Media video materi sel untuk kelas XI IPA SMA ini dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman siswa akan materi sel yang dirasakan sulit. Video ini divalidasi oleh ahli media, ahli materi, dan guru untuk mengetahui kelayakannya sebelum diuji coba pada siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa video ini layak digunakan dengan beberapa perbaikan sesuai saran."
Presentation Sidang Skripsi Teknik Informatika "Aplikasi Pembelajaran Bahasa ...Sarminto S.Kom
Â
Ini merupakan presntasi sidang skripsi saya jurusan teknik informatika dengan judul Aplikasi Pembelajaran Bahasa Mandarin Tingkat Dasar studi kasus SDN 69 Pangkalpinang.
Cara penggunaan :
1. Download terlebih dahulu
2. Jalankan menggunakan Ms. PowerPoint
3. Klik Slide Show (F5)
4. Tujuannya agar mudah dilihat,,heheh
Presentation Sidang Skripsi Teknik Informatika "Aplikasi Pembelajaran Bahasa ...Sarminto S.Kom
Â
Ini merupakan presntasi sidang skripsi saya jurusan teknik informatika dengan judul Aplikasi Pembelajaran Bahasa Mandarin Tingkat Dasar studi kasus SDN 69 Pangkalpinang.
Cara penggunaan :
1. Download terlebih dahulu
2. Jalankan menggunakan Ms. PowerPoint
3. Klik Slide Show (F5)
4. Tujuannya agar mudah dilihat,,heheh
Best Practice Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Mata Pelajaran Teknik Pengolahan Audio video untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Peserta Didik Kelas XII Multimedia SMKN 4 Banjarbaru
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Â
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
PRESENTASI T TEST (GROUP 1) -07 DESEMBER 2021.pptx
Â
Contoh Skripsi
1. PENGEMBANGAN VIDEO MATERI SEL UNTUK KELAS XI IPA
SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
Atik Purwati, Sueb, Endang Suarsini
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: atikismroni@gmail.com
ABSTRAK: Materi sel dirasakan abstrak dan cukup sulit oleh siswa. Nilai
ulangan harian untuk materi ini menunjukkan 50% dari keseluruhan siswa tidak
mencapai kompetensi. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan video materi sel
serta menguji kelayakan, keterterapan, dan keefektifan video materi sel untuk
kelas XI IPA SMA. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket. Validasi media
dilakukan oleh tiga orang validator, yaitu satu ahli media dan dua ahli materi. Uji
coba produk dilakukan pada kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Mejayan. Data
kuantitatif diperoleh dari skor yang diberikan oleh validator dan siswa. Data
kualitatif diperoleh dari komentar dan saran validator yang digunakan untuk
perbaikan media video. Data kuantitatif dianalisis menggunakan persentase.
Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media video dilakukan
pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media video materi sel
ini dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah dengan menambahkan
beberapa saran dari validator. Hasil belajar siswa juga meningkat setelah
menggunakan media video.
Kata Kunci: media video, sel, validasi, uji coba produk, SMA Negeri 1 Mejayan
Siswa SMA termasuk kelompok individu yang sudah mencapai tahap
operasional formal. Individu pada tahap ini sebenarnya tidak perlu berpikir
dengan bantuan benda atau peristiwa konkret. Hal ini mempermudah siswa SMA
untuk mempelajari materi biologi yang sebagian abstrak. Kenyataannya, tidak
semua siswa SMA dapat mencapai tahapan ini secara maksimal sesuai teori
Piaget. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
lingkungan. Faktor eksternal (lingkungan luar) siswa secara tidak langsung dapat
mempengaruhi dalam cara menerima, menginternalisasi, dan merespons
rangsangan sehingga kemampuan mereka dalam belajar berbeda.
Berdasarkan hasil wawancara pada Sabtu, 24 November 2012 dengan lima
siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Mejayan, siswa menjelaskan bahwa ada
beberapa materi yang sulit, salah satunya sel. Materi sel dirasakan abstrak dan
sulit karena siswa hanya belajar dengan menggunakan LKS dan mendengarkan
ceramah guru. Ketika dilakukan observasi, terlihat bahwa tidak semua siswa
mampu belajar dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya
sekitar 56%. Hal ini menunjukkan bahwa setengah dari keseluruhan siswa belum
memahami materi sel.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, mata pelajaran biologi di
SMA Negeri 1 Mejayan jarang menggunakan media pembelajaran dalam proses
belajar. Media pembelajaran yang digunakan berupa transparansi OHP dan
Powerpoint. Media inipun jarang digunakan, umumnya siswa belajar dari buku
dan mengerjakan LKS. Oleh karena itu, dibutuhkan media yang sesuai tujuan
untuk menyampaikan materi yaitu dengan memanfaatkan media audiovisual
berupa video. Kompetensi dasar yang dikembangkan dalam media ini adalah
mengidentifikasi organel sel tumbuhan dan hewan.
1
2. Ada beberapa pertimbangan penggunaan program video dalam pendidikan,
yaitu menampung data penting secara efisien dalam berbagai bentuk dan dapat
membantu guru untuk menunjukkan bagian atau sekuen gambar tertentu. Video
juga mampu menyediakan beragam pengalaman pada peserta didik, misalnya
mendemonstrasikan kegiatan praktikum, eksperimen atau materi pelajaran yang
bersifat keterampilan, menyediakan berbagai informasi berdasarkan sumber atau
kenyataan kehidupan yang nyata, dan menggantikan kegiatan studi lapangan
(Amini, 2006).
Media video yang dikembangkan mengkombinasikan media Powerpoint
dengan Camtasia Studio. Wijayanto (2010) menjelaskan bahwa Camtasia ini
digunakan untuk merekam semua aktivitas yang ada pada desktop komputer.
Software ini bisa dimanfaatkan untuk membuat media pembelajaran berbasis
multimedia dan e-learning. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar
dapat menyalurkan pesan dan membantu mengatasi hal di atas. Media
pembelajaran mampu mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan biaya. Konsep
yang terlalu kompleks atau luas dapat divisualisasikan dalam bentuk yang lebih
sederhana, misalnya dengan menggunakan gambar dan video.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safriani (2010)
multimedia video pembelajaran Microsoft Office 2007 menggunakan software
Camtasia Studio 6.0 layak digunakan untuk pembelajaran. Video pembelajaran ini
berupa video tutorial yang menggambarkan penggunakan Microsoft Office 2007.
Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Fahmi (2012) menunjukkan bahwa
media pembelajaran mandiri berbentuk video pokok bahasan listrik dinamis
menggunakan Camtasia untuk siswa SMA valid digunakan dalam pembelajaran
di SMA. Dalam penelitian ini, media dianggap cukup valid jika hasil validasi dan
uji coba didapatkan rerata antara 2,51 – 3,25 dengan rentangan 0,00 – 4,00.
Berdasarkan analisis data keseluruhan uji coba pada 13 orang siswa di atas,
didapatkan rerata sebesar 3,15. Nilai rerata ini menunjukkan bahwa media
pembelajaran yang dikembangkan mendapatkan hasil cukup valid.
Studi pengembangan media telah banyak dilakukan seiring dengan
tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan sekolah di Indonesia. Sekolah adalah
lembaga yang bersifat kompleks dan unik lainnya. SMA Negeri 1 Mejayan
merupakan salah satu SMA terfavorit di Kabupaten Madiun, tetapi metode
pembelajaran yang digunakan masih konvensional. Guru biologi mengajarkan
materi biologi dengan ceramah dan mengerjakan LKS sehingga siswa menjadi
jenuh belajar. Padahal siswa lebih bersemangat dan antusias untuk mempelajari
materi dengan media pembelajaran yang lebih menarik.
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah, (1) untuk
menghasilkan video materi sel, dan (2) menguji kelayakan, keterterapan, dan
keefektifan video materi sel untuk kelas XI IPA SMA.
METODE
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian
pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah four D model (4-D). Model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D ini
dikembangkan oleh Thiagarajan et al (1974). Model pengembangan 4-D terdiri
atas 4 tahap, yaitu define (mendefinisikan), design (merancang), develop
(mengembangkan), dan disseminate (menyebarkan). Namun, dalam penelitian ini
2
3. hanya dilakukan sampai tahap 3-D karena produk pengembangan tidak sampai
disebarkan ke sekolah lain.
Tujuan tahap define adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat
pembelajaran. Tahap awal ini didasarkan pada kegiatan analisis yang meliputi:
analisis kebutuhan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan analisis
tujuan materi pembelajaran. Tujuan analisis kebutuhan ini adalah untuk
mengetahui masalah dasar yang diperlukan dalam menyiapkan media
pembelajaran. Selama analisis ini, kemungkinan alternatif pemecahan masalah
juga disertakan. Berdasarkan masalah ini maka dipilih media pembelajaran yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
Analisis siswa dapat dilakukan dari kemampuan berfikir siswa. Analisis
siswa dijadikan kerangka acuan dalam menyusun media pembelajaran. Kerangka
acuan ini dapat berupa penentuan materi yang akan disajikan dan penyusunan soal
yang dibutuhkan siswa. Analisis tugas digunakan untuk merinci komponen materi
yang dikembangkan pada materi sel. Analisis konsep dilakukan dengan cara
mengidentifikasi konsep yang ditulis di dalam media yang dikembangkan. Konsep
ini kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk peta konsep. Penyusunan
tujuan instruksional didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang sudah ada pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran
biologi SMA kelas XI program IPA semester gasal.
Tahap design bertujuan untuk merancang suatu prototype perangkat
pembelajaran. Tahap ini meliputi penyusunan materi, pemilihan media, pemilihan
format pengembangan media, dan desain awal. Video pembelajaran yang
dikembangkan memanfaatkan Powerpoint yang direkam dengan software
Camtasia Studio 7.1. Video dilengkapi dengan peta konsep, latihan soal, dan soal
evaluasi. Peta konsep dan latihan soal dalam bentuk PDF. Soal evaluasi dibuat
dalam bentuk flash.
Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari validator. Tahap ini meliputi
validasi, uji coba produk, dan revisi. Validasi bertujuan untuk mengetahui apakah
media yang dikembangkan layak atau tidak untuk digunakan sebagai media
pembelajaran. Validasi dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Validasi dari
ahli materi bertujuan untuk memperoleh data berupa penilaian, pendapat,
komentar, dan saran terhadap isi dari media yang dikembangkan dan alat
evaluasinya. Validasi dari ahli media bertujuan untuk mendapatkan masukan
mengenai isi, penggunaan bahasa, dan tampilan media yang kurang atau tidak
dapat dipahami. Selanjutnya masukan ini digunakan untuk revisi berikutnya. Uji
coba produk dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Mejayan.
Desain uji media dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Bagan Desain Uji Media
3
Media Video Materi
Sel Kelas XI IPA SMA
Validasi Dosen
Biologi
Validasi Ahli
Media
Validasi Guru
Biologi
RevisiUji Coba
Produk
4. Data yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif dihasilkan dari tanggapan ahli media, ahli materi,
dan tanggapan siswa mengenai produk yang dikembangkan. Data kuantitatif
berupa nilai rerata yang diperoleh dari skor angket validasi yang disusun dengan
skala Likert (skala bertingkat) dan evaluasi hasil belajar siswa dengan pretest dan
posttest. Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa angket. Sedangkan
pengumpulan data untuk mengukur hasil belajar siswa digunakan pretest dan
posttest.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif dari validator ahli media, ahli materi,
guru, dan siswa dianalisis dengan teknik analisis data persentase. Adapun rumus
yang digunakan untuk mengolah data sebagai berikut.
(Arikunto, 2009: 235)
Keterangan:
P = persentase
Σx = jumlah jawaban responden dalam satu item
Σxi = jumlah jawaban keseluruhn nilai ideal dalam satu item
100% = konstanta
Hasil analisis data yang berupa persentase tersebut kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria nilai konversi atau kualifikasi penilaian yang disajikan pada Tabel
1 sebagai berikut.
Tabel 1.1 Kriteria Nilai Konversi
Persentase
(%)
Nilai Konversi
Standar 4
Tingkat
Validitas
Keterangan
80 – 100 4 Sangat
tinggi
Produk baru siap dimanfaatkan di lapangan
sebenarnya untuk kegiatan pembelajaran
60 – 79 3 Tinggi Produk dapat dilanjutkan dengan menambahkan
sesuatu yang kurang dan melakukan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Penambahan yang dilakukan
tidak terlalu besar dan tidak mendasar
50 – 59 2 Cukup
tinggi
Merevisi dengan meneliti kembali secara seksama
dan menyempurnakan kelemahan-kelemahan
produk
<50 1 Kurang
tinggi
Merevisi secara total dan mendasar tentang isi
produk
(dikutip dari Sudjana, 2005: 118)
Setelah validasi dan revisi, dilakukan uji coba produk pada siswa kelas XI
IPA 4 SMA Negeri 1 Mejayan. Untuk menghitung perbedaan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menggunakan media digunakan mean. Rerata (mean) ini
didapatkan dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok,
kemudiam dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal
ini dapat dirumuskan seperti rumus di bawah ini:
(Sugiyono, 2011: 49).
Keterangan:
Me : mean (rerata)
4
5. Σ : jumlah
Xi : nilai x ke i sampai ke n
n : jumlah individu
Untuk mencari rerata data tidak perlu diurutkan datanya, tetapi dapat langsung
dijumlahkan, kemudian dibagi dengan jumlah individu dalam kelompok tersebut.
HASIL
Data kuantitatif diperoleh dari angket validasi oleh 3 validator dan
responden uji coba. Pengisian angket tersebut memberikan skor dengan
menggunakan skala Likert. Validasi materi dari Dosen biologi dimulai pada
Jumat, 19 April 2013 hingga Jum’at, 26 April 2013. Data validasi materi Dosen
biologi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data Validasi Dosen Biologi
No Indikator Evaluasi Skala
Evaluasi
Persentase
(%)
Tingkat
Validitas
1 Kesesuaian materi dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar
4 100 Sangat tinggi
2 Kesesuaian gambar dengan materi 3 75 Tinggi
3 Kemudahan dalam memahami materi
organel sel
3 75 Tinggi
4 Ketepatan materi struktur dan fungsi
nukleus
3 75 Tinggi
5 Ketepatan materi struktur dan fungsi
ribosom
3 75 Tinggi
6 Ketepatan materi struktur dan fungsi
retikulum endoplasma
3 75 Tinggi
7 Ketepatan materi struktur dan fungsi
aparatus golgi
3 75 Tinggi
8 Ketepatan materi struktur dan fungsi
lisosom
3 75 Tinggi
9 Ketepatan materi struktur dan fungsi
mitokondria
3 75 Tinggi
10 Ketepatan materi struktur dan fungsi
kloroplas
3 75 Tinggi
11 Ketepatan materi struktur dan fungsi
vakuola
3 75 Tinggi
12 Ketepatan materi struktur dan fungsi
peroksisom
3 75 Tinggi
13 Ketepatan materi perbandingan struktur sel
hewan dan sel tumbuhan
3 75 Tinggi
14 Kesesuaian soal dengan indikator
kompetensi
2 50 Cukup tinggi
15 Kesesuaian peta konsep dengan alur
pembelajaran
3 75 Tinggi
Rerata Persentase Tinggi
Dari data validasi ahli materi diperoleh rerata persentase sebesar 75% dengan
tingkat validitas tinggi.
Validasi yang dilakukan oleh guru biologi dilaksanakan pada Sabtu, 11
Mei 2013. Data validasi materi dari guru biologi disajikan pada Tabel 3. Dari data
5
6. validasi guru biologi diperoleh rerata persentase sebesar 96,7% dengan tingkat
validitas sangat tinggi.
Tabel 3 Data Hasil Validasi Guru Biologi
No Indikator Evaluasi Skala
Evaluasi
Persentase
(%)
Tingkat
Validitas
1 Kesesuaian materi dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar
4 100 Sangat tinggi
2 Kesesuaian gambar dengan materi 4 100 Sangat tinggi
3 Kemudahan dalam memahami materi
organel sel
3 75 Tinggi
4 Ketepatan materi struktur dan fungsi
nukleus
4 100 Sangat tinggi
5 Ketepatan materi struktur dan fungsi
ribosom
4 100 Sangat tinggi
6 Ketepatan materi struktur dan fungsi
retikulum endoplasma
4 100 Sangat tinggi
7 Ketepatan materi struktur dan fungsi
aparatus golgi
4 100 Sangat tinggi
8 Ketepatan materi struktur dan fungsi
lisosom
4 100 Sangat tinggi
9 Ketepatan materi struktur dan fungsi
mitokondria
4 100 Sangat tinggi
10 Ketepatan materi struktur dan fungsi
kloroplas
4 100 Sangat tinggi
11 Ketepatan materi struktur dan fungsi
vakuola
4 100 Sangat tinggi
12 Ketepatan materi struktur dan fungsi
peroksisom
3 75 Tinggi
13 Ketepatan materi perbandingan struktur sel
hewan dan sel tumbuhan
4 100 Sangat tinggi
14 Kesesuaian soal dengan indikator
kompetensi
4 100 Sangat tinggi
15 Kesesuaian peta konsep dengan alur
pembelajaran
4 100 Sangat tinggi
Rerata Persentase 96,7 Sangat tinggi
Ahli materi dalam penelitian ini memvalidasi beberapa komponen yang
berkaitan dengan materi sel. Komponen tersebut di antaranya adalah kesesuaian
materi dengan SK dan KD, kesesuaian gambar dengan materi, kemudahan
memahami materi, ketepatan materi struktur dan fungsi nukleus, ketepatan materi
struktur dan fungsi ribosom, ketepatan materi struktur dan fungsi retikulum
endoplasma, ketepatan materi struktur dan fungsi aparatus golgi, ketepatan materi
struktur dan fungsi lisosom, ketepatan materi struktur dan fungsi mitokondria,
ketepatan materi struktur dan fungsi vakuola, ketepatan materi struktur dan fungsi
peroksisom, ketepatan materi perbandingan struktur sel hewan dan tumbuhan,
kesesuaian soal dengan indikator kompetensi, dan kesesuaian peta konsep dengan
alur pembelajaran. Berdasarkan perhitungan persentase pada Tabel 2 dan Tabel 3
diperoleh sebesar 75% dan 96,7%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa secara
keseluruhan materi sel dalam media video sudah valid atau layak.
6
7. Data hasil validasi media diperoleh dari satu dosen TEP FIP UM. Validasi
media dilaksanakan pada Rabu, 1 Mei 2013 hingga Senin, 6 Mei 2013. Data
validasi media dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Validasi Ahli Media
No Indikator Evaluasi Skala
Evaluasi
Persentase
(%)
Tingkat
Validitas
1 Kemudahan penggunaan media 3 75 Tinggi
2 Kemenarikan desain isi 4 100 Sangat tinggi
3 Ketepatan lay out pengetikan 4 100 Sangat tinggi
4 Kesesuaian icon atau gambar dalam sajian 4 100 Sangat tinggi
5 Kualitas foto pada media 4 100 Sangat tinggi
6 Keterbacaan kata atau huruf pada media 4 100 Sangat tinggi
7 Kejelasan gambar pada media 3 75 Tinggi
8 Kemenarikan gambar pada materi 3 75 Tinggi
9 Kemenarikan video materi organel sel 4 100 Sangat tinggi
Rerata Persentase 92 Sangat tinggi
Ahli media memvalidasi beberapa komponen berdasarkan tampilan media
video yang dikembangkan. Komponen tersebut di antaranya kemudahan
penggunaan media, kemenarikan desain isi, ketepatan lay out pengetikan,
kesesuaian icon atau gambar dalam sajian, kualitas foto pada media, keterbacaan
kata atau huruf pada media, kejelasan gambar pada media, kemenarikan gambar
pada materi, dan kemenarikan video materi organel sel. Berdasarkan perhitungan
dengan rumus persentase pada Tabel 4 seluruh hal yang dinilai diperoleh sebesar
92%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan tampilan media
sudah valid atau layak.
Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun. Ada 28 siswa pada kelas XI IPA 4.
Pengambilan data uji coba dilaksanakan pada Selasa, 14 Mei 2013. Data uji coba
siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Data Uji Coba Siswa
No Pertanyaan Jumlah
Siswa
Total
Persentase (%)
Tingkat
Validitas
1 Kemenarikan permainan media 28 82 Sangat tinggi
2 Kemudahan memahami petunjuk
penggunaan media
28 83 Sangat tinggi
3 Kemudahan siswa dalam memahami
organel sel yang disajikan dengan gambar,
suara, dan tulisan
28 85 Sangat tinggi
4 Kemudahan pengoperasian media 28 86 Sangat tinggi
5 Media mampu memotivasi siswa untuk
mempelajari organel sel
28 85 Sangat tinggi
6 Media bermanfaat untuk siswa 28 91 Sangat tinggi
7 Media ini menyenangkan 28 89 Sangat tinggi
8 Kemudahan pemahaman soal 28 81 Sangat tinggi
Rerata Persentase 85 Sangat tinggi
7
8. Produk diujicobakan pada kelas XI IPA 4 yang berjumlah 28 orang.
Tujuan dari uji coba produk ini adalah mengetahui kelayakan produk bila dicoba
oleh pengguna berdasarkan beberapa komponen. Komponen tersebut di antaranya
kemenarikan permainan media, kemudahan memahami petunjuk penggunaan
media, kemudahan siswa dalam memahami organel sel yang disajikan dengan
gambar, suara, dan tulisan, kemudahan pengoperasian media, kemampuan media
dalam memotivasi siswa, manfaat media, dan kemudahan pemahaman soal.
Berdasarkan analisis data uji coba pengguna pada Tabel 5, diperoleh rerata
persentase sebesar 85%. Nilai ini menunjukkan bahwa media yang dikembangkan
sudah layak digunakan dalam pembelajaran sehingga tidak memerlukan revisi
yang cukup berarti hanya menambahkan saran yang diberikan oleh calon
pengguna.
Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media video
pembelajaran selanjutnya dilakukan perbandingan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil belajar siswa antara sebelum menggunakan media (pretest) dan
sesudah menggunakan media (posttest). Perhitungan nilai pretest dan posttest
dihitung dengan rumus mean. Nilai mean pre test sebelum penggunaan media
adalah 70,4. Sedangkan nilai mean pos test setelah penggunaan media adalah 83,
2. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa sesudah
menggunakan media pembelajaran lebih baik daripada sebelum menggunakan
media pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
Data kualitatif diperoleh melalui pengisian komentar dan saran oleh 3
validator. Data tersebut digunakan untuk perbaikan produk media video. Menurut
data validasi ahli materi, isi materi sel pada media video secara keseluruhan
bagus, tetapi ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Komentar dan saran dari ahli
materi antara lain, (1) suara narator kurang mantap dan dominan, seperti membaca
buku teks, (2) beberapa gambar kurang jelas dan masih berbahasa asing, (3)
uraian proses atau fungsi masih kurang. Sebaiknya urut dari struktur lalu ke
fungsi, (4) ada suara lain selain dari narator yang masuk ke media, (5) hampir
semua gambar mati, sebaiknya ditambahkan animasi, (6) contoh-contohnya masih
kurang, dan (7) lebih meningkatkan penggunaan LCD dalam kelas
Menurut validasi ahli media, secara keseluruhan produk yang
dikembangkan sudah bagus, tetapi ada beberapa hal yang harus diperbaiki.
Komentar dan saran diberikan untuk memperbaiki tampilan media video yaitu, (1)
perlu merekam aktivitas cursor sebagai penunjuk saat narator menjelaskan, dan
(2) program perlu dibuat otomatis berjalan
Setelah media yang dihasilkan divalidasi oleh ahli media, ahli materi, dan
siswa, ada beberapa bagian produk yang perlu direvisi. Revisi tersebut disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Checklist Revisi Produk
No Sebelum Revisi Sesudah Revisi
1 Suara narator kurang jelas Suara narator sudah diperjelas
2 Gambar pada media kurang jelas Gambar sudah diperbaiki
3 Uraian fungsi masih kurang Uraian fungsi sudah dijelaskan melalui suara narator
4 Semua gambar mati, perlu ada
video animasi
Media video yang dihasilkan dari Powerpoint yang
direkam dengan Camtasia sehingga gambar tidak
bergerak
5 Contoh kurang Contoh sudah ditambahkan dalam media
6 Aktivitas cursor perlu direkam Aktivitas cursor pada media sudah direkam
8
9. 7 Program perlu dibuat otomatis
berjalan
Program sudah dibuat otomatis berjalan tanpa harus
menginstal program terlebih dahulu
PEMBAHASAN
Produk akhir penelitian dan pengembangan adalah video pembelajaran
materi sel untuk kelas XI IPA SMA yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
media video. Pembuatan video ini didasarkan atas permasalahan pembelajaran
Biologi yang ada di SMA Negeri 1 Mejayan. Video ini dibuat dengan tujuan
untuk menjadi salah satu media pembelajaran materi sel yang dapat digunakan
siswa untuk belajar. Siswa dapat menggunakan media video untuk belajar secara
mandiri di rumah karena sudah dilengkapi dengan materi, latihan soal, peta
konsep, dan soal evaluasi.
Video merupakan salah satu jenis media audio visual, yaitu media yang
mengandung unsur gerak dan suara (Windrati dan Asih, 2009). Video yang dibuat
dengan Powerpoint yang direkam menggunakan software Camtasia Studio 7.1.
Kiswientoro (2012) menjelaskan kelebihan merekam Powerpoint dengan software
Camtasia yaitu, (1) merekam secara cepat dan menghasilkan video persentasi
Powerpoint yang interaktif untuk ditampilkan pada sebuah halaman web, (2)
menggabungkan audio dan video secara bersamaan dengan fasilitas Picture-in-
Picture, (3) menyimpan hasil perekaman sebagai data projek Camtasia yang dapat
diolah kembali dan dapat dihasilkan berbagai format data, dan (4) pemberian
penanda (markers) pada slide Powerpoint secara otomatis.
Artikel yang ditulis oleh Schnall, et al (2005) menjelaskan pengalaman
penulis dalam menggunakan sofware Camtasia untuk meningkatkan halaman web
dan tutorial instruksi dengan menambahkan video pendek pada halamannya.
Video yang dihasilkan dengan menggunakan software Camtasia ini cepat dan
mudah penggunaannya, serta dapat dimainkan menggunakan sejumlah software
yang tersedia dan baik digunakan di perpustakaan. Health Sciences Libraries
(HSL) The University of Washington (UW) telah menggunakan sofware Camtasia
dari TechSmith untuk merekam seluruh aktivitas dekstop windows, narasi, serta
mengedit video dan klip audio.
Blevins dan Elton (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui
software yang terbaik dalam membuat dan mengirim perintah database online
untuk kemudahan informasi siswa Ilmu Kesehatan di East Carolina University.
Ketiga software yang digunakan yaitu Powerpoint, MediaSite, danCamtasia.
Software ini dinilai berdasarkan empat kriteria yaitu, efisiensi, kemudahan, harga,
dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat tutorial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Camtasia memberikan hasil yang paling optimal uuntuk
membuat perintah database.
Video pembelajaran hasil pengembangan dilengkapi dengan peta konsep,
latihan soal, dan soal evaluasi. Peta konsep dan latihan soal dibuat dalam benuk
PDF sehingga bisa dicetak sendiri oleh siswa. Peta konsep berisi konsep yang
dipelajari dalam organel sel meliputi struktur dan fungsinya. Latihan soal berupa
kumpulan soal tentang organel sel. Sementara itu, soal evaluasi dibuat dalam
bentuk flash. Soal evaluasi terdiri atas 10 soal yang harus dijawab secara
berurutan dan bagian akhir secara otomatis muncul skor jawaban.
Amini (2006) menjelaskan bahwa satu hal yang cukup penting berkaitan
dengan kualitas teknis video untuk pembelajaran adalah durasi atau waktu tayang.
9
10. Waktu tayang ini bergantung pada isi dan penggunaannya. Sebuah program video
pembelajaran sebaiknya dibatasi durasinya antara 20 sampai 30 menit saja.
Dengan durasi 30 menit, sebuah program pendidikan diasumsikan akan dapat
dicerna dengan baik serta tidak melelahkan mata atau membosankan pengguna.
Ada sebelas sekuen video dalam media yang dikembangkan oleh peneliti yaitu
nukleus, ribosom, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, vakuola,
mitokondria, kloroplas, peroksisom, dinding sel, sentriol, serta silia dan flagel.
Keseluruhan video hasil pengembangan memiliki durasi waktu sekitar 60 menit.
Setiap sekuen video dapat diputar dengan jangka waktu yang berbeda sesuai
keinginan sehingga materinya dapat dipahami dengan baik, tidak melelahkan mata
dan tidak membosankan pengguna.
Aspek kualitas teknik video meliputi suara, visual, dan teks. Unsur
pertama pada program video, suara, dapat berupa suara pelaku, suara musik, atau
suara efek. Unsur kedua dalam program video yaitu visual. Bentuk visual sangat
bervariasi, antara lain gambar hidup, animasi, dan grafis. Unsur ketiga dari
program video, teks merupakan bagian dari visual dalam bentuk grafis berupa
caption. Caption adalah tulisan, teks, atau bagan yang dapat dibaca di layar untuk
dapat lebih menjelaskan materi yang ada dalam suatu program. Caption ini
hendaknya dapat dibaca dengan mudah dan jelas, warna jelas, ukuran huruf
memadai, jeni huruf sesuai, tampilan menarik, dan penayangan tidak terlalu cepat
(Amini, 2006).
Uji coba siswa dilakukan untuk menguji keterterapan dan keefektifan
media. Keterterapan penggunaan media dapat dilihat dari skenario pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran. Skenario pembelajaran ini dimasukkan
dalam petunjuk penggunaan media. Keefektifan penggunaan media dalam
pembelajaran dapat dilihat melalui nilai hasil pretest dan postest siswa. Soal
evaluasi dalam media video ini digunakan sebagai soal untuk pretest dan posttest.
Hasil pretest siswa menunjukkan bahwa nilainya lebih baik dibandingkan dengan
nilai ulangan harian siswa ketika masih menempuh materi sel. Hal ini dikarenakan
siswa sebelumnya telah mempelajari materi sel pada semester gasal sehingga
tidak begitu kesulitan ketika menjawab soal. Rerata nilai pretest siswa adalah 70.4
dan posttest siswa 83,2. Perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa media video
pembelajaran memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar
siswa meskipun siswa telah mempelajari materi ini sebelumnya.
Untuk mengetahui apakah soal dalam media ini baik digunakan dalam
pembelajaran dilakukan analisis soal. Arikunto (2009) menjelaskan bahwa
analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi yang sangat khusus pada butir soal yang disusun. Keuntungan
penggunaan analisis soal antara lain, (1) membantu dalam mengidentifikasi butir
soal yang jelek, (2) memperoleh informasi yang akan digunakan untuk
menyempurnakan soal untuk kepentingan lebih lanjut, dan (3) memperoleh
gambaran tentang soal yang telah disusun.
Analisis soal yang digunakan yaitu indeks kesukaran, daya beda, dan daya
pengecoh (distractor). Arikunto (2009) menjelaskan bahwa indeks kesukaran
adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Sesuai hasil
perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa indeks kesukaran soal yang
digunakan untuk pretest dan posttest yaitu mudah dan sedang. Daya beda soal
adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
10
11. berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sesuai hasil
perhitungan, daya beda soal berkisar antara jelek, cukup, hingga baik. Dari
perhitungan indeks kesukaran, beberapa soal termasuk dalam kategori mudah. Hal
ini dapat terjadi karena sebelumnya siswa telah mempelajari materi organel sel
pada semester gasal sehingga tidak kesulitan mengerjakan soal. Arikunto (2009)
menjelaskan dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh
(distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Sesuai hasil
perhitungan, ada 2 soal yang memiliki daya pengecoh jelek yaitu untuk soal
nomor 1 dan nomor 10, sedangkan untuk soal nomor 2 sampai 9 memiliki daya
pengecoh yang baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% siswa.
Revisi terhadap video dilakukan setelah validasi agar dapat digunakan
dalam pembelajaran. Revisi produk pengembangan dilakukan berdasarkan saran
dan komentar dari validator. Beberapa perbaikan yang dilakukan antara lain
mengatur urutan materi dari struktur lalu ke fungsi oganel sel, memperjelas suara
narator yang masih kurang bersih, memperbaiki gambar yang masih kurang jelas,
menambahkan contoh, dan membuat program otomatis berjalan.
Keunggulan produk yang dikembangkan yaitu, (1) materi dan soal dalam
media telah sesuai dengan kompentensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, (2)
membantu siswa belajar secara mandiri, (3) dapat menampilkan materi pelajaran
yang sulit diduplikasikan, (4) dapat dengan mudah menampilkan gambar diam
maupun bergerak, (5) proses pembelajaran lebih terfokus dan menyenangkan, dan
(6) memberikan pengalaman pembelajaran baru dengan menggunakan teknologi.
Kelemahan produk yang dikembangkan yaitu, (1) umumnya gambar mati tetapi
ada beberapa animasi, dan (2) siswa yang menggunakan produk perlu
mendengarkan suara narator dengan jeli sehingga mudah memahami materi.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil pengembangan
dalam penelitian ini berupa video pembelajaran. Video pembelajaran ini
dilengkapi dengan peta konsep, latihan soal, dan soal evaluasi. Sesuai hasil
validasi dan uji coba, produk pengembangan sudah layak dan efektif digunakan
dalam pembelajaran. Keunggulan media ini antara lain materi telah sesuai dengan
SK dan KD, siswa dapat belajar sendiri, dapat menyampaikan materi yang sulit,
dapat menampilkan gambar diam dan bergerak, serta memberikan pengalaman
baru bagi siswa. Sedangkan kelemahan media ini antara lain gambar umumnya
diam dan siswa harus jeli mendengarkan suara narator.
SARAN
Saran yang diberikan yaitu: (1) guru dapat memanfaatkan media ini dalam
proses pembelajaran; (2) bagi peneliti lanjutan, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam melakukan penelitian lanjutan; dan (3) siswa dapat
menggunakan media ini untuk belajar mandiri mengenai materi sel.
DAFTAR RUJUKAN
Amini, M. 2006. Program Video Dalam Paket Bahan Ajar Terintegrasi
Matakuliah Metode Pengembangan Kognitif Program D-II PGTK. Jurnal
Pendidikan, 7 (1): 45-54.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
11
12. Blevins, A dan Elton, C. W. 2009. An Evaluation of Three Tutorial-creating
Software Programs: Camtasia, Powerpoint, and MediaSite. Journal of
Electronic Resources in Medical Libraries, 1(6), (Online),
(http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=b274ab34-ffa6-4ef5-8d13-
fdd6fc95ba51%40sessionmgr112&vid=1&hid=125&bdata=JnNpdGU9Z
Whvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=lxh&AN=36449734, diakses 27 Januari
2013).
Fahmi, Z. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Mandiri Berbentuk Video
Pokok Bahasan Listrik Dinamis Menggunakan Camtasia untuk Siswa
SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program S1 Pendidikan Fisika.
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Safriani, D. 2010. Multimedia Video Pembelajaran Microsoft Office 2007
Menggunakan Sofware Camtasia Studio 6.0. Garuda Dikti. (Online),
(http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:581835/q/camtasia/offset/0/limit/
10, diakses 12 Januari 2013).
Schnall, Janet G., Jankowski, Terry A., dan Anna, Leilani A. 2005. Using
Camtasia Studio to Enhance Web Instruction Pages and Tutorial. EBSCO
Journal, 5(1): hlm. 77-81, (Online), (http://web.ebscohost.com/ehost/detail
?sid=72eec304-3ee6-481d-ae92-53e412667d9c%40sessionmgr104& vid=
1&hid=125&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d
%3d#db=lxh&AN=27652356, diakses 27 Januari 2013).
Sudjana. 2005. Metode Statistika: untuk Bidang Biologi, Farmasi, Geologi,
Industri, Kedokteran, Pendidikan, Psikologi, Sosiologi, Teknik, dll.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Thiagarajan, Sivasailam, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. 1974.
Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children.
Indiana: Indiana University.
Wijayanto, 2010. Modul Camtasia Studio: Aplikasi Camtasia Studio Ver. 6 untuk
Media Pembelajaran Multimedia dan E-learning. Cirebon: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Windrati, N. K. dan Asih, I. W. 2009. Program Video Interaktif: Solusi Mencapai
Kompetensi Mata Kuliah Praktis Program Studi Ilmu Komunikasi di
Perguruan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ). Jurnal Pendidikan Terbuka dan
Jarak Jauh, 1 (10): 30-32.
12