Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan esofagus. Terdapat penjelasan mengenai anatomi, fisiologi, dan gangguan umum pada esofagus seperti disfagia dan akalasia. Dokumen ini juga menyoroti pengkajian dan diagnosis keperawatan yang perlu dilakukan untuk merencanakan tindakan keperawatan yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Hernia inguinalis terjadi karena kegagalan penutupan prosesus vaginalis saat janin berkembang. Hernia lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dan diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik. Tindakan operasi diperlukan untuk menutup prosesus vaginalis dan mencegah komplikasi seperti inkarserasi usus.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit hernia pada umumnya, gejalanya, penyebabnya, cara mendeteksi dan penanganannya. Hernia dapat terjadi pada semua umur akibat kelemahan otot perut atau tekanan yang tinggi di dalam perut, dan dapat berbahaya jika isinya terjepit atau terinfeksi. Operasi merupakan penanganan utama untuk hernia yang sudah parah.
1) Ileus obstruktif adalah gangguan aliran usus akibat sumbatan parsial atau total pada usus. 2) Penyebab obstruksi usus antara lain adhesi, hernia, dan invaginasi yang menekan atau menghambat aliran usus. 3) Gejala obstruksi usus meliputi nyeri perut, muntah, dan sembelit.
Ileus obstruktif adalah gangguan aliran isi usus akibat sumbatan sebagian atau seluruh usus. Dokumen menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan, termasuk etiologi ileus obstruktif yang disebabkan oleh adanya obstruksi mekanik akibat gangguan pada dinding usus.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Hernia inguinalis terjadi karena kegagalan penutupan prosesus vaginalis saat janin berkembang. Hernia lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dan diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik. Tindakan operasi diperlukan untuk menutup prosesus vaginalis dan mencegah komplikasi seperti inkarserasi usus.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit hernia pada umumnya, gejalanya, penyebabnya, cara mendeteksi dan penanganannya. Hernia dapat terjadi pada semua umur akibat kelemahan otot perut atau tekanan yang tinggi di dalam perut, dan dapat berbahaya jika isinya terjepit atau terinfeksi. Operasi merupakan penanganan utama untuk hernia yang sudah parah.
1) Ileus obstruktif adalah gangguan aliran usus akibat sumbatan parsial atau total pada usus. 2) Penyebab obstruksi usus antara lain adhesi, hernia, dan invaginasi yang menekan atau menghambat aliran usus. 3) Gejala obstruksi usus meliputi nyeri perut, muntah, dan sembelit.
Ileus obstruktif adalah gangguan aliran isi usus akibat sumbatan sebagian atau seluruh usus. Dokumen menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan, termasuk etiologi ileus obstruktif yang disebabkan oleh adanya obstruksi mekanik akibat gangguan pada dinding usus.
Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh ketidakadaan sel ganglion pada sebagian usus besar, menyebabkan gangguan peristaltik dan obstruksi usus. Gejalanya antara lain gagal mengeluarkan mekonium, distensi abdomen, dan konstipasi. Diagnosa didasarkan pada hasil biopsi, sedangkan penatalaksanaannya melalui operasi reseksi segmen usus yang terkena dan anastomosis.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Hirschsprung atau Mega Colon yang disebabkan oleh ketidakadaan sel-sel ganglion pada rektum dan sebagian usus besar, menyebabkan gangguan peristaltik dan evakuasi usus. Dokumen ini juga menjelaskan etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung atau Mega Colon."
Dokumen tersebut membahas tentang farinks yang merupakan tempat persilangan antara saluran pencernaan dan pernapasan. Terdiri atas tiga bagian yaitu nasofarinks, orofarinks, dan larinxfarinks. Menguraikan struktur dan fungsi masing-masing bagian serta otot-otot dan mekanisme penelanan. Juga menjelaskan tentang struktur kartilago dan otot-otot larinks beserta fungsinya.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Hirschsprung, yaitu kelainan pada sistem saraf usus besar yang menyebabkan gangguan pergerakan usus. Dokumen menjelaskan gejala, klasifikasi, faktor risiko, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung pada bayi dan anak, termasuk prosedur bedah untuk menangani kelainannya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Radiografi dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengklasifikasi atresia ani dengan melakukan proyeksi Wangesteen Rice dan lateral prone cross table. Proyeksi tersebut dapat menunjukkan ketiadaan lubang anus dan tingkat sampai mana rektum distal terisi udara. Posisi prone cross table lateral memberikan gambaran udara pada rektum yang lebih jelas.
Dokumen tersebut membahas berbagai posisi pasien yang umum digunakan dalam perawatan, termasuk tujuan, alat bantu, dan masalah yang mungkin timbul dari masing-masing posisi seperti Sims, Fowler, dan posisi miring.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan untuk penyakit Hirschsprung. Penyakit ini disebabkan oleh ketidaknormalan saraf pada usus besar yang menyebabkan konstipasi. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan pendukung. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan, konservatif, atau tindakan sementara. Asuhan keperawatan berfokus pada mencegah komplikasi seperti konstip
Tindakan bedah untuk membentuk anus pada pasien malformasi anorektal meliputi berbagai pendekatan seperti abdominoperineal pullthrough, posteriorsagital anorectoplasty (PSARP), limited PSARP, anoplasti perineal, dan anoplasti laparoskopik. Tatalaksana pasca operasi meliputi pemberian antibiotik, dilatasi anus secara bertahap, serta penurunan frekuensi dilatasi secara bertahap pula untuk mencegah terjadinya komplikasi sepert
Dokumen ini membahas tentang sistem pencernaan manusia, mulai dari anatomi dan fungsi bagian-bagian saluran pencernaan seperti mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, hingga proses pencernaan yang terjadi di setiap bagian. Sistem pencernaan berperan penting dalam mencerna makanan, menyerap nutrisi, dan membuang sisa makanan yang tidak terserap. Prosesnya meliputi ingesti, digesti, absorpsi, dan
Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh ketidakadaan sel ganglion pada sebagian usus besar, menyebabkan gangguan peristaltik dan obstruksi usus. Gejalanya antara lain gagal mengeluarkan mekonium, distensi abdomen, dan konstipasi. Diagnosa didasarkan pada hasil biopsi, sedangkan penatalaksanaannya melalui operasi reseksi segmen usus yang terkena dan anastomosis.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Hirschsprung atau Mega Colon yang disebabkan oleh ketidakadaan sel-sel ganglion pada rektum dan sebagian usus besar, menyebabkan gangguan peristaltik dan evakuasi usus. Dokumen ini juga menjelaskan etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung atau Mega Colon."
Dokumen tersebut membahas tentang farinks yang merupakan tempat persilangan antara saluran pencernaan dan pernapasan. Terdiri atas tiga bagian yaitu nasofarinks, orofarinks, dan larinxfarinks. Menguraikan struktur dan fungsi masing-masing bagian serta otot-otot dan mekanisme penelanan. Juga menjelaskan tentang struktur kartilago dan otot-otot larinks beserta fungsinya.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Hirschsprung, yaitu kelainan pada sistem saraf usus besar yang menyebabkan gangguan pergerakan usus. Dokumen menjelaskan gejala, klasifikasi, faktor risiko, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung pada bayi dan anak, termasuk prosedur bedah untuk menangani kelainannya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Radiografi dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengklasifikasi atresia ani dengan melakukan proyeksi Wangesteen Rice dan lateral prone cross table. Proyeksi tersebut dapat menunjukkan ketiadaan lubang anus dan tingkat sampai mana rektum distal terisi udara. Posisi prone cross table lateral memberikan gambaran udara pada rektum yang lebih jelas.
Dokumen tersebut membahas berbagai posisi pasien yang umum digunakan dalam perawatan, termasuk tujuan, alat bantu, dan masalah yang mungkin timbul dari masing-masing posisi seperti Sims, Fowler, dan posisi miring.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan untuk penyakit Hirschsprung. Penyakit ini disebabkan oleh ketidaknormalan saraf pada usus besar yang menyebabkan konstipasi. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan pendukung. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan, konservatif, atau tindakan sementara. Asuhan keperawatan berfokus pada mencegah komplikasi seperti konstip
Tindakan bedah untuk membentuk anus pada pasien malformasi anorektal meliputi berbagai pendekatan seperti abdominoperineal pullthrough, posteriorsagital anorectoplasty (PSARP), limited PSARP, anoplasti perineal, dan anoplasti laparoskopik. Tatalaksana pasca operasi meliputi pemberian antibiotik, dilatasi anus secara bertahap, serta penurunan frekuensi dilatasi secara bertahap pula untuk mencegah terjadinya komplikasi sepert
Dokumen ini membahas tentang sistem pencernaan manusia, mulai dari anatomi dan fungsi bagian-bagian saluran pencernaan seperti mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, hingga proses pencernaan yang terjadi di setiap bagian. Sistem pencernaan berperan penting dalam mencerna makanan, menyerap nutrisi, dan membuang sisa makanan yang tidak terserap. Prosesnya meliputi ingesti, digesti, absorpsi, dan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang embriologi saluran cerna dimulai dari perkembangan awal hingga diferensiasi organ-organ yang berasal dari lapisan endoderm dan mesoderm. Juga dibahas tentang rotasi dan perkembangan usus tengah serta halangan, serta kelainan-kelainan yang dapat terjadi.
Malformasi anorektal merupakan kelainan bawaan dimana terjadi kegagalan perkembangan anus atau rektum secara normal pada janin. Terjadi akibat kegagalan pertumbuhan septum urorektal sehingga kloaka tidak terbagi dengan sempurna menjadi sinus urogenital dan rektum. Penatalaksanaannya meliputi kolostomi sementara, dilatasi anus, dan operasi posterosagital anorectoplasty. Prognosis pasien cenderung baik dengan pendekatan
Gastritis dan esofagitis adalah kondisi inflamasi lapisan mukosa perut dan esofagus. Gastritis boleh akut atau kronik, disebabkan oleh alkohol, ubat-ubatan, jangkitan Helicobacter pylori, dan tekanan emosi. Gejala termasuk sakit perut, mual, dan anoreksia. Rawatannya termasuk mengelak punca, mengambil antasid, dan antibiotik untuk jangkitan. Esofagitis disebabkan oleh refluks asid per
Dokumen tersebut membahas tentang mekanisme pengunyahan, penelanan, dan fungsi kelenjar ludah. Mekanisme pengunyahan melibatkan kerja sama otot rahang dan gigi untuk mengunyah makanan, sedangkan penelanan melibatkan gerakan lidah, palatum, dan otot tenggorokan untuk memindahkan makanan ke esofagus. Kelenjar ludah terdiri atas kelenjar mayor dan minor yang berperan dalam pencernaan makanan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur pemeriksaan fisik abdomen, meliputi tujuan, teknik, dan langkah-langkah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan pemeriksaan khusus organ-organ dalam abdomen seperti hati, limpa, aorta, maupun pemeriksaan ascites.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. ReferensiReferensi
BlackBlack,, J.M. & Matassarin E, (1997).J.M. & Matassarin E, (1997). Medical Surgical Nursing:Medical Surgical Nursing:
Clinical Management for continuity of careClinical Management for continuity of care. J.B. Lippincott.co.. J.B. Lippincott.co.
Barbara C.L & Wilma J.P. (2006).Barbara C.L & Wilma J.P. (2006). Essentials of Medical SurgicalEssentials of Medical Surgical
NursingNursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Ignativicius & Bayne. (2001).Ignativicius & Bayne. (2001). Medical and Surgical Nursing.Medical and Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Doenges, M. E. 1999.Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan KeperawatanRencana Asuhan Keperawatan: pedoman: pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisiuntuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi
3. Jakarta: EGC.3. Jakarta: EGC.
Price, S. A., 2005.Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-prosesPatofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakitpenyakit, edisi 6. Jakarta: EGC., edisi 6. Jakarta: EGC.
R. SyamsuhidayatR. Syamsuhidayat Buku Ajar Ilmu BedahBuku Ajar Ilmu Bedah; EGC; Jakarta; 1997.; EGC; Jakarta; 1997.
Artikel & jurnal terkaitArtikel & jurnal terkait
3. Rivew EsofagusRivew Esofagus
Organ silinderis berongga dgn panjangOrgan silinderis berongga dgn panjang
25 cm dan diameter 2 cm.25 cm dan diameter 2 cm.
Letak :Letak :
Posterior jantung & trakeaPosterior jantung & trakea
Anterior vertebraAnterior vertebra
Terbentang dari hipofaring sampaiTerbentang dari hipofaring sampai
kardia lambungkardia lambung
Fungsi :Fungsi :
Menghantarkan bahan makanan dariMenghantarkan bahan makanan dari
faring ke lambungfaring ke lambung
4. Anatomi EsofagusAnatomi Esofagus
Pada kedua ujung esofagus terdapat spingterPada kedua ujung esofagus terdapat spingter
Krikofaringeus – sfingter esofagus bag. Atas,Krikofaringeus – sfingter esofagus bag. Atas,
terdiri dari serabut otot rangkaterdiri dari serabut otot rangka
Keadaan normal – kontraksi/ tonikKeadaan normal – kontraksi/ tonik
Sfingter esofagus bag. bawah, walaupunSfingter esofagus bag. bawah, walaupun
secara anatomis tidak nyata, berperan sbgsecara anatomis tidak nyata, berperan sbg
sawar thd refluks isi lambungsawar thd refluks isi lambung
Keadaan normal – tertutupKeadaan normal – tertutup
5. Lapisan EsofagusLapisan Esofagus
Terdiri 4 lapisan :Terdiri 4 lapisan :
Mukosa :Mukosa :
Epitel berlapis gepeng bertingkatEpitel berlapis gepeng bertingkat
Keadaan normal bersifat alkali, tidak tahan asamKeadaan normal bersifat alkali, tidak tahan asam
Sub MukosaSub Mukosa
Mengandung sel- sel sekretoris yg menghasilkan mukusMengandung sel- sel sekretoris yg menghasilkan mukus
MuskularisMuskularis
Otot luar longitudinal, lapisan dalam sirkulerOtot luar longitudinal, lapisan dalam sirkuler
5% bag atas – otot rangka, bag bawah otot rangka5% bag atas – otot rangka, bag bawah otot rangka
Lapisan luarLapisan luar
Jaringan ikat jarang – bukan serosa atau selaput peritoniumJaringan ikat jarang – bukan serosa atau selaput peritonium
6. Persarafan Esofagus
Dikoordinasi o sistem saraf otonom ; saraf simpatis &
parasimpatis
Serabut parasimpatis – nervus vagus ; saraf motorik
esofagus
Sirkulasi esofagus
Distribusi darah – pola segmental
Bag. Atas – a. tiroide inferior dan subsclavia
Bag tengah – cabang segmental aorta, a. brokhiales
Bag subdiafragmatika – a. gastrika sinistra & frenika inferior
7. Aliran Vena
Juga mengikuti pola segmental
Vena esofagus di daerah leher : v. azigos, hemiazigos
Di bawah diafragma : masuk ke vena gastrika sinistra
berhub vena porta dan vena sistemik
Aliran kolateral – varises esofagus ( komplikasi sirosis)
MENELANMENELAN
Aksi fisiologis- makananan/cairan bergerak dari mulut keAksi fisiologis- makananan/cairan bergerak dari mulut ke
lambunglambung
Gerakan otot yg sangat terkoordinasiGerakan otot yg sangat terkoordinasi
Gerak volunter lidahGerak volunter lidah
Refleks faring & esofagusRefleks faring & esofagus
Dikoordinasi serabut saraf V, IX, XDikoordinasi serabut saraf V, IX, X
Pusat menelan/deglutisi di Medula oblongataPusat menelan/deglutisi di Medula oblongata
9. Terdiri 3 FaseTerdiri 3 Fase
fase oral : (bolus) didorong ke belakang mengenaifase oral : (bolus) didorong ke belakang mengenai
dinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidahdinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidah
dan menyebabkan rangsangan gerakan refleksdan menyebabkan rangsangan gerakan refleks
menelan.menelan.
fase faringeal, palatum mole dan uvula bergerak secarafase faringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara
refleks menutup rongga hidung, laring terangkat danrefleks menutup rongga hidung, laring terangkat dan
menutup glotis mencegah makanan memasukimenutup glotis mencegah makanan memasuki
trakhea menghindari aspirasi (tersedak). Kontraksitrakhea menghindari aspirasi (tersedak). Kontraksi
otot konstriktor faringeus mendorong bolus melewatiotot konstriktor faringeus mendorong bolus melewati
epiglotis menuju faring bagian bawah dan memasukiepiglotis menuju faring bagian bawah dan memasuki
esofagus.esofagus.
Fase esofageal, otot-otot krikofaringeus relaksasi -bolusFase esofageal, otot-otot krikofaringeus relaksasi -bolus
masuk ke esofagus- gelombang relaksasi primermasuk ke esofagus- gelombang relaksasi primer
dihantarkan ke otot krikofaringeus menyebabkan ototdihantarkan ke otot krikofaringeus menyebabkan otot
ini berkontraksi dan mendorong bolus menuju sfingterini berkontraksi dan mendorong bolus menuju sfingter
esofagus bagian distal.esofagus bagian distal.
MENELANMENELAN
10. Gangguan Pada Esofagus
DISFAGIA
Kesadaran subyektif adanya ggn transport aktif zat yg
dimakan/ diminum
Disfagia non esofagus – ggn neurologis
Disfagia esofageal ( obstruktif / motorik)
- Strikture esofagus
- Tumor intrinsik/ekstrinsik esofagus
- Ggn sfingter esofagus
12. Gangguan Pada Esofagus
HIATAL HERNIA
Herniasi bag lambung ke dalam
dada melalui hiatus esofagus
diafragma
2 Macam
Hernia hiatus sliding
Hernia hiatus roling
14. B1; sesak, tidak nyaman saat bernafas
B2 : Pusing, anemia
B3 : Nyeri telan, ggn yg berhub dgn neurologis
B4: TAK
B5 : Mual, muntah, tidak bs menelan makanan,
panas, terbakar di epigastrium
B6 : Lemah
Psikososial :
Cemas
Koping tidak efektif
Program penatalaksanaan tidak adekuat
15. Ggn rasa nyaman nyeri b/d proses
penyakit
Risiko ggn nutrisi ( kurang dr kebutuhan)
b/d intake tidak adekuat
Risiko cedera/ aspirasi b/d menurunnya
fungsi menelan
Cemas b/d koping yg tidak adaptif
Penatalaksanaan terapi tidak adekuat
b/d keterbatasan support