Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
SMF Ilmu Bedah
Universitas Sebelas Maret (UNS)/RSUD Dr. Moewardi, Solo, Indonesia
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
SMF Ilmu Bedah
Universitas Sebelas Maret (UNS)/RSUD Dr. Moewardi, Solo, Indonesia
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang medis yang
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa suatu
penyakit. Oleh karenanya, sumber daya manusia bagian radiologi khususnya
radiografer harus mempunyai pengetahuan memadai dan kecermatan yang tinggi
dalam melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dapat menghasilkan suatu
radiografi yang mampu memberikan informasi secara akurat dan optimal tentang
keadaan anatomis, fisiologis dan patologis dari organ yang di periksa.
Pemeriksaan yang memerlukan kecermatan yang tinggi salah satu
diantaranya adalah pemeriksaan abdomen akut . Akut abdomen merupakan suatu
gangguan yang mendadak di dalam rongga abdomen yang memerlukan tindakan
segera(cito), contoh kasus akut abdomen adalah gangguan pada usus (ileus) yang
terdiri dari ileus obsruktuksi dan ileus paralitik. Pemeriksaan akut abdomen pada
umumnya penderita tidak dapat di ajak kerja sama karena mengalami kesakitan
yang cukup serius sehingga dalam melakukan tindakan dibutuhkan kecermatan
yang tinggi.
Pada pemeriksaan abdomen akut atau cito abdomen ada beberapa posisi
yang digunakan yaitu posisi AP supine, AP tegak, dan LLD .Sebagaimana yang
penulis amati, selama praktek di berbagai rumah sakit terutama di RS. Ibnu Sina
1
2. “PROSEDUR PEMERIKSAAN BNO IVP DENGAN KLINIS ILEUS
PARALITIK DI RADIOLOGI IRD RS. IBNU SINA MAKASSAR.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah untuk
dibahas dalam karya tulis ini yaitu bagaimana prosedur pemeriksaan bno ivp
dengan klinis ileus paralitik di Rumah Sakit Ibnu Sina ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah untuk
mengetahui prosedur pemeriksaan BNO IVP dengan klinis ileus paralitik di
Rumah Sakit radiologi IBNU SINA.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah;
1. Dapat mengetahui tatacara pelaksanaan BNO IVP dengan klinis ileus
paralitik .
2. Dapat dijadikan acuan untuk lanpor selanjutnya.
2
3. E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Bab ini merupakan kajian literatur(kepustakaan) yang menjadi acuan
atau acuan dari isi tulisan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penulisan yang di dalamnya
menyangkut jenis penelitian(penulisan), tempat, dan waktu
penelitian serta teknik pemeriksaan.
BABIV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis, dan pembahasan.
BABV : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari semua pelaksanaan
pengamatan dan tentang saran-saran dari penulisan yang berkaitan
dengan hasil pengamatan.
3
4. BAB II
KAJIAN TEORITIS
BNO IVP (blaas nier oversight) atau KUB (Kidney Ureter Bladder) IVU
(Intra Venous Urography)
Adalah suatu tindakan untuk memvisualisasikan anatomi, dan fungsi ginjal ureter
dan kandung kencing. Termasuk didalamnya fungsi pengisian dan pengosongan buli.
Pemeriksaan ini diindikasikan untuk:
1. Kecurigaan adanya batu disaluran kencing.
2. Kecurigaan tumor/keganasan traktus urinarius.
3. Gross hematuria.
4. Infeksi traktus urinarius yang berulang setelah terapi antibiotik yang adekuat.
5. Pasca trauma deselerasi dengan hematuria yang bermakna.
6. Trauma dengan jejas di flank dengan riwayat shock, dan shok telah stabil.
7. Menilai/evaluasi/follow up tindakan urologis sebelumnya.
Untuk trauma traktus urinarius gold standard adalah CT scan dengan kontras.
Dilakukan BNO-IVP jika tidak dapat dilaksanakan CT scan (biaya, tidak adanya
fasilitas). Untuk usia anak anak, jika terdapat hematuria berapapun (any degree of
hematuria) telah masuk indikasi BNO IVP, meskipun tidak terdapat riwayat shock.
4
5. A. Anatomi
Peritoneum
Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar di dalam
tubuh. Peritoneum terdiri dari dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal yang
melapisi dinding rongga abdominal bagian luar dan peritoneum visceral yang
menyelaputi seluruh rongga yang berada di dalam rongga itu.
Ruang yang terdapat di antara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal,
pada laki-laki berupa kantong tertutup sedangkan pada perempuan berupa
kantong terbuka di tubafallopi.
Fungsi peritoneum adalah menutup sebagian besar dari organ-organ
abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ
saling bergeseran tanpa ada gesekan. (pearce Evelyn C.,1979).
Anatomi Rongga Abdomen
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis
(Hal. 198)
Keterangan
1. Rongga peritoneum kecil
2. Omentum minus
3. Rongga peritoneum besar
4. Lambung
Gambar.2.1. 5. Meso-kolon transversum
5
6. 6. Kolon transversum 9. Usus halus
7. Omentum mayus
8. Mesenterium
Abdomen merupakan rongga terbesar dalam tubuh, bentuknya lonjong dan
meluas dari diafragma sampai pelvis bawah. Rongga abdomen dibagi menjadi
dua bagian yaitu rongga sebelah atas ukurannya lebih besar dan rongga sebelah
bawah ukurannya lebih kecil (pelvis).
Batas-batas abdomen meliputi diafragma atas, di bagian bawah adalah pintu
masuk panggul dari panggul besar di bagian depan dan di kedua sisi samping
adalah otot-otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah
dibelakang punggung dan otot psoas .(Pearce Evelyn C.,hlm 184).
1. Isi abdomen
Rongga abdomen berisi sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu
lambung, usus halus dan usus besar, selain itu pada rongga abdomen berisi
pula hati, pancreas, ginjal, beserta kelenjar suprarenal, aorta abdominalis,
vena cava inferior, pembuluh limfa, dan kelenjar peritoneum dan lain-lain
(pearc Evelyn C.,hlm 184).
a. Hati
6
7. Hati menempati bagian kanan atas, terletak di bawah diafragma dan
menutupi lambung dan bagian pertama usus halus.kandung empedu
terletak dibawah hati.
b. Pancreas
Pancreas terletak dibelakang lambung, dan limfa terletak didekat
ujung pancreas.
c. Ginjal dan kelenjar suprarenal
Berada diatas dinding posterior abdomen. Uereter berjalan melalui
abdomen dari ginjal.
d. Aorta abdominalis, vena cava inferior, dan sebagian dari saluran torasika
terletak didalam abdomen
e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu Lendir, asam klorida
(HCl) dan Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
f. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar.
7
8. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
2. Usus Kosong (jejenum)
3. Usus Penyerapan (illeum)
g. Usus Besar (Kolon)
Gambar 2.2
Usus Besar (Colon)
Availabe at http: www.nucleusing.com/imagescooked/406w.jpg
Colon merupakan kantong yang mengembang dan mempunyai
umbai cacing (appendix vermifotmis) dan sekum yang terletak didaerah
8
9. iliaca kana dan menempel pada otot iliopsoas. Fungsi colon adalah
sebagai berikut:
1. Absorbsi air garam dan glukosa
2. Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam.
3. Penyiapan selulosa berupa hidrat karbondidalam tumbuh-tumbuhan,
buah-buahan, dan sayur hijau dan penyiapan sisa protein yang belum
dicerna kelenjar bakteri.
Colon terdiri dari:
a) Colon ascendens
Merupakan kelanjutan dari caekum kearah cranial, mulai
dari fossa iliaca dextra berada disebelah ventral musculus quadrates
lumborum di ventral polus inferior ren dexter membelok kekiri
setinggi vertebra lumbalis II, membentuk fleksura coli dxtra,
selanjutnya menjadi colon transverses. Colon ascendens ditutpi oleh
peritoneum, disebut letak retroperitoneal.
b) Colon transverses
Mulai dari fleksura coli dextra, berjalan melintang kekiri
melewati linea mediana, agak miring ke cranial sampai ditepi kanan
ren sinistra, disebelah caudal lien, lalu membelok kecaudal, belokan
ini disebut fleksura coli sistra terletak setinggi vertebra lumbal I,
disebelah cranial dari kanan ke kiri colon transverses berbatasan
dengan hepar, vesica fallea, curvature mayor ventriculi, ekstremitas
9
10. inferior lienalis. Disebelah caudal berbatasaan dengan jejunum.
Disebelah dorsal dari kanan ke kiri berbatasan dengan pars
descendens duodeni, caput pancreatic, ren sinister.
c) Colon descendens
Dimulai dari flexura coli sinistra, berjalan ke caudal, berada
disebelah ventro-lateral polus inferior ren sisntra, disisi lateral
musculus psoas mayor, disebelah ventral musculus quadrates
lumborum sampai disebelah ventral crista iliaca dan tiba difossa
iliaca sinstra kemudian membelok kekanan kearah ventro caudal
menjadi colon sigmoideum berada disebelah ventral dari vasa iliaca
eksterna. Colon descendens ditutupi oleh peritoneum parietal.
d) Colon sigmoid
Bangunan ini berbentuk huruf S dan terletak didalam cavum
pelvicum membuat dua buah lekukan dan pada linea mediana
menjadi rectum setinggi corpus vertebrae sacralis 3 yang dibungkus
oleh peritoneu visceral dan membentuk mesocolon sigmoideum
difiksasi pada dinding pelvis.
h. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
10
11. sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.
Gambar: 2.3 Anatomi abdomen
( Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.evelyn c.pearce.)
B. Patologi
Hal-hal yang dapat menimbulkan abdomen akut (cyto abdomen) yang
memerlukan radiografi yaitu:
1. Keadaan di dalam abdomen sendiri, yaitu;
a. Peradangan mendadak salah satu organ intra abdominal.
b. Perforasi.
c. Perdarahan intra abdominal.
d. Ileus obstuktif atau paralitik
11
12. 2. Keadaan di luar abdomen. Misalnya kelainan di rongga thorax dapat
menimbulkan ileus paralitik.
Ileus
Ileus merupakan gejala adanya gangguan sirkulasi isi usus. Ileus terdiri dari:
a. Ileus obstuksi (terjadinya sumbatan pada usus )
Ileus obstruksi terjadi bila sumbatan mencegah aliran normal dari isi
usus. Sumbatan ini terjadi karena dua tipe proses: Tipe mekanis yaitu
terjadi tekanan pada dinding usus, contoh tumor polipoid,hernia.Tipe
fungsional yaitu muscular arus tidak mampu mendorong isi sepanjang
usus disebabkan gangguan endokrin seperti diabetes militus,
b. Ileus paralitik (terjadinya gangguan saraf yang mempengaruhi hilangnya
aktivitas peristaltik pada usus).
Ileus paralitik adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi
normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti.
Penyebab ileus paralitik;
a. Iritasi peritorial e. Toksin typoid
b. Ileus pasca bedah f. Metastase peritoneal yang dipus
c. Setelah trauma abdomen g. Obat-obatan.
d. Gangguan elektrolit
12
13. Ileus paralitik di tandai bila seluruh bagian usus dan gaster mengalami
dilatasi(membesar). Gejala ileus adalah: kembung, muntah, sembelit yang
berat, kram perut.
Perforasi
Perforasi yaitu kebocoran salah satu organ di dalam rongga abdomen.
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh
zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya
lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma
dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah
seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan
waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut
abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri
dan hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami
perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan
pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini
dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
C. Teknik Radiografi
Foto BNO-IVP meliputi foto BNO, 5, 15, 30 dan 45 menit (full blaas) pasca
penyuntikan kontras dan pengosongan buli. Dalam setyiap foto harus diperhatikan
identitas foto dan waktu pelaksanaan foto.
13
14. Foto BNO
Foto BNO bukanlah foto polos abdomen. perbadaan mendasar antara foto BNO dan
foto polos abdomen antara lain:
1. foto BNO diawali dengan persiapan (baca artikel sebelumnya mengenai
persiapan BNO-IVP) sedangkan foto polos abdomen dapat dilakukan tanpa
persiapan. Bahkan seringkali dilakukan tanpa persiapan, contohnya pada ileus
obstruktif maka pasien difoto tanpa persiapan, bahkan sebelum dipasang
NGT.
2. oleh karena foto BNO berusaha untuk menampilkan traktus urinarius dari
ginjal hingga kandung kencing, maka luas eksposure harus mencakup itu
semua. oleh Karena saluran kencing radiolusen dan tidak tampak dalam foto
polos (setelah disuntikkan kontras akan tampak), maka digunakan tulang
sebagai skeletopi ( penanda). Dalam foto BNO harus tampak/ dibatasi bidang:
batas sisi atas adalah setinggi vertebra thorax X, batas sisi lateral adalah kedua
alae ossis ilii harus tervisualisasi sempurna dan batas bawah adalah 2 cm
dibawah simfisis pubis. Sedangkan foto polos abdomen tidak perlu seluas itu.
3. sesuaikan kilovolt dan miliamper. Foto BNO sebaiknya dapat membedakan
antara jaringan keras (tulang), jaringan lunak (otot dan kulit), serta udara.
Ketiga hal tersebut harus dapat dibedakan.
14
15. 4. oleh karena foto rontgen adalah foto 2 dimensi maka pengetahuan anatomi
haruslah baik. Jaringan sisi depan akan tumpang tindih dengan jaringan sisi
belakang. Contohnya batu kandung empedu mungkin dikira sebagai batu
ginjal, oleh karena jika dilihat dengan sinar AP (dari depan ke belakang) batu
kandung empedu berada di proyeksi ginjal. Seandainya ditemukan hal
tersebut, sebaiknya dilakukan foto oblik atau lateral sehingga akan jelas di
anterior atau posterior.
Foto 5 menit
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menilai foto 5 menit antara lain:
1. apakah kontras telah mengisi kedua sistem pelvikokaliks? Normal kedua
ginjal akan tampak dan sistem pelvikokaliks telah terisi kontras. Pada menit 1
hingga 3 pasca penyuntikan kontras, kontras telah mengisi korteks ginjal,
pada saat ini akan dapat dilihat kontur atau bayangan tepi ginjal. Coba
perhatikan antara bayangan kontur ginjal pada BNO dibanding dengan 5
menit, jika masih sama berarti kontras belum memasuki korteks, seandainya
kontras telah berada di korteks maka bayangan ginjal akan lebih tampak jelas.
2. apakah bentuk kaliks ginjal normal atau terdistorsi? jika terdapat gambaran
seperti “laba-laba memeluk telur” maka dicurigai terdapat kista ginjal.
15
16. 3. Seandainya pada BNO terdapat bayangan radioopak, pada foto inidapat
disimpulkan letak batu tersebut, apakah di kaliks superior, medius ataupun
kaliks inferior ataupun di pyelum.
4. Seandainya terdapat satu bagian atau polus yang tidak terisi kontras tetapi
bagian lain terisi dengan baik, kita harus mencurigai adanya tumor ginjal.
5. ukurlah panjang dan lebar tiap leher kaliks.
Foto 15 menit
Pada foto 15 menit, sebelum melihat lebih jauh, perhatikan diatas allae ossis ilii.
Terdapat 2 aliran besar pada tehnik foto 15 menit. Aliran teori pertama adalah
melakukan pembendungan ureter yang dilakukan dengan menekankan 2 buah
separuh bola tenis di sekitar lumbal 5. Pada foto akan tampak sebagai 2 buah
bayangan radioopak. Tindakan ini dimaksudkan agar ureter dan sistema
pelvikokalis terisi kontras yang akan memudahkan identifikasi jika terdapat
16
17. stenosis atau batu kecil. Tetapi pada tindakan ini sistem pelvikokalis akan tampak
hidronefrosis, sehingga kesimpulan hidronefrosis tidak boleh diambil pada foto
ini. Aliran kedua, adalah aliran yang tidak melakukan pembendungan ureter. Pada
foto 15 menit kita akan menilai pasase ureter, bentuk ureter dan adanya stenosis
serta batu di ureter. Jika pada BNO terdapat bayangan radioopak di sekitar
proyeksi ureter maka pada foto ini carilah bayangan tadi. Apakah bayangan opak
tadi di ureter taupun tidak.
Foto 30 menit
Pada foto ini perhatikanlah:
1. apakah terdapat hidronefrosis pada kedua ginjal?
2. pada ureter distal saat akan memasuki kandung kencing. Jika terdapat
gambaran “Fish hook appearance” (seperti mata kail) maka hal ini sangat
17
18. khas pada pembesaran prostat. JIka terdapat “Cobra Head appearance”
kita akan mencurigai adanya divertikel ureter.
Foto 45/60 menit /full bladder/buli penuh
Pada foto ini:
1. Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun
filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat?
2. gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.
3. bentuk buli terkadang membantu penegakan diagnosis neurologis. gambaran
buli yang bulat dan besar sangat mungkin menderita neurogenik bladder tipe
18
19. flaksid. Gambaran buli yang kecil dengan divertikel yang banyak
(divertikulosis) dengan bentuk “christmas tree appearance” patognomonik
pada neurogenik bladder tipe spastik.
Foto Pengosongan Buli
Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal?
Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat
sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang lemah.
Setelah Membaca tiap tiap tahap BNO-IVP maka harus disimpulkan:
bagaimanakah fungsi kedua ginjal?
19
20. bagaimanakah kondisi anatomik ginjal dan ureter, adakah hidronefrosis,
kingkin ureter?
bagaimanakah kondisi buli? adakah tumor buli?
bagaimanakah fungsi pengosongan buli?
adakah vesikoureteral refluks.
20
21. Persiapan BNO IVP
Persiapan BNO-IVP yang baik akan menghasilkan foto BNO-IVP yang baik dan
dapat memberikan data yang akurat. Persiapan yang dilakukan minimal 1 hari
sebelum rÖntgen. Persiapan yang perlu dilakukan berupa puasa bicara, dan berhenti
merokok minimal 24 jam sebelum rÖntgen. Perlu diperhatikan pada penderita
diabetes mellitus yang mengkonsumsi metformin. Pada pasien yang mengkonsumsi
metformin harus dihentikan minimal 2×24 jam sebelum tindakan. Untuk sementara
waktu obat anti hiperglikemik digantikan dengan obat jenis yang lain. Pemberian
metformin bersama dengan kontras iodine (contohnya urografin, iopamiro) dapat
menyebabkan asidosis laktat.
Posisi pasien
1. Antero posterior supine (AP)
Tujuannya untuk melihat apakah ada gambaran distensi gas pada traktus
gastrointestinal.
Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan
Posisi objek : Mid sagital palne (MSP) tubuh tengah meja pemeriksaan
kemudian batas atas kaset processus xypoideus serta
batas bawahnya 5 cm dari simpisis pubis dari atas
kebawah.
CR : Vertikal dan tegak lurus terhadap kaset
21
22. CP : Sejajar umbilikus
Kriteria :
a. Tulang iga bagian bawah, pelvis dan hip joint sama jaraknya dari
tepi radiografi kedua sisi.
b. Pasien tidak berotasi ditandai dengan:
1. Processus dipertengahan columna vertebra lumbal.
2. Spina iliaca dan pelvis simetris jika terlihat
3. Sayap iliaca simetris
Gambar : 2.4 Posisi AP supine (Merril’s hlm 38)
22
23. D. Proses Pencucian
Untuk mendapatkan gambaran rontgen yang sudah diexpos harus diproses
melalui siklus pembangkit (developer), pembilas (ringsing), penetap (fixing),
pencuci (washing) dan pengering (drying). Sedangkan siklus pada alat otomatis
sama dengan manual tanpa pembilasan (rinsing). Adapun teknik pencucian yang
dilakukan penulis dalam karya tulis ini yaitu menggunakan processing manual.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Dalam menulis laporan ini, maka penulis mengambil kasus ileus paralitik
yang berlokasi di radiologi IRD Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar .
B. Metode Penelitian
Metode ini nenggunakan metode laporan meliputi;
a. Pustaka,
Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku
maupun literature lain yang ada kaitannya dengan masalah yang di bahas
dengan maksud untuk memudahkan penulis dalam menyusun karya tulis ini.
23
24. b. Metode wawancara (interview)
Dalam mengumpulkan bahan, penulis juga melakukan wawancara dengan
radiografer serta dokter yang bertanggung jawab dalam melakukan
interprestasi foto yang ada di unit radiologi serta dokter muda yang mengantar
pasien ke radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
1. Data pasien
Berikut ini data pasien yang diambil sampel oleh penulis:
Nama : Tn. X
Umur : 42 Thn
Jenis kelamin : Perumpuan
Klinis :
2. Persiapan pasien
Pada pukul 20.00 merupakan makan dan minum terakhir. Pada pukul 22.00
diberikan 20 gram garam inggris yang dicampurkan dalan 300 cc air putih.
Pada pukul 04.00 hari BNO-IVP pasien dilakukan lavemen dan dulcolax supp
2. Lavemen dilakukan dengan cara memasukkan gliserin 125 cc dengan NaCl
24
25. 0,9% 250 cc kedalam anus. ditunggu 1 jam dan kemudian pasien disarankan
BAB. setelah BAB Baru di masukkan dulcolak supp 2 tadi
pada pukul 08.00 pasien dikirim ke departemen radiologi. Dilakukan skin test
di antebrachii dengan kontras yang akan digunakan sebanyak 0,1cc. jika
terdapat tanda alergi berupa kemerahan, gatal, bengkak dan sebagainya maka
disarankan untuk tidak dilakukan BNO IVP dan diganti dengan modalitas
diagnostic lainnya misalnya MRI.
Perlu diperhatikan: pasien harus dalam kondisi hidrasi yang cukup.
Seandainya pasien dalam kondisi under hidrasi maka kerja ginjal untuk
mengekskresi kontras akan lebih berat dan dapat terjadi gangguan fungsi
ginjal. Disarankan dipasang infus untuk menjamin hidrasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
26. A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut terutama pada kasus ileus paralitik dengan
proyeksi AP supine, AP erect, LLD yang penulis dapatkan di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka penulis dapatkan hasil sebagai berikut:
GambarL:4.1 Proyeksi AP Supine
Gambar 4.2 Hasil radiografi AP
Supine
Gambr 4.3 Proyeksi LLD Gambar 4.4 Hasil Radiografi Proyeksi
LLD
26
27. Gambar 4.5 Proyeksi AP tegak Gambar 4.6 Hasil Radiografi Proyeksi
AP Tegak
Hasil baca foto abdomen 3 posisi pada klinis ileus paralitik:
a. Tampak distribusi bayangan udara pada bagian proksimal abdomen
sampai bagian distal abdomen.
b. Tampak distended pada colon, tidak tampak distended pada usus
halus.
c. Tampak beberapa air fliud level dengan differensiasi yang rata.
d. Tidak tampak gambaran herring bone.
e. Psoas line tidak tampak
f. Preperitoneal fat line intak
g. Tidak tampak udara bebas disubdiafragma.
Kesan:
1. Gambaran ileus paralitik localized
2. Tidak tampak tanda-tanda perforasi
27
28. B. Pembahasan
Pada umumnya pemeriksaan abdomen dengan klinis ileus paralitik dapat
dilakukan dengan 3 posisi yaitu posisi AP supine, left lateral decubitus (LLD) dan
AP erect hal ini sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan pada IRD rumah sakit
dr. wahidin sudirohusodo Makassar yang diambil dalam 3 posisi diawali dengan
posisi supine, selanjutnya erect (mencakup bagian paru diatas diafragma) dan left
lateral decubitus (LLD) mampu memastikan apakah hasil radiografi pasien
menderita ileus atau bukan dengan informasi yang diperoleh melalui tanda-tanda
radiologis apakah terjadi gambaran distensi dari lambung dan usus terdistensi
.Hasil radiografi posisi erect kasus ileus memperlihatkan gambaran air fluid level
yang sangat jelas, panjang dan bertangga-tangga.
Pemotretan cito abdomen di IRD RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO
HUSODO MAKASSAR mampu menvisualisasikan udara bebas (free air), batas
cair (fluid level), batas cairan dan udara (air fluid level), distensi gas (udara)
dalam tractus gastrointestinal dan adanya kalsifikasi untuk itu pengaturan secara
seksama factor eksposi, posisi pasien dan area pemotretan.
Factor eksposi yang digunakan untuk pemotretan cito abdomen pada
kasus ileus,di IRD Rumah Sakit Wahidin sudirohusodo sudah mampu
mendemonstrasikan secara tegas batas udara dan ciran dan distensi (pelebaran)
karena udara dalam usus. Gambaran air fluid level dapat menjadi informasi
28
29. radiologis yang akan memberi kesan apakah ileus terjadi akibat gangguan saraf
pada usus besar ( ileus paralitik ).
Berdasarkan hasil radiografi pada kasus yang diperoleh dapat terlihat
adanya distribusi bayangan udara pada bagian proksimal abdomen sampai bagian
distal abdomen. tampak distended pada colon dan tampak beberapa air fliud level
dengan differensiasi yang rata yang ditandai dengan gambaran ileus paralitik
localized.
Pada pemeriksaan cito foto abdomen di IRD RS. Wahidin sudirohusodo
ditangani secara cepat dan tepat sehingga tidak . memperparah kondisi pasien.l
Radiografi yang dihasilkan segera di bawa ke dokter jaga radiologi untuk di
interpretasikan dan hasilnya segera di berikan kepada keluarga atau dokter yang
menanganinya.
29
30. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada kasus ileus paralitik di IRD Rumah Sakit wahidin Sudirohusodo
dilakukan pemeriksaan abdomen 3 posisi yaitu posisi AP supine, AP
erect dan left lateral decubitus (LLD).
2. Dalam keadaan cito pasien pemeriksaan perlu dilakukan secara cepat ,
tepat dan cermat sehingga tidak memperparah kondisis pasien.
B. Saran
1. Dalam keadaan cito diharapkan petugas dapat bekerja dengan cepat, tepat dan
akurat serta jangan sampai memperparah kondisi pasien.
2. Untuk menghindari ketidaknyamanan dan mempercepat proses kerja maka
sebaiknya pasien yang berada diatas brankar langsung difoto tanpa harus
memindahkannya terlebih dahulu.
30
31. DAFTAR PUSTAKA
1. Merril’s Vinita, Atlas Of Rantgenographie Posision And Radiologic
Procedures, volume two, fourth edition louisL: the mosby company.(1975)
2. Ners, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.(2005)
3. Pearce Evelyn, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis, Jakarta 1995.
4. Rasad Sjahrir, Radiologi Diagnostik, edisi kedua,Jakarta, 2005.
5. Gambar Anatomi dan Fisiologi Abdomen availabe at http:
www.nucleusing.com/imagescooked/406w.jpg
31
32. RIWAYAT HIDUP
NAMA : NURLAELA
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : LANGK0WA,10 JUNI 1988
NAMA AYAH : SULAIMAN
NAMA IBU : SAMO
PENDIDIKAN :
1 SD INPRES LANGKOWA LULUS TAHUN
2000
2 SMP NEGERI 2 TINGGI MONCONG LULIS
TAHUN 2003
3 SMA MUHAMMADIYAH WILAYA SUL-
SEL LULUS TAHUN 2006
32