SlideShare a Scribd company logo
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



    IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH
                        DI KABUPATEN BONE



                                                            Nurjanani
                                 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan


                                                             ABSTRAK

Kabupaten Bone termasuk daerah pengembangan bawang merah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010, luas tanam
bawang merah di kabupaten tersebut mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha. Produktivitas yang dicapai
masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha. Rendahnya
produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan
yang biasanya sulit dikendalikan. Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di
kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011.
Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan
metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan
terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan. Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman
bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum
gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah
ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada
penggunaan pestisida.

Kata Kunci:        Identifikasi, hama dan penyakit, bawang merah

                                                                 
                                                            ABSTRACT

Bone Regency is one of shallot development area in South Sulawesi. In 2010, cultivation area of shallot in Bone
regency reached 360 ha with a productivity of 5.6 t / ha. The Productivity is still very low compared with potential
shallot yield can reach 12 t / ha. The low productivity due to the presence of pests and diseases that cause
damage that is usually difficult to control. Identify of pests and diseases types was done by observation in the
garden farmer in the Opo village, Ajangale district, Bone regency. Activities was conducted in March 2011.
Sampling is done by selecting the crop plants in a systematic sample using the method of U shape sampling as much
as 20 plants in 0.1 ha. Observations was done as attack symptoms and calculate the percentage of attacks. Kind of
diseases was found on shallot in Opo village, Ajangale districts, Bone regency ware antraknosa disease
(Colletotricum gloeosporioides) and purple spot disease (Alternaria porii). Whereas the types of pests that attack
was caterpillars leeks (S. exigua). Control of pests and diseases by farmers do for this was still limited
to the pesticides use.

Keywords: identification, pests and diseases, shallot



                                                           PENDAHULUAN
       Bawang merah (Allium cepa L.) termasuk komoditas yang mendapat prioritas nasional untuk
dikembangkan (Badan Litbang Pertanian, 2007). Komoditas ini juga merupakan andalan daerah Provinsi
Sulawesi Selatan. Daerah pengembangannya tersebar di beberapa kabupaten termasuk kabupaten Bone.
Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten Bone mencapai 360 ha dengan produktivitas
5,6 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangkep, 2011). Produktivitas tersebut masih sangat rendah jika

                                                               16
Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone



dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha (Suwandi, 1994).
Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang
menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan.
        Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat daun yang memiliki nama
latin Spodopetra exigua. Hama ini ditemukan hampir di seluruh sentra produksi bawang merah.
Kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,80% sampai 100,00% tergantung pengelolaan budidaya
bawang merah. (Nurjanani dan Ramlan, 2008). Serangan hama biasanya terjadi pada daerah dataran
rendah (iklim kering), sedangkan penyakit biasanya ditemukan di daerah dataran tinggi yang selalu
lembab. Jenis penyakit yang sering ditemukan pada pertanaman bawang merah di Sulsel adalah penyakit
layu Fusarium (Fusarium oxysporum), penyakit antraknose (Colletotricum gloeosporioides), dan penyakit
bercak ungu (Alternaria porii )(Nurjanani et al., 2004).
        Tindakan pengendalian yang tepat memerlukan pengetahuan jenis organisme pengganggu yang
menyerang. Dalam konsep pengendaalian hama terpadu (PHT), salah satu prinsip pengendalian adalah
pengamatan berkala. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyakit
tanaman bawang merah di sentra produksi kabupaten Bone, agar tindakan pengendalian bisa dilakukan
dengan tepat dan efektif.


                                             METODOLOGI
        Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di
Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan
sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan
metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan
dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan dengan rumus sebagai berikut:

              A
       P = --------- x 100%
              B

       P = Persentase serangan
       A = Tanaman yang terserang
       B = Jumlah Tanaman yang diamati

        Untuk mengetahui pathogen (penyebab penyakit), tanaman yang menunjukkan gejala diambil dan
dibawa ke Laboratorium hama dan penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin untuk
diidentifikasi. Disamping itu, juga dilakukan wawancara terhadap beberapa petani dari kelompok Tani
Tenribettae untuk mendapatkan informasi teknik budidaya bawang merah yang dilakukan petani di
daerah tersebut.


                                         HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Usahatani Bawang Merah
       Penanaman bawang merah di daerah ini dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan
Oktober-Maret. Jenis bawang merah yang ditanam adalah Varietas Bima. Kebutuhan benih 800 kg/ha.
Jarak tanam yang digunakan 15 cm x 15 cm.
       Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang 5 ton/ha, Ponska 200 k/ha, dan ZA 200 kg/ha.
Pupuk kandang diberikan sebelum tanam, Ponska dan ZA diaplikasikan dua kali yaitu pada saat tanam dan
umur 3 minggu setelah tanam masing-masing ½ dosis.
                                                     17
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



        Pengairan tanaman dilakukan dengan memasukkan air ke sawah (pengairan lab) melalui selang
yang dipompa menggunakan mesin.
        Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan herbisida (Paratop atau DMA) setelah
pengolahan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu rumput dicabut menggunakan kura-kura.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida secara
berkala setiap minggu dimulai pada umu satu minggu setelah tanam.

Hama dan Penyakit
          Pada saat pengamatan tidak ditemukan hama yang menyerang tanaman bawang merah, namun
berdasarkan keterangan para petani, jenis hama yang biasa menyerang pada pertanaman bawang merah
musim tanam sebelumnya adalah ulat bawang (Spodoptera exigua).
          Jenis penyakit yang ditemukan ada 2 (dua) berdasarkan gejala pada tanaman bawang merah
yaitu penyakit Antraknosa dan penyakit bercak ungu.
1. Penyakit antraknosa menunjukkan gejala terdapat bercak putih pada daun. Selanjutnya terbentuk
   lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun berputar atau terkulai, gejala tersebut
   sangat khas berputar seperti per (Gambar 1). Daun berwarna hijau pucat atau kuning akhirnya
   tanaman mati. Proses kematian tanaman sangat cepat. Hasil identifikasi di laboratirium menunjukkan
   bahwa penyebab penyakit yang berhasil diisolasi adalah cendawan Colletotricum sp. Gejala di atas
   sesuai dengan gejala penyakit antraknosa yang disebabkkan oleh Colletotricum gloeosporioides
   (Puslitbanghort, 1995). Di sentra produksi bawang merah di Jawa, penyakit ini diberi/dikenal dengan
   nama penyakit otomatis karena tanaman yang terserang bisa mati mendadak. Penyakit tersebut
   menyebabkan kerusakan 20,15%.
2. Penyakit bercak ungu menunjukkan gejala berupa bercak kecil pada daun melekuk kedalam, berwarna
   putih dengan titik pusat berwarna ungu. gejala lanjut bercak meluas dan ujung daun mongering
   bahkan daun patah (Gambar 2). Gejala tersebut sesuai yang gejala yang disebabkan oleh cendawan
   Alternaria porii (Puslitbanghort, 1995). Hampir semua tanaman dalam satu kebun menunjukkan gejala
   tersebut dengan intensitas serangan 10,25%.
        Upaya pengendalian yang telah dilakukan petani adalah penyemprotan fungisida Mankozeb 80%
(Antila 80 WP) dan Antracol 70 WP sekali seminggu.




                  Gambar 1. Tanaman terkena                     Gambar 2. Tanaman terkena
                            penyakit antraknosa                            penyakit bercak ungu




                                                           18
Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone



Pengendalian Penyakit
Untuk mengendalikan penyakit tersebut dianjurkan melakukan tindakan:

Kuratif:
1. Sanitasi yaitu segera mencabut tanaman yang sudah terserang parah atau mati dan memetik daun-
   daun yang kering, kumpulkan lalu keluarkan dari kebun dan bakar. Cara ini merupakan upaya untuk
   mengurangi sumber infeksi (inokulum).
2. Penyiranaman, jika turun hujan, siram tanaman menggunakan gembor agar butiran-butiran tanah
   yang menempel pada daun akibat percikan air hujan tidak lama menempel, sebab bisa menjadi
   sumber infeksi karena mengandung inokulum patogen.
3. Pengendalian Kimia, pengendalian menggunakan fungisida kimia sudah harus dilakukan karena
   intensitas serangan sudah mencapai ambang pengendalian (AP), yaitu rata intensitas serangan di
   atas 10%. Jenis fungisida yang dianjurkan adalah Daconil 70 WP, atau antracol 70 WP (Duriat et.
   al., 1994).

Preventif:
1. Sanitasi: khusus terhadap tanaman dan sisa tanaman yang terinfeksi
2. Penanaman umbi benih bebas penyakit
3. Perlakuan benih, Perlakuan umbi benih dengan fungisida yang efektif seperti Antracol 70 WP dan
   Daconil 70 WP, sebanyak 100 g/100 kg umbi benih. Hal ini bias dilakukan sebagai tindahan
   pencegahan untuk penanaman berikutnya.
4. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan bawang-bawangan, kacang-kacangan, labu-labuan, terong-
   terongan.
5. Waktu tanam: musim kemarau
6. Perbaikan sistem drainase lahan
7. Menanam kultivar tahan: Kultivar yang relatif tahan adalah Sumenep
8. Penggunaan agens antagonis, cendawan atau bakteri. Cendawan antagonis yang banyak dikembngkan
   saat ini adalah Trichoderma sp.

Pengendalian Hama
       Hama utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai adalah ulat daun bawang
(Spodoptera exigua). Hama ini dilaporkan menyerang hamper di seluruh sentra produksi bawang merah
(Nurjanani dan Ramlan, 2008).
       Pengendalian S. exigua dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Penggunaan lampu perangkap
2. Lampu perangkap dipasang pada tiang kayu dengan ketinggian antara 10-15 cm di atas bak air. Mulut
   bak air tidak boleh lebih dari 40 cm di atas ujung daun tanaman bawang merah. Jenis lampu yang
   digunakan adalah neon. Jarak antara satu lampu perangkap (titik) dengan titik yang lain adalah 20 m
   x 20 m atau 25 titik/ha. (Baswarsiati, 2005). Pengendalian menggunakan lampu perangkap efektif
   menekan intensitas serangan sebesar 34% dan dapat mereduksi penggunaan insektisida sebesar
   85,3% (Nurjanani dan Ramlan, 2008).
3. Penggunaan Se-NPV
4. Se-NPV dapat minta dari Balitsa Lembang atau IPB untuk selanjutnya diperbanyak melalui ulat S.
   exigua yang terinfeksi. Ulat yang terinfeksi diambil, digerus lalu disaring dan disemprotkan ke
   tanaman bawang merah. Suwandi (1995) melaporkan bahwa penggunaan Se-NVP sangat potensial
   untuk mengendalikan hama S. exigua karena dapat mematikan ulat 4 hari setelah aplikasi.
5. Pengendalian secara kimia
                                                     19
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



6. Cara ini merupakan anjuran paling terakhir, yaitu apabila kedua cara di atas tidak efektif atau tidak
   bisa dilakukan, dan populasi hama sudah mencapai AP yaitu kerusakan daun ≥ 5% per rumpun atau
   telah terdapat satu kelompok telur/rumpun)
7. Insektisida yang efektif antara lain Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC (Duriat, et
   al., 1994; Indonesia report, 2007).


                                                           KESIMPULAN
        Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale,
kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu
(Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua).
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan
pestisida.


                                                      DAFTAR PUSTAKA
Baswarsiati, 2006. Pengelolaan benih cabai, bawang merah, dan kentang hasil pemurnian varietas.
       Makalah disampaikan pada TOT Sayuran untuk petugas Lapangan, Makassar Juni 2006.
Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2010. Laporan                      realisasi pertanaman bawang merah di
       Kabupaten Bone Tahun Anggaran 2010.
Duriat, AS., Soetiarso. L, Prabaningrum, R. Sutarya. 1994. Penerapan Pengendalian Hama-penyakit
        terpadu pada budidaya bawang merah. Badan Litbang Petanian Puslitbang Hort, Balithort
        Lembang.
Indonesia Report, 2007. Teknik Budidaya Bawang Merah. http//www. indonext. com/report/repot318.
       Html. 22-11-2007.
Munir, D.S. 1991. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran sayuran di Indonesia.
       Prosiding Lokakarya Nasional Sayuran, Evaluasi dan Perencanaan Penelitian serta Pengembangan
       Produksi dan Industri Sayuran di Indonesia. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Asian
       Vegetable Research and Development Center Japan Shipbuilding Industry Foundation
       Agricultural Technical Assintance 395. Hlm. 149-161
Nurjanani, W. Dewayani, M. Thamrin dan Ramlan. 2004. Adaptasi teknologi produksi bawang merah pada
       lahan kering marginal. Prosiding Seminar Teknologi Percepatan Inovasi dan Pengembangan
       Teknologi Pertanian Mendukung Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Upaya Meningkatkan
       Daya Saing Wilayah. Kerjasama Balitbangda prov. Sulsel dengan BPTP Sulsel: 122-128.
Nurjanani dan Ramlan, 2008. Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. Untuk meningkatkan
       produktivitas bawang merah pada lahan sawah tadah hujan di Jeneponto, Sulawesi Selatan.
       Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 11 (2):164-170.
Suwandi, 1995. Hasil-Hasil penelitian bawang merah dalam Pelita V. dalam Djatnika I., A. Suprijanto, R.
      Riati, T. Sutater dan Y. Krisnawati (Peny.). Prosiding Evaluasi Hasil Penelitian Hortikultura dalam
      Pelita V. Badan Litbang Pertanian. Segunung, 27-29 Juni 1994.




                                                            20

More Related Content

What's hot

Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
AdiluhungAhsan1
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
Kustam Ktm
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
Tidar University
 
MATERI UKK
MATERI UKKMATERI UKK
MATERI UKK
RochanyNovitaSari
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)edhie noegroho
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putihxie_yeuw_jack
 
Gulma stroberi
Gulma stroberiGulma stroberi
Gulma stroberi
reza septian
 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Ida Haerani
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Novayanti Simamora
 
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaMateri Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Nike Triwahyuningsih
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
Neli Narulita
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul Ardianti
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
Nina Afria Damayanti
 
Teknis budidaya kubis dan kol
Teknis budidaya kubis dan kolTeknis budidaya kubis dan kol
Teknis budidaya kubis dan kolsujononasa
 

What's hot (19)

hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
 
MATERI UKK
MATERI UKKMATERI UKK
MATERI UKK
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih
 
Slide 2 kapita hortikultuta
Slide 2 kapita hortikultutaSlide 2 kapita hortikultuta
Slide 2 kapita hortikultuta
 
Gulma stroberi
Gulma stroberiGulma stroberi
Gulma stroberi
 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaMateri Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
 
Root exudates
Root exudatesRoot exudates
Root exudates
 
Teknis budidaya kubis dan kol
Teknis budidaya kubis dan kolTeknis budidaya kubis dan kol
Teknis budidaya kubis dan kol
 

Similar to 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonisxie_yeuw_jack
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
Dian Lestari
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
Cardovaislami1
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Askar Sohoku
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
Mngtad
 
Aulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptx
Aulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptxAulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptx
Aulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptx
JUMINTENSARI1
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Alfian Nopara Saifudin
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Ipi184782
Ipi184782Ipi184782
Ipi184782
Dhe Nobilis
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
kaekae27
 
Makalah hortikultura
Makalah hortikulturaMakalah hortikultura
Makalah hortikultura
Rinta Rachmawati
 
Yusnani k11111622
Yusnani k11111622Yusnani k11111622
Yusnani k11111622
Tanto Ayah
 
DEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptx
DEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptxDEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptx
DEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptx
ALDINOBSM
 
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotikBab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Kustam Ktm
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Sultan Herlino
 
PENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.pptPENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.ppt
Lukman Nurdiana
 

Similar to 6 nurjanani-identifikasi-bawang merah (20)

Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
 
Aulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptx
Aulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptxAulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptx
Aulia Dwi Septiani-214110213-Layu Fusarium.pptx
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Ipi184782
Ipi184782Ipi184782
Ipi184782
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
Makalah hortikultura
Makalah hortikulturaMakalah hortikultura
Makalah hortikultura
 
Yusnani k11111622
Yusnani k11111622Yusnani k11111622
Yusnani k11111622
 
DEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptx
DEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptxDEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptx
DEFINISI GULMA MENURUT PARA AHLI.pptx
 
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotikBab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
Lap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adzLap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adz
 
3. bab 12345
3. bab 123453. bab 12345
3. bab 12345
 
PENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.pptPENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.ppt
 

More from xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
xie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puruxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011xie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigeraxie_yeuw_jack
 

More from xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 

6 nurjanani-identifikasi-bawang merah

  • 1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN BONE Nurjanani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Kabupaten Bone termasuk daerah pengembangan bawang merah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten tersebut mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha. Produktivitas yang dicapai masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan. Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan. Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan pestisida. Kata Kunci: Identifikasi, hama dan penyakit, bawang merah   ABSTRACT Bone Regency is one of shallot development area in South Sulawesi. In 2010, cultivation area of shallot in Bone regency reached 360 ha with a productivity of 5.6 t / ha. The Productivity is still very low compared with potential shallot yield can reach 12 t / ha. The low productivity due to the presence of pests and diseases that cause damage that is usually difficult to control. Identify of pests and diseases types was done by observation in the garden farmer in the Opo village, Ajangale district, Bone regency. Activities was conducted in March 2011. Sampling is done by selecting the crop plants in a systematic sample using the method of U shape sampling as much as 20 plants in 0.1 ha. Observations was done as attack symptoms and calculate the percentage of attacks. Kind of diseases was found on shallot in Opo village, Ajangale districts, Bone regency ware antraknosa disease (Colletotricum gloeosporioides) and purple spot disease (Alternaria porii). Whereas the types of pests that attack was caterpillars leeks (S. exigua). Control of pests and diseases by farmers do for this was still limited to the pesticides use. Keywords: identification, pests and diseases, shallot PENDAHULUAN Bawang merah (Allium cepa L.) termasuk komoditas yang mendapat prioritas nasional untuk dikembangkan (Badan Litbang Pertanian, 2007). Komoditas ini juga merupakan andalan daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah pengembangannya tersebar di beberapa kabupaten termasuk kabupaten Bone. Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten Bone mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangkep, 2011). Produktivitas tersebut masih sangat rendah jika   16
  • 2. Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha (Suwandi, 1994). Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan. Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat daun yang memiliki nama latin Spodopetra exigua. Hama ini ditemukan hampir di seluruh sentra produksi bawang merah. Kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,80% sampai 100,00% tergantung pengelolaan budidaya bawang merah. (Nurjanani dan Ramlan, 2008). Serangan hama biasanya terjadi pada daerah dataran rendah (iklim kering), sedangkan penyakit biasanya ditemukan di daerah dataran tinggi yang selalu lembab. Jenis penyakit yang sering ditemukan pada pertanaman bawang merah di Sulsel adalah penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum), penyakit antraknose (Colletotricum gloeosporioides), dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii )(Nurjanani et al., 2004). Tindakan pengendalian yang tepat memerlukan pengetahuan jenis organisme pengganggu yang menyerang. Dalam konsep pengendaalian hama terpadu (PHT), salah satu prinsip pengendalian adalah pengamatan berkala. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyakit tanaman bawang merah di sentra produksi kabupaten Bone, agar tindakan pengendalian bisa dilakukan dengan tepat dan efektif. METODOLOGI Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan dengan rumus sebagai berikut: A P = --------- x 100% B P = Persentase serangan A = Tanaman yang terserang B = Jumlah Tanaman yang diamati Untuk mengetahui pathogen (penyebab penyakit), tanaman yang menunjukkan gejala diambil dan dibawa ke Laboratorium hama dan penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin untuk diidentifikasi. Disamping itu, juga dilakukan wawancara terhadap beberapa petani dari kelompok Tani Tenribettae untuk mendapatkan informasi teknik budidaya bawang merah yang dilakukan petani di daerah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usahatani Bawang Merah Penanaman bawang merah di daerah ini dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Oktober-Maret. Jenis bawang merah yang ditanam adalah Varietas Bima. Kebutuhan benih 800 kg/ha. Jarak tanam yang digunakan 15 cm x 15 cm. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang 5 ton/ha, Ponska 200 k/ha, dan ZA 200 kg/ha. Pupuk kandang diberikan sebelum tanam, Ponska dan ZA diaplikasikan dua kali yaitu pada saat tanam dan umur 3 minggu setelah tanam masing-masing ½ dosis.   17
  • 3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 Pengairan tanaman dilakukan dengan memasukkan air ke sawah (pengairan lab) melalui selang yang dipompa menggunakan mesin. Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan herbisida (Paratop atau DMA) setelah pengolahan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu rumput dicabut menggunakan kura-kura. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida secara berkala setiap minggu dimulai pada umu satu minggu setelah tanam. Hama dan Penyakit Pada saat pengamatan tidak ditemukan hama yang menyerang tanaman bawang merah, namun berdasarkan keterangan para petani, jenis hama yang biasa menyerang pada pertanaman bawang merah musim tanam sebelumnya adalah ulat bawang (Spodoptera exigua). Jenis penyakit yang ditemukan ada 2 (dua) berdasarkan gejala pada tanaman bawang merah yaitu penyakit Antraknosa dan penyakit bercak ungu. 1. Penyakit antraknosa menunjukkan gejala terdapat bercak putih pada daun. Selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun berputar atau terkulai, gejala tersebut sangat khas berputar seperti per (Gambar 1). Daun berwarna hijau pucat atau kuning akhirnya tanaman mati. Proses kematian tanaman sangat cepat. Hasil identifikasi di laboratirium menunjukkan bahwa penyebab penyakit yang berhasil diisolasi adalah cendawan Colletotricum sp. Gejala di atas sesuai dengan gejala penyakit antraknosa yang disebabkkan oleh Colletotricum gloeosporioides (Puslitbanghort, 1995). Di sentra produksi bawang merah di Jawa, penyakit ini diberi/dikenal dengan nama penyakit otomatis karena tanaman yang terserang bisa mati mendadak. Penyakit tersebut menyebabkan kerusakan 20,15%. 2. Penyakit bercak ungu menunjukkan gejala berupa bercak kecil pada daun melekuk kedalam, berwarna putih dengan titik pusat berwarna ungu. gejala lanjut bercak meluas dan ujung daun mongering bahkan daun patah (Gambar 2). Gejala tersebut sesuai yang gejala yang disebabkan oleh cendawan Alternaria porii (Puslitbanghort, 1995). Hampir semua tanaman dalam satu kebun menunjukkan gejala tersebut dengan intensitas serangan 10,25%. Upaya pengendalian yang telah dilakukan petani adalah penyemprotan fungisida Mankozeb 80% (Antila 80 WP) dan Antracol 70 WP sekali seminggu. Gambar 1. Tanaman terkena Gambar 2. Tanaman terkena penyakit antraknosa penyakit bercak ungu   18
  • 4. Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone Pengendalian Penyakit Untuk mengendalikan penyakit tersebut dianjurkan melakukan tindakan: Kuratif: 1. Sanitasi yaitu segera mencabut tanaman yang sudah terserang parah atau mati dan memetik daun- daun yang kering, kumpulkan lalu keluarkan dari kebun dan bakar. Cara ini merupakan upaya untuk mengurangi sumber infeksi (inokulum). 2. Penyiranaman, jika turun hujan, siram tanaman menggunakan gembor agar butiran-butiran tanah yang menempel pada daun akibat percikan air hujan tidak lama menempel, sebab bisa menjadi sumber infeksi karena mengandung inokulum patogen. 3. Pengendalian Kimia, pengendalian menggunakan fungisida kimia sudah harus dilakukan karena intensitas serangan sudah mencapai ambang pengendalian (AP), yaitu rata intensitas serangan di atas 10%. Jenis fungisida yang dianjurkan adalah Daconil 70 WP, atau antracol 70 WP (Duriat et. al., 1994). Preventif: 1. Sanitasi: khusus terhadap tanaman dan sisa tanaman yang terinfeksi 2. Penanaman umbi benih bebas penyakit 3. Perlakuan benih, Perlakuan umbi benih dengan fungisida yang efektif seperti Antracol 70 WP dan Daconil 70 WP, sebanyak 100 g/100 kg umbi benih. Hal ini bias dilakukan sebagai tindahan pencegahan untuk penanaman berikutnya. 4. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan bawang-bawangan, kacang-kacangan, labu-labuan, terong- terongan. 5. Waktu tanam: musim kemarau 6. Perbaikan sistem drainase lahan 7. Menanam kultivar tahan: Kultivar yang relatif tahan adalah Sumenep 8. Penggunaan agens antagonis, cendawan atau bakteri. Cendawan antagonis yang banyak dikembngkan saat ini adalah Trichoderma sp. Pengendalian Hama Hama utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai adalah ulat daun bawang (Spodoptera exigua). Hama ini dilaporkan menyerang hamper di seluruh sentra produksi bawang merah (Nurjanani dan Ramlan, 2008). Pengendalian S. exigua dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Penggunaan lampu perangkap 2. Lampu perangkap dipasang pada tiang kayu dengan ketinggian antara 10-15 cm di atas bak air. Mulut bak air tidak boleh lebih dari 40 cm di atas ujung daun tanaman bawang merah. Jenis lampu yang digunakan adalah neon. Jarak antara satu lampu perangkap (titik) dengan titik yang lain adalah 20 m x 20 m atau 25 titik/ha. (Baswarsiati, 2005). Pengendalian menggunakan lampu perangkap efektif menekan intensitas serangan sebesar 34% dan dapat mereduksi penggunaan insektisida sebesar 85,3% (Nurjanani dan Ramlan, 2008). 3. Penggunaan Se-NPV 4. Se-NPV dapat minta dari Balitsa Lembang atau IPB untuk selanjutnya diperbanyak melalui ulat S. exigua yang terinfeksi. Ulat yang terinfeksi diambil, digerus lalu disaring dan disemprotkan ke tanaman bawang merah. Suwandi (1995) melaporkan bahwa penggunaan Se-NVP sangat potensial untuk mengendalikan hama S. exigua karena dapat mematikan ulat 4 hari setelah aplikasi. 5. Pengendalian secara kimia   19
  • 5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 6. Cara ini merupakan anjuran paling terakhir, yaitu apabila kedua cara di atas tidak efektif atau tidak bisa dilakukan, dan populasi hama sudah mencapai AP yaitu kerusakan daun ≥ 5% per rumpun atau telah terdapat satu kelompok telur/rumpun) 7. Insektisida yang efektif antara lain Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC (Duriat, et al., 1994; Indonesia report, 2007). KESIMPULAN Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan pestisida. DAFTAR PUSTAKA Baswarsiati, 2006. Pengelolaan benih cabai, bawang merah, dan kentang hasil pemurnian varietas. Makalah disampaikan pada TOT Sayuran untuk petugas Lapangan, Makassar Juni 2006. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2010. Laporan realisasi pertanaman bawang merah di Kabupaten Bone Tahun Anggaran 2010. Duriat, AS., Soetiarso. L, Prabaningrum, R. Sutarya. 1994. Penerapan Pengendalian Hama-penyakit terpadu pada budidaya bawang merah. Badan Litbang Petanian Puslitbang Hort, Balithort Lembang. Indonesia Report, 2007. Teknik Budidaya Bawang Merah. http//www. indonext. com/report/repot318. Html. 22-11-2007. Munir, D.S. 1991. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran sayuran di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Sayuran, Evaluasi dan Perencanaan Penelitian serta Pengembangan Produksi dan Industri Sayuran di Indonesia. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Asian Vegetable Research and Development Center Japan Shipbuilding Industry Foundation Agricultural Technical Assintance 395. Hlm. 149-161 Nurjanani, W. Dewayani, M. Thamrin dan Ramlan. 2004. Adaptasi teknologi produksi bawang merah pada lahan kering marginal. Prosiding Seminar Teknologi Percepatan Inovasi dan Pengembangan Teknologi Pertanian Mendukung Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Wilayah. Kerjasama Balitbangda prov. Sulsel dengan BPTP Sulsel: 122-128. Nurjanani dan Ramlan, 2008. Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. Untuk meningkatkan produktivitas bawang merah pada lahan sawah tadah hujan di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 11 (2):164-170. Suwandi, 1995. Hasil-Hasil penelitian bawang merah dalam Pelita V. dalam Djatnika I., A. Suprijanto, R. Riati, T. Sutater dan Y. Krisnawati (Peny.). Prosiding Evaluasi Hasil Penelitian Hortikultura dalam Pelita V. Badan Litbang Pertanian. Segunung, 27-29 Juni 1994.   20