Dokumen tersebut membahas tentang adab berbicara menurut Islam. Islam mengajarkan beberapa pedoman untuk berbicara dengan baik, di antaranya berpikir sebelum berbicara, berbicara dengan jelas dan tidak bertele-tele, serta menghindari ucapan yang tidak benar. Lidah perlu dikontrol untuk menghindari perkataan negatif yang dapat merusak diri sendiri maupun orang lain.
Dokumen tersebut membahas pentingnya menjaga lisan dalam Islam. Islam menekankan pentingnya menjaga lisan agar tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Lisan perlu dijaga agar hanya mengucapkan kebenaran dan kata-kata yang bermanfaat sesuai dengan tempat dan situasi. Menjaga lisan dipandang sebagai ciri orang beriman dan dapat membawa seseorang masuk surga.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya berbicara dengan baik dan menjaga lidah. Nabi mengajarkan untuk memilih kata-kata yang jelas dan santun serta menghindari perselisihan. Ucapan yang buruk dapat menimbulkan luka yang sulit diobati.
Dokumen tersebut memberikan nasihat-nasihat berbicara yang bijak dan bertanggung jawab berdasarkan ajaran agama Islam. Beberapa poin penting yang disoroti adalah pentingnya ilmu dan adab bersamaan, berhati-hati dalam berbicara agar tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, menghindari ghibah dan memuji orang secara berlebihan. Nasihat-nasihat tersebut didukung dengan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW.
Dokumen tersebut membahas pentingnya menjaga lisan dalam Islam. Islam menekankan pentingnya menjaga lisan agar tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Lisan perlu dijaga agar hanya mengucapkan kebenaran dan kata-kata yang bermanfaat sesuai dengan tempat dan situasi. Menjaga lisan dipandang sebagai ciri orang beriman dan dapat membawa seseorang masuk surga.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya berbicara dengan baik dan menjaga lidah. Nabi mengajarkan untuk memilih kata-kata yang jelas dan santun serta menghindari perselisihan. Ucapan yang buruk dapat menimbulkan luka yang sulit diobati.
Dokumen tersebut memberikan nasihat-nasihat berbicara yang bijak dan bertanggung jawab berdasarkan ajaran agama Islam. Beberapa poin penting yang disoroti adalah pentingnya ilmu dan adab bersamaan, berhati-hati dalam berbicara agar tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, menghindari ghibah dan memuji orang secara berlebihan. Nasihat-nasihat tersebut didukung dengan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW.
Adab berbicara dalam Islam mencakup beberapa poin penting seperti berbicara dengan baik, jelas, seimbang, menghindari berlarut-larut, berdusta, ghibah, memuji secara berlebih-lebihan, serta menjauhi perdebatan sengit. Tujuannya agar komunikasi tetap lancar, saling menghargai, dan tidak merugikan pihak lain.
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga lisan dengan berkata baik atau diam, serta memuliakan tetangga dan tamu sebagai bentuk penunaian hak Allah dan hak sesama. Menjaga lisan adalah salah satu cara menjaga diri dari perbuatan yang dilarang agama. Memuliakan orang lain berarti melakukan tindakan terpuji untuk mendatangkan kemuliaan bagi mereka. Tetangga dan tamu yang wajib dilayani sesuai batasan sy
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya bersikap lemah lembut dan santun dalam berkomunikasi berdasarkan ajaran Islam. Alquran dan hadis menganjurkan umat Muslim untuk bersikap lembut hati, tidak kasar berbicara, memaafkan kesalahan orang lain, serta menghindari perdebatan yang tidak santun. Santun berkomunikasi diperlukan khususnya dalam menjalankan dakwah.
Rasulullah bersikap sabar dan memaafkan ketika dihina dua orang Yahudi dengan ucapan kasar. Beliau mengingatkan istri dan umatnya untuk selalu bersikap lemah lembut dan memaafkan orang lain. Sikap sabar dan memaafkan ini merupakan contoh yang baik bagi umat Islam untuk meneladani.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar. Hadits dan Sunnah bersumber dari Nabi Muhammad SAW, tetapi Sunnah lebih luas cakupannya karena meliputi segala perilaku dan kebiasaan Nabi. Hadits dan Khabar berbeda sumbernya, di mana Khabar berasal dari selain Nabi. Sementara itu, Atsar didefinisikan sama dengan Hadits dan Khabar menurut sebagian ulama.
Tugasan 3: LMCP1552 Pembangunan Mapan dalam Islam
Tajuk : Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial (Takaful)
Disediakan oleh: Nursyafiqah 'Aqilah binti Sharin (A159009)
Asmaul Husna merupakan 99 nama Allah yang indah dan baik. Nama-nama tersebut mencerminkan sifat-sifat Allah yang maha agung. Dokumen ini menjelaskan pengertian, dalil, dan contoh penerapan Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari seperti bersikap adil, memberi keamanan, dan menyayangi sesama.
Makalah ini membahas hadis-hadis tentang akhlak terpuji seperti kejujuran, menepati janji, dan berkata baik atau diam. Beberapa hadis menjelaskan pentingnya kejujuran sebagai jalan ke surga, sedangkan kebohongan menuju neraka. Menepati janji juga penting sebagai tanda seorang mukmin, dan berkata baik atau diam diperintahkan bagi yang beriman. Makalah ini bertujuan menambah pengetahuan tent
Hadits arbain kedua belas tentang bukti keislaman seseorang yaitu menghindari...adetia5
PPT berisi tentang hadist arbain ke 12. berisi tentang penjelasan hadits yang lebih dalam dan bagaimana cara untuk terhindar dari hal hal yang tidak bermanfaat.
pada PPT ditambahkan pula hadist dan ayat yang menunjang penjelasan
bahan PPT bersumber dari beberapa sumber
Adab berbicara dalam Islam mencakup beberapa poin penting seperti berbicara dengan baik, jelas, seimbang, menghindari berlarut-larut, berdusta, ghibah, memuji secara berlebih-lebihan, serta menjauhi perdebatan sengit. Tujuannya agar komunikasi tetap lancar, saling menghargai, dan tidak merugikan pihak lain.
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga lisan dengan berkata baik atau diam, serta memuliakan tetangga dan tamu sebagai bentuk penunaian hak Allah dan hak sesama. Menjaga lisan adalah salah satu cara menjaga diri dari perbuatan yang dilarang agama. Memuliakan orang lain berarti melakukan tindakan terpuji untuk mendatangkan kemuliaan bagi mereka. Tetangga dan tamu yang wajib dilayani sesuai batasan sy
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya bersikap lemah lembut dan santun dalam berkomunikasi berdasarkan ajaran Islam. Alquran dan hadis menganjurkan umat Muslim untuk bersikap lembut hati, tidak kasar berbicara, memaafkan kesalahan orang lain, serta menghindari perdebatan yang tidak santun. Santun berkomunikasi diperlukan khususnya dalam menjalankan dakwah.
Rasulullah bersikap sabar dan memaafkan ketika dihina dua orang Yahudi dengan ucapan kasar. Beliau mengingatkan istri dan umatnya untuk selalu bersikap lemah lembut dan memaafkan orang lain. Sikap sabar dan memaafkan ini merupakan contoh yang baik bagi umat Islam untuk meneladani.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar. Hadits dan Sunnah bersumber dari Nabi Muhammad SAW, tetapi Sunnah lebih luas cakupannya karena meliputi segala perilaku dan kebiasaan Nabi. Hadits dan Khabar berbeda sumbernya, di mana Khabar berasal dari selain Nabi. Sementara itu, Atsar didefinisikan sama dengan Hadits dan Khabar menurut sebagian ulama.
Tugasan 3: LMCP1552 Pembangunan Mapan dalam Islam
Tajuk : Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial (Takaful)
Disediakan oleh: Nursyafiqah 'Aqilah binti Sharin (A159009)
Asmaul Husna merupakan 99 nama Allah yang indah dan baik. Nama-nama tersebut mencerminkan sifat-sifat Allah yang maha agung. Dokumen ini menjelaskan pengertian, dalil, dan contoh penerapan Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari seperti bersikap adil, memberi keamanan, dan menyayangi sesama.
Makalah ini membahas hadis-hadis tentang akhlak terpuji seperti kejujuran, menepati janji, dan berkata baik atau diam. Beberapa hadis menjelaskan pentingnya kejujuran sebagai jalan ke surga, sedangkan kebohongan menuju neraka. Menepati janji juga penting sebagai tanda seorang mukmin, dan berkata baik atau diam diperintahkan bagi yang beriman. Makalah ini bertujuan menambah pengetahuan tent
Hadits arbain kedua belas tentang bukti keislaman seseorang yaitu menghindari...adetia5
PPT berisi tentang hadist arbain ke 12. berisi tentang penjelasan hadits yang lebih dalam dan bagaimana cara untuk terhindar dari hal hal yang tidak bermanfaat.
pada PPT ditambahkan pula hadist dan ayat yang menunjang penjelasan
bahan PPT bersumber dari beberapa sumber
Dokumen tersebut membahas berbagai topik tentang Islam seperti tafakkur, amal saleh, taqwa, cinta kepada Allah, rezeki, dan kehidupan sebagai sistem Islam. Dokumen ini menekankan pentingnya menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan kebahagiaan dan petunjuk.
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya bertutur santun dalam Islam, terutama selama bulan suci Ramadhan.
2. Referensi utama yang digunakan adalah Al Quran dan hadis yang menganjurkan umat Islam untuk selalu berkata benar dan santun.
3. Bulan Ramadhan merupakan kesempatan untuk melatih diri bersikap sabar, tolong-menolong, dan bertutur santun.
Akhlak terdiri dari akhlak kepada Allah, diri sendiri, orang lain, binatang dan lingkungan. Akhlak yang baik mencakup taat, jujur, adil, sabar, dan tolong menolong.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kesehatan mental dan peran iman dalam membentuk kepribadian yang kuat. Enam pokok iman dalam Islam yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, nabi-nabi, hari akhirat, dan takdir dapat membantu menjaga keseimbangan mental seseorang. Shalat lima waktu dan mengucapkan syahadat merupakan rukun utama dalam memelihara kesehatan rohan
Dokumen tersebut menjelaskan bahwa taat kepada Allah dan Rasulullah Muhammad saw merupakan kewajiban utama bagi umat Islam. Taat kepada Rasulullah saw adalah bentuk taat kepada Allah karena perintah tersebut berasal dari Allah. Orang yang tidak taat kepada Rasulullah saw berarti juga tidak taat kepada Allah. Al-Quran berulang kali mengingatkan umat Islam untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasulullah saw.
Dokumen tersebut membahas tentang dalil-dalil Al-Quran dan Hadis yang mewajibkan penggunaan jilbab bagi wanita muslimah. Dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 31 dan Al-Ahzab ayat 59, Allah memerintahkan wanita untuk menutup aurat dan memakai jilbab. Beberapa hadis menjelaskan bahwa Nabi Muhammad mewajibkan wanita untuk memakai jilbab ketika keluar rumah. Jilbab diwajibkan sebag
Dokumen tersebut membahas tentang dakwah Islam melalui pacaran. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa pacaran dilarang dalam Islam karena mengandung unsur-unsur yang mendekati zina seperti bersentuhan, berduaan, dan saling memandang dengan syahwat. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa tujuan dakwah Islam seharusnya dilakukan dengan cara-cara yang benar sesuai syariat Islam, bukan dengan cara-cara terlar
Dokumen tersebut membahas tentang hikmah yang terkandung dalam shalat, yaitu mendisiplinkan diri. Shalat membentuk kebiasaan hidup yang tertib dan teratur serta mampu menghasilkan sistem yang unggul. Dengan menghayati nilai-nilai shalat, seseorang dapat menjadi Muslim yang berkualitas.
Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendiri karena memberikan pahala yang jauh lebih besar, yaitu 27 kali lipat lebih banyak. Shalat berjamaah juga merupakan sunnah Nabi saw yang patut diikuti.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai hadis Nabi Muhammad SAW mengenai salam. Beberapa poin utama yang disebutkan antara lain memberikan salam tiga kali untuk memastikan pesan disampaikan, memberikan salam lebih dahulu kepada yang berstatus lebih rendah, dan memberikan salam kepada orang non-Muslim tanpa mendahului mereka.
Dokumen tersebut membahas asal usul perayaan Hari Valentine yang berasal dari peringatan kematian Santo Valentinus pada 14 Februari. Awalnya hanya perayaan keagamaan namun kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan politik dengan mempromosikan gaya hidup konsumtif. Perayaan ini dinilai dapat menghilangkan nilai-nilai keislaman karena sering dijadikan ajang pesta alkohol dan seks bebas.
1) Orang cenderung sabar menghadapi cobaan tetapi kurang sabar ketika mendapat karunia dan nikmat dari Allah.
2) Seseorang pernah berkata bahwa mereka bisa sabar menghadapi kesulitan tetapi tidak bisa sabar ketika mendapat kemudahan.
3) Penting untuk sabar dalam menghadapi baik kesenangan maupun cobaan.
1. ADAB BERBICARA
Contributed by M. Abdullah
Friday, 30 January 2009
Last Updated Friday, 30 January 2009
“Lidah memang tidak bertulang”, itulah ungkapan yang sudah tidak asing lagi di telinga setiap kita.
Ungkapan tersebut menunjukkan betapa lidah dapat digerakkan ke segala arah dengan mudah. Ia dapat diluruskan,
dibengkokkan ke atas, ke bawah, ke kanan maupun ke kiri. Lidah pun dapat dilipat horizontal maupun vertikal. Begitulah
lidah.
Gambaran mengenai lidah yang dapat digerakkan kesegala arah dengan mudah tersebut menyiratkan arti bahwa
lidah dapat dengan mudah mengucapkan segala kata. Ia dapat mengucapkan perkataan yang lurus berupa kebenaran,
maupun perkataan perkataan bengkok yang menyimpang dari kebenaran, seperti dusta, ghibah, fitnah, dan lain-lain.
Dalam ungkapan yang lain juga dikatakan bahwa, “Lidah itul lebih tajam dari sebilah pedang”. Benarkah
bahwa lidah yang lembek itu lebih tajam dari sebilah pedang?
Coba kita renungkan sejenak…
Dengan menggunakan sebilah pedang yang tajam, bahkan yang paling tajam sekalipun seseorang hanya dapat
membunuh seorang manusia lainnya hanya sekali saja. Setelah manusia itu mati, maka tidak mungkin dengan pedang
itu ia dapat membunuhnya kembali untuk yang kedua kalinya. Namun, dengan lidah seseorang dapat membunuh
seorang manusia lainnya setiap hari. Bahkan dalam sehari, seorang manusia dapat terbunuh berkali-kali oleh ganasnya
lidah. Lidah dapat membunuh seseorang berkali-kali dengan cara memfitnah. Itulah mengapa akhirnya timbul istilah,
“Sesungguhnya fitnah itu adalah lebih kejam daripada pembunuhan”.
Fitnah akan menghancurkan kehidupan seseorang. Fitnah merobek-robek harga diri seseorang. Fitnah menginjak-injak
kehormatan seseorang. Fitnah menghancurkan segala sesuatu yang ada pada seseorang. Dan fitnah membuat
seseorang hidup dalam kematian.
Itulah salah satu bahaya lidah yang tidak terkontrol dengan baik. Lidah yang tidak dikontrol dengan baik akan
melontarkan kata-kata negatif yang tidak akan pernah diketahui seberapa besar efeknya terhadap orang lain maupun
terhadap dirinya sendiri kelak. Demikian pula dengan lidah yang terkontrol dengan baik, yang selalu melontarkan kata-
kata ma’ruf. Tidak akan pernah diketahui pula seberapa besar efek positif dari ucapan tersebut akan dapat
mempengaruhi orang lain, dan seberapa besar pula balasan yang akan kita terima kelak. Hal ini senanda dengan sabda
Rasulullah saw yang berbunyi:
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt yang ia tidak mengira yang akan
mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah swt keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat.
Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah swt
mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat." (HR. Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan
oleh Ibnu Majah)
Untuk itu, sudah sepatutnyalah bagi setiap umat muslim yang beriman agar senantiasa menjaga lidahnya setiap saat.
Berbicaralah dengan hati-hati, jangan sampai lepas kendali. Selalulah berupaya untuk senantiasa mengontrol lidah
hanya untuk mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau menyakiti. Karena, meskipun kita
tidak pernah tahu mengenai apa dan seberapa besar balasan yang akan diberikan Allah swt kepada kita, namun kita
harus yakin bahwa Allah swt selalu memberikan ganjaran yang setimpal. Tidak ada amalan sekecil apapun yang tidak
akan mendapatkan balasan dari Allah swt, sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8, yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”
(QS. Al Zalzalah : 7-8)
Dan hendaknya kita pun senantiasa mengingat akan satu firman Allah swt yang artinya:
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS.
Qaaf : 18)
Dalam surat Qaaf tersebut jelas sekali bahwa setiap patah kata yang terucap dari mulut kita dicatat oleh malaikat Allah
swt yang tidak pernah berdusta maupun korupsi untuk menyembunyikan keburukan maupun kebaikan perkataan
seorang manusia dari Allah swt. Dan andaipun hal itu terjadi, maka sesungguhnya “inna
robbakalbilmirshood”, “sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mengawasimu”. Maka tidak akan ada
sedikitpun kata yang akan terlewat dari pendengaran Allah swt.
Untuk itu, hendaknya kita mengetahui bagaimanakah Islam mengajarkan tata cara dalam berbicara yang baik, sehingga
kita tidak akan terjerumus dalam limbah dosa yang disebabkan oleh lidah kita, baik secara sengaja maupun tidak
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35
2. disengaja. Ingatlah bahwa segala sesuatu itu ada ilmunya, dan Islam adalah agama yang memiliki aturan atas setiap
aktivitas kehidupan umatnya, dari masalah-masalah yang kecil hingga masalah-masalah yang besar. Maka sudah
menjadi kewajiban umat muslimlah untuk terus menuntut dan memperdalam ilmu Islam agar tidak salah dalam
melangkah, agar tidak salah dalam berucap.
Lidah adalah salah satu perangkat tubuh yang sangat vital bagi manusia, sekaligus salah satu perangkat tubuh yang
juga dapat menjerumuskan seorang manusia dalam murka dan azab Allah swt yang sangat pedih. Maka dari itu kita
harus mampu untuk mengontrol gerak lidah dengan baik. Untuk mengontrol lidah agar tidak berbicara dalam
kemungkaran, Islam telah memberikan aturannya dengan jelas yang kemudian disebut dengan adab berbicara. Menurut
kacamata Islam, adab berbicara memiliki beberapa poin yang jika direalisasikan insya Allah akan mengontrol lidah agar
senantiasa berbicara dalam kebaikan dan menghindari ucapan-ucapan atau pembicaraan yang berbau maksiat,
sebagaimana firman Allah swt yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab : 70). Berikut adalah poin-poin yang terdapat di dalam adab
berbicara tersebut:
1. Berpikir sebelum berbicara
Hendaknya, segala sesuatu yang kita ucapkan merupakan kalimat atau kata-kata yang merupakan hasil pemikiran dan
renungan dari dalam hati nurani, bukan merupakan kata-kata yang terlontar sembarangan. Pikirkanlah apakah ucapan
yang akan akan disampaikan merupakan sebuah kebenaran dan kebaikan atau bukan. Tanyakan terlebih dahulu pada
hati nurani, apakah ucapan yang akan dilontarkan berbau maksiat atau tidak. Dan tentunya, pemikiran serta perenungan
tersebut pun harus dilandaskan pada prinsip-prinsip Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar. Hendaknya, kalimat
atau kata yang kita ucapkan mengandung nilai-nilai kebaikan. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah saw berikut:
"Dalam Islam mengajak umat agar senantiasa menjaga lisan. Dengan begitu, lisan menjadi selalu digunakan untuk
sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan kehendak Allah swt. Rasulullah SAW bersabda, "Lisan orang yang
berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya.
Apabila ada manfaat baginya, ia berbicara dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang
yang bodoh berada di mulut, ia berbicara sesuai apa saja yang ia maui." (HR. Bukhari-Muslim).
Berkata yang baik juga merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah swt. Maka jika ada seseorang yang
mengaku beriman kepada kepada Allah swt namun masih suka mengucapkan kata-kata kotor, dusta, masih gemar
bergossip, suka memfitnah, serta perkataan-perkataan berbau maksiat dan kemungkaran yang lain, bisa dikatakan
bahwa imannya masih pincang atau cacat.
Sekiranya kita tidak mampu untuk berbicara yang baik, atau kita merasa bibir ini gatal manakala mendengar orang
bergossip, maka sebaiknya menjauhlah dari hal-hal tersebut. Jangan turut mendengarkan, yang akan memancing kita
untuk turut serta. Rasulullah saw bersabda:
"Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam." ( HR. Bukhari
dan Muslim )
Inti pada poin pertama ini adalah, hendaknya pembicaraan selalu berada dalam lingkaran kebaikan, bukan merupakan
pembicaraan yang mengandung kemaksiatan atau kemungkaran.
Mengenai perintah untuk selalu berbicara dalam kebaikan ini, Allah swt juga telah menegaskan melalui firman-Nya di
dalam Al Quran, yang artinya:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,” (QS. Al Mu’minun
: 1-3)
Di dalam surat yang lain, Allah swt juga berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia.” (QS. An Nisa
: 114)
2. Berbicara dengan jelas dan tidak bertele-tele
Islam menganjurkan umatnya untuk selalu berbicara dengan jelas sehingga dapat dipahami dengan baik oleh semua
yang mendengarkan. Hindari kebiasaan berbicara bertele-tele yang dapat menyebabkan pendengar justru menjadi tidak
mengerti maksud yang akan disampaikan. Selain itu, pembicaraan yang bertele-tele juga akan menimbulkan kejenuhan
dan rasa tidak nyaman kepada pendengar, dan akhirnya pembicaraan itu dapat menghilangkan keihklasan dari
pendengar. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda: “Bahwasanya perkataan Rasulullah saw itu selalu jelas
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35
3. sehingga bias dipahami oleh semua yang mendengar.” (HR. Abu Daud)
Dalam hadist lain, Rasulullah saw juga telah berkata, “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling
jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan:
Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka
jawab nabi saw: “Orang-orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi dan dihasankannya)
Ucapan yang jelas dan tidak bertele-tele akan meminimalisir terjadinya kesalah pengertian pihak pendengar dalam
menangkap dan mengartikan maksud dari si pembicara. Ucapan yang jelas di sini tentunya juga mengandung
pengertian tidak terlalu cepat, sehinga kata perkata dapat terdengar dengan baik oleh pendengar.
3. Tidak mengucapkan kebathilan
Salah satu yang juga termasuk di dalam adab berbicara adalah menghindarkan diri dari perkataan yang bathil, yaitu
membicarakan kebathilan tanpa tujuan yang dibenarkan syariat.
Banyak sekali manusia yang terjerumus dalam perkara yang satu ini. Dan sebagian besar penyebabnya adalah karena
mereka menganggap sepele terhadap apa yang akan dan telah mereka ucapkan. Ketika mereka mengucapkan satu
kebathilan, sebenarnya hati kecil mereka mengerti bahwa ucapan tersebut tidak baik. Namun, seolah ada bisikan kecil
yang menyusup ke dalam hati, kemudian berkata lirih namun begitu dahsyat pengaruhnya, “Halah…Cuma
gitu aja!”, “Itu mah masalah sepele…!”, “Halah…Cuma bercanda kok!”, dan
sebagainya. Bisikan-bisikan semacam itulah yang akhirnya membuat seseorang dengan PD-nya (Percaya Diri), tanpa
rasa bersalah maupun berdosa mengucapkan kebathilan tersebut.
Sungguh, merugilah orang-orang yang sampai saat ini masih mempertahankan dan mengikuti bisikan-bisikan semacam
itu. Apakah mereka berpikir bahwa Allah swt memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya yang dhoif itu? TIDAK! Allah
swt adalah Zat yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna, mustahil bagi-Nya disamai oleh makhluk-Nya dalam hal apapun.
Ketahuilah, bahwa bisa jadi Allah swt menganggap sepele terhadap sesuatu yang kita anggap besar. Dan sebaliknya,
bisa jadi Allah swt menganggap besar terhadap sesuatu yang kita anggap sepele. Karena hanya Dia-lah yang Maha
Tahu atas segala sesuatu, hanya Dia-lah yang Maha Benar. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt yang ia tidak mengira yang akan
mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah swt keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat.
Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah swt
mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat." (HR. Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan
oleh Ibnu Majah)
Cobalah renungkan sejenak sabda Rasulullah saw diatas, betapa perkataan yang dianggap sepele tersebut ternyata
dapat menjerumuskan seseorang ke dalam murka Allah sw hingga datangnya hari kiamat kelak.
4. Tidak berkata keji dan mencela
Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.”
(HR. Tirmidzi dengan sanad shahih)
Dengan kata lain, hadits di atas mengatakan bahwa orang-orang yang beriman adalah orang-oran yang selalu berbicara
dalam kebaikan. Atau dapat juga dikatakan bahwa orang-orang yang suka berkata keji itu bukanlah termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang beriman. Untuk itu, jika seseorang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepada Allah swt
maka tidak ada lagi kata-kata keji yang akan terlontar dari mulutnya. Seseorang yang beriman akan selalu berusaha
dengan keras untuk menahan nafsu yang selalu mengajaknya untuk emosi dan akhirnya mengeluarkan kata-kata yang
keji atau kotor, menjauhi kebiasaan mencela yang dapat menyakiti hati orang lain.
5. Tidak sombong dan banyak berbicara
Hindarilah kebiasaan terlalu banyak bicara, karena hal ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi pendengarnya.
Keingingan kita untuk menyampaikan sesuatu hendaknya dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak
terlalu bertele-tele. Pendengar yang sudah dikuasai oleh kejenuhan dapat kehilangan konsentrasi yang akhirnya tidak
dapat menyerap isi dari perkataan si pembicara.
“Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai
abu Abdurrahman (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu
Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan
kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi saw dan beliau menjawab kuatir membosankan kami
.“ (HR. Muttafaq ‘alaih)
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35
4. Janganlah bersikap sok pintar yang seolah-olah mengerti akan banyak hal. Sikap sok pintar dan ingin dipuji sebagai
orang yang pandai atau memiliki banyak ilmu pengetahuan akan membuat seseorang menjadi terlalu banyak berbicara.
Dan hal ini justru tidak akan menimbulkan pujian dari pendengar, melainkan akan menimbulkan rasa bosan dan kesal
kepada si pendengar. Sikap sok pintar merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah saw,
sebagaimana dinyatakan di dalam hadits Jabir ra:
"Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang
banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para shahabat bertanya: Wahai
Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-
Albani) 6. Menghindari dusta
Salah satu perkataan yang banyak menimbulkan kerugian adalah dusta. Dusta dapat menimbulkan kerugian bagi orang
lain maupun diri sendiri. Memutar balikkan fakta, yang benar dapat dikatakan salah dan yang salah dapat dikatakan
benar. Besar sekali kerugian orang yang terkena efek dusta ini. Seseorang bisa dijebloskan ke dalam penjara yang akan
menghancurkan nama baik, pekerjaan, kuliah, sekolah, masa depan dan kehidupannya karena kesaksian palsu yang
dibuat. Dusta merupakan salah satu perkataan yang wajib dihindari oleh umat muslim yang beriman. Karena, dusta
merupakan salah satu dari tiga tanda orang munafik, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia
khianat.” (HR. Bukhari)
Ingatlah, bahwa Rasulullah saw telah memberikan jaminan surga bagi mereka yang senantiasa menghindari dusta. Hal
ini tertuang dalam salah satu hadistnya yang artinya:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah
ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi
yang baik akhlaqnya.” (HR. Abu Daud)
7. Menghindari ghibah, menceritakan aib orang lain, dan panggilan yang buruk
Salah satu perkataan yang memiliki dampak negatif yang cukup besar adalah ghibah. Ghibah atau menggunjing
merupakan perbuatan tercela yang dapat menghancurkan ikatan persaudaraan. Maka dari itu, kejahatan ghibah ini
hendaknya tidak dibiarkan terus menggerogoti persatuan umat Islam. Selalu hindarkan diri dari ghibah atau menggunjing
yang akan mengancurkan ukhuwah Islamiyah bahkan ukhuwah insaniyah kita.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu
yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa
yang diceritakan itu benar ada padanya ?” Rasulullah saw menjawab, “Kalau memang benar ada padanya,
itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim,
Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah saw juga berkata, “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian
saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah
kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR.
Muttafaq ‘alaih)
Orang-orang yang suka menggunjing itu diibaratkan sebagai orang yang hobi memakan daging dari tubuh saudaranya
yang sudah mati, memakan bangkai saudaranya. Hal ini telah di nyatakan oleh Allah swt dengan jelas melalui firman-
Nya di dalam Al Quran yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu
adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Selain itu, Allah swt juga melarang hamba-Nya untuk membicarakan aib orang lain, mencela, memperolok-olok,
memanggil saudaranya dengan panggilan atau gelar-gelar yang buruk. Dapat kita temui di masa sekarang, dikalangan
ABG dan muda-mudi, betapa panggilan dengan sebutan yang buruk ini justru telah menjadi trend yang berkembang
dengan pesat. Padahal Allah swt telah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
[yang diolok-olok] lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-
wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35
5. janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-
buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (QS. Al Hujurat : 11)
Rasulullah saw juga telah bersabda, “Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya
di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Aib dan rahasia saudara kita yang telah kita ketahui merupakan salah satu amanah yang harus tetap kita jaga
kerahasiaannya. Tidak patut bagi seorang muslim untuk menceritakan aib dan rahasia saudaranya, sebagaimana sabda
Rasulullah saw:
“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk
menjaganya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
Perlu juga diketahui bahwa di dalam Islam ada beberapa jenis Ghibah yang diperbolehkan, namun masalah ini insya
Allah akan dibahas dalam artikel selanjutnya.
8. Meminimalisir canda dan tawa
Canda dan tawa itu memang penting sebagai penyegar dalam kehidupan manusia. Hanya saja Allah swt tidak
menyukai canda dan tawa yang berlebihan. Kelak di hari kiamat, Allah swt memandang orang-orang yang suka tertawa
dan bercanda serta membuat orang lain tertawa dengan berlebihan sebagai seburuk-buruk manusia.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah swt di hari Kiamat kelak ialah orang
yang suka membuat manusia tertawa.” (HR. Bukhari)
Jika dengan membuat orang tertawa dengan berlebihan saja telah menjadikan orang tersebut sebagai seburuk-buruk
manusia di sisi Allah swt, lalu bagaimana lagi dengan mereka yang membuat kebohongan untuk membuat orang lain
tertawa terbahak-bahak?
9. Menjauhi perdebatan sengit
Perdebatan adalah salah satu tindakan yang memang sangat sulit untuk dihindari di masa seperti sekarang ini, dimana
Islam sendiri telah terpecah menjadi banyak aliran. Hal itu masih ditambah lagi dengan adanaya bisikan syaithan yang
biasa disebut dengan “Gengsi”, yang kini telah merajai sebagian besar hati umat Islam. Jika salah satu
aliran berkata begini, maka… Gengsi Dong bagi aliran lain jika tidak menanggapinya. Jika satu aliran merasa
bahwa pendapat aliran yang lain tidak sesuai, maka…Gengsi bagi alirannya jika tidak menyanggah dan
mengeluarkan pendapatnya. Hal-hal semacam inilah yang akhirnya membuka peluang untuk terjadinya perdebatan
sengit, perdebatan yang bukan bertujuan untuk mencari sebuah solusi, tapi perdebatan yang bertujuan untuk
mempertahankan pendapat pribadi atau aliran masing-masing. Sebuah perdebatan yang hanya bertujuan untuk
mempertahankan Gengsi-nya masing-masing. Sebuah perdebatan yang hanya akan menimbulkan perpecahan. Padahal
Rasulullah saw telah bersabda:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak
berdebat.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Memang bukanlah hal yang mudah untuk menghindari terjadinya suatu perdebatan, manakala kita mendengar sebuah
pendapat yang tidak sesuai dengan pengetahuan yang telah kita dapatkan, terlebih lagi jika pendapat itu tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip yang kita miliki. Namun, itulah perjuangan fiisabilillah, harus ada godaan dan tantangannya.
Ingatlah, bahwa Rasulullah saw telah menjamin surga bagi orang-orang yang dapat menghindarkan diri dari perdebatan.
Bukankah surga itu jauh lebih baik daripada mendapatkan kepuasan karena telah memenangkan sebuah perdebatan
yang hanya akan menjatuhkan suatu pihak dan akhirnya menimbulkan perpecahan? Rasulullah saw telah bersabda:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah
ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi
yang baik akhlaqnya.” (HR. Abu Daud)
10. Mengulangi kata-kata yang penting
Jika memang dirasa perlu, maka diperbolehkan mengulangi kata-kata yang memang dianggap penting. Tentunya hal ini
akan lebih baik daripada pendengar tidak menangkap dan memahami ucapan si pembicara dengan baik. Insya Allah
dengan mengulangi kata-kata yang memang di anggap penting juga dapat meminimalisir resiko kesalah pahaman
diantara kedua belah pihak (pendengar dan pembicara).
Anas ra telah berkata : “adalah Rasulullah saw jika berbicara maka beliau mengulanginya sampai tiga kali
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35
6. sehingga semua yang mendengarkannya menjadi paham, dan apabila Rasulullah saw mendatangi rumah seseorang
maka ia pun mengucapkan salam sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)
11. Berhati-hati dan adil dalam memuji
Kalau mau jujur, maka niscaya tidak ada seseorang yang tidak suka terhadap pujian. Setiap orang pasti senang dan
berbunga-bunga manakala mendapatkan sebuah pujian. Namun, Islam dengan bijaksananya telah mengingatkan
umatnya untuk senantiasa berhati-hati kepada mereka yang suka mengumbar pujian.
Memang, pujian itu senantiasa terdengar indah dan manis. Dan hal itulah yang telah banyak membuat manusia lalai.
Satu contoh kasus, satu ketika ada seorang pemuda muslim yang sangat zuhud, ahli ibadah, dan sangat istiqomah
dengan sholat berjamah. Tanpa sadar, lama kelamaan kezuhudan dan keistiqomahannyapun berubah haluan. Yang
tadinya hanya ditujukan kepada Allah swt, sekarang mengarah kepada sombong, riya, ujub, dan sebagainya. Hal ini
terjadi tanpa ia sadari setelah ia mendengar dari rekannya bahwa ada seorang gadis muslimah yang memuji
ketaatannya tersebut. Sejak itu, ia pergi ke masjid agar gadis tersebut tetap takjub kepadanya. Ia pergi ke masjid karena
malu kepada gadis itu seandainya sang gadis tahu bahwa ia telah absen dari sholat berjamaah.
Di sini kita dapatkan sisi negatif dari sebuah pujian. Untuk itu, berhati-hatilah dalam menerima maupun memberikan
pujian. Janganlah memuji seseorang dengan berlebihan. Jangan sampai pujian yang kita berikan justru akan
menjerumuskan seseorang ke dalam jurang kehancuran. Jangan sampai pujian yang diberikan orang kepada kita justru
akan menjauhkan kita dari Allah swt.
Dari Abdurrahman bin abi Bakrah dari bapaknya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut,
maka kata nabi saw: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan
saudaramu!” (Rasulullah saw mengucapkannya hingga dua kali), lalu Rasulullah saw berkata: “Jika ada
seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga Allah mencukupkannya,
kami tidak mensucikan seorangpun disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR. Muttafaq
‘alaih)
Mengingat besarnya bahaya yang tersembunyi dari sebuah pujian, maka dalam suatu riwayat dikatakan bahwa
Rasulullah saw memerintahkan untuk menaburkan pasir ke wajah orang yang suka mengumbar pujian.
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad
bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata:
Nabi sawmemerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji.” (HR. Muslim)
12. Berbicaralah dengan tenang
Berbicara dengan tenang dan tidak tergesa-gesa merupakan salah satu adab dalam berbicara yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah saw. Kata-kata atau kalimat yang diucapkan dengan tenang, tentunya akan lebih jelas, enak didengar,
dan mudah dimengerti daripada kata-kata atau kalimat yang diucapkan dengan tergesa-gesa, apalagi tanpa jeda.
Aisyah ra berkata: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan,
sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya." (Mutta-faq'alaih).
13. Tidak membicarakan semua yang telah didengar
Tidaklah pantas bagi seorang mukmin untuk membicarakan segala sesuatu yang telah ia dengar. Karena, mungkin saja
di dalam perkataan yang telah ia ucapkan tersebut terdapat rahasia dan aib orang lain, yang orang tersebut tidak
menginginkan aib atau rahasianya dibeberkan. Dan dikhawatirkan, bahwa apa yang telah didengar itu merupakan suatu
kebohongan, yang jika diceritakan kepada orang lain maka artinya ia pun telah berperan dalam penyebar luasan suatu
kebohongan. Itulah mengapa Rasulullah saw telah mengatakan bahwa membicarakan segala sesuatu yang didengar
merupakan dosa.
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia
membicarakan semua apa yang telah ia dengar". (HR. Muslim)
14. Tidak memotong maupun memonopoli pembicaraan
Berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan ide, opini, dan unek-uneknya. Jangan memonopoli
pembicaraan dan membuat orang lain menjadi pendengar setia anda. Sikap memonopoli pembicaraan dapat
menyinggung perasaan pendengar, karena ia merasa dianggap bodoh dan tidak tahu apa-apa. Dan yang sudah tentu
tidak dapat dihindari dari si pendengar adalah kejenuhan.
Tunggulah hingga lawan bicara menyelesaikan pembicaraannya, jangan menyela atau memotong ucapannya. Tentunya
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35
7. hal ini akan membuat kesal dan tersinggung lawan bicara. Anda akan dianggap tidak memiliki etika jika memotong
pembicaraan seseorang.
Janganlah menganggap remeh apa yang telah disampaikan oleh lawan bicara. Dan jangan pula memandang rendah
kepada lawan bicara. Tanggapi semua opini dan ucapan lawan bicara dengan baik.
Demikianlah Islam telah mengatur etika atau adab-adab dalam berbicara agar pembicaraan tidak menjadi sebuah media
yang akan menjerumuskan seseorang dalam kubangan dosa, namun menjadi media yang akan membawa seseorang
dan umat menuju rahmat dan surganya Allah swt.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan memberikan barokah bagi kita semua. Amin.Artikel ini juga dapat di baca di
www.syahadat.com
www.lingkarcahaya.com
http://www.lingkarcahaya.com Powered by Joomla! Generated: 4 May, 2009, 18:35