1. BAB III
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Rem
Rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan
kendaraan serta memberikan kemungkinan dapat memparkir kendaraan ditempat yang
menurun. Peranan rem sangat penting dalam sistem mesin, misalnya pada mesin mobil,
sepeda motor, mesin cuci, dan sebagainya. Selain itu rem juga mempunyai kelemahan yaitu
rem sering mengalami blong, hal ini diakibatkan karena pemeliharaan yang kurang rutin dan
penyebab terjadinya rem blong yaitu pad rem habis (aus), minyak rem habis, dan terjadinya
kebocoran pada seal piston rem, master rem, ataupun pada selang remnya, maka dari itu
pemeliharaan rem harus sangat diperhatikan.
2. Jenis-jenis rem
Rem dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Rem cakram
Mobil modern kebanyakan telah menerapkan piranti yang satu ini. Biasanya piranti seperti ini
dapat ditemukan pada roda kendaraan baru sehingga dalam setiap penggunaannya menjadi
maksimal dan terarah.
Rem cakram menjadi salah satu sistem pengereman modern terbaik pada mobil dan ideal
untuk diterapkan pada setiap mobil, terutama yang telah memakai mesin berkapasitas CC
besar. Sistem kerja rem cakram adalah dengan menjepit cakram yang biasanya dipasang pada
roda kendaraan melalui caliper yang digerakkan oleh piston untuk mendorong sepatu rem
(brake pads) ke cakram.
1. Kelebihan rem cakram
Rem cakram dapat digunakan dari berbagai suhu, sehingga hampir semua kendaraan
menerapkan sistem rem cakram sebagai andalanya. selain itu rem cakram tahan terhadap
genangan air sehingga pada kendaraan yang telah menggunakan rem cakram dapat menerjang
banjir.
Kemudian rem cakram memiliki sistem rem yang berpendingin diluar (terbuka) sehingga
pendinginan dapat dilakukan pada saat mobil melaju, ada beberapa cakram yang juga
dilengkapi oleh ventilasi (ventilatin disk) atau cakram yang memiliki lubang sehingga
pendinginan rem lebih maksimal digunakan.
Kegunaan rem cakram banyak dipergunakan pada roda depan kendaraan karena gaya dorong
untuk berhenti pada bagian depan kendaraan lebih besar dibandingkan di belakang sehingga
membutuhkan pengereman yang lebih pada bagian depan. Namun saat ini telah banyak mobil
yang menggunakan rem cakram pada keempat rodanya.
2. Kekurangan rem cakram
Rem cakram yang sifatnya terbuka memudahkan debu dan lumpur menempel, lama
kelamaan lumpur(kotoran) tersebut dapat menghambat kinerja pengeraman sampai merusak
komponen pada bagian caliper, seperti piston bila dibiarkan lama. Oleh sebab itu perlu
dilakukan pembersihan sesering mungkin.
b. Rem tromol
1. Kelebihan rem tromol
Rem tromol digunakan untuk kendaraan yang memerlukan kerja ekstra dalam
pengereman contoh : kendaraan operasional seperti bis, truk, minibus, dan sebagainya. Jadi
rem tromol dapat digunakan pada beban angkut yang berat (heavy duty) dengan bekerja
secara maksimal.
2. Kekurangan rem tromol
Rem tromol yang masih menerapkan sistem tertutup dalam prosesnya. Dengan sistem
2. ini membuat partikel kotoran pada ruang tromol tersebut. Jadi untuk perawatan
membersihkannya harus membuka roda agar rumah rem dapat dibersihkan dari debu atau
kotoran. Pada saat banjir air akan mengumpul pada ruang tromol sehingga air akan
menyulitkan sistem rem untuk bekerja, jadi setelah rem tromol menerjang banjir, maka harus
mengeringkannya dengan menginjak setengah rem saat melaju sehingga bagian dalam rem
tromol kering karena panas akibat gesekan, setelah itu rem dapat digunakan kembali.
3. Nama-nama bagian rem
A. Rem Cakram
a) Piringan rotor
b) Selang rem
c) Plat pengatur pad
d) Plat momen
e) Plat rem
f) Pegas penahan pad
g) Pegas anti berisik
h) Shim anti cicit
i) Silinder rem
j) Karet pelindung utama
k) Perapat piston
l) Piston
m) Karet pelindung silinder
n) Ring set
o) Bushing lucur
p) Karet pelindung (Boot
1. Fungsi-fungsi Bagian Rem Cakram
1. Piringan rotor
Untuk menjamin pendiginan yang baik
2. Selang rem
Untuk jalurnya fluida atau minyak rem
3. Plat pengatur pad
Untuk menahan rem
4. Plat momen
Penahan silinder agar tidak jatuh
5. Pad rem
Untuk menghentikan piringn rotor yang sekaligus menghentikan kendaran
6. Pegas penahan pad
Untuk menahan pad rem agar tidak goyang atau pad rem tidak lepas karena tergajal
7. Pegas anti berisik
Agar pada saat pengereman berlangsung pad rem tidak berisik
8. Shim anti cicit
Untuk menganjal pad rem pada silinder rem agar yidak lepas
9. Silinder rem
Sebagai wadah dari pad rem
4. Chassis
Sistem chasis meliputi suspensi yang menopang axle, kemudian untuk mengatur arah
kendaraan, roda, ban dan rem untuk menghentikan jalanya kendaraan. Sistem-sistem
berpengaruh langsung terhadap kenikmatan berkendaraan,stabilitas,stabilitas dan lain
sebagainya.
3. 5. Sistem Rem
Sistem rem dirancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan
kendaraan atau memungkinkan perkir pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat
penting untuk keamanan berkendaraan dan juga dapat berhenti ditempat manapun, dan dalam
berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.
Gambar 3.1 Sistem rem
6. Prinsip Rem
Kendaran tidak dapat berhenti segera apabila mesin dibebaskan (tidak dihubungkan)
dengan pemindah daya, kendaraan cenderung tetap bergerak. Kelemahan ini harus dapat di
kurangin dengan maksud menurunkan kecepatan gerakan hingga berhenti. Mesin merubah
energi panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk menggerakan kendaraan. Sebaiknya,
rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan system gerak
putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan
antara dua objek.
4. Gambar 3.2 Prinsip Rem
7. Type Rem
Rem yang dipergunakan pada kendaran bermotor dapat digolongkan menjadi beberapa
type tergantung pada penggunaannya.
1. Rem kaki (foot brake) digunakan untuk mengontrol kecepatan dan menghentikan kendaran.
2. Rem parkir (parking break) digunakan terutama untuk memarkir kendaraan.
3. Rem tanbahan (auluxialy brake) digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan
pada truk diesel dan kendaran berat.
4. Engines break digunakan ada kalanya untuk menurunkan kecepatan kendaraan, Beaking
effect (reaksi pengereman) ditimbulkan oleh tahanan putarn dari mesin itu sendiri, tidak ada
khusus yang diperlukan, untuk itu engine break tidak diterangkan
Rem hiraulis
5. Rem kaki Rem roda
Rem panematik
Center brake
Rem Rem parkir Rem mekanik
Rem roda belakang
Rem tambahan Exchaust brake
8. Rem kaki
Rem kaki (foot break) di kelompokan menjadi dua tipe,yaituh:
1. Rem hidraulis (hydraulic break)
2. Rem panematik (peneumatic break)
Rem hidraulis lebih respond lebih cepat dibanding tipe lainnya, dan juga konstruksinya
yang khusus dan handal (superior design flexibility). Dengan adanya keuntungan tersebut,
rem hidraulis banyak digunakan pada kendaran penumpang truk ringan.
6. Sistem rem panematik termasuk kompresor atau jenis yang menghasilkan udara, udara
yang bertekanan yang digunakan untuk menambah daya pengereman. Tipe sistem rem ini
banyak digunakan pada kendaran berat seperti truk dan bus.
Cara kerja rem hidraulis sebagai berikut: rem hidraulis menekan mekanisme rem dan
menyalurkan tenaga rem, dan mekanisme pengereman akan menimbulkan daya pengereman.
Gambar 3.3 Rem Hidraulis
9. Mekanisme kerja
A. Master Silinder
Master silinder mengubah gerak pedal rem kedalam tekanan hidraulis.
Master silinder terdiri dari reservoir tank yang berisi minyak rem, demikian juga master
silinder yang membangkitkan tekanan hidraulis. Ada dua tipe silinder: tipe tunggal dan tipe
ganda. Master silinder tipe ganda banyak digunakan dibandingkan tpe tunggal.
7. Gambar 3.4 Master Silinder Tunggal Tipe Konvensinal
B. Boster Rem
Tenaga penekanan pada pedal rem dari seorang pengemudi tidak cukup kuat untuk
segerah menghentikan kendaraan. Boster rem melipat gandakan daya pemekanan pedal,
sehingga daya pengereman yang lebih besar di perlukan.
Boster dapat dipasang menjadi satu dengan master silinder (type integral) atau dapat juga
dipasang secara terpisah dari master silinder itu sendiri.
Boster rem mempunyai diaphragma (memberan) yang bekerja dengan adanya perbedan
tekanan antara tekanan atmosfir dan kevakuman yang dihasilkan dari dalam intake manifold
mesin. Master silinder di hubungkan dengan pedal dan memberan untuk memperoleh daya
pengereman yang besar dari langkah pedal yang minimum.
Bila boster rem tidak dapat berfungsi dikarenakan satu dan lain hal, boster rem
dirancang sedemikian rupa sehingga hanya tenaga bosternya saja yang hilang dengan
sendirinya rem akan memerlukan gaya penekanan pedal yang lebih besar, tetapi kendaran
dapat direm normal tanpa bantuan boster. Untuk kendaran yang digerakkan oleh mesin
diesel, boster remnya diganti dengan pompa vacum karena kevacuman yang terjadi pada
intake manifold pada mesin diesel tidak cukup kuat.
Boster body dibagi menjadi bagian depan (ruang tekan tenaga) dan bagian belakang (ruang
tekan variasi), dan masimg-masing ruang dibatasi dengan memberan dan piston boster.
Mekanisme katup pengontrol (control valve mechanis). Termasuk katup udara, katup vakum,
katup pengontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan pedal rem melalui batang
penggerak katup (valve operating road).
8. Gambar 3.5 Boster Rem
C. Katup Pengimbang
Kendaran dihentikan dengan adanya gesekan antara ban dan ditambah jalan. Gesekan ini
akan sesuai adanya pembagian beban pada roda. Biasanya kendaran yang mesinnya terletak
didepan, bagian depannya lebih berat dibandingkan dengan bagian belakangnya, bila
kendaran direm, maka titik pusat gravitasi akan pindah kedepan (bergerak maju) disebabkan
adanya gaya intertia, dan karena adanya beban yang besar menyatu pada bagian depan.
Bila daya cengkeram pengeremannya berlaku sama terhadap keempat rodanya, maka roda
belakang akan terkunci (menyebabkan slip antara ban dan permukan jalan) ini disebabkan
oleh daya pengereman terlalu besar dengan terkuncinya roda belakang gesekan akan
menurun, dan roda belakang seperti ekor ikan (bergerak kekanan dan kekiri dan sukar
terkontrol) dan ini sangat berbahaya.
Dengan alasan tersebut, diperlukan alat pembagi tenaga sehingga dapat diberikan
pengereman yang lebih besar untuk roda depan dari pada roda belakang atas tersebut disebut
katup pengembali (proportioning valve) atau bias disebut katup P. Alat ini bekerja secara
otomatis menurutkan tekanan hidraulis pada silinder roda belakang dengan demikian daya
pengereman (daya cengkeram) pada roda belakang akan berkurang.
Di samping katup P, efek yang sama akan diperoleh dari load silinder and proportioning
valve (LSPV) yang merubah tekanan awal split point dari roda-roda belakang sesuai
Dengan beban, proportioning and by pass valve (P dan BV) yang meneruskan tekanan
master silinder langsung ke silinder roda tanpa melalui katup P bila system rem dapat tidak
berfungsi, katup decelaration sensing proportioning valve (DSPV) yang membedakan
tekanan awal split point sesuai dengan,deselerasi selama pengereman dan perlengkapan
lainnya.
9. Gambar 3.6 Tipe katup
10. Rem Cakram
Rem cakram (disc brake) pada dasarnya terdiri pada cakram yang terbuat dari besi tuang
(disc rotor) yang berputar dengan roda dan bahan gesek (dalam hal ini disc pad) yang
mendorong dan menjepit cakram. Daya pengereman dihasilkan oleh adanya gesekan antara
disc pad dan cakram (disc).
Gambar 3.7 Rem Cakram
Karakteristik dari cakram hanya mempunyai sedikit aksi energi sendiri (self energizing
action), daya pengreman itu sedikit dipengaruhi oleh fluktualisi koefisien gesek yang
manghasilkan kesetabil tinggi. Selain itu, karena permukaan bidang gesek selalu terkena
udara, radiasi panasnya terjamin baik, ini dapat mempengaruhi dan menjamin dari tekanan
air.
Rem cakram mempunyai batasan pembuatan pada bentuk dan ukuranya. Ukuran
disc tambahkan tekanan hidraulis yang lebih besar untuk mendapatkan daya pengereman
yang efisien, juga pad akan lebih cepat aus dari pada sepatu rem pada rem tromol. Tetapi
konstruksi yang sederhana mudah pada perawatannya penggantian pad.
A. Komponen-komponen
10. Piringan (disc rotor)
Komponen Caliper
utama
Pad rem
Caliper akan diterngkan pada “jenis-jenis caliper rem cakram”
B. Piringan (disc)
Umumnya cakram atau piringan (disc rotor) dibuat dari besi tuang dalam bentuk biasa
(solid) dan berlubang-lubang untuk ventilasi.
Tipe cakram lubang terdiri dari pasangan piringan berlubang untuk menjamin
pendinginan yang baik,kedua-duanya untuk mencegah fading dan menjamin umur pad lebih
panjang atau tahan lama.
11. Gambar 3.8 Tipe piringan
C. Pad Rem
Pad (disc pad) biasanya dibuat campuran metalikfiber dan sedikit serbuk besi. Tipe ini
disebut dengan”semi metalik disc pad”.
Pada pad diberi garis celah untuk menunjukan tabel pad (batas yang diijinkan). Dengan
dengan demikian mempermudah pengecekan keausan pad.
Pada beberapa pad, penggunaan metalik plat (disebut dengan anti-sequal shim) dipasang
pada sisi piston dari pad untuk mencegah bunyi disaat pengereman berlangsung.
Gambar 3.9 Tipe Pad Rem
D. Jenis-jenis Kaliper
Kaliper juga disebut dengan cylinder body, memanggang piston-piston dan dilengkapi
dengan saluran dimana minyak rem disalurkan ke silinder. Kaliper dikelompokan sebagai
berikut menurut jenis pemasangannya:
1. Type Fixed Caliper (double piston)
2. Type Floating Caliper (single piston)
1. Type Fixed Caliper (double piston)
Kaliper dipasangkan tepat pada excel atau strut. Seperti digambarkan dibawah ini,
pemasangan caliper dilengkapi dengan sepasang piston. Daya pengereman didapat apabila
pad ditekan piston secara hidraulis pada kedua ujung piringan atau cakram.
Fixed Caliper adalah dasar desain yang sangat baik dan dijamin dapat bekerja lebih
akurat. Namun demikian radiasi panasnya terbatas karena silinder rem berada antara cakram
dan velg, menyebabkan sulit tercapainya pendinginan. Untuk ini membutuhkan penambahan
komponen yang banyak. Untuk mengatasi hal tersebut jenis Caliper Fixed ini sudah jarang
digunakan.
12. Tipe Fixed Caliper
Gambar 3.10 Type Fixed Caliper (double piston)
2. Type Floating Caliper (single piston)
Seperti terlihat pada gambar piston banyak ditempatkan pada satu sisi caliper saja.
Tekanan hidraulis dari master silinder mendorong piston (A) dan selanjutnya menekan pada
rotor disc (cakram). Pada saat yang sama tekanan hidraulis menekan sisi pad (Reaksi b). Ini
menyebabkan caliper bergeak kekanan dan menjepit cakram dan terjadinya usaha tenaga
pengereman.
Gambar 3.11 Type Floating Caliper (single piston)
13. Kaliper tipe Floating dapat di golongkan sebagai berikut:
Tipe semi floating Tipe S
Tipe F
Tipe Full floating Tipe FS
Tipe AD
Tipe PD
3. Type semi Floating (Tipe PS)
Kaliper dipasangkan dengan bantuan dua buah pen pad torkue plit. Apabila rem bekerja
maka body bergerak masuk dengan adanya gerak piaton. Tekanan pengereman yang berlaku
pada pad bagaikan luar diterima oleh caliper dan meneruskan momen kepada arah putaran.
Kekuatan reaksi pada bagian dalam diterima langsung oleh plate.
Mekanisme tipe ini sangat sederhana, tipe caliper ini cenderung tidak berfungsi sangat
kecil, dan memenuhi syarat semua perawatan dan memiliki kemampuan pengereman. Tipe
ini sering digunakan pada cakram belakang yang rem parkirnya terpasang didalamnya.
Gambar 3.12 Type Semi Floating (type PS)
4. Type Full-floating
a. Type FF
Seperti diperlihatkan gambar di bawah, tipe FF mempunyai caliper yang ditunjang oleh
torque plat sedemikian rupa sehingga memungkinkan gerak piston untuk menekan pad
bagian luar.
Gambar 3.13 Type FF
14. b. Tipe FS
Kaliper tipe ini dipasang menggunakan dua pin (main pin dan sub pin) pada torque plat
yang di buatkan pada caliper itu sendiri, seperti pada gambar. Kaliper dan dua pin digerakan
pada caliper satu unit oleh piston. Reaksi tenaga (reaction force) dari iner dan outer pad
diterima oleh torque plat dan demikian momen (torque) tidak diteruskan ke pin. Selanjutnya,
bagian yang meluncur (slinding section ) pada caliper (main dan sub pin) disembunyikan
seluruhnya. Hal ini merupakan desain yang dapat menambah pada bagian ini. Tipe FS agak
kurang terseretnya tipe FF dan sering digunakan pada rem-rem depan kendaran mewah.
Gambar 3.14 Type FS
c. Tipe AD
Seperti diperhatikan gambar dibawah ini, main pin pada tipe ini adalah press-fitted pada
torque plat bersama dengan sub pin yang di buatkan. Stainles steep plat (suatu shim untuk
mengurangi bunyi squel plat) dipasang pada plat yang bersentuhan untuk mencegah suara
yang kurang enak dan keausan pad. Tipe ini digunakan pada rem dalam kendaran ukuran
menengah.
Gambar 3.15 Tipe AD
d. Type PD
Tipe PD pada dasarnya sama dengan tipe AD kecuali pada main dan sub pin saja yang
dibuat pada torque plat. Tipe PD ini pada rem depan kendaraan penumpang yang ukurannya
kecil.
15. Gambar 3.17 Type PD
BAB IV
MATERI KEGIATAN PRAKTEK
1. Grand Livina
2. Memeriksa rem cakram
3. Rem sudah tidak nyaman digunakan
4. Memperbaiki dan mengganti
5. Alat : Bahan :
1. Kunci kombinasi no 12,14, 1. Ped Rem Baru
2. Obeng (─) 2. Oli Gemuk
3. Kunci shock 21
4. Impect
5. Kunci moment
6. Langkah kerja
Gambar 4.1 Pad Rem
a. Melepas
1. Angkat kendaraan dan lepaskan semua roda
16. Kendorkan mur-mur roda
Bersihkan kaliper dengan udara
2. Amankan kepala sub-pen dengan kunci dan buka baut kaliper
3. Tarik kaliper dan balikkan ke atas kemudian masukkan baut yang telah lepas kedalam plat
penahan agar kaliper tidak terjatuh.
4. Jangan melepas slang rem
a. Jangan melepas kaliper dari plat penahan
b. Jangan menginjak pedal rem pada waktu kaliper tidak terpasang
Gambar 4.2 Melepas baut sub-pen
5. Buka pad rem
6. Buka pad dalam
7. Buka pad luar bersama dengan
simnya
Gambar 4.3 Membuka pad dalam
17. Gambar 4.4 Membuka pad luar dan sim
b. Pemeriksaan
1. Periksa keausan pad rem
a. Ukuran ketebalan pad rem
Jika kurang dari atau mendekati 1.0 mm gantilah pad-padnya
b. Jika keausan pad tidak merata atau ada kerusakan, mintalah petunjuk pada instruktur.
2. Periksa mekanisme pen luncur kaliper.
Jika ada kerusakan, kaliper perlu di overhaul mintalah petunjuk pada instruktur anda.
3. Periksa tebal piringan
a. Bersihkan permukaan piringan dengan menggunakan kain lap.
b. Ukur tebal piringan. Jika kurang dari minimum, piringan harus diganti baru. Mintalah
petunjuk dari instruktur anda.
Gambar 4.5 Mengukur piringan
c. Pemasangan
1. Pasanglah pad rem
a. Bersihkan permukaan plat penahan dimana pad piringan akan dipasang.
b. Pasanglah dengan betul plat penunjang (1), plat pengantar pad (2), dan plat pegas anti berisik
(3), pada plat momen (4).
18. Gambar 4.6 Pemasangan pad rem
c. Bersihkan permukaan pad rem menggunakan amplas tetapi jangan terlalu keras.
d. Sambil mendorong pegas (3) ke atas, pasang pad luar beserta simnya (5) pada plat penahan.
e. Pasang pad dalam pada plat momen sama seperti memasang pad luar.
Gambar 4.7 Pemasangan pada rem
2. Pasang kembali kaliper
a. Apabila pad baru akan dipasang keluarkan sebagian minyak rem pada reservoir karena kalau
tidak, minyak rem akan meluap pada waktu piston didorong masuk kembali dan minyak rem
bertambah pada reservoir.
b. Dengan menggunakan gagang palu, tekan piston masuk.
Gantilah pad satu persatu sebab ada kemungkinan piston yang ada dibagian lain
19. kaliper akan keluar.
c. Masukkan kaliper secara hati-hati sehingga boots piston tidak terjepit.
d. Pegang kepada subpen dengan kunci kemudian kencangkan baut-baut kaliper pada momen
spesifikasi.
e. Setelah kaliper dipasang perhatikan bahwa boots pada pen utama dan sub pen terpasang
dengan sempurna tanpa terpuntir.
Gambar 4.8 Pemasangan kaliper
3. Stel ketinggian minyak rem di dalam reservoir master silinder.
Lihat bagian pemeriksaan dan penyetelan tinggi permukaan minyak rem pada pasal sebelum
ini.
4. Periksa pemasangan pad rem. Tekan pedal rem sekali dan lepaskan. Roda harus berputar
dengan bebas.
Walau pad sedikit menyentuh piringan pada waktu rem dilepas, hal ini tidak menyebabkan
keausan yang berarti.
5. Pasang roda dan kencangkan roda menggunakan kunci moment sesuai spesifikasi yaitu 12-
14 Kgs.
6. Turunkan mobil.
20. BAB V
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Dengan berakhirnya kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) yang dimulai dari tanggal 01
Juli sampai dengan tanggal 31 Agustus di PT Indosentosa Trada, maka penulis dapat
menyimpulkan antara lain :
“Rem yaitu alat untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan
atau untuk memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting
pada keselamatan dan menjamin untuk pengendaraan yang aman. Rem juga bias diartikan
sebagai kebutuhan sangat penting untuk keamanan berkendaraan dan juga dapat berhenti
ditempat manapun, dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman”.
5.1. Saran-saran
Adapun saran-saran yang ingin saya sampaikan sebagai berikut :
1. Untuk memasuki dunia industri diperlukan keterampilan yang cukup.
2. Persiapan mental yang kuat dan biasakan hidup dengan disiplin.
3. Taati semua peraturan yang berlaku dan jangan coba-coba melanggarnya walaupun dalam
artian sedikit.
4. Biasakan bersikap/berfikir kreatif dan inisiatif dalam bekerja.
5. Perusahaan di harapkan biasa memberikan kesempatan kepada siswa PKL untuk biasa ikut
tes masuk ke perusahan,perusahaan di harapkan memberikan ilmu bagi siswa yang PKL.