SIFAT FISIK MORFOLOGI,SIFAT KIMIA,BIOKIMIA SIFAT FISIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI B...khalifahadrianiputri
makalah ini dibuat oleh saya sendiri Khalifah Adriani Putri untuk memenuhi tugas mata kuliah pengetahuanbahan hasil pertanian. oleh karena itu saya membuat tugas ini dan mempostinnya untuk membantu teman-teman mengerjakan tugas dan lain-lain. semoga teman-teman paham dengan makalah yang saya buat ini. terima kasih atas kunjungannya semoga sukses. aamiin
SIFAT FISIK MORFOLOGI,SIFAT KIMIA,BIOKIMIA SIFAT FISIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI B...khalifahadrianiputri
makalah ini dibuat oleh saya sendiri Khalifah Adriani Putri untuk memenuhi tugas mata kuliah pengetahuanbahan hasil pertanian. oleh karena itu saya membuat tugas ini dan mempostinnya untuk membantu teman-teman mengerjakan tugas dan lain-lain. semoga teman-teman paham dengan makalah yang saya buat ini. terima kasih atas kunjungannya semoga sukses. aamiin
interaksi yang terjadi antara tanaman pangan (Padi) dengan belalang (Valanga nigricornis) dan interaksi pada tanaman jagung dengan ulat penggulung daun (Erionata thrax)
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangIda Haerani
Makhluk hidu khususnya tanaman pastinya mengalami kerusakan bahkan kematikan. Hal-hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena serangan hama dan penyakit. Banyak terdapat jenis dan penngelompokan hama dan penyakit tersebut.
jika tidak diatasi dengan serius maka akan berdampak pada kerugian.
hama dan penyakit jelas berbeda. Hama sendiri dapat dikatakan adalah makhluk hidup khususnya hewan seperti molusca, burung, serangga. hama dapat dilihat jelas sekali oleh mata telanjang. sedangkan pennyakit adalah bakteri atau virus yang menyebabkan gangguan pada perkembanngan dan pertumbuhan tanaman.
dalam slide ini, terdapat contoh dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang
PPT bertujuan untuk menggambarkan Biopestisida secara umum dengan bahasa yang mudah dipahami dan mengerti. PPT ini juga dilengkapi dengan metode pembuatan biopestisida antirayap dari kulit bawang. semoga bermanfaat
interaksi yang terjadi antara tanaman pangan (Padi) dengan belalang (Valanga nigricornis) dan interaksi pada tanaman jagung dengan ulat penggulung daun (Erionata thrax)
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangIda Haerani
Makhluk hidu khususnya tanaman pastinya mengalami kerusakan bahkan kematikan. Hal-hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena serangan hama dan penyakit. Banyak terdapat jenis dan penngelompokan hama dan penyakit tersebut.
jika tidak diatasi dengan serius maka akan berdampak pada kerugian.
hama dan penyakit jelas berbeda. Hama sendiri dapat dikatakan adalah makhluk hidup khususnya hewan seperti molusca, burung, serangga. hama dapat dilihat jelas sekali oleh mata telanjang. sedangkan pennyakit adalah bakteri atau virus yang menyebabkan gangguan pada perkembanngan dan pertumbuhan tanaman.
dalam slide ini, terdapat contoh dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang
PPT bertujuan untuk menggambarkan Biopestisida secara umum dengan bahasa yang mudah dipahami dan mengerti. PPT ini juga dilengkapi dengan metode pembuatan biopestisida antirayap dari kulit bawang. semoga bermanfaat
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
Hasil Kajian penelitian oleh Laboratorium PHP Lambuya yang dipimpin oleh Kepala Laboratorium PHP Lambuya, Abd. Rahim, SP., MP.
Telah diseminarkan pada Gelar Teknologi/ Seminar Hasil Kajian
1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011
IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH
DI KABUPATEN BONE
Nurjanani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Kabupaten Bone termasuk daerah pengembangan bawang merah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010, luas tanam
bawang merah di kabupaten tersebut mencapai 360 ha dengan produktivitas 5,6 t/ha. Produktivitas yang dicapai
masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha. Rendahnya
produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan
yang biasanya sulit dikendalikan. Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di
kebun petani di Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011.
Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan
metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan dilakukan
terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan. Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman
bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum
gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu (Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah
ulat daun bawang (S. exigua). Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada
penggunaan pestisida.
Kata Kunci: Identifikasi, hama dan penyakit, bawang merah
ABSTRACT
Bone Regency is one of shallot development area in South Sulawesi. In 2010, cultivation area of shallot in Bone
regency reached 360 ha with a productivity of 5.6 t / ha. The Productivity is still very low compared with potential
shallot yield can reach 12 t / ha. The low productivity due to the presence of pests and diseases that cause
damage that is usually difficult to control. Identify of pests and diseases types was done by observation in the
garden farmer in the Opo village, Ajangale district, Bone regency. Activities was conducted in March 2011.
Sampling is done by selecting the crop plants in a systematic sample using the method of U shape sampling as much
as 20 plants in 0.1 ha. Observations was done as attack symptoms and calculate the percentage of attacks. Kind of
diseases was found on shallot in Opo village, Ajangale districts, Bone regency ware antraknosa disease
(Colletotricum gloeosporioides) and purple spot disease (Alternaria porii). Whereas the types of pests that attack
was caterpillars leeks (S. exigua). Control of pests and diseases by farmers do for this was still limited
to the pesticides use.
Keywords: identification, pests and diseases, shallot
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium cepa L.) termasuk komoditas yang mendapat prioritas nasional untuk
dikembangkan (Badan Litbang Pertanian, 2007). Komoditas ini juga merupakan andalan daerah Provinsi
Sulawesi Selatan. Daerah pengembangannya tersebar di beberapa kabupaten termasuk kabupaten Bone.
Pada tahun 2010, luas tanam bawang merah di kabupaten Bone mencapai 360 ha dengan produktivitas
5,6 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangkep, 2011). Produktivitas tersebut masih sangat rendah jika
16
2. Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone
dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah yang dapat mencapai 12 t/ha (Suwandi, 1994).
Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan adanya serangan hama dan penyakit yang
menyebabkan kerusakan yang biasanya sulit dikendalikan.
Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat daun yang memiliki nama
latin Spodopetra exigua. Hama ini ditemukan hampir di seluruh sentra produksi bawang merah.
Kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,80% sampai 100,00% tergantung pengelolaan budidaya
bawang merah. (Nurjanani dan Ramlan, 2008). Serangan hama biasanya terjadi pada daerah dataran
rendah (iklim kering), sedangkan penyakit biasanya ditemukan di daerah dataran tinggi yang selalu
lembab. Jenis penyakit yang sering ditemukan pada pertanaman bawang merah di Sulsel adalah penyakit
layu Fusarium (Fusarium oxysporum), penyakit antraknose (Colletotricum gloeosporioides), dan penyakit
bercak ungu (Alternaria porii )(Nurjanani et al., 2004).
Tindakan pengendalian yang tepat memerlukan pengetahuan jenis organisme pengganggu yang
menyerang. Dalam konsep pengendaalian hama terpadu (PHT), salah satu prinsip pengendalian adalah
pengamatan berkala. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyakit
tanaman bawang merah di sentra produksi kabupaten Bone, agar tindakan pengendalian bisa dilakukan
dengan tepat dan efektif.
METODOLOGI
Identifikasi jenis hama dan penyakit dilakukan dengan pengamatan langsung di kebun petani di
Desa Opo, kecamatan Ajangale, kabupaten Bone. Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan
sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman contoh secara sistematis dengan menggunakan
metode penarikan contoh bentuk U sebanyak 20 tanaman (rumpun) dalam luasan 0,1 ha. Pengamatan
dilakukan terhadap gejala serangan dan menghitung persentase serangan dengan rumus sebagai berikut:
A
P = --------- x 100%
B
P = Persentase serangan
A = Tanaman yang terserang
B = Jumlah Tanaman yang diamati
Untuk mengetahui pathogen (penyebab penyakit), tanaman yang menunjukkan gejala diambil dan
dibawa ke Laboratorium hama dan penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin untuk
diidentifikasi. Disamping itu, juga dilakukan wawancara terhadap beberapa petani dari kelompok Tani
Tenribettae untuk mendapatkan informasi teknik budidaya bawang merah yang dilakukan petani di
daerah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Usahatani Bawang Merah
Penanaman bawang merah di daerah ini dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan
Oktober-Maret. Jenis bawang merah yang ditanam adalah Varietas Bima. Kebutuhan benih 800 kg/ha.
Jarak tanam yang digunakan 15 cm x 15 cm.
Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang 5 ton/ha, Ponska 200 k/ha, dan ZA 200 kg/ha.
Pupuk kandang diberikan sebelum tanam, Ponska dan ZA diaplikasikan dua kali yaitu pada saat tanam dan
umur 3 minggu setelah tanam masing-masing ½ dosis.
17
3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011
Pengairan tanaman dilakukan dengan memasukkan air ke sawah (pengairan lab) melalui selang
yang dipompa menggunakan mesin.
Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan herbisida (Paratop atau DMA) setelah
pengolahan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu rumput dicabut menggunakan kura-kura.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida secara
berkala setiap minggu dimulai pada umu satu minggu setelah tanam.
Hama dan Penyakit
Pada saat pengamatan tidak ditemukan hama yang menyerang tanaman bawang merah, namun
berdasarkan keterangan para petani, jenis hama yang biasa menyerang pada pertanaman bawang merah
musim tanam sebelumnya adalah ulat bawang (Spodoptera exigua).
Jenis penyakit yang ditemukan ada 2 (dua) berdasarkan gejala pada tanaman bawang merah
yaitu penyakit Antraknosa dan penyakit bercak ungu.
1. Penyakit antraknosa menunjukkan gejala terdapat bercak putih pada daun. Selanjutnya terbentuk
lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun berputar atau terkulai, gejala tersebut
sangat khas berputar seperti per (Gambar 1). Daun berwarna hijau pucat atau kuning akhirnya
tanaman mati. Proses kematian tanaman sangat cepat. Hasil identifikasi di laboratirium menunjukkan
bahwa penyebab penyakit yang berhasil diisolasi adalah cendawan Colletotricum sp. Gejala di atas
sesuai dengan gejala penyakit antraknosa yang disebabkkan oleh Colletotricum gloeosporioides
(Puslitbanghort, 1995). Di sentra produksi bawang merah di Jawa, penyakit ini diberi/dikenal dengan
nama penyakit otomatis karena tanaman yang terserang bisa mati mendadak. Penyakit tersebut
menyebabkan kerusakan 20,15%.
2. Penyakit bercak ungu menunjukkan gejala berupa bercak kecil pada daun melekuk kedalam, berwarna
putih dengan titik pusat berwarna ungu. gejala lanjut bercak meluas dan ujung daun mongering
bahkan daun patah (Gambar 2). Gejala tersebut sesuai yang gejala yang disebabkan oleh cendawan
Alternaria porii (Puslitbanghort, 1995). Hampir semua tanaman dalam satu kebun menunjukkan gejala
tersebut dengan intensitas serangan 10,25%.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan petani adalah penyemprotan fungisida Mankozeb 80%
(Antila 80 WP) dan Antracol 70 WP sekali seminggu.
Gambar 1. Tanaman terkena Gambar 2. Tanaman terkena
penyakit antraknosa penyakit bercak ungu
18
4. Nurjanani : Identifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Bone
Pengendalian Penyakit
Untuk mengendalikan penyakit tersebut dianjurkan melakukan tindakan:
Kuratif:
1. Sanitasi yaitu segera mencabut tanaman yang sudah terserang parah atau mati dan memetik daun-
daun yang kering, kumpulkan lalu keluarkan dari kebun dan bakar. Cara ini merupakan upaya untuk
mengurangi sumber infeksi (inokulum).
2. Penyiranaman, jika turun hujan, siram tanaman menggunakan gembor agar butiran-butiran tanah
yang menempel pada daun akibat percikan air hujan tidak lama menempel, sebab bisa menjadi
sumber infeksi karena mengandung inokulum patogen.
3. Pengendalian Kimia, pengendalian menggunakan fungisida kimia sudah harus dilakukan karena
intensitas serangan sudah mencapai ambang pengendalian (AP), yaitu rata intensitas serangan di
atas 10%. Jenis fungisida yang dianjurkan adalah Daconil 70 WP, atau antracol 70 WP (Duriat et.
al., 1994).
Preventif:
1. Sanitasi: khusus terhadap tanaman dan sisa tanaman yang terinfeksi
2. Penanaman umbi benih bebas penyakit
3. Perlakuan benih, Perlakuan umbi benih dengan fungisida yang efektif seperti Antracol 70 WP dan
Daconil 70 WP, sebanyak 100 g/100 kg umbi benih. Hal ini bias dilakukan sebagai tindahan
pencegahan untuk penanaman berikutnya.
4. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan bawang-bawangan, kacang-kacangan, labu-labuan, terong-
terongan.
5. Waktu tanam: musim kemarau
6. Perbaikan sistem drainase lahan
7. Menanam kultivar tahan: Kultivar yang relatif tahan adalah Sumenep
8. Penggunaan agens antagonis, cendawan atau bakteri. Cendawan antagonis yang banyak dikembngkan
saat ini adalah Trichoderma sp.
Pengendalian Hama
Hama utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai adalah ulat daun bawang
(Spodoptera exigua). Hama ini dilaporkan menyerang hamper di seluruh sentra produksi bawang merah
(Nurjanani dan Ramlan, 2008).
Pengendalian S. exigua dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Penggunaan lampu perangkap
2. Lampu perangkap dipasang pada tiang kayu dengan ketinggian antara 10-15 cm di atas bak air. Mulut
bak air tidak boleh lebih dari 40 cm di atas ujung daun tanaman bawang merah. Jenis lampu yang
digunakan adalah neon. Jarak antara satu lampu perangkap (titik) dengan titik yang lain adalah 20 m
x 20 m atau 25 titik/ha. (Baswarsiati, 2005). Pengendalian menggunakan lampu perangkap efektif
menekan intensitas serangan sebesar 34% dan dapat mereduksi penggunaan insektisida sebesar
85,3% (Nurjanani dan Ramlan, 2008).
3. Penggunaan Se-NPV
4. Se-NPV dapat minta dari Balitsa Lembang atau IPB untuk selanjutnya diperbanyak melalui ulat S.
exigua yang terinfeksi. Ulat yang terinfeksi diambil, digerus lalu disaring dan disemprotkan ke
tanaman bawang merah. Suwandi (1995) melaporkan bahwa penggunaan Se-NVP sangat potensial
untuk mengendalikan hama S. exigua karena dapat mematikan ulat 4 hari setelah aplikasi.
5. Pengendalian secara kimia
19
5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011
6. Cara ini merupakan anjuran paling terakhir, yaitu apabila kedua cara di atas tidak efektif atau tidak
bisa dilakukan, dan populasi hama sudah mencapai AP yaitu kerusakan daun ≥ 5% per rumpun atau
telah terdapat satu kelompok telur/rumpun)
7. Insektisida yang efektif antara lain Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC (Duriat, et
al., 1994; Indonesia report, 2007).
KESIMPULAN
Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman bawang merah di desa Opo, kecamatan Ajangale,
kabupaten Bone adalah penyakit antraknosa (Colletotricum gloeosporioides) dan penyakit bercak ungu
(Alternaria porii). Sedangkan jenis hama yang biasa menyerang adalah ulat daun bawang (S. exigua).
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani selama ini masih terbatas pada penggunaan
pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Baswarsiati, 2006. Pengelolaan benih cabai, bawang merah, dan kentang hasil pemurnian varietas.
Makalah disampaikan pada TOT Sayuran untuk petugas Lapangan, Makassar Juni 2006.
Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2010. Laporan realisasi pertanaman bawang merah di
Kabupaten Bone Tahun Anggaran 2010.
Duriat, AS., Soetiarso. L, Prabaningrum, R. Sutarya. 1994. Penerapan Pengendalian Hama-penyakit
terpadu pada budidaya bawang merah. Badan Litbang Petanian Puslitbang Hort, Balithort
Lembang.
Indonesia Report, 2007. Teknik Budidaya Bawang Merah. http//www. indonext. com/report/repot318.
Html. 22-11-2007.
Munir, D.S. 1991. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran sayuran di Indonesia.
Prosiding Lokakarya Nasional Sayuran, Evaluasi dan Perencanaan Penelitian serta Pengembangan
Produksi dan Industri Sayuran di Indonesia. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Asian
Vegetable Research and Development Center Japan Shipbuilding Industry Foundation
Agricultural Technical Assintance 395. Hlm. 149-161
Nurjanani, W. Dewayani, M. Thamrin dan Ramlan. 2004. Adaptasi teknologi produksi bawang merah pada
lahan kering marginal. Prosiding Seminar Teknologi Percepatan Inovasi dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Mendukung Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Upaya Meningkatkan
Daya Saing Wilayah. Kerjasama Balitbangda prov. Sulsel dengan BPTP Sulsel: 122-128.
Nurjanani dan Ramlan, 2008. Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. Untuk meningkatkan
produktivitas bawang merah pada lahan sawah tadah hujan di Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 11 (2):164-170.
Suwandi, 1995. Hasil-Hasil penelitian bawang merah dalam Pelita V. dalam Djatnika I., A. Suprijanto, R.
Riati, T. Sutater dan Y. Krisnawati (Peny.). Prosiding Evaluasi Hasil Penelitian Hortikultura dalam
Pelita V. Badan Litbang Pertanian. Segunung, 27-29 Juni 1994.
20