Judul : PEMASARAN JASA FINANSIAL, Edisi 2 oleh Alfansi
Penulis : Lizar Alfansi
Penerbit : Salemba Empat
ISBN : 978-979-061-254-9
Tahun : 2012
Tebal : 308 halaman
Komentar para ahli. Tempatkan pada cover belakang buku
“Buku ini ditunjang dengan data empiris terkini, sangat relevan dan tepat waktunya karena sampai saat ini, tidak banyak buku yang secara komprehensif mengulas pemasaran jasa finansial dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti semua kalangan pembaca. Saya mengucapkan selamat kepada penulis, dan menyarankan para pembaca untuk menambah koleksi perpustakaannya dengan buku ini yang masih sangat langka di Indonesia. Kiranya buku ini tidak hanya membuka wawasan kita tentang pemasaran jasa finansial, tetapi juga menggugah dan memotivasi kita untuk melihat peluang-peluang untuk melakukan penelitian di bidang perbankan yang ternyata cukup luas ini”. (Dr. Marthin Nanere, Senior Lecturer of Marketing, Latrobe University, Bendigo Campus, Victoria – Australia)
“Kehadiran buku ini patut kita sambut dengan sangat gembira, paling tidak dengan lima alasan. Pertama, saat ini tidak banyak buku pemasaran jasa keuangan yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Kedua, pada saat ini masih terdapat sebuah paradoks dalam dunia akademis kita. Perekonomian di satu pihak bergerak ke arah dominasi jasa, tetapi studi-studi akademis tentang pemasaran di sekolah-sekolah bisnis masih didominasi oleh pemasaran produk manufaktur terutama produk konsumen. Buku ini diharapkan dapat melengkapi buku-buku pemasaran tradisional yang berorientasi kepada barang dan ke depan dapat membantu merubah fokus pengajaran pemasaran yang lebih berorientasi kepada jasa keuangan. Ketiga, buku ini terasa lebih konstekstual karena penulisnya mencoba untuk menyeimbangkan kombinasi antara teori dan praktik yang disertai dengan contoh-contoh nyata pemasaran jasa keuangan di Indonesia. Ke empat, buku ini juga menguraikan perkembangan berbagai kebijakan keuangan dan perbankan yang mempengaruhi kinerja pemasaran jasa keuangan. Kelima, isi buku ini sangat komprehensif dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti”. (Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, MEc, PhD, Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor dan Ketua Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia)
"Buku ini memberikan tuntunan dan analisa secara mendalam bagaimana proses mencari keunggulan dapat dilakukan. Tidak hanya itu, penulis juga telah memberikan telaah yang baik dan mendalam serta menyajikan studi kasus yang komprehesif; sehingga pembaca dapat segera mendapat tuntunan dalam aplikasi teori dalam praktek operasional. Buku seperti inilah yang harus dibaca agar para praktisi bisa memahami teori sementara akademisi dapat menghadirkan keseharian dalam ruang kelas dan ruang diskusi". (Daniel Rembeth, CEO/Executive Director, The Jakarta Post).
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
Judul : PEMASARAN JASA FINANSIAL, Edisi 2 oleh Alfansi
Penulis : Lizar Alfansi
Penerbit : Salemba Empat
ISBN : 978-979-061-254-9
Tahun : 2012
Tebal : 308 halaman
Komentar para ahli. Tempatkan pada cover belakang buku
“Buku ini ditunjang dengan data empiris terkini, sangat relevan dan tepat waktunya karena sampai saat ini, tidak banyak buku yang secara komprehensif mengulas pemasaran jasa finansial dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti semua kalangan pembaca. Saya mengucapkan selamat kepada penulis, dan menyarankan para pembaca untuk menambah koleksi perpustakaannya dengan buku ini yang masih sangat langka di Indonesia. Kiranya buku ini tidak hanya membuka wawasan kita tentang pemasaran jasa finansial, tetapi juga menggugah dan memotivasi kita untuk melihat peluang-peluang untuk melakukan penelitian di bidang perbankan yang ternyata cukup luas ini”. (Dr. Marthin Nanere, Senior Lecturer of Marketing, Latrobe University, Bendigo Campus, Victoria – Australia)
“Kehadiran buku ini patut kita sambut dengan sangat gembira, paling tidak dengan lima alasan. Pertama, saat ini tidak banyak buku pemasaran jasa keuangan yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Kedua, pada saat ini masih terdapat sebuah paradoks dalam dunia akademis kita. Perekonomian di satu pihak bergerak ke arah dominasi jasa, tetapi studi-studi akademis tentang pemasaran di sekolah-sekolah bisnis masih didominasi oleh pemasaran produk manufaktur terutama produk konsumen. Buku ini diharapkan dapat melengkapi buku-buku pemasaran tradisional yang berorientasi kepada barang dan ke depan dapat membantu merubah fokus pengajaran pemasaran yang lebih berorientasi kepada jasa keuangan. Ketiga, buku ini terasa lebih konstekstual karena penulisnya mencoba untuk menyeimbangkan kombinasi antara teori dan praktik yang disertai dengan contoh-contoh nyata pemasaran jasa keuangan di Indonesia. Ke empat, buku ini juga menguraikan perkembangan berbagai kebijakan keuangan dan perbankan yang mempengaruhi kinerja pemasaran jasa keuangan. Kelima, isi buku ini sangat komprehensif dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti”. (Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, MEc, PhD, Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor dan Ketua Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia)
"Buku ini memberikan tuntunan dan analisa secara mendalam bagaimana proses mencari keunggulan dapat dilakukan. Tidak hanya itu, penulis juga telah memberikan telaah yang baik dan mendalam serta menyajikan studi kasus yang komprehesif; sehingga pembaca dapat segera mendapat tuntunan dalam aplikasi teori dalam praktek operasional. Buku seperti inilah yang harus dibaca agar para praktisi bisa memahami teori sementara akademisi dapat menghadirkan keseharian dalam ruang kelas dan ruang diskusi". (Daniel Rembeth, CEO/Executive Director, The Jakarta Post).
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
Dalam Tulisan Ini kita dapat mengetahui persaingan “kuat” dimana persaingan yang terjadi antara format ritel tradisional dan modern serta persaingan antara peritel lokal dan asing, pembeli juga mempunyai posisi yang “kuat” karena banyaknya pilihan gerai-gerai ritel yang ditawarkan dan perubahan pola konsumsi, ancaman produk atau jasa sustitusi “cukup kuat” .
Analisa swot dan tanggapan strategy bertahan bisnis minimarket 212 mart
1. 1 | P a g e
Analisa SWOT dan Tanggapan Strategy
Bertahan Pesaing Bisnis Minimarket
212Mart di Taman Meruya Ilir
Jakarta Barat
Tugas Kuliah Strategic Management
Hazrin Zainal, Ir. (Retail Profesional dan Mahasiswa MM 55118120140)
Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM
PROGRAM STUDY MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
Ringkasan
Usaha minimarket makin agresif dan ekspansifdi Indonesia. Format channel ini,tidak saja mengambil pangsa
pasar format channel Supermarket/hypermarket akan tetapi juga pada format channel Pasar Tradisional.
Pemerintah dalampengendaliannya tidak melakukan peran kendali agar format usaha ini tidak beroperasi di
sekitaspasartradisional dan wilayah pedesaan. Fenomena perkembangan bisnis ini juga menjadi isue politik
dan ekonomi yang harus diterima faktanya.
Fakta sosial ekonomi ini secara alamiah menghasilkan reaksi dari kalangan masyarakat Muslimuntuk
mengambil peran dari objek ekonomi sebagai target market menjadi pelaku usaha di channel format
convinenience store setelah adanya aksi massa 212 di tahun 2016. Sejak tahun 2017,koperasi syariah 212
merintis berdirinya usaha format channel convenience dengan Brand 212Mart. Brand retail ini ditawarkan
dengan konsep Waralaba.Membuka kesempatan bagi masyarat Muslim membuka minimarket modern 212Mart
atau mengkonversi usahanya yang sedang dijalankan menjadi 212Mart. Hal ini disebabkan pihak pengelola
usaha ingin mempercepat pertambahan jumlah outlet (toko),agar segera tercapainya posisi bergaining (tawar
manawar) nego yang pada proses pengadaan Barang dagangan dan effisiensi delivery terutama di wilayah
Jabotabek.
Sebagai aktifitasusaha,menjalankan bisnis minimarket 212Mart ini perlu dilakukan analisa SWOT guna
mengetahui posisi strategi bisnis yang akan disusun oleh pihak Franchisor yaitu Koperasi Syariah sebagai
bentuk pertanggung jawaban Pengurus dalammengelola dana anggota.Hasil analisa SWOT pendekatan
kualitatifPierce dan Robinson,usaha membuka minimarket 212Mart di Lokasi taman Meruya Ilir Jakarta Barat
didpatkan ke arah menyusunan strategy bertahn .Hal ini memperkuat dugaan situasi persa ingan yang akan
2. 2 | P a g e
timbul dikarenakan sudah banyaknya Pelaku Minimarket Nasional Alfamart dan Indomaret di lokasi (oulet
sedang beroperasi tujuh unit dalam radius 0,5 - 1 Km.).
Pelaku usaha Minimarket existing, baik tingkat nasional maupun rigional diprediski akan melakukan Strategi
Ofensif dan defensif terhadap masuknya Minimarket 212Mart di pasar retail Indonesia.
Kompetisi memaksa perusahaan untuk terus-menerus terlibat dalam strategi pemasaran yang ofensif dan
defensif. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan tekanan atau melihat peluang untuk
memasuki suatu industri atau meningkatkan posisinya dalamsuatu industri. Dalam kebanyakan kasus,gerakan
kompetitifoleh satu perusahaan memiliki efek nyata pada pesaingnya dan dengan demikian,dapat mengundang
pembalasan atau upaya untuk melawan langkah pemain lama.
LATAR BELAKANG
Bisnis usaha eceran (retail) barang Konsumsi harian atau FMCG (Fast Moving Consumer Good)
dibagi menjadi tiga jenis format : Pasar Tradisional (pasar pagi), Format Supermarket / Hypermarket , dan
Format Convinience atau yang lebih dikenal Format Minimarket.
Penjualan Bisnis Retail meningkat sebesar2,4 Persen year on year July 2019. Sementara dibulan Juni
sales turun 1,8 Persen. Peningkatan sales ini didorong oleh penjualan kategori Makanan, minuman dan Rokok
(naik 2,7 persen vs turun – 3,4 persen di bulan Juni 2019). Perlengkapan Rumah tangga (meningkat empat
persen vs miningkat 5,4 persen di bulan Juni), dan Kategori Pakaian (meningkat 6,3 persen vs 15.8 persen di
bulan Juni) (sumber : https://tradingeconomics.com | Bank Indonesia ).
Pemain retail format convenience (minimarket) : Alfamart dan Indomaret. Channel retail minimarket
ini meningkat + 6,8 persen (Oktober YTD 2018 vs 2017), sementara Chanel atau format Supermarket /
Hypermarket sales turun – 4,7 persen. Format Pasar tradisonal turun dua persen ( Kontribusi Format Pasar
Tradisional 57,7 persen tutun menjadi 56,5 persen YoY Bulan Oktober 2017 vs 2018 ).
Format Bisnis Convenience atau minimarket terus bertumbuh dikarenakan adanya pergeseran tujuan
tempat belanja dari format bisnis lainnya : format Supermarket dan Pasar Tradisional. Semua pergeseran terjadi
di area perkotaan (Urban) maupun di area pedesaan (Rural area ).
Sebagai akibat dari pertumbuhan kelas menengah, jumlah minimarket telah mencapai lebih dari empat
puluh ribu dengan pertambahan lebih dari seribu setiap tahunnya.Format minimarket ini menyumbang 21% dari
nilai penjualan FMCG dan tumbuh 8% pada 2018 (vs total pasar 1%), dengan 75% konsumen berbelanja di
format ini dan mengunjunginya rata-rata dua kali seminggu (Sasongko, 2019).
Berawal dari aksi 212 pada Desember 2016 silam, para perintisnya kemudian resmi mendirikan
Koperasi Syariah pada Januari 2017. Koperasi syariah ini mengambil mementum dan semangat dengan
mendirikan convenience store format : 212 Mart. Mereka mentargetkan customer muslim dan dengan bisnis
strategy memenuhi kebutuhan Masyarakat Muslim sebagain core competitive value.
Minimarket waralaba ini menjual barang kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti bahan pokok,
perlengkapan rumah tangga,alat tulis, dll. Berbeda dengan minimarket pada umumnya, 212 Mart tidak menjual
rokok, minuman keras, alat kontrasepsidan produk yang tidak halal. Dalam menjalankan bisnisnya,212 Mart
memberikan lapak kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk dapat menjual produknya.
STUDY PUSTAKA
Dalam literatur dan laporan bisnis Internasional, bisnis retail dibagi menjadi tiga Format Usaha yaitu :
1) Format usaha pertama Retail format Pasar Tradisional. Format ini, banyakditemukan di Indonesia dan
merujuk pada kepemilikan Pribadi (Non Company). Pengelolaan usaha format ini, tidak dikelola dengan
aplikasi komputer terpadu terkait sistemInventory, Keuangan, dan Karyawan. Pemilik banyak
memanfaatkan pengaruh skill pribadi dia atau karyawan dalam mengelola usahanya. Tentunya format
usaha ini tidak akuntabel.
2) Format usaha retail kedua : Format Supermarket / Hypermarket. Pada format ini, sudah dipergunakan
aplikasi komputer terintegrasi terkait systeminventory, keuangan, dan karyawan. Pemajangan barang
dagangan sudah menggunakan Planogram dan berbasis database yang disusun atas rekaman penjualan.
Pengelolaan usaha terpusat,baik Purchasing maupu Logistik. Beberapa Supermarket, menggunakan
bauran systemsentralisasi dan desentralisasi.
3. 3 | P a g e
3) Format ketiga, convenience store atau minimarket. Format channel ini sama mengguanakan aplikasi
komputer seperti Supermarket, hanya saja ukuran ruang usaha dan lokasi toko merujuk pada ke lokasi
pemukiman pendudukserta sentralisasipengelolaan usaha berbasis regional / wilayah.
Retail format Convenience store 212Mart beroperasidan berkembang dengan konsep Waralaba. Suroso
(2006) memberikan pengertian dari waralaba adalah terjemahan bebas dari kata franchise dimana menurut
Peraturan Pemerintah RI nomor 16 tahun 1997 tanggal13 Juni 1997, pengertian waralaba ( franchising ) adalah
suatu bentukkerjasamadimana pemberi waralaba ( franchisor ) memberikan izin kepada penerimawaralaba (
franchisee ) untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama, merk dagang produk dan jasa dan sistem
operasi usahanya .
Budi Suseno (2006), menerangkan dalam usaha waralaba, bentuk kerjasama dapat ditinjau dari dua aspek
yaitu aspek formal dan relasional. Aspekformal landasan yang paling pentingadalah perjanjian kerjasama yang
dituangkan dalam dokumen tertulis. Sedangkanaspekrelasional adalah kerjasama yang bersifat operasional dan
tidak menutupkemungkinan juga bersifat hubungan emosional. Dalam hal ini kedua belah pihak sudah harus
sepakat untuk melakukan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan tersebut dengan penuh kejujuran dan
saling percaya.
Langkah pertama sebelum membuka usaha minimarket adalah penentuan lokasi usaha. Pastikan lokasi
minimarket berada di tempat strategis. Misalkan dekat pusat keramaian orang, berada di sekitar perumahan
warga, di pinggir jalan raya yang ramai oleh lalu lintas kendaraan bermotor dll. Lokasi usaha sangat menentukan
kesuksesan sebuah minimarket. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah memilih lokasi usaha minimarket
atau tempat bisnis yang masih jarang pesaing serta belum ada kompetitor. Namun bisa saja Masyarakat
membuka minimarket walaupun sudah ada kompetitor dengan alasan permintaan masih tinggi dan belum bisa
dilayani secara baik.
Nugraheni dan Rachmawati (2018), mengungkapkan Pemanfaatan minimarket oleh masyarakat daerah
rural memiliki intensitasan kunjung kadang kadang ( 5-10 kunjungan selama satu bulan) dalam memanfatkan
minimarket. Alasan sebagian besarresponden memanfaatkan minimarket adalah karena kelengkapan barang,
dimana minimarket dipandang memiliki kelengkapan barang yang lebih tinggi bandingkan dengan warung
kelontong atau warung tradisional. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan minimarket berdasarkan lokasi
geografis pada daerah rural adalah kedekatan dengan tempat tinggal. Kedekatan dengan tempat tinggal menurut
responden menjadi alasan utama hal ini sesuaidengan tujuan dari didirikannya minimarket adalah untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat pada daerah sekita minimarket. Faktor geografis lain yang menjadi
faktor yang mempengaruhi pemanfaatan minimarket adalah kemudahan untuk diakses. Letak minimarket yang
terletak di pinggir jalan utama memberikan kemudahan responden untukmengakses minimarket. Lima faktor
kualitas pelayanan yang mempengaruhi pemilihan minimarket di daerah rural adalah kualitas dan kelengkapan
barang, variasi barang, kebersihan dan kenyamanan di dalam minimarket, kemudahan mencari barang, dan
pelayanan yang memuaskan. Kualitas dan kelengkapan barang memiliki nilai bobot yang paling tinggi.
Faktor lokasi geografis yang paling mempengaruhi pada daerah rural dan urban adalah kedekatan dengan
tempat tinggal dan kemudahan dijangkau. Faktor kualitas pelayanan pada daerah Rural kemudahan mencari
barang dan pelayanan yang memuaskan. Sedangkan daerah Urban faktor kualitas pelayanan yang paling
mempengaruhi adalah ketersediaan fasilitas pendukung dan waktu buka yang lama semisal buka 24 jam.
Fasilitas pendukung sepertiATM centre atau menerima fisilitas pembayaran non perbankan seperti : Bayar
Listrik, PDAM, Cicilan Kredit dan Top Up Pulsa.
Perusahaan besar maupun kecil, usaha rintisan maupun usaha rumahan, sangat membutuhkan analisa
keuangan untuk membantu kestabilan usaha yang dijalankan. Perusahaan-perusahaan besartentunya sudah
memiliki seorang ahli maupun analis keuangan yang bertugas untukmemprediksi kondisi keuangan suatu
perusahaan yang lalu dapat diambil langkah-langkah maupun kebijakan selanjutnya. Begitu juga Usaha Retail
Minimartket. Operator Minimarket(convenience store format) Indomaret, Alfamart dan 212Mart memiliki
kinerja keuangan sebagaimuara dari aktifitas usaha yang dilakukan masing masing management.
Laporan keuangan Almafart 2018, Ayuningtyas (2019), menunjukkan pendapatan perusahaan naik
8,71% menjadi Rp 66,82 triliun dari tahun sebelumnya Rp 61,46 triliun, sementara laba bersih meroket 117%
menjadi Rp 650,14 miliar (0,97%) dari sebelumnya Rp 300,28 miliar (0,49%)
Putra (2019), Franchise fee Indomaret yang ditawarkan ralatif tinggi. Franchise fee yang ditawarkan
Indomaret yaitu 75 juta rupiah (sebelum pajak) per 5 tahun, sedangkan Alfamart 45 juta rupiah per lima tahun.
Wilayah Medan terdapat berbagai daerah kurang mengenal Indomaret,karena kurangmya promosi. Break Event
Points yang ditawarkan Indomaret empat tahun,sedangkan Alfamart antara 3-4 tahun.
212Mart, tidak membebani calon investor dengan biaya Franchise Fee, Royalty, dan management fee
apabila ingin membuka minimarket 212Mart. Anonim (2019), Biaya investasiawal berkisar Rp.212 Juta sampai
Rp. 432 Juta belum termasuk biaya, perizinan , sewa dan renovasi bangunan .
Analisis SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity
(kesempatan), dan threat (ancaman). Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh Albert Humphrey yang
4. 4 | P a g e
memimpin proyek riset di Stanford University. Melalui analisis SWOT, kita dapat melakukan identifikasi faktor
internal (strength dan weakness) dan faktor eksternal (opportunity dan threat) dari organisasi secara sistematis
untuk merumuskan strategi organisasi.
Analisis SWOT adalah analisis yang berdasarkan pada anggapan bahwa suatu strategiyang efektif
berasal dari sumber daya internal (strength dan weakness) dan eksternal (opportunity dan threat). Keuntungan
dari analisis SWOT adalah menghubungkan faktor internal dan eksternal untuk merangsang strategibaru, oleh
karena itu perencanaan yang berdasarkan pada sumber daya dan kompetensi dapat memperkaya analisis SWOT
dengan mengembangkan perspektif internal (Dyson, 2002).
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsidari Analisis SWOT adalah untukmendapatkan informasi
dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok
persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi
tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi
bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.
Dalam membuat keputusan,lembaga bisnis atau perusahaan perlu pertimbangan faktor internal yang
mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Dalam hal
ini analisis SWOT dipakai jika para penentu strategiperusahaan mampu melakukan pemaksimalan peranan
faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang sekaligus berperan sebagaialat untukmeminimalisi kelemahan yang
terdapat dalam tubuh organisasidan menekan ancaman yang timbul dan harus dihadapi dengan tepat
(Wahyuning,2008)
METODE PENELITIAN
Penelitian dalam makalah ini menggunakan metode kuatitatif, metode ini digunakan karena beberapa
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kuatitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda. Kedua, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Sumber data utama dalam penelitian kuatitatif ialah data
seperti dokumen penelitian, media journal dan lain-lain. Sumber data menunjukkan asal informasi diperoleh.
Data diperolehdari sumber yang tepat dan relevan.
1. Analisa SWOT Usaha Minimarket 212mart di Taman Meruya Ilir
Analisis dalam penelitian ini menggunakan matrik SWOT sesuaijudul dantujuan dari penelitian itu sendiri yaitu
untuk menyusun strategy dalam operasional minimarket 212Mart kedepannya di Taman Meruya Ilir. Matrik ini
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang danancaman eksternal yang dihadapi perusah aan dapat
disesuaikan dengan kekuatandan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan
empatkemungkinan alternatif strategis.
Analisis SWOT kualitatif di Diagram 1 di bawah dapat dioptimalkan secara kuantitaif via perhitungan SWOT
yang dioptimalkan oleh Pearce dan Robinson agar diketahui secara pasti posisi organisasiyang
sebenarnya (Anonim2, 2019). Hasil analisanya Posisi organisasisetelah melakukan analisa kuantitatif ini
terbagi menjadi : empat strategy responding : Strategy Progresif, strategy diversifikasi, ubah strategy dan
Strategy Bertahan.
5. 5 | P a g e
Diagram 1. Analisa SWOT Usaha Pendekatan Pierce dan Robinson
Jeremy Bradley dalam Michelle Seidel ( 2019), Strategi defensif adalah alat manajemen yang dapat
digunakan untuk menangkis serangan dari pesaing potensial. Anggap saja sebagai medan
pertempuran: Anda harus melindungi pangsa pasar Anda untuk menjaga agar pelanggan Anda bahagia
dan keuntungan Anda stabil.
Perusahaan lama juga dapat menyerang dalam upaya Pemain Baru untuk memasuki pasar,
memposisikan ulang diri mereka sendiri, atau meningkatkan posisi pasar mereka. Pasar adalah arena
yang dinamis di mana perusahaan mencoba melakukan ekspansi ke industri mereka atau
memposisikan diri mereka sendiri di segmen lain dalam industri. Ketika perusahaan berusaha untuk
meningkatkan posisi mereka,mereka terlibat dalam pertempuran kompetitif dan mengadopsi strategi
ofensif
Analisa SWOT dalam upaya meritis usaha minimarket 212Mart di Taman Meruya Ilir, dilakukan
dalam dua sisi : Faktor Internal dan Faktor External
A. SWOT FAKTOR INTERNAL
STREGHT
o Captive Market semua Jamaah Muslim di Taman Meruya Ilir sebagaipembeli inti. Bisa terus
bertambah
o Daya Beli dan Gaya Hidup Warga TMI yang sudah sesuaidengan Usaha Minimarket Modern
o Ketersediaan Berbagai Pemasok Inti dan Cadangan yang memperkuat Ketersedian Produk dan
membangan MerekMinimarket
WEAKNESS
o Sewa Tempat Usaha di TMI Mahal lbh dari 10 persen estimate Revenue
o Potensi Kokosongan Barang dagangan merujuk pada Kinerja operator Inti 212Mart ( blm Pengalaman
dan volume Beli grup yang rendah)
o Customer Switch. Potensi Harga Jual Produk yang lebih Mahal dibanding Pesaing (sama formart
minimarket ) yg ada di TMI, mebuat berpeluang Pindah Tempat
o Modal Awal Untuk Investasitidak Cukup dan sulit Mencari tambahan. Butuh Minimal IDR 400 Juta
untuk Ukuran Toko Ukuran 60 M2, diluar biaya sewa tempat usaha dan Renovasi
6. 6 | P a g e
o Jumlah Real Anggota dan Penanam Modal Koperasi kurang 100 Orang. Ini merupakan Cikal Bakal
Pelanggan Loyal (captive Market). BEP jumlah pelanggan tetap secure
B. SWOT FAKTOR EXTERNAL
OPPORTUNITY
o Jumlah Jamaah /calon pembeli yg banyak di TMI serta bisa DIterus bertambah sehubungan lokasiTMI
yang strategis dan banyak Perumahan Lain di sekitaran.
o Semangat Euforia 212 yang bisa membuat Customer Loyal dan sesuaitarget market usaha minimart
terkait daya beli.
o Produk yang ditawarkan bisa melebar pada Items /jasa diluar minimarket terkait Kebutuhan Jamaah
lainnya : Fashion, RTE bahkan Moslim Fashion
TREAT
o Sudah operasionalnya Minimarket Nasional ( 5-7 outlet) sebagaipesaing dan sudah handaldalam
management
o Rendahnya tingkat ketersedian Stock barang Jualan akan membuat Jamaah beralih ke Minimarket
Nasional (switching), sebab ini terkait kebutuhan bahan Pokok.
o Harga Jual Produk berpotensiindex nya lebih tingga dibanding pesaing
2. TATA KELOLA RENCANA BUKA USAHA MINIMARKET BARU
Pada dasarnya , berikut di bawah ini adalah enam faktor yang bisa dijadikan sebagaibahan referensi dalam
membuka Usaha Minimarket pada umumnya :
A. Lokasi Usaha
Hal terpenting yang perlu diperhatikan ketika ingin membuka usaha ritel adalah lokasi. Kesalahan dalam
menentukan lokasi ini bisa membawa dampak negatif dalam jangka panjang. Bukan hanya berdasarkan pada
pertimbangan yang yang sudah dikeluarkan guna menyewa atau membangun tempat, tapi juga biaya tambahan
seperti listrik, surat perizinan usaha dan lain sebagainya. Di samping itu, lokasi yang tidak tepat juga sangat
mempengaruhi tingkat pengunjung atau pembeli. Tentunya akan sangat merugikan, apabila yang terjadi
kemudian adalah pendapatan tidak sebanding dengan jumlah modal yang telah dikeluarkan. Karenanya, pikirkan
dengan matang mengenai rencana penetapan lokasi supaya tidak merugikan Anda di kemudian hari.
Guswai (2013), menyataan bahwa ada beberapa panduan dalam memilih lokasi untuk membangun usaha ritel, di
antaranya adalah : Terlihat, lalu lintas yang padat, arah pulang ke rumah, fasilitas umum, biaya akuisisi,
peraturan atau perizinan, akses,infrastruktur, potensipasar yang tersedia dan juga legalitas
B. Harga Yang Tepat
Seperti pengertiannya,bisnis ritel ini umumnya menyediakan produk konsumsi sehari-hari. Contohnya adalah
perlengkapan mandi dan juga perlengkapan dapur. Dimana sudah jelas bahwa saingan Anda banyak sekali. Oleh
sebab itu, sebagai peretail maka Anda dituntut untukbisa melakukan control harga secara tepat.
Jangan sampai harga jual menjadi terlalu tinggi, karena hal ini akan membuat para pelanggan berpindah belanja
ke tempat lain yang menawarkan harga lebih rendah dan toko menjadi sepi. Sebaliknya, jangan pula menerapkan
harga terlalu murah karena bisa mengakibatkan Anda memeperoleh keuntungan yang sangat sedikit, sehingga
kemudian modal tidak bisa diputar.
C. Menyediakan Produk Lengkap
Meskipun konsepnya adalah usaha ritel, namun kelengkapan ketersediaan produk yang dijual dapat menjadi
salah satu faktor penunjang keberhasilan. Dengan semakin banyak barang jualan, maka akan membuat pembeli
memiliki pilihan lebih. Dengan kata lain, produk yang lengkap tentu dapat memperluas jangkauan pengunjung.
D. Lay Out dan Suasana Toko
Suasana toko juga menjadi faktor yang turut memengaruhi keberhasilan usaha retail. Suasana yang kondusif
tentu bisa membuat pembeli betah belanja di toko Anda. Contoh mudahnya adalah dengan menyetel musik dan
mengatur dekorasi dan penataan barang dagangan (Planogram ) di dalam toko. Oleh sebab itu, sangat penting
7. 7 | P a g e
bagi peretail untukmemerhatikan tingkat kenyamanan pelanggan saat berbelanja. Guna menciptakan sebuah
suasana menyenangkan di toko Anda,maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu desain interior dan
eksterior toko. Desain interior meliputi nilai seni sebuah toko, tata letak seperti penempatan meja kasir dan
barang dagangan,desain ruangan yang menarik dan sebagainya. Sedangkan desain eksterior mencakup bentuk
bangunan secara fisik yang bisa dilihat dari luar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel. Analisa SWOT Usaha Minimarket 212Mart di Taman Meruya Ilir
( Pendekatan Pierce danRobinson)
STRONG SKOR BOBOT TOTAL WEAK SKOR BOBOT TOTAL
o Captive Market semua Jamaah
Muslim di Taman Meruya Ilir
sebagai pembeli inti. Bisa terus
bertambah
2 0,2 0,4
o Sewa Tempat Usaha di TMI Mahal lbh
dari 10 persen estimate Revenue
8 0,2 1,6
o Daya Beli dan Gaya Hidup
Warga TMI yang sudah sesuai
dengan Usaha Minimarket Modern
9 0,3 2,7
o Potensi Kokosongan Barang dagangan
merujuk pada Kinerja operator Inti
212Mart
7 0,1 0,7
o Tersedia Banyak Lokasi Milik
Komunitas di Lokasi strategis untuk
Minimarket
8 0,4 3,2
o Customer Switch. Potensi Harga Jual
Produk yang lebih Mahal dibanding
Pesaing
8 0,1 0,8
o Ketersediaan Berbagai
Franchisor dan Player lain
memperkuat Ketersedian Produk
9 0,1 0,9
o Jumlah Real Anggota dan Penanam
Modal Koperasi kurang 100 Orang. Lokasi
harus open market
9 0,6 5,4
TOTAL 1 7,2 TOTAL 1 8,5
SELISIH PELUANG ( S-W Point = 7,2-8,5 )= - 1,3 = X
STRONG SKOR BOBOT TOTAL WEAK SKOR BOBOT TOTAL
o Sudah ada Minimarket ( 5-7
outlet) sebagai pesaing dan sudah
handal dalam management 9 0,6 5,4
o Jumlah calon Anggota yg dan bisa
DIterus bertambah sehubungan banyak
Perumahan Lain di sekitaran. 8 0,55 4,4
o Potensi Rendahnya OPA akan
membuat Jamaah beralih ke
Minimarket Nasional (switch out ). 8 0,3 2,4
o Semangat kolektifitas Euforia 212
membuat Customer Loyal 8 0,4 3,2
o Potensi Index Harga Jual Lbh
Mahal dibanding Pesaing 7 0,1 0,7
o Produk yang ditawarkan bisa melebar
pada Kategori Lain: Finance Service, RTE,
Jajan Pasar dll 6 0,05 0,3
TOTAL 1 8,5 TOTAL 1 7,9
SELISIH Ancaman ( O-T Point = 7,9-8,5) = - 0,6 = Y
8. 8 | P a g e
Diagram 2. Hasil Analisa SWOT Usaha Minimarket 212MArt Taman Meruya Ilir (TMI)
Posisi spot strategy kelayakan Usaha Minimarket 212Mart di TMI ada pada point (-1,3; -0,6) ini, Pada
diagram ini diggambarkan posisi sebuah organisasiyang lemah dan menghadapi tantangan besar. Anjuran
taktik yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasiberada pada alternatif
dilematis. Oleh karenanya organisasidisarankan untukmemakai strategi bertahan, mengontrol performa internal
supaya tak semakin terjerembab. Taktik ini dipertahankan sambil terus berusaha memperbaiki diri sepanjang
beroperasi.
Pada dasarnya strategy defensif yang dilakukan perusahaan adalah merasionalisasi biaya. Dalam kondisi
tertentu perusahaan akan lebih memilih strategi yang akan mempertahankan posisiyang ada saat ini atau
karena kondisi yang terbatas maka perusahaan, paling tidak harus survive.
Beberapa strategidefensive yang dapat diterapkan sesuaidengan urutan skala prioritas mulai dari strategi
yang paling awal yaitu strategi penghematan. Apabila apa program yang jika telah diterapkan tidak ada hasil
maka strategi berikutnya adalah divestasi yaitu melepas asset perusahaan yang tidak produktif. Strategy
Mendukung Strategy Berbenah
(Strong)
Mendukung Strategy Agresif
( Weakness)
Kuadran III Kuadran I
-1,3
-0,6
Mendukung Strategy Defensif
( TREAT)
Mendukung Strategy Diversifikasi
( Opportunity)
Kuadran IV Kuadran II
Berbagai Peluang ( S-W Point = 7,2-8,5 = - 1,3 ) = X
KelemahanInternal
KekuatanExternal
Berbagai Ancaman ( O-T Point = 7,9-8,5 = - 0,6 ) = Y
9. 9 | P a g e
divestasisaat ini banyakdilakukan pelaku retail format Hypermarket di Indonesia sepanjang tahun 2017-2019.
PT. Hero Supermarket Tbk, sampai akhir tahun 2017 menutup 32 gerai (outlet) karena outlet ini merugi, PT,
Mitra Adiperkasa menutup 321 gerai tahun 2017 (Widowati, 2019).
Dalam analisanya tentang strategibersaing (competitive strategy atau disebut juga Porter’s Five Forces) suatu
perusahaan, Michael A. Porter dalam Ali (2018), memperkenalkan tiga jenis strategigenerik, yaitu:
Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan Produk (Differentiation), dan Focus.
Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk standar(sama dalam
segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan
kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan
harga sebagaifaktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategijenis ini amat sesuaidengan
kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak (terlalu)
peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah
besarkonsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan.
Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan
tersendiri dalam pasaryang jadi sasarannya.Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini
memungkinkan suatu perusahaan untukmenarik minat sebesar-besarnya darikonsumen potensialnya.Cara
pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar,tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau
pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut.
Strategi fokus digunakan untukmembangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih
sempit. Strategi jenis ini ditujukan untukmelayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan d alam
pengambilan keputusannya untukmembeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya –
terutama pada perusahaan skala menengah dan besar –, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua
strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk.
Syarat bagi penerapan strategiini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market size), terdapat potensi
pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhas ilannya
(pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut).Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen
membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing.Biasanya perusahaan yang
bergerak dengan strategiini lebih berkonsentrasipada suatu kelompok pasartertentu (niche market), wilayah
geografis tertentu,atau produk (barang atau jasa) tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen
secara baik (David, 1998).
Komunitas Pendiri Koperasi Syariah yang merencanakan membuka Minimarket 212Mart diharuskan
membuat rencana usaha yang matang dan terukur juga harus menyusun rencana kerja yang defensif dikarenakan
situasiusaha yang difensif. Merujuk pada teory Michael A. Porter mengintrodusir / memperkenalkan tiga jenis
strategi generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan Produk (Differentiation), dan Focus .
Perlu sekali mendapatkan Lokasi Usaha yang strategis di sekitar Taman Meruya Ilir, yang dilewati tafik lalu
lintas umum, yang akan membuat minimarket 212mart ini akan terbuka pada pasar Umum (pembeli umum).
Rencana bisnis ini sangat significant menghasilkan jumlah trafik pengunjung yang berujung pada penjualan
toko.
Disamping hal di atas perlu juga mendapatkan lokasi usaha dengan sewa lokasi yang murah milik anggota
Koperasi, hal ini untuk menekan biaya operasional. Biaya sewa tempat usaha dalam strukturbiaya opersional
toko termasuk domina. Biaya sewa tempat usaha yang sehat baiknya berkisar 5-7 persen. Apabila lokasi usaha
menghabiskan biaya operasionallebih dari 7 persen dari penjualan sebulan,ini akan mendorong hasil usaha yang
merugi sebab penetapan harga jual (Initial Mark Up) pada format retail ini hanya berkisar 15 – 21 persen dan
Gross Profit hanya sekitar 16 persen tertingginya.
10. 10 | P a g e
Selanjutnya, dari sisi Pemain usaha lama Ada dua pendekatan untukstrategi defensif dalam manajemen
strategis.Pendekatan pertama ditujukan untuk memblokir pesaing yang mencoba mengambil alih bagian dari
pangsa pasar. Memotong harga produk Anda, menambahkan insentif atau diskon untuk mendorong p elanggan
untuk membeli atau meningkatkan kampanye iklan dan pemasaranadalah cara umum terbaik untuk melakukan
hal ini.
Pendekatan kedua lebih pasif. Di sini, pemain Usaha Lama mengumumkan inovasi produk baru,
merencanakan ekspansi perusahaan dengan membuka rantai baru atau menghubungkan kembali dengan
pelanggan lama (sekarang) untuk mendorong mereka membeli . Ini masih merupakan metode untukmencegah
persaingan merampas pelanggan dan penghasilan yang sudah didapatkan,tetapi dilakukan dengan cara yang
lebih santaidan kurang agresif, sedangkan pendekatan pertama aktif dan langsung.
Pemain Usaha lama AlfaMart, baik untuk menghadapi persaingan dengan pendatang baru 212Mart atau
bahkan pesainng lama Indomart, strategy yang mereka lakukan, perusahaan terus melakukan expansi diwilayah
Indonesia yang masih belum ada cabang sperti ke wilayah Indonesia Timur. Tahun 2020, Alfamart membuka
Cabang baru di Kota Palu Sulawesi. Tahun 2019, dipenghujung tahun Alfamart sudah memiliki 13.308 toko
(outlet) di Seluruh Cabang Indonesia. Dalam hal menjaga pangsa pasardi wilayah dimana cabang Alfamart
sudah ada, pihak management mengumumkan innovasil bisnis model baru dengan membuka Gerai Alfa X.
Gerai Alfa X ini merupakan model bisnis Baru dengan mentargetkan Konsumen Millenial dengan menyediakan
gerai yang menyediakan tempat Minum Kopi, tempat duduk yang memenuhi kebutuhan target market untuk
akses internet, ruang meeting kecil, dan tentunya tetap pada bisnis inti Mereka menjual food snack, category
produk yang terkait dan relevan dengan target market tentunya. Aktifitas usaha retail menimarekt Alfamart ini,
sudah cukup menggambarkan bagaimana penerapan Strategy Bertahan yaitu dengan Ekspansi dan Inovasi.
KESIMPULAN
1. Usaha minimarket 212Mart merupaka usaha eceran masuk dalam kategori format Convenience Store. Usaha
format ini, dalam situasibisnis retail di Indonesia sangat agresif dan expansif. Pemain retail format convenience
(minimarket) : Alfamart dan Indomaret. Channel retail minimarket ini meningkat + 6,8 persen (Oktober YTD
2018 vs 2017), sementara itu format Supermarket / Hypermarket sales turun – 4,7 persen. Format Pasar
tradisonal turun dua persen ( Kontribusi Format Pasar Tradisional 57,7 persen tutun menjadi 56,5 persen YoY
Bulan Oktober 2017 vs 2018 ).
2. Minimarket strategy berkembangnya mendekati wilayah permukiman penduduksebagai basis pangsa
pasarnya dan juga merambah ke area pedesaan sehingga membuka pergeseran pembeli bahan pokok dari pasar
tradisional ke format Convenience store atau minimarket.
3. Homogenitas dan semangat 212 Komunitas di Taman Meruya Ilir Jakarta Barat untukmembuka Usaha
minimarket dituntut terus berkembang untuk menambah anggota koperasi sebagaicore competitiveness, hal ini
menjadi kewajiban dikarenakan situasipersaingan usaha sejenis sangat tinggi di wilayah setempat yang
dilakukan oleh Retail existing player: Indomaret dan Alfamart.
4. Analisa SWOT usaha minimarket 212Mart di Perumahan Taman Meruya Ilir dimana sudah banyakpesaing
minimarket Indomaret dan Alfamart, secara kualitatif dan kuantitatif menyimpulkan bahwa Usaha ini
diggambarkan pada posisi sebuah organisasiyang lemah dan menghadapi tantangan besar. Anjuran taktik
strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan
5. Lokasi Usaha, sangat menentukan kinerja usaha minimarket. Lokasi usaha ini tidak saja bermuara pada
pecapian target Sales dikarenakan terbukanya pada pembeli Umum. Lokasi usaha juga terkait pada rendahnya
biaya operasional usaha. Rendahya biaya operasionaltoko mendukung strategy bertahan .
11. 11 | P a g e
6. Pemain Usaha Lama (Alfamart dan Indomaret), makin intensip melakukan Promosi Usaha terkait
Penyampaian harga murah dan Program Loyalty promo penukaran Stamp koleksi dengan peralatan Masak, hal
ini dimaksudkan untuk mempertahankan pelanggan lama tetap setia berbelanja ke Gerai Mereka dan juga
sebagairespon balik terhadap masukannya pemain baru: 212Mart.
7. Pada Pemain retail minimarket lama, Strategy Bertahan diterapkan dengan melakukan expansi usaha ke
wilayah baru ke wilayah Indonesia Timur dan melakukan Inovasi Usaha bisnis model baru seperti gerai Alfa X.
S A R A N
1. Mengingat pentingnya Lokasi Usaha terkait Kinerja Usaha, disarankan koperasi mengajukan sewa tempat
usaha berlokasi strategis dan milik anggota Koperasi sehingga biaya sewa bisa lebih bersaing.
2. Perlu penelitian lebih lanjut perihal korelasi Konsep Komunitas ( Jamaah) terhadap loyalitas sebagai
pelanggan berbelanja pada tempat usaha bersama, yaitu Minimarket 212Mart. Hal ini disebabkan adanya potensi
indeks harga jual dan kekosongan barang dagangan di lokasi usaha (stock out ), barang kosong yang membuat
Pembeli berpindah (switch out )
3. Perlu lakukan analisa SWOT yang terpisah terhadap Franchisor 212Mart, sehingga Franchisee bisa menyusun
strategy yang terkait dan relevan dengan hasil analisa yang pada akhirnya akan membuat rencana usaha yang
ungguldan bertahan
4. Sebagai pendatang baru,franchisee perlu melakukan upaya menjaga soliditas dan loyalty untuk target pasar
inti mengingat pemain lama akan melakukan strategy Promosi terkait Harga Jual yang Murah. Franchisee tegas
dan focus pada visi dan misi Usaha yang terus di tumbuhkan pada target market homogen yaitu : konsumen
Muslim sekitar lokasi outlet.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hapzi. 2018. ModulManajemen Strategic Program Studi MagisterManagement. UMB Jakarta
Anonim, 2019. https://www.waralabaku.com/franchise-peluang-usaha-minimarket-212mart (Diakses 10
Oktober 2019 Oleh Hazrin Zainal Jam 5.17 WIB)
Anonim2, 2019. Analisis SWOT Internal dan Eksternal Beserta Contohnya pada
https://informazone.com/analisis-swot/ (Diakases oleh Hazrin Zainal, 10 Oktober 19 Jam 11.06)
Ayuningtyas,Dwi. 2019. Usaha Minimarket Kokoh, Fitch: Alfamart Ungguli Pesaing.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190426155045-17-69135/usaha-minimarket-kokoh-fitch-alfamart-
ungguli-pesaing (diakses 9 Oktober 19 oleh Hazrin Zainal jam 18.45 ).
Budi Suseno,Darmawan, 2006. Waralaba Bisnis Minim Resiko Maksim Di Laba. Pilar Media. Yogyakarta
David, F. R.1998. Strategic Management. Prentice Hall, Philiphines.
Dyson, Robert G. 2002. “Strategic development and SWOT Analysis at The University of Warwick”. European
Journal of Operational Research 152: 631-640
Ferrel, O.C danHarline D., 2005. Marketing Strategy.Thomson Corporation. SouthWestern
Guswai,C. F., (2013), Retail Excellence Series - What I Learned From Hypermarket Bussines.Gramedia
12. 12 | P a g e
Jeremy Bradley dalam Michelle Seidel (2019) . https://smallbusiness.chron.com/defensive-strategies-strategic-
management-60016.html (diakses oleh hazrin Zainal 30 Desember 2.12 WIB).
Nugraheni D.Y. dan Rachmawati R., (2018), Kajian Lokasi dan Pola Distribusi Minimarket Serta
Pemanfaatannya Oleh Masyarakat di Kabupaten Sleman. Artikel dalam
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/876/849 (Diakses 9 Oktober 19 oleh Hazrin
Zainal Jam 10:05)
Putra, Dendy.( 2019) https://independent.academia.edu/DendyPutra1(Diakses oleh Hazrin Zainal 9 Oktober
2019:jam 7:10)
Sasongko, Wisnu.,(2019). Executive Director, Head of Retailer Vertical Nielsen Indonesia.Nielsen : Ritel
Convenience Tumbuh Pesat di Asia Tenggara
Sarosa, Pietra, 2006. Mewaralabakan Usaha Anda Panduan Praktis dan Komprehensif Mengembangkan Usaha
dengan Sistem Waralaba. Elex Media Komputindo. Jakarta
Wahyuning,Ratna. (2008 ). ANALISIS SWOT PADA USAHA WARALABA(Studi Kasus Bakso Kota Cak
Man Malang). Univeritas Islam Negeri. Malang
Widowati, Hari (2019). Giant Supermarket Tutup, 4 Perusahaan Ini Lebih Dulu Tutup Gerai. Artikel ini telah
tayang di Katadata.co.id dengan judul "Giant Supermarket Tutup, 4 Perusahaan Ini Lebih Dulu Tutup Gerai" ,
https://katadata.co.id/berita/2019/06/25/giant-supermarket-tutup-4-perusahaan-ini-lebih-dulu-tutup-gerai/