PENGERTIAN
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005)
ETIOLOGI
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :
Batu empedu
Karsinoma duktus biliaris
Karsinoma kaput pankreas
Radang duktus biliaris komunis
Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
Kista dari saluran empedu
Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009
PATOFISIOLOGI
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding empedu misalnya ada tomor atau penyempitan karena trauma. Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreasitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obtruksi empedu yang tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Selain itu, mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen. (Judarwanto,2009)
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam feses. (Ngastiyah,2005)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan bilirubin)
2.Rontgen perut (tampak hati membesar)
3.Breath test
4.USG
5.Skrening hati
6.CT Scan
Penyakit duktus biliaris intrahepatik :
Atresia biliaris
Sirosis biliaris primer
Kolangitis sklerosing
PENATALAKSAAN
1.Medis
Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi. (Ngastiyah,2005)
2.Asuhan kebidanan
a.Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
b.Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayi berbeda dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang hanya dapat dengan terapi sinar atau terapi lain. (Ngastiyah,2005)
Penyakit Hirschprung ditandai dengan penyumbatan pada usus besar akibat ketidakmampuan otot usus untuk berkontraksi karena ketiadaan sel saraf ganglion. Gejala awalnya adalah bayi baru lahir tidak buang air besar selama 24-48 jam. Diagnosa didukung dengan hasil biopsi rektum dan uji colok dubur. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan untuk memotong bagian usus tanpa sel saraf dan menyambungkannya ke re
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai posisi yang dapat digunakan saat melahirkan beserta keuntungan dan kekurangannya.
2. Ada beberapa posisi yang dibahas yaitu posisi miring, setengah duduk, berbaring, jongkok, duduk, berlutut, merangkak dan berdiri tegak.
3. Setiap posisi memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri tergantung kondis
Pengertian Meningokel
merupakan benjolan berbentuk kista di garis tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral. Lapisan meningel berupa durameter dan arachnoid ke luar kanalis vertebralis, sedangkan medulla spinalis masih di tempat yang normal.
Meningokel
adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit. Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh
Etiologi
Penyebab terjadinya meningokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah. Risiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar sarf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar sarf yang terkena.
Terdapat tiga jenis spina bifida
Ensephalokel
Ensephalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak serta ditutupi kulit. Terbanyak di daerah oksipital.
Etiologi
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia ibu yang tertalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folatdalam jumlah cukup.
Gejala
Gejala dari ensefalokel, antara lain berupa hidrosefalus, kelumpuahn keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik), gangguan perkembangan, mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental dan pertumbuhan, ataksia, serta kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal.
Pencegahan
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh hari. Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang mengandung asam folat.
Penatalaksanaan
Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan ke dalam inkubator dengan kondisi tanpa baju
Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah Infeksi.
Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah, ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent dan informed choice pada keluarga.
Gangguan ringan yang umum terjadi pada trimester pertama kehamilan meliputi mual dan muntah, pusing, sering buang air kecil, nyeri perut bagian bawah, dan nyeri punggung. Penyebabnya antara lain karena kenaikan hormon hCG, perubahan metabolik hati, dan faktor psikologis. Penatalaksanaannya meliputi mengatur pola makan, istirahat, minum air jahe, dan vitamin B6.
PENGERTIAN
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005)
ETIOLOGI
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :
Batu empedu
Karsinoma duktus biliaris
Karsinoma kaput pankreas
Radang duktus biliaris komunis
Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
Kista dari saluran empedu
Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009
PATOFISIOLOGI
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding empedu misalnya ada tomor atau penyempitan karena trauma. Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreasitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obtruksi empedu yang tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Selain itu, mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen. (Judarwanto,2009)
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam feses. (Ngastiyah,2005)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan bilirubin)
2.Rontgen perut (tampak hati membesar)
3.Breath test
4.USG
5.Skrening hati
6.CT Scan
Penyakit duktus biliaris intrahepatik :
Atresia biliaris
Sirosis biliaris primer
Kolangitis sklerosing
PENATALAKSAAN
1.Medis
Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi. (Ngastiyah,2005)
2.Asuhan kebidanan
a.Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
b.Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayi berbeda dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang hanya dapat dengan terapi sinar atau terapi lain. (Ngastiyah,2005)
Penyakit Hirschprung ditandai dengan penyumbatan pada usus besar akibat ketidakmampuan otot usus untuk berkontraksi karena ketiadaan sel saraf ganglion. Gejala awalnya adalah bayi baru lahir tidak buang air besar selama 24-48 jam. Diagnosa didukung dengan hasil biopsi rektum dan uji colok dubur. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan untuk memotong bagian usus tanpa sel saraf dan menyambungkannya ke re
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai posisi yang dapat digunakan saat melahirkan beserta keuntungan dan kekurangannya.
2. Ada beberapa posisi yang dibahas yaitu posisi miring, setengah duduk, berbaring, jongkok, duduk, berlutut, merangkak dan berdiri tegak.
3. Setiap posisi memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri tergantung kondis
Pengertian Meningokel
merupakan benjolan berbentuk kista di garis tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral. Lapisan meningel berupa durameter dan arachnoid ke luar kanalis vertebralis, sedangkan medulla spinalis masih di tempat yang normal.
Meningokel
adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit. Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh
Etiologi
Penyebab terjadinya meningokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah. Risiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar sarf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar sarf yang terkena.
Terdapat tiga jenis spina bifida
Ensephalokel
Ensephalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak serta ditutupi kulit. Terbanyak di daerah oksipital.
Etiologi
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia ibu yang tertalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folatdalam jumlah cukup.
Gejala
Gejala dari ensefalokel, antara lain berupa hidrosefalus, kelumpuahn keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik), gangguan perkembangan, mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental dan pertumbuhan, ataksia, serta kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal.
Pencegahan
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh hari. Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang mengandung asam folat.
Penatalaksanaan
Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan ke dalam inkubator dengan kondisi tanpa baju
Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah Infeksi.
Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah, ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent dan informed choice pada keluarga.
Gangguan ringan yang umum terjadi pada trimester pertama kehamilan meliputi mual dan muntah, pusing, sering buang air kecil, nyeri perut bagian bawah, dan nyeri punggung. Penyebabnya antara lain karena kenaikan hormon hCG, perubahan metabolik hati, dan faktor psikologis. Penatalaksanaannya meliputi mengatur pola makan, istirahat, minum air jahe, dan vitamin B6.
Dokumen tersebut merangkum proses konsultasi antara seorang bidan dengan seorang ibu hamil trimester ketiga dan suaminya. Bidan melakukan pemeriksaan fisik dan medis terhadap ibu hamil, dan menjelaskan kondisi yang dialami ibu seperti sakit pinggang dan susah bernafas sebagai hal yang normal pada kehamilan akhir. Bidan juga memberikan saran gizi dan istirahat yang tepat untuk ibu. Ibu dan suami tampak pu
Dokumen tersebut membahas tentang fimosis pada bayi dan balita. Fimosis adalah kondisi dimana kulit penis melekat pada kepala penis sehingga menyebabkan kesulitan dan kesakitan saat buang air kecil. Terdapat beberapa jenis fimosis seperti fimosis kongenital dan fimosis yang didapat. Gejala fimosis antara lain penis membengkak, iritasi, dan kesulitan buang air kecil. Penanganannya meliputi sunat, obat peregangan kul
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras yang dapat terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah akibat berbagai penyebab seperti kebiasaan makan, gangguan tiroid, dan kelainan organ internal atau konjenital. Gejala obstipasi meliputi tidak keluarnya tinja selama tiga hari atau lebih, sakit perut, dan feses yang keras di rectum. Penanganannya meliputi diet yang tepat, laksatif, dan prosedur medis unt
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap ibu bernama Ny. D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi pada tahun 2016. Dokumen ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, tinjauan teori tentang bayi baru lahir, dan adaptasi fisiologis bayi setelah kelahiran.
Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
Persalinan normal Ny. I berjalan lancar. Ia mengalami kontraksi dan pelepasan lendir sejak malam sebelumnya. Pemeriksaan menunjukkan persalinan Kala I fase laten dengan pembukaan 2 cm. Selama proses, kondisi ibu dan janin baik. Pembukaan terus bertambah hingga mencapai 10 cm malam harinya, menandakan persalinan akan segera selesai.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan untuk bayi prematur, yang didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan atau dengan berat kurang dari 2,5 kg. Dokumen tersebut menjelaskan konsep medik, etiologi, manifestasi klinis, dan intervensi keperawatan untuk merawat bayi prematur seperti tirah baring, pemberian obat tokolitik, dan terapi penunda persalinan untuk mencegah
Tali pusat janin dapat menumbung di samping atau di bawah bagian terendahnya. Kondisi ini dapat terjadi karena ketidakcocokan ukuran kepala janin dan pelvis ibu, atau karena presentasi janin yang abnormal seperti letak lintang atau presentasi bokong. Upaya yang dapat dilakukan antara lain mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki posisi janin, serta melakukan ekstraksi secepat mungkin jika pembu
Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, yang merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Diare dapat menyebabkan kematian akibat dehidrasi, terutama pada bayi dan balita. Dokumen ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, dan pencegahan diare.
1. Asfiksia adalah kondisi dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah saat dan sesudah persalinan.
2. Simpul tali pusat dapat menyebabkan asfiksia jika terlalu kencang yang mengakibatkan hipoksia janin.
3. Penanganan asfiksia
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan diare. Secara ringkas, diare adalah kondisi buang air besar yang tidak normal lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer yang disebabkan oleh inflamasi usus dan gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Gejala klinis diare antara lain buang air besar encer, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa. Penanganannya meliputi pemberian cair
Dokumen tersebut membahas tentang eliminasi fekal dan sistem pencernaan manusia. Ia menjelaskan proses pencernaan makanan, penyerapan nutrisi, dan pembuangan sisa melalui usus besar dan anus. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal seperti diet, aktivitas, dan psikologi serta kondisi-kondisi gangguan eliminasi seperti konstipasi dan diare.
Dokumen tersebut merangkum proses konsultasi antara seorang bidan dengan seorang ibu hamil trimester ketiga dan suaminya. Bidan melakukan pemeriksaan fisik dan medis terhadap ibu hamil, dan menjelaskan kondisi yang dialami ibu seperti sakit pinggang dan susah bernafas sebagai hal yang normal pada kehamilan akhir. Bidan juga memberikan saran gizi dan istirahat yang tepat untuk ibu. Ibu dan suami tampak pu
Dokumen tersebut membahas tentang fimosis pada bayi dan balita. Fimosis adalah kondisi dimana kulit penis melekat pada kepala penis sehingga menyebabkan kesulitan dan kesakitan saat buang air kecil. Terdapat beberapa jenis fimosis seperti fimosis kongenital dan fimosis yang didapat. Gejala fimosis antara lain penis membengkak, iritasi, dan kesulitan buang air kecil. Penanganannya meliputi sunat, obat peregangan kul
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras yang dapat terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah akibat berbagai penyebab seperti kebiasaan makan, gangguan tiroid, dan kelainan organ internal atau konjenital. Gejala obstipasi meliputi tidak keluarnya tinja selama tiga hari atau lebih, sakit perut, dan feses yang keras di rectum. Penanganannya meliputi diet yang tepat, laksatif, dan prosedur medis unt
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap ibu bernama Ny. D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi pada tahun 2016. Dokumen ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, tinjauan teori tentang bayi baru lahir, dan adaptasi fisiologis bayi setelah kelahiran.
Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
Persalinan normal Ny. I berjalan lancar. Ia mengalami kontraksi dan pelepasan lendir sejak malam sebelumnya. Pemeriksaan menunjukkan persalinan Kala I fase laten dengan pembukaan 2 cm. Selama proses, kondisi ibu dan janin baik. Pembukaan terus bertambah hingga mencapai 10 cm malam harinya, menandakan persalinan akan segera selesai.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan untuk bayi prematur, yang didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan atau dengan berat kurang dari 2,5 kg. Dokumen tersebut menjelaskan konsep medik, etiologi, manifestasi klinis, dan intervensi keperawatan untuk merawat bayi prematur seperti tirah baring, pemberian obat tokolitik, dan terapi penunda persalinan untuk mencegah
Tali pusat janin dapat menumbung di samping atau di bawah bagian terendahnya. Kondisi ini dapat terjadi karena ketidakcocokan ukuran kepala janin dan pelvis ibu, atau karena presentasi janin yang abnormal seperti letak lintang atau presentasi bokong. Upaya yang dapat dilakukan antara lain mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki posisi janin, serta melakukan ekstraksi secepat mungkin jika pembu
Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, yang merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Diare dapat menyebabkan kematian akibat dehidrasi, terutama pada bayi dan balita. Dokumen ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, dan pencegahan diare.
1. Asfiksia adalah kondisi dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah saat dan sesudah persalinan.
2. Simpul tali pusat dapat menyebabkan asfiksia jika terlalu kencang yang mengakibatkan hipoksia janin.
3. Penanganan asfiksia
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan diare. Secara ringkas, diare adalah kondisi buang air besar yang tidak normal lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer yang disebabkan oleh inflamasi usus dan gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Gejala klinis diare antara lain buang air besar encer, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa. Penanganannya meliputi pemberian cair
Dokumen tersebut membahas tentang eliminasi fekal dan sistem pencernaan manusia. Ia menjelaskan proses pencernaan makanan, penyerapan nutrisi, dan pembuangan sisa melalui usus besar dan anus. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal seperti diet, aktivitas, dan psikologi serta kondisi-kondisi gangguan eliminasi seperti konstipasi dan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang eliminasi yang terdiri dari defekasi (buang air besar) dan miksi (buang air kecil). Terdapat penjelasan mengenai pengertian, fisiologi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan asuhan keperawatan untuk mendukung proses eliminasi.
Dokumen tersebut membahas tentang eliminasi yang terdiri dari defekasi (buang air besar) dan miksi (buang air kecil). Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh melalui usus besar dan ginjal. Dibahas pula fisiologi, faktor yang mempengaruhi, dan asuhan keperawatan untuk mendukung proses eliminasi.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem eliminasi alvi, proses defekasi, faktor yang mempengaruhinya, masalah-masalah eliminasi alvi seperti konstipasi, diare, inkontinensia alvi, dan tindakan keperawatan untuk masing-masing masalah tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Hirschsprung atau Mega Colon yang disebabkan oleh ketidakadaan sel-sel ganglion pada rektum dan sebagian usus besar, menyebabkan gangguan peristaltik dan evakuasi usus. Dokumen ini juga menjelaskan etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung atau Mega Colon."
Tinjauan teoritis membahas anatomi dan fisiologi sistem pencernaan, termasuk organ-organ seperti mulut, lidah, gigi, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, serta fungsi motorik dan sekresi lambung dalam mencampur dan mengosongkan makanan. Fase sefalik, gastrik dan intestinal mengatur sekresi lambung sebelum, selama dan sesudah makan.
1. Hirschsprung merupakan kelainan bawaan pada sistem pencernaan dimana terjadi gangguan pergerakan usus akibat tidak adanya sel saraf di dinding usus tertentu.
2. Penyakit ini disebabkan oleh ketidakhadiran sel saraf ganglion pada pleksus saraf usus, menyebabkan gangguan motilitas usus.
3. Gejala utama penyakit Hirschsprung adalah konstipasi, pembesaran perut, dan keluarnya fe
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)Muhammad Munandar
Sistem pencernaan terdiri dari saluran yang mengangkut makanan dari mulut hingga anus. Saluran ini meliputi mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Pergerakan otot memanjang dan melingkar pada dinding saluran mendorong makanan melalui proses peristaltik. Selama proses pencernaan, zat sekret seperti enzim dan mukus diproduksi untuk mencerna dan menyerap nutrisi dari makanan
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...suyono_alexa
Dokumen tersebut membahas konsep gastritis, termasuk definisi, anatomi, fisiologi, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis gastritis. Secara ringkas, gastritis adalah peradangan pada lambung yang dapat disebabkan oleh faktor makanan, obat-obatan, alkohol, dan bakteri Helicobacter pylori, yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut dan muntah.
Sistem pencernaan makanan manusia terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Setiap organ melakukan proses pencernaan secara mekanik dan kimiawi dengan bantuan enzim dan hormon.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem eliminasi fekal pada manusia, meliputi organ-organ saluran pencernaan, proses defekasi, dan kondisi yang dapat mengganggu proses eliminasi fekal seperti konstipasi, diare, serta tindakan ostomi.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Lp eleminasi
1. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB
A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel moverment frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensori dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi (Tarwoto, 2004).
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi
suatu signal yang menyebar melalui fleksus mentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan didalam rektum. Gelombang
ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus ,
sfingter anal interna tidak menutup dan bila spingter ekternal tenang maka feses
keluar (Tarwoto, 2004).
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi fisiologis saluran pencernaan bawah
Saluran pencernaan meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari
3 bagian ( duodenum, jejenum dan ileum), sedangkan usus besar terdiri atas
emapat bagian yaitu (sekum, kolon, apendiks dan rektum)
a. Usus halus
Panjang usus halus kira-kira 6 m, dengan diameter 2,5 cm. Usus
merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang letak
diantara lambung dan usus besar. Sebagian besar proses pencernaan dan
penyerapan makanan berlangsung disini terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Duodenum
2. Duodenum adalah saluran bebentuk c dengan panjang sekitar 25 cm
yang terletak dibagian belakang abdomen mengitari kaput pankreas.
2) Jejunum dan ileum
Setelah duodenum bagian usus halus berikutnya adalah jejunum yang
diikuti dengan ileum panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900
cm. tidak ada perbedaan yang jelas diantaranya. Jejenum berukuran
agak besar, memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa
yang lebih banyak, dan plak penyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan
ileum terletak didalam rongga peritonium, kecuali spanjang garis
perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri
mesentriko superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk
menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas,
mencerna makanan, mengabsorbsi air, garam dan mineral, serta
menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan
peristaltik rush (glombang peristaltik usus yang kuat) yang
menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).
b. Usus besar
Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari:
1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
3. Apendiks
4. Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sectum, maka
semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut
chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi
makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat
padat-lunak.
3. Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral
shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorpsi air, kedua kontarksi haustral yaitu gerakan untuk
mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan
peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:
1) Absorpsi air dan nutrisi
2) Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan
melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
3) Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
Gambar saluran cerna
2. Fisiologi defekasi
4. Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme
berupa feses dan flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam
proses defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu:
a. Refleksi defekasi instrinsik
Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi
distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus,
secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
Fisiologinya:
Feses masuk rectum
Distensi/ ketegangan rectum
Rangsangan plektus mesentrikus
Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum
Feses terdorong ke anus
Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasi
b. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang kemudian
diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke
kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intesitasnya
5. peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.
Fisiologisnya:
Feses masuk rektum
Rangsangan saraf rektum
Dibawa ke spinal cord
Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum
Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic
Rangsang defekasi/BAB
Kontraksi otot abdominal dan diafragma
Tekanan intra abdomen naik
Otot levantur anus kontraksi
Menggerakan feses untuk melalui konal anal
Defekasi
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi
otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses
pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
6. CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi
padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin
dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensi lembek namun berbentuk.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan
tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan
kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi
dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus spingter
eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat
menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses.
Susunan feses terdiri dari :
1) Bakteri yag umumnya sudah mati
2) Lepaskan epithelium dari usus
3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4) Garam terutama kalsium fosfat
5) Sedikit zat besi dari selulosa
6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
3. Faktor yang mempengaruhi defekasi
a. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula control defekasi menurun
b. Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi
feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga
mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake cairan
7. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih
keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktivas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laksatik
dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic. Tetapi
bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus
otot sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus insaktif.
Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: narkotik,
opiate, dan antikolinergik.
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar,
h. Prosedur diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat
struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan
lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakn ini dapat
mengganggu pola eliminasi sampe klien dapat makan dengan normal.
Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah
masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan
mengeras dan menyebabkan impaksi usus.
i. Penyakit
8. Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-48 jam
yang disebut dengan ileus paralitik.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur ospubis,
episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB.
l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
m. Posisi saat defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini
memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan
mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi.
C. Gangguan Pemenuhan kebutuhan dasar Eliminasi (BAB)
Masalah pada pola defekasi yaitu:
1. Konstipasi
gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang
aktivitas, usia.
2. Fecal imfaction
Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
9. konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
3. Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress
fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
4. Inkontinensia Usus
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah
anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord, tumor spinter anus eksterna.
5. Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan menyebabkan distensi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan
(barbiturate, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal),
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
6. Hemmoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan tekanan di daerah
tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas
10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi difokuskan pada riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diangnostik. Sebelumnya lakukan
pengkajian pada identitas pasien.
1. Identitas Pasien
• Nama
• Alamat
• Umur
• Agama
• Jenis kelamin
• Diagnose medis
• Tanggal masuk rumah sakit
2. Identitas Penanggung jawab
• Nama
• Alamat
11. • Umur
• Hubungan dengan pasien
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
6. Riwayat Penyakit Keluarga
B. Pengkajian fungsional
Pengkajian fungsional menurut Gordon:
1. Persepsi terhadap kesehatan
2. Pola aktivitas dan latihan
3. Pola istrahat dan tidur
4. Pola nutrisi dan metabolic
5. Pola elimnasi
6. Pola kognitif dan konsptual
7. Pola konsep diri
8. Pola koping
9. Pola seksual reproduksi
10. Pola peran berhubungan
11. Pola nilai kpercayaan
C. Riwayat keperawatan
Pada riwayat keperawatan hal-hal yang harus dikaji antara lain:
1. Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c. Apa penyebabnya
2. Perilaku defekasi
12. a. Apakah klien menggunakan laxatif?
b. Bagaimana cara klien memperhatikan pada defikasi?
3. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah,
cair), permukaan, atau bau feses anda saat ini
4. Factor- factor yang mempengaruhi eliminasi
a. Menggunakan alat bantu BAB
- Apa yang anda lakukan untuk memperhatikan kebiasaan BAB normal?
- Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan/minuman tertentu atau
obat-obatan
b. Diet
- Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB?
- Makanan apa yang biasa anda makan?
- Beberapa kali anda makan dalam sehari?
c. Cairan
- Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum /dalam sehari?
(misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)
- Aktivitas dan latihan
- Pola aktivitas/ latihan harian apa yang biasa dilakukan?
d. Medikasi
- Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi system pencernaan
(misalnya fe, antibiotic)
e. Stress
13. - Apakah anda merasakan stress, apakah dengan ini anda mengira
berpengaruh pada pola BAB (defekasi ) anda?
f. Ada ostomi dan penanganannya
- Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda?
- Jika ada masalah, apa yang anda lakukan?
- Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy
anda? Bagaimana caranya?
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Pemeriksaan fisik abdomen terkait
dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan
pada saluran intestinal, auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat
merubah peristaltic. Pemeriksaan rectum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.
• Liat keadaan umum pasien, tinggi badan, berat badan, ukur tanda-tanda vital
• Lakukan pemeriksaan :
Kulit dan kuku
Kepala dan rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Dada ( paru-paru, jantung, abdomen )
Genitalia
Ektremitas atas dan bawah
14. - Inspeksi feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah,
bau dan adanya unsure-unsur abdomen.
E. Pemeriksaaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung/ tidak
langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsure-unsur yang tidak normal
F. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan fungsi : kelemahan otot abdominal, aktivitas fisik
tidak mencukupi
16. 1 Konstipasi berhubungan
dengan
• Fungsi:kelemahan
otot abdominal,
Aktivitas fisik tidak
mencukupi
• Perilaku defekasi
tidak teratur
• Perubahan
lingkungan
• Toileting tidak
adekuat: posisi
defekasi, privasi
• Psikologis: depresi,
stress emosi,
gangguan mental
• Farmakologi:
antasid,
antikolinergis,
antikonvulsan,
antidepresan,
kalsium
karbonat,diuretik,
besi, overdosis
laksatif, NSAID,
opiat, sedatif.
• Mekanis:
ketidakseimbangan
elektrolit,
hemoroid,
gangguan
neurologis,
obesitas, obstruksi
pasca bedah, abses
rektum, tumor
• Fisiologis:
perubahan pola
makan dan jenis
makanan,
penurunan
motilitas
gastrointestnal,
dehidrasi, intake
serat dan cairan
kurang, perilaku
makan yang buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan
pada
- Rectum
- Nyeri kepala
- Peningkatan
tekanan
- Abdominal
- Mual
- Defekasi dengan
nyeri
NOC:
• Bowl Elimination
• Hidration
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. konstipasi
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
- Pola BAB dalam
- batas normal
- Feses lunak
- Cairan dan serat
- Adekuat
- Aktivitas adekuat
- Hidrasi adekuat
NIC :
Manajemen konstipasi :
- Identifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan konstipasi
- Monitor tanda-tanda rupture
bowel/peritonitis
- Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
tindakan pada pasien
- Konsultasikan dengan dokter tentang
peningkatan dan penurunan bising
usus
- Kolaburasi jika ada tanda dan gejala
konstipasi yang menetap
- Jelaskan pada pasien manfaat diet
(cairan dan serat) terhadap eliminasi
- Jelaskan pada klien konsekuensi
menggunakan laxative dalam waktu
yang lama
- Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi
serat dan cairan
- Dorong peningkatan aktivitas yang
optimal
- Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
17. DO:
- Feses dengan
darah segar
- Perubahan pola
BAB
- Feses berwarna
gelap
- Penurunan
frekuensi BAB
- Penurunan volume
feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus
hipo/hiperaktif
- Teraba massa
abdomen atau
- Rectal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
18. 3. Evaluasi
Hasil yang diinginkan :
1. Membuat pola reguler untuk defekasi
a. Mencakup waktu untuk defekasi sebagai bagian dari rutinitas harian
b. Berpartisipasi dalam program latihan reguler
c. Menghindari penyalahgunaan laktasi
d. Minum 8 sampai 2 liter setiap hari
e. Memasukkan makanan tingggi serat dalam diet seperti buah segar dan sayuran
f. Melaporkan feses yang berbentuk dan lunak setiap hari atau setiap 2 samapi 3
hari
2. Mendemonstrasikan pemahaman tentang tindakan yang tepat untuk mencegah
konstipasi.
a. Mengidentifikasi tindakan yang meningkatkan defekasi
b. Menjjelaskan pentingnya makan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup
c. Menyatakan kebutuhan untuk memperhaikan dengan segera dorongn untuk
defekasi
d. Melakukan latihan pengerutan otot abdomen
3. Mengalami berkurangnya ansietas tentang fungsi usus
a. Mengidentifikasi tindakan yang tepat digunakan untuk mencegah atau
menghilangkan konstipasi
b. Menggali masalah dan pertanyaan tentang eliminasi usus normal
c. Mengubah gaya hidup untuk meningkatkan fungsi usus normal
d. Menghindari penggunaan laksatif kecuali diresapkan
19. 4. Tidak mengalami komplikasi
a. Tidak ada tanda da gejala kerusakan vaskuler dari hipertensi arterial yang
berhubungan dengan manuver valsalva
b. Tidak ada impaksi fekal
c. Tidak ada bukti fisura anal attau hemoroid
d. Tidak ada obstruksi usus yang berhubungan dengan megakolon
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGG
Potter Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta,
penerbit buku kedokteran : EGC
20. Smeltzer Suzana. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC
Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika