1. Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi diare, yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang merusak sel-sel usus dan mengganggu absorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan peningkatan cairan di usus dan diare.
2. Jika diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi berat, asidosis metabolik, dan gangguan sirkulasi darah sehingga menimbulkan resiko syok.
3. T
Pasien wanita berusia 35 tahun dengan keluhan nyeri dan panas di perut bagian bawah saat buang air kecil selama 3 hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan sensitivitas di area suprapubik dan hasil laboratorium mengindikasikan infeksi saluran kemih.
Glaukoma adalah neuropati optik kronik yang ditandai dengan pencekungan diskus optik dan penyempitan lapangan pandang yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular seperti produksi cairan akueus, resistensi aliran, dan tekanan vena episklera. Glaukoma dapat dibedakan menjadi primer, kongenital, dan sekunder berdasarkan etiologinya. Diagnosis gl
1. Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi diare, yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang merusak sel-sel usus dan mengganggu absorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan peningkatan cairan di usus dan diare.
2. Jika diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi berat, asidosis metabolik, dan gangguan sirkulasi darah sehingga menimbulkan resiko syok.
3. T
Pasien wanita berusia 35 tahun dengan keluhan nyeri dan panas di perut bagian bawah saat buang air kecil selama 3 hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan sensitivitas di area suprapubik dan hasil laboratorium mengindikasikan infeksi saluran kemih.
Glaukoma adalah neuropati optik kronik yang ditandai dengan pencekungan diskus optik dan penyempitan lapangan pandang yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular seperti produksi cairan akueus, resistensi aliran, dan tekanan vena episklera. Glaukoma dapat dibedakan menjadi primer, kongenital, dan sekunder berdasarkan etiologinya. Diagnosis gl
1. Divertikulitis dan Crohn menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding usus besar yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan eliminasi BAB, dan potensial gangguan nutrisi.
2. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan penyempitan lumen usus besar sehingga dapat mengganggu proses pencernaan dan absorpsi.
3. Asuhan keperawatan berfokus pada mengatasi nyeri, menjaga ke
Dokumen tersebut membahas tentang enterobiasis yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi parasit paling umum yang ditularkan melalui telur cacing yang menyebar lewat udara atau kontak langsung. Gejala umumnya berupa gatal di sekitar anus. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan tinja atau metode pita selotip. Pengobatan yang direkomendasikan adalah pirantel pamoat, mebendazol, atau al
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring darah dan menghasilkan urin, yang kemudian dibawa oleh ureter ke kandung kemih. Kandung kemih menampung urin sebelum dikeluarkan melalui uretra.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
Dokumen tersebut membahas tentang tanda-tanda infeksi yang dapat dirasakan seperti nyeri, panas, pembengkakan, kemerahan, perubahan fungsi jaringan, dan timbulnya nanah. Tanda-tanda tersebut muncul karena respon tubuh berupa peningkatan aliran darah ke area infeksi untuk melawan patogen penyebab infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang seperti USG dan CTG untuk menilai kondisi ibu hamil dan janin. Pemeriksaan fisik meliputi antropometri dan kepala hingga kaki, sedangkan laboratorium meliputi tes darah dan urine untuk mendeteksi hormon kehamilan. USG dan CTG berguna untuk memantau pertumbuhan janin.
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Pasien laki-laki berusia 8 bulan datang dengan keluhan diare selama 12 hari. Pemeriksaan menemukan status gizi kurang, tanda-tanda dehidrasi ringan, dan bakteri pada feses. Diagnosis kerja adalah diare akut virus dengan dehidrasi ringan sedang.
Invaginasi atau intususepsi adalah kondisi dimana bagian usus masuk ke bagian lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi. Gejala klinis utama adalah nyeri perut, massa di abdomen, dan feses berdarah. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik, foto abdomen, USG, dan CT Scan. Pengobatan meliputi reduksi non-operatif maupun operatif dengan insisi, diseksi, dan menutup luka. Komplikasi berupa dehidrasi,
1. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi bakteri H. pylori, konsumsi obat antiinflamasi, alkohol, dan stres.
2. Ulkus peptikum merupakan luka pada lambung atau duodenum yang disebabkan oleh interaksi antara faktor agresif seperti asam dan pepsin dengan melemahnya pertahanan mukosa.
3. Faktor risiko utama ulkus pe
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
Dokumen tersebut membahas tentang ulkus dan gangren diabetikum. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi, penyebab, mekanisme terjadinya, tanda-tanda, dan penatalaksanaan ulkus serta gangren pada pasien diabetes meliputi perawatan luka, amputasi, dan rehabilitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka dan praktik pemasangan bandage. Terdapat informasi mengenai definisi luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, perawatan luka bersih dan kotor, serta teknik pemasangan bandage.
1. Divertikulitis dan Crohn menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding usus besar yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan eliminasi BAB, dan potensial gangguan nutrisi.
2. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan penyempitan lumen usus besar sehingga dapat mengganggu proses pencernaan dan absorpsi.
3. Asuhan keperawatan berfokus pada mengatasi nyeri, menjaga ke
Dokumen tersebut membahas tentang enterobiasis yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi parasit paling umum yang ditularkan melalui telur cacing yang menyebar lewat udara atau kontak langsung. Gejala umumnya berupa gatal di sekitar anus. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan tinja atau metode pita selotip. Pengobatan yang direkomendasikan adalah pirantel pamoat, mebendazol, atau al
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring darah dan menghasilkan urin, yang kemudian dibawa oleh ureter ke kandung kemih. Kandung kemih menampung urin sebelum dikeluarkan melalui uretra.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
Dokumen tersebut membahas tentang tanda-tanda infeksi yang dapat dirasakan seperti nyeri, panas, pembengkakan, kemerahan, perubahan fungsi jaringan, dan timbulnya nanah. Tanda-tanda tersebut muncul karena respon tubuh berupa peningkatan aliran darah ke area infeksi untuk melawan patogen penyebab infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang seperti USG dan CTG untuk menilai kondisi ibu hamil dan janin. Pemeriksaan fisik meliputi antropometri dan kepala hingga kaki, sedangkan laboratorium meliputi tes darah dan urine untuk mendeteksi hormon kehamilan. USG dan CTG berguna untuk memantau pertumbuhan janin.
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Pasien laki-laki berusia 8 bulan datang dengan keluhan diare selama 12 hari. Pemeriksaan menemukan status gizi kurang, tanda-tanda dehidrasi ringan, dan bakteri pada feses. Diagnosis kerja adalah diare akut virus dengan dehidrasi ringan sedang.
Invaginasi atau intususepsi adalah kondisi dimana bagian usus masuk ke bagian lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi. Gejala klinis utama adalah nyeri perut, massa di abdomen, dan feses berdarah. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik, foto abdomen, USG, dan CT Scan. Pengobatan meliputi reduksi non-operatif maupun operatif dengan insisi, diseksi, dan menutup luka. Komplikasi berupa dehidrasi,
1. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi bakteri H. pylori, konsumsi obat antiinflamasi, alkohol, dan stres.
2. Ulkus peptikum merupakan luka pada lambung atau duodenum yang disebabkan oleh interaksi antara faktor agresif seperti asam dan pepsin dengan melemahnya pertahanan mukosa.
3. Faktor risiko utama ulkus pe
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
Dokumen tersebut membahas tentang ulkus dan gangren diabetikum. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi, penyebab, mekanisme terjadinya, tanda-tanda, dan penatalaksanaan ulkus serta gangren pada pasien diabetes meliputi perawatan luka, amputasi, dan rehabilitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka dan praktik pemasangan bandage. Terdapat informasi mengenai definisi luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, perawatan luka bersih dan kotor, serta teknik pemasangan bandage.
Dokumen tersebut membahas berbagai gangguan mata dan asuhan keperawatannya. Gangguan-gangguan mata yang dijelaskan antara lain kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, katarak, uvea, sirkulasi humor, dan retina. Dokumen juga menjelaskan penatalaksanaan untuk setiap gangguan serta contoh kasus dan pengkajian pasien.
1. Skleroderma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan fibrosis kulit serta keterlibatan organ internal seperti paru, saluran cerna, jantung dan ginjal.
2. Skleroderma dapat bermanifestasi sebagai skleroderma lokal atau morfea yang hanya melibatkan kulit secara terbatas, atau skleroderma sistemik atau sklerosis sistemik yang melibatkan organ internal.
3. Gejala klinis skleroderma lokal ant
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit yang dapat menyebabkan limping pada anak usia 4-9 tahun seperti Legg-Calvé-Perthes disease dan Juvenile Rheumatoid Arthritis. Legg-Calvé-Perthes disease disebabkan oleh gangguan suplai darah ke epifisis femoral yang mengakibatkan osteonekrosis, sedangkan Juvenile Rheumatoid Arthritis merupakan kondisi inflamasi kronis pada sendi yang disebabkan oleh respon imunologis abnormal."
Bantu pasien mengobati mata sesuai anjuran dokter.
Bantu pasien mengganti balutan mata sesuai jadwal.
Bantu pasien membersihkan mata dari dalam kelopak dengan tisu basah/bola kapas.
Kolaborasi:
Hubungi dokter bila terjadi tanda infeksi seperti demam, nyeri, bengkak, kemerahan,drainase
purulen.
Hubungi dokter bila terjadi komplikasi seperti perdarahan, kejanggalan
Laporan ini membahas tentang kasus Ny. H yang mengalami gejala vertigo. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan vertigo. Termasuk di dalamnya adalah pengkajian awal terhadap aktivitas, sirkulasi, dan integritas ego pasien oleh perawat.
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom Steven Johnson, yaitu sindrom yang mengenai kulit, mukosa, dan mata dengan gejala eritema, vesikel, bula, dan purpura. Dokumen menjelaskan penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan sindrom Steven Johnson yang mencakup pemberian kortikosteroid secara sistemik, antibiotik, infus cairan dan transfusi darah, serta terapi topikal.
Skleroderma adalah penyakit kronik yang mengenai pembuluh darah mikro dan jaringan ikat lunak, menyebabkan fibrosis dan obliterasi pembuluh darah pada berbagai organ. Terdapat dua jenis skleroderma, yaitu lokal yang lebih jarang didapat dan sistemik yang lebih sering menyerang wanita. Komplikasi skleroderma sistemik dapat berupa PAH, RP, dan SRC. Penatalaksanaannya meliputi edukasi, kontrol teratur, dan pen
Retinopati hipertensi merupakan kelainan retina akibat tekanan darah tinggi yang ditandai dengan perubahan pada pembuluh darah retina seperti arteri yang tidak teratur dan eksudat serta perdarahan pada retina. Patogenesisnya meliputi spasme pembuluh darah retina, peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan, serta perubahan pada dinding pembuluh darah seperti penebalan intima, hiperplasia tunika media, dan hialinisasi yang dapat men
Similar to 8. PPT Skleritis Episkleritis_Adinda Sandya P._011923143086.pptx (20)
1. Skleritis dan Episkleritis
Oleh:
DM Adinda Sandya Poernomo - 011923143086
DEPARTEMEN/ SMF ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA
3. Pendahuluan
Inflamasi Sklera at a glance
Inflamasi
Sklera
Skleritis
Anterior
Necrotizing
Dengan
Inflamasi
Tanpa
Inflamasi
Non
Necrotizing
Difus Nodular
Posterior
Episkleritis
Difus Nodular
(All Indian Ophtalmological Society, 2013)
4. Pendahuluan
Anatomi Sklera
(www.emingko.com/2019/04/tahukah-anda-yang-melihat-
bukanlah-mata.html)
SKLERA
• Sklera, yang lebih dikenal sebagai bagian putih
dari mata, adalah jaringan terkeras dari mata
• Sklera bersambung pada bagian depan dengan
sebuah jendela membran yang bening, yaitu
kornea.
• Pada sklera juga terdapat konjungtiva untuk
menjaga kelembapan mata.
• Stoma sklera avascular mendapat suplai darah
dari episklera
• Skleritis lebih banyak terjadi di daerah anterior –
ekuator suplai vascular lbh banyak
6. Pendahuluan
Vaskularisasi Sklera
Plexus
Vaskular
Lokasi Karakteristik
Pembuluh darah
Mobilitas
Pembuluh Darah
Warna (saat
inflamasi)
Clinical Importance
Plexus
conjungtiva
Paling superfisial Arteri : berkelok -
kelok
Vena : lurus
Dapat bergerak
bebas
Merah terang Terjadi kongesti pada
konjungtivitis.
Berespon terhadap
vasokonstriktor
Plexus
episcleral
superficial
Sejajar dengan
capsula tenon
Berbentuk lurus
dengan konfigurasi
radial
Bergera bebas di
bawah lapisan
profundus
Salmon pink Terjadi kongesti pada
episcleritis.
Berespon terhadap
vasokonstriktor
Plexus vascular
profundus
Profundus dari
kapsula tenon
Criss-cross pattern Immobile Keunguan Terjadi kongesti pada
skleritis. Tidak
berespon terhadap
vasokonstriktor
(Majumder & Biswas., 2013)
7. Pendahuluan
Vaskularisasi Sklera
(Majumder & Biswas., 2013)
Perbandingan Vaskularisasi Normal dengan Skleritis dan Episkleritis
Vaskularisasi normal sklera Gangguan vaskularisasi pada skleritis
plexus vascular profundus + edema
sklera
Gangguan vaskularisasi pada
episkleritis
8. Pendahuluan
Skleritis vs Episkleritis
SKLERITIS EPISKLERITIS
Patologi Destruksi jaringan kolagen dan
vascular sklera
Peradangan vascular yang berada
di permukaan sklera
Gejala utama Nyeri hebat yang mengganggu saat
tidur hingga menyebabkan pasien
terbangun
Kemerahan dan iritasi
Kuantitias nyeri Sedang sampai berat Tidak ada atau minimal
Kualitas pembuluh
darah yang
terganggu
Berwarna ungu kemerahan dan
pembuluh darah tidak bisa
digerakkan dengan cotton bud
Berwarna merah cerah dan
pembuluh darah bisa digerakkan
dengan cotton bud
Efek pemberian
vasokonstriktor
Pembuluh darah tidak vasokonstriksi
dengan pemberian 10%
phenylephrine
Pembuluh darah vasokonstriksi
dengan pemberian 10%
phenylephrine
10. Skleritis
Definisi Skleritis
•Skleritis adalah peradangan pada
lapisan sklera yang ditandai dengan
adanya infiltrasi seluler, kerusakan
kolagen, dan perubahan vaskuler
•Dapat terjadi karena adanya
proses imunologis, atau
karena suatu infeksi.
Sering berhubungan dengan
suatu infeksi sistemik atau
suatu penyakit autoimun
(Riordan-Eva, et al., 2008 )
Sumber: http://sehatq.com
11. Skleritis
Etiologi Skleritis
Skleritis Primer
43%
Autoimun
48%
Infeksi dan
Granulomatosa
7%
Lain - lain
2%
Skleritis Primer
Autoimun
Infeksi dan Granulomatosa
Lain - lain
Autoimun (48%)
• Rheumatoid arthritis
• Systemic lupus
erythematosus
• Ankylosing spondylitis
• Reactive arthritis
• Psoriatic arthritis
• Gouty arthritis
• Inflammatory bowel
diseases
• Relapsing polychondritis
• dll
(Sainz et al., 1994)
12. Skleritis
Etiologi Skleritis
Skleritis Primer
43%
Autoimun
48%
Infeksi dan
Granulomatosa
7%
Lain - lain
2%
Skleritis Primer
Autoimun
Infeksi dan Granulomatosa
Lain - lain
Infeksi dan Granulomatosa
(7%)
• Tuberkulosis
• Sifilis
• Sarkoidosis
• Toksoplasmosis
• Herpes simpleks
• Herpes zoster
• Infeksi Pseudomonas
• Infeksi Streptokokus
• Infeksi Stafilokokus
• Aspergilosis
• Leprosi
(Riordan-Eva, et al., 2008 )
13. Skleritis
Etiologi Skleritis
Skleritis Primer
43%
Autoimun
48%
Infeksi dan
Granulomatosa
7%
Lain - lain
2%
Skleritis Primer
Autoimun
Infeksi dan Granulomatosa
Lain - lain
Lain - Lain (2%)
• Atopi
• Sekunder akibat
benda asing, trauma
kimia, atau obat –
obatan
(pamidronate,
alendronate,
risedronate,
zoledronic acid,
ibandronate)
(French & Margo, 2008)
14. Skleritis
Patofisiologi Skleritis
(Wakefield, et al., 2008)
Komplikasi post infeksi / inflamasi
(arthritis, glomerulonephritis, SLE, dll)
Deposit imun kompleks Antigen –
Antibody (Hipersenstivitas tipe III)
Kompleks imun larut dalam sirkulasi
menuju ke sklera
Mengaktifkan neutrofil
mengeluarkan isi granul
Edema sklera & kongesti plexus
episcleral profundus
15. Skleritis
Patofisiologi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Komplikasi post infeksi / inflamasi
(arthritis, glomerulonephritis, SLE, dll)
Deposit imun kompleks Antigen –
Antibody (Hipersenstivitas tipe III)
Kompleks imun larut dalam sirkulasi
menuju ke sklera
Mengaktifkan neutrofil
mengeluarkan isi granul
Edema sklera & kongesti plexus
episcleral profundus
17. • Skleritis yang paling umum terjadi
• Peradangan yang meluas pada permukaan sklera.
• Gejala Klinis :
- Onset subakut (lebih dari 1 minggu)
- Mata sangat nyeri, hingga membuat pasien terbangun dari
tidurnya
- Kemerahan / inflamasi
- Fotofobia
- Edema
- Bola mata terasa lebih keras
- Apabila inflamasi telah menyebar hingga ke trabecular
meshwork peningkatan TIO
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Anterior : Diffuse non necrotizing
Skleritis anterior tipe diffuse non necrotizing
(Majumder & Biswas., 2013)
18. 1. Ditandai dengan adanya satu atau lebih nodul radang yang
eritem, tidak dapat digerakkan, dan nyeri pada sklera
anterior.
2. Sekitar 20% kasus berkembang menjadi skleritis nekrosis
3. Gejala klinis :
• Edema pada sklera yang terlokalisir
• Kongesti vena sklera
• Nodul berwarna merah keunguan, lunak, dan terpisah dari
jaringan episcleral di atasnya
• Tidak terdapat nekrosis dan inflamasi local membedakan
dengan necrotizing anterior dengan inflamasi
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Anterior : Nodular non necrotizing
Skleritis anterior tipe nodular non necrotizing
(Majumder & Biswas., 2013)
19. • Nyeri sedang sampai berat
• Sensasi benda asing
• Kemerahan
• Air mata banyak
• Fotofobia
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Anterior : Nodular non necrotizing
Skleritis anterior tipe nodular non necrotizing
(Majumder & Biswas., 2013)
20. 1. Gejala paling berat dan berpotensi menyebabkan kehilangan
penglihatan
2. Mengikuti penyakit sistemik seperti RA
3. Gejala klinis :
• Nyeri hebat dan lunak pada area yang terdapat inflamasi
4. Pemeriksaan fisik :
• Putih, kongesti, dan avascular pada area yang terdapat
edema.
• Bagian pinggir lebih mengalami inflamasi dibandingkan
tengah
• Sclera menipis dan transparan Jaringan uvea di bawahnya
terlihat
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Anterior : Necrotizing + Inflamasi
Skleritis anterior tipe necrotizing inflammatory
(Majumder & Biswas., 2013)
21. 1. Banyak terjadi pada pasien dengan RA kronis
2. Gejala klinis :
• Tidak didapatkan nyeri
• Inflamasi minimal
• Fase awal : penglihatan kabur (astigmatisma)
• Fase kronis : sklera menipis jaringan uvea yang gelap di
bawahnya menjadi tampak
• Mata beresiko untuk rupture dengan trauma minimal akibat
penipisan dari sklera
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Anterior : Necrotizing tanpa Inflamasi (scleromalacia perforans)
Skleritis anterior tipe necrotizing tanpa
inflammatory/scleromalacia perforans
(Majumder & Biswas., 2013)
22. 1. Inflamasi pada sclera yang terletak posterior dari ora serrata
2. Sering underdiagnosed karena lokasi kelainan terletak di
posterior dan mata seringkali tampak normal
3. Dapat berkaitan dengan scleritis anterior
4. Gejala klinis :
• Nyeri dapat menjalar ke alis dan rahang bawah serta bias
disertai fotofobia namun tidak dominan
• Kehilangan penglihatan
• Gangguan refraksi
• Proptosis dan ptosis serta pasien kadang ditemukan
peningkatan TIO, periorbital edema dan chemosis
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Posterior
23. Funduskopi:
• Massa berbentuk bulat atau pembengkakan pada kutub
posterior
• Exudative retinal detachment
• Choroidal detachment
Skleritis
Klasifikasi Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Skleritis Posterior
Massa berbentuk bulat atau pembengkakan pada
kutub posterior
(Majumder & Biswas., 2013)
Exudative retinal detachment
(Majumder & Biswas., 2013)
24. Skleritis
Pemeriksaan Fisik dan Opthalmologi Skleritis
(Gaeta., 2008)
• Kulit, sendi, jantung, paru
• Curiga adanya penyakit sistemik
Pemeriksaan Fisik Umum
• Visus dapat normal atau menurun
• Gangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior
Pemeriksaan visus (Gaeta, 2008)
• Sklera tampak difus, merah kebiru – biruan
• Setelah inflamasi akan terlihat daerah penipisan sklera dan uvea gelap
• Nekrosis area berwarna hitam, abu – abu, atau coklat yang dikelilingi oleh
peradangan aktif
• Berlanjut avascular, menghasilkan sequestrum berwarna putih di tengah dan
dikelilingi oleh lingkaran berwarna hitam atau coklat gelap
Pemeriksaan Sklera (De la Maza, 2010)
25. Skleritis
Pemeriksaan Fisik dan Opthalmologi Skleritis
(Gaeta., 2008)
• Menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atau segmental.
• Injeksi yang meluas adalah ciri khas dari diffuse anterior scleritis.
• Pada skleritis, kongesti maksimum terdapat dalam jaringan episcleral bagian dalam dan beberapa pada
jaringan episkleral superfisial. Sudut posterior dan anterior dari sinar slit lamp terdorong maju karena
adanya edema pada sklera dan episklera.
• Pemberian topikal 2.5% atau 10% phenylephrine hanya akan menandai jaringan episklera superfisial,
tidak sampai bagian dalam dari jaringan episklera.
• Penggunaan lampu hijau dapat membantu mengidentifikasi area avaskular pada sklera. Perubahan
kornea juga terjadi pada 50% kasus.
• Pemeriksaan kelopak mata untuk kemungkinan blefaritis atau konjungtivitis juga dapat dilakukan
Pemeriksaan Slit Lamp (Gaeta, 2008) (De la Maza, 2010)
• Dapat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas pada palpasi dan proptosis.
• Dilatasi fundus dapat berguna dalam mengenali skleritis posterior. Skleritis posterior dapat
menimbulkan amelanotik koroidal.
• Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukan papiledema, lipatan koroid, dan perdarahan atau ablasio
retina.
Pemeriksaan Skleritis Posterior (Gaeta, 2008)
26. Skleritis
Tatalaksana Skleritis
• 1st line = NSAID
• 2nd line = Oral kortikosteroid. Remisi Kembali ke NSAID
• 3rd line = Imunosupresif : Methotrexate, azathioprine,
mycophenolate, mofetil, cyclophosphamide, cyclosporine
• 4th line = Imunomodulator : infliximab atau adalimumab
Skleritis
Non
Necrotizing
• 1st line = Imunosupresif : Methotrexate, azathioprine,
mycophenolate, mofetil, cyclophosphamide, cyclosporine
• 2nd line = Imunomodulator : infliximab atau
adalimumab
Skleritis
Necrotizing
(Gaeta., 2008)
27. Skleritis
Tatalaksana Skleritis
Skema tatalaksana Skleritis
(Majumder & Biswas., 2013)
Prognosis Skleritis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Necrotizing scleritis umumnya
mengakibatkan hilangnya
penglihatan dan memiliki 21%
kemungkinan meninggal dalam 8
tahun.
29. Episcleritis
Definisi Episcleritis
• Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sklera.
• Perjalanan penyakit mulai dengan episode akut
dan terdapat riwayat berulang dan dapat
berminggu-minggu atau beberapa bulan.
(Albiani et al, 2007)
Sumber: http://sehatq.com
31. Episcleritis
Klasifikasi Episcleritis
Episcleritis Simple
• Jenis paling umum
• Peradangan ringan dan
berlangsung cepat
• Durasi 7-10 hari
• Sembuh sempurna
setelah 2 minggu
• Penyebab tidak diketahui
Episcleritis Nodular
• Lebih menyakitkan
• Durasi lebih lama
• Peradangan terbatas
pada 1 bagian mata
• Terdapat penonjolan
pada permukaan mata
• Berkaitan dengan
penyakit sistemik : RA,
SLE, Colitis
(Watson & Hayreh, 1976)
33. Episcleritis
Diagnosis Episcleritis
Anamnesis
• Sakit mata dengan rasa nyeri ringan
• Mata terasa kering
• Mata merah pada bagian putih mata
• Kepekaan terhadap cahaya
meningkat
• Tidak mempengaruhi ketajaman
penglihatan
Pemeriksaan Opthalmologi
• Edema palpebra
• Konjungtiva bulbi ekimosis disertai
pelebaran pembuluh darah episklera
dan konjungtiva
• Hiperemia local
• Pembuluh darah episklera
vasokonstriksi saat diberikan
fenilefrin 2,5%
• Episclerosis nodular : benjolan local
yang bila ditekan dengan kapas di
atas benjolan memberikan rasa sakit
menjalar ke sekitar mata
• Pembuluh darah mudah terangkat
34. Episcleritis
Tatalaksana Episcleritis
Terapi Topikal
• Artificial tears
• Topikal
kortikosteroid
prednisolone 0,5%,
dexamethasone
0,1%
Terapi Sistemik
• Jika tidak responsive
terhadap terapi lokal
• Flurbiprofen 100mg
• Indometasin
100mg/hari
35. Daftar Pustaka
Case Report
Albiani David, Asbury Taylor, Augsburger James, et al; Oftamologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC
2007:165-167
De la Maza, Maite Sainz, MD, PHD. Scleritis [online]. 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/1228324-overview. {Dikutip tanggal 27 Maret 2021}
Gaeta, Theodore J. Scleritis in Emergency Medicine [online]. 2008. Tersedia pada
http://emedicine.medscape.com/article/809166-overview. {Dikutip tanggal 26 Maret 2021}
French DD, Margo CE. Postmarketing surveillance rates of uveitis and scleritis with bisphosphonates
among a national veteran cohort. Retina. 2008.
Majumder, P. D., Biswas, J. 2013. Scleral inflammations: An update. All India Opthalmological Society.
New Delhi, p.3.
36. Daftar Pustaka
Case Report
Riordan-Eva, Paul, John P.Whitcher. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. USA: Mc.GrawHill;
2008
Sainz de la Maza M, Foster CS, Jabbur NS. Scleritis associated with
rheumatoid arthritis and with other systemic immune-mediated diseases.
Ophthalmology. 1994
Wakefield D., Di Girolamo N., Thurau S. (2017) Anatomy and Pathogenesis of Scleritis. In: Pavesio C. (eds)
Scleritis. Essentials in Ophthalmology. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-49915-4_1
Watson P., Hayreh, S. Scleritis and episcleritis. British Journal Ophtalmology. 1976. 163-191