (Amin, dkk, 2013)
19. Proses penyembuhan luka
Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai
3 - 4 hari pasca luka bakar. Pada
fase ini terjadi perubahan vascular
dan proliferase seluler. Daerah
luka mengalami agregasi
trombosit dan mengeluarkan
serotonin serta mulai timbul
epitelisasi (Paula Krisanty,2009)
Fase Fibioblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4
sampai 20 pasca luka bakar. Pada
fase ini timbul abrobast yang
membentuk kolagen yang tampak
secara klinis sebagai jaringan
granulasi yang berwarna
kemerahan. (Paula Krisanty,2009)
20. Fase Maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan
vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi untuk
akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis,
lemas tanpa rasa nyeri atau gatal. (Paula Krisanty,2009)
21. Penatalaksanaan
a) (Airway) : Penalataksanaan jalan
nafas dan manajemen trauma cervical
b) (Breathing) : Pernapasan dan ventilasi
c) (Circulation) : Sirkulasi dengan kontrol
perdarahan
d) (Disability) : Status neurogenik
e) (Exposure) : Pajanan dan
pengendalian lingkungan (Kemenkes,2019)
Primary survey
Segera identifikasi kondisi-kondisi
mengancam jiwa dan lakukan
manajemen emergensi.
22. Penatalaksanaan
Merupakan pemeriksaan
menyeluruh mulai dari kepala
sampai kaki. Pemeriksaan
dilaksanakan setelah kondisi
mengancam nyawa diyakini tidak
ada atau telah diatasi. Tujuan
akhirnya adalah menegakkan
diagnosis yang tepat.
(Kemenkes,2019)
Secondary survey
23. Penatalaksanaan
Tata laksana bedah emergensi
Eskarotomi
Tindakan insisi eskar yang
melingkari dada atau ekstremita
yang bertujuan utuk mencegah
gangguan breathing dan mencegah
penekanan struktur penting pada
ekstremitas (pembuluh darah,
saraf).
Fasciotomi
Dilakukan bila ada indikasi tanda-
tanda sindroma kompartemen:
terasa keras pada palpasi, sensasi
perifer menghilang secara
progresif, dan nadi tidak teraba.
(Kemenkes,2019)
24. Penatalaksanaan
Setelah 24 jam pertama
Kebutuhan cairan
Perhitungan kebutuhan cairan
dilalukan pada waktu pasien
mengalami trauma luka bakar,
bukan saat pasien datang.
Disarankan menggunakan cairan
RL, 50% total perhitungan cairan
dibagi menjadi 2 tahap dalam
waktu 24 jam pertama.
(Kemenkes,2019)
Kebutuhan nutrisi
Pasien luka bakar memerlukan
kebutuhan nutrisi (makro dan
mikronutrien) yang adekuat,
karena mengalami perubahan dan
peningkatan metabolisme
(hipermetabolik), serta
peningkatan kehilangan nitrogen
yang tinggi (pemecahan protein
80-90%). (Kemenkes,2019)
26. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Luka Bakar
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama
dan terpenting dalam proses
keperawatan (Tarwotodan Wartonah,
2015). Terdapat dua jenis dalam
pengkajian yaitu pengkajian
skrining dan pengkajian mendalam
keduanya membutuhkan
pengumpulan data, dan keduanya
memiliki tujuan yang berbeda.
Pengkajian skrining adalah langkah
pertama dalam pengumpulan data
dan dapat diselesaikan dengan
mudah (Kemenkes,2018).
27. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Luka Bakar
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berupa uraian mengenai penyakit
yang diderita oleh pasien dari mulai timbulnya keluhan yang
dirasakan sampai pasien dibawa ke Rumah Sakit, dan apakah
pernah memeriksakan diri ketempat lain selain Rumah Sakit
umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya dari data yang didapatkan saat
pengkajian (Aspiani, 2014) sebagai berikut:
1)P (Provoking Incident) : Hal yang menjadi faktor
presipitasi nyeri adalah Uap Panas.
2) Q (Quality of Pain) : Nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien`bersifat panas
3) R (Region, Radiation, Relief) : panas dan nyeri terasa di
bagian muka, tangan kanan, dada, dan paha kiri
4) S (Saverity/Scal of Pain) : Nyeri yang dirasakan ada
diantaranya skala 5-6
5) T (Time) : Pasien mengatakan nyerinya akan terasa terus-
menerus
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama
dan terpenting dalam proses
keperawatan (Tarwotodan Wartonah,
2015). Terdapat dua jenis dalam
pengkajian yaitu pengkajian
skrining dan pengkajian mendalam
keduanya membutuhkan
pengumpulan data, dan keduanya
memiliki tujuan yang berbeda.
Pengkajian skrining adalah langkah
pertama dalam pengumpulan data
dan dapat diselesaikan dengan
mudah (Kemenkes,2018).
28. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Luka Bakar
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adalah penyakit yang pernah dialami pasien
sebelumnya dan berhubungan dengan
decompensasicordis (misal, kerusakan katub
jantung bawaan, hipertensi, diabetes mellitus).
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Seorang pasien yang memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit diabetes mellitus atau luka
bakar akan beresiko menderita penyakit yang
sama.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama
dan terpenting dalam proses
keperawatan (Tarwotodan
Wartonah, 2015). Terdapat dua
jenis dalam pengkajian yaitu
pengkajian skrining dan
pengkajian mendalam keduanya
membutuhkan pengumpulan
data, dan keduanya memiliki
tujuan yang berbeda. Pengkajian
skrining adalah langkah pertama
dalam pengumpulan data dan
dapat diselesaikan dengan mudah
(Kemenkes,2018).
29. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Luka Bakar
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaa fisik pada pasien luka bakar menurut suddart, 2017 sebagai berikut :
a. Kesadaran umum
Kesadaran biasanya pada luka bakar composmentis
b. Glasglow Coma Scale (GCS)
Adalah suatu tehnik pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk mengetahui berapa nilai
Eye, Verbal, dan Motorik. Pada luka bakar hasil GCS yaitu: 15 ( E : 4 M : 6 V : 5 )
c. Tanda – Tanda Vital (TTV)
Pada luka bakar biasanya hasil tanda tanda vital nya adalah TD: 90/60 mmHg, RR : 24
kali/menit, N : 100 x/menit , S : 36,5°C
tergantung keparahan dari luka
d. Review Of System (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Asukultasi)
Sistem integument
Inspeksi : terdapat luka bakar pada pada muka, tangan kanan, dada, dan paha kiri,
terdapat bullae dan kemerahan di tangan dan sekitar paha.
Palpasi : biasanya turgor, tekstur (penebalan pada kulit).
Perkusi : -
Auskultasi: -
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama
dan terpenting dalam proses
keperawatan (Tarwotodan Wartonah,
2015). Terdapat dua jenis dalam
pengkajian yaitu pengkajian
skrining dan pengkajian mendalam
keduanya membutuhkan
pengumpulan data, dan keduanya
memiliki tujuan yang berbeda.
Pengkajian skrining adalah langkah
pertama dalam pengumpulan data
dan dapat diselesaikan dengan
mudah (Kemenkes,2018).