SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                                PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

         Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang medis yang

   mempunyai peranan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa suatu

   penyakit. Oleh karenanya, sumber daya manusia bagian radiologi khususnya

   radiografer harus mempunyai pengetahuan memadai dan kecermatan yang tinggi

   dalam melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dapat menghasilkan suatu

   radiografi yang mampu memberikan informasi secara akurat dan optimal tentang

   keadaan anatomis, fisiologis dan patologis dari organ yang di periksa.

          Pemeriksaan yang memerlukan kecermatan yang tinggi salah satu

   diantaranya adalah pemeriksaan abdomen akut . Akut abdomen merupakan suatu

   gangguan yang mendadak di dalam rongga abdomen yang memerlukan tindakan

   segera(cito), contoh kasus akut abdomen adalah gangguan pada usus (ileus) yang

   terdiri dari ileus obsruktuksi dan ileus paralitik. Pemeriksaan akut abdomen pada

   umumnya penderita tidak dapat di ajak kerja sama karena mengalami kesakitan

   yang cukup serius sehingga dalam melakukan tindakan dibutuhkan kecermatan

   yang tinggi.

          Pada pemeriksaan abdomen akut atau cito abdomen ada beberapa posisi

   yang digunakan yaitu posisi AP supine, AP tegak, dan LLD .Sebagaimana yang

   penulis amati, selama praktek di berbagai rumah sakit terutama di RS. Ibnu Sina



                                         1
“PROSEDUR PEMERIKSAAN BNO IVP DENGAN KLINIS ILEUS

   PARALITIK DI RADIOLOGI IRD RS. IBNU SINA MAKASSAR.”


B. Rumusan Masalah

          Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah untuk

   dibahas dalam karya tulis ini yaitu bagaimana prosedur pemeriksaan bno ivp

   dengan klinis ileus paralitik di Rumah Sakit Ibnu Sina ?


C. Tujuan Penelitian

          Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah untuk

   mengetahui prosedur pemeriksaan BNO IVP dengan klinis ileus paralitik di

   Rumah Sakit radiologi IBNU SINA.


D. Manfaat Penulisan

      Manfaat penulisan karya tulis ini adalah;

   1. Dapat mengetahui tatacara pelaksanaan BNO IVP dengan klinis ileus

      paralitik .

   2. Dapat dijadikan acuan untuk lanpor selanjutnya.




                                         2
E. Sistematika Penulisan

   BAB I     : PENDAHULUAN

              Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

              penulisan, dan sistematika penulisan.

   BAB II    : KAJIAN TEORITIS

              Bab ini merupakan kajian literatur(kepustakaan) yang menjadi acuan

              atau acuan dari isi tulisan.

   BAB III   : METODOLOGI PENELITIAN

              Bab ini berisi tentang metode penulisan yang di dalamnya

              menyangkut      jenis   penelitian(penulisan),   tempat,   dan   waktu

              penelitian serta teknik pemeriksaan.

   BABIV     : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

              Bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis, dan pembahasan.

   BABV      : PENUTUP

              Bab ini berisi tentang kesimpulan dari semua pelaksanaan

              pengamatan dan tentang saran-saran dari penulisan yang berkaitan

              dengan hasil pengamatan.




                                         3
BAB II

                                KAJIAN TEORITIS


  BNO IVP (blaas nier oversight) atau KUB (Kidney Ureter Bladder) IVU
                            (Intra Venous Urography)


Adalah suatu tindakan untuk memvisualisasikan anatomi, dan fungsi ginjal ureter

dan kandung kencing. Termasuk didalamnya fungsi pengisian dan pengosongan buli.

Pemeriksaan ini diindikasikan untuk:


1. Kecurigaan adanya batu disaluran kencing.

2. Kecurigaan tumor/keganasan traktus urinarius.

3. Gross hematuria.

4. Infeksi traktus urinarius yang berulang setelah terapi antibiotik yang adekuat.

5. Pasca trauma deselerasi dengan hematuria yang bermakna.

6. Trauma dengan jejas di flank dengan riwayat shock, dan shok telah stabil.

7. Menilai/evaluasi/follow up tindakan urologis sebelumnya.

Untuk trauma traktus urinarius gold standard adalah CT scan dengan kontras.

Dilakukan BNO-IVP jika tidak dapat dilaksanakan CT scan (biaya, tidak adanya

fasilitas). Untuk usia anak anak, jika terdapat hematuria berapapun (any degree of

hematuria) telah masuk indikasi BNO IVP, meskipun tidak terdapat riwayat shock.




                                          4
A. Anatomi

  Peritoneum

           Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar di dalam

  tubuh. Peritoneum terdiri dari dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal yang

  melapisi dinding rongga abdominal bagian luar dan peritoneum visceral yang

  menyelaputi seluruh rongga yang berada di dalam rongga itu.


           Ruang yang terdapat di antara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal,

  pada laki-laki berupa kantong tertutup sedangkan pada perempuan berupa

  kantong terbuka di tubafallopi.


           Fungsi peritoneum adalah menutup sebagian besar dari organ-organ

  abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ

  saling     bergeseran     tanpa   ada   gesekan.    (pearce     Evelyn     C.,1979).


                                                       Anatomi Rongga Abdomen

                                                  Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis

                                                                (Hal. 198)

                                              Keterangan

                                              1. Rongga peritoneum kecil

                                              2. Omentum minus

                                              3. Rongga peritoneum besar

                                              4. Lambung

              Gambar.2.1.                     5. Meso-kolon transversum


                                          5
6. Kolon transversum                           9. Usus halus

7. Omentum mayus

8. Mesenterium



        Abdomen merupakan rongga terbesar dalam tubuh, bentuknya lonjong dan

   meluas dari diafragma sampai pelvis bawah. Rongga abdomen dibagi menjadi

   dua bagian yaitu rongga sebelah atas ukurannya lebih besar dan rongga sebelah

   bawah ukurannya lebih kecil (pelvis).

        Batas-batas abdomen meliputi diafragma atas, di bagian bawah adalah pintu

   masuk panggul dari panggul besar di bagian depan dan di kedua sisi samping

   adalah otot-otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah

   dibelakang punggung dan otot psoas .(Pearce Evelyn C.,hlm 184).

   1. Isi abdomen

          Rongga abdomen berisi sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu

      lambung, usus halus dan usus besar, selain itu pada rongga abdomen berisi

      pula hati, pancreas, ginjal, beserta kelenjar suprarenal, aorta abdominalis,

      vena cava inferior, pembuluh limfa, dan kelenjar peritoneum dan lain-lain

      (pearc Evelyn C.,hlm 184).

      a. Hati




                                           6
Hati menempati bagian kanan atas, terletak di bawah diafragma dan

   menutupi lambung dan bagian pertama usus halus.kandung empedu

   terletak dibawah hati.

b. Pancreas

       Pancreas terletak dibelakang lambung, dan limfa terletak didekat

   ujung pancreas.

c. Ginjal dan kelenjar suprarenal

       Berada diatas dinding posterior abdomen. Uereter berjalan melalui

   abdomen dari ginjal.

d. Aorta abdominalis, vena cava inferior, dan sebagian dari saluran torasika

   terletak didalam abdomen

e. Lambung

         Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti

   kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum.

   Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara

   ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang

   melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu Lendir, asam klorida

   (HCl) dan Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

f. Usus halus (usus kecil)

          Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

   yang terletak di antara lambung dan usus besar.




                                    7
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

   (duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum).

   1. Usus dua belas jari (Duodenum)

   2. Usus Kosong (jejenum)

   3. Usus Penyerapan (illeum)




g. Usus Besar (Kolon)




                           Gambar 2.2
                        Usus Besar (Colon)
   Availabe at http: www.nucleusing.com/imagescooked/406w.jpg

          Colon merupakan kantong yang mengembang dan mempunyai

   umbai cacing (appendix vermifotmis) dan sekum yang terletak didaerah



                                 8
iliaca kana dan menempel pada otot iliopsoas. Fungsi colon adalah

   sebagai berikut:

   1. Absorbsi air garam dan glukosa

   2. Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam.

   3. Penyiapan selulosa berupa hidrat karbondidalam tumbuh-tumbuhan,

       buah-buahan, dan sayur hijau dan penyiapan sisa protein yang belum

       dicerna kelenjar bakteri.

Colon terdiri dari:

      a) Colon ascendens

                  Merupakan kelanjutan dari caekum kearah cranial, mulai

          dari fossa iliaca dextra berada disebelah ventral musculus quadrates

          lumborum di ventral polus inferior ren dexter membelok kekiri

          setinggi vertebra lumbalis II, membentuk fleksura coli dxtra,

          selanjutnya menjadi colon transverses. Colon ascendens ditutpi oleh

          peritoneum, disebut letak retroperitoneal.

      b) Colon transverses

                  Mulai dari fleksura coli dextra, berjalan melintang kekiri

          melewati linea mediana, agak miring ke cranial sampai ditepi kanan

          ren sinistra, disebelah caudal lien, lalu membelok kecaudal, belokan

          ini disebut fleksura coli sistra terletak setinggi vertebra lumbal I,

          disebelah cranial dari kanan ke kiri colon transverses berbatasan

          dengan hepar, vesica fallea, curvature mayor ventriculi, ekstremitas


                                   9
inferior lienalis. Disebelah caudal berbatasaan dengan jejunum.

        Disebelah dorsal dari kanan ke kiri berbatasan dengan pars

        descendens duodeni, caput pancreatic, ren sinister.

     c) Colon descendens

               Dimulai dari flexura coli sinistra, berjalan ke caudal, berada

        disebelah ventro-lateral polus inferior ren sisntra, disisi lateral

        musculus psoas mayor, disebelah ventral musculus quadrates

        lumborum sampai disebelah ventral crista iliaca dan tiba difossa

        iliaca sinstra kemudian membelok kekanan kearah ventro caudal

        menjadi colon sigmoideum berada disebelah ventral dari vasa iliaca

        eksterna. Colon descendens ditutupi oleh peritoneum parietal.

     d) Colon sigmoid

               Bangunan ini berbentuk huruf S dan terletak didalam cavum

        pelvicum membuat dua buah lekukan dan pada linea mediana

        menjadi rectum setinggi corpus vertebrae sacralis 3 yang dibungkus

        oleh peritoneu visceral dan membentuk mesocolon sigmoideum

        difiksasi pada dinding pelvis.

h. Rektum dan anus

         Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah

   sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon




                                10
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat

          penyimpanan sementara feses.




                          Gambar: 2.3 Anatomi abdomen
              ( Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.evelyn c.pearce.)


B. Patologi

        Hal-hal yang dapat menimbulkan abdomen akut (cyto abdomen) yang

   memerlukan radiografi yaitu:

   1. Keadaan di dalam abdomen sendiri, yaitu;

      a. Peradangan mendadak salah satu organ intra abdominal.

      b. Perforasi.

      c. Perdarahan intra abdominal.

      d. Ileus obstuktif atau paralitik




                                          11
2. Keadaan di luar abdomen. Misalnya kelainan di rongga thorax dapat

   menimbulkan ileus paralitik.

   Ileus

   Ileus merupakan gejala adanya gangguan sirkulasi isi usus. Ileus terdiri dari:

   a. Ileus obstuksi (terjadinya sumbatan pada usus )

            Ileus obstruksi terjadi bila sumbatan mencegah aliran normal dari isi

      usus. Sumbatan ini terjadi karena dua tipe proses: Tipe mekanis yaitu

      terjadi tekanan pada dinding usus, contoh tumor polipoid,hernia.Tipe

      fungsional yaitu muscular arus tidak mampu mendorong isi sepanjang

      usus disebabkan gangguan endokrin seperti diabetes militus,

   b. Ileus paralitik (terjadinya gangguan saraf yang mempengaruhi hilangnya

      aktivitas peristaltik pada usus).

            Ileus paralitik adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi

      normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti.

      Penyebab ileus paralitik;

     a. Iritasi peritorial                    e. Toksin typoid

     b. Ileus pasca bedah                     f. Metastase peritoneal yang dipus

     c. Setelah trauma abdomen                g. Obat-obatan.

     d. Gangguan elektrolit




                                      12
Ileus paralitik di tandai bila seluruh bagian usus dan gaster mengalami

       dilatasi(membesar). Gejala ileus adalah: kembung, muntah, sembelit yang

       berat, kram perut.

       Perforasi

       Perforasi yaitu kebocoran salah satu organ di dalam rongga abdomen.

              Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh

       zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya

       lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma

       dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah

       seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan

       waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut

       abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri

       dan hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami

       perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan

       pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini

       dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.




C. Teknik Radiografi

       Foto BNO-IVP meliputi foto BNO, 5, 15, 30 dan 45 menit (full blaas) pasca

penyuntikan kontras dan pengosongan buli. Dalam setyiap foto harus diperhatikan

identitas foto dan waktu pelaksanaan foto.


                                         13
Foto BNO

Foto BNO bukanlah foto polos abdomen. perbadaan mendasar antara foto BNO dan

foto polos abdomen antara lain:


   1. foto BNO diawali dengan persiapan (baca artikel sebelumnya mengenai

        persiapan BNO-IVP) sedangkan foto polos abdomen dapat dilakukan tanpa

        persiapan. Bahkan seringkali dilakukan tanpa persiapan, contohnya pada ileus

        obstruktif maka pasien difoto tanpa persiapan, bahkan sebelum dipasang

        NGT.


   2.   oleh karena foto BNO berusaha untuk menampilkan traktus urinarius dari

        ginjal hingga kandung kencing, maka luas eksposure harus mencakup itu

        semua. oleh Karena saluran kencing radiolusen dan tidak tampak dalam foto

        polos (setelah disuntikkan kontras akan tampak), maka digunakan tulang

        sebagai skeletopi ( penanda). Dalam foto BNO harus tampak/ dibatasi bidang:

        batas sisi atas adalah setinggi vertebra thorax X, batas sisi lateral adalah kedua

        alae ossis ilii harus tervisualisasi sempurna dan batas bawah adalah 2 cm

        dibawah simfisis pubis. Sedangkan foto polos abdomen tidak perlu seluas itu.


   3. sesuaikan kilovolt dan miliamper. Foto BNO sebaiknya dapat membedakan

        antara jaringan keras (tulang), jaringan lunak (otot dan kulit), serta udara.

        Ketiga hal tersebut harus dapat dibedakan.




                                           14
4. oleh karena foto rontgen adalah foto 2 dimensi maka pengetahuan anatomi

   haruslah baik. Jaringan sisi depan akan tumpang tindih dengan jaringan sisi

   belakang. Contohnya batu kandung empedu mungkin dikira sebagai batu

   ginjal, oleh karena jika dilihat dengan sinar AP (dari depan ke belakang) batu

   kandung empedu berada di proyeksi ginjal. Seandainya ditemukan hal

   tersebut, sebaiknya dilakukan foto oblik atau lateral sehingga akan jelas di

   anterior atau posterior.


Foto 5 menit

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menilai foto 5 menit antara lain:


1. apakah kontras telah mengisi kedua sistem pelvikokaliks? Normal kedua

   ginjal akan tampak dan sistem pelvikokaliks telah terisi kontras. Pada menit 1

   hingga 3 pasca penyuntikan kontras, kontras telah mengisi korteks ginjal,

   pada saat ini akan dapat dilihat kontur atau bayangan tepi ginjal. Coba

   perhatikan antara bayangan kontur ginjal pada BNO dibanding dengan 5

   menit, jika masih sama berarti kontras belum memasuki korteks, seandainya

   kontras telah berada di korteks maka bayangan ginjal akan lebih tampak jelas.

2. apakah bentuk kaliks ginjal normal atau terdistorsi? jika terdapat gambaran

   seperti “laba-laba memeluk telur” maka dicurigai terdapat kista ginjal.




                                     15
3. Seandainya pada BNO terdapat bayangan radioopak, pada foto inidapat

   disimpulkan letak batu tersebut, apakah di kaliks superior, medius ataupun

   kaliks inferior ataupun di pyelum.

4. Seandainya terdapat satu bagian atau polus yang tidak terisi kontras tetapi

   bagian lain terisi dengan baik, kita harus mencurigai adanya tumor ginjal.

5. ukurlah panjang dan lebar tiap leher kaliks.




Foto 15 menit

Pada foto 15 menit, sebelum melihat lebih jauh, perhatikan diatas allae ossis ilii.

Terdapat 2 aliran besar pada tehnik foto 15 menit. Aliran teori pertama adalah

melakukan pembendungan ureter yang dilakukan dengan menekankan 2 buah

separuh bola tenis di sekitar lumbal 5. Pada foto akan tampak sebagai 2 buah

bayangan radioopak. Tindakan ini dimaksudkan agar ureter dan sistema

pelvikokalis terisi kontras yang akan memudahkan identifikasi jika terdapat



                                        16
stenosis atau batu kecil. Tetapi pada tindakan ini sistem pelvikokalis akan tampak

   hidronefrosis, sehingga kesimpulan hidronefrosis tidak boleh diambil pada foto

   ini. Aliran kedua, adalah aliran yang tidak melakukan pembendungan ureter. Pada

   foto 15 menit kita akan menilai pasase ureter, bentuk ureter dan adanya stenosis

   serta batu di ureter. Jika pada BNO terdapat bayangan radioopak di sekitar

   proyeksi ureter maka pada foto ini carilah bayangan tadi. Apakah bayangan opak

   tadi di ureter taupun tidak.




Foto 30 menit

Pada foto ini perhatikanlah:


       1. apakah terdapat hidronefrosis pada kedua ginjal?


       2. pada ureter distal saat akan memasuki kandung kencing. Jika terdapat

           gambaran “Fish hook appearance” (seperti mata kail) maka hal ini sangat




                                        17
khas pada pembesaran prostat. JIka terdapat “Cobra Head appearance”

           kita akan mencurigai adanya divertikel ureter.




Foto 45/60 menit /full bladder/buli penuh

Pada foto ini:


   1. Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun

       filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat?


   2. gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.


   3. bentuk buli terkadang membantu penegakan diagnosis neurologis. gambaran

       buli yang bulat dan besar sangat mungkin menderita neurogenik bladder tipe



                                         18
flaksid. Gambaran buli yang kecil dengan divertikel yang banyak

   (divertikulosis) dengan bentuk “christmas tree appearance” patognomonik

   pada neurogenik bladder tipe spastik.




Foto Pengosongan Buli


Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal?

Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat

sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang lemah.


Setelah Membaca tiap tiap tahap BNO-IVP maka harus disimpulkan:


    bagaimanakah fungsi kedua ginjal?



                                     19
 bagaimanakah kondisi anatomik ginjal dan ureter, adakah hidronefrosis,

   kingkin ureter?


 bagaimanakah kondisi buli? adakah tumor buli?


 bagaimanakah fungsi pengosongan buli?


 adakah vesikoureteral refluks.




                                   20
Persiapan BNO IVP

Persiapan BNO-IVP yang baik akan menghasilkan foto BNO-IVP yang baik dan

dapat memberikan data yang akurat. Persiapan yang dilakukan minimal 1 hari

sebelum rÖntgen. Persiapan yang perlu dilakukan berupa puasa bicara, dan berhenti

merokok minimal 24 jam sebelum rÖntgen. Perlu diperhatikan pada penderita

diabetes mellitus yang mengkonsumsi metformin. Pada pasien yang mengkonsumsi

metformin harus dihentikan minimal 2×24 jam sebelum tindakan. Untuk sementara

waktu obat anti hiperglikemik digantikan dengan obat jenis yang lain. Pemberian

metformin bersama dengan kontras iodine (contohnya urografin, iopamiro) dapat

menyebabkan asidosis laktat.


Posisi pasien


   1. Antero posterior supine (AP)

       Tujuannya untuk melihat apakah ada gambaran distensi gas pada traktus

       gastrointestinal.

       Posisi pasien       : Supine diatas meja pemeriksaan

         Posisi objek      : Mid sagital palne (MSP) tubuh tengah meja pemeriksaan

                            kemudian batas atas kaset processus xypoideus serta

                            batas bawahnya      5 cm dari simpisis pubis dari atas

                            kebawah.

         CR                : Vertikal dan tegak lurus terhadap kaset



                                          21
CP                  : Sejajar umbilikus

Kriteria :

      a. Tulang iga bagian bawah, pelvis dan hip joint sama jaraknya dari

             tepi radiografi kedua sisi.

      b. Pasien tidak berotasi ditandai dengan:

             1. Processus dipertengahan columna vertebra lumbal.

             2. Spina iliaca dan pelvis simetris jika terlihat

             3. Sayap iliaca simetris




             Gambar : 2.4 Posisi AP supine (Merril’s hlm 38)




                                     22
D. Proses Pencucian

          Untuk mendapatkan gambaran rontgen yang sudah diexpos harus diproses

    melalui siklus pembangkit (developer), pembilas (ringsing), penetap (fixing),

    pencuci (washing) dan pengering (drying). Sedangkan siklus pada alat otomatis

    sama dengan manual tanpa pembilasan (rinsing). Adapun teknik pencucian yang

    dilakukan penulis dalam karya tulis ini yaitu menggunakan processing manual.




                                    BAB III

                        METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan waktu penelitian

          Dalam menulis laporan ini, maka penulis mengambil kasus ileus paralitik

   yang berlokasi di radiologi IRD Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar .


B. Metode Penelitian

          Metode ini nenggunakan metode laporan meliputi;

   a. Pustaka,

          Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku

      maupun literature lain yang ada kaitannya dengan masalah yang di bahas

      dengan maksud untuk memudahkan penulis dalam menyusun karya tulis ini.



                                       23
b. Metode wawancara (interview)

      Dalam mengumpulkan bahan, penulis juga melakukan wawancara dengan

   radiografer serta dokter yang bertanggung jawab dalam melakukan

   interprestasi foto yang ada di unit radiologi serta dokter muda yang mengantar

   pasien ke radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.




1. Data pasien

   Berikut ini data pasien yang diambil sampel oleh penulis:


                 Nama            : Tn. X


                 Umur            : 42 Thn


                 Jenis kelamin   : Perumpuan

                 Klinis          :


2. Persiapan pasien

   Pada pukul 20.00 merupakan makan dan minum terakhir. Pada pukul 22.00

   diberikan 20 gram garam inggris yang dicampurkan dalan 300 cc air putih.

   Pada pukul 04.00 hari BNO-IVP pasien dilakukan lavemen dan dulcolax supp

   2. Lavemen dilakukan dengan cara memasukkan gliserin 125 cc dengan NaCl



                                     24
0,9% 250 cc kedalam anus. ditunggu 1 jam dan kemudian pasien disarankan

BAB. setelah BAB Baru di masukkan dulcolak supp 2 tadi

pada pukul 08.00 pasien dikirim ke departemen radiologi. Dilakukan skin test

di antebrachii dengan kontras yang akan digunakan sebanyak 0,1cc. jika

terdapat tanda alergi berupa kemerahan, gatal, bengkak dan sebagainya maka

disarankan untuk tidak dilakukan BNO IVP dan diganti dengan modalitas

diagnostic lainnya misalnya MRI.


Perlu diperhatikan: pasien harus dalam kondisi hidrasi yang cukup.

Seandainya pasien dalam kondisi under hidrasi maka kerja ginjal untuk

mengekskresi kontras akan lebih berat dan dapat terjadi gangguan fungsi

ginjal. Disarankan dipasang infus untuk menjamin hidrasi.




                              BAB IV

                  HASIL DAN PEMBAHASAN




                                   25
A. Hasil Penelitian

           Dari hasil penelitian tersebut terutama pada kasus ileus paralitik dengan

     proyeksi AP supine, AP erect, LLD yang penulis dapatkan di Rumah Sakit Dr.

    Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka penulis dapatkan hasil sebagai berikut:




  GambarL:4.1 Proyeksi AP Supine



                                                 Gambar 4.2 Hasil radiografi AP

                                                              Supine




      Gambr 4.3 Proyeksi LLD                 Gambar 4.4 Hasil Radiografi Proyeksi
                                                           LLD




                                        26
Gambar 4.5 Proyeksi AP tegak                 Gambar 4.6 Hasil Radiografi Proyeksi
                                                         AP Tegak
      Hasil baca foto abdomen 3 posisi pada klinis ileus paralitik:

      a. Tampak distribusi bayangan udara pada bagian proksimal abdomen

         sampai bagian distal abdomen.

      b. Tampak distended pada colon, tidak tampak distended pada usus

         halus.

      c. Tampak beberapa air fliud level dengan differensiasi yang rata.

      d. Tidak tampak gambaran herring bone.

      e. Psoas line tidak tampak

      f. Preperitoneal fat line intak

      g. Tidak tampak udara bebas disubdiafragma.

         Kesan:

         1. Gambaran ileus paralitik localized

         2. Tidak tampak tanda-tanda perforasi



                                        27
B. Pembahasan

          Pada umumnya pemeriksaan abdomen dengan klinis ileus paralitik dapat

  dilakukan dengan 3 posisi yaitu posisi AP supine, left lateral decubitus (LLD) dan

  AP erect hal ini sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan pada IRD rumah sakit

  dr. wahidin sudirohusodo Makassar yang diambil dalam 3 posisi diawali dengan

  posisi supine, selanjutnya erect (mencakup bagian paru diatas diafragma) dan left

  lateral decubitus (LLD) mampu memastikan apakah hasil radiografi           pasien

  menderita ileus atau bukan dengan informasi yang diperoleh melalui tanda-tanda

  radiologis apakah terjadi gambaran distensi dari lambung dan usus terdistensi

  .Hasil radiografi posisi erect kasus ileus memperlihatkan gambaran air fluid level

  yang sangat jelas, panjang dan bertangga-tangga.

         Pemotretan cito abdomen di IRD RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO

  HUSODO MAKASSAR mampu menvisualisasikan udara bebas (free air), batas

  cair (fluid level), batas cairan dan udara (air fluid level), distensi gas (udara)

  dalam tractus gastrointestinal dan adanya kalsifikasi untuk itu pengaturan secara

  seksama factor eksposi, posisi pasien dan area pemotretan.

         Factor eksposi yang digunakan untuk pemotretan cito abdomen pada

  kasus ileus,di IRD Rumah Sakit Wahidin sudirohusodo sudah mampu

  mendemonstrasikan secara tegas batas udara dan ciran dan distensi (pelebaran)

  karena udara dalam usus. Gambaran air fluid level dapat menjadi informasi




                                        28
radiologis yang akan memberi kesan apakah ileus terjadi akibat gangguan saraf

pada usus besar ( ileus paralitik ).

        Berdasarkan hasil radiografi pada kasus yang diperoleh dapat terlihat

adanya distribusi bayangan udara pada bagian proksimal abdomen sampai bagian

distal abdomen. tampak distended pada colon dan tampak beberapa air fliud level

dengan differensiasi yang rata yang ditandai dengan gambaran ileus paralitik

localized.

        Pada pemeriksaan cito foto abdomen di IRD RS. Wahidin sudirohusodo

ditangani secara cepat dan tepat sehingga tidak . memperparah kondisi pasien.l

Radiografi yang dihasilkan segera di bawa ke dokter jaga radiologi untuk di

interpretasikan dan hasilnya segera di berikan kepada keluarga atau dokter yang

menanganinya.




                                       29
BAB V

                                     PENUTUP


A. Kesimpulan

     Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

     1. Pada kasus ileus paralitik di IRD Rumah Sakit wahidin Sudirohusodo

           dilakukan pemeriksaan abdomen         3 posisi yaitu posisi AP supine, AP

           erect dan left lateral decubitus (LLD).

     2. Dalam keadaan cito pasien pemeriksaan perlu dilakukan secara cepat ,

           tepat dan cermat sehingga tidak memperparah kondisis pasien.

B. Saran

  1. Dalam keadaan cito diharapkan petugas dapat bekerja dengan cepat, tepat dan

     akurat serta jangan sampai memperparah kondisi pasien.

  2. Untuk menghindari ketidaknyamanan dan mempercepat proses kerja maka

     sebaiknya pasien yang berada diatas brankar langsung difoto tanpa harus

     memindahkannya terlebih dahulu.




                                          30
DAFTAR PUSTAKA




1. Merril’s Vinita, Atlas Of Rantgenographie Posision And Radiologic

   Procedures, volume two, fourth edition louisL: the mosby company.(1975)

2. Ners, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

   Makassar.(2005)

3. Pearce Evelyn, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis, Jakarta 1995.

4. Rasad Sjahrir, Radiologi Diagnostik, edisi kedua,Jakarta, 2005.

5. Gambar      Anatomi     dan     Fisiologi   Abdomen       availabe   at   http:

   www.nucleusing.com/imagescooked/406w.jpg




                                        31
RIWAYAT HIDUP




NAMA                  : NURLAELA


TEMPAT/TANGGAL LAHIR : LANGK0WA,10 JUNI 1988


NAMA AYAH             : SULAIMAN


NAMA IBU              : SAMO


PENDIDIKAN            :


                          1   SD INPRES LANGKOWA LULUS TAHUN

                              2000

                          2   SMP NEGERI 2 TINGGI MONCONG LULIS

                              TAHUN 2003

                          3   SMA MUHAMMADIYAH WILAYA SUL-

                              SEL LULUS TAHUN 2006




                                 32

More Related Content

What's hot

Bab ii1 ican
Bab ii1 icanBab ii1 ican
Bab ii1 ican
Septian Muna Barakati
 
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Tenri Ashari Wanahari
 
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxxAsam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
antodangede
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaDuniaShare
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
pjj_kemenkes
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Sulistia Rini
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
koerniaso
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
Adeline Dlin
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Operator Warnet Vast Raha
 
Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
pjj_kemenkes
 
Sistem Perkemihan
Sistem Perkemihan Sistem Perkemihan
Sistem Perkemihan
pjj_kemenkes
 
Lp hernia
Lp herniaLp hernia
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduksAnatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
maryamhanina
 
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanitaAnatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanitaOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (19)

Bab ii1 ican
Bab ii1 icanBab ii1 ican
Bab ii1 ican
 
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docxBab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
 
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxxAsam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan hernia
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
 
Appendektom1
Appendektom1Appendektom1
Appendektom1
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
 
Appendektomi
AppendektomiAppendektomi
Appendektomi
 
Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
 
Sistem Perkemihan
Sistem Perkemihan Sistem Perkemihan
Sistem Perkemihan
 
Lp hernia
Lp herniaLp hernia
Lp hernia
 
Jurnal reading
Jurnal readingJurnal reading
Jurnal reading
 
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduksAnatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
 
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanitaAnatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
 

Similar to Conto lpr

Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Operator Warnet Vast Raha
 
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abdKegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
ismailyunus2
 
Anatomi dan fisiologi kel.6
Anatomi dan fisiologi kel.6Anatomi dan fisiologi kel.6
Anatomi dan fisiologi kel.6
Susanmaswara
 
Laporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarahLaporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarah
Aulia Amani
 
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Operator Warnet Vast Raha
 
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINALMakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
ikhsan saputra
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
Septian Muna Barakati
 
Referat trauma abdomen
Referat trauma abdomenReferat trauma abdomen
Referat trauma abdomengeelieman1990
 
Referat ca rekti Egy
Referat ca rekti EgyReferat ca rekti Egy
Referat ca rekti Egy
Egy Bora
 
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusiaAnatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Ardy Super
 
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAnatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAhmad Haerudin
 
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docx
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docxKEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docx
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docx
Anty34
 

Similar to Conto lpr (20)

Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
 
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abdKegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
 
Anatomi dan fisiologi kel.6
Anatomi dan fisiologi kel.6Anatomi dan fisiologi kel.6
Anatomi dan fisiologi kel.6
 
Laporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarahLaporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarah
 
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
 
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINALMakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
 
Tgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaanTgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaan
 
Tgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaanTgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaan
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
 
Referat trauma abdomen
Referat trauma abdomenReferat trauma abdomen
Referat trauma abdomen
 
Askep ge anak
Askep ge anakAskep ge anak
Askep ge anak
 
Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1
 
Asuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsiaAsuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsia
 
Referat ca rekti Egy
Referat ca rekti EgyReferat ca rekti Egy
Referat ca rekti Egy
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusiaAnatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
 
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAnatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
 
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docx
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docxKEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docx
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL.docx
 
Dispep Akper pemkab muna
Dispep Akper pemkab munaDispep Akper pemkab muna
Dispep Akper pemkab muna
 

Conto lpr

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang medis yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit. Oleh karenanya, sumber daya manusia bagian radiologi khususnya radiografer harus mempunyai pengetahuan memadai dan kecermatan yang tinggi dalam melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dapat menghasilkan suatu radiografi yang mampu memberikan informasi secara akurat dan optimal tentang keadaan anatomis, fisiologis dan patologis dari organ yang di periksa. Pemeriksaan yang memerlukan kecermatan yang tinggi salah satu diantaranya adalah pemeriksaan abdomen akut . Akut abdomen merupakan suatu gangguan yang mendadak di dalam rongga abdomen yang memerlukan tindakan segera(cito), contoh kasus akut abdomen adalah gangguan pada usus (ileus) yang terdiri dari ileus obsruktuksi dan ileus paralitik. Pemeriksaan akut abdomen pada umumnya penderita tidak dapat di ajak kerja sama karena mengalami kesakitan yang cukup serius sehingga dalam melakukan tindakan dibutuhkan kecermatan yang tinggi. Pada pemeriksaan abdomen akut atau cito abdomen ada beberapa posisi yang digunakan yaitu posisi AP supine, AP tegak, dan LLD .Sebagaimana yang penulis amati, selama praktek di berbagai rumah sakit terutama di RS. Ibnu Sina 1
  • 2. “PROSEDUR PEMERIKSAAN BNO IVP DENGAN KLINIS ILEUS PARALITIK DI RADIOLOGI IRD RS. IBNU SINA MAKASSAR.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah untuk dibahas dalam karya tulis ini yaitu bagaimana prosedur pemeriksaan bno ivp dengan klinis ileus paralitik di Rumah Sakit Ibnu Sina ? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah untuk mengetahui prosedur pemeriksaan BNO IVP dengan klinis ileus paralitik di Rumah Sakit radiologi IBNU SINA. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan karya tulis ini adalah; 1. Dapat mengetahui tatacara pelaksanaan BNO IVP dengan klinis ileus paralitik . 2. Dapat dijadikan acuan untuk lanpor selanjutnya. 2
  • 3. E. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN TEORITIS Bab ini merupakan kajian literatur(kepustakaan) yang menjadi acuan atau acuan dari isi tulisan. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penulisan yang di dalamnya menyangkut jenis penelitian(penulisan), tempat, dan waktu penelitian serta teknik pemeriksaan. BABIV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis, dan pembahasan. BABV : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari semua pelaksanaan pengamatan dan tentang saran-saran dari penulisan yang berkaitan dengan hasil pengamatan. 3
  • 4. BAB II KAJIAN TEORITIS BNO IVP (blaas nier oversight) atau KUB (Kidney Ureter Bladder) IVU (Intra Venous Urography) Adalah suatu tindakan untuk memvisualisasikan anatomi, dan fungsi ginjal ureter dan kandung kencing. Termasuk didalamnya fungsi pengisian dan pengosongan buli. Pemeriksaan ini diindikasikan untuk: 1. Kecurigaan adanya batu disaluran kencing. 2. Kecurigaan tumor/keganasan traktus urinarius. 3. Gross hematuria. 4. Infeksi traktus urinarius yang berulang setelah terapi antibiotik yang adekuat. 5. Pasca trauma deselerasi dengan hematuria yang bermakna. 6. Trauma dengan jejas di flank dengan riwayat shock, dan shok telah stabil. 7. Menilai/evaluasi/follow up tindakan urologis sebelumnya. Untuk trauma traktus urinarius gold standard adalah CT scan dengan kontras. Dilakukan BNO-IVP jika tidak dapat dilaksanakan CT scan (biaya, tidak adanya fasilitas). Untuk usia anak anak, jika terdapat hematuria berapapun (any degree of hematuria) telah masuk indikasi BNO IVP, meskipun tidak terdapat riwayat shock. 4
  • 5. A. Anatomi Peritoneum Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneum terdiri dari dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal yang melapisi dinding rongga abdominal bagian luar dan peritoneum visceral yang menyelaputi seluruh rongga yang berada di dalam rongga itu. Ruang yang terdapat di antara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal, pada laki-laki berupa kantong tertutup sedangkan pada perempuan berupa kantong terbuka di tubafallopi. Fungsi peritoneum adalah menutup sebagian besar dari organ-organ abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeseran tanpa ada gesekan. (pearce Evelyn C.,1979). Anatomi Rongga Abdomen Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (Hal. 198) Keterangan 1. Rongga peritoneum kecil 2. Omentum minus 3. Rongga peritoneum besar 4. Lambung Gambar.2.1. 5. Meso-kolon transversum 5
  • 6. 6. Kolon transversum 9. Usus halus 7. Omentum mayus 8. Mesenterium Abdomen merupakan rongga terbesar dalam tubuh, bentuknya lonjong dan meluas dari diafragma sampai pelvis bawah. Rongga abdomen dibagi menjadi dua bagian yaitu rongga sebelah atas ukurannya lebih besar dan rongga sebelah bawah ukurannya lebih kecil (pelvis). Batas-batas abdomen meliputi diafragma atas, di bagian bawah adalah pintu masuk panggul dari panggul besar di bagian depan dan di kedua sisi samping adalah otot-otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah dibelakang punggung dan otot psoas .(Pearce Evelyn C.,hlm 184). 1. Isi abdomen Rongga abdomen berisi sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus halus dan usus besar, selain itu pada rongga abdomen berisi pula hati, pancreas, ginjal, beserta kelenjar suprarenal, aorta abdominalis, vena cava inferior, pembuluh limfa, dan kelenjar peritoneum dan lain-lain (pearc Evelyn C.,hlm 184). a. Hati 6
  • 7. Hati menempati bagian kanan atas, terletak di bawah diafragma dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus.kandung empedu terletak dibawah hati. b. Pancreas Pancreas terletak dibelakang lambung, dan limfa terletak didekat ujung pancreas. c. Ginjal dan kelenjar suprarenal Berada diatas dinding posterior abdomen. Uereter berjalan melalui abdomen dari ginjal. d. Aorta abdominalis, vena cava inferior, dan sebagian dari saluran torasika terletak didalam abdomen e. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu Lendir, asam klorida (HCl) dan Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). f. Usus halus (usus kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. 7
  • 8. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum). 1. Usus dua belas jari (Duodenum) 2. Usus Kosong (jejenum) 3. Usus Penyerapan (illeum) g. Usus Besar (Kolon) Gambar 2.2 Usus Besar (Colon) Availabe at http: www.nucleusing.com/imagescooked/406w.jpg Colon merupakan kantong yang mengembang dan mempunyai umbai cacing (appendix vermifotmis) dan sekum yang terletak didaerah 8
  • 9. iliaca kana dan menempel pada otot iliopsoas. Fungsi colon adalah sebagai berikut: 1. Absorbsi air garam dan glukosa 2. Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam. 3. Penyiapan selulosa berupa hidrat karbondidalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan sayur hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicerna kelenjar bakteri. Colon terdiri dari: a) Colon ascendens Merupakan kelanjutan dari caekum kearah cranial, mulai dari fossa iliaca dextra berada disebelah ventral musculus quadrates lumborum di ventral polus inferior ren dexter membelok kekiri setinggi vertebra lumbalis II, membentuk fleksura coli dxtra, selanjutnya menjadi colon transverses. Colon ascendens ditutpi oleh peritoneum, disebut letak retroperitoneal. b) Colon transverses Mulai dari fleksura coli dextra, berjalan melintang kekiri melewati linea mediana, agak miring ke cranial sampai ditepi kanan ren sinistra, disebelah caudal lien, lalu membelok kecaudal, belokan ini disebut fleksura coli sistra terletak setinggi vertebra lumbal I, disebelah cranial dari kanan ke kiri colon transverses berbatasan dengan hepar, vesica fallea, curvature mayor ventriculi, ekstremitas 9
  • 10. inferior lienalis. Disebelah caudal berbatasaan dengan jejunum. Disebelah dorsal dari kanan ke kiri berbatasan dengan pars descendens duodeni, caput pancreatic, ren sinister. c) Colon descendens Dimulai dari flexura coli sinistra, berjalan ke caudal, berada disebelah ventro-lateral polus inferior ren sisntra, disisi lateral musculus psoas mayor, disebelah ventral musculus quadrates lumborum sampai disebelah ventral crista iliaca dan tiba difossa iliaca sinstra kemudian membelok kekanan kearah ventro caudal menjadi colon sigmoideum berada disebelah ventral dari vasa iliaca eksterna. Colon descendens ditutupi oleh peritoneum parietal. d) Colon sigmoid Bangunan ini berbentuk huruf S dan terletak didalam cavum pelvicum membuat dua buah lekukan dan pada linea mediana menjadi rectum setinggi corpus vertebrae sacralis 3 yang dibungkus oleh peritoneu visceral dan membentuk mesocolon sigmoideum difiksasi pada dinding pelvis. h. Rektum dan anus Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon 10
  • 11. sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Gambar: 2.3 Anatomi abdomen ( Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.evelyn c.pearce.) B. Patologi Hal-hal yang dapat menimbulkan abdomen akut (cyto abdomen) yang memerlukan radiografi yaitu: 1. Keadaan di dalam abdomen sendiri, yaitu; a. Peradangan mendadak salah satu organ intra abdominal. b. Perforasi. c. Perdarahan intra abdominal. d. Ileus obstuktif atau paralitik 11
  • 12. 2. Keadaan di luar abdomen. Misalnya kelainan di rongga thorax dapat menimbulkan ileus paralitik. Ileus Ileus merupakan gejala adanya gangguan sirkulasi isi usus. Ileus terdiri dari: a. Ileus obstuksi (terjadinya sumbatan pada usus ) Ileus obstruksi terjadi bila sumbatan mencegah aliran normal dari isi usus. Sumbatan ini terjadi karena dua tipe proses: Tipe mekanis yaitu terjadi tekanan pada dinding usus, contoh tumor polipoid,hernia.Tipe fungsional yaitu muscular arus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus disebabkan gangguan endokrin seperti diabetes militus, b. Ileus paralitik (terjadinya gangguan saraf yang mempengaruhi hilangnya aktivitas peristaltik pada usus). Ileus paralitik adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Penyebab ileus paralitik; a. Iritasi peritorial e. Toksin typoid b. Ileus pasca bedah f. Metastase peritoneal yang dipus c. Setelah trauma abdomen g. Obat-obatan. d. Gangguan elektrolit 12
  • 13. Ileus paralitik di tandai bila seluruh bagian usus dan gaster mengalami dilatasi(membesar). Gejala ileus adalah: kembung, muntah, sembelit yang berat, kram perut. Perforasi Perforasi yaitu kebocoran salah satu organ di dalam rongga abdomen. Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat. C. Teknik Radiografi Foto BNO-IVP meliputi foto BNO, 5, 15, 30 dan 45 menit (full blaas) pasca penyuntikan kontras dan pengosongan buli. Dalam setyiap foto harus diperhatikan identitas foto dan waktu pelaksanaan foto. 13
  • 14. Foto BNO Foto BNO bukanlah foto polos abdomen. perbadaan mendasar antara foto BNO dan foto polos abdomen antara lain: 1. foto BNO diawali dengan persiapan (baca artikel sebelumnya mengenai persiapan BNO-IVP) sedangkan foto polos abdomen dapat dilakukan tanpa persiapan. Bahkan seringkali dilakukan tanpa persiapan, contohnya pada ileus obstruktif maka pasien difoto tanpa persiapan, bahkan sebelum dipasang NGT. 2. oleh karena foto BNO berusaha untuk menampilkan traktus urinarius dari ginjal hingga kandung kencing, maka luas eksposure harus mencakup itu semua. oleh Karena saluran kencing radiolusen dan tidak tampak dalam foto polos (setelah disuntikkan kontras akan tampak), maka digunakan tulang sebagai skeletopi ( penanda). Dalam foto BNO harus tampak/ dibatasi bidang: batas sisi atas adalah setinggi vertebra thorax X, batas sisi lateral adalah kedua alae ossis ilii harus tervisualisasi sempurna dan batas bawah adalah 2 cm dibawah simfisis pubis. Sedangkan foto polos abdomen tidak perlu seluas itu. 3. sesuaikan kilovolt dan miliamper. Foto BNO sebaiknya dapat membedakan antara jaringan keras (tulang), jaringan lunak (otot dan kulit), serta udara. Ketiga hal tersebut harus dapat dibedakan. 14
  • 15. 4. oleh karena foto rontgen adalah foto 2 dimensi maka pengetahuan anatomi haruslah baik. Jaringan sisi depan akan tumpang tindih dengan jaringan sisi belakang. Contohnya batu kandung empedu mungkin dikira sebagai batu ginjal, oleh karena jika dilihat dengan sinar AP (dari depan ke belakang) batu kandung empedu berada di proyeksi ginjal. Seandainya ditemukan hal tersebut, sebaiknya dilakukan foto oblik atau lateral sehingga akan jelas di anterior atau posterior. Foto 5 menit Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menilai foto 5 menit antara lain: 1. apakah kontras telah mengisi kedua sistem pelvikokaliks? Normal kedua ginjal akan tampak dan sistem pelvikokaliks telah terisi kontras. Pada menit 1 hingga 3 pasca penyuntikan kontras, kontras telah mengisi korteks ginjal, pada saat ini akan dapat dilihat kontur atau bayangan tepi ginjal. Coba perhatikan antara bayangan kontur ginjal pada BNO dibanding dengan 5 menit, jika masih sama berarti kontras belum memasuki korteks, seandainya kontras telah berada di korteks maka bayangan ginjal akan lebih tampak jelas. 2. apakah bentuk kaliks ginjal normal atau terdistorsi? jika terdapat gambaran seperti “laba-laba memeluk telur” maka dicurigai terdapat kista ginjal. 15
  • 16. 3. Seandainya pada BNO terdapat bayangan radioopak, pada foto inidapat disimpulkan letak batu tersebut, apakah di kaliks superior, medius ataupun kaliks inferior ataupun di pyelum. 4. Seandainya terdapat satu bagian atau polus yang tidak terisi kontras tetapi bagian lain terisi dengan baik, kita harus mencurigai adanya tumor ginjal. 5. ukurlah panjang dan lebar tiap leher kaliks. Foto 15 menit Pada foto 15 menit, sebelum melihat lebih jauh, perhatikan diatas allae ossis ilii. Terdapat 2 aliran besar pada tehnik foto 15 menit. Aliran teori pertama adalah melakukan pembendungan ureter yang dilakukan dengan menekankan 2 buah separuh bola tenis di sekitar lumbal 5. Pada foto akan tampak sebagai 2 buah bayangan radioopak. Tindakan ini dimaksudkan agar ureter dan sistema pelvikokalis terisi kontras yang akan memudahkan identifikasi jika terdapat 16
  • 17. stenosis atau batu kecil. Tetapi pada tindakan ini sistem pelvikokalis akan tampak hidronefrosis, sehingga kesimpulan hidronefrosis tidak boleh diambil pada foto ini. Aliran kedua, adalah aliran yang tidak melakukan pembendungan ureter. Pada foto 15 menit kita akan menilai pasase ureter, bentuk ureter dan adanya stenosis serta batu di ureter. Jika pada BNO terdapat bayangan radioopak di sekitar proyeksi ureter maka pada foto ini carilah bayangan tadi. Apakah bayangan opak tadi di ureter taupun tidak. Foto 30 menit Pada foto ini perhatikanlah: 1. apakah terdapat hidronefrosis pada kedua ginjal? 2. pada ureter distal saat akan memasuki kandung kencing. Jika terdapat gambaran “Fish hook appearance” (seperti mata kail) maka hal ini sangat 17
  • 18. khas pada pembesaran prostat. JIka terdapat “Cobra Head appearance” kita akan mencurigai adanya divertikel ureter. Foto 45/60 menit /full bladder/buli penuh Pada foto ini: 1. Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat? 2. gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis. 3. bentuk buli terkadang membantu penegakan diagnosis neurologis. gambaran buli yang bulat dan besar sangat mungkin menderita neurogenik bladder tipe 18
  • 19. flaksid. Gambaran buli yang kecil dengan divertikel yang banyak (divertikulosis) dengan bentuk “christmas tree appearance” patognomonik pada neurogenik bladder tipe spastik. Foto Pengosongan Buli Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang lemah. Setelah Membaca tiap tiap tahap BNO-IVP maka harus disimpulkan:  bagaimanakah fungsi kedua ginjal? 19
  • 20.  bagaimanakah kondisi anatomik ginjal dan ureter, adakah hidronefrosis, kingkin ureter?  bagaimanakah kondisi buli? adakah tumor buli?  bagaimanakah fungsi pengosongan buli?  adakah vesikoureteral refluks. 20
  • 21. Persiapan BNO IVP Persiapan BNO-IVP yang baik akan menghasilkan foto BNO-IVP yang baik dan dapat memberikan data yang akurat. Persiapan yang dilakukan minimal 1 hari sebelum rÖntgen. Persiapan yang perlu dilakukan berupa puasa bicara, dan berhenti merokok minimal 24 jam sebelum rÖntgen. Perlu diperhatikan pada penderita diabetes mellitus yang mengkonsumsi metformin. Pada pasien yang mengkonsumsi metformin harus dihentikan minimal 2×24 jam sebelum tindakan. Untuk sementara waktu obat anti hiperglikemik digantikan dengan obat jenis yang lain. Pemberian metformin bersama dengan kontras iodine (contohnya urografin, iopamiro) dapat menyebabkan asidosis laktat. Posisi pasien 1. Antero posterior supine (AP) Tujuannya untuk melihat apakah ada gambaran distensi gas pada traktus gastrointestinal. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan Posisi objek : Mid sagital palne (MSP) tubuh tengah meja pemeriksaan kemudian batas atas kaset processus xypoideus serta batas bawahnya 5 cm dari simpisis pubis dari atas kebawah. CR : Vertikal dan tegak lurus terhadap kaset 21
  • 22. CP : Sejajar umbilikus Kriteria : a. Tulang iga bagian bawah, pelvis dan hip joint sama jaraknya dari tepi radiografi kedua sisi. b. Pasien tidak berotasi ditandai dengan: 1. Processus dipertengahan columna vertebra lumbal. 2. Spina iliaca dan pelvis simetris jika terlihat 3. Sayap iliaca simetris Gambar : 2.4 Posisi AP supine (Merril’s hlm 38) 22
  • 23. D. Proses Pencucian Untuk mendapatkan gambaran rontgen yang sudah diexpos harus diproses melalui siklus pembangkit (developer), pembilas (ringsing), penetap (fixing), pencuci (washing) dan pengering (drying). Sedangkan siklus pada alat otomatis sama dengan manual tanpa pembilasan (rinsing). Adapun teknik pencucian yang dilakukan penulis dalam karya tulis ini yaitu menggunakan processing manual. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Dalam menulis laporan ini, maka penulis mengambil kasus ileus paralitik yang berlokasi di radiologi IRD Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar . B. Metode Penelitian Metode ini nenggunakan metode laporan meliputi; a. Pustaka, Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku maupun literature lain yang ada kaitannya dengan masalah yang di bahas dengan maksud untuk memudahkan penulis dalam menyusun karya tulis ini. 23
  • 24. b. Metode wawancara (interview) Dalam mengumpulkan bahan, penulis juga melakukan wawancara dengan radiografer serta dokter yang bertanggung jawab dalam melakukan interprestasi foto yang ada di unit radiologi serta dokter muda yang mengantar pasien ke radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. 1. Data pasien Berikut ini data pasien yang diambil sampel oleh penulis: Nama : Tn. X Umur : 42 Thn Jenis kelamin : Perumpuan Klinis : 2. Persiapan pasien Pada pukul 20.00 merupakan makan dan minum terakhir. Pada pukul 22.00 diberikan 20 gram garam inggris yang dicampurkan dalan 300 cc air putih. Pada pukul 04.00 hari BNO-IVP pasien dilakukan lavemen dan dulcolax supp 2. Lavemen dilakukan dengan cara memasukkan gliserin 125 cc dengan NaCl 24
  • 25. 0,9% 250 cc kedalam anus. ditunggu 1 jam dan kemudian pasien disarankan BAB. setelah BAB Baru di masukkan dulcolak supp 2 tadi pada pukul 08.00 pasien dikirim ke departemen radiologi. Dilakukan skin test di antebrachii dengan kontras yang akan digunakan sebanyak 0,1cc. jika terdapat tanda alergi berupa kemerahan, gatal, bengkak dan sebagainya maka disarankan untuk tidak dilakukan BNO IVP dan diganti dengan modalitas diagnostic lainnya misalnya MRI. Perlu diperhatikan: pasien harus dalam kondisi hidrasi yang cukup. Seandainya pasien dalam kondisi under hidrasi maka kerja ginjal untuk mengekskresi kontras akan lebih berat dan dapat terjadi gangguan fungsi ginjal. Disarankan dipasang infus untuk menjamin hidrasi. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
  • 26. A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian tersebut terutama pada kasus ileus paralitik dengan proyeksi AP supine, AP erect, LLD yang penulis dapatkan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka penulis dapatkan hasil sebagai berikut: GambarL:4.1 Proyeksi AP Supine Gambar 4.2 Hasil radiografi AP Supine Gambr 4.3 Proyeksi LLD Gambar 4.4 Hasil Radiografi Proyeksi LLD 26
  • 27. Gambar 4.5 Proyeksi AP tegak Gambar 4.6 Hasil Radiografi Proyeksi AP Tegak Hasil baca foto abdomen 3 posisi pada klinis ileus paralitik: a. Tampak distribusi bayangan udara pada bagian proksimal abdomen sampai bagian distal abdomen. b. Tampak distended pada colon, tidak tampak distended pada usus halus. c. Tampak beberapa air fliud level dengan differensiasi yang rata. d. Tidak tampak gambaran herring bone. e. Psoas line tidak tampak f. Preperitoneal fat line intak g. Tidak tampak udara bebas disubdiafragma. Kesan: 1. Gambaran ileus paralitik localized 2. Tidak tampak tanda-tanda perforasi 27
  • 28. B. Pembahasan Pada umumnya pemeriksaan abdomen dengan klinis ileus paralitik dapat dilakukan dengan 3 posisi yaitu posisi AP supine, left lateral decubitus (LLD) dan AP erect hal ini sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan pada IRD rumah sakit dr. wahidin sudirohusodo Makassar yang diambil dalam 3 posisi diawali dengan posisi supine, selanjutnya erect (mencakup bagian paru diatas diafragma) dan left lateral decubitus (LLD) mampu memastikan apakah hasil radiografi pasien menderita ileus atau bukan dengan informasi yang diperoleh melalui tanda-tanda radiologis apakah terjadi gambaran distensi dari lambung dan usus terdistensi .Hasil radiografi posisi erect kasus ileus memperlihatkan gambaran air fluid level yang sangat jelas, panjang dan bertangga-tangga. Pemotretan cito abdomen di IRD RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO HUSODO MAKASSAR mampu menvisualisasikan udara bebas (free air), batas cair (fluid level), batas cairan dan udara (air fluid level), distensi gas (udara) dalam tractus gastrointestinal dan adanya kalsifikasi untuk itu pengaturan secara seksama factor eksposi, posisi pasien dan area pemotretan. Factor eksposi yang digunakan untuk pemotretan cito abdomen pada kasus ileus,di IRD Rumah Sakit Wahidin sudirohusodo sudah mampu mendemonstrasikan secara tegas batas udara dan ciran dan distensi (pelebaran) karena udara dalam usus. Gambaran air fluid level dapat menjadi informasi 28
  • 29. radiologis yang akan memberi kesan apakah ileus terjadi akibat gangguan saraf pada usus besar ( ileus paralitik ). Berdasarkan hasil radiografi pada kasus yang diperoleh dapat terlihat adanya distribusi bayangan udara pada bagian proksimal abdomen sampai bagian distal abdomen. tampak distended pada colon dan tampak beberapa air fliud level dengan differensiasi yang rata yang ditandai dengan gambaran ileus paralitik localized. Pada pemeriksaan cito foto abdomen di IRD RS. Wahidin sudirohusodo ditangani secara cepat dan tepat sehingga tidak . memperparah kondisi pasien.l Radiografi yang dihasilkan segera di bawa ke dokter jaga radiologi untuk di interpretasikan dan hasilnya segera di berikan kepada keluarga atau dokter yang menanganinya. 29
  • 30. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada kasus ileus paralitik di IRD Rumah Sakit wahidin Sudirohusodo dilakukan pemeriksaan abdomen 3 posisi yaitu posisi AP supine, AP erect dan left lateral decubitus (LLD). 2. Dalam keadaan cito pasien pemeriksaan perlu dilakukan secara cepat , tepat dan cermat sehingga tidak memperparah kondisis pasien. B. Saran 1. Dalam keadaan cito diharapkan petugas dapat bekerja dengan cepat, tepat dan akurat serta jangan sampai memperparah kondisi pasien. 2. Untuk menghindari ketidaknyamanan dan mempercepat proses kerja maka sebaiknya pasien yang berada diatas brankar langsung difoto tanpa harus memindahkannya terlebih dahulu. 30
  • 31. DAFTAR PUSTAKA 1. Merril’s Vinita, Atlas Of Rantgenographie Posision And Radiologic Procedures, volume two, fourth edition louisL: the mosby company.(1975) 2. Ners, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.(2005) 3. Pearce Evelyn, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis, Jakarta 1995. 4. Rasad Sjahrir, Radiologi Diagnostik, edisi kedua,Jakarta, 2005. 5. Gambar Anatomi dan Fisiologi Abdomen availabe at http: www.nucleusing.com/imagescooked/406w.jpg 31
  • 32. RIWAYAT HIDUP NAMA : NURLAELA TEMPAT/TANGGAL LAHIR : LANGK0WA,10 JUNI 1988 NAMA AYAH : SULAIMAN NAMA IBU : SAMO PENDIDIKAN : 1 SD INPRES LANGKOWA LULUS TAHUN 2000 2 SMP NEGERI 2 TINGGI MONCONG LULIS TAHUN 2003 3 SMA MUHAMMADIYAH WILAYA SUL- SEL LULUS TAHUN 2006 32