Penelitian ini membandingkan waktu duduk dan aktivitas fisik pekerja kantor pada hari kerja dan hari libur. Hasilnya
menunjukkan bahwa pekerja kantor cenderung duduk lebih lama (110 menit lebih) dan berjalan kurang (76 menit lebih
sedikit) pada hari kerja dibanding hari libur. Temuan ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang memaksa duduk terus
menerus dapat berkontribusi
Anotasi Jurnal - Duduk terus menerus saat kerja, berapa lama sebenarnya kita duduk
1. Duduk Terus Menerus Saat Bekerja,
Berapa Lama Sebenarnya Kita Duduk ?
Akhmadi | 27117020
Tugas UTS Ergonomi Desain II
Bagian 2
Magister Desain FSRD ITB 2017
Anotasi Jurnal
Shelly K. McCrady and James A. Levine
Endocrine Research Unit, Mayo Clinic, Rochester, Minnesota, USA. Correspondence: James A.
Levine (levine.james@mayo.edu)
2009
Safety & Health practitioner ergonomics supplement
2. Pengantar
Jamak diketahui, perilaku duduk yang terus menerus sering dikaitkan dengan obesitas (Blair & Brodney, 1999). Dalam
penelitian ini, akan dikaji apakah orang yang bekerja hanya dengan duduk terus menerus itu sama dengan orang yang tidak
ada pekerjaan, baik pada waktu jam kerja maupun hari libur.
Penulis lantas mendaftarkan 21 subyek responden dengan berat badan dan lemak tubuh yang bervariasi (11 pria: 10 wanita,
38 ± 8 tahun, 83 ± 17 kg, 35 ± 9% lemak). Semua responden diminta melanjutkan pekerjaan dan waktu liburnya dengan
seperti biasa selama 10 hari, dimana penulis juga melakukan pengukuran aktivitas tubuh responden.
Dari pengukuran pertama tadi, diperoleh data yang mendukung hipotesis tim penulis bahwa orang duduk terus menerus
lebih banyak di tempat kerja dibandingkan dengan waktu luang (597 ± 122 min / hari bandingkan 484 ± 83 menit / hari). Ini
berarti Perbedaannya adalah 110 ± 99 menit / hari.
Demikian pula, pada saat hari kerja dihitung dan dikaitkan dengan perilaku kurang berdiri maka diperoleh 341 ± 97 menit /
hari dibandingkan pada waktu senggang 417 ± 101 menit / hari. Meskipun hasil perbandingan tidak terlalu signifikan antara
pekerjaan dan liburan (46 ± 9 vs 42 ± 9 / hari).
Kecepatan rata-rata berjalan di pada waktu jam kerja adalah 1,08 ± 0,28 mph dan pada waktu senggang adalah 0,94 ± 0,24
mph. Dari situ waktu rata-rata yang digunakan untuk berjalan sekitar 322 ± 91 menit pada hari kerja dan 380 ± 108 menit
pada hari senggang.
Perkiraan energy harian yang dikeluarkan saat berjalan mendekati 527 ± 220 kkal / hari untuk hari kerja dan 586 ± 326 kkal /
hari untuk hari senggang. Pada saat hari kerja ternyata orang terlihat lebih banyak duduk dan kurang berjalan / berdiri
dibanding pada waktu libur. Penulis lalu menyarankan perlunya pengembangan pendekatan untuk mendorong orang bebas
dari kursi mereka dan membuatnya lebih aktif lagi .
3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengamati aktivitas fisik dan nutrisi yang penting dalam patogenesis, pencegahan, dan pengobatan obesitas.
2. Membuktikan ukuran postur tubuh menjadi penentu penting seseorang tidak ada aktivitas termogenesisnya. Orang
gemuk khususnya, duduk 2½ jam per hari lebih lama daripada orang kurus dan sebagai konsekuensinya aktivitas
termogenesis mereka rendah.
3. Menghitung dan membandingkan perilaku kerja di negara maju, dimana mereka dominan bekerja dengan komputer
yang berakibat banyak orang menghabiskan hari kerjanya dengan duduk.
4. Untuk memeriksa dan memberikan solusi pada kegilisahan para pekerja. Dimana ini mungkin penting untuk memahami
cara terbaik untuk membalikkan ketidakaktifan yang mendorong kegemukan tadi.
5. Membahas hipotesis bahwa waktu duduk yang keterusan dan lama ternyata lebih besar terjadi pada hari kerja
dibandingkan pada hari libur.
4. Metode dan Prosedur
1. Subjek
Dipilih relawan yang sehat dengan berat badan stabil yang direkrut melalui iklan di surat kabar lokal dan selebaran Mayo
Clinic internal (jumlah total = 21; 11 pria: 10 wanita, 38 ± 8 tahun, 83 ± 17 kg). Pekerjaan responden dipilih secara acak oleh
5 anggota panel peneliti. Responden yang memenuhi syarat penelitian adalah yang bekerja dengan kriteria seperti berikut ini
• "Sepenuhnya menetap": di kursi kerja sepanjang hari.
• "Semi-menetap": sebentar-sebentar berdiri dan sebentarnya lagi duduk di kursi tapi tanpa kerja berjalan.
• "Aktif": secara kelihatan bergerak dengan beberapa kerja fisik.
• "Sangat-aktif": sebagian besar pekerjaan manual dan aktif hampir sepanjang hari.
2. Penelitian Desain
Responden kemudian diberikan waktu untuk bekerja selama 20 hari. Mereka diberi makan dengan maksud menjaga
metabolisme berat badan agar selalu tetap. Lalu diinstruksikan untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari. Mulai 10 hari
terakhir responden yang diber bantuan makanan untuk menjaga berat badan serta subjek yang memakai Sistem Monitoring
Aktivitas Fisik (Physical Activity Monitoring System) yang telah divalidasi untuk mengukur aktivitas tanpa efek samping.
Sistem Pemantauan Aktivitas Fisik terdiri dari empat inklinometer dan dua akselerometer triaksial yang dilekatkan pada
badan, paha, dan tulang menggunakan pakaian yang khusus. Lemak tubuh diukur dalam rangkap dua menggunakan dual-
energy X-ray absorptiometry. Tingkat metabolisme tubuh diukur pada pagi hari selama 3 kali berturut-turut.
3. Analisis Data dan Statistik
Analisis data dan statistik untuk setiap ½ detik, satu dari tiga postur tubuh didapatkan :
• Sensor dada = vertikal dan paha = horizontal - orang tersebut sedang duduk.
• Dada dan sensor paha = horisontal - orang itu masih jarang-jarang duduk dan berjalan.
• Dada dan paha sensor = vertikal - orang itu berdiri atau berjalan.
Berdiri dibedakan dari berjalan dengan menggunakan gerakan vertikal. Untuk mengatasi hipotesis utama bahwa waktu
duduk berbeda antara hari kerja dan hari libur, pengujian waktu dipakai pada saat berjalan maupun duduk, (Levine et al.,
2005).
5. Responden penelitian ini adalah orang yang 9 obesitas, 11 kurus, 1 kelebihan berat badan; (28 ± 5 kg / m2, 29 ± 11 kg lemak
tubuh, 35% 9% lemak tubuh). Mereka kemudian diminta melanjutkan aktivitasnya selama durasi tertentu. Dari 21 subjek,
satu mengidentifikasi dirinya sebagai orang ras afrika dan satu lagi menyebut dirinya orang Asia. Subjek yang tersisa berkulit
putih (sebanyak 11) menyebut diri mereka tidak dikenal. Dalam 210 hari, ke 21 responden memakai Sistem Pemantauan
Aktivitas Fisik selama hari kerja dan maupun saat hari libur, yakni 129 hari kerja dan 75 hari libur, dengan total 6 hari (3%)
dihilangkan karena adanya pergantian pekerjaan yang tidak lengkap.
Setiap hari responden dianalisis dengan 172.800 baris data (karena data disusun masing-masing setengah detik). Karena
data dikumpulkan untuk 10 sumbu, kumpulan data total terdiri dari 352.512.000 gerakan diskrit. Ada hubungan positif yang
diharapkan antara massa lemak dan tingkat metabolisme basal.
Mengingat ukuran penelitian yang terbatas, 21 responden tersebut secara luas mewakili pekerja kantor; 14 orang bekerja
tetap selamanya dan tujuh lain semi-menetap. Data tersebut mendukung hipotesis penulis bahwa subjek lebih banyak
duduk di hari kerja daripada hari-hari libur.
Pada waktu hari kerja, ternyata orang duduk lebih lama dibandingkan pada waktu libur (597 ± 122 min / hari bandingkan 484
± 83 menit hari). Perbedaan rata-rata waktu duduk antara hari kerja dan hari libung adalah 110 ± 99 menit / hari. Hari libur
dikaitkan dengan lebih banyak berdiri dan berjalan (417 ± 101 menit / hari) dibandingkan hari kerja (341 ± 97 menit / hari).
Perbedaan rata-rata waktu berdiri dan berjalan antara hari kerja dan liburan adalah 76 ± 96 menit.
Dengan demikian, pada waktu hari kerja ternyata waktu duduk lebih banyak sedangkan waktu berjalan / berdiri kurang jika
dibandingkan dengan waktu libur kerja. Karena hari libur dikaitkan dengan waktu berdiri dan berjalan lebih lama daripada
hari kerja, mungkin terdapat dugaan bahwa subjek bergerak lebih banyak pada waktu hari libur.
Temuan
6. Temuan
Perbandingan waktu yang dipakai untuk berjalan pada hari kerja dengan hari libur terlihat angka 46 ± 9 menit vs 42 ± 9
menit / hari berjalan). Pada hari kerja, rata-rata kecepatan berjalan adalah 1,08 ± 0,28 mph dan pada hari libur adalah 0,94 ±
0,24 mph. Rata-rata waktu yang dihabiskan untuk berjalan adalah 322 ± 91 menit pada hari kerja dan 380 ± 108 menit pada
hari libur.
Estimasi energy yang dipakai berjalan seharian mendekati 527 ± 220 kkal / hari untuk hari kerja dan 586 ± 326 kkal / hari
untuk hari libur.
Meskipun perbedaan spesifik gender bukanlah fokus utama penelitian ini, penulis kemudian membandingkan alokasi postur
tubuh untuk pria dan wanita. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita (waktu kerja pria 623 ± 111 min /
hari dan wanita, 568 ± 138 menit / hari dan pada hari libur waktu lama duduk untuk pria, 491 ± 84 min / hari, wanita 476 ±
98 menit / hari), (Johannsen, Welk, Sharp, & Flakoll, 2008).
Data untuk orang gemuk (n = 9; 5 pria: 4 wanita, 39 ± 5 tahun, 98 ± 11 kg) dan kurus (n = 11, 6 pria: 5 wanita, 36 ± 10 tahun ,
71 ± 9,5 kg) juga dibandingkan. Pada kedua kelompok itu, saat hari kerja dikaitkan dengan waktu duduk yang jauh lebih
signifikan dibandingkan dengan hari libur.
7. Kesimpulan / Diskusi
Duduk yang terus menerus dilakukan bisa dikategorikkan sebagai penyebab obesitas. Karena kebanyakan orang di negara
berpenghasilan tinggi itu bekerja setiap hari, maka tempat area bekerja merupakan hal yang berpotensi penting untuk
membantu mengembalikan ketidakaktifan dan obesitas.
Menggunakan peralatan terpercaya dengan hati-hati, penulis jurnal kemudian menemukan fakta bahwa pada hari kerja
orang akan lebih lama duduk selama 2 jam dan kekurangan berdiri / berjalan daripada saat hari libur. Apalagi, "orang aktif"
konsisten memiliki pekerjaan beraktivitas tinggi, dan pada waktu libur juga sangat aktif dan bisa menghasilkan beberapa
ratus kcal / hari. Fakta lain, orang yang sedang berjalan dan aktif akan lebih banyak menghasilkan energy dari pada orang
yang tidak aktif.
Studi yang dilakukan penulis, walaupun rinci, dibatasi terutama oleh ukuran sampel. Namun, penelitian ini didukung secara
memadai mengenai referensi hipotesis utama dan sekunder. Penelitian ini juga secara luas mewakili sebuah karya kantor
modern yang menuntut pekerjaan serbat cepat dan tepat.
Penulis pun menganjurkan untuk melakukan studi berskala yang lebih besar. Masiih ada pertanyaan, orang yang aktif secara
implisit itu selalu memilih pekerjaan aktif ? dan maka apakah memiliki aktivitas santai juga? Atau apakah pekerjaan yang
tidak aktif itu memunculkan kemalasan di rumah? Jika yang pertama benar, maka studi tentang wawasan biologikal
dibutuhkan untuk memperbaiki obesitas. Jika yang terakhir benar, maka perlu solusi penurunan berat badan dan
perancangan ulang pekerjaan dan mungkin juga tempat sekolah harus diperiksa ulang lagi desain ergonominya.
8. Referensi
• Blair, S., & Brodney, S. (1999). Effects of Physical Inactivity and Obesity on Morbidity and Mortality: Current Evidence and
Research Issues. Medicine and Science in Sports and Exercise.
• Johannsen, D. L., Welk, G. J., Sharp, R. L., & Flakoll, P. J. (2008). Differences in daily energy expenditure in lean and obese
women: the role of posture allocation. Obesity (Silver Spring, Md.), 16(1), 34–39. https://doi.org/10.1038/oby.2007.15
• Levine, J. A., Mccrady, S. K., Krizan, A. C., Olson, L. R., Kane, P. H., Jensen, M. D., & Clark, M. M. (2005). Interindividual
Variation in Posture Allocation: Possible Role in Human Obesity. Science, 307(28 January 2005), 584–586.
https://doi.org/10.1126/science.1106561
• McCrady, S. K., & Levine, J. A. (2009). Sedentariness at Work: How Much Do We Really Sit? Obesity, 17(11), 2103–2105.
https://doi.org/10.1038/oby.2009.117