PPT berisi tentang hadist arbain ke 12. berisi tentang penjelasan hadits yang lebih dalam dan bagaimana cara untuk terhindar dari hal hal yang tidak bermanfaat.
pada PPT ditambahkan pula hadist dan ayat yang menunjang penjelasan
bahan PPT bersumber dari beberapa sumber
4. Mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi
larangan-larangan. Dan ini adalah tingkatan golongan
yang pertengahan.
“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri,
di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah.” (QS. Fathir: 32)
Orang yang baik keislamannya adalah golongan
pertengahan yang mengerjakan kewajiban-kewajiban dan
sebagian yang sunah, serta meninggalkan semua hal-hal
yang diharamkan.
KAPANKAH
KEISLAMAN
SESEORANG
DIANGGAP BAIK
????
5. Jika ia telah mencapai tingkatan ihsan
Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
“Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya. Seandainya engkau tidak mampu,
ketahuilah bahwasanya Dia itu melihatmu.”
(HR. Muslim no: 93)
KAPANKAH
KEISLAMAN
SESEORANG
DIANGGAP BAIK
????
6. Kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat,
masing-masing orang berbeda-beda
tingkatannya. Besarnya pahala dan keutamaan
seseorang tergantung tingkatan kebaikan
keislaman dia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka
setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat
(pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali
lipat.”
(HR. Bukhari no: 42)
KAPANKAH
KEISLAMAN
SESEORANG
DIANGGAP BAIK
????
7. Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim,
bisa berbentuk perkataan bisa juga berbentuk
perbuatan. Jadi setiap perkataan dan perbuatan
yang tidak ada manfaatnya baik itu untuk
kepentingan ukhrawi seorang muslim ataupun untuk
kepentingan duniawinya, seharusnya dia tinggalkan
agar keislamannya menjadi baik
(Lihat: Syarh al-Arba’in Haditsan an-Nawawiyah, oleh
Imam Nawawi hal: 40)
KESIMPULAN
8. Bagaimana kita bisa
mengetahui apakah sesuatu itu
termasuk bermanfaat bagi
kita atau tidak?
Apakah standar dan patokan
yang kita gunakan untuk
menentukan suatu perbuatan
itu termasuk bermanfaat bagi
seorang muslim atau tidak?
9. Ketahuilah bahwa standar yang harus kita gunakan
dalam masalah ini adalah syariat dan bukan hawa
nafsu. Mengapa? Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjadikan “meninggalkan suatu hal yang tidak
bermanfaat” sebagai tanda dari kebaikan keislaman
seseorang. Ini menunjukkan bahwa patokan yang
harus kita gunakan dalam menilai bermanfaat
tidaknya suatu perbuatan adalah syariat Islam.
10. Maksiat atau hal-hal yang diharamkan oleh Allah
ta’ala.
Dan ini hukumnya wajib untuk ditinggalkan oleh
setiap manusia. Karena dia bukan hanya tidak
bermanfaat, tapi juga membahayakan diri sendiri,
baik di dunia maupun di akhirat.
Di antara bahaya yang ditimbulkan maksiat di
dunia adalah: mengerasnya hati dan menghitam,
hingga cahaya yang ada di dalamnya padam.
Akibatnya, dia pun menjadi buta jadi tidak bisa
membedakan mana yang haq dan mana yang
batil
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT
11. “Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan
ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi
jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya
akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika
ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus
bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding
penutup yang Allah sebutkan dalam ayat (Sekali-kali
tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka
kerjakan itu menutup hati mereka)”
(QS.al-Muthaffifin: 14)
(HR Tirmidzi dan Ibn Majah serta dihasankan oleh
Syaikh Al Albani)
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT
12. Hal-hal yang dimakruhkan dalam agama dan berlebih-lebihan
dalam mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan agama namun
sama sekali tidak mengandung manfaat
Di antara yang harus mendapat porsi terbesar adalah masalah
lisan.
Imam an-Nawawi menasihatkan, “Ketahuilah, seyogianya setiap
muslim berusaha untuk selalu menjaga lisannya dari segala macam
bentuk ucapan, kecuali ucapan yang mengandung maslahat. Jikalau
dalam suatu ucapan, maslahat untuk mengucapkannya dan
maslahat untuk meninggalkannya adalah sebanding, maka yang
disunnahkan adalah meninggalkan ucapan tersebut. Sebab
perkataan yang diperbolehkan terkadang membawa kepada
perkataan yang diharamkan atau yang dimakruhkan. Dan hal itu
sering sekali terjadi. Padahal keselamatan (dari hal-hal yang
diharamkan atau dimakruhkan) adalah sebuah (mutiara) yang tidak
ternilai harganya.” (Riyadh ash-Shalihin, hal: 483)
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT
13. Imam Ibnu Hibban berpetuah, “Orang yang berakal seharusnya lebih
banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu
menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut
hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada
berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat
perkataan yang ia ucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah
membawa penyesalan. (Perlu diketahui pula) bahwa menarik diri dari
perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada
mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya
jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan
menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk
mengontrol kata-katanya
Raudhah al-‘Uqala wa Nuzhah al-Fudhala, hal: 45, dinukil dari Rifqan Ahl
as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, oleh
Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafidzhahullah, hal 31)
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT
14. Banyak orang meremehkan perkataan-perkataan yang
terlepas dari lisannya, serta tidak mempedulikan dampak
baik buruknya. Padahal jauh-jauh hari Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memperingatkan,
“Seringkali seorang hamba mengucapkan suatu perkataan
yang tidak ia pikirkan dampaknya, padahal ternyata
perkataan itu akan menjerumuskannya ke neraka yang
dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”
(HR. Bukhari, no: 6477, dan Muslim, no: 7407)
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT
15. Menyibukkan diri mengurusi kesalahan orang lain,
dan lupa untuk membenahi diri sendiri
“Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan)
kebaikan, sedang kalian melupakan diri (kewajiban)mu
sendiri, padahal kalian membaca al-Kitab (Taurat).
Maka tidakkah kalian berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Oleh sebab itu, hendaknya kita senantiasa berusaha
membenahi diri sendiri sebelum berusaha membenahi
orang lain. Jikalau telah beristiqamah (dalam
kebaikan), lantas kita berusaha untuk memadukan
antara penerapan ajaran agama Allah dalam diri
sendiri dengan usaha untuk mendakwahi orang lain
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT
16. Mungkin ada sebagian yang menganggap bahwa
meninggalkan hal yang tidak bermanfaat berarti
meninggalkan pula amar makruf nahi mungkar.
Jawabnya, tidaklah demikian. Bahkan mengajak kepada
kebaikan dan melarang dari suatu yang mungkar termasuk
hal yang bermanfaat. Karena Allah Ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104)
PERKARA YANG
TIDAK
BERMANFAAT