Universitas Nasional meneliti dosis radiasi yang diterima organ gonad anak pada pemeriksaan scanogram. Penelitian ini mengukur secara langsung dosis gonad kiri dan kanan 10 anak menggunakan TLD, dan membandingkannya dengan dosis keluaran kolimator serta Dose Area Product untuk mengetahui hubungan antar nilai dosis. Tujuannya adalah mengetahui dosis gonad dan kesesuaian dengan standar, guna meningkatkan proteksi radiasi anak.
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Analisis dosis serap radiasi organ gonad pada pemeriksaa scanogram
1. Universitas Nasional
SKRIPSI
ANALISIS DOSIS PERMUKAAN RADIASI ORGAN
GONAD PADA PEMERIKSAAN SCANOGRAM
Analysis of Entrance Dosage of Gonadal Organ Radiation
In Scanogram Examination
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Ilmu Fisika pada Program Studi Fisika
Fakultas Teknik dan Sains
Diajukan Oleh :
Putri Nugraheni
163112600120032
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
3. Universitas Nasional
RIWAYAT HIDUP
Penulis penelitian ini dilahirkan di Lampung pada tangal
22 November 1994, anak ketiga dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Amin dan Kasri. Riwayat Pendidikan
Taman Kanak-kanak Al-Istiqomah diselesaikan pada tahun
2001, Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Purwodadi
diselesaikan pada tahun 2007, Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kalirejo diselesaikan pada
tahun 2010, Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kalirejo diselesaikan pada tahun 2013, Pendidikan
Diploma III Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Patriot
Bangsa Lampung diselesaikan pada tahun 2016, dan mulai memasuki Fakultas
Teknik dan Sains Prodi Fisika Universitas Nasional pada tahun 2016.
10. iii
Universitas Nasional
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat
dan nikmatnya berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan, keinginan serta kesabaran
sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dapat
diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1. Kedua orang tua, adik, kakak dan keluarga besar untuk semangat, doa, serta
dukungan baik berupa dorongan spiritual dan material.
2. Bapak Drs. Sofyan Hasnel, M. Eng., selaku pembimbing I dan Ibu Febria Anita,
S.Si, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk membina penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kepala PTKMR-BATAN, Kawasan Nuklir Pasar Jumat Jl. Lebak Bulus Raya No.
49, Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12440. Yang
telah memberikan kesempatan dan izin melakukan penelitian dengan
menggunakan TLD-100H dan TLD-100.
4. Seluruh dosen dan staff universitas Nasional yang telah senantiasa berbagi ilmu,
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Sumaindra Jarwadi yang telah memberikan semangat, dorongan, bimbingan serta
motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Teman-teman Fismed 2016 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan motivasi, dorongan, semangat serta kerja samanya selama kuliah.
7. Radiologi RSIA Budhi Jaya, Wilda Wahyuni dan Fitri wulandari yang telah
memberikan semangat, dorongan serta bekerja sama selama saya menyusun
skripsi.
8. Rika Yulisa, Sri Wahyuni Izzah dan Ratnasari atas doa dan dukungan selama
penyusunan skripsi ini.
11. iv
Universitas Nasional
Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Strata satu
dalam bidang Fisika Medis. Kami menyadari bahwa hasil karya tulis yang kami buat
ini masih jauh dari yang diharapkan, sehingga banyak terdapat kekurangan bahkan
kesalahan yang terdapat dalam penulisan laporan ini dari segi isi maupun penulisan.
Dalam hal ini kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
menyusun karya tulis ilmiah ini sehingga dapat menjadi laporan yang baik dan dapat
digunakan pada masa yang akan datang.
Jakarta, Juli 2018
Penulis
12. v
Universitas Nasional
Putri Nugraheni. 2018. Analisis Dosis Serap Radiasi Organ Gonad pada
Pemeriksaan Scanogram. Pembimbing : Drs. Sofyan Hasnel, M. Eng dan Febria
Anita, S.Si,.M.Sc.
ABSTRAK
Fungsi organ tubuh anak belum matang dan sel-sel masih dalam proses pertumbuhan
sehingga sangat sensitif terhadap radiasi. Secara umum terdapat dua jenis sel yaitu sel
genetik dan somatik, bila dilihat dari jenis sel maka efek radiasi berupa efek genetik
dan somatik. Oleh karena itu, proteksi pada anak harus ditingkatkan agar dosis yang
diterima optimal. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 anak laki-laki dan
perempuan berusia 5 – 10 tahun. Paparan radiasi yang diterima organ gonad kanan
dan kiri diukur secara langsung menggunakan TLD-100H 20 paket disematkan pada
pasien dan 2 paket sebagai background, pengukuran pengeluaran radiasi pada
kolimator menggunakan TLD-100 10 paket dan 2 paket untuk background. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dosis serap radiasi pada organ gonad dan menjelaskan
kesesuaian nilai dosis dengan referensi standar dosis. Dosis yang diterima organ
gonad kanan dan kiri tidak memiliki perbedaan karena hanya selisih 0,006 mSv dan
perbandingan nilai dosis antar gonad, DAP dan pengeluaran sinar-X dari kolimator
apabila dosis yang keluar dari kolimator besar, maka dosis yang diterima gonad dan
DAP besar. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah dari nilai dosis
pada referensi Stewart Carlyle Bushong.
Kata Kunci : Anak, TLD, Dosis, DAP, Kolimator
14. vii
Universitas Nasional
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...........................................
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ILMIAH..........................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
ABSTRAK. ..................................................................................................... v
ABSTRACT.................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL ………………… ............................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah............................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
15. viii
Universitas Nasional
2.1 Landasan Teori............................................................................. 4
2.1.1 Sinar-X ............................................................................ 5
2.1.2 Sifat-sifat Sinar-X............................................................ 5
2.1.3 Interaksi Radiasi dengan Materi...................................... 6
2.1.4 Dosis Radiasi................................................................... 7
2.1.5 Penggolongan Usia dan Rekomendasi Dosis Radiasi
pada Pasien Anak .......................................................... 8
2.1.6 Nilai Batas Dosis............................................................. 9
2.1.7 Organ Gonad................................................................... 10
2.1.8 Direct Radiography (DR). .............................................. 12
2.1.9 Scanogram. ..................................................................... 14
2.1.10 Aspek Biologi Proteksi Radiasi. ................................... 14
2.1.11 Proteksi Radiasi............................................................. 15
2.1.12 Bahaya Radiasi dan Pencegahannya............................. 16
2.1.13 Dosis – Laju Dosis. ....................................................... 17
2.1.14 Pengukuran Dosis Serap Radiasi. ................................. 20
2.1.15 Dosimetri Thermolumnisense (TLD) ........................... 21
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian…………………………………………............ 25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 25
3.3 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 25
3.4 Metode Penelitian .......................................................................... 29
3.4.1 Metode Pengumpulan Data............................................. 29
3.4.2 Variabel pengamatan....................................................... 33
3.5 Analisis Data ................................................................................. 34
3.6 Langkah Kerja Penelitian.............................................................. 34
16. ix
Universitas Nasional
3.7 Bagan Penelitian............................................................................ 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil. .............................................................................................. 37
4.1.1 Hasil Pengukuran ESD Organ Gonad............................. 37
4.2.3 Perbandingan dan Keterkaitan Antar Nilai Dosis Organ
Gonad, Dose Area Product (DAP) dan Dosis
Pengeluaran dari Kolimator........................................... 39
4.3 Pembahasan.................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan. ................................................................................... 42
5.2 Saran ….. ....................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN
17. x
Universitas Nasional
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tabung Sinar-X.......................................................................................... 5
2.2 Proses Efek Fotolistrik............................................................................... 6
2.7 Sistem Reproduksi Laki-laki................................................................. .... 10
2.8 Sistem Reproduksi Perempuan. ............................................................ .... 11
2.9 Scanogram. ........................................................................................... .... 14
2.10 Prinsip Kerja TLD............................................................................... .... 23
3.1 Pesawat DR YSIO………………………….............................................. 26
3.2 Image Control ............................................................................................ 26
3.3 Alat Imobilisasi.......................................................................................... 27
3.4 TLD-100H.................................................................................................. 27
3.5 TLD-100..................................................................................................... 28
3.6 TLD Reader Harshaw. ............................................................................... 28
3.7 Oven Memmert........................................................................................... 29
3.8 Peletakkan TLD-100H pada Gonad........................................................... 30
3.9 Peletakkan TLD-100 pada Kolimator........................................................ 30
3.10 Pesawat Kalibator OB-85 untuk Sumber Cesium-137. ........................... 33
3.11 Kerangka Penelitian. ................................................................................ 36
4.1 Perbandingan Dosis yang Diterima Organ Gonad Kanan dan
Organ Gonad Kiri....................................................................................... 38
4.2 Perbandingan Antara Dosis Gonad, DAP dan Dosis Pengeluaran
dari Kolimator............................................................................................ 40
18. xi
Universitas Nasional
DAFTAR TABEL
2.1 Dosis Serap Kira-kira untuk Jaringan Per Roentgen Pemaparan............... . 7
2.2 Faktor Kualitas Berbagai Jenis Radiasi...................................................... 8
2.3 Dosis Serap Radiasi oleh UNSCEAR (2000). ........................................... 9
2.4 Nilai batas yang diizinkan yang ditentukan oleh Komisi
Internasional tentang proteksi radiasi (ICRP) 1966................................... 10
2.5 Rekomendasi ICRP untuk Faktor Bobot Jaringan publikasi 26
(1997) dan publikasi 60 (1991).................................................................. 19
2.6 Karakteristik Dosimetrik TLD LiF. ........................................................... 24
4.1 Hasil Terimaan Dosis ESD Organ Gonad Kanan dan Kiri….................... 37
4.2 Perbandingan Antar Dosis Gonad, DAP dan Dosis Pengeluaran Kolimator. 39
19. xii
Universitas Nasional
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengukuran dosis serap Gonad
2. Pengukuran Dosis Final yang Diterima Gonad
3. Perhitungan untuk Mencari Faktor Koreki TLD
4. Pengukuran Dosis Pengeluaran Kolimator
5. Pengukuran Dosis Final Pengeluaran Kolimator
6. Pengukuran DAP
7. Pengukuran Dosis Ekivalen Organ Gonad
8. Pengukuran Dosis Efektif Dosis Organ Gonad
9. Ethical Clearance
20. 1
Universitas Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fungsi organ tubuh anak belum matang, demikian juga dengan fungsi
pertahanan tubuhnya yang belum sempurna serta sel-sel tersebut masih dalam proses
pertumbuhan sehingga sangat sensitif terhadap radiasi. Pada tubuh manusia secara
umum terdapat dua jenis sel yaitu sel genetik dan sel somatik. Sel genetik adalah sel
oogonium (calon sel telur) pada perempuan dan sel spermatogonium (calon sel
sperma) pada laki-laki. Sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam
tubuh. Bila dilihat dari jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik
dan efek somatik[1]. Efek genetik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan
dari individu yang terkena paparan radiasi, sehingga disebut pula sebagai efek
pewarisan. Bila efek radiasi dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi maka
disebut efek somatik. Oleh karena itu proteksi radiasi pada pasien anak harus
ditingkatkan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam pemberian
dosis. Berdasarkan Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom United Nations Scientific
Committee On The Effects Of Atomic Radiation (UNSCEAR), pajanan radiasi sinar-X
pada pemeriksaan rutin radiologi diagnostik memberikan kontribusi terbesar bagi
penerimaan dosis radiasi oleh penduduk dunia. Untuk kepentingan keselamatan
pasien International Commission on Radiological Protection (ICRP) telah
merekomendasikan penggunaan tingkat acuan Diagnostic Reference Level (DRL)
agar dosis radiasi yang diterima pasien tersebut optimum dengan tetap
mempertahankan kualitas citra film yang dihasilkan dari aplikasi ini [2].
Penelitian sebelumnya untuk mengetahui dosis yang diterima oleh anak-anak
pada kelainan Leg Length Discrepancy (LLD) dengan tujuan penilaian radiografi
yang berulang untuk pemantauan dosis dengan radiografi konvensional dihasilkan
29,01 mrad sampai 29,09 mrad pada CT scanogram 3,74 mrad sampai 3,82 mrad [3].
Dalam rangka meningkatkan penerapan aspek keselamatan dan kesehatan yang sesuai
1
21. 2
Universitas Nasional
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 tahun 2007 [4], serta untuk
menyimpan data dosis yang diterima oleh pasien maka perlu dilakukan pengukuran
besarnya dosis radiasi pada pasien scanogram. Pengukuran dosis serap radiasi dapat
diukur menggunakan Thermoluminesence Dosimeter (TLD) dan dibaca dengan TLD
reader, dimana alat tersebut dapat memberikan informasi hasil pengukuran dosis
serap yang diterima organ gonad dan pengeluaran sinar-X dari kolimator.
Di Indonesia belum pernah dilakukan perhitungan dosis yang diterima organ
gonad pasien anak saat pemeriksaan Scanogram. Dari uraian permasalahan tersebut
maka penulis mengangkat judul “Analisis Dosis Permukaan Radiasi Organ Gonad
pada Pemeriksaan Scanogram” khususnya pasien anak di salah satu RS umum di
Jakarta Pusat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ini maka pada pasien anak terutama yang
melakukan pemeriksaan scanogram perlu dilakukan pengukuran nilai dosis
permukaan yang diterima, dosis pengeluaran pada kolimator serta nilai Dose Area
Product (DAP) untuk mengoptimalkan proteksi radiasi, mengingat resiko jangka
panjang yang diterima pasien anak lebih besar dibandingkan pasien dewasa karena
fungsi organ-organ anak belum matang.
1.3. Batasan Masalah
Batasan pada penelitian ini adalah pasien anak umur 6-10 tahun sebanyak 10
anak yang melakukan pemeriksaan scanogram.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dosis serap radiasi organ gonad pada pemeriksaan scanogram yang
diterima oleh pasien anak pada saat menjalani pemeriksaan radiodiagnostik.
22. 3
Universitas Nasional
2. Menjelaskan kesesuaian nilai dosis serap yang diperoleh dengan referensi standar
dosis, sehingga tidak membahayakan pasien yang sedang menjalani pemeriksaan
radiodiagnostik.
3. Mengetahui nilai perbandingan antara dosis gonad, dosis pengeluaran radiasi dari
kolimator dan DAP.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur lebih lanjut yang
berguna bagi akademis khususnya di bidang Fisika Radiasi dalam lingkup
penerimaan dosis serap radiasi pada pemeriksaan scanogram untuk pasien anak laki-
laki dan perempuan usia 6 – 10 tahun.
2. Manfaat Aplikasi Teknik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nilai dosis kepada
pasien, memberikan masukan yang berguna bagi pelayanan diagnostik di rumah sakit
dalam melakukan eksposi pada pemeriksaan scanogram khususnya pasien anak,
sehingga dapat diterima dosis radiasi yang serendah mungkin terhadap pasien, sesuai
dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Selain itu dengan data
yang diperoleh dapat dijadikan acuan atau referensi ketika melakukan pemeriksaan
pada pasien.
23. 4
Universitas Nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sinar-X
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang
gelombang yang pendek. Sinar-X bersifat heterogen, panjang gelombangnya
bervariasi dan tidak terlihat. Panjang gelombang Sinar-X yaitu 1/10.000 oleh karena
itu sinar-X mampu menembus benda-benda. Dapat dilihat pada Persamaan 2.1 satuan
panjang gelombang sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan amstrong.
1 A = 10-8
cm (1/100.000.000 cm)……….. 2.1
Sejak ditemukannya Sinar-X oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8
November 1895, ilmu pengetahuan berkembang pesat termasuk di bidang
radiodiagnostik dan radioterapi [5]. Salah satu sifat dari Sinar-X yang dimanfaatkan
dalam dunia kesehatan adalah kemampuannya untuk menghitamkan plat film
sehingga dapat menghasilkan suatu radiograf yang berkualitas. Dalam bidang
radiodiagnostik, kualitas radiograf sangat berpengaruh dalam penentuan ketepatan
diagnosa suatu penyakit [6]. Radiasi pengion digunakan untuk dua tujuan utama yaitu
untuk diagnosis dan terapi. Oleh karena itu individu dan masyarakat pada umumnya
menerima signifikan paparan radiasi radiologi diagnostik adalah penyebab paparan
radiasi pada populasi manusia. Diperkirakan radiologi diagnostik dan nuklir
menyumbang 96% ke kolektif dosis efektif dari sumber buatan manusia di Inggris
[9].
Pembangkit Sinar-X berupa tabung hampa udara yang di dalamnya terdapat
filamen yang juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda. Jika filamen
dipanaskan (±20000°C) maka akan keluar elektron dan apabila antara katoda dan
anoda diberi beda potensial yang tinggi, elektron akan dipercepat menuju ke anoda.
4
24. 5
Universitas Nasional
Dengan percepatan elektron tersebut maka akan terjadi tumbukan tak sempurna
antara elektron dengan anoda, akibatnya terjadi pancaran radiasi Sinar-X [7].
Gambar 2.1 Tabung Sinar-X [8]
2.1.2 Sifat-sifat Sinar-X
Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik yaitu: daya tembus, pertebaran,
penyerapan, efek fotografik, pendar fluor (fluoresensi), ionisasi dan efek biologik [9].
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan dengan daya tembus sangat besar dan
dimanfaatkan didalam dunia radiologi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya kV)
yang digunakan maka makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau
kepadatan suatu benda, maka semakin besar pula daya tembus sinarnya.
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan atau zat yang dilaluinya. Hal ini mengakibatkan gambaran
radiograf dan pada film akan pengaburan secara menyeluruh.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai massa atom.
Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya maka makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
25. 6
Universitas Nasional
Sinar-X dapat mengemulsikan film (emulsi perak-bromida).
5. Fluoresensi
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau
Zink-sulfid memendarkan cahaya bila terkena Sinar-X.
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan.
2.1.3 Interaksi Radiasi dengan Materi Fisik
Berkurangnya energi sinar-X pada saat melewati suatu materi fisik pada
penelitian ini menggunakan efek fotolistrik energi foton diserap oleh elektron orbit,
sehingga elektron tersebut terlepas dari atom. Elektron yang dilepaskan akibat efek
fotolistrik disebut fotoelektron. Efek fotolistrik merupakan suatu interaksi sebuah
foton dan elektron yang terikat kuat dimana energinya sama atau lebih kecil dari
energi foton. Efek fotolistrik terutama terjadi pada foton berenergi rendah yaitu antara
energi 0,01 MeV hingga 0,5 MeV. Disamping itu efek fotolistrik banyak terjadi pada
material dengan nomor atom (Z) yang besar. Sebagai contoh efek fotolistrik lebih
banyak terjadi pada timah hitam (Z=82) dari pada tembaga (Z=29). Z inilah yang
membuat timbal menjadi bahan pelindung yang baik terhadap sinar-X. Proses
terjadinya efek fotolistrik ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Proses efek fotolistrik [10]
26. 7
Universitas Nasional
2.1.4 Dosis Radiasi
Pemeriksaan radiodiagnostik bertujuan untuk memperoleh informasi yang
jelas pada kelainan yang diderita oleh pasien. Jadi pencitraan pada film radiografi
yang dihasilkan harus dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh dokter untuk
mendiagnosa pasien yang menjalani pemeriksaan. Untuk mengoptimasi dosis radiasi
yang diterima oleh pasien yang menjalani pemeriksaan dengan teknik
radiodiagnostik, diperlukan adanya informasi dosis yang diterima pasien untuk
optimasi proteksi radiasi dipenuhi dosis radiasi yang diterima pasien saat menjalani
pemeriksaan tersebut.Dosis radiasi merupakan jumlah radiasi yang diterima atau
diserap oleh organ pasien yang dilakukan penyinaran [11].
Satuan-satuan radiasi Sinar-X:
1. Roentgen
Satuan roentgen ialah satuan pemaparan radiasi yang memberikan muatan
2,58 x 10-4
C/kg.
2. Rad
Satuan rad ialah satuan dosis serap radiasi yang diperlukan untuk melepaskan
tenaga 100 erg dalam 1 gram bahan yang disinari (1 rad = 100 erg/gram). Satuan rad
tak tergantung pada komponen bahan yang disinari dengan tenaga radiasi, akan tetapi
jumlah rad per R pemaparan berbeda dengan tenaga berkas sinar dan komposisi
bahan serap.
3. Gray (Gy)
Satuan Gray (Gy) digunakan untuk melihat dosis serap yang diterima tubuh.
Tabel 2.1 Dosis Serap Kira-kira untuk Jaringan per Roentgen Pemaparan
1 Gray = 100 rad
Jaringan Rad per roentgen pemaparan
0 Kk Vp 1 MeV
Jaringan Lunak 0,95 0,95
Tulang 5 0,9
27. 8
Universitas Nasional
4. Rem
Satuan rem ialah satuan dosis ekuivalen, satuan rem adalah sama dengan dosis
serap dikalikan dengan faktor kualitas (Q F).
Rem = Rad x faktor kualitas …….. 2.1
Rem merupakan ukuran efek biologis akibat radiasi karena faktor kualitas untuk
sinar-Xdan gamma adalah satu, maka dapat dianggap:
1 Roentgen = Rad = 1 Rem ……. 2.2
Karena tenaga yang dilepaskan ke dalam jaringan lunak oleh 1 Roentgen pemaparan
hanya 5% lebih besar dari 1 Rad.
5. Sievert (Sv)
Sievert adalah satuan radiasi sinar tembus yang diserap oleh tubuh manusia 1
Sievert (Sv) = 100 rem. Tabel 2.2 di bawah ini menunjukan perkembangan
rekomendasi dosis maksimum yang diizinkan untuk seluruh tubuh bagi pekerja
radiasi.
Tabel 2.2 Faktor Kualitas Berbagai Jenis Radiasi
Jenis radiasi Faktor kualitas
Sinar-X 1
Sinar gamma 1
Partikel beta 1
Proton 5
Neutron lambat 3
Neutron cepat 10
Partikel alfa 20
2.1.5 Penggolongan Usia dan Rekomendasi Dosis Radiasi pada Pasien Anak
Data dosis pada anak sangat sulit untuk didapatkan, karena tinggi dan berat
badan anak sangat tergantung pada usia. Oleh karena itu, untuk membandingkannya
maka dibuat sebuah kesepakatan yang dicapai dalam Serikat Eropa untuk
28. 9
Universitas Nasional
mengumpulkan data dari lima standar usia, yaitu usia <1 tahun (bagi bayi), 1-5 tahun,
5-10 tahun, dan anak usia 10-15 tahun UNSCEARyang merupakan suatu lembaga
dengan mandat untuk menilai dosis dan melaporkan tingkat serta efek paparan dari
radiasi pengion. Nilai dosis yang direkomendasikan disajikan dalam Tabel 2.4 di
bawah ini.
Tabel 2.3 Dosis Serap Radiasi oleh UNSCEAR (2000)
Umur Pasien Dosis Serap (mGy)
<1 0,0200
1-5 th 0,0300
5-10 th 0,0400
10 - 15 th 0,0500
Rekomendasi dosis inilah yang akan menjadi acuan batas dosis yang akan
diberikan kepada pasien dalam penelitian ini [12].
2.1.6 Nilai Batas Dosis
Nilai batas dosis yang diizinkan untuk perorangan ialah dosis yang
terakumulasi selama jangka waktu panjang atau hasil dari penyinaran tunggal,
sehingga kemungkinan kerusakan somatik atau genetik dapat diabaikan. Yang
diperlukan dalam proteksi radiasi adalah pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan
dokter, daerah yang disinari sekecil mungkin, waktu penyinaran secepat mungkin,
jarak fokus ke pasien jangan terlalu dekat, gunakan shielding dan lainnya [9].
29. 10
Universitas Nasional
Tabel 2.4 Nilai Batas yang Diizinkan dan ditentukan oleh Komisi Internasional
tentang proteksi radiasi (ICRP) 1966:
Organ atau jaringan Pekerja radiasi dewasa Anggota masyarakat
(Rem per tahun) bukan pekerja
radiasi (Rem per tahun)
Gonad, sumsum- 5 (a) 0,5
Sumsum tulang merah
Kulit, tulang 30 3,0
Kelenjar gondok 30 3,0 (b)
Anggota badan 75 7,5
Organ lainnya 15 1,5
(a) Untuk wanita hamil dosis pada janin yang terakumulasi selama masa
kehamilan, sesudah diagnosis, tidak boleh melebihi 1 rem.
(b) 1,5 rem dalam satu tahun pada kelenjar gondok untuk anak-anak sampai usia
16 tahun.
2.1.7 Organ Gonad
1. Gonad laki-laki
Struktur reproduksi laki-laki terdiri dari penis dan testis dalam kantong
skrotum, sistem duktus yang yang terdiri dari epididimis, vas deferens, duktus
ejakulatorius, dan uretra, dan glandula assesoria yang terdiri dari vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretralis [13].
Gambar 2.7 Sistem Reproduksi Laki-laki [14]
30. 11
Universitas Nasional
Fungsi sistem reproduksi laki-laki adalah menghasilkan spermatozoa matang
dan menempatkan sperma dalam saluran reproduksi perempuan melalui senggama.
Testes mempunyai sistem endokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin
untuk mensekresi hormon-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan
fungsi seksual.
2. Gonad Perempuan
Struktur reproduksi perempuan terdiri dari dua ovarium dan dua tuba fallopi
atau saluran telur, uterus dan vagina. Genitalia eksterna disebut vulva dan terdiri dari
struktur-sruktur yang terlihat dari luar, mulai dari pubis sampai ke perineum: mons
pubis labia mayora, labia minora, klitoris, ventibulum yang terbentuk seperti buah
almond di dalam labia minora. Meatus uretra, lubang vagina atau intraitus, dua
perangkat kelenjar yaitu kelenjar skene dan bartholini, yang bermuara pada
vestibulum [13].
Gambar 2.8 Sistem Reproduksi Perempuan [15]
Fungsi sistem reproduksi perempuan berlangsung melalui interaksi hormonal
yang kompleks, dan bertujuan untuk menghasilkan ovum yang matang menurut
siklus dan mempersiapkan serta memelihara lingkungan bagi konsepsi dan gestasi.
3. Efek Radiasi Organ Gonad
Organ gonad manusia adalah organ yang sangat penting atau disebut organ at
risk (OAR). Sebagai contoh efek jaringan lokal, mereka sangat sensitif terhadap
radiasi, tanggapan terhadap dosis 10 rad diserap karena organ-organ ini menghasilkan
sel-sel germinal yang mengendalikan kesuburan. Sel-sel testis (gonad jantan)
merespon secara berbeda terhadap radiasi karena perbedaan progesi dari sel induk ke
31. 12
Universitas Nasional
sel matang. Indung telur dan testis menghasilkan oogonia dan spermatogenia yang
tumbuh menjadi ovum dan sperma. Sel germinal diproduksi oleh ovarium dan testis
tetapi mereka berkembang dari fase sel induk ke fase sel matang pada tingkat dan
waktu yang berbeda, proses pengembangan ini disebut gametogenesis.
Saat pubertas folikel pecah dengan teratur mengeluarkan sel benih yang
matang, sel telur hanya 400 hingga 500 ovum yang tersedia untuk pembuahan. Sel-sel
germinal testis secara terus-menerus diproduksi dari sel-sel induk secara progestif
melalui beberapa tahap. Mirip dengan indung telur, testis menyediakan sistem
pembaharuan sel yang mempertahankan sperma. Sel induk laki-laki adalah
spermatogenia yang tumbuh menjadi spermatosit, spermatosit melipatgandakan dan
berkembang menjadi spermatid yang akhirnya berdiferensiasi menjadi sel germinal
yang matang secara fungsional spermatozoa atau sperma. Proses pematangan dari sel
induk ke spermatozoa membutuhkan 3 sampai 5 minggu [16].
Iradiasi indung telur di awal kehidupan mengurangi ukuran mereka (atrofi)
melalui kematian sel telur. Setelah pubertas penyinaran seperti itu juga menyebabkan
penekanan dan penundaan menstruasi. Sel perempuan yang paling radiosensitif
selama perkembangan sel germinal adalah oosit di folikel yang matang.
Efek radiasi pada indung telur bergantung pada usia pada kehidupan janin dan
pada anak usia dini indung telur sangat radiosensitif. Mereka menurun dalam
radiosensitivitas mencapai minimum dalam rentang usia 20 hingga 30 tahun dan
kemudian meningkat terus seiring dengan bertambahnya usia. Dosis serendah 10 rad
(100 mGy) dapat menunda atau supres menstruasi pada wanita dewasa. Dosis sekitar
200 rad (2Gy) menghasilkan infertilitas sementara; sekitar 500 rad (5Gy) ke ovarium
menghasilkan sterilitas permanen [17].
2.1.8 Direct Radiography ( DR )
DR merupakan suatu bentuk pencitraan sinar-X dimana detektor panel datar
digunakan sebagai pengganti film. Dengan menggunakan sistem DR gambar dapat
32. 13
Universitas Nasional
dilihat di layar monitor setelah proses akuisi yang memakan waktu hanya beberapa
detik dan dapat disimpan atau diteruskan ke komputer lain.
Keuntungan menggunakan DR diantaranya yaitu efisiensi waktu melalui
proses kimia dan pengurangan biaya untuk proses, mengelola dan menyimpan film,
serta kemampuan untuk mengirimkan gmabar secara digital atau elektronik, dan
sebagainya.
Sistem DR terbaru yaitu sistem DR dimana gambar hasil ekspos dari objek
radiografi diubah kedalam format digital secara real time dengan menggunakan
sensor berupa flat panel atau Charge Coupled Devices (CCD), jadi tidak perlu
menggunakan kaset reader untuk mendapatkan gambar secara digital [18].
1. Entrance Surface Dose (ESD)
Pada pemeriksaan radiodiagnostik pengukuran dosis pada pasien dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu permukaan dosis masuk atau Entrance Surface
Dose (ESD), dosis gonad serta dosis pada sumsum tulang. ESD merupakan kerma di
udara yang berasal dari penyinaran sinar-X yang dapat diukur pada pusat sinar
pertengahan posisi pasien atau phantom dengan memperhatikan radiasi hambur yang
terjadi dari obyek atau phantom. Satuannya dalam j/kg atau Gray (Gy) [19].
2. Automatic Eksposure Control (AEC)
Sistem AEC sangat penting untuk mengoptimasi kualitas citra dan dosis
radiasi terhadap pasien yang menjalani pemeriksaan radiodiagnostik. Teknik ini
menggunakan radiografi localizer untuk menentukan ukuran pasien dan daerah
redaman (attenuation) yang menyesuaikan kualitas citra dengan arus tabung. Tubuh
dengan tingkat attenuasi yang lebih tinggi menggunakan arus tabung (mili ampere)
yang tinggi dibandingkan dengan daerah tubuh dengan tingkat pelemahan atau
attenuasi yang lebih rendah.
Cara terbaik untuk mengetahui dosis pasien dari penggunaan sistem AEC
adalah dengan melihat indikator dosis pada monitor DR atau yang dikenal dengan
DAP (Dose Area Product). Sistem AEC secara optimal dapat mengurangi dosis
33. 14
Universitas Nasional
terhadap pasien sekitar 20-40% dan menghasilkan kualitas citra yang menunjang
diagnosa [20].
2.1.9 Scanogram
Pemeriksaan scanogram adalah teknik pemeriksaan pencitraan dengan
menggunakan sinar rontgen untuk melihat kelainan anatomi dari pelvis sampai cruris
dengan posisi erect dalam satu gambaran. Tujuannya untuk melihat kecurigaan
kelainan pada kasus genu varum, seperti ketidaksetaraan panjang kaki umumnya
terkait dengan kelainan gaya kait kompensasi dan bisa menyebabkan degeneratif
artritis pada ekstremitas bawah dan tulang belakang lumbal. Pasien dengan kelainan
kaki panjang (LLD) bisa juga memiliki kelainan sudut dan torsional serta kontraktur
jaringan ipsilateral atau kontralateral ekstremitas yang dapat mempengaruhi panjang
kaki fungsionalnya [21].
Gambar 2.9 Scanogram
2.1.10 Aspek Biologi Proteksi Radiasi
1. Efek Paparan Radiasi terhadap Kesehatan
Radiasi sinar-X dapat memberikan dampak negatif terhadap tubuh manusia
salah satunya yaitu dapat merusak jaringan sel. Semua radiasi ionisasi berbahaya bagi
jaringan hidup walaupun jika kerusakannya sedikit, jaringan tersebut masih dapat
34. 15
Universitas Nasional
memperbaiki dirinya sehingga tidak ada pengaruh yang permanen. Berbagai radiasi
dari radioaktif dapat mengionisasi materi yang dilaluinya. Bahaya radiasi ini tidak
tampak tetapi berbahaya untuk kepentingan proteksi radiasi, ICRP membagi efek
radiasi pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua, yaitu efek stokastik dan efek
deterministik.
a. Efek Stokastik
Ketika radiasi pengion menghasilkan perubahan pada genetik dari molekul
dalam sel DNA tanpa mempengaruhi kemampuan reproduksi mereka, paparan radiasi
dapat menyebabkan kanker dalam jangka panjang. Jenis efek ini adalah stokastik
yang berarti bahwa ini hanya dapat diprediksi secara statistik tetapi tidak ada dosis
ambang batas. Probabilitas bahwa efek tersebut akan terjadi sebanding dengan dosis
yang diterima.
Risiko kematian akibat kanker diperkirakan 5% per Sv untuk publik dan 4%
per Sv untuk pekerja (karena kelompok yang kemudian tidak termasuk orang muda di
bawah usia 18 tahun). Ketika iradiasi terjadi selama kehamilan, kemungkinan mental
reterdasi adalah efek yang paling penting risikonya paling tinggi selama periode
antara 8 dan 16 minggu kehamilan
b. Efek Deterministik
Efek deterministik dihasilkan ketika sejumlah besar sel yang berhasil mati
atau kehilangan kemampuan reproduksinya karena radiasi. Tingkat keparahan
efeknya meningkat ketika dosis yang diterima meningkat melebihi tingkat ambang
tertentu yang bervariasi tergantung pada jaringan atau organ yang bersangkutan.
Gejala yang ditimbulkan ketika seluruh tubuh terkena radiasi akut yaitu
radiasi singkatmerupakan sindrom radiasi akut, jika dosis badan berada di urutan 3,5
Gy ada kemungkinan 50% kematian yang mungkin terjadi 30-60 hari setelah waktu
penyinaran [22].
2.1.11 Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi [23]. Tujuan proteksi radiasi
35. 16
Universitas Nasional
adalah mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan mengurangi
frekuensi terjadinya efek stokastik ke tingkat yang cukup atau yang masih dapat
diterima oleh setiap anggota masyarakat. Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi
yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan
lingkungan, maka dalam proteksi radiasi dikenalkan tiga asas proteksi radiasi, yaitu:
1. Asas Justifikasi
Justifikasi adalah semua kegiatan yang melibatkan paparan radiasi hanya
dilakukan jika menghasilkan nilai lebih atau memberikan manfaat yang lebih besar
daripada resiko bahaya radiasi yang ditimbulkan (azas manfaat). Justifikasi dari
suatu rencana kegiatan atau radioterapi yang melibatkan paparan radiasi dapat
ditentukan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dengan
menggunakan analisa untung-rugi untuk meyakinkan bahwa akan terdapat
keuntungan lebih dari dilakukannya kegiatan tersebut.
2. Asas Optimasi
Asas ini menghendaki agar pekerja dan anggota masyarakat di sekitar
menerima dosis serendah mungkin. Asas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA.
3. Asas Limitasi
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
atau masyarakat tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang.Pembatasan dosis ini dimaksud untuk menjamin bahwa
tidak ada seorang pun terkena resiko radiasi baik efek stokastik maupun efek
deterministik akibat dari penggunaan radiasi maupun zat radioaktif dalam keadaan
normal [24].
2.1.12 Bahaya Radiasi dan Pencegahannya
Bahaya radiasi pada organ tubuh manusia dapat bermacam-macam bergantung
pada jumlah dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima. Pada tahun 1950 komisi
internasional untuk perlindungan terhadap penyinaran menetapkan bahwa pengaruh
radiasi sinar-X sebagai berikut:
36. 17
Universitas Nasional
1. Luka permukaan yang dangkal
Kerusakan permukaan yang dangkal seperti terjadinya: kerusakan pada kulit,
epilasi dan kuku rapuh.
2. Kerusakan Hemopoetik
Terjadinya limfopeni, anemi, leukopeni sampai terjadinya kehilangan respon
terhadap daya tahan spesifik.
3. Keganasan
Terjadinya leukemi, carsinoma kulit dan carsinoma.
4. Berkurangnya “kemungkinan hidup”
5. Aberasi Genetik
Terjadinya mutasi gen langsung dan perubahan kromosom pada individu.
6. Efek-efek lainnya
Efek lain yang mungkin bisa terjadi yaitu terjadinya katarak lentikuler,
obesitas dan sterilitas yang terdiri dari: sterilitas primer dan skunder. Reaksi luka
pada permukaan yang dangkal dapat timbul secara langsung atau dalam jangka
waktu tertentu.Reaksi langsung dapat berupa luka bakar, reaksi dosis yang
bereaksi lama (kronis) dapat berupa carsinoma kulit [9].
2.1.13 Dosis – Laju Dosis
Laju dosis sebenarnya identik dengan intensitas hanya saja sudah dikonversi
dengan beberapa konstanta fisis agar sesuai dengan keperluan proteksi radiasi,
sedangkan dosis merupakan perkalian laju dosis dengan selang waktu radiasi [25].
Terdapat beberapa jenis besaran dosis dan satuannya sebagai berikut:
1. Paparan (eksposi)
Paparan didefinisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk
menimbulkan ionisasi di udara dalam volume tertentu. Secara matematis paparan
dapat dituliskan sebagai
X = …………… 2.6
37. 18
Universitas Nasional
dQ adalah jumlah muatan pasangan ion yang terbentuk dalam suatu elemen volume
udara bermassa dm. Pada sistem satuan internasional (SI), satuan paparan adalah
coulomb/kilogram (C/kg), pengertian 1 C/kg adalah besar paparan yang dapat
menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar satu coulomb pada suatu elemen
volume udara yang mempunyai massa 1 kg.
2. Dosis Serap
Dosis serap (D) adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion
sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm, satuan yang digunakan
sebelumnya adalah rad. Satuan dosis serap dalam SI adalah Joule/kg atau sama
dengan gray (Gy), satu gray adalah dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per
kilogram.
1 gray (Gy) = 1 joule/kg ……… 2.8
Secara matematis dosis serap dituliskan sebagai berikut:
D = …………………………. 2.9
dEadalah energi yang diserap oleh bahan yang mempunyai massa dm.
Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis
bahan yang dikenainya, namun bila menyangkut akibat paparan terhadap mahluk
hidup, maka informasi yang diperoleh tidak cukup. Jadi diperlukan besaran lain yang
sekaligus memperhitungkan efek radasi untuk jenis radiasi yang berbeda.
Hubungan dosis serap dengan paparan adalah:
D = f × X ……………………… 2.10
Keterangan:
D = dosis serap (Rad)
X = paparan ( R )
f = faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap (Rad/R)
3. Laju Paparan (dosis)
Laju paparan adalah besar paparan persatuan waktu dan diberi simbol X0
.
Satuan laju paparan dalam SI adalah C/kg.jam dan satuan lama adalah R/jam.
38. 19
Universitas Nasional
4. Dosis Efektif
Paparan radiasi yang mengenai seluruh tubuh dengan setiap organ atau
jaringan menerima dosis ekivalen yang sama, terbukti bahwa efek biologi terhadap
setiap organ atau jaringan berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
sensitivitas organ atau jaringan tersebut terhadap radiasi, dalam hal ini efek radiasi
yang diperhitungkan adalah efek stokastik, sebab efek deterministik hanya akan
terlihat akibatnya bila dosis yang diterima tubuh melebihi ambang batas tertentu. Di
bawah ambang batas itu maka efek stokastik harus diperhatikan oleh sebab itu
diperlukan besaran dosis lain yang disebut dosis efektif dengan simbol E. Tingkat
kepekaan organ atau jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut
faktor bobot organ atau faktor bobot jaringan tubuh, dengan simbol WT .
Secara matematis dosis efektif diformulasikan sebagai berikut:
Eτ = Σ ( WtH ) ………….. 2.11
Atau
Eτ = Σ ( WrWt D ) ……… 2.12
Satuan dosis efektif ialah rem atau sievert (Sv)
Di bawah ini terdapat rekomendasi faktor bobot jaringan publikasi (1997) dan
publikasi 60 (1991) dari ICRP :
Tabel 2.5 Rekomendasi ICRP untuk Faktor Bobot Jaringan publikasi 26 (1997)
dan publikasi 60 (1991) [26]
Jaringan Publikasi 26 Publikasi 1991b
Permukaan tulang 0,03 0,01
Bladder 0,05
Mamae 0,15 0,05
Colon 0,12
Gonad 0,25 0,20
Liver 0,05
Paru-paru 0,12 0,12
Oesopagus 0,05
39. 20
Universitas Nasional
Sumsum tulang merah 0,12 0,12
Kulit 0,01
Stomach 0,12
Tiroid 0,03 0,05
Sisanya 0,30a
0,05
Total 1,0 1,0
Catatan :
a. 5 organ dan jaringan lain yang paling diiradiasi dimasukkan ke dalam
sisanya, masing-masing dengan wT = 0,06.
b. Nilai-nilai telah dikembangkan dari populasi referensi dengan jumlah yang
sama dari kedua jenis kelamin dan a berbagai usia. Dalam definisi dosis
efektif mereka berlaku untuk pekerja, untuk seluruh penduduk dan baik
untuk seks.
2.1.14 Pengukuran Dosis Serap Radiasi
Radiasi mempunyai ukuran atau satuan untuk menunjukkan besarnya
pancaran radiasi dari suatu sumber atau menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang
diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Dosis radiasi
merupakan jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang
dilaluinya [17]. Untuk mengukur besarnya enegi radiasi yang diserap oleh medium
perlu diperkenalkan suatu besaran yang tidak bergantung pada jenis radiasi, energi
radiasi maupun sifat bahan penyerap tetapi hanya bergantung pada jumlah energi
radiasi yang diserap persatuan massa yang menerima penyinaran radiasi tersebut. Bila
Sinar-X masuk ke suatu bahan maka sinar akan bergabung dengan atom-atom bahan
tersebut, sehingga energinya akan diteruskan dari sinar-X ke atom bahan. Penerusan
energi ini disebut penyerapan dan jumlah energi yang terserap disebut dosis serap.
Makin besar energi yang diserap oleh tubuh pasien, makin besar kemungkinan
terjadinya kerusakan biologi pada pasien tersebut, jadi untuk keamanan pasien,
jumlah energi yang diteruskan harus dibuat sekecil mungkin.
40. 21
Universitas Nasional
Pada pemeriksaan radiodiagnostik pengukuran dosis pada pasien dapat
dilakukan dalam tiga cara yaitu, permukaan dosis masuk yang dikenal sebagai (ESD),
dosis gonad serta dosis pada sumsum tulang. Permukaan dosis masuk merupakan
parameter penting untuk menilai dosis yang diterima oleh pasien dalam paparan
radiografi. Permukaan dosis masuk didefinisikan sebagai dosis serap di udara ketika
Sinar-X mengenai permukaan kulit pasien [26].
Dalam praktek sehari-hari faktor eksposi mempengaruhi jumlah radiasi yang
dihasilkan, baik itu radiasi primer maupun radiasi sekunder. Dalam hal ini hubungan
faktor eksposi dengan dosis radiasi, apabila nilai tegangan mengalami peningkatan
dan arus mengalami penurunan maka dosis radiasi yang akan diterima oleh pasien
akan berkurang tetapi radiasi hambur akan mengalami peningkatam. Tetapi apabila
nilai tegangan berkurang, nilai arus bertambah maka dosis radiasi yang diterima
pasien menjadi bertambah tetapi radiasi hambur menjadi berkurang. Besarnya
terimaan dosis paparan radiasi secara matematis dapat dihitung seperti pada
persamaan berikut ini:
X =
…………….. 2.13
dimana, = Dosis paparan radiasi (mR)
= Tegangan tabung (kV)
i = Arus tabung (mA)
= Waktu penyinaran (s)
= Jarak Fokus ke Film (cm)
Dari rumus di atas maka dapat diketahui masing-masing besar atau jumlah
dosis paparan radiasi yang akan diterima pasien. Karena 1 Roentgen sama dengan
0,877 rad dosis di udara, sehingga untuk mengetahui dosis serap yang diterima oleh
pasien yaitu dengan cara mengalikan dosis paparan radiasi dengan 0,877 rad.
41. 22
Universitas Nasional
2.1.15 Dosimetri Thermoluminesensi (TLD)
TLD adalah dosimeter yang bekerja berdasarkan proses termoluminesensi.
Proses diawali ketika TLD menyerap energi radiasi yang datang, menyebabkan
terbentuk elektron bebas melalui proses fotolistrik ataupun Hamburan Compton,
elektron berpindah dari pita valensi ke konduksi dalam pita konduksi elektron
bergerak bebas selanjutnya elektron terperangkap kedalam perangkap elektron,
perpindahaan elektron meninggalkan lubang (hole) yang bergerak bebas ke dalam
pita valensi, hole ini kemudian terperangkat ke dalam perangkap elektron, elektron
maupun lubang akan tetap terperangkap hingga memperoleh energi panas yang cukup
untuk keluar dari perangkat tersebut. Jika diberikan energi panas yang cukup maka
elektron dan hole terlepas dari perangkap masing-masing, elektron dan hole
selanjutnya akan berkombinasi kembali di pusat luminesensi disertai dengan pancaran
cahaya tampak yang disebut cahaya luminesensi [27].
Gambar 2.10 Prinsip Kerja TLD [28]
Prinsip Kerja TLD didasarkan pada eksitasi elektron oleh radiasi pengion
dengan diikuti proses terperangkap dan pelepasan elektron yang terperangkap dengan
pemanasan, menyebabkan pancaran cahaya yang jumlahnya sebanding dengan dosis
42. 23
Universitas Nasional
radiasi pengion yang diterima oleh bahan TLD tersebut. Pengukuran kuantitas
keluaran cahaya oleh alat baca TLD, dilakukan dengan menggunakan tabung
pengganda cahaya (photomultiplier disingkat PM) dan keluarannya digambarkan
sebagai fungsi temperatur yang disebut kurva pancar (glow curve). Pelepasan elektron
yang tertangkap sebelum pembacaan dilakukan disebut sebagai pemudaran.
Hubungan antara bacaan TLD dengan dosis yang diterimanya harus ditentukan
dengan kalibrasi [27].
TLD dapat digunakan sebagai dosimeter foton, beta, neutron, diskriminasi.
Ekstremitas keluarannya digambarkan sebagai fungsi temperatur TLD lebih peka dan
mempunyai rentang pengukuran yang relatif lebih lebar, yaitu 0,01 mSv – 2 Sv. Bila
TLD digunakan untuk radiasi beta maka harus dengan ketebalan yang sangat tipis
yaitu 0,015 inci atau ~4 mG/cm-2
dan dilapisi dengan lapisan pelindung ~4 mG/cm-2
.
Periode waktu pemakaian TLD untuk pemantauan dosis eksterna perorangan dapat
mencapai tiga bulan.
Sedangkan TLD-100H (LiF:Mg,Cu,P) memiliki sensitivitas lebih tinggi
dibandingkan dengan TLD-100, namun jenis kedua TLD memiliki karakteristik
bahan yang sama dengan jaringan tubuh manusia dan memiliki karakteristik
pemudaran (fading) informasi dosis dan kerapatan massa (2,40-2,65 g/cm3
)[16].
Berikut perbandingan antara TLD-100H dengan TLD-100 pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.6 Karakteristik Dosimetrik TLD LiF [29]
Bahan TL Puncak Emisi Zeff Sensitivitas Linearitas Fading Temperatur
Kurva Maksimum relatif (Gy) annealing
(o
C) (nm) (waktu)
LiF:Mg,Ti 210 425 8,14 1 10-5
– 10 5%/tahun 400o
C(1jam)
dan 80o
C (24 jam )
LiF:Mg,Cu,P 232 310 (410) 8,14 15 – 30 10-6
– 10 < 5%/tahun 240°C
(10 menit)
43. 24
Universitas Nasional
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Pemeriksaan scanogram biasanya dilakukan untuk melihat kelainan tulang
yang diderita pasien, seperti LLD (Leg Length Discrepancy), genu varum, flat foot,
genu valgum dan sebagainya. Kebutuhan untuk penilaian akurat tentang panjang dan
keselarasan diimbangi dengan kebutuhan meminimalkan paparan radiasi. Penelitian
ini sebelumnya dilakukan pada tahun 2013, oleh Benjamin. G. Escott dkk [3], dimana
penelitian tersebut untuk melihat kelainan panjang kaki (LLD) dengan tujuan untuk
meminimalkan paparan radiasi dengan membandingkan akurasi, reliabilitas, dan
dosis radiasi EOS, dengan dosis rendah sistem pencitraan radiografi biplanar, pada
dua pengaturan yang berbeda, dengan radiografi konvensional (teleoroentgenogram)
dan pemindaian CT scan (CT scan), untuk penilaian panjang anggota badan. Pada
penelitian tersebut didapatkan hasil EOS fast protokol 0,68 mrad; interval
kepercayaan 95% [CI], 0,60-0,75 mrad dibandingkan dengan protokol EOS-Low
13,52 mrad; 95% CI, 13,45 sampai 13,60 mrad (p <0,0001), CT scanogram (3,74
mrad; 95% CI, 3,67 sampai 3,82 mrad (p <0,0001), dan radiografi konvensional
29,01 mrad; 95% CI, 28,94 sampai 29,09 mrad (p <0,0001).
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan di Inggris oleh sanjeev S dan
Ajay Kumar tahun 2008 yang berjudul Methods for assesing Leg Length
Discrepancy, dimana pemeriksaan scanogram menggunakan Computed Tomography
(CT) scanogram digunakan untuk menilai dan memvalidasi dosis rendah scanogram
tomografi (CT) sebagai post-operative modalitas pencitraan untuk mengukur sumbu
mekanik setelah navigasi penggantian lutut total. Pada penelitian ini didapatkan hasil
pada pemeriksaan konvensiaonal 0,7 mSv, CT scanogram berkisar antara 0,1 – 0,2
mSv. Protokol Perth melaporkan 2,7 mSv dan protokol imperial dosis pada wanita
0,74 mSv, sedangkan pada laki-laki 0,54 mSv [30].
44. 25
Universitas Nasional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian menggunakan metode
deskriptif kuantitatif, dimana peneliti melakukan eksperimen secara langsung dengan
menggunakan objek atau material TLD untuk mengetahui dosis radiasi yang
dihasilkan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien anak usia 6 -
10 tahun yang melakukan pemeriksaan scanogram, nilai dosis dalam pemeriksaan
scanogram akan dicatat padaTLD sebagai nilai dosis radiasi dalam pemeriksaan
scanogram.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu rumah sakit umum di Jakarta yang
dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2018. Sedangkan untuk proses pembacaan dan
evaluasi TLD-100H dan TLD-100 hasil pengukuran dilakukan di Laboratorium
Dosimeter Bidang Keselamatan Kerja dan Dosimetri (KKD) PTKMR BATAN.
3.3 Alat dan Bahan
1. Pesawat Radiografi
Pada penelitian ini menggunakan pesawat X-ray General Purpose pabrik
pembuatan dan meja kontrol siemens dari Germany, kemudian model atau tipe yang
digunakan YSIO / 10098950 dengan nomor seri 2699 yang terdiri dari :
a. Tube Housing
Menggunakan model Optitop 150/40/80 HC-100/03345 dengan nomor seri
2699.
25
45. 26
Universitas Nasional
Gambar 3.1 Pesawat DR YSIO[31]
b. Insert tube
Mengunakan model Optitop 150/40/80 HC-100/03345233 dengan nomor
seri 502241353 serta tegangan maksimum pesawat 150 kilovolt dan arus
maksimum 800 mAs.
Gambar 3.2 Image Kontrol [31]
c. Alat Imobilisasi
Alat imobilisasi digunakan untuk membantu pasien berdiri dan bersandar
agar tidak terjadi pergerakan selama pemeriksaan.
46. 27
Universitas Nasional
Gambar 3.3 Alat Imobilisasi [31]
2. TLD
a. TLD-100H
TLD-100H bahan yang digunakan adalah LiF:Mg,Cu,P chip Harshaw
(Thermo Fisher Scientific) berukuran 3,2 x 3,2 x 0,89 mm.
Gambar 3.4 TLD-100H [31]
47. 28
Universitas Nasional
b. TLD-100
TLD-100 bahan yang digunakan adalah LiF;Mg,Ti (Thermo Fisher Scientific)
berukuran 3,2 x 3,2 x 0,89 mm.
Gambar 3.5 TLD-100[31]
3.TLD Reader Harshaw
Merupakan alat yang digunakan dalam proses pembacaan TLD yang telah
dipakai dalam proses pengukuran sumber radiasi. TLD reader yang digunakan pada
penelitian ini adalah TLD reader harshaw model 3500 yang terhubung dengan sistem
komputer untuk menampilkan hasil pembacaan TLD berupa grafik.
Gambar 3.6 TLD reader Harshaw [31]
48. 29
Universitas Nasional
4. Oven Memmert
Oven memmert merupakan alat yang digunakan untuk proses annealing TLD,
alat ini memiliki rentang suhu antara 30C-240C. Annealing merupakan proses
pembersihan sisa-sisa elektron yang masih terperangkap dalam TLD, annealing
dilakukan pada suhu 220 C sampai 240C selama ± 10 menit.
Gambar 3.7 Oven Memmert [31]
3.4 Metode Penelitian
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran
Melakukan pengukuran dengan menggunakan TLD-100H yang diletakkan di
sekitar organ gonad kanan dan kiri dan pengeluaran dosis pada kolimator
mengunakan TLD-100. Dilakukan pengamatan kepada 10 pasien anak perempuan
dan laki-laki berusia 6 - 10 tahun. Selanjutnya hasil pengukuran akan dibaca dengan
TLD reader di Laboratorium Dosimeter Bidang Keselamatan Kerja dan Dosimetri
(KKD) PTKMR BATAN.
a. Pengukuran ESD
Metode pengukuran ESD pada penelitian ini dilakukan secara langsung
dengan menggunakan TLD. Proses pengukuran ESD menggunakan TLD-100H yang
49. 30
Universitas Nasional
telah di packing dan diberi tanda untuk bagian yang akan diletakkan TLD. TLD
tersebut diletakkan pada daerah organ gonad kanan dan organ gonad kiri pasien yang
akan melakukan pemeriksaan scanogram untuk melihat pebandingan dosis yang
diterima oleh kedua bagian tersebut. FFD yang digunakan yaitu 180 cm dan lebar
kolimasi sesuai dengan luas lapangan (bagian yang akan diperiksa).
Gambar 4.1 Peletakkan TLD-100H pada Gonad [31]
Kemudian proses pengukuran ESD pada kolimator menggunakan TLD-100.
Proses packing TLD-100 sama dengan TLD-100H dan diberi tanda, kemudian TLD-
100 diletakkan pada pertengahan kolimator untuk mendapatkan dosis pada berkas
pengeluaran sinar-X.
Gambar 4.2 Peletakkan TLD-100 pada kolimator [31]
50. 31
Universitas Nasional
Untuk mendapatkan nilai dosis yang diterima organ pasien dan dosis
penegluaran dari kolimator dilakukan pembacaan TLD-100H dan TLD-100
menggunakan TLD reader, kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan
Persamaan 3.1.
2. Dokumentasi
Melakukan dokumentasi berupa data hasil pengukuran dosis radiasi pada
organ gonad serta data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Penentuan Parameter Penyinaran
ESD merupakan kerma udara yang berasal dari penyinaran Sinar-X yang
diukur pada daerah pertengahan pasien yang diperiksa dan memperhitungkan faktor
back scatter. Dalam penelitian ini digunakan TLD-100H untuk mendapatkan nilai
ESD, dengan meletakkan TLD-100H pada kedua sisi bagian gonad kanan dan kiri
anak yang akan melakukan pemeriksaan scanogramdan TLD-100 pada kolimator.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan mencatat data pasien, berat badan,
tinggi badan, usia serta jenis kelamin.
TLD-100H yang dipasang (diletakkan) pada organ gonad kanan dan kiri yang
berbentuk chip berjumlah 2 titik, dimana pada 1 titik terdapat 3 chip TLD untuk 1
pasien, kemudian diletakkan 1 paket TLD-100 pada pertengahan kolimator untuk
melihat pengeluaran radiasi, setelah dilakukan pengukuran TLD akan dibaca dan di
evaluasi dengan menggunakan TLD reader di laboratorium PTKMR BATAN. TLD
dilakukan pembacaan satu persatu yang digunakan untuk pasien dan 1 paket berisi 3
TLD chip untuk background. Intensitas TL bersih adalah hasil pengukuran intensitas
TL total dikurangi intensitas latar. Perhitungan dosis radiasi (D) didapat dari hasil
pembacaan dari TLD reader berupa nilai respon TLD dikali dengan nilai faktor
kalibrasi dengan persamaan:
D = TL × Fk ………………………….. 3.1
Dimana :
D = dosis serap ( mSv)
51. 32
Universitas Nasional
TL = respon TLD (nC)
Fk = faktor kalibrasi (mSv/nC)
4. Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X
Uji kesesuaian merupakan program jaminan kuaitas yang berhubungan
dengan kinerja pesawat sinar-Xdan upaya untuk mengoptimasi radiasi yang diterima
oleh pasien. Tujuan uji kesesuaian pesawat sinar-X yaitu untuk menjamin setiap
parameter penyinaran pada pesawat sinar-X telah teruji akurasi, linearitas dan
kestabilan fungsinya sesuai spesifikasi alat. Berikut ini beberapa parameter untuk
melakukan uji kesesuaian pesawat Sinar-X:
a. Kebocoran Tabung Sinar-X
Uji kebocoran tabung bertujuan untuk melihat nilai kebocoran tabung.
b. Akurasi Waktu Eksposi
Uji akurasi waktu eksposi bertujuan untuk melihat waktu pengeluaran sinar-X
pada panel kontrol.
c. Kualitas Berkas Sinar-X (HVL)
Uji kualitas berkas sinar-Xbertujuan untuk melihat kualitas sinar-Xdan
filtrasinya dalam menerima radiasi sinar-X.
d. Kualitas Citra
5. Kalibrasi TLD
Kalibrasi TLD harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menentukan nilai
dosis yang terbaca oleh TLD yang bertujuan untuk menentukan faktor koreksi
individual masing-masing TLD. Kalibrasi TLD dilakukan dengan cara disinari
menggunakan sumber radiasi Cesium-137 dengan dosis sebesar 5 mSv. Setelah
dilakukan penyinaran TLD dilakukan pembacaan dengan menggunakan TLD reader
Harshaw model 3500.
52. 33
Universitas Nasional
Gambar 3.9Pesawat Kalibrator OB-85 untuk Sumber Cs-137[31]
Untuk mendapatkan nilai faktor koreksi TLD-100H dapat menggunakan
persamaan :
Fk = ………………………………………….3.2
Dimana :
Fk : Faktor Koreksi ( mSv/nC)
D : Dosis Penyinaran (mSv)
TLi : Nilai Respon TLD (nC)
3.4.2 Variabel Pengamatan
Variabel dalam penelitian skripsi ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang bergantung atau dipengaruhi oleh variabel
lainnya dari sebuah penelitian. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah dosis
yang diterima oleh gonad anak laki-laki dan perempuan usia 6 -10 tahun.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin yang digunakan
saat pemeriksaan scanogram.
53. 34
Universitas Nasional
3.5 Analisis Data
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil analisis dan
pengukuran dosis radiasi yang diserap oleh TLD terhadap nilai dosis radiasi pada
pasien pemeriksaan scanogram dengan mengukur nilai dosis radiasi yang tertera pada
TLD. Kemudian pengukuran dosis serap dilakukan dengan proses pembacaan hasil
TLD dengan menggunakan TLD reader untuk pembacaan nilai hasil TLD.
Pembacaan nilai hasil TLD dilakukan di Laboratorium Dosimeter Bidang
Keselamatan Kerja dan Dosimetri (KKD) PTKMR BATAN.
3.6 Langkah Kerja Penelitian
Pengukuran dosis organ at risk (OAR) pada pemeriksaan Scanogram dengan
menggunakan TLD-100H dan pengukuran dosis pengeluaran dari kolimator dengan
TLD-100. Langkah kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Pemeriksaan
Setelah prosedur persiapan pasien untuk pemeriksaan scanogram selesai.
Kemudian, masing-masing pasien akan ditempelkan TLD di sekitar organ gonad dan
kolimator.
2. Pengaturan Posisi Pasien
Dalam pemeriksaan scanogram maka posisi pasien perlu diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan pemeriksaan pada bagian yang akan dilakukan
pemeriksaan. Posisi pasien dalam pemeriksaan scanogram adalah erect atau berdiri di
atas alat imobilisasi.
Dimana teknik pemotretan sebagai berikut:
a. Posisi pasien antero posterior (AP) erect.
b. Central Ray (CR) tegak lurus kaset atau sinar horizontal.
c. Central point (CP) pada mid sagital plane (MSP) tubuh.
d. Menggunakan digital radiografi (DR).
54. 35
Universitas Nasional
e. Menggunakan teknik ortho wall yaitu teknik pemotretan yang menggunakan
prinsip tomogram sehingga memungkinkan objek berada dalam satu
gambaran atau satu film secara vertical atau horizontal.
f. Setting protokol orthowall pada monitor dengan tube berada di tengah wall
stand dan focus film distance (FFD) 180 cm.
g. Atur tube dengan penyudutan pertama kearah cranial setinggi umbilical
kemudian klik ikon pada tube dan penyudutan kedua kearah caudal setinggi
metatarsal kemudian klik ikon 2 pada tube.
h. Pastikan tabung sinar-X dan monitor sudah ready.
i. Eksposi dengan menekan ready pada tombol ekposi, tube akan bergerak
otomatis sesuai protokol sampai gambaran didapat.
j. Menyimpan hasil gambaran pada monitor examination yang berada dik anan
monitor dengan proses editing dan printing.
3. Penempatan TLD-100H pada gonad kanan, gonad kiri dan TLD-100 di
pertengahan tabung sinar-X (tube).
4. Pengaturan faktor eksposi
Faktor eksposi atau penyinaran terdiri dari tegangan tabung (kV), arus (mA)
dan waktu penyinaran (s).
5. Proses Tomogram
Prinsip dasar tomogram mirip dengan perangkat radiografi yaitu
memanfaatkan intensitas kanal radiasi setelah melewati suatu objek untuk
membentuk gambar.Tidak seperti gambar yang dihasilkan dari teknik radiografi
konvensional, informasi gambar yang ditampilkan oleh tomogram tidak tumpang
tindih sehingga dapat memperoleh gambar yang dapat diamati tidak hanya dalam
bidang tegak lurus.Tomogram menggunakan iradiasi khusus yang terkait dengan
komputer berkekuatan tinggi yang berfungsi untuk memproses hasil gambaran.
Pasien berdiri pada alat imobilisasi dengan posisi tangan berpegangan alat dan
tubuh pasien bersandar pada alat imobilisasi agar pasien tidak bergerak.Tube
bergerak dari bagian atas (pinggang atau pelvis) pasien dan berputar ke bagian bawah
55. 36
Universitas Nasional
(pedis atau kaki) pasien.Waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan ini tergantung
dari ukuran badan (tinggi badan dan berat badan) pasien tersebut.
6. Mencatat DAP
7. Mencatat faktor eksposi
3.7 Bagan Penelitian
Gambar 3.10 Kerangka Penelitian
Persiapan pemeriksaan
dan pemasangan TLD
Identifikasi Masalah
Pengolahan Data
Pengambilan data Teori
Selesai
Mulai
56. 37
Universitas Nasional
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 10 anak dengan rentang usia
usia 6 - 10 tahun dengan menggunakan TLD-100H sebanyak 20 paket dan 2 paket
untuk background, kemudian pada kolimator menggunakan 10 paket TLD-100 dan 2
pake untuk bakcground. Pada 4.1.1 diuraikan hasil pengukuran ESD scanogram
organ gonad dengan membandingkan daerah organ gonad kanan dan kiri dan pada
4.1.2 diuraikan perbandingan antara dosis yang diterima organ gonad, DAP dan dosis
pengeluaran dari kolimator.
4.1.1 Hasil Pengukuran ESD Organ Gonad
Tabel 4.1 Hasil Terimaan Dosis ESD Organ Gonad
Kanan dan Kiri
No Jenis Tinggi Massa Dosis (mSv)
(L/P) (Cm) (Kg) Kanan Kiri
1 L 120 22,8 0,546 0,573
2 P 115 20,4 0,327 0,301
3 P 138 32,8 0,201 0,178
4 L 125 33,6 0,687 0,673
5 P 135 24,8 0,667 0,629
6 L 130 36,5 0,165 0,161
7 L 142 43,1 0,554 0,569
8 P 150 28,6 0,196 0,138
9 L 148 32,2 0,427 0,483
10 P 140 41,3 0,049 0,050
MEAN 134,3 31,6 0,382 0,376
MIN 115 20,4 0,049 0,050
MAX 148 43,1 0,687 0,673
MEDIAN 136,5 32,5 0,377 0,392
STDDEV 11,6 7,1 0,226 0,234
37
57. 38
Universitas Nasional
Hasil pengukuran ESD organ gonad pada pasien anak disajikan dalam Tabel
4.1 untuk organ gonad kanan dan gonad kiri. Dari tabel tersebut terlihat kategori anak
terdiri dari berat badan dan tinggi badan yang bervariasi sehingga mempengaruhi
nilai dosis yang diterima pasien. Dari tabel di atas dapat dilihat untuk setiap sistem di
gambarkan dalam bentuk grafik yang disajikan pada Gambar 4.3 dan grafik tersebut
terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil dosis yang diterima oleh organ gonad kanan
dengan organ gonad kiri.
Gambar 4.1 Perbandingan Dosis Yang diterima Organ Gonad Kanan dan
Organ Gonad Kiri
Pada grafik diatas terlihat bahwa nilai dosis terendah pada organ gonad kanan
0,238 mSv dan dosis tertinggi gonad kanan 0,444 mSv. Sedangkan dosis tertinggi
pada organ gonad kiri 0,437 mSv dan nilai dosis terendah gonad kiri 0,267 mSv.
Dengan rata-rata nilai dosis organ gonad kanan 0,382 mSv ± 0,226 mSv dan nilai
rata-rata dosis organ gonad kiri 0,376 mSv ± 0,234 mSv. Pada tabel di atas rata-rata
berat badan 31,61 ± 7,15 kg dan rata-rata tinggi badan pasien 134,3 ± 11,6 cm.
Usia (Thn)
58. 39
Universitas Nasional
4.1.2 Perbandingan dan Keterkaitan Antar Nilai Dosis Organ Gonad, Dosis
Area Produk (DAP) dan Dosis Pengeluaran dari Kolimator
Hasil pengukuran dosis yang diuraikan pada Tabel 4.2 tentang nilai dosis organ
gonad keseluruhan, DAP dan dosis pengeluaran dari kolimator. Pada tabel tersebut
terlihat keterkaitan dosis yang diterima oleh organ gonad, dosis yang tertera pada
DAP dan dosis pengeluaran dari kolimator, diuraikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Perbandingan Antar Dosis Gonad, DAP dan Dosis
Pengeluaran pada Kolimator
No
Massa Dosis Gonad DAP Kolimator
(Kg) (mSv) (mSv) (mSv)
1 22,8 0,560 0,231 32,422
2 20,4 0,317 0,198 23,954
3 32,8 0,190 0,151 11,713
4 33,6 0,18 0,284 44,101
5 24,8 0,648 0,308 55,353
6 36,5 0,159 0,138 14,330
7 43,1 0,118 0,235 37,096
8 28,6 0,064 0,128 9,667
9 32,2 0,455 0,209 30,433
10 41,3 0,050 0,097 5,142
MEAN 31,6 0,274 0,198 26,392
MIN 20,4 0,050 0,097 5,142
MAX 43,1 0,648 0,308 55,353
MEDIAN 32,5 0,185 0,204 26,928
STDDEV 7,1 0,212 0,069 16,376
Dari tabel di atas dapat dilihat, untuk setiap sistem digambarkan dalam bentuk
grafik yang disajikan pada Gambar 4.2 dari grafik tersebut dapat dilihat perbandingan
atau keterkaitan antara dosis yang diterima organ, DAP dan dosis pengeluaran dari
kolimator.
59. 40
Universitas Nasional
Gambar 4.2 Perbandingan Antara Dosis Gonad, DAP dan Dosis Pengeluaran dari
Kolimator
Pada grafik tersebut terlihat bahwa nilai dosis terendah pada organ gonad anak
yaitu, 0,091 mSv dan dosis tertinggi organ gonad 0,403 mSv. Pada DAP dosis
terendah 0,153 mSv dan DAP yang tertinggi 0,223 mSv. Pada dosis pengeluaran dari
kolimator yang tertinggi 35,841 mSv dan dosis terendah 17,875 mSv. Rata-rata dosis
yang diterima gonad 0,757 ± 0,460 mSv, rata-rata DAP 0,198 ± 0,069 mSv, rata-rata
dosis pengeluaran kolimator 26,392 ± 16,376 mSv.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis pada data penelitian yang telah
dilakukan pada 10 anak dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-
masing 5 anak dengan usia 6 - 10 tahun, pada Tabel 4.1 diuraikan dosis organ gonad
kanan dan dosis organ gonad kiri. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa tidak
terdapat perbedaan nilai dosis yang diterima oleh organ gonad kanan dan organ gonad
kiri. Pada organ gonad kanan rata-rata nilai dosis 0,382 mSv ± 0,226 mSv dengan
6 7 8 9 10
Gonad 0.438 0.185 0.403 0.091 0.252
DAP 0.215 0.218 0.223 0.182 0.153
Kolimator 28.188 27.907 34.841 23.381 17.875
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Dosis (mSv)
Usia
60. 41
Universitas Nasional
nilai dosis terendah pada organ gonad kanan 0,049 mSv dan dosis tertinggi gonad
kanan 0,687 mSv. Sedangkan pada organ gonad kiri rata-rata nilai dosis 0,376 mSv ±
0,226 mSv dengan nilai dosis tertinggi pada organ gonad kiri 0,673 mSv dan nilai
dosis terendah gonad kiri 0,050 mSv.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dosis yang
diterima oleh organ masih dibawah standar, sesuai referensi dari Stewart Carlyle
Bushong nilai dosis sebesar 0,1 Sv dapat menunda atau supres menstruasi pada
wanita dewasa, 2 Sv mengalami infertilitas sementara dan 5 Sv mengalami sterilitas
permanen.
Kemudian dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwa terlihat perbedaan dan
keterkaitan antar dosis yang diterima antara dosis organ gonad, DAP dan dosis
pengeluaran dari kolimator. Dapat di lihat pada Gambar 4.2 yaitu nilai terendah dosis
pengeluaran dari kolimator 17,875 mSv, DAP 0,153 mSv dan dosis yang diterima
organ gonad 0,091 mSv. Sedangkan nilai tertinggi dosis pengeluaran dari kolimator
35,841 mSv, pada DAP 0,233 mSv dan dosis yang diterima oleh organ gonad 0,403
mSv. Dengan rata-rata dosis yang diterima oleh organ gonad 0,274 ± 212 mSv, DAP
0,198 ± 0,069 mSv, dan kolimator 26,392 ± 16,376 mSv. Dari data tersebut dapat di
simpulkan semakin kecil dosis pengeluaran dari kolimator maka dosis yang diterima
organ gonad dan DAP semakin kecil, begitu juga sebaliknya apabila dosis
pengeluaran dari kolimator besar, maka dosis yang diterima organ gonad dan DAP
semakin besar.
61. 42
Universitas Nasional
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada anak usia 6 - 10 tahun didapatkan rentang nilai dosis pada organ gonad
kanan dan kiri dari 0,050 – 0,687 mSv. Dengan rata-rata dosis gonad anak laki-
laki 0,382 ± 0,226 mSv dan rata-rata anak perempuan 0,376 ± 0,234 mSv. Jika
dilihat dari rata-rata nilai dosis gonad kanan dan gonad kiri tidak mengalami
perbedaan.
2. Berdasarkan penelitian tersebut dosis yang diterima oleh organ gonad masih
dibawah standar yaitu dosis tertinggi yang diterima oleh organ gonad 0,673 mSv,
sedangkan menurut referensi dari Stewart Carlyle Bushong nilai dosis sebesar 0,1
Sv dapat menunda atau supres memstruasi pada wanita dewasa, 2 Sv mengalami
infertilitas sementara dan 5 Sv mengalami sterilitas permanen, sehingga
pemeriksaan ini aman untuk dilakukan.
3. Penerimaan dosis pada organ gonad, DAP dan dosis pengeluaran dari kolimator
saling berkaitan, yaitu jika semakin kecil dosis pengeluaran dari kolimator, maka
semakin kecil dosis yang diterima pada organ gonad dan DAP. Begitu juga
sebaliknya jika semakin besar nilai dosis pengeluaran dari kolimator, maka
semakin besar nilai dosis pada organ gonad dan DAP.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa sampel karena keterbatasan dalam
mendapatkan pasien,maka sebaiknya penelitian dilakukan di beberapa rumah
sakit yang terdapat pemeriksaan scanogram untuk mendapatkan hasil yang lebih
42
62. 43
Universitas Nasional
akurat dan dapat dibagi dalam beberapa kelompok usiauntuk memperbanyak
jumlah sampel.
2. Karena OAR anak masih dalam proses tumbuh kembangpertumbuhan dan
rentan terhadap radiasi pengion, sebaiknya diberikan thyroid shielding untuk
menghindari kemungkinan efek stokastik yang dapat muncul agar terhindar dari
paparan radiasi yang tidak diperlukan oleh pasien saat dilakukan pemeriksaan.
63.
Universitas Nasional
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bushong. S,C. 2013. Radiologic Science for Technologists: Physics, Biology,
and Protection, Tenth Edition. Houston : Texas.
[2] Suyaningsih. F, dkk. 2015.Pengujian Hasil Rekontruksi Citra Radiografi Digital
Mengunakan Program Labview. Jakarta : BATAN.
[3] Escott, B.G., Bheeshma, R., dkk. 2013. EOS Low-Dose Radiography: A Reliable
and Accurate Upright Assessment of Lower-Limb Lengths.Canada : University
of Toronto.
[4] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33. 2007. Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Presiden Republik Indonesia.
[5] Hiswara. E dan Dewi. K. 2015. Dosis Pasien Pada Pemerikaan Rutin Sinar-X
Radiologi Diagnostik.
[6] Fahmi .A, dkk. 2008. Pengaruh Faktor Eksposi pada Pemeriksaan Abdomen
TerhadapKualitasRadiografdanPaparanRadiasiMenggunakan Computed
Radiography.Semarang : UNDIP.
[7] Widyanti, KN,. Johan A.E.N,. Unggul P.P,. Penentuan dan Pengukuran Dosis
Serap Radiasi Sinar-X Pada Permukaan Pantom Kepala (Skull Phantom)
Menggunakan Metode Entrance Skin Exposure (ESE). Malang : Universitas
Brawijaya.
[8] Cullity, B.D and Stock, S.R. 2016. Elements of X-Ray Diffraction Third Edition.
UK.
[9] Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik edisi kedua.Jakarta :Balai penerbit FKUI.
[10] Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC 10
[11] Akhadi, M. 2000. Dasar - Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[12] UNSCEAR. 2000. Sources and Effects of Ionizing Radiation. Report to the
General Assembly. New York: United Nation.
[13] Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. PATOFISIOLOGI :
Konsepklinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.
64.
Universitas Nasional
[14] Bullock B.L. 1996. PATHOPHYSIOLOGY : Adaptations and Alterations in
Fuction Fourth Edition. Washington Square.
[15] Pearce. E.C. 2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
[16] UNSCEAR. 2013. Sources and Effects of Ionizing Radiation. Effects of
Radiation Exposure of Children Volume II. Newyork : UNSCEAR.
[17] Bushong, Stewart Carlyle. 2008. Radiologic Science for Technologist : Physics,
Biology, and Protection, 9th
Edition. US.
[18] Williams , Mark B., PhD, Elizabeth A. Krupinski, PhD., dkk,. 2007. Digital
Radiography Image Quality : Image Acquisition. Amerika : Amercan College
of Radiology.
[19] Omranel,L.B,. F Verhaegen,. N, Chahedand S, Mtimet,. 2003. An Investigation
Of Entrance Surface Dose Calculations for Diagnostic Radiology Using Monte
Carlo Simulations and Radiotherapy Dosimetry Formalisms. Canada.
[20] Indrati, R,. Azlan, Y, dan Bagus A,. Noise Citra dan Estimasi Dosis Radiasi
dengan Aktifasi Sistem Automatic Exposure Control pada Pemeriksaan
Computed Tomography Kepala. Semarang : Poltekkes.
[21] Mohanlal, P dan Sunil Jain. 2008. Assesment and Validation of CT Scanogram to
compare per-Operative and Post-Operative Mechanical Axis After Navigated
Total Knee Replacement. UK : Medway Maritime Hospital.
[22] BorrasCari, DSc, FACR. 1997. Organization, Development, Quality Assurance
and Radiation Protection in Radiology Services : Imaging and Radiation
Terapy. Washington DC : Pan American Healt Organization : World Healt
Organization.
[23] BAPETEN.2013. Himpunan Peraturan Kepala Badan Fasilitas Radiasi dan Zat
Radioaktif. Jakarta : BAPETEN.
[24] BAPETEN. 2011. Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostikdan Intervensional. Jakarta : BAPETEN.
65.
Universitas Nasional
[25] Edwards, C., Statkiewicz M. A., danRitenour, E. R. 1990. Perlindungan Radiasi
Bagi Pasien dan Dokter Gigi. Jakarta: Widya Medika.
[26] Dietze, Guenther,. Keith Eckerman,.dkk,. 2005. Basic for Dosimetric Quantities
used in Radiological Protection. ICRP.
[27] Smith, F.A,. 2006. A Primer in Applied Radiation Physics. USA : Danvers.
[28] Piters, T.M. A Study Into the Mechanism of Thermoluminescence in a Lif:Mg,Ti
Dosimetry Material. Delft University of Technology.
[29] Sofyan, H dan D,D Kusumawati. 2012. Perbandingan Tangapan Dosimeter
Termoluminisensi Lif:Mg,Ti dan Lif:Mg,Cu,P Terhadap Dosis dalam Aplikasi
Medis. BATAN : PTKMR.
[30] Shabarwal, Sanjeevdan Ajay kumar. 2008. Methods for Assessing Leg Length
Discrepancy. USA : UMDNJ.
[31] Sumber Pribadi.
66.
Universitas Nasional
DAFTAR ISTILAH
A
Aberasi adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian.
Annealing merupakan proses pembersihan sisa-sisa elektron yang masih
terperangkap dalam TLD.
As Low As Reasonably Achievable (ALARA) adalah paparan radiasi diterima
serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.
Attenuation adalah daerah redaman.
Automatic Eksposure Control (AEC) adalah sistem sangat penting untuk
mengoptimasi kualitas citra dan dosis radiasi terhadap pasien yang menjalani
pemeriksaan radiodiagnostik.
C
Charge Coupled Devices (CCD) yaitu sistem DR dimana gambar hasil ekspos dari
objek radiografi diubah kedalam format digital secara real time.
D
Diagnostic Reference Level (DRL) adalah dosis radiasi yang diterima pasien
tersebut optimum dengan tetap mempertahankan kualitas citra film yang dihasilkan
dari aplikasi ini.
Direct Radiography ( DR ) adalah suatu bentuk pencitraan sinar-X dimana detektor
panel datar digunakan sebagai pengganti film.
Dose Area Product (DAP) adalah indikator dosis pada monitor DR.
Dosis serap adalah besarnya energi yang diserap oleh suatu bahan/ materi dengan
satuan Gy (Gray).
67.
Universitas Nasional
E
Ekstremitas adalah tulang anggota gerak tubuh yang terdiri dari lengan, tangan, kaki,
panggul.
Elektron adalah elektron dengan muatan negatif.
Entrance Surface Dose (ESD) yaitu permukaan dosis masuk.
Erect adalah posisi berdiri atau duduk.
F
Fading adalah proses pemudaran.
Flat foot adalah kelainan pada pedis yang tida rata.
Fluoresensi adalah sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-
tungstat atau Zink-sulfid memendarkan cahaya bila terkena Sinar-X.
Focus Film Distance adalah jarak antara film dengan tabung sinar-X.
G
Genu Varum adalah kelainan pada kaki yang berbentuk O.
Genu Valgum adalah kelainan pada kaki yang berbentuk X.
Gonad adalah organ reproduksi pada manusia.
H
Hemopoetik adalah hal yang berkaitan dengan pembentukan sel darah.
Hole adalah jendela atau lubang.
I
International Atomic Energy Agency adalah badan energi nuklir dunia.
International Commission on Radiological Protection (ICRP) adalah Komisi
internasional untuk proteksi radiasi.
68.
Universitas Nasional
Ionisasi adalah efek primer sinar-X apabila mengenai suatau bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
Ipsilateral adalah dua bagian tubuh yang letaknya pada sisi yang sama.
Iradiasi adalah suatu proses dimana suatu objek dipaparkan dengan radiasi.
K
Kontralateral adalah dimana posisi tubuh pada posisi sebaliknya.
Kurva pancar (glow curve) adalah kurva keluaran yang digambarkan sebagai fungsi
temperatur.
L
Leg Length Discrepancy (LLD) adalah kelainan pada ketidaksesuaian panjang kaki.
N
Nilai Batas Dosis (NBD) adalah dosis yang terakumulasi selama jangka waktu
panjang atau hasil dari penyinaran tunggal.
O
Organ At Risk (OAR) adalah organ yang sangat penting.
Ortho Wall yaitu teknik pemotretan yang menggunakan prinsip tomogram sehingga
memungkinkan objek berada dalam satu gambaran atau satu film secara vertical atau
horizontal
P
Photomultiplier (PM) adalah tabung pengganda cahaya.
Positron adalah elektron dengan muatan positif.
69.
Universitas Nasional
S
Shielding adalah alat yang digunakan untuk proteksi radiasi.
Sinar-X pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang pendek.
Scanogram adalah teknik pemeriksaan pencitraan menggunakan sinar-X untuk
melihat kelainan anatomi dari pelvis sampai cruris dengan posisi erect dalam satu
gambaran.
T
Thermoluminesence Dosimeter (TLD) adalah dosimeter yang bekerja berdasarkan
proses termoluminesensi.
Tomogram adalah memanfaatkan intensitas kanal radiasi setelah melewati suatu
objek untuk membentuk gambar.
U
United Nations Scientific Committee On The Effects Of Atomic Radiation
(UNSCEAR) adalah Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom.
United Nations Environment Programme (UNEP) adalah lembaga yang
mengkoodinasikan tentang kegiatan lingkungan.
71.
Universitas Nasional
Perhitungan Untuk Mancari Faktor Koreksi TLD
Dengan persamaan rumus :
FK =
Dimana :
FK = Faktor Koreksi (mSv/nC)
D = Dosis Penyinaran (mSv)
TLi = Respon TLD (nC)
Gonad Kanan Gonad Kiri
TLD 1 TLD 1
1. FK = 1. FK =
FK =
,
= 0,005 FK = = 0,007
2. FK = 2. FK =
FK =
, ,
= 0,005 FK =
,
= 0,007
3. FK = 3. FK =
FK =
,
= 0,004 FK =
,
= 0,005
TLD 2 TLD 2
1. FK = 1. FK =
72.
Universitas Nasional
FK =
,
= 0,004 FK =
,
= 0,008
2. FK = 2. FK =
FK =
,
= 0,005 FK =
,
= 0,007
3. FK = 3. FK =
FK = = 0,004 FK =
,
= 0,007
TLD 3 TLD 3
1. FK = 1. FK =
FK =
,
= 0,004 FK =
,
= 0,005
2. FK = 2. FK =
FK = = 0,004 FK =
,
= 0,005
3. FK = 3. FK =
FK =
,
= 0,005 FK =
,
= 0,005
TLD 4 TLD 4
1. FK = 1. FK =
FK =
,
= 0,005 FK =
,
= 0,005
2. FK = 2. FK =
73.
Universitas Nasional
FK =
,
= 0,005 FK =
,
= 0,005
3. FK = 3. FK =
FK =
,
= 0,005 FK =
,
= 0,005
TLD 5 TLD 5
1. FK = 1. FK =
FK = = 0,004 FK =
,
= 0,005
2. FK = 2. FK =
FK =
,
= 0,005 FK =
,
= 0,005
3. FK = 3. FK =
FK = = 0,005 FK =
,
= 0,005
74.
Universitas Nasional
Pengukuran Dosis Serap Gonad
Menggunakan persamaan :
D = TL X FK
Dimana :
D = Dosis Serap (mSv)
TL = Respon TLD (nC)
FK = Faktor Kalibrasi (mSv/nC)
Organ Gonad Kanan
No
Respon TLD (Nc) FK (mSv/nC) Dosis TLD (mSv)
I II II I II III I II III
1 125,9 123,6 126,9 0,005 0,005 0,004 0,630 0,630 0,507
2 84,84 84,03 85,69 0,004 0,005 0,004 0,339 0,429 0,342
3 52,17 53,91 49,79 0,004 0,004 0,005 0,256 0,208 0,269
4 140,5 145,865 143,084 0,005 0,005 0,005 0,702 0,744 0,744
5 154,954 151,564 148,083 0,004 0,005 0,005 0,619 0,773 0,740
6 39,857 36,823 40,311 0,005 0,005 0,004 0,199 0,188 0,161
7 131,461 133,335 127,369 0,005 0,005 0,005 0,525 0,680 0,509
8 32,889 35,394 31,094 0,005 0,005 0,005 0,304 0,169 0,168
9 76,234 92,422 92,33 0,006 0,005 0,005 0,381 0,471 0,480
10 14,811 14,897 12,82 0,005 0,005 0,006 0,059 0,076 0,064
TLD 1 TLD 6
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 125,9 X 0,005 = 39,857 X 0,005
= 0,630 = 0,199
75.
Universitas Nasional
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 123,6 X 0,005 = 36,823 X 0,005
= 0,630 = 0,188
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 126,9 X 0,004 = 40,311 X 0,004
= 0,507 = 0,161
TLD 2 TLD 7
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 84,84 X 0,005 = 131,461 X 0,004
= 0,339 = 0,525
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 84,03 X 0,005 = 133,335 X 0,005
= 0,429 = 0,680
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 85,69 X 0,004 = 127,369 X 0,004
= 0,342 = 0,509
TLD 3 TLD 8
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 52,17 X 0,004 = 76,234 X 0,004
= 0,208 = 0,304
76.
Universitas Nasional
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 53,91 X 0,005 = 92,422 X 0,004
= 0,256 = 0,369
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 49,79 X 0,005 = 92,33 X 0,005
= 0,269 = 0,480
TLD 4 TLD 9
1. D = TL X FK 1.D = TL X FK
= 140,5 X 0,005 = 76,234 X 0,005
= 0,702 = 0,381
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 145,865 X 0,005 = 92,422 X 0,005
= 0,744 = 0,471
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 143,084 X 0,005 = 92,33 X 0,005
= 0,744 = 0,480
TLD 5 TLD 10
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 154,954 X 0,004 = 14,811 X 0,004
= 0,619 = 0,059
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 151,564 X 0,005 = 14,897 X 0,005
77.
Universitas Nasional
= 0,773 = 0,076
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 148,083 X 0,005 = 12,82 X 0,005
= 0,740 = 0,064
78.
Universitas Nasional
Organ Gonad Kiri
No
Respon TLD (Nc) FK (mSv/nC) Dosis TLD (mSv)
I II II I II III I II III
1 130,2 79,4 76,34 0,007 0.007 0,005 0,911 0,555 0,382
2 45,47 47,88 50,38 0,008 0,007 0,007 0,363 0,335 0,352
3 45,899 46,585 40,56 0,005 0,005 0,005 0,229 0,232 0,202
4 145,086 140,855 143,975 0,005 0,005 0,005 0,725 0,704 0,719
5 130,756 138,976 134,352 0,005 0,005 0,005 0,653 0,694 0,671
6 39,963 26,470 25,159 0,007 0,005 0,005 0,279 0,132 0,125
7 75,519 79,42 85,82 0,008 0,007 0,007 0,604 0,555 0,600
8 28,232 33,15 32,11 0,005 0,005 0,005 0,141 0,165 0,160
9 90,29 98,114 91,943 0,005 0,005 0,005 0,451 0,590 0,459
10 11,917 14,415 14,512 0,005 0,005 0,005 0,059 0,072 0,071
TLD 1 TLD 6
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 130,2 X 0,007 = 39,963 X 0,007
= 0,911 = 0,279
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 79,4 X 0,007 = 26,470 X 0,005
= 0,555 = 0,132
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 76,34 X 0,005 = 25,159 X 0,005
= 0,382 = 0,125
TLD 2 TLD 7
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 45,47 X 0,008 = 75,519 X 0,008
= 0,363 = 0,604
79.
Universitas Nasional
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 47,88 X 0,007 = 79,42 X 0,007
= 0,335 = 0,555
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 50,38 X 0,007 = 85,82 X 0,007
= 0,352 = 0,600
TLD 3 TLD 8
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 45,899 X 0,005 = 28,232 X 0,005
= 0,229 = 0,141
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 46,585 X 0,005 = 33,15 X 0,005
= 0,232 = 0,165
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 40,56 X 0,005 = 32,11 X 0,005
= 0,202 = 0,160
TLD 4 TLD 9
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 145,086 X 0,005 = 90,29 X 0,005
= 0,725 = 0,451
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 140,855 X 0,005 = 98,114 X 0,005
80.
Universitas Nasional
= 0,704 = 0,490
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 143,975 X 0,005 = 91,943 X 0,005
= 0,719 = 0,459
TLD 5 TLD 10
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 130,756 X 0,005 = 11,917 X 0,006
= 0,704 = 0,059
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 138,976 X 0,005 = 14,415 X 0,005
= 0,694 = 0,072
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 134,352 X 0,005 = 14,512 X 0,005
= 0,671 = 0,071
Pengukuran Dosis Final yang Diterima Gonad
Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
Gonad kanan
1. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,589 – 0,043
= 0,546 mSv
2. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,37 – 0,043
81.
Universitas Nasional
= 0,327 mSv
3. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,244 – 0,043
= 0,201 mSv
4. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,73 – 0,043
= 0,687 mSv
5. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,710 – 0,043
= 0,667 mSv
6. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,182 – 0,017
= 0,165 mSv
7. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,571 – 0,017
= 0,554 mSv
8. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,213 – 0,017
= 0,196 mSv
9. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,444 – 0,017
= 0,427 mSv
10. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,066 – 0,017
= 0,049 mSv
82.
Universitas Nasional
Gonad kiri
1. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,616 – 0,043
= 0,573 mSv
2. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,35 – 0,043
= 0,307 mSv
3. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,221 – 0,043
= 0,178 mSv
4. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,716 – 0,043
= 0,673 mSv
5. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,672 – 0,043
= 0,629 mSv
6. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,178 – 0,017
= 0,161 mSv
7. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,586 – 0,017
= 0,569 mSv
8. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,155 – 0,017
= 0,138 mSv
9. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 0,5 – 0,017
= 0,483 mSv
10. Dosis total = Rata-rata TL – Rata-rata FK
84.
Universitas Nasional
Pengukuran Dosis Pengeluaran Kolimator
Menggunakan persamaan :
D = TL X FK
Dimana :
D = Dosis Serap (mSv)
TL = Respon TLD (nC)
FK = Faktor Kalibrasi (mSv/nC)
No.
Respon TLD (nC) FK
(mSv/nC)I II III
1 223,1 208,939 205,2 0,159
2 141 148,7 145,46 0,159
3 93,893 78,291 68,03 0,159
4 280,2 268,1 303 0,159
5 351,7 349,2 362,7 0,159
6 96,73 89,207 88,17 0,159
7 232,6 237,1 233,96 0,159
8 62,344 60,828 62,95 0,159
9 196,54 192,693 188,7 0,159
10 33,41 33,291 34,038 0,159
TLD 1 TLD 6
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 223,1 X 0,159 = 96,73 X 0,159
= 34,472 = 15,380
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
85.
Universitas Nasional
= 208,939 X 0,159 = 89,207 X 0,159
= 33,221 = 14,183
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 205,2 X 0,159 = 88,17 X 0,159
= 32,626 = 14,019
TLD 2 TLD 7
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 141 X 0,159 = 232,6 X 0,159
= 22,419 = 36,983
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 148,7 X 0,159 = 237,1 X 0,159
= 29,367 = 37,698
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 145,46 X 0,159 = 233,96 X 0,159
= 23,128 = 37,199
TLD 3 TLD 8
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 93,893 X 0,159 = 62,344 X 0,159
= 14,928 = 9,912
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 78,291 X 0,159 = 60,828 X 0,159
= 12,448 = 9,671
86.
Universitas Nasional
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 68,03 X 0,159 = 62,95 X 0,159
= 10,816 = 10,009
TLD 4 TLD 9
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 280,2 X 0,159 = 196,54 X 0,159
= 44,551 = 31,249
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 268,1 X 0,159 = 192,693 X 0,159
= 42,627 = 30,638
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 303 X 0,159 = 188,7 X 0,159
= 48,177 = 30,003
TLD 5 TLD 10
1. D = TL X FK 1. D = TL X FK
= 351,7 X 0,159 = 33,41 X 0,159
= 55,920 = 5,312
2. D = TL X FK 2. D = TL X FK
= 349,2 X 0,159 = 33,291 X 0,159
= 55,522 = 5,293
3. D = TL X FK 3. D = TL X FK
= 362,7 X 0,159 = 34,038 X 0,159
87.
Universitas Nasional
= 57,669 = 5,412
Pengukuran Dosis Final Kolimator
Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
TLD 1 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 33,439 – 1,017 = 32,422
TLD 2 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 23,954 – 1,017 = 23,954
TLD 3 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 12,730 – 1,017 = 11,713
TLD 4 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 45,118 – 1,017 = 44,101
TLD 5 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 56,370 – 1,017 = 55,353
TLD 6 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 14,527 – 0,197 = 14,33
TLD 7 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 37,293 – 0,197 = 11,713
88.
Universitas Nasional
TLD 8 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 9,864 – 0,197 = 9,667
TLD 9 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 30,63 – 0,197 = 30,433
TLD 10 Dosis final = Rata-rata TL – Rata-rata FK
= 5,339 – 0,197 = 5,142