SlideShare a Scribd company logo
NEUROLOGI 1
Lesi UMN vs LMN
BATAS
Pada nervus cranialis : batas pada nucleusnya, sebelum (UMN),
sesudah (LMN)
Pada saraf perifer : Kornu anterior medulla spinalis
Refleks Fisiologis Pusat
Refleks Biceps C5, C6
Refleks Triceps C6-C8
Refleks Patella L2-L4
Refleks Achilles S1-S2
Grade
0 : negative
1 : hipoaktif
2 : Normal
3 : meningkat tanpa klonus
4 : meningkat dengan klonus
2
SPASTIK VS. FLAKSID
Pemeriksaan Spastik Flaksid
Kekuatan otot Menurun + gg. Motorik halus Menurun
Tonus Hipertonus Hipotonus/ Atonia
Klonus + -
Reflex Fisiologis Hiperrefleks ± klonus Hiporefleks/ Arefleks
Refleks Patologis (+) → Babinski, Openheim, Gordon, Mendel-
Bechtrew
(-)
Atrofi otot Preserved Muscle Bulk Atrofi (+)
SPASTISITAS VS. RIGIDITAS
Spastisitas Rigiditas
Resistensi yang diikuti kelenturan pada ekstremitas
yang digerakan cepat & pasif
Peningkatan resistenti otot yang dirasakan pada
seluruh rentang gerak Ketika digerakan perlahan
Contoh: clasp knife phenomenon Contoh: lead pipe, cog-wheel phenomenon
Kerusakan tractus piramidalis Kerusakan tractus ekstrapiramidalis
3
4
Clonus
PEMERIKSAAN MOTORIK
Pemeriksaan Interpretasi Penulisan
1. Gerak + / ↓ /- kanan/ kiri
2. Kekuatan 0 – 1 - 2 – 3 – 4 - 4+ - 5 Contoh : 5-5-5 / 5-5-5
(Tangan-lengan bawah-lengan atas kanan /
Tangan-lengan bawah-lengan atas kiri)
3. Tonus Normal / Menurun / Meningkat N / ↓ / ↑
4. Trofi Eutrofi/ Atrofi / Disuse atrofi/ sulit
dinilai
E / A / DA / sdn
5. Refleks fisiologis -
+
++ : Normal
+++
++++
Kanan / kiri
6. Refleks Patologis (+) atau (-) Contoh: (B,G) +/-
7. Klonus (+) atau (-) (+) atau (-)
5
6
PENILAIAN KEKUATAN OTOT
LENGAN ATAS
LENGAN BAWAH
JARI TANGAN
7
PENILAIAN KEKUATAN OTOT
TUNGKAI ATAS
TUNGKAI BAWAH
PLANTARFLEKSI
DORSOFLEKSI
8
Interpretasi Pemeriksaan Kekuatan Otot
Nilai Kekuatan
Otot
Clue Keterangan
0 Tonus (-) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 Tonus (+) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi
tidak ada gerak sama sekali
2 Geser Dapat menggerakan anggota erak tanpa gravitasi
3 Lawan Gravitasi (+) Dapat menggerakan anggota gerak untuk melawan
gravitasi
4 Tahanan Ringan (+) Dapat menggerakan sendi aktif dan melawan
tahanan
5 Tahanan Kuat (+), terampil Kekuatan normal
9
Interpretasi hasil:
Pada kasus kelemahan
ringan, paresis tidak selalu
dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan standar.
PRONATOR DRIFT/ BARRE’S SIGN
10
If a forearm pronates, with or without
downward motion, then the person is said
to have pronator drift on that side
reflecting a contralateral pyramidal
tract lesion.
REFLEKS PATOLOGIS
1. Hoffman-Tromner
Outcome positif: Dorsofleksi ibu jari kaki &
abduksi keempat jari kaki
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Babinsky
Chaddock
Schaeffer
Oppenheim
Gonda
Bing
Gordon
Outcome positif: Plantarfleksi
9.
10.
Rossolimo
Mandel-Becthrew
11
12
13
Hoffman Babinski
PEMERIKSAAN SENSORIK
EKSTEROSEPTIF/ PROTOPATIK
• Raba halus
• Nyeri
• Suhu
PROPRIOSEPTIF
• Vibrasi : 128Hz
• Rasa posisi dan sikap
14
ALGORITMA PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN SENSORIK
15
Glasgow Comma Scale
Eye (4) Verbal (5) Motor (6)
4 Membuka spontan tanpa
stimulus
5 Orientasi baik (Menyebutkan
nama, tempat dan tanggal)
6 Menuruti perintah
3 Membuka setelah rangsangan
suara atau perintah (verbal)
4 Orientasi tidak baik 5 Mampu melokalisir nyeri
2 Membuka setelah rangsangan
nyeri
3 Kata-kata jelas 4 Gerakan lengan menjauhi arah
sumber nyeri
1 Tidak membuka mata sama
sekali, tanpa faktor
penghalang
2 Mengerang 3 Fleksi tidak normal (dekortikasi)
1 Tidak ada respon suara, tanpa
faktor pengganggu
2 Ekstensi tidak normal
(deserebrasi)
1 Tidak ada respon
16
Epilepsi
Epilepsi didefinisikan sebagai serangan kejang paroksismal berulang tanpa provokasi dengan interval lebih
dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas.
UMUM
Melibatkan kedua hemisfer
PARSIAL
Melibatkan satu hemisfer saja
17
Jenis Kejang Parsial Karakteristik
Kejang parsial sederhana Merupakan kejang fokal
tanpa disertai gangguan
kesadaran.
Kejang parsial kompleks. Merupakan kejang fokal
disertai hilang atau
perubahan kesadaran
Kejang parsial menjadi
umum
Ditandai dengan kejang
fokal yang diikuti kejang
umum.
Jenis Epilepsi
Umum
Menunjukan keterlibatan 2 specimen
Fokal/parsial
Hanya terbatas pada satu hemisfer saja
18
Note
When a seizure type begins with ”focal, generalized or
absence” then the word “onset” can be presumed
19
20
Jenis Kejang Umum Karakteristik
Kejang Tonik Ditandai dengan kontraksi otot yang berlangsung selama
beberapa detik sampai beberapa menit.
Kejang klonik Ditandai sentakan mioklonik sekelompok otot.
Kejang tonik-klonik merupakan bentuk kejang dengan kombinasi kedua
elemen tipe kejang di atas, dapat tonik-klonik atau klonik
tonik-klonik.
Kejang absans tipikal Ditandai dua manifestasi utama; hilang kesadaran
transien dan gambaran EEG khas berupa gelombang
paku-ombak atau paku majemuk-ombak dengan
frekuensi 2,5-3 Hz.
Kejang atonik Merupakan kejang yang ditandai dengan hilangnya
tonus otot tanpa didahului kejang mioklonik atau tonik
21
Walaupun EEG secara rutin dilakukan pada kejang tanpa provokasi pertama dan
pada (dugaan) epilepsi, pemeriksaan ini bukanlah baku emas untuk menegakkan
diagnosis epilepsi.
Elektroensefalografi (EEG)
Magnetic resonance
imaging (MRI) merupakan
pencitraan pilihan untuk
mendeteksi kelainan yang
mendasari epilepsi.
22
Tatalaksana
Epilepsi (ILAE)
23
Jenis OAE Efek samping
Asam valproat Penambahan berat badan, kegagalan
hepar, teratogenik
Fenitoin Hipertrofi ginggiva
Fenobarbital Gangguan Kognitif
Karbamazepin Leukopenia dan agranulositosis
Syarat Pemberhentian OAE
Efek samping OAE
Obat antiepilepsi
24
Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan
atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran.
Status Epileptikus
Klasifikasi Status Epileptikus
• Klinis:
✓ SE fokal
✓ SE general
• Durasi:
✓ SE Dini( 5-30 menit)
✓ SE menetap/ Established (>30 menit)
✓ SE Refrakter ( bangkitan tetap ada
setelah mendapat dua atau tiga jenis
antikonvulsan awal dengan dosis
adekuat)
27
STATUS EPILEPTIKUS
28
Tatalaksana Status
Epileptikus Anak
29
Cerebrovascular Accident (Stroke)
Merupakan sindrom klinis yang terdiri dari defisit neurologis, baik fokal maupun global, yang terjadi
secara tiba- tiba, dengan progresivitas yang cepat, yang berlangsung 24 jam atau lebih.
30
Tipe Transient
Ischemic
Attack (TIA)
Reversible Ischemic
Neurological Deficit
(RIND)
Prolonged RIND Complete Stroke in
evolution
Durasi <24 jam >24 jam >24 jam Menetap, deficit
neurologis tidak
progresif
Menetap, deficit
neurologis
progresif
Sembuh Sempurna Sempurna
< 3 hari
Sempurna < 7 hari - -
Stroke berdasarkan perjalanan klinis
Berdasarkan PPK Neurologi 2016 dan AHA 2018
Terminologi yang dipakai adalah
TIA dan Stroke Iskemik
Akan tetapi, terminologi lama masih bisa keluar di soal tryout !
31
Jenis Etiologi Ciri Khas
Thrombosis Usia tua, DM, hipertensi, rokok, ATHEROSCLEROSIS Saat bangun tidur dan istirahat
Emboli Riwayat penyakit jantung seperti Atrial Fibrilasi, IHD, dan
penyakit katup jantung
Disertai EKG yang abnormal
ICH Hipertensi maligna Aktifitas fisik, pikiran/emosi yang
berat.
SAH Aneurisma, AVM dan gangguan koagulasi Bisa muncul kapan saja, aktivitas
berat dapat menjadi pemicu
Ciri khas masing-masing Stroke
32
33
SH vs SNH
34
Arteri yang terkena Manifestasi
a. Cerebri anterior Monoplegi/paresis kaki kontralateral, perubahan perilaku.
a. Cerebri media Kelemahan pada wajah dan extremitas atas kontralateral, afasia, disartria, hemianopsia
a. Cerebri posterior Defisit penglihatan (hemianopsia)
a. Vertebrobasiler Buta kortikal, diplopia, vertigo, nistagmus
a. Lenticulostriata
merupakan arteri
yang paling sering
terkena pada SH
35
CT scan merupakan gold standard, tetapi merupakan pemeriksaan
penunjang awal untuk menyingkirkan adanya perdarahan
Stroke Non Hemorrhagic Hiperakut : 0-6 jam
Akut : 6-24 jam
Subakut : 1 hari-2 minggu
Kronis : >2 minggu
Hipodensity and Loss of grey
and white matter differentiation
Insular ribbon sign
MCA dense sign
36
37
Stroke Hemorrhagic
Intracerebral Hemorrhage dan IVH
• Berhubungan dengan hipertensi
• Mendadak terutama saat beraktivitas
• Gejala peningkatan TIK serta nyeri kepala dan
muntah proyektil
Subarachnoid Hemorrhage (SAH)
• Gejala berupa thunderclap headache, penurunan
kesadaran, muntah, takikardi, diplopia.
• Pemeriksaan fisik didapatkan meningeal sign.
• Pada lumbal pungsi didapatkan darah
Hiperdensitas pada sulcus
dan cysterna basalis
38
Communicating Hydrocephalus
39
Skor Siriraj
Untuk stroke <24 jam
Interpretasi
• <-1 : Stroke iskemik
• >+1 : Stroke hemorrhagic
• -1 sampai +1 : sulit
ditentukan, dibutuhkan
pemeriksaan CT Scan
40
Alur Gadjah Mada untuk
stroke >24 jam
41
Prinsip Tatalaksana Stroke Iskemik
• Anti thrombus
• Perbaiki perfusi
• Neuroprotektor
• Perbaikan faktor sistemik
Trombolitik
RtPA (tissue plasminogen activator)
• Fase akut : <3 jam
• Pemberian IV rTPA dosis 0,9 mg/KgBB
(max 90 mg) dalam 60’, 10% dosis total
diberikan bolus.
Antikoagulan
Untuk emboli
• Heparin : resiko perdarahan otak
• LMWH
• Warfarin : 10 mg/hari → selama 2-4
bulan
Antiplatelet
Untuk thrombotik
• Aspirin 160-325
mg/hari
• Clopidogel 75 mg
Trombolitik Memecah thrombus yang sudah dibentuk (streptokinase, urokinase)
Antikoagulan Menghambat faktor koagulasi (heparin dan warfarin)
Antiplatelet Menghambat agregasi platelet (aspirin, clopidogrel)
42
43
AHA/ASA Guideline Stroke 2018
Mechanical Thrombectomy
• Patients should receive mechanical thrombectomy with a stent retriever if they meet
all the following criteria (Class I; Level of Evidence A):
• prestroke mRS score 0 to 1,
• causative occlusion of the internal carotid artery or proximal MCA (M1),
• age ≥18 years,
• NIHSS score of ≥6,
• ASPECTS of ≥ 6, and
• treatment can be initiated (groin puncture) within 6 hours of symptom onset
Perbaiki Sistem Perfusi
• Citicolin : 2-4 x 250 mg/IV/hr
• Dilanjutkan dgn oral 2x500 mg-1 gram
• Piracetam : 12 gr/iv dalam 20 menit
• 4x3 gr/iv/hr dilanjutkan oral 2-4 x1200 mg
• Nimodipine 30 mg/tablet
Faktor sistemik
• Diturunkan apabila tekanan darah sistolik >220 dan diastole >120
dengan diturunkan 15% dalam 24 jam pertama.
• GDS : 100-200 gr%
• Kontrol hiperlipidemia
ALUR TATALAKSANA STROKE
45
46
Prinsip :
• Turunkan tensi
• Kontrol TIK
• Waspada kejang
• Neurprotektor
• Cegah infeksi, decubitus, stress ulcer, obstipasi
• Operasi
Tatalaksana Stroke Perdarahan
Turunkan Tekanan Darah Apabila
• Sistole >200 atau MAP >150 mmHg
• Sistole >180 dengan gejala TIK meningkat
• Sistole >180 atau MAP >130 mmHg dengan
target 160/90 atau MAP 110 mmHg
• Maksimal diturunkan 25% MAP
47
• Osmoterapi atas indikasi:
• Manitol 20% loading dose 1 gr/kgBB dilanjutkan 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama
>20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310 mOsm/L kalau perlu,
berikan furosemide dengan dosis inisial 1mg/kgBB i.v.
48
Trias Cushing pada
peningkatan TIK
49
Aphasia A loss of impairment of verbal communication, which occurs as a consequence of brain
dysfunction
Agraphia Defined as disruption of previously intact writing skills by brain damage
Alexia An acquired type of sensory aphasia where damage to the brain causes the patient to
lose the ability to read (word blindness/text blindness/visual aphasia)
Acalculia A clinical syndrome of acquired deficits in mathematical calculation, either mentally pr
with paper and pencil
Apraxia A loss of ability to perform skilled movements
Agnosia A loss of ability to recognize objects, persons, sounds, shapes, or smells while the
specific sense is not defective nor is there any significant memory loss
Gangguan Fungsi Luhur
50
Aphasia Anomik : gangguan pada
fungsi naming(penamaan benda)
Aphasia transkortikal : Repetisi
selalu baik, yang rusak sesuai
dengan namanya, motor
(fluensi), sensoris (komprehensi)
dan mixed (fluensi dan
komprehensi)
51
Nervus
Craniales
52
Lesi Nervus II
Tersering pada kasus adenoma
hipofisis
Hemianopsia homonim
sinistra/dextra selalu
berlawanan dengan tractus yang
rusak
Lesi pada visual cortex akan
memberikan gambaran macular
sparing
53
Lesi Reflex Pupil
Lesi NII Dextra
Lesi NIII Dextra
Normal Cara mudah
Apabila pupil direk dan indirek yang
rusak berlawanan maka itu lesi pada
NII sesuai direk.
Apabila pupil direk dan indirek yang
rusak searah maka lesinya pada NIII
54
Lesi Pada NVII
55
• Akut, unilateral, paralisis n. fascial tipe LMN (perifer)
• Etiologi: idiopatik
• Onset: < 48 jam
Bells Palsy
Gejala dan Tanda
1. Merot atau kelumpuhan muskulus facialis.
2. Tidak mampu menutup mata
3. Nyeri tajam di telinga dan mastoid
4. Hiperakusis
5. Gangguan pengecapan
Pemeriksaan Fisik
1. Distorsi pada wajah berupa merot.
2. Hilangnya lipatan/kerutan pada dahi.
3. Peningkatan salivasi
4. Gangguan pengecapan
5. Lagoftalmus
56
Penatalaksanaan
57
Pyramidal Tract Lession
Plegi : Kekuatan otot 0
Paresis : Kekuatan otot 1-4
Monoplegia : lumpuh salah satu extremitas
Hemiplegia : Lumpuh setengah extremitas
Paraplegia : Lumpuh kedua kaki
Quadriplegia : Lumpuh keempat extremitas
58
59
60
Trauma medulla spinalis
Grade Gangguan Medula Spinalis
A Motorik 0, sensorik terganggu hingga S4-S5
B Motorik 0, fungsi sensoris baik
C Motorik 1-2, fungsi sensoris baik
D Motorik 3-4, fungsi sensoris baik
E Motorik 5, fungsi sensoris baik
Klasifikasi ditegakkan dalam waktu 72 jam – 7 hari post
trauma, berdasarkan American Spinal Injury Association
(ASIA):
A = Absent
E = Excellent
61
62
Trauma Medula Spinalis
Jenis Lesi Deskripsi Lesi Medicologic
Lesi transversal medulla spinalis Lesi motorik, sensorik, dan propioseptif
pada kanan dan kiri.
-
Central Cord Lesion Kelainan sensoris dan motorik extremitas
atas lebih buruk dari yang bawah.
ATAS lebih BURUK
Brown-Sequard Syndrome Lesi motorik dan propioseptif
IPSILATERAL, nyeri dan suhu
KONTRALATERAL
Motorik dan Sensorik lesinya
BERLAWANAN
Anterior Cord Syndrome Lesi ipsilateral dan kontralateral pada
motorik, sensorik dan suhu
Satu-satunya yang SELAMAT adalah
PROPIOSEPTIF
Posterior Cord Syndrome Kerusakan pada propioseptif, vibrasi dan
diskriminasi 2 titik ipsi dan kontralateral
Satu-satunya yang RUSAK adalah
PROPIOSEPTIF
63
• Tatalaksana di IGD
• Stabilisasi ABCDE
• Analgetik kuat bila perlu (e.g tramadol, morfin sulfat)
• Pemberian kortikosteroid
Manajemen Trauma Medulla Spinalis
Diagnosis ditegakkan < 8 jam paska
trauma -> metilprednisolon 30 mg/kgBB
bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45
menit.
Dilanjutkan infus MP 5,4 mg/kgBB/jam
selama 23 jam
Diagnosis ditegakkan > 8 jam paska
trauma -> tidak dianjurkan pemberian
kortikosteroid
64
Dermatome
65
Gangguan Gerak
Parkinson Disease (3A)
Lewy Body Pada
Parkinson Disease
PARKINSONISM PARKINSON DISEASE
Gejala utama berupa TRAP
• Tremor (resting tremor)
• Rigiditas (cogwheel rigidity)
• Akinesia / bradikinesia
• Postural Instability
Disebabkan oleh penyebab lain
seperti obat antipsikotik, anti
muntah (metoclorpramide), riwayat
stroke
Gejala parkinsonism (TRAP)
dibuktikan dengan
degenerasi ganglia basalis
dan hasil PA ditemukan
Lewy Body
67
Meyerson Sign
Retropulsion Test
Petit March Gait
Pill rolling tremor
Meyerson Sign
Dilakukan dengan mengetuk
glabella pasien
Hasil positif berupa :
persistent blinking
68
POSSIBLE
Salah satu dari TRAP (1/4)
KRITERIA HUGHES
PROBABLE
Kombinasi dua dari TRAP (2/4)
DEFINITE
Kombinasi 3/4 dari TRAP (3-4/4)
69
Axial symptoms associated with Parkinson's disease, such as freezing of gait,
postural instability, trunk posture alterations, and dysarthrophonia
Parkinson Dan Neurotransmitter
70
B R A I N
Ganglia basalis
Acetylcholin Normal
Dopamin
Acetylcholin PD
Perokside Radical H
Tissue
damage
Anticholinergic
(Trihexylphenidyl)
MAO MAO I ( selegiline )
D2
Dopamin
Receptor
Dopamin Agonist
Ergot
(bromocryptin)
Non Ergot
(pramipexole)
Levodopa
Levodopa
Dopamin
Decarboxylase
Decarboxylase Inhibitor
(Benzeraside)
(carbidopa)
3 OMD
COMT
COMT Inhibitor
(entacapone)
BLOOD BRAIN BARIER
PHERIFER
Decarboxylase
72
Gangguan Ganglia Basalis
Putamen
Ncl Subthalamicus
Lesi Striatum
Chorea
73
Simulasi Kasus
Keluhan Utama : Separuh badan lemas
• Seorang pria usia 57 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan kelemahan pada anggota
gerak sisi kanan. Keluhan dirasakan 3 jam sebelum masuk RS. Keluhan muncul setelah pasien
bangun tidur. Keluhan disertai wajah merot ke kanan dan bicara pelo Keluhan tidak disertai mual,
muntah, dan nyeri kepala
• Riwayat kolesterol sejak 10 tahun dan tidak mengkonsumsi obat.
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Tanda vital : - 160/90 mmHg
- HR : 100 x/menit : isi dan tegangan cukup
- RR : 24 x/menit
- T : 37,1o C aksiler
• Status generalis dbn
• PF Neurologis : Apa yang bisa didapatkan dari amannesis?
• Rangsang meningeal (-)
75
Diskusi Kasus
a. Pemeriksaan penunjang
b. Diagnosis dan Diagnosis banding
c. Tatalaksana
d. Edukasi
76
Keluhan Utama : kedua tungkai lemah
• Seorang pria usia 40 tahun dibawa ke IGD post kecelakaan lalu lintas 2 jam
yang lalu. Pasien mengatakan kelemahan di ekstremitasnya, namun
ekstremitas atas lebih berat.
• Pemeriksaan tanda vital TD 130/80 mmHg, HR 90x/m, RR 20x/m, suhu
36.70C.
• Pemeriksaan neurologis, kekuatan motoric ekstremitas atas 2222/2222,
ekstremitas bawah 4444/4444
• pemeriksaan sensorik didapatkan penurunan sensasi nyeri dan suhu pada
pada ekstremitas atas
• Tes propiosepsi masih baik
77
Diskusi Kasus
a. Pemeriksaan penunjang
b. Diagnosis dan Diagnosis banding
c. Apa perbedaan lesi UMN dan LMN
d. Tatalaksana
e. Edukasi
78
79

More Related Content

Similar to 6.1 Coretan Slide Neurologi 1 - dr. Febby.pdf

Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeAsuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Herianto Elbcome 300
 
Modul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdfModul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdf
DollyIndraSiregar
 
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsyAspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Denis Siregar
 
Anti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigoAnti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigo
Fadhol Romdhoni
 
Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens
Phil Adit R
 
Hie referat
Hie referatHie referat
Hie referat
Mahesa Suryanagara
 
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.pptKP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
ssuser0c40b4
 
SGB
SGBSGB
Epilepsi 0
Epilepsi 0Epilepsi 0
Epilepsi 0
AmandaNathania1
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
sardiantidwitirta
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindromFionna Pohan
 
164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila
homeworkping8
 
Trauma spinal cord injury
Trauma spinal cord injuryTrauma spinal cord injury
Trauma spinal cord injury
Army Of God
 
trauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptxtrauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptx
ssuserf1eb1f
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptxdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
PujaMonitra
 

Similar to 6.1 Coretan Slide Neurologi 1 - dr. Febby.pdf (20)

Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeAsuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
 
Kejang
KejangKejang
Kejang
 
Modul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdfModul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdf
 
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsyAspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
 
Anti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigoAnti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigo
 
Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens
 
Hie referat
Hie referatHie referat
Hie referat
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.pptKP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
 
SGB
SGBSGB
SGB
 
Epilepsi 0
Epilepsi 0Epilepsi 0
Epilepsi 0
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila
 
Trauma spinal cord injury
Trauma spinal cord injuryTrauma spinal cord injury
Trauma spinal cord injury
 
trauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptxtrauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptx
 
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke  AKPER PEMKAB MUNATugas eke  AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptxdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
 

Recently uploaded

Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 

Recently uploaded (20)

Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 

6.1 Coretan Slide Neurologi 1 - dr. Febby.pdf

  • 2. Lesi UMN vs LMN BATAS Pada nervus cranialis : batas pada nucleusnya, sebelum (UMN), sesudah (LMN) Pada saraf perifer : Kornu anterior medulla spinalis Refleks Fisiologis Pusat Refleks Biceps C5, C6 Refleks Triceps C6-C8 Refleks Patella L2-L4 Refleks Achilles S1-S2 Grade 0 : negative 1 : hipoaktif 2 : Normal 3 : meningkat tanpa klonus 4 : meningkat dengan klonus 2
  • 3. SPASTIK VS. FLAKSID Pemeriksaan Spastik Flaksid Kekuatan otot Menurun + gg. Motorik halus Menurun Tonus Hipertonus Hipotonus/ Atonia Klonus + - Reflex Fisiologis Hiperrefleks ± klonus Hiporefleks/ Arefleks Refleks Patologis (+) → Babinski, Openheim, Gordon, Mendel- Bechtrew (-) Atrofi otot Preserved Muscle Bulk Atrofi (+) SPASTISITAS VS. RIGIDITAS Spastisitas Rigiditas Resistensi yang diikuti kelenturan pada ekstremitas yang digerakan cepat & pasif Peningkatan resistenti otot yang dirasakan pada seluruh rentang gerak Ketika digerakan perlahan Contoh: clasp knife phenomenon Contoh: lead pipe, cog-wheel phenomenon Kerusakan tractus piramidalis Kerusakan tractus ekstrapiramidalis 3
  • 5. PEMERIKSAAN MOTORIK Pemeriksaan Interpretasi Penulisan 1. Gerak + / ↓ /- kanan/ kiri 2. Kekuatan 0 – 1 - 2 – 3 – 4 - 4+ - 5 Contoh : 5-5-5 / 5-5-5 (Tangan-lengan bawah-lengan atas kanan / Tangan-lengan bawah-lengan atas kiri) 3. Tonus Normal / Menurun / Meningkat N / ↓ / ↑ 4. Trofi Eutrofi/ Atrofi / Disuse atrofi/ sulit dinilai E / A / DA / sdn 5. Refleks fisiologis - + ++ : Normal +++ ++++ Kanan / kiri 6. Refleks Patologis (+) atau (-) Contoh: (B,G) +/- 7. Klonus (+) atau (-) (+) atau (-) 5
  • 6. 6
  • 7. PENILAIAN KEKUATAN OTOT LENGAN ATAS LENGAN BAWAH JARI TANGAN 7
  • 8. PENILAIAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI ATAS TUNGKAI BAWAH PLANTARFLEKSI DORSOFLEKSI 8
  • 9. Interpretasi Pemeriksaan Kekuatan Otot Nilai Kekuatan Otot Clue Keterangan 0 Tonus (-) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali 1 Tonus (+) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerak sama sekali 2 Geser Dapat menggerakan anggota erak tanpa gravitasi 3 Lawan Gravitasi (+) Dapat menggerakan anggota gerak untuk melawan gravitasi 4 Tahanan Ringan (+) Dapat menggerakan sendi aktif dan melawan tahanan 5 Tahanan Kuat (+), terampil Kekuatan normal 9
  • 10. Interpretasi hasil: Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi dengan pemeriksaan standar. PRONATOR DRIFT/ BARRE’S SIGN 10 If a forearm pronates, with or without downward motion, then the person is said to have pronator drift on that side reflecting a contralateral pyramidal tract lesion.
  • 11. REFLEKS PATOLOGIS 1. Hoffman-Tromner Outcome positif: Dorsofleksi ibu jari kaki & abduksi keempat jari kaki 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Babinsky Chaddock Schaeffer Oppenheim Gonda Bing Gordon Outcome positif: Plantarfleksi 9. 10. Rossolimo Mandel-Becthrew 11
  • 12. 12
  • 14. PEMERIKSAAN SENSORIK EKSTEROSEPTIF/ PROTOPATIK • Raba halus • Nyeri • Suhu PROPRIOSEPTIF • Vibrasi : 128Hz • Rasa posisi dan sikap 14
  • 15. ALGORITMA PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN SENSORIK 15
  • 16. Glasgow Comma Scale Eye (4) Verbal (5) Motor (6) 4 Membuka spontan tanpa stimulus 5 Orientasi baik (Menyebutkan nama, tempat dan tanggal) 6 Menuruti perintah 3 Membuka setelah rangsangan suara atau perintah (verbal) 4 Orientasi tidak baik 5 Mampu melokalisir nyeri 2 Membuka setelah rangsangan nyeri 3 Kata-kata jelas 4 Gerakan lengan menjauhi arah sumber nyeri 1 Tidak membuka mata sama sekali, tanpa faktor penghalang 2 Mengerang 3 Fleksi tidak normal (dekortikasi) 1 Tidak ada respon suara, tanpa faktor pengganggu 2 Ekstensi tidak normal (deserebrasi) 1 Tidak ada respon 16
  • 17. Epilepsi Epilepsi didefinisikan sebagai serangan kejang paroksismal berulang tanpa provokasi dengan interval lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas. UMUM Melibatkan kedua hemisfer PARSIAL Melibatkan satu hemisfer saja 17
  • 18. Jenis Kejang Parsial Karakteristik Kejang parsial sederhana Merupakan kejang fokal tanpa disertai gangguan kesadaran. Kejang parsial kompleks. Merupakan kejang fokal disertai hilang atau perubahan kesadaran Kejang parsial menjadi umum Ditandai dengan kejang fokal yang diikuti kejang umum. Jenis Epilepsi Umum Menunjukan keterlibatan 2 specimen Fokal/parsial Hanya terbatas pada satu hemisfer saja 18
  • 19. Note When a seizure type begins with ”focal, generalized or absence” then the word “onset” can be presumed 19
  • 20. 20
  • 21. Jenis Kejang Umum Karakteristik Kejang Tonik Ditandai dengan kontraksi otot yang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang klonik Ditandai sentakan mioklonik sekelompok otot. Kejang tonik-klonik merupakan bentuk kejang dengan kombinasi kedua elemen tipe kejang di atas, dapat tonik-klonik atau klonik tonik-klonik. Kejang absans tipikal Ditandai dua manifestasi utama; hilang kesadaran transien dan gambaran EEG khas berupa gelombang paku-ombak atau paku majemuk-ombak dengan frekuensi 2,5-3 Hz. Kejang atonik Merupakan kejang yang ditandai dengan hilangnya tonus otot tanpa didahului kejang mioklonik atau tonik 21
  • 22. Walaupun EEG secara rutin dilakukan pada kejang tanpa provokasi pertama dan pada (dugaan) epilepsi, pemeriksaan ini bukanlah baku emas untuk menegakkan diagnosis epilepsi. Elektroensefalografi (EEG) Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pencitraan pilihan untuk mendeteksi kelainan yang mendasari epilepsi. 22
  • 24. Jenis OAE Efek samping Asam valproat Penambahan berat badan, kegagalan hepar, teratogenik Fenitoin Hipertrofi ginggiva Fenobarbital Gangguan Kognitif Karbamazepin Leukopenia dan agranulositosis Syarat Pemberhentian OAE Efek samping OAE Obat antiepilepsi 24
  • 25. Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran. Status Epileptikus Klasifikasi Status Epileptikus • Klinis: ✓ SE fokal ✓ SE general • Durasi: ✓ SE Dini( 5-30 menit) ✓ SE menetap/ Established (>30 menit) ✓ SE Refrakter ( bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis antikonvulsan awal dengan dosis adekuat) 27
  • 28. Cerebrovascular Accident (Stroke) Merupakan sindrom klinis yang terdiri dari defisit neurologis, baik fokal maupun global, yang terjadi secara tiba- tiba, dengan progresivitas yang cepat, yang berlangsung 24 jam atau lebih. 30
  • 29. Tipe Transient Ischemic Attack (TIA) Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) Prolonged RIND Complete Stroke in evolution Durasi <24 jam >24 jam >24 jam Menetap, deficit neurologis tidak progresif Menetap, deficit neurologis progresif Sembuh Sempurna Sempurna < 3 hari Sempurna < 7 hari - - Stroke berdasarkan perjalanan klinis Berdasarkan PPK Neurologi 2016 dan AHA 2018 Terminologi yang dipakai adalah TIA dan Stroke Iskemik Akan tetapi, terminologi lama masih bisa keluar di soal tryout ! 31
  • 30. Jenis Etiologi Ciri Khas Thrombosis Usia tua, DM, hipertensi, rokok, ATHEROSCLEROSIS Saat bangun tidur dan istirahat Emboli Riwayat penyakit jantung seperti Atrial Fibrilasi, IHD, dan penyakit katup jantung Disertai EKG yang abnormal ICH Hipertensi maligna Aktifitas fisik, pikiran/emosi yang berat. SAH Aneurisma, AVM dan gangguan koagulasi Bisa muncul kapan saja, aktivitas berat dapat menjadi pemicu Ciri khas masing-masing Stroke 32
  • 31. 33
  • 33. Arteri yang terkena Manifestasi a. Cerebri anterior Monoplegi/paresis kaki kontralateral, perubahan perilaku. a. Cerebri media Kelemahan pada wajah dan extremitas atas kontralateral, afasia, disartria, hemianopsia a. Cerebri posterior Defisit penglihatan (hemianopsia) a. Vertebrobasiler Buta kortikal, diplopia, vertigo, nistagmus a. Lenticulostriata merupakan arteri yang paling sering terkena pada SH 35
  • 34. CT scan merupakan gold standard, tetapi merupakan pemeriksaan penunjang awal untuk menyingkirkan adanya perdarahan Stroke Non Hemorrhagic Hiperakut : 0-6 jam Akut : 6-24 jam Subakut : 1 hari-2 minggu Kronis : >2 minggu Hipodensity and Loss of grey and white matter differentiation Insular ribbon sign MCA dense sign 36
  • 35. 37
  • 36. Stroke Hemorrhagic Intracerebral Hemorrhage dan IVH • Berhubungan dengan hipertensi • Mendadak terutama saat beraktivitas • Gejala peningkatan TIK serta nyeri kepala dan muntah proyektil Subarachnoid Hemorrhage (SAH) • Gejala berupa thunderclap headache, penurunan kesadaran, muntah, takikardi, diplopia. • Pemeriksaan fisik didapatkan meningeal sign. • Pada lumbal pungsi didapatkan darah Hiperdensitas pada sulcus dan cysterna basalis 38
  • 38. Skor Siriraj Untuk stroke <24 jam Interpretasi • <-1 : Stroke iskemik • >+1 : Stroke hemorrhagic • -1 sampai +1 : sulit ditentukan, dibutuhkan pemeriksaan CT Scan 40
  • 39. Alur Gadjah Mada untuk stroke >24 jam 41
  • 40. Prinsip Tatalaksana Stroke Iskemik • Anti thrombus • Perbaiki perfusi • Neuroprotektor • Perbaikan faktor sistemik Trombolitik RtPA (tissue plasminogen activator) • Fase akut : <3 jam • Pemberian IV rTPA dosis 0,9 mg/KgBB (max 90 mg) dalam 60’, 10% dosis total diberikan bolus. Antikoagulan Untuk emboli • Heparin : resiko perdarahan otak • LMWH • Warfarin : 10 mg/hari → selama 2-4 bulan Antiplatelet Untuk thrombotik • Aspirin 160-325 mg/hari • Clopidogel 75 mg Trombolitik Memecah thrombus yang sudah dibentuk (streptokinase, urokinase) Antikoagulan Menghambat faktor koagulasi (heparin dan warfarin) Antiplatelet Menghambat agregasi platelet (aspirin, clopidogrel) 42
  • 41. 43
  • 42. AHA/ASA Guideline Stroke 2018 Mechanical Thrombectomy • Patients should receive mechanical thrombectomy with a stent retriever if they meet all the following criteria (Class I; Level of Evidence A): • prestroke mRS score 0 to 1, • causative occlusion of the internal carotid artery or proximal MCA (M1), • age ≥18 years, • NIHSS score of ≥6, • ASPECTS of ≥ 6, and • treatment can be initiated (groin puncture) within 6 hours of symptom onset
  • 43. Perbaiki Sistem Perfusi • Citicolin : 2-4 x 250 mg/IV/hr • Dilanjutkan dgn oral 2x500 mg-1 gram • Piracetam : 12 gr/iv dalam 20 menit • 4x3 gr/iv/hr dilanjutkan oral 2-4 x1200 mg • Nimodipine 30 mg/tablet Faktor sistemik • Diturunkan apabila tekanan darah sistolik >220 dan diastole >120 dengan diturunkan 15% dalam 24 jam pertama. • GDS : 100-200 gr% • Kontrol hiperlipidemia ALUR TATALAKSANA STROKE 45
  • 44. 46
  • 45. Prinsip : • Turunkan tensi • Kontrol TIK • Waspada kejang • Neurprotektor • Cegah infeksi, decubitus, stress ulcer, obstipasi • Operasi Tatalaksana Stroke Perdarahan Turunkan Tekanan Darah Apabila • Sistole >200 atau MAP >150 mmHg • Sistole >180 dengan gejala TIK meningkat • Sistole >180 atau MAP >130 mmHg dengan target 160/90 atau MAP 110 mmHg • Maksimal diturunkan 25% MAP 47
  • 46. • Osmoterapi atas indikasi: • Manitol 20% loading dose 1 gr/kgBB dilanjutkan 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310 mOsm/L kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1mg/kgBB i.v. 48
  • 48. Aphasia A loss of impairment of verbal communication, which occurs as a consequence of brain dysfunction Agraphia Defined as disruption of previously intact writing skills by brain damage Alexia An acquired type of sensory aphasia where damage to the brain causes the patient to lose the ability to read (word blindness/text blindness/visual aphasia) Acalculia A clinical syndrome of acquired deficits in mathematical calculation, either mentally pr with paper and pencil Apraxia A loss of ability to perform skilled movements Agnosia A loss of ability to recognize objects, persons, sounds, shapes, or smells while the specific sense is not defective nor is there any significant memory loss Gangguan Fungsi Luhur 50
  • 49. Aphasia Anomik : gangguan pada fungsi naming(penamaan benda) Aphasia transkortikal : Repetisi selalu baik, yang rusak sesuai dengan namanya, motor (fluensi), sensoris (komprehensi) dan mixed (fluensi dan komprehensi) 51
  • 51. Lesi Nervus II Tersering pada kasus adenoma hipofisis Hemianopsia homonim sinistra/dextra selalu berlawanan dengan tractus yang rusak Lesi pada visual cortex akan memberikan gambaran macular sparing 53
  • 52. Lesi Reflex Pupil Lesi NII Dextra Lesi NIII Dextra Normal Cara mudah Apabila pupil direk dan indirek yang rusak berlawanan maka itu lesi pada NII sesuai direk. Apabila pupil direk dan indirek yang rusak searah maka lesinya pada NIII 54
  • 54. • Akut, unilateral, paralisis n. fascial tipe LMN (perifer) • Etiologi: idiopatik • Onset: < 48 jam Bells Palsy Gejala dan Tanda 1. Merot atau kelumpuhan muskulus facialis. 2. Tidak mampu menutup mata 3. Nyeri tajam di telinga dan mastoid 4. Hiperakusis 5. Gangguan pengecapan Pemeriksaan Fisik 1. Distorsi pada wajah berupa merot. 2. Hilangnya lipatan/kerutan pada dahi. 3. Peningkatan salivasi 4. Gangguan pengecapan 5. Lagoftalmus 56
  • 56. Pyramidal Tract Lession Plegi : Kekuatan otot 0 Paresis : Kekuatan otot 1-4 Monoplegia : lumpuh salah satu extremitas Hemiplegia : Lumpuh setengah extremitas Paraplegia : Lumpuh kedua kaki Quadriplegia : Lumpuh keempat extremitas 58
  • 57. 59
  • 58. 60
  • 59. Trauma medulla spinalis Grade Gangguan Medula Spinalis A Motorik 0, sensorik terganggu hingga S4-S5 B Motorik 0, fungsi sensoris baik C Motorik 1-2, fungsi sensoris baik D Motorik 3-4, fungsi sensoris baik E Motorik 5, fungsi sensoris baik Klasifikasi ditegakkan dalam waktu 72 jam – 7 hari post trauma, berdasarkan American Spinal Injury Association (ASIA): A = Absent E = Excellent 61
  • 60. 62
  • 61. Trauma Medula Spinalis Jenis Lesi Deskripsi Lesi Medicologic Lesi transversal medulla spinalis Lesi motorik, sensorik, dan propioseptif pada kanan dan kiri. - Central Cord Lesion Kelainan sensoris dan motorik extremitas atas lebih buruk dari yang bawah. ATAS lebih BURUK Brown-Sequard Syndrome Lesi motorik dan propioseptif IPSILATERAL, nyeri dan suhu KONTRALATERAL Motorik dan Sensorik lesinya BERLAWANAN Anterior Cord Syndrome Lesi ipsilateral dan kontralateral pada motorik, sensorik dan suhu Satu-satunya yang SELAMAT adalah PROPIOSEPTIF Posterior Cord Syndrome Kerusakan pada propioseptif, vibrasi dan diskriminasi 2 titik ipsi dan kontralateral Satu-satunya yang RUSAK adalah PROPIOSEPTIF 63
  • 62. • Tatalaksana di IGD • Stabilisasi ABCDE • Analgetik kuat bila perlu (e.g tramadol, morfin sulfat) • Pemberian kortikosteroid Manajemen Trauma Medulla Spinalis Diagnosis ditegakkan < 8 jam paska trauma -> metilprednisolon 30 mg/kgBB bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45 menit. Dilanjutkan infus MP 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam Diagnosis ditegakkan > 8 jam paska trauma -> tidak dianjurkan pemberian kortikosteroid 64
  • 65. Parkinson Disease (3A) Lewy Body Pada Parkinson Disease PARKINSONISM PARKINSON DISEASE Gejala utama berupa TRAP • Tremor (resting tremor) • Rigiditas (cogwheel rigidity) • Akinesia / bradikinesia • Postural Instability Disebabkan oleh penyebab lain seperti obat antipsikotik, anti muntah (metoclorpramide), riwayat stroke Gejala parkinsonism (TRAP) dibuktikan dengan degenerasi ganglia basalis dan hasil PA ditemukan Lewy Body 67
  • 66. Meyerson Sign Retropulsion Test Petit March Gait Pill rolling tremor Meyerson Sign Dilakukan dengan mengetuk glabella pasien Hasil positif berupa : persistent blinking 68
  • 67. POSSIBLE Salah satu dari TRAP (1/4) KRITERIA HUGHES PROBABLE Kombinasi dua dari TRAP (2/4) DEFINITE Kombinasi 3/4 dari TRAP (3-4/4) 69 Axial symptoms associated with Parkinson's disease, such as freezing of gait, postural instability, trunk posture alterations, and dysarthrophonia
  • 69. B R A I N Ganglia basalis Acetylcholin Normal Dopamin Acetylcholin PD Perokside Radical H Tissue damage Anticholinergic (Trihexylphenidyl) MAO MAO I ( selegiline ) D2 Dopamin Receptor Dopamin Agonist Ergot (bromocryptin) Non Ergot (pramipexole) Levodopa Levodopa Dopamin Decarboxylase Decarboxylase Inhibitor (Benzeraside) (carbidopa) 3 OMD COMT COMT Inhibitor (entacapone) BLOOD BRAIN BARIER PHERIFER Decarboxylase
  • 70. 72
  • 71. Gangguan Ganglia Basalis Putamen Ncl Subthalamicus Lesi Striatum Chorea 73
  • 73. Keluhan Utama : Separuh badan lemas • Seorang pria usia 57 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak sisi kanan. Keluhan dirasakan 3 jam sebelum masuk RS. Keluhan muncul setelah pasien bangun tidur. Keluhan disertai wajah merot ke kanan dan bicara pelo Keluhan tidak disertai mual, muntah, dan nyeri kepala • Riwayat kolesterol sejak 10 tahun dan tidak mengkonsumsi obat. • Keadaan umum : Tampak sakit sedang • Tanda vital : - 160/90 mmHg - HR : 100 x/menit : isi dan tegangan cukup - RR : 24 x/menit - T : 37,1o C aksiler • Status generalis dbn • PF Neurologis : Apa yang bisa didapatkan dari amannesis? • Rangsang meningeal (-) 75
  • 74. Diskusi Kasus a. Pemeriksaan penunjang b. Diagnosis dan Diagnosis banding c. Tatalaksana d. Edukasi 76
  • 75. Keluhan Utama : kedua tungkai lemah • Seorang pria usia 40 tahun dibawa ke IGD post kecelakaan lalu lintas 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan kelemahan di ekstremitasnya, namun ekstremitas atas lebih berat. • Pemeriksaan tanda vital TD 130/80 mmHg, HR 90x/m, RR 20x/m, suhu 36.70C. • Pemeriksaan neurologis, kekuatan motoric ekstremitas atas 2222/2222, ekstremitas bawah 4444/4444 • pemeriksaan sensorik didapatkan penurunan sensasi nyeri dan suhu pada pada ekstremitas atas • Tes propiosepsi masih baik 77
  • 76. Diskusi Kasus a. Pemeriksaan penunjang b. Diagnosis dan Diagnosis banding c. Apa perbedaan lesi UMN dan LMN d. Tatalaksana e. Edukasi 78
  • 77. 79