SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gearbox merupakan suatu komponen dari suatu mesin yang
berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus memiliki konstruksi
yang tepat agar dapat menempatkan poros-poros roda gigi pada
sumbu yang benar sehingga roda gigi dapat berputar dengan baik
dengan sedikit mungkin gesekan yang terjadi.
Selain harus memiliki konstruksi yang tepat, terdapat beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh komponen ini yaitu dapat meredam
getaran yang timbul akibat perputaran dan gesekan antar roda gigi.
Dari kesulitan konstruksi yang disyaratkan dan pemenuhan kriteria
yang dibutuhkan, maka kami bermaksud membuat produk tersebut
sebagai objek pembuatan Tugas Perencanaan Elemen Mesin.
Pembuatan produk tersebut dengan memperhatikan spesifikasi yang
diinginkan.
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini yang berjudul praktek test pump, penulis
membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu :
1. Bagaimana teori dasar Gear Box ?
2. Apa peralatan yang digunakan pada proses pengujian ?
3. Bagaimana proses pengujiannya ?
4. Bagaimana analisa hasil pengujian yang dilakukan ?
C. Maksud dan Tujuan
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mengupayakan penggunaan Gearbox untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat kearah yang lebih baik.
D. Manfaat
Laporan ini diharapkan bermamfaat bagi
1. Bagi penulis sendri, dimana dalam laporan ini penulis dapat menambah
wawasan tentang Gear Box ;
2. Bagi adik-adik mahasiswa dapat menjadi bahan perbandingan sewaktu
nanti mengadakan peraktek test pump di semester 5 (lima);
3. Bagi masyarakat yang membutuhkan informasi Gear Box
E. Teknik Pengumpulan Data
Penulis melakukan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam
penulisan laporan ini antara lain :
1. Study literature, yaitu membaca buku referensi yang berhubungan
dengan laporan yang penulis susun;
2. Mengumpulakan data-data dari Internet;
3. Mengadakan diskusi dengan rekan-rekan mahasiswa Me-5G2.
F. Sistematika Penulisan.
Dalam penulisan perencanaan Gear Box disajikan dalam bentuk Bab
per Bab yang kemudian diuraikan dalam sub Bab. Adapun Bab-bab yang
ada secara garis besar adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentag latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah,
metode pengambilan data dan sistematika penulisan.
BAB II : DASAR TEORI
Berisi tentang jenis-jenis roda gigi, rumus dasar roda gigi, poros, bahan
dasar poros, pasak, bantalan dan systempelumasan.
BAB III : MEKANISME SISTEM TRANSMISI
Berisi tentang gambar sket perencanaan sistem transmisi
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Roda Gigi
Pada dasarnya sistem transmisi roda gigi merupakan
pemindahan gerakan putaran dari satu poros ke poros yang lain
hampir terjadi disemua mesin. Roda gigi merupakan salah satu yang
terbaik antara sarana yang ada untuk memindahkan suatu gerakan.
Roda gigi dikelompokkan menurut letak poros putaran atau
berbentuk dari jalur gigi yang ada. Keuntungan dari penggunaan
sistem transmisi diantaranya :
1. Dapat dipakai untuk putaran tinggi maupun rendah
2. Kemungkinan terjadinya slip kecil
3. Tidak menimbulkan kebisingan
Adapun klasifikasi dari roda gigi antara lain :
2.1.1. Roda Gigi Lurus (Spur gear)
Roda gigi lurus dipakai untuk memindahkan gerakan
putaran antara poros-poros yang sejajar. Yang biasanya
berbentuk silindris dan gigi-giginya adalah lurus dan sejajar
dengan sumber putaran. Pengunaan roda gigi lurus karena
putarannya tidak lebih dari 3600 rpm dan kecepatan keliling
tidak lebih dari 5000 ft/menit. Ini tidak mutlak, spur gear
dapat juga dipakai pada kecepatan diatas batas-batas
tersebut.
Gambar 2.1. Roga Gigi Lurus
2.1.2. Roda Gigi Miring (Helical gear)
Roda gigi miring dipakai untuk memindahkan putaran
antara poros-poros yang sejajar. Sudut kemiringan adalah
sama pada setiap roda gigi, tetapi satu roda gigi harus
mempunyai kimiringan ke sebelah kanan dan yang lain ke kiri.
Roda gigi ini mampu memindahkan putaran lebih dari 3600
rpm dan kecepatan keliling lebih dari 5000 ft/menit.
Gambar 2.2. Roda Gigi Miring
2.1.3. Roda Gigi Cacing (Worm gear)
Roda gigi cacing dipakai untuk memindahkan putaran antara
poros yang tegak lurus bersilang. Susunan roda gigi cacing biasanya
mempunyai penutup tunggal atau ganda, suatu susuna roda gigi
berpenutup tunggal adalah sesuatu dimana roda gigi dibungkus
penuh atau sebagian oleh gigi cacing, sebuah roda gigi dimana
setiap elemen ditutup sebagian oleh yang lain adalah susunan roda
gigi cacing berpenutup ganda.
Gambar 2.3. Roda Gigi Cacing
2.1.4 Roda Gigi Kerucut (Bevel gear)
Roda gigi kerucut dipakai untuk memindahkan gerakan atau
putaran antara poros yang berpotongan. Walaupun roda-roda gigi
kerucut biasanya dibuat untuk sudut poros 90°, roda-roda gigi ini
biasanya untuk semua ukuran sudut.
Gambar 2.4. Bevel Gear
2.1.5. Screw Gear
Jenis roda gigi ini trediri dari dua buah helical gear wheel yang
merupakan kombinasi sederhana untuk memindahkan gaya
maupun torsi poros yang membentuk sudut-sudut tertentu.
Gambar 2.5. Screw Gear
2.1.6 Hypoid Gear
Hypoid gear bentuknya hampir menyerupai spiral bevel gear,
namun perbedaannya terletak pada pitch yang lebih hiperbolid
dibandingkan dengan cousenya dan menoperasikannya lebih
lembut dan tenang.
Gambar 2.6. Hipoid Gear
2.2. Rumus Dasar Roda Gigi
Dalam perencanaan ini saya menggunakan jenis roda gigi
lurus karena ada beberapa pertimbangan yaitu :
# Dilihat dari poros, karena sejajar maka yang paling cocok
dipergunakan adalah roda gigi lurus.
# Karena daya dan putaran relative rendah, maka lebih cocok bila
menggunakan roda gigi lurus.
Adapun rumus dasar yang berhubungan dengan perencanaan
roda gigi antara lain sebagai berikut :
a. Diameter Pitch Circle (P)
Rumus dari buku deutschman (hal 521)
P = Nt/d (in) ( 1 )
Dimana :
P = Diametral pitch
d = Diameter roda gigi ( inch )
Nt = Jumlah gigi ( buah )
b. Perbandingan Kecepatan (rv)
Rumus dari buku deutschman hal 525
rv = W2/W1 = NtP/Ntg = d1/d2 = n2/n1 ( 2 )
Dimana :
N1,n2 = putaran roda gigi ( rpm )
Nt1,Nt2 = jumlah gigi ( buah )
d1,d2 = diameter roda gigi ( inch )
c. Jarak Poros (C)
Rumus dari buku deutschman hal 528
C = d1+d2 (in) ( 3 )
2
Dimana :
C = jarak poros antara dua roda gigi
d = diameter roda gigi
d. Kecepatan Pitch Line / Garis Kontak (Vp)
Rumus dari buku deutschman hal 563
Vp = π .d.n (ft/mnt) ( 4 )
12
Dimana :
Vp = kecepatan putaran
e. Torsi yang Bekerja
T = 63000.N daya ( 5 )
n
Dimana :
T = torsi yang bekerja
N = daya motor
n = putaran input
f. Gaya-gaya pada Roda Gigi
Gambar 2.7. Gaya-Gaya pada Roda Gigi
➢ Gaya radial (Fr)
Fr = Fn.Sinθ = Fn.Cos ( 6 )
➢ Gaya normal (Fn)
Fn = Ft
Cosθ
➢ Gaya tangensial (Ft)
Ft = 2T ( 7 )
D
➢ Gaya dinamis (Fd)
Fd = 600+Vp . Ft ( 8 )
600
Untuk 0 < Vp ≤ 2000 ft/menit
Fd = 1200+Vp .Fp
1200
Untuk 2000 < Vp ≤ 4000 ft/menit
Fd = 78+Vp.Ft
78
Untuk Vp > 4000 ft/min dimana Fw ≥ Fd dan Fb ≥ Fd
Dimana :
T = Torsi (lbm)
n = Putaran (rpm)
Ft = Gaya tangensial (lb)
Fn = Gaya normal (lb)
Fd = Gaya dinamis (lb)
Fr = Gaya radial (lb)
a. Lebar Gigi (b)
Rumus dari buku deutschman hal 584
b = Fd ( 9 )
d1.Q K
Q= 2.d2
d1+d2
Dimana :
b = Lebar gigi (in)
Fd = Gaya dinamis (in)
d1 = diameter pinion
d2 =diameter gear
Q = Perbandingan roda gigi
K = Faktor pembebanan
b. Syarat Keamanan Roda Gigi
9 ≤ b ≤ 13
p p
c. Evaluasi Kekuatan Gigi (Persamaan AGMA)
Sad = Sat.Kl ( 10 )
Kt.Kr
σ t = Ft.Ko.P.Ks.Km ; Sad >σ t (syarat aman )
( 11 )
Kv.b.j
Dimana :
Sat = Tegangan ijin Material
Kl = Faktor umur
Kt = Faktor temperature
Kr = Faktor keamanan
σ
t = Tegangan bending pada kaki gigi
Ko = Faktor koreksi beban lebih
Km = Koreksi distribusi beban
Kv = Faktor dinamis
J = Faktor bentuk geometris
d. Menentukan Gaya bending Pada Pinion dan Gear (Fb)
Rumus dari buku deutschman hal 551
P
Y
bSoFb ..=
( 12 )
Dimana :
Fb = Gaya bending
So = Kekuatan permukaan gigi
Y = Faktor bentuk Lewis
b = diameter pitch
P = lebar gigi
e. Menentukan Panjang Garis Kontak Gigi
2
d
r =
( ) ( ) 


 −−++−−+= θθθθ sincossincos 2
22
2224
22
4
2
44 rrarrrarAB
( 13 )
l. Menentukan Perbandingan Kontak (kontak ratio)
θρ cos.
AB
Sad =
( 14 )
Dimana :
AB = Panjang garis kontak
CR = Kontak ratio
M. Standart Ukuran Roda Gigi
Tabel 2.1. Standart Ukuran Roda Gigi
Nama
°
=
2
1
14φ 20° 20° dipotong 25°
Addendum (A)
P
1
P
1
P
8,0
P
1
Dedendum (b)
P
157,1
P
25,1
P
1
P
25,1
Tinggi gigi ©
P
157,2
P
25,2
P
8,1
P
2
Tinggi kontak
(d) P
2
P
2
P
6,1
P
2
Celah
( )
( )dc
ab
P −
−
/
157,0
P
25,0
P
2,0
P
25,0
Gambar 2.8. Bagian-bagian pada Roda Gigi
2.2. Poros
Poros adalah suatu bagian stationer yang berputar, biasanya
berpenampang bulat, dimana terpasang elemen - elemen seperti
roda gigi, roda gila dan elemen pamindah daya lainnya. Poros dapat
menerima beban – beban lentur, tarik, tekan atau putaran yang
bekerja sendiri – sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang
lainnya. Definisi yang pasti dari poros adalah sesuai dengan
penggunaan dan tujuan penggunaan.
Dibawah ini terdapat beberapa definisi dari poros :
a. Shaf adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya
dari mesin ke mekanisme yang digunakan.
Gambar 2.9. shaf
b. Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar
pada poros tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung.
Gambar 2.10. Axle
c. Spindle adalah poros yang terpendek terdapat pada mesin
perkakas dan mampu atau sangat aman terhadap momen
bending.
Gambar 2.11. Spindle
d. Line Shaft adalah poros yang langsung berhubungan dengan
mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya
dari motor penggerak ke mekanisme tersebut.
Gambar 2.12. Line Shaft
e. Jack Shaft adalah poros yang pendek, biasanya dipakai untuk
dongkrak “JACK” mobil.
Gambar 2.13. Jack Shaft
f. Flexible adalah poros yang juga berfungsi memindahkan daya dari
dua mekanisme, dimana peerputaran poros membentuk sudut
dengan poros yang lainnya, daya yang dipindahkan rendah.
Gambar 2.14. Flaxible
Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah
diheattreatment. Poros yang dipakai untuk meneruskan daya dan
putaran tinggi umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan
kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
Poros dapat dibedakan menjadi 2 macam :
a. Poros Lurus
Adalah sebatang logam yang berpenampang lingkaran
berfungsi memindahkan putaran atau mendukung beban-beban
yang didukung pada poros ini adalah beban puntir dan bending.
b. Poros Bintang
Adalah sebatang logam yang berpenampang lingakaran
dan terdapat sirip yang menyerupai bintang. Poros dihubungkan
dengan roda gigi tanpa menggunakan pasak.
Persamaan yang digunakan pada poros bintang :
a) Tegangan geser maksimum ( σ max )
σ max =
Psi
N
Sypx0,5
Dimana:
σ max = tegangan geser maksimum ( Psi )
N = faktor keamanan
Syp = yield posisi dari material
b) Diameter poros
d =
N
Syp
x0,5xπ
TMBx16 22
+
Dimana:
d = diameter poros (inch)
MB = momen bending yang diterima poros (lb. in)
T = momen torsi myang diterima poros
Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah di
heatreatment. Poros yang dipakai pada untuk
meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari
baja paduan dengan pengerjaan kulit yang sangat tahan
terhadap keausan.
2.3. Pasak ( Keys )
Pasak digunakan untuk menyambung poros dan roda gigi,
roda pulley, sprocket, cams, lever, impeller dan sebagainya.
Karena distribusi tegangan secara actual untuk sambungan
pasak ini tidak dapat diketahui secara lengkap maka dalam
perhitungan tegangan disarankan menggunakan faktor keamanan
sebagai berikut :
1. Untuk beban torsi yang konstan ( torque stedy ). >> N =
1.5
2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah. >> N = 2.5
3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak balik >> N =
4.5
Adapun macam – macam pasak yaitu :
1. Pasak datar segi empat ( Standart square key ).
Gambar 2.15. Pasak data segiempat
2. Pasak datar standar ( Standart flat key ).
Gambar 2.16. Pasak datar standar
3. Pasak tirus ( Tepered key ).
Gambar 2.17. Pasak tirus
4. Pasak bidang lingkaran ( Wood ruff key ).
Gambar 2.18. Pasak bidang lingkaran
5. Pasak bintang (Splines ).
Gambar 2.19. Pasak bintang
6. Pasak bintanng lurus ( Straight splines ).
Gambar 2.20. Pasak bintanng lurus
7. Pasak bintang involute ( involute spline ).
Gambar 2.21. Pasak Bintang Involute
Adapun berbagai macam pasak, namun yang dibahas adalah
pasak standar ( Standart flat key ). Pemasangan pasak pada poros
maupun roda yang disambungkan dan dibuat alur pasak yang
disesuaikan dengan ukuran pasak.
Keterangan :
F = Gaya yang bekerja. h = Tinggi pasak.
A = Pasak. b = Lebar pasak
B = Poros. l = Panjang pasak.
2.3.1.Rumus Dasar Pasak
Ukuran lebar dan tinggi pasak ada dalam table yang
disesuaikan dengan kebutuhan atau tergantung pada
diameter poros.
a. Panjang pasak sesuai dengan kebutuhan dan
dimensinya.
W = Lebar pasak.
H = Tinggi pasak.
L = Panjang pasak.
Ss = Tegangan geser.
➢ Gaya (F)
D
T
F
2
=
dimana
2
D
FT =
( 15 )
➢ Tegangan geser (σ s)
A
F
Ss =
dimana
WLA .=
( 16)
➢ Tegangan kompresi (σ c)
2
... DLWSs
T =
( 17 )
Pada perhitungan ini dipergunakan faktor keamanan
dengan asumsi sebagai berikut :
1. Untuk beban torsi yang konstan ( torque stedy ).
>> N = 1.5
2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah.
>> N = 2.5
3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak balik.
>> N = 4.5
b. Tegangan geser yang diijinkan.
N
Syp
N
Ssyp 58.0
=
( 18 )
c. Tegangan kompresi yang diijinkan.
DWL
T
Sc
..
.4
=
( 19 )
d. Syarat yang harus dipenuhi supaya pasak aman.
N
Ssyp
DWL
T
Sc ≤=
..
.4
( 20 )
e. Tinjauan terhadap kompresi.
DWSc
T
L
..
.4
=
( 21 )
f. Syarat yang harus dipenuhi supaya pasak aman
( geser ).
N
Ssyp
DWL
T
Ss ≤=
..
.2
( 22 )
g. Tinjauan terhadap geser.
DWSs
T
L
..
.2
=
( 23 )
2.4. Bantalan ( Bearing )
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros
berbeban sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman dan umur pakai panjang. Agar
elemen mesin dapat bekerja dengan baik maka bantalan harus
dipasang cukup kokoh.
2.4.1.Klasifikasi Bantalan
1. Berdasarkan gerakan terhadap poros
 Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara
poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu
oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas.
Gambar 2.22. Bantalan Luncur
 Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui
elemen gelinding.
Gambar 2.23. Bantalan gelinding dengan bola
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
 Bantalan radial
Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini
tegak lurus terhadap sumbu poros.
 Bantalan aksial
Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan itu
sejajar dengan sumbu poros.
 Bantalan gelinding halus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang sejajar
dan tegak lurus terhadp poros.
2.4.2. Macam – macam bantalan luncur
1. Bantalan radial berbentuk silinder, silinder elip
2. Bantalan aksial yang berbentuk engsel
3. Bantalan khusus yang berbentuk bola
Gambar 2.24. Bantalan Luncur Radial
Gambar 2.25. Bantalan Luncur Radial dan Aksial
2.4.3. Rumus Dasar Bantalan
Rumus yang digunakan pada saat perencanaan bantalan yaitu
:
➢ Umur bantalan (L10h)
Rumus dari buku deutschman hal 485
n
x
P
C
hL
b
.60
106
10 





=
( 23 )
➢ Beban equivalen (P)
P = Fs ( X.V.Fr.y.Fa ) ( 24 )
dimana :
b = Konstanta
= 3.0 ( untuk ball bearing )
= 10/3 ( untuk roll bearing )
V = Faktor putaran
= 1 ( untuk ring dalam berputar )
= 1.2 ( untuk ring luar berputar )
L10h = Umur bantalan (jam )
C = Beban dinamis ( lb )
P = Beban ekuivalen ( lb )
Fs = Konstanta beban ( beban shock/lanjut )
Fr = Beban radial ( lb )
Fa = Beban aksial ( lb )
X = Konstanta radial
Y = Konstanta aksial
n = Putaran ( rpm )
2.4. Pelumasan
Dalam sistem transmisi pada mesin – mesin yang
bergerak, diperlukan suatu sistem pelumasan guna mengurangi
hubungan kontak dari dua bagian yang bergerak. Apabila tidak ada
pelumasan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan pada
komponen mesin tersebut.
2.4.1.Klasifikasi Pelumasan
Sistem pelumasan dalam dunia permesinan dapat
dikellompokkan menjadi dua jenis yaitu :
1. Pelumasan menurut bentuknya
 Pelumasan padat
 Pelumasan semi padat
 Pelumasan cair
2. Pelumasan menurut caranya
 Pelumasan tangan : Dipakai untuk beban yang ringan dan
kerja yang tidak kontinyu.
 Pelumasan tetes : Minyak diteteskan dengan jumlah yang
teratur melalui sebuah katup jarum.
 Pelumasan sumbu : Pelumasan dengan menggunakan
sumbu untuk menghisap minyak.
 Pelumasan percik : Minyak dari bak penampung
dipercikkan dan biasanya digunakan dalam pelumasan
torak, silinder motor yang mempunyai putaran tinggi.
 Pelumasan cincin : Pelumasan ini dengan menggunakan
cincin yang digantung pada poros sehingga ikut berputar
bersama poros dan mengangkat minyak dari bawah.
 Pelumasan pompa : Disini pompa digunakan untuk
mengalirkan minyak ke bantalan karena sifat minyak yang
kental.
 Pelimasan gravitasi : Dari sebuah tangki di atas bantalan
minyak dialirkan oleh gaya beratnya sendiri
2.4.1.Tujuan dan Fungsi Pelumasan
1. Mengurangi daya energi pada bagian – bagian mesin yang
saling bergesekan.
2. Untuk memelihara ukuran sebenarnya ( menahan
keausan ) dari bagian mesin yang bergerak.
3. Membuang kotoran – kotoran yang diakkibatkan oleh
pergesekan antara koponen yang bergerak
2.5.3. Rumus Dasar Pelumasan
a. Perencanaan viskositas absolute dari pelumas






−=
S
StZ
180
22.0ρ
( 25 )
t = ∞ - 0.0035 ( T – 60 )
Dimana :
Z = Absolute viscositas ( cp )
tρ
= Spesific gravity pada temperature test ( t )
S = Saybelt universal second = 120
Kp = 1.45 x 10-7
Reynold
Sehingga dari grafik didapat harga SAE dengan
persamaan :
pc
nfr
S
.
..1 η
=
( 26 )
Dimana :
S1
= Angka karakteristik bantalan
µ = Viskositas minyak pelumas
c = Radial cleareance ( in )
p = Beban yang diterima bantalan ( psi )
Gambar 2.26. Dimensi Pelumasan Bantalan
b. Tebal minimum minyak pelumas dari grafik
19.0=
c
ho
( 27 )
c. Koefisien gesek ( f ) dari grafik
15
.
=
c
frf
( 28 )
d. Daya yang dihitung
63000
.nTf
Fhp =
( 29 )
e. Kapasitas minyak pelumas ( Q ) dari grafik
lncrf
Q
...
( 30 )
f. Kapasitas minyak pelumas yang keluar dari bantalan
setiap saat ( Qs ) dari grafik
88.0
.
Q
SQ
( 31 )
g. Grafik
Gambar 2.27. Viscosity-temperature chart for determining viscosity of
typical SAE numbered oils at various temperatures.
BAB III
MEKANISME SISTEM TRANSMISI
3.1 Input Data
Data data yang diketahui :
- Daya putaran motor (N input) = 30 HP
- Putaran input (N input) = 2400 rpm
- Putaran output (N1) = 600 rpm
- Putaran output (N2) = 1500 rpm
- Putaran output (N3) = 2400 rpm
- Putaran output (Nreves) = 1000 rpm
Asumsi
- C (JARAK POROS) = 5 in
- Sudut tekan ( θ ) = 25º
- Diameterial pitch = 6 inchi
1.1.1. Pertimbangan Menggunakan Roda Gigi
Dalam perencanaan ini menggunakan roda gigi lurus karena
beberapa pertimbangan, yaitu :
➢ Dilihat dari poros, karena porosnya sejajar maka roda gigi
yang paling sesuai adalah menggunakan roda gigi lurus.
➢ Karena daya dan putaran rtelatif rendah maka lebih cocok
menggunakan roda gigi lurus.
1.1.1.Pertimbangan Dalam Menggunakan Poros
Untuk menentukan diameter poros tergantung pada
perhitungan yang akan dilakukan, tetapi untuk menentukan bahan
dari poros digunakan pertimbangan sebagai berikut :
• Poros sebaiknya menggunakan bahan Alloy Stell
• Bahan poros sebaiknya dilakukan proses Hardening dan
dilakukan pemanasan awal dan Annealling sebelum
digunakan
• Poros yang akan digunakan sebaiknya harus mampu
menahan beban putar yang memadai
3.2. Sket Gear Box
3.2.1. gambar sket gear box
input
output
gambar 3.1 sket gear box
Keterangan Gambar :
SIMBOL ARTI KETERANGAN
1,3,5,7 Pinion Roda gigi yang lebih kecil pada dua roda
gigi yang bersinggungan, disebut juga
roda gigi penggerak.
2,4,6,8 Gear Roda gigi yang didesain lebih besar dari
pada pinion yang berfungsi sebagai roda
gigi yang digerakkan.
9 Revers Roda gigi tambahan yang digunakan
untuk membalikkan arah putaran pada
poros (b)
a,b,c Poros Bagian dari mesin yang berfungsi untuk
meneruskan tenaga dari mesin
Dan
Arah
putaran
Arah pergerakan roda gigi danh poros
Bantala
n
Bagian mesin yang digunakan untuk
menumpu poros sehingga putaran mesin
bisa berlangsung secara halus.
3.3. gambar sket gear box disetiap tingkatan kecepatan
3.3.1. tingkat kecepatan 1 (n) = 600 rpm
Gambar 3.2 tingkat kecepatan 1
Pada tingkat kecepatan 1 (n1) roda gigi 1 dan 2 saling berhubungan
sehingga terjadi tingkat kecepatan 1 (n1) = 600 rpm
3.3.2. tingkat kecepatan 2 (n) = 1500 rpm
Gambar 3.3 tingkat kecepatan 2
Pada tingkat kecepatan 1 (n2) roda gigi 3 dan 4 saling berhubungan
sehingga terjadi tingkat kecepatan 2 (n2) = 1500 rpm
3.3.3. tingkat kecepatan 3 (n3) = 2400 rpm
Gambar 3.4 tingkat kecepatan 3
Pada tingkat kecepatan 1 (n3) roda gigi 5 dan 6 saling berhubungan
sehingga terjadi tingkat kecepatan 3 (n3) = 2400 rpm
3.3.4. tingkat kecepatan revers (nr) = 1000 rpm
Gambar 3.5 tingkat kecepatan revers (nr)
Pada tingkat kecepatan revers (nr) roda gigi 7,8 dan 9 saling
berhubungan , karena adanya roda gigi rivers maka putarannya
searah dengan putaran pinion. sehingga terjadi tingkat kecepatan
revers (nr) = 1000 rpm
PENUTUP
SARAN
Pemilihan jenis material dan faKtor keamanan adalah suatu hal
yang sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan Gear Box, serta
dibutuhkannya suatu rakitan atau rangkaian roda gigi yang praktis,
sehingga efisien tempat dan biaya dalam pembuatan Gear Box dapat
ditentukan seminimal mungkin.
Gunakan jenis material yang tepat untuk menerima beban atau
gaya-gaya yang terjadi dan pilihlah jenis pelumasan yang effisien
sehingga Gear Box lebih aman dan lebih lama umur pemakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deutsman, A.D, Walter J. Michels, Charles E. Wilson, Machine Design
Theory and Practice, Coller Macmillan International, Macmillan
Publishing Co. Inc. 1975.
2. Suga, Kyokatsu, Professor, toh – in Gakuen recnichal College, Japan,
Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Ir. Sularso, MSME,
(terj). Departemen Mesin Institut Teknologi Bandung, 1980.

More Related Content

What's hot

Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Ali Hasimi Pane
 
Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
العزم أولو
 
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
Christian indrajaya, ST, MT
 
proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logam
Yudi Hartono
 
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
argi prasetio
 
Persentasi elemen mesin
Persentasi elemen mesinPersentasi elemen mesin
Persentasi elemen mesinLina Maulimah
 
Isi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarikIsi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarik
Sylvester Saragih
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6mocoz
 
Diagram ttt
Diagram tttDiagram ttt
Diagram ttt
Nindy Arraya
 
Tabel uap
Tabel uapTabel uap
Tabel uap
Muhammad Luthfan
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Dewi Izza
 
Kompressor
Kompressor Kompressor
Kompressor
farid hasannudin
 
Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut
Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4LAZY MAGICIAN
 
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
Yogga Haw
 
Turbin Uap
Turbin UapTurbin Uap
Turbin Uap
Lulu Arisa
 
Pengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industriPengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industri
Syrfuddyn Syrfuddyn
 
Pemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan prosesPemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan proses
Eka Chelsea Fc
 

What's hot (20)

Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
 
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
 
proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logam
 
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
 
Persentasi elemen mesin
Persentasi elemen mesinPersentasi elemen mesin
Persentasi elemen mesin
 
Isi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarikIsi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarik
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
Diagram ttt
Diagram tttDiagram ttt
Diagram ttt
 
Tabel uap
Tabel uapTabel uap
Tabel uap
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Kompressor
Kompressor Kompressor
Kompressor
 
Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4
 
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
 
Turbin Uap
Turbin UapTurbin Uap
Turbin Uap
 
Transmisi manual
Transmisi manualTransmisi manual
Transmisi manual
 
Pengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industriPengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industri
 
Pemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan prosesPemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan proses
 

Similar to 79949784 gear-box

4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
AushafNurIlham
 
Bab i
Bab iBab i
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Swardi Sibarani
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
ZwingCADAcademy
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5LAZY MAGICIAN
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
Ridwan Seftiean
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
Ridwan Seftiean
 
Roda gigi
Roda gigiRoda gigi
Roda gigi
Fandi_Angga09
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisi
Alen Pepa
 
Teori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigiTeori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigi
dhikaian
 
Gear Transmission.ppt
Gear Transmission.pptGear Transmission.ppt
Gear Transmission.ppt
RajuRastogi50
 
roda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdfroda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdf
ozi ramadhan
 
transmisi gear
transmisi geartransmisi gear
transmisi gear
Josephine Prasetya
 
Roda gigi dan Proses Perancangan
Roda gigi dan Proses PerancanganRoda gigi dan Proses Perancangan
Roda gigi dan Proses Perancangan
Natalino Fonseca
 
Bab 2.1 Reka Bentuk Mekanikal
Bab 2.1 Reka Bentuk MekanikalBab 2.1 Reka Bentuk Mekanikal
Bab 2.1 Reka Bentuk Mekanikal
deeyah mar
 
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem CakramPerawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Gombel Slenge'an
 
(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf
(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf
(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf
PrizmaAdi
 
Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power Train
Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power TrainPemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power Train
Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power Train
alfian hariyadi
 

Similar to 79949784 gear-box (20)

4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
 
Roda gigi
Roda gigiRoda gigi
Roda gigi
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisi
 
Teori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigiTeori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigi
 
Gear Transmission.ppt
Gear Transmission.pptGear Transmission.ppt
Gear Transmission.ppt
 
roda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdfroda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdf
 
transmisi gear
transmisi geartransmisi gear
transmisi gear
 
Roda gigi dan Proses Perancangan
Roda gigi dan Proses PerancanganRoda gigi dan Proses Perancangan
Roda gigi dan Proses Perancangan
 
Bab 2.1 Reka Bentuk Mekanikal
Bab 2.1 Reka Bentuk MekanikalBab 2.1 Reka Bentuk Mekanikal
Bab 2.1 Reka Bentuk Mekanikal
 
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem CakramPerawatan dan Perbaikan Rem Cakram
Perawatan dan Perbaikan Rem Cakram
 
11927012.ppt
11927012.ppt11927012.ppt
11927012.ppt
 
(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf
(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf
(1) Sistem Transmisi dan Aplikasi PML.pdf
 
Paper 2007 baru
Paper 2007 baruPaper 2007 baru
Paper 2007 baru
 
Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power Train
Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power TrainPemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power Train
Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor Power Train
 

Recently uploaded

Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
pelestarikawasanwili
 
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
heri purwanto
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
ApriyandiIyan1
 
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
Zainul Ulum
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
MuhaiminMuha
 
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Tri Widodo W. UTOMO
 
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptxMATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
DidiKomarudin1
 
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptxPendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
AmandaJesica
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
pelestarikawasanwili
 

Recently uploaded (9)

Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
 
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
 
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
 
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
 
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptxMATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
 
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptxPendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
 

79949784 gear-box

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gearbox merupakan suatu komponen dari suatu mesin yang berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus memiliki konstruksi yang tepat agar dapat menempatkan poros-poros roda gigi pada sumbu yang benar sehingga roda gigi dapat berputar dengan baik dengan sedikit mungkin gesekan yang terjadi. Selain harus memiliki konstruksi yang tepat, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh komponen ini yaitu dapat meredam getaran yang timbul akibat perputaran dan gesekan antar roda gigi. Dari kesulitan konstruksi yang disyaratkan dan pemenuhan kriteria yang dibutuhkan, maka kami bermaksud membuat produk tersebut sebagai objek pembuatan Tugas Perencanaan Elemen Mesin. Pembuatan produk tersebut dengan memperhatikan spesifikasi yang diinginkan. B. Batasan Masalah Dalam penulisan laporan ini yang berjudul praktek test pump, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu : 1. Bagaimana teori dasar Gear Box ? 2. Apa peralatan yang digunakan pada proses pengujian ? 3. Bagaimana proses pengujiannya ? 4. Bagaimana analisa hasil pengujian yang dilakukan ? C. Maksud dan Tujuan Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengupayakan penggunaan Gearbox untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik.
  • 2. D. Manfaat Laporan ini diharapkan bermamfaat bagi 1. Bagi penulis sendri, dimana dalam laporan ini penulis dapat menambah wawasan tentang Gear Box ; 2. Bagi adik-adik mahasiswa dapat menjadi bahan perbandingan sewaktu nanti mengadakan peraktek test pump di semester 5 (lima); 3. Bagi masyarakat yang membutuhkan informasi Gear Box E. Teknik Pengumpulan Data Penulis melakukan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penulisan laporan ini antara lain : 1. Study literature, yaitu membaca buku referensi yang berhubungan dengan laporan yang penulis susun; 2. Mengumpulakan data-data dari Internet; 3. Mengadakan diskusi dengan rekan-rekan mahasiswa Me-5G2.
  • 3. F. Sistematika Penulisan. Dalam penulisan perencanaan Gear Box disajikan dalam bentuk Bab per Bab yang kemudian diuraikan dalam sub Bab. Adapun Bab-bab yang ada secara garis besar adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentag latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode pengambilan data dan sistematika penulisan. BAB II : DASAR TEORI Berisi tentang jenis-jenis roda gigi, rumus dasar roda gigi, poros, bahan dasar poros, pasak, bantalan dan systempelumasan. BAB III : MEKANISME SISTEM TRANSMISI Berisi tentang gambar sket perencanaan sistem transmisi
  • 4. BAB II DASAR TEORI 2.1. Roda Gigi Pada dasarnya sistem transmisi roda gigi merupakan pemindahan gerakan putaran dari satu poros ke poros yang lain hampir terjadi disemua mesin. Roda gigi merupakan salah satu yang terbaik antara sarana yang ada untuk memindahkan suatu gerakan. Roda gigi dikelompokkan menurut letak poros putaran atau berbentuk dari jalur gigi yang ada. Keuntungan dari penggunaan sistem transmisi diantaranya : 1. Dapat dipakai untuk putaran tinggi maupun rendah 2. Kemungkinan terjadinya slip kecil 3. Tidak menimbulkan kebisingan Adapun klasifikasi dari roda gigi antara lain : 2.1.1. Roda Gigi Lurus (Spur gear) Roda gigi lurus dipakai untuk memindahkan gerakan putaran antara poros-poros yang sejajar. Yang biasanya berbentuk silindris dan gigi-giginya adalah lurus dan sejajar dengan sumber putaran. Pengunaan roda gigi lurus karena putarannya tidak lebih dari 3600 rpm dan kecepatan keliling tidak lebih dari 5000 ft/menit. Ini tidak mutlak, spur gear
  • 5. dapat juga dipakai pada kecepatan diatas batas-batas tersebut. Gambar 2.1. Roga Gigi Lurus 2.1.2. Roda Gigi Miring (Helical gear) Roda gigi miring dipakai untuk memindahkan putaran antara poros-poros yang sejajar. Sudut kemiringan adalah sama pada setiap roda gigi, tetapi satu roda gigi harus mempunyai kimiringan ke sebelah kanan dan yang lain ke kiri. Roda gigi ini mampu memindahkan putaran lebih dari 3600 rpm dan kecepatan keliling lebih dari 5000 ft/menit. Gambar 2.2. Roda Gigi Miring 2.1.3. Roda Gigi Cacing (Worm gear)
  • 6. Roda gigi cacing dipakai untuk memindahkan putaran antara poros yang tegak lurus bersilang. Susunan roda gigi cacing biasanya mempunyai penutup tunggal atau ganda, suatu susuna roda gigi berpenutup tunggal adalah sesuatu dimana roda gigi dibungkus penuh atau sebagian oleh gigi cacing, sebuah roda gigi dimana setiap elemen ditutup sebagian oleh yang lain adalah susunan roda gigi cacing berpenutup ganda. Gambar 2.3. Roda Gigi Cacing 2.1.4 Roda Gigi Kerucut (Bevel gear) Roda gigi kerucut dipakai untuk memindahkan gerakan atau putaran antara poros yang berpotongan. Walaupun roda-roda gigi kerucut biasanya dibuat untuk sudut poros 90°, roda-roda gigi ini biasanya untuk semua ukuran sudut. Gambar 2.4. Bevel Gear
  • 7. 2.1.5. Screw Gear Jenis roda gigi ini trediri dari dua buah helical gear wheel yang merupakan kombinasi sederhana untuk memindahkan gaya maupun torsi poros yang membentuk sudut-sudut tertentu. Gambar 2.5. Screw Gear 2.1.6 Hypoid Gear Hypoid gear bentuknya hampir menyerupai spiral bevel gear, namun perbedaannya terletak pada pitch yang lebih hiperbolid dibandingkan dengan cousenya dan menoperasikannya lebih lembut dan tenang. Gambar 2.6. Hipoid Gear 2.2. Rumus Dasar Roda Gigi Dalam perencanaan ini saya menggunakan jenis roda gigi lurus karena ada beberapa pertimbangan yaitu :
  • 8. # Dilihat dari poros, karena sejajar maka yang paling cocok dipergunakan adalah roda gigi lurus. # Karena daya dan putaran relative rendah, maka lebih cocok bila menggunakan roda gigi lurus. Adapun rumus dasar yang berhubungan dengan perencanaan roda gigi antara lain sebagai berikut : a. Diameter Pitch Circle (P) Rumus dari buku deutschman (hal 521) P = Nt/d (in) ( 1 ) Dimana : P = Diametral pitch d = Diameter roda gigi ( inch ) Nt = Jumlah gigi ( buah ) b. Perbandingan Kecepatan (rv) Rumus dari buku deutschman hal 525 rv = W2/W1 = NtP/Ntg = d1/d2 = n2/n1 ( 2 ) Dimana : N1,n2 = putaran roda gigi ( rpm ) Nt1,Nt2 = jumlah gigi ( buah ) d1,d2 = diameter roda gigi ( inch ) c. Jarak Poros (C) Rumus dari buku deutschman hal 528 C = d1+d2 (in) ( 3 )
  • 9. 2 Dimana : C = jarak poros antara dua roda gigi d = diameter roda gigi d. Kecepatan Pitch Line / Garis Kontak (Vp) Rumus dari buku deutschman hal 563 Vp = π .d.n (ft/mnt) ( 4 ) 12 Dimana : Vp = kecepatan putaran e. Torsi yang Bekerja T = 63000.N daya ( 5 ) n Dimana : T = torsi yang bekerja N = daya motor n = putaran input
  • 10. f. Gaya-gaya pada Roda Gigi Gambar 2.7. Gaya-Gaya pada Roda Gigi ➢ Gaya radial (Fr) Fr = Fn.Sinθ = Fn.Cos ( 6 ) ➢ Gaya normal (Fn) Fn = Ft Cosθ ➢ Gaya tangensial (Ft) Ft = 2T ( 7 ) D ➢ Gaya dinamis (Fd) Fd = 600+Vp . Ft ( 8 ) 600 Untuk 0 < Vp ≤ 2000 ft/menit
  • 11. Fd = 1200+Vp .Fp 1200 Untuk 2000 < Vp ≤ 4000 ft/menit Fd = 78+Vp.Ft 78 Untuk Vp > 4000 ft/min dimana Fw ≥ Fd dan Fb ≥ Fd Dimana : T = Torsi (lbm) n = Putaran (rpm) Ft = Gaya tangensial (lb) Fn = Gaya normal (lb) Fd = Gaya dinamis (lb) Fr = Gaya radial (lb) a. Lebar Gigi (b) Rumus dari buku deutschman hal 584 b = Fd ( 9 ) d1.Q K Q= 2.d2 d1+d2 Dimana : b = Lebar gigi (in)
  • 12. Fd = Gaya dinamis (in) d1 = diameter pinion d2 =diameter gear Q = Perbandingan roda gigi K = Faktor pembebanan b. Syarat Keamanan Roda Gigi 9 ≤ b ≤ 13 p p c. Evaluasi Kekuatan Gigi (Persamaan AGMA) Sad = Sat.Kl ( 10 ) Kt.Kr σ t = Ft.Ko.P.Ks.Km ; Sad >σ t (syarat aman ) ( 11 ) Kv.b.j Dimana : Sat = Tegangan ijin Material Kl = Faktor umur Kt = Faktor temperature Kr = Faktor keamanan σ t = Tegangan bending pada kaki gigi Ko = Faktor koreksi beban lebih
  • 13. Km = Koreksi distribusi beban Kv = Faktor dinamis J = Faktor bentuk geometris d. Menentukan Gaya bending Pada Pinion dan Gear (Fb) Rumus dari buku deutschman hal 551 P Y bSoFb ..= ( 12 ) Dimana : Fb = Gaya bending So = Kekuatan permukaan gigi Y = Faktor bentuk Lewis b = diameter pitch P = lebar gigi e. Menentukan Panjang Garis Kontak Gigi 2 d r = ( ) ( )     −−++−−+= θθθθ sincossincos 2 22 2224 22 4 2 44 rrarrrarAB ( 13 ) l. Menentukan Perbandingan Kontak (kontak ratio)
  • 14. θρ cos. AB Sad = ( 14 ) Dimana : AB = Panjang garis kontak CR = Kontak ratio M. Standart Ukuran Roda Gigi Tabel 2.1. Standart Ukuran Roda Gigi Nama ° = 2 1 14φ 20° 20° dipotong 25° Addendum (A) P 1 P 1 P 8,0 P 1 Dedendum (b) P 157,1 P 25,1 P 1 P 25,1 Tinggi gigi © P 157,2 P 25,2 P 8,1 P 2 Tinggi kontak (d) P 2 P 2 P 6,1 P 2 Celah ( ) ( )dc ab P − − / 157,0 P 25,0 P 2,0 P 25,0
  • 15. Gambar 2.8. Bagian-bagian pada Roda Gigi 2.2. Poros Poros adalah suatu bagian stationer yang berputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen - elemen seperti roda gigi, roda gila dan elemen pamindah daya lainnya. Poros dapat menerima beban – beban lentur, tarik, tekan atau putaran yang bekerja sendiri – sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang
  • 16. lainnya. Definisi yang pasti dari poros adalah sesuai dengan penggunaan dan tujuan penggunaan. Dibawah ini terdapat beberapa definisi dari poros : a. Shaf adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang digunakan. Gambar 2.9. shaf b. Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada poros tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung. Gambar 2.10. Axle c. Spindle adalah poros yang terpendek terdapat pada mesin perkakas dan mampu atau sangat aman terhadap momen bending. Gambar 2.11. Spindle
  • 17. d. Line Shaft adalah poros yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke mekanisme tersebut. Gambar 2.12. Line Shaft e. Jack Shaft adalah poros yang pendek, biasanya dipakai untuk dongkrak “JACK” mobil. Gambar 2.13. Jack Shaft f. Flexible adalah poros yang juga berfungsi memindahkan daya dari dua mekanisme, dimana peerputaran poros membentuk sudut dengan poros yang lainnya, daya yang dipindahkan rendah.
  • 18. Gambar 2.14. Flaxible Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah diheattreatment. Poros yang dipakai untuk meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Poros dapat dibedakan menjadi 2 macam : a. Poros Lurus Adalah sebatang logam yang berpenampang lingkaran berfungsi memindahkan putaran atau mendukung beban-beban yang didukung pada poros ini adalah beban puntir dan bending. b. Poros Bintang Adalah sebatang logam yang berpenampang lingakaran dan terdapat sirip yang menyerupai bintang. Poros dihubungkan dengan roda gigi tanpa menggunakan pasak. Persamaan yang digunakan pada poros bintang : a) Tegangan geser maksimum ( σ max ) σ max = Psi N Sypx0,5 Dimana:
  • 19. σ max = tegangan geser maksimum ( Psi ) N = faktor keamanan Syp = yield posisi dari material b) Diameter poros d = N Syp x0,5xπ TMBx16 22 + Dimana: d = diameter poros (inch) MB = momen bending yang diterima poros (lb. in) T = momen torsi myang diterima poros Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah di heatreatment. Poros yang dipakai pada untuk meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerjaan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. 2.3. Pasak ( Keys ) Pasak digunakan untuk menyambung poros dan roda gigi, roda pulley, sprocket, cams, lever, impeller dan sebagainya. Karena distribusi tegangan secara actual untuk sambungan pasak ini tidak dapat diketahui secara lengkap maka dalam perhitungan tegangan disarankan menggunakan faktor keamanan sebagai berikut :
  • 20. 1. Untuk beban torsi yang konstan ( torque stedy ). >> N = 1.5 2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah. >> N = 2.5 3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak balik >> N = 4.5 Adapun macam – macam pasak yaitu : 1. Pasak datar segi empat ( Standart square key ). Gambar 2.15. Pasak data segiempat 2. Pasak datar standar ( Standart flat key ). Gambar 2.16. Pasak datar standar
  • 21. 3. Pasak tirus ( Tepered key ). Gambar 2.17. Pasak tirus 4. Pasak bidang lingkaran ( Wood ruff key ).
  • 22. Gambar 2.18. Pasak bidang lingkaran 5. Pasak bintang (Splines ). Gambar 2.19. Pasak bintang 6. Pasak bintanng lurus ( Straight splines ). Gambar 2.20. Pasak bintanng lurus
  • 23. 7. Pasak bintang involute ( involute spline ). Gambar 2.21. Pasak Bintang Involute Adapun berbagai macam pasak, namun yang dibahas adalah pasak standar ( Standart flat key ). Pemasangan pasak pada poros maupun roda yang disambungkan dan dibuat alur pasak yang disesuaikan dengan ukuran pasak. Keterangan : F = Gaya yang bekerja. h = Tinggi pasak. A = Pasak. b = Lebar pasak B = Poros. l = Panjang pasak. 2.3.1.Rumus Dasar Pasak Ukuran lebar dan tinggi pasak ada dalam table yang disesuaikan dengan kebutuhan atau tergantung pada diameter poros. a. Panjang pasak sesuai dengan kebutuhan dan dimensinya. W = Lebar pasak.
  • 24. H = Tinggi pasak. L = Panjang pasak. Ss = Tegangan geser. ➢ Gaya (F) D T F 2 = dimana 2 D FT = ( 15 ) ➢ Tegangan geser (σ s) A F Ss = dimana WLA .= ( 16) ➢ Tegangan kompresi (σ c) 2 ... DLWSs T = ( 17 ) Pada perhitungan ini dipergunakan faktor keamanan dengan asumsi sebagai berikut : 1. Untuk beban torsi yang konstan ( torque stedy ). >> N = 1.5 2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah. >> N = 2.5 3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak balik. >> N = 4.5 b. Tegangan geser yang diijinkan. N Syp N Ssyp 58.0 = ( 18 )
  • 25. c. Tegangan kompresi yang diijinkan. DWL T Sc .. .4 = ( 19 ) d. Syarat yang harus dipenuhi supaya pasak aman. N Ssyp DWL T Sc ≤= .. .4 ( 20 ) e. Tinjauan terhadap kompresi. DWSc T L .. .4 = ( 21 ) f. Syarat yang harus dipenuhi supaya pasak aman ( geser ). N Ssyp DWL T Ss ≤= .. .2 ( 22 ) g. Tinjauan terhadap geser. DWSs T L .. .2 = ( 23 ) 2.4. Bantalan ( Bearing ) Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan umur pakai panjang. Agar elemen mesin dapat bekerja dengan baik maka bantalan harus dipasang cukup kokoh.
  • 26. 2.4.1.Klasifikasi Bantalan 1. Berdasarkan gerakan terhadap poros  Bantalan luncur Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas. Gambar 2.22. Bantalan Luncur  Bantalan gelinding Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding.
  • 27. Gambar 2.23. Bantalan gelinding dengan bola 2. Berdasarkan arah beban terhadap poros  Bantalan radial Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini tegak lurus terhadap sumbu poros.  Bantalan aksial Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan itu sejajar dengan sumbu poros.  Bantalan gelinding halus Bantalan ini dapat menumpu beban yang sejajar dan tegak lurus terhadp poros. 2.4.2. Macam – macam bantalan luncur 1. Bantalan radial berbentuk silinder, silinder elip 2. Bantalan aksial yang berbentuk engsel
  • 28. 3. Bantalan khusus yang berbentuk bola Gambar 2.24. Bantalan Luncur Radial Gambar 2.25. Bantalan Luncur Radial dan Aksial 2.4.3. Rumus Dasar Bantalan Rumus yang digunakan pada saat perencanaan bantalan yaitu : ➢ Umur bantalan (L10h) Rumus dari buku deutschman hal 485 n x P C hL b .60 106 10       = ( 23 ) ➢ Beban equivalen (P) P = Fs ( X.V.Fr.y.Fa ) ( 24 ) dimana :
  • 29. b = Konstanta = 3.0 ( untuk ball bearing ) = 10/3 ( untuk roll bearing ) V = Faktor putaran = 1 ( untuk ring dalam berputar ) = 1.2 ( untuk ring luar berputar ) L10h = Umur bantalan (jam ) C = Beban dinamis ( lb ) P = Beban ekuivalen ( lb ) Fs = Konstanta beban ( beban shock/lanjut ) Fr = Beban radial ( lb ) Fa = Beban aksial ( lb ) X = Konstanta radial Y = Konstanta aksial n = Putaran ( rpm ) 2.4. Pelumasan Dalam sistem transmisi pada mesin – mesin yang bergerak, diperlukan suatu sistem pelumasan guna mengurangi hubungan kontak dari dua bagian yang bergerak. Apabila tidak ada pelumasan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan pada komponen mesin tersebut. 2.4.1.Klasifikasi Pelumasan
  • 30. Sistem pelumasan dalam dunia permesinan dapat dikellompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1. Pelumasan menurut bentuknya  Pelumasan padat  Pelumasan semi padat  Pelumasan cair 2. Pelumasan menurut caranya  Pelumasan tangan : Dipakai untuk beban yang ringan dan kerja yang tidak kontinyu.  Pelumasan tetes : Minyak diteteskan dengan jumlah yang teratur melalui sebuah katup jarum.  Pelumasan sumbu : Pelumasan dengan menggunakan sumbu untuk menghisap minyak.  Pelumasan percik : Minyak dari bak penampung dipercikkan dan biasanya digunakan dalam pelumasan torak, silinder motor yang mempunyai putaran tinggi.  Pelumasan cincin : Pelumasan ini dengan menggunakan cincin yang digantung pada poros sehingga ikut berputar bersama poros dan mengangkat minyak dari bawah.  Pelumasan pompa : Disini pompa digunakan untuk mengalirkan minyak ke bantalan karena sifat minyak yang kental.  Pelimasan gravitasi : Dari sebuah tangki di atas bantalan minyak dialirkan oleh gaya beratnya sendiri 2.4.1.Tujuan dan Fungsi Pelumasan
  • 31. 1. Mengurangi daya energi pada bagian – bagian mesin yang saling bergesekan. 2. Untuk memelihara ukuran sebenarnya ( menahan keausan ) dari bagian mesin yang bergerak. 3. Membuang kotoran – kotoran yang diakkibatkan oleh pergesekan antara koponen yang bergerak 2.5.3. Rumus Dasar Pelumasan a. Perencanaan viskositas absolute dari pelumas       −= S StZ 180 22.0ρ ( 25 ) t = ∞ - 0.0035 ( T – 60 ) Dimana : Z = Absolute viscositas ( cp ) tρ = Spesific gravity pada temperature test ( t ) S = Saybelt universal second = 120 Kp = 1.45 x 10-7 Reynold Sehingga dari grafik didapat harga SAE dengan persamaan : pc nfr S . ..1 η = ( 26 ) Dimana : S1 = Angka karakteristik bantalan
  • 32. µ = Viskositas minyak pelumas c = Radial cleareance ( in ) p = Beban yang diterima bantalan ( psi ) Gambar 2.26. Dimensi Pelumasan Bantalan b. Tebal minimum minyak pelumas dari grafik 19.0= c ho ( 27 ) c. Koefisien gesek ( f ) dari grafik 15 . = c frf ( 28 ) d. Daya yang dihitung
  • 33. 63000 .nTf Fhp = ( 29 ) e. Kapasitas minyak pelumas ( Q ) dari grafik lncrf Q ... ( 30 ) f. Kapasitas minyak pelumas yang keluar dari bantalan setiap saat ( Qs ) dari grafik 88.0 . Q SQ ( 31 ) g. Grafik
  • 34. Gambar 2.27. Viscosity-temperature chart for determining viscosity of typical SAE numbered oils at various temperatures. BAB III MEKANISME SISTEM TRANSMISI 3.1 Input Data Data data yang diketahui : - Daya putaran motor (N input) = 30 HP - Putaran input (N input) = 2400 rpm
  • 35. - Putaran output (N1) = 600 rpm - Putaran output (N2) = 1500 rpm - Putaran output (N3) = 2400 rpm - Putaran output (Nreves) = 1000 rpm Asumsi - C (JARAK POROS) = 5 in - Sudut tekan ( θ ) = 25º - Diameterial pitch = 6 inchi 1.1.1. Pertimbangan Menggunakan Roda Gigi Dalam perencanaan ini menggunakan roda gigi lurus karena beberapa pertimbangan, yaitu : ➢ Dilihat dari poros, karena porosnya sejajar maka roda gigi yang paling sesuai adalah menggunakan roda gigi lurus. ➢ Karena daya dan putaran rtelatif rendah maka lebih cocok menggunakan roda gigi lurus. 1.1.1.Pertimbangan Dalam Menggunakan Poros Untuk menentukan diameter poros tergantung pada perhitungan yang akan dilakukan, tetapi untuk menentukan bahan dari poros digunakan pertimbangan sebagai berikut : • Poros sebaiknya menggunakan bahan Alloy Stell • Bahan poros sebaiknya dilakukan proses Hardening dan dilakukan pemanasan awal dan Annealling sebelum digunakan • Poros yang akan digunakan sebaiknya harus mampu menahan beban putar yang memadai 3.2. Sket Gear Box 3.2.1. gambar sket gear box input
  • 36. output gambar 3.1 sket gear box Keterangan Gambar : SIMBOL ARTI KETERANGAN 1,3,5,7 Pinion Roda gigi yang lebih kecil pada dua roda gigi yang bersinggungan, disebut juga roda gigi penggerak. 2,4,6,8 Gear Roda gigi yang didesain lebih besar dari pada pinion yang berfungsi sebagai roda gigi yang digerakkan. 9 Revers Roda gigi tambahan yang digunakan untuk membalikkan arah putaran pada poros (b) a,b,c Poros Bagian dari mesin yang berfungsi untuk meneruskan tenaga dari mesin Dan Arah putaran Arah pergerakan roda gigi danh poros Bantala n Bagian mesin yang digunakan untuk menumpu poros sehingga putaran mesin bisa berlangsung secara halus. 3.3. gambar sket gear box disetiap tingkatan kecepatan 3.3.1. tingkat kecepatan 1 (n) = 600 rpm
  • 37. Gambar 3.2 tingkat kecepatan 1 Pada tingkat kecepatan 1 (n1) roda gigi 1 dan 2 saling berhubungan sehingga terjadi tingkat kecepatan 1 (n1) = 600 rpm 3.3.2. tingkat kecepatan 2 (n) = 1500 rpm Gambar 3.3 tingkat kecepatan 2 Pada tingkat kecepatan 1 (n2) roda gigi 3 dan 4 saling berhubungan sehingga terjadi tingkat kecepatan 2 (n2) = 1500 rpm 3.3.3. tingkat kecepatan 3 (n3) = 2400 rpm
  • 38. Gambar 3.4 tingkat kecepatan 3 Pada tingkat kecepatan 1 (n3) roda gigi 5 dan 6 saling berhubungan sehingga terjadi tingkat kecepatan 3 (n3) = 2400 rpm 3.3.4. tingkat kecepatan revers (nr) = 1000 rpm Gambar 3.5 tingkat kecepatan revers (nr) Pada tingkat kecepatan revers (nr) roda gigi 7,8 dan 9 saling berhubungan , karena adanya roda gigi rivers maka putarannya searah dengan putaran pinion. sehingga terjadi tingkat kecepatan revers (nr) = 1000 rpm PENUTUP
  • 39. SARAN Pemilihan jenis material dan faKtor keamanan adalah suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan Gear Box, serta dibutuhkannya suatu rakitan atau rangkaian roda gigi yang praktis, sehingga efisien tempat dan biaya dalam pembuatan Gear Box dapat ditentukan seminimal mungkin. Gunakan jenis material yang tepat untuk menerima beban atau gaya-gaya yang terjadi dan pilihlah jenis pelumasan yang effisien sehingga Gear Box lebih aman dan lebih lama umur pemakaiannya. DAFTAR PUSTAKA
  • 40. 1. Deutsman, A.D, Walter J. Michels, Charles E. Wilson, Machine Design Theory and Practice, Coller Macmillan International, Macmillan Publishing Co. Inc. 1975. 2. Suga, Kyokatsu, Professor, toh – in Gakuen recnichal College, Japan, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Ir. Sularso, MSME, (terj). Departemen Mesin Institut Teknologi Bandung, 1980.