Dokumen tersebut merangkum beberapa tes dermatologi manual yang rutin dilakukan, seperti diaskopi untuk menilai blanchability kulit, tanda Nikolsky untuk melihat pemisahan lapisan epidermis, tanda Auspitz untuk mendeteksi papilomatosis pada psoriasis, fenomena tetesan lilin dan Koebner pada berbagai penyakia kulit, serta uji triple response of Lewis dan dermatographism. Dokumen ini sangat berguna bagi dokter untuk mendi
Laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil selama 1 hari dan sering ingin buang air kecil namun urine tidak keluar disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien memiliki riwayat sulit buang air kecil selama 2 tahun terakhir ini.
Selulitis bermanifestasi dengan eritema, edema dan kehangatan. Penyebab utamanya adalah Streptococcus beta-hemolitik dan Staphylococcus aureus. Terapi untuk selulitis non-purulen meliputi antibiotik empiris untuk Strep dan MRSA, sedangkan selulitis purulen memerlukan terapi MRSA. Pasien yang membutuhkan rawat inap dapat diberi vankomisin.
Penyakit Hashimoto adalah kondisi autoimun kronik yang menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan kerusakan sel-sel tiroid dan defisiensi hormon tiroid. Faktor genetik dan lingkungan seperti infeksi atau iodium dapat memicu respon autoimun melawan antigen tiroid, yang mengakibatkan hipotiroidisme. Gejala hipotiroidisme dan pembesaran kelenjar tiroid dapat diobati dengan penggantian hormon tiroid secara lifelong.
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil selama 1 hari dan sering ingin buang air kecil namun urine tidak keluar disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien memiliki riwayat sulit buang air kecil selama 2 tahun terakhir ini.
Selulitis bermanifestasi dengan eritema, edema dan kehangatan. Penyebab utamanya adalah Streptococcus beta-hemolitik dan Staphylococcus aureus. Terapi untuk selulitis non-purulen meliputi antibiotik empiris untuk Strep dan MRSA, sedangkan selulitis purulen memerlukan terapi MRSA. Pasien yang membutuhkan rawat inap dapat diberi vankomisin.
Penyakit Hashimoto adalah kondisi autoimun kronik yang menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan kerusakan sel-sel tiroid dan defisiensi hormon tiroid. Faktor genetik dan lingkungan seperti infeksi atau iodium dapat memicu respon autoimun melawan antigen tiroid, yang mengakibatkan hipotiroidisme. Gejala hipotiroidisme dan pembesaran kelenjar tiroid dapat diobati dengan penggantian hormon tiroid secara lifelong.
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Dokumen tersebut membahas tentang psoriasis vulgaris. Psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan adanya bercak merah dengan sisik kulit tebal dan kasar pada beberapa bagian tubuh seperti kepala, siku, lutut, dan bagian belakang. Penyebabnya belum jelas namun dipengaruhi faktor genetik dan autoimun. Pengobatannya meliputi pengobatan topikal seperti salep ter, k
Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan munculnya papula kemerahan yang sangat gatal pada bagian ekstremitas. Penyebabnya belum diketahui pasti namun diduga faktor genetik dan alergi memiliki peran. Penatalaksanaannya meliputi antihistamin dan kortikosteroid untuk mengurangi gatal dan inflamasi. Prognosinya cenderung membaik seiring bertambahnya usia.
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
This document provides an overview of corneal anatomy, functions, diseases, and infections. It discusses the layers of the cornea and their roles. Common corneal conditions described include keratitis (inflammation of the cornea), which can be caused by bacteria, viruses, fungi, or non-infectious factors. Bacterial keratitis often presents with ulcers and infiltrates in the cornea and can lead to worsening infection if not treated promptly. Viral keratitis is commonly caused by herpes simplex or zoster viruses. Allergic and neurotrophic keratitis are also summarized. The document emphasizes the importance of prompt treatment for large corneal ulcers to prevent complications like corneal perforation.
Morbus Hansen atau penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis dan klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan status imun. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-bakteri selama berbulan-bulan untuk mencegah komplikasi dan menyembuhkan pasien. Pencegahan melalui sanitasi lingkungan dan menjaga daya t
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Berikut adalah ringkasan dokumen laporan kasus Tinea (Pityriasis) versicolor dalam 3 kalimat:
Kasus seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan bercak kulit di dada yang muncul sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi di dada. Diagnosis yang didiagnosis adalah Tinea (Pityriasis) versicolor berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerik
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Fixed drug eruption x hipersensitivitasnissazarael
Fixed drug eruption (FDE) is a type of drug allergy reaction where skin lesions recur in the same location each time the causative drug is taken. According to studies, FDE accounts for 16-30% of drug eruption cases seen in hospitals. FDE is characterized by well-demarcated round or oval lesions that are usually accompanied by burning sensation. Treatment involves identifying and avoiding the culprit drug, giving systemic corticosteroids like prednisone to reduce inflammation, and applying topical corticosteroids on dry lesions. FDE will resolve once the triggering drug is removed.
Dokumen tersebut membahas tentang psoriasis vulgaris. Psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan adanya bercak merah dengan sisik kulit tebal dan kasar pada beberapa bagian tubuh seperti kepala, siku, lutut, dan bagian belakang. Penyebabnya belum jelas namun dipengaruhi faktor genetik dan autoimun. Pengobatannya meliputi pengobatan topikal seperti salep ter, k
Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan munculnya papula kemerahan yang sangat gatal pada bagian ekstremitas. Penyebabnya belum diketahui pasti namun diduga faktor genetik dan alergi memiliki peran. Penatalaksanaannya meliputi antihistamin dan kortikosteroid untuk mengurangi gatal dan inflamasi. Prognosinya cenderung membaik seiring bertambahnya usia.
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
This document provides an overview of corneal anatomy, functions, diseases, and infections. It discusses the layers of the cornea and their roles. Common corneal conditions described include keratitis (inflammation of the cornea), which can be caused by bacteria, viruses, fungi, or non-infectious factors. Bacterial keratitis often presents with ulcers and infiltrates in the cornea and can lead to worsening infection if not treated promptly. Viral keratitis is commonly caused by herpes simplex or zoster viruses. Allergic and neurotrophic keratitis are also summarized. The document emphasizes the importance of prompt treatment for large corneal ulcers to prevent complications like corneal perforation.
Morbus Hansen atau penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis dan klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan status imun. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-bakteri selama berbulan-bulan untuk mencegah komplikasi dan menyembuhkan pasien. Pencegahan melalui sanitasi lingkungan dan menjaga daya t
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Berikut adalah ringkasan dokumen laporan kasus Tinea (Pityriasis) versicolor dalam 3 kalimat:
Kasus seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan bercak kulit di dada yang muncul sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi di dada. Diagnosis yang didiagnosis adalah Tinea (Pityriasis) versicolor berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerik
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Fixed drug eruption x hipersensitivitasnissazarael
Fixed drug eruption (FDE) is a type of drug allergy reaction where skin lesions recur in the same location each time the causative drug is taken. According to studies, FDE accounts for 16-30% of drug eruption cases seen in hospitals. FDE is characterized by well-demarcated round or oval lesions that are usually accompanied by burning sensation. Treatment involves identifying and avoiding the culprit drug, giving systemic corticosteroids like prednisone to reduce inflammation, and applying topical corticosteroids on dry lesions. FDE will resolve once the triggering drug is removed.
1. UJI DERMATOLOGI MANUAL
Dr. Sarah Diba, SpKK, FINSDV
Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi
FK UNSRI/RSMH Palembang
2019
2. Diaskopi
• Menilai blanchability kulit
• Penekanan dengan jari / kaca objek / clear
plastic plate → diamati perubahan warna yg
terjadi
• Membedakan eritema sekunder akibat
vasodilatasi yang memucat pada penekanan,
dengan ekstravasasi eritrosit (purpura) berupa
warna merah yang menetap
2
3. Tekanan langsung ini menyebabkan pengaliran
keluar darah dari pembuluh darah di area
pemeriksaan → lesi memucat → ERITEMA
Bila ada darah/eritrosit di dermis atau clotting
dalam pembuluh darah → darah tidak dapat
bergerk → PURPURA atau EKIMOSIS
3
4. 4
Cara melakukan
Tes Diaskopi. Transparent
glass late untuk diaskopi (a)
Eritema memucat pada
tekanan glass plate (b,c)
Purpura tidak memucat pada
tekanan
6. Lupus vulgaris karakteristik dengan plak soliter yang terdiri
dari papul merah kecoklatan → menunjukkan gambaran khas
apple jelly colour pada diaskopi 6
7. NIKOLSKY SIGN
7
Pemisahan lapisan luar epidermis yang cepat dari lapisan
basal dengan mengelupasnya kulit akibat trauma minor,
seperti tekanan geser atau gosokan yang kuat pada
daerah terkena
Dapat terjadi pada :
- pemfigus
- penyakit kulit berlepuh herediter
- scalded skin syndrome
- nekrolisis epidermal toksik
- luka bakar termal
8. 8
Acantholytic disorders
Pemfigus
Staphylococcal scalded skin syndrome
(SSSS)
Steven Johnson Syndrome
Toxic epidermal necrolysis
Nikolsky positif bila epidermis terlepas
dari dermis akibat tekanan ke lateral
menggunakan jari → daerah erosi
9. 9
Lapisan superfisial layers kulit
terlepas dari lapisan
dibawahnya dgn gerakan
menekan & sedikit
menggosok. Pengelupasan
kulit meninggalkan daerah
basah, merah, dan nyeri
Nikolsky’s sign
12. AUSPITZ SIGN
12
Gambaran titik perdarahan halus multipel bila
skuama diangkat dari plak psoriatik
Tujuan : membuktikan adanya papilomatosis
Tanda diagnostik untuk psoriasis
Auspitz's sign positif bila dengan melepas
skuama berlapis suatu lesi → menghasilkan pint
point bleeding
17. FENOMENA TETESAN LILIN
17
Fenomena Karsvlek
Skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada goresan, seperti
lilin yang digores → karena indeks
bias berubah
Cara menggores dapat dengan tepi
gelas objek
18. • Pada skuama pasien psoriasis
dilakukan penggoresan menggunakan
tepi kaca objek
• Goreslah bagian tengah skuama lesi
pasien secara perlahan. Kemudian
perhatikanlah perubahan yang terjadi
akibat goresan tersebut
• Interpretasi : Positif → jika terjadi
perubahan warna menjadi lebih putih
18
Cara melakukan
19. Fenomena Koebner’s
19
Trauma pada kulit penderita dapat
menyebabkan kelainan yang sama →
respon isomorfik
Timbul kisaran 7-14 hari dari saat
trauma
Trauma dapat berupa garukan
(scratching) atau gosokan (rubbing)
20. Cara melakukan
• Penggoresan mulai dari bagian tengah lesi
sampai area kulit yang sehat dgn
kedalaman mencapai dermis. (Superficial
scratches involving the epidermis alone will not produce
new psoriatic rashes).
• Hasil positif :
lesi baru yang sama dengan lesi induk dalam waktu
7 – 14 hari
31. Triple response of Lewis
1. Red reaction:
Red line(transient local vasodilatation due to
histamine), appears in few seconds
2. Wheal:
Localized edema in the region of the redline
(increased capillary permeability and exudation of
fluid from capillaries and venules due to histamine
release), appears in 1 min
3. Flare:
Spreading redness extending beyond the res line (due
to axon reflex), appears slowly
32. Pathophysiology triple response of Lewis:
Firm stroking of the skin produces an initial red line
(capillary dilatation)
axon-reflex flare with broadening erythema
(arteriolar dilatation)
the formation of a linear wheal
(transudation of fluid/edema)
33. Dermatographism
= skin writing/dermographism/dermatographic urticaria.
• Exaggeration of triple response of Lewis dermatographism.
• Develops within five minutes of stroking the skin and persists
for 15-30 min in contrast to the normal triple response of Lewis
that subsides in less than 5-10 min.
• Caused by 'mechanico-immunological' stimulation of mast
cells that release histamine
34. White dermographisme
• When the skin is stroked with a blunt
object, instead of erythema, a white line
surrounded by an area of blanching appears
due to capillary vasoconstriction.
• This phenomenon can occur normally but is
more pronounced in atopic subjects.
40. Johnson EG., James TE. Psoriasis. In: Goldsmith LA, Katzs SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolf K, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 9th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc, 2019. p. 457-97.