SlideShare a Scribd company logo
PKMP-2-11-1
PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA
JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI
MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI
Kelik Kurniawan, Vita Nindya H., Erna Rahmawati, Iva Nur Rhomadia
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya, Malang
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan lemak babi sebagai media
absorbsi dalam proses enfleurasi minyak melati.Penggunaan lemak babi dalam
proses enfleurasi harus dihindari karena mayoritas penduduk Indonesia adalah
muslim. Tujuan dari program ini adalah memanfaatan bunga melati sebagai
penghasil minyak atsiri dengan metode enfleurasi, mengetahui kemungkinan
margarin putih dan margarin kuning sebagai alternatif pengganti lemak babi
sebagai media adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati, mengetahui
pelarut yang paling baik untuk mendapatkan minyak melati. Penelitian ini terdiri
dari 3 tahapan, yaitu persiapan lemak, proses enfleurasi, dan analisa data.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial
yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis margarin dan jenis pelarut. Penelitian
dilakukan dengan dua perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali.Hasil
penelitian didapat dari analisis pemilihan alternatif teroptimal dan terbaik
menggunakan metode Multiple Atribute yang didasarkan pada rata-rata nilai
rendemen, rata-rata nilai berat jenis, rata-rata nilai indeks bias, rata-rata nilai
kelarutan, rata-rata rangking aroma, rata-rata rangking warna dan rata-rata
rangking kecerahan. Nilai ideal dari masing-masing perlakuan yang dijadikan
sebagai dasar dalam pemilihan alternatif terbaik merupakan nilai yang sesuai
dengan harapan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata campuran
lemak sapi dan margarin putih atau kuning dapat digunakan sebagai media
adsorben pada proses enfleurasi minyak melati sehingga dapat dijadikan sebagai
alternatif pengganti lemak babi.Tetapi,minyak melati yang dihasilkan masih
belum menyerupai minyak melati yang ada dipasaran.Hasil produk minyak melati
terbaik adalah dengan perlakuan campuran lemak sapi dan margarin kuning
dengan menggunakan pelarut etanol.
Kata kunci: enfleurasi,minyak melati,margarin, pelarut, lemak sapi
PENDAHULUAN
Tanaman melati terdapat hampir disetiap daerah di Indonesia, terutama di
Pulau Jawa, misalnya di daerah Pasuruan, Pamekasan, Banyumas, Purbalingga,
Pemalang dan Tegal. Adapun jenis melati yang banyak terdapat di Pulau Jawa
menurut Rukmana (1997) antara lain Jasminum sambac (melati putih), Jasminum
multiflorum (star jasmine) dan Jasminum officinale (melati gambir). Berdasarkan
data dari Dinas Pertanian Jawa Timur luas areal penanaman baru melati pada
tahun 2001 adalah 186.837 m2
dengan kapasitas produksi 270.642 kg dan
produktivitasnya sebesar 0,58 kg/m2
. Sedangkan pada tahun 2002 luas areal
penanaman baru melati adalah 65.997 m2
dengan kapasitas produksi 2.695.695 kg
dan produktivitasnya sebesar 7,55 kg/m2
.
PKMP-2-11-2
Pengambilan minyak atsiri yang terkandung dalam bunga melati tidak bisa
dilakukan dengan cara penyulingan/destilasi seperti halnya pada cengkeh, nilam
ataupun kenanga. Hal ini menurut Guenther (1987) disebabkan oleh penyulingan
dengan uap air atau air mendidih yang relatif lama cenderung merusak komponen
minyak karena proses hidrolisa, polimerisasi dan resinifikasi, komponen yang
bertitik didih tinggi khususnya yang larut dalam air tidak dapat diangkut oleh uap
air sehingga rendemen minyak dan mutu yang dihasilkan lebih rendah. Oleh
karena itu melati harus diproses dengan metode ekstraksi lain untuk mengambil
minyak atsirinya (minyak melati). Salah satu metode ekstraksi yang dapat
dilakukan untuk melati adalah metode enfleurasi (ekstraksi dengan lemak dingin).
Metode enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai media untuk
mengabsorpsi aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu misalnya
melati, sedap malam dan mawar. Proses enfleurasi berakhir apabila lemak telah
jenuh dengan minyak bunga. Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada
kualitas lemak yang digunakan dan ketrampilan dalam mempersiapkan lemak.
Berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun diketahui bahwa campuran 1
bagian lemak sapi dan 2 bagian lemak babi sangat baik untuk proses enfleurasi
(Guenther, 1987). Penggunaan lemak babi dalam proses enfleurasi harus dihindari
karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Maka perlu adanya
alternatif pengganti lemak babi sebagai media absorpsi (adsorben) dalam proses
enfleurasi dalam hal ini adalah margarin putih (shortening) dan margarin kuning.
Permasalahan lain yang timbul adalah mencari pelarut yang paling baik, efisien
dan efektif untuk mendapatkan minyak melati.
Perumusan masalah dalam penelitian ini ada dua, pertama apakah
margarin putih dan margarin kuning dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti
lemak babi sebagai media adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati dengan
menggunakan metode enflerasi, kedua manakah pelarut yang paling baik, efisien
dan efektif untuk mendapatkan minyak melati.
Tujuan dari program ini adalah memanfaatan bunga melati sebagai
penghasil minyak atsiri dengan metode enfleurasi, mengetahui kemungkinan
margarin putih dan margarin kuning sebagai alternatif pengganti lemak babi
sebagai media adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati, mengetahui
pelarut yang paling baik, efisien dan efektif untuk mendapatkan minyak melati.
Keluaran yang diharapkan adalah didapatkan minyak melati dengan
menggunakan metode enfleurasi, didapatkan pelarut yang baik untuk melarutkan
minyak melati dan didapatkan alternatif pengganti lemak babi, yaitu dari margarin
putih dan margarin kuning sebagai adsorbent dalam proses ekstraksi minyak
melati dengan menggunakan metode enfleurasi.
Kegunaan dari program ini adalah memberikan informasi tentang proses
ekstraksi minyak melati dengan menggunakan metode enfleurasi, memanfaatan
margarin putih dan margarin kuning sebagai pengganti lemak babi sebagai media
adsorben dalam proses ekstraksi minyak melati dan hasil dari penelitian ini dapat
digunakan pada produk-produk yang memerlukan minyak melati, sehingga
diperoleh produk yang bebas kandungan lemak babi.
Melati adalah sejenis tumbuhan berbentuk perdu. Batangnya kecil dan
pohonnya langsing hingga cabang-cabangnya bisa mencapai panjang antara 0,5 –
3 m. tanaman yang masih kecil tumbuhnya agak tegak dan kalau sudah besar
batangnya menjadi lunglai ada kecenderungan untuk memanjat (Waridan, 1989).
PKMP-2-11-3
Daunnya berbentuk jantung sampai lonjong, daun tunggal sampai daun majemuk
tripoliolatus yang berujung lancip dengan permukaan mengkilap. Bunga tumbuh
diujung tunaas, berbentuk tunggal atau berkelompok, dengan warna dan benruk
yang beraneka ragam. Setiap tangkai bunga terdiri ataas 3-15 kuntum bunga,
tergantung jenis melatinya. Bunga mengeluarkan aroma wangi sehingga sering
dijadikan bahan pewangi rambut, parfum atau minyak (Radi, 1997).
Menurut Marcell (1992), dalam dunia industri dikenal 4 jenis minyak
melati, yaitu :
1. Minyak melati istimewa yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut
ether minyak bumi. Hasil tersebut lebih banyak digunakan sebagai bahan baku
minyak wangi bermutu tinggi.
2. Minyak melati biasa yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut
benzole. Hasil akhir dari cara tersebut sering digunakan untuk bahan baku
minyak wangi bermutu sedang.
3. Minyak pomade istimewa yang diperoleh dengan cara pengolahan enfleurasi
bunga melati. Hasil akhir proses ini, digunakan untuk bahan baku minyak
rambut.
4. Minyak pomade biasa yang diekstraksi dari bunga melati bekas proses tahap
enfleurasi. Hasil akhir dari cara tersebut, digunakan untuk pewangi teknis atau
pengharum barang-barang.
Minyak melati diperoleh dengan cara ekstraksi sehingga dihasilkan menjadi
“concrete” dan “absolute”. Metode ekstraksinya sendiri bisa dilakukan dengan
solvent extraction atau juga enflorage. Minyak melati yang baru diekstrak
“concrete”-nya berwarna coklat kemerahan, berbentuk seperti lilin dan memiliki
aroma khas melati. “Absolute” hasil dari ekstrak melati mempunyai sifat lengket,
jernih, kuning coklat dengan aroma yang harum. Sifat fisik ekstrak melati akan
berubah menjadi gelap apabila mengabsorpsi udara dan aroma harumnya akan
menyimpang dari harum melati menjadi bau resin dan bersifat kental. Bunga
melati sebanyak 1 ton jika diekstrak akan menghasilkan 2,8 – 3,8 kg atau rata-rata
sekitar 3% dari berat bunga (Luqman, 1991).
Menurut Purchon (2002) metode enfleurasi dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Sebarkan lapisan tipis dari lemak babi murni atau lemak sayur yang telah
dipadatkan (bukan margarin) dalam suatu lembaran kaca atau enamel.
2. Tekan lapisan dari mahkota bunga segar yang beraroma kuat ke dalam lemak.
Letakkan lembaran kaca yang lain diatasnya. Tinggalkan selama 24 jam,
kemudian ambil mahkota bunga dari lemak dan ganti dengan yang baru.
3. Ulangi proses diatas selama 7-21 hari atau sampai aromanya sekuat sesuai
dengan yang diinginkan
4. Ambil mahkota-mahkota bunga dan lemak, tempatkan dalam mangkok.
Mangkok kemudian ditutup dan diletakkan ke dalam panci berisi air panas
yang befungsi untuk melelehkan lemak. Air yang digunakan jangan terlalu
panas karena akan menyebabkan minyak mudah menguap.
5. Tambahkan beberapa tetes minyak fiksatif seperti cendana, tuangkan lelehan
minyak dalam botol dan letakkan tutupnya pada saat yang bersamaan.
Prinsip kerja proses enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu
(yaitu sedap malam dan bunga melati) setelah dipetik masih meneruskan aktivitas
fisiologinya, sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi.
PKMP-2-11-4
Lemak mempunyai daya absorpsi yang tinggi. Bila lemak dicampur dan
melakukan kontak dengan bunga yang berbau wangi, maka lemak akan
mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga tersebut. Prinsip ini
diterapkan dalan proses enfleurasi. Bunga segar hasil pemetikan ditaburkan diatas
permukaan lemak yang telah disediakan dan dibiarkan selama 24 jam untuk bunga
melati, kemudian diganti dengan bunga yang masih segar. Pada akhir proses,
lemak akan jenuh dengan minyak bunga. Kemudian minyak bunga tersebut
diekstraksi dari lemak dengan mnenggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol
dipisahkan (Guenther, 1987).
METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses dan Sistem
Produksi, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya Malang, pada bulan Mei-Agustus 2005.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
chassis yang terbuat dari kaca dengan ketebalan 5 mm memiliki panjang 40 cm,
lebar 25 cm dan tinggi 8 cm, rotary vaccum evaporator, beaker glass, erlenmeyer,
kasa plastik, panci, mixer dan kain penyaring.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga melati jenis
melati putih (Jasminum sambac), lemak sapi, margarin putih, karbon aktif dan
alkohol 96%.
Lemak yang akan dipakai sebagai adsorben pada proses enfleurasi ini
dibuat dari pencampuran antara lemak sapi dan margarin putih (shortening)
dengan perbandingan 15%:85%, 30%:70% dan 45%:55%. Proses persiapan lemak
adalah sebagai berikut:
1. Lemak sapi dicuci dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang ada. Setelah
bersih lemak sapi dipanaskan hingga mencair.
2. Lemak sapi yang telah mencair disaring dan ditimbang beratnya.
3. Tambahkan 0,6% arang aktif pada lemak sapi yang telah mencair dan
dipanaskan selama 5-10 menit.
4. Lemak sapi diaduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan rendah
selama ± 5 menit.
5. Kecepatan mixer ditambah dan secara perlahan-lahan margarin putih
dimasukkan kedalam lemak tersebut sesuai dengan perbandingan.
6. Pengadukan dilakukan hingga lemak sapi dan margarin putih bercampur rata.
Campuran tersebut kemudian dibiarkan pada suhu ruang.
Proses enfleurasi adalah sebagai berikut :
1. Lemak sebanyak 400 gr dioleskan secara merata diatas permukaan kaca
chassis setebal 0,5 cm kemudian dilapisi dengan kasa plastik.
2. Bunga melati sebanyak 400 gr yang telah disortasi diletakkan diatas
permukaan lemak.
3. Chassis kemudian ditutup dan dibiarkan pada suhu ruang.
4. Chassis dibuka dan bunga melati dikeluarkan dan diganti sesuai dengan
perlakuan yaitu setiap 24 jam, 36 jam dan 48 jam dengan bunga melati yang
masih segar. Pekerjaan tersebut dilakukan hingga 6 hari.
5. Setelah 6 hari, lemak kemudian diambil dari chassis dan ditimbang beratnya.
6. Lemak dilarutkan kedalam alkohol 96% dengan perbandingan 1:2 dan
dibiarkan selama 1 hari.
PKMP-2-11-5
7. Kemudian dipisahkan antara lemak dan alkohol yang mengandung minyak
melati yang akan merupakan ekstrait.
8. Ekstrait diuapkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator supaya
alkohol menguap dan dihasilkan absolut.
9. Minyak melati yang dihasilkan kemudian dianalisa meliputi rendemen, indeks
bias, berat jenis, sisa penguapan alkohol, kelarutan dalam alkohol dan uji
organoleptik.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis margarin dan jenis pelarut.
Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga
kali. Perlakuan tersebut adalah :
L1P1 : lemak sapi dan margarin putih ( 30% : 70% ) dengan jenis
pelarut dari etanol.
L1P2 : lemak sapi dan margarin putih ( 30% : 70% ) dengan jenis
pelarut dari metanol.
L2P1 : lemak sapi dan margarin kuning ( 30% : 70% ) dengan jenis
pelarut dari etanol.
L2P2 : lemak sapi dan margarin kuning ( 30% : 70% ) dengan jenis
pelarut dari metanol.
Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini analisa rendemen minyak
melati yang dihasilkan, indeks bias, berat jenis, kenampakan fisik, sisa penguapan
alkohol, kelarutan dalam alkohol dan uji organoleptik.
PKMP-2-11-6
Diagram Alir Persiapan Lemak
Lemak sapi
Pencucian
Pemanasan
Penyaringan
Arang aktif 0.6% b/b
Penimbangan
Pemanasan 5-10 menit
Margarin Putih
Margarin Kuning
Pengadukan dengan kecepatan rendah
Pengadukan dengan kecepatan tinggi
Penyimpanan pada suhu ruang
Lemak
Diagram Alir Proses Enfleurasi
PKMP-2-11-7
400 g Lemak
Pengolesan pada chassis setebal ± 0,5 cm
Peletakan bunga melati 300 g
Penutupan chassis
Penggantian Bunga setiap 24 jam selama 6 x
Pengambilan pomade
Etanol 96%
Metanol
Penimbangan
Pencampuran
Pendinginan selama 1 hari
Penyaringan
Ekstrait
Penguapan Uap pelarut
Minyak Melati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rerata rendemen minyak melati yang dihasilkan dengan metode enfleurasi
dari penelitian ini berkisar antara 2,2161% hingga 3,0864%. Rerata rendemen
minyak melati yang terendah dihasilkan oleh perlakuan perbandingan campuran
lemak sapi dan margarin putih ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari etanol.
Rerata rendemen minyak melati yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan
perbandingan campuran lemak sapi dan margarin kuning ( 30% : 70% ) dengan
jenis pelarut dari metanol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata rendemen minyak melati akan
meningkat dengan penggunaan media adsorben dari campuran lemak sapi dan
margarin kuning jika dibandingkan dengan campuran lemak sapi dan margarin
putih.
PKMP-2-11-8
Berat jenis merupakan salah satu sifat fisik kimia yang cukup penting
dalam menunjukkan kriteria mutu dan kemurnian dari minyak atsiri dalam hal ini
minyak melati. Menurut Brady (1994), berat jenis (specific gravity) didefinisikan
sebagai angka banding (rasio) kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Berat
jenis minyak melati yang dihasilkan dengan metode enfleurasi dari penelitian ini
berkisar antara 0,9153 hingga 0,9498.
Indeks bias minyak melati yang dihasilkan dengan metode enfleurasi dari
penelitian ini berkisar antara 1,3525 hingga 1,3620. Indeks bias minyak melati
yang terendah dihasilkan oleh perlakuan campuran lemak sapi dan margarin putih
dengan penggunaan pelarut etanol. Indeks bias minyak melati yang tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan
penggunaan pelarut metanol.
Pada umumnya minyak atsiri larut didalam alkohol, etanol, metanol dan
sedikit larut di dalam air. Kelarutan minyak atsiri dapat diketahui dengan
menggunakan etanol dan metanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Rata-rata
kelarutan minyak melati yang dihasilkan dengan menggunakan metode enfleurasi
ini berkisar antara 1,000 hingga 1,6667 yang artinya setiap 1 ml minyak melati
menjadi jernih jika dilarutkan dalam 1 ml hingga 1,6667 ml etanol dan metanol.
Kelarutan minyak melati yang terendah dihasilkan oleh perlakuan campuran
lemak sapi dan margarin kuning dengan menggunakan pelarut etanol yaitu sebesar
1,000. Kelarutan minyak melati yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan
campuran lemak sapi dan margarin putih dengan penggunaan pelarut etanol yaitu
sebesar 1,6667.
Uji terhadap aroma minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini
dilakukan kepada 3 orang panelis. Hasil uji aroma minyak melati kepada para
panelis menunjukkan skor kesukaan para panelis berkisar antara 3 hingga 4,3
yaitu antara agak tidak suka hingga netral. Aroma minyak melati yang dihasilkan
dari penelitian ini menurut para panelis kurang mendekati dengan aroma minyak
melati yang ada dipasaran pada saat ini.
Uji terhadap warna minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini
dilakukan kepada 3 orang panelis. Hasil uji warna minyak melati kepada para
panelis menunjukkan skor kesukaan para panelis berkisar antara 4,67 hingga 5,67
yaitu antara netral hingga agak suka. Warna minyak melati yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah kuning hingga putih sedikit kuning. Warna minyak melati
yang dihasilkan dari penelitian ini untuk perlakuan L2P1 dan L2P2 tidak jauh
berbeda dengan warna minyak melati yang ada dipasaran yaitu berwarna kuning.
Uji terhadap kecerahan minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini
dilakukan kepada 3 orang panelis ahli. Hasil uji kecerahan minyak melati kepada
para panelis ahli menunjukkan skor kesukaan para panelis berkisar antara 3
hingga 6,67 yaitu antara agak tidak suka hingga suka. Kecerahan minyak melati
yang dihasilkan dari penelitian ini adalah kuning jernih hingga putih sedikit
kuning. Kecerahan berhubungan dengan nilai kelarutan minyak melati yang
dihasilkan dari metode enfleurasi ini. Semakin tinggi tingkat kecerahan minyak
melati maka nilai kelarutannya semakin rendah.
Perlakuan dengan jarak kerapatan terkecil merupakan perlakuan terbaik,
yaitu perlakuan dengan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan
penggunaan pelarut etanol. Minyak melati dengan perlakuan campuran lemak sapi
PKMP-2-11-9
dan margarin kuning dengan pelarut etanol memiliki rendemen 2,9074 %, berat
jenis 0,9498, indeks bias 1,3533 dan kelarutan 1,0000.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan ternyata campuran lemak sapi
dan margarin putih atau kuning dapat digunakan sebagai media adsorben pada
proses enfleurasi minyak melati sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif
pengganti lemak babi.
Minyak melati yang dihasilkan masih belum menyerupai minyak melati
yang ada dipasaran, hal ini disebabkan karena pengaruh pelarut yang digunakan.
Selain itu, perbedaan aroma minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini
dengan minyak melati yang ada di pasaran disebabkan oleh proses penguapan
pelarut yang kurang sempurna.
Rendemen minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini 2,9074 %.
Nilai tersebut lebih kecil dari rendemen minyak melati secara umum yaitu sebesar
2,8 – 3,8 %. Meskipun demikian, rendemen minyak melati yang dihasilkan dari
percobaan ini tidaklah terlalu rendah, masih berada diatas batas bawah rendemen
minyak melati secara umum.
Hasil perhitungan dengan metode ”Multiple Atribut” untuk memperoleh
perlakuan terbaik mendapatkan hasil prodok minyak melati dengan perlakuan
campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan menggunakan pelarut etanol
adalah produk minyak melati yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Braddy JE. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Ed ke-5. Jakarta:
Erlangga.
GuentherE. 1987. Minyak Atsiri. Jilid 1. Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Luqman. 1991. Ekspor Bunga Melati Tetap Miliki Prospek. Jakarta:Pikiran
Rakyat Edisi 28 September dalam Kumpulan Kliping Tanaman Hias Luar
Ruangan. Trubus.
Marcell R. 1992. Prospek Budidaya Bunga Melati. Jakarta:Suara Karya Edisi 22
April dalam Kumpulan Kliping Tanaman Hias Luar Ruangan. Trubus.
PurchonNN.2002.Nerys Purchon’s Handbooks on Soap Natch Essential Oil
Extraction Methods. http://www.soapnaturally.org/NerysPurchon/
essoilextraction. html.2003
Radi J. 1997. Melati Putih. Yogyakarta:Kanisius.
Rukmana HR. 1997. Usaha Tani Melati. Yogyakarta:Kanisius.
Waridan DD. 1987. Melati. Jakarta:Asri Edisi No. 70 dalam Kumpulan Kliping
Tanaman Hias Luar Ruangan. Trubus. Hal. 127

More Related Content

What's hot

Kel 3 kelas m preparat untuk mata
Kel 3 kelas m preparat untuk mataKel 3 kelas m preparat untuk mata
Kel 3 kelas m preparat untuk mata
danyindriawaty
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Kel 2 kelas m preparat untuk mandi
Kel 2 kelas m preparat untuk mandiKel 2 kelas m preparat untuk mandi
Kel 2 kelas m preparat untuk mandi
danyindriawaty
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...
PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...
PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...
Tirta Yoga
 
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Ryan Tito
 
Presentasi proposal skripsweet
Presentasi proposal skripsweet Presentasi proposal skripsweet
Presentasi proposal skripsweet
Nur Fitria Eps II
 
ISI LAPORAN
ISI LAPORANISI LAPORAN
Proses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaProses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaVitha d'Ggr
 
Kel 12 kelas m preparat untuk cukur
Kel 12 kelas m preparat untuk cukur Kel 12 kelas m preparat untuk cukur
Kel 12 kelas m preparat untuk cukur
danyindriawaty
 
Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042
 Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042 Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042
Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gulaLaporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Hani Ani
 
Laporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyLaporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard Candy
Ernalia Rosita
 
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
christianelsadeny
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Akhi Setiawan
 
Minyak nabati
Minyak nabatiMinyak nabati
Minyak nabati
fitriyatun
 
Tipus produksi cpo 4
Tipus produksi cpo 4Tipus produksi cpo 4
Tipus produksi cpo 4
Ebermusic
 
Cara pembuatan virgin coconut oil
Cara pembuatan virgin coconut oilCara pembuatan virgin coconut oil
Cara pembuatan virgin coconut oilPoetra Chebhungsu
 

What's hot (20)

Kel 3 kelas m preparat untuk mata
Kel 3 kelas m preparat untuk mataKel 3 kelas m preparat untuk mata
Kel 3 kelas m preparat untuk mata
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
 
Kel 2 kelas m preparat untuk mandi
Kel 2 kelas m preparat untuk mandiKel 2 kelas m preparat untuk mandi
Kel 2 kelas m preparat untuk mandi
 
25851620 mengenal-jarak-pagar
25851620 mengenal-jarak-pagar25851620 mengenal-jarak-pagar
25851620 mengenal-jarak-pagar
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...
PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...
PERENCANAAN OPTIMASI TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PERKEBUNAN KELAP...
 
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
 
Presentasi proposal skripsweet
Presentasi proposal skripsweet Presentasi proposal skripsweet
Presentasi proposal skripsweet
 
ISI LAPORAN
ISI LAPORANISI LAPORAN
ISI LAPORAN
 
Proses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaProses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapa
 
Kel 12 kelas m preparat untuk cukur
Kel 12 kelas m preparat untuk cukur Kel 12 kelas m preparat untuk cukur
Kel 12 kelas m preparat untuk cukur
 
Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042
 Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042 Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042
Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042
 
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gulaLaporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
 
Laporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyLaporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard Candy
 
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
 
Minyak nabati
Minyak nabatiMinyak nabati
Minyak nabati
 
Tipus produksi cpo 4
Tipus produksi cpo 4Tipus produksi cpo 4
Tipus produksi cpo 4
 
Cara pembuatan virgin coconut oil
Cara pembuatan virgin coconut oilCara pembuatan virgin coconut oil
Cara pembuatan virgin coconut oil
 

Viewers also liked

PASNINKAS ISLAME
PASNINKAS ISLAME  PASNINKAS ISLAME
PASNINKAS ISLAME
Islamic Invitation
 
Ligne Bioessence Professionnelle - Joié Essential
Ligne Bioessence Professionnelle - Joié EssentialLigne Bioessence Professionnelle - Joié Essential
Ligne Bioessence Professionnelle - Joié Essentialasicgroup2012
 
172 - Χρώση πυρήνων.
172 - Χρώση πυρήνων.172 - Χρώση πυρήνων.
172 - Χρώση πυρήνων.
Stathis Gourzis
 
Nccer Rigger
Nccer RiggerNccer Rigger
Nccer Rigger
AmericanMillwright
 
കന്നുകാലി പരിപാലനം
കന്നുകാലി പരിപാലനംകന്നുകാലി പരിപാലനം
കന്നുകാലി പരിപാലനംPretty Peter
 
7. бюллетень верховного суда 2011
7. бюллетень верховного суда 20117. бюллетень верховного суда 2011
7. бюллетень верховного суда 2011Alexander Kravchenko
 

Viewers also liked (6)

PASNINKAS ISLAME
PASNINKAS ISLAME  PASNINKAS ISLAME
PASNINKAS ISLAME
 
Ligne Bioessence Professionnelle - Joié Essential
Ligne Bioessence Professionnelle - Joié EssentialLigne Bioessence Professionnelle - Joié Essential
Ligne Bioessence Professionnelle - Joié Essential
 
172 - Χρώση πυρήνων.
172 - Χρώση πυρήνων.172 - Χρώση πυρήνων.
172 - Χρώση πυρήνων.
 
Nccer Rigger
Nccer RiggerNccer Rigger
Nccer Rigger
 
കന്നുകാലി പരിപാലനം
കന്നുകാലി പരിപാലനംകന്നുകാലി പരിപാലനം
കന്നുകാലി പരിപാലനം
 
7. бюллетень верховного суда 2011
7. бюллетень верховного суда 20117. бюллетень верховного суда 2011
7. бюллетень верховного суда 2011
 

Similar to 379 465-1-pb

Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...izzahatifah
 
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
izzahatifah
 
Presentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptx
Presentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptxPresentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptx
Presentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptx
ZoelfikarLuthfi
 
Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005
Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005
Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005
Yusuf Ahmad Husaeni
 
Laporan tanaman nilam
Laporan tanaman nilamLaporan tanaman nilam
Laporan tanaman nilam
Putra Langkisau
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Ibenk Hallen
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
IsmayadiMuhammad
 
Pala, agen halusinogen
Pala, agen halusinogenPala, agen halusinogen
Pala, agen halusinogenimamsir
 
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganMinyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
asriachemis
 
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiEkstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiKamal Ghazali II
 
Pemanfaatan ekstrak batang buah nenas
Pemanfaatan ekstrak batang buah nenasPemanfaatan ekstrak batang buah nenas
Pemanfaatan ekstrak batang buah nenasDaveWattimena
 
Ekstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cairEkstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cair
UIN Alauddin Makassar
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Makalah budidaya tanaman pala
Makalah budidaya tanaman palaMakalah budidaya tanaman pala
Makalah budidaya tanaman pala
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
minyak nabati
minyak nabatiminyak nabati
minyak nabati
restika rahayu
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Raudatul jannah
 
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJOPpt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Adi-1999
 
Kuliah Rempah dan Minyak Atsiri
Kuliah Rempah dan Minyak AtsiriKuliah Rempah dan Minyak Atsiri
Kuliah Rempah dan Minyak Atsiri
Ade Yulia
 

Similar to 379 465-1-pb (20)

Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
 
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
 
Presentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptx
Presentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptxPresentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptx
Presentasi Teknologi Pemrosesan Minyak (cengkeh).pptx
 
Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005
Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005
Metabolisme rilla sandri g2 l1 19 005
 
Laporan tanaman nilam
Laporan tanaman nilamLaporan tanaman nilam
Laporan tanaman nilam
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
Pala, agen halusinogen
Pala, agen halusinogenPala, agen halusinogen
Pala, agen halusinogen
 
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganMinyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
 
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiEkstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
 
Pemanfaatan ekstrak batang buah nenas
Pemanfaatan ekstrak batang buah nenasPemanfaatan ekstrak batang buah nenas
Pemanfaatan ekstrak batang buah nenas
 
Ekstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cairEkstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cair
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Makalah budidaya tanaman pala
Makalah budidaya tanaman palaMakalah budidaya tanaman pala
Makalah budidaya tanaman pala
 
Minyak alpokat
Minyak alpokatMinyak alpokat
Minyak alpokat
 
minyak nabati
minyak nabatiminyak nabati
minyak nabati
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJOPpt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
 
Kuliah Rempah dan Minyak Atsiri
Kuliah Rempah dan Minyak AtsiriKuliah Rempah dan Minyak Atsiri
Kuliah Rempah dan Minyak Atsiri
 

More from brawijaya university

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
brawijaya university
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
brawijaya university
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
brawijaya university
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
brawijaya university
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
brawijaya university
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
brawijaya university
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
brawijaya university
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
brawijaya university
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
brawijaya university
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
brawijaya university
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
brawijaya university
 
Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16
brawijaya university
 
Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2
brawijaya university
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
brawijaya university
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
brawijaya university
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
brawijaya university
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
brawijaya university
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
brawijaya university
 

More from brawijaya university (20)

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Ratnawati k
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16
 
Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
 

Recently uploaded

Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganismeTeknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Syartiwidya Syariful
 
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di IndonesiaKebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Syartiwidya Syariful
 
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank KaltimUNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
csooyoung073
 
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTALKRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
AtikaYahdiyaniIkhsan
 
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri panganMikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Syartiwidya Syariful
 
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannyaAngka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Syartiwidya Syariful
 
Materi Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptx
Materi Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptxMateri Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptx
Materi Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptx
qaqcsakara
 
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi PanganMateri Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
AtikaYahdiyaniIkhsan
 

Recently uploaded (8)

Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganismeTeknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
 
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di IndonesiaKebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
 
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank KaltimUNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
 
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTALKRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
 
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri panganMikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
 
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannyaAngka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
 
Materi Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptx
Materi Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptxMateri Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptx
Materi Training Sertifikasi Halal dan Kriteria SJPH.pptx
 
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi PanganMateri Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
 

379 465-1-pb

  • 1. PKMP-2-11-1 PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI Kelik Kurniawan, Vita Nindya H., Erna Rahmawati, Iva Nur Rhomadia Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan lemak babi sebagai media absorbsi dalam proses enfleurasi minyak melati.Penggunaan lemak babi dalam proses enfleurasi harus dihindari karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Tujuan dari program ini adalah memanfaatan bunga melati sebagai penghasil minyak atsiri dengan metode enfleurasi, mengetahui kemungkinan margarin putih dan margarin kuning sebagai alternatif pengganti lemak babi sebagai media adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati, mengetahui pelarut yang paling baik untuk mendapatkan minyak melati. Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu persiapan lemak, proses enfleurasi, dan analisa data. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis margarin dan jenis pelarut. Penelitian dilakukan dengan dua perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali.Hasil penelitian didapat dari analisis pemilihan alternatif teroptimal dan terbaik menggunakan metode Multiple Atribute yang didasarkan pada rata-rata nilai rendemen, rata-rata nilai berat jenis, rata-rata nilai indeks bias, rata-rata nilai kelarutan, rata-rata rangking aroma, rata-rata rangking warna dan rata-rata rangking kecerahan. Nilai ideal dari masing-masing perlakuan yang dijadikan sebagai dasar dalam pemilihan alternatif terbaik merupakan nilai yang sesuai dengan harapan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata campuran lemak sapi dan margarin putih atau kuning dapat digunakan sebagai media adsorben pada proses enfleurasi minyak melati sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti lemak babi.Tetapi,minyak melati yang dihasilkan masih belum menyerupai minyak melati yang ada dipasaran.Hasil produk minyak melati terbaik adalah dengan perlakuan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan menggunakan pelarut etanol. Kata kunci: enfleurasi,minyak melati,margarin, pelarut, lemak sapi PENDAHULUAN Tanaman melati terdapat hampir disetiap daerah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, misalnya di daerah Pasuruan, Pamekasan, Banyumas, Purbalingga, Pemalang dan Tegal. Adapun jenis melati yang banyak terdapat di Pulau Jawa menurut Rukmana (1997) antara lain Jasminum sambac (melati putih), Jasminum multiflorum (star jasmine) dan Jasminum officinale (melati gambir). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Jawa Timur luas areal penanaman baru melati pada tahun 2001 adalah 186.837 m2 dengan kapasitas produksi 270.642 kg dan produktivitasnya sebesar 0,58 kg/m2 . Sedangkan pada tahun 2002 luas areal penanaman baru melati adalah 65.997 m2 dengan kapasitas produksi 2.695.695 kg dan produktivitasnya sebesar 7,55 kg/m2 .
  • 2. PKMP-2-11-2 Pengambilan minyak atsiri yang terkandung dalam bunga melati tidak bisa dilakukan dengan cara penyulingan/destilasi seperti halnya pada cengkeh, nilam ataupun kenanga. Hal ini menurut Guenther (1987) disebabkan oleh penyulingan dengan uap air atau air mendidih yang relatif lama cenderung merusak komponen minyak karena proses hidrolisa, polimerisasi dan resinifikasi, komponen yang bertitik didih tinggi khususnya yang larut dalam air tidak dapat diangkut oleh uap air sehingga rendemen minyak dan mutu yang dihasilkan lebih rendah. Oleh karena itu melati harus diproses dengan metode ekstraksi lain untuk mengambil minyak atsirinya (minyak melati). Salah satu metode ekstraksi yang dapat dilakukan untuk melati adalah metode enfleurasi (ekstraksi dengan lemak dingin). Metode enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai media untuk mengabsorpsi aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu misalnya melati, sedap malam dan mawar. Proses enfleurasi berakhir apabila lemak telah jenuh dengan minyak bunga. Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang digunakan dan ketrampilan dalam mempersiapkan lemak. Berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun diketahui bahwa campuran 1 bagian lemak sapi dan 2 bagian lemak babi sangat baik untuk proses enfleurasi (Guenther, 1987). Penggunaan lemak babi dalam proses enfleurasi harus dihindari karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Maka perlu adanya alternatif pengganti lemak babi sebagai media absorpsi (adsorben) dalam proses enfleurasi dalam hal ini adalah margarin putih (shortening) dan margarin kuning. Permasalahan lain yang timbul adalah mencari pelarut yang paling baik, efisien dan efektif untuk mendapatkan minyak melati. Perumusan masalah dalam penelitian ini ada dua, pertama apakah margarin putih dan margarin kuning dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti lemak babi sebagai media adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati dengan menggunakan metode enflerasi, kedua manakah pelarut yang paling baik, efisien dan efektif untuk mendapatkan minyak melati. Tujuan dari program ini adalah memanfaatan bunga melati sebagai penghasil minyak atsiri dengan metode enfleurasi, mengetahui kemungkinan margarin putih dan margarin kuning sebagai alternatif pengganti lemak babi sebagai media adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati, mengetahui pelarut yang paling baik, efisien dan efektif untuk mendapatkan minyak melati. Keluaran yang diharapkan adalah didapatkan minyak melati dengan menggunakan metode enfleurasi, didapatkan pelarut yang baik untuk melarutkan minyak melati dan didapatkan alternatif pengganti lemak babi, yaitu dari margarin putih dan margarin kuning sebagai adsorbent dalam proses ekstraksi minyak melati dengan menggunakan metode enfleurasi. Kegunaan dari program ini adalah memberikan informasi tentang proses ekstraksi minyak melati dengan menggunakan metode enfleurasi, memanfaatan margarin putih dan margarin kuning sebagai pengganti lemak babi sebagai media adsorben dalam proses ekstraksi minyak melati dan hasil dari penelitian ini dapat digunakan pada produk-produk yang memerlukan minyak melati, sehingga diperoleh produk yang bebas kandungan lemak babi. Melati adalah sejenis tumbuhan berbentuk perdu. Batangnya kecil dan pohonnya langsing hingga cabang-cabangnya bisa mencapai panjang antara 0,5 – 3 m. tanaman yang masih kecil tumbuhnya agak tegak dan kalau sudah besar batangnya menjadi lunglai ada kecenderungan untuk memanjat (Waridan, 1989).
  • 3. PKMP-2-11-3 Daunnya berbentuk jantung sampai lonjong, daun tunggal sampai daun majemuk tripoliolatus yang berujung lancip dengan permukaan mengkilap. Bunga tumbuh diujung tunaas, berbentuk tunggal atau berkelompok, dengan warna dan benruk yang beraneka ragam. Setiap tangkai bunga terdiri ataas 3-15 kuntum bunga, tergantung jenis melatinya. Bunga mengeluarkan aroma wangi sehingga sering dijadikan bahan pewangi rambut, parfum atau minyak (Radi, 1997). Menurut Marcell (1992), dalam dunia industri dikenal 4 jenis minyak melati, yaitu : 1. Minyak melati istimewa yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut ether minyak bumi. Hasil tersebut lebih banyak digunakan sebagai bahan baku minyak wangi bermutu tinggi. 2. Minyak melati biasa yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut benzole. Hasil akhir dari cara tersebut sering digunakan untuk bahan baku minyak wangi bermutu sedang. 3. Minyak pomade istimewa yang diperoleh dengan cara pengolahan enfleurasi bunga melati. Hasil akhir proses ini, digunakan untuk bahan baku minyak rambut. 4. Minyak pomade biasa yang diekstraksi dari bunga melati bekas proses tahap enfleurasi. Hasil akhir dari cara tersebut, digunakan untuk pewangi teknis atau pengharum barang-barang. Minyak melati diperoleh dengan cara ekstraksi sehingga dihasilkan menjadi “concrete” dan “absolute”. Metode ekstraksinya sendiri bisa dilakukan dengan solvent extraction atau juga enflorage. Minyak melati yang baru diekstrak “concrete”-nya berwarna coklat kemerahan, berbentuk seperti lilin dan memiliki aroma khas melati. “Absolute” hasil dari ekstrak melati mempunyai sifat lengket, jernih, kuning coklat dengan aroma yang harum. Sifat fisik ekstrak melati akan berubah menjadi gelap apabila mengabsorpsi udara dan aroma harumnya akan menyimpang dari harum melati menjadi bau resin dan bersifat kental. Bunga melati sebanyak 1 ton jika diekstrak akan menghasilkan 2,8 – 3,8 kg atau rata-rata sekitar 3% dari berat bunga (Luqman, 1991). Menurut Purchon (2002) metode enfleurasi dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Sebarkan lapisan tipis dari lemak babi murni atau lemak sayur yang telah dipadatkan (bukan margarin) dalam suatu lembaran kaca atau enamel. 2. Tekan lapisan dari mahkota bunga segar yang beraroma kuat ke dalam lemak. Letakkan lembaran kaca yang lain diatasnya. Tinggalkan selama 24 jam, kemudian ambil mahkota bunga dari lemak dan ganti dengan yang baru. 3. Ulangi proses diatas selama 7-21 hari atau sampai aromanya sekuat sesuai dengan yang diinginkan 4. Ambil mahkota-mahkota bunga dan lemak, tempatkan dalam mangkok. Mangkok kemudian ditutup dan diletakkan ke dalam panci berisi air panas yang befungsi untuk melelehkan lemak. Air yang digunakan jangan terlalu panas karena akan menyebabkan minyak mudah menguap. 5. Tambahkan beberapa tetes minyak fiksatif seperti cendana, tuangkan lelehan minyak dalam botol dan letakkan tutupnya pada saat yang bersamaan. Prinsip kerja proses enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu (yaitu sedap malam dan bunga melati) setelah dipetik masih meneruskan aktivitas fisiologinya, sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi.
  • 4. PKMP-2-11-4 Lemak mempunyai daya absorpsi yang tinggi. Bila lemak dicampur dan melakukan kontak dengan bunga yang berbau wangi, maka lemak akan mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga tersebut. Prinsip ini diterapkan dalan proses enfleurasi. Bunga segar hasil pemetikan ditaburkan diatas permukaan lemak yang telah disediakan dan dibiarkan selama 24 jam untuk bunga melati, kemudian diganti dengan bunga yang masih segar. Pada akhir proses, lemak akan jenuh dengan minyak bunga. Kemudian minyak bunga tersebut diekstraksi dari lemak dengan mnenggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan (Guenther, 1987). METODE PENDEKATAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses dan Sistem Produksi, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, pada bulan Mei-Agustus 2005. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : chassis yang terbuat dari kaca dengan ketebalan 5 mm memiliki panjang 40 cm, lebar 25 cm dan tinggi 8 cm, rotary vaccum evaporator, beaker glass, erlenmeyer, kasa plastik, panci, mixer dan kain penyaring. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga melati jenis melati putih (Jasminum sambac), lemak sapi, margarin putih, karbon aktif dan alkohol 96%. Lemak yang akan dipakai sebagai adsorben pada proses enfleurasi ini dibuat dari pencampuran antara lemak sapi dan margarin putih (shortening) dengan perbandingan 15%:85%, 30%:70% dan 45%:55%. Proses persiapan lemak adalah sebagai berikut: 1. Lemak sapi dicuci dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang ada. Setelah bersih lemak sapi dipanaskan hingga mencair. 2. Lemak sapi yang telah mencair disaring dan ditimbang beratnya. 3. Tambahkan 0,6% arang aktif pada lemak sapi yang telah mencair dan dipanaskan selama 5-10 menit. 4. Lemak sapi diaduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan rendah selama ± 5 menit. 5. Kecepatan mixer ditambah dan secara perlahan-lahan margarin putih dimasukkan kedalam lemak tersebut sesuai dengan perbandingan. 6. Pengadukan dilakukan hingga lemak sapi dan margarin putih bercampur rata. Campuran tersebut kemudian dibiarkan pada suhu ruang. Proses enfleurasi adalah sebagai berikut : 1. Lemak sebanyak 400 gr dioleskan secara merata diatas permukaan kaca chassis setebal 0,5 cm kemudian dilapisi dengan kasa plastik. 2. Bunga melati sebanyak 400 gr yang telah disortasi diletakkan diatas permukaan lemak. 3. Chassis kemudian ditutup dan dibiarkan pada suhu ruang. 4. Chassis dibuka dan bunga melati dikeluarkan dan diganti sesuai dengan perlakuan yaitu setiap 24 jam, 36 jam dan 48 jam dengan bunga melati yang masih segar. Pekerjaan tersebut dilakukan hingga 6 hari. 5. Setelah 6 hari, lemak kemudian diambil dari chassis dan ditimbang beratnya. 6. Lemak dilarutkan kedalam alkohol 96% dengan perbandingan 1:2 dan dibiarkan selama 1 hari.
  • 5. PKMP-2-11-5 7. Kemudian dipisahkan antara lemak dan alkohol yang mengandung minyak melati yang akan merupakan ekstrait. 8. Ekstrait diuapkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator supaya alkohol menguap dan dihasilkan absolut. 9. Minyak melati yang dihasilkan kemudian dianalisa meliputi rendemen, indeks bias, berat jenis, sisa penguapan alkohol, kelarutan dalam alkohol dan uji organoleptik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis margarin dan jenis pelarut. Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan tersebut adalah : L1P1 : lemak sapi dan margarin putih ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari etanol. L1P2 : lemak sapi dan margarin putih ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari metanol. L2P1 : lemak sapi dan margarin kuning ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari etanol. L2P2 : lemak sapi dan margarin kuning ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari metanol. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini analisa rendemen minyak melati yang dihasilkan, indeks bias, berat jenis, kenampakan fisik, sisa penguapan alkohol, kelarutan dalam alkohol dan uji organoleptik.
  • 6. PKMP-2-11-6 Diagram Alir Persiapan Lemak Lemak sapi Pencucian Pemanasan Penyaringan Arang aktif 0.6% b/b Penimbangan Pemanasan 5-10 menit Margarin Putih Margarin Kuning Pengadukan dengan kecepatan rendah Pengadukan dengan kecepatan tinggi Penyimpanan pada suhu ruang Lemak Diagram Alir Proses Enfleurasi
  • 7. PKMP-2-11-7 400 g Lemak Pengolesan pada chassis setebal ± 0,5 cm Peletakan bunga melati 300 g Penutupan chassis Penggantian Bunga setiap 24 jam selama 6 x Pengambilan pomade Etanol 96% Metanol Penimbangan Pencampuran Pendinginan selama 1 hari Penyaringan Ekstrait Penguapan Uap pelarut Minyak Melati HASIL DAN PEMBAHASAN Rerata rendemen minyak melati yang dihasilkan dengan metode enfleurasi dari penelitian ini berkisar antara 2,2161% hingga 3,0864%. Rerata rendemen minyak melati yang terendah dihasilkan oleh perlakuan perbandingan campuran lemak sapi dan margarin putih ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari etanol. Rerata rendemen minyak melati yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan perbandingan campuran lemak sapi dan margarin kuning ( 30% : 70% ) dengan jenis pelarut dari metanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata rendemen minyak melati akan meningkat dengan penggunaan media adsorben dari campuran lemak sapi dan margarin kuning jika dibandingkan dengan campuran lemak sapi dan margarin putih.
  • 8. PKMP-2-11-8 Berat jenis merupakan salah satu sifat fisik kimia yang cukup penting dalam menunjukkan kriteria mutu dan kemurnian dari minyak atsiri dalam hal ini minyak melati. Menurut Brady (1994), berat jenis (specific gravity) didefinisikan sebagai angka banding (rasio) kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Berat jenis minyak melati yang dihasilkan dengan metode enfleurasi dari penelitian ini berkisar antara 0,9153 hingga 0,9498. Indeks bias minyak melati yang dihasilkan dengan metode enfleurasi dari penelitian ini berkisar antara 1,3525 hingga 1,3620. Indeks bias minyak melati yang terendah dihasilkan oleh perlakuan campuran lemak sapi dan margarin putih dengan penggunaan pelarut etanol. Indeks bias minyak melati yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan penggunaan pelarut metanol. Pada umumnya minyak atsiri larut didalam alkohol, etanol, metanol dan sedikit larut di dalam air. Kelarutan minyak atsiri dapat diketahui dengan menggunakan etanol dan metanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Rata-rata kelarutan minyak melati yang dihasilkan dengan menggunakan metode enfleurasi ini berkisar antara 1,000 hingga 1,6667 yang artinya setiap 1 ml minyak melati menjadi jernih jika dilarutkan dalam 1 ml hingga 1,6667 ml etanol dan metanol. Kelarutan minyak melati yang terendah dihasilkan oleh perlakuan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan menggunakan pelarut etanol yaitu sebesar 1,000. Kelarutan minyak melati yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan campuran lemak sapi dan margarin putih dengan penggunaan pelarut etanol yaitu sebesar 1,6667. Uji terhadap aroma minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini dilakukan kepada 3 orang panelis. Hasil uji aroma minyak melati kepada para panelis menunjukkan skor kesukaan para panelis berkisar antara 3 hingga 4,3 yaitu antara agak tidak suka hingga netral. Aroma minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini menurut para panelis kurang mendekati dengan aroma minyak melati yang ada dipasaran pada saat ini. Uji terhadap warna minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini dilakukan kepada 3 orang panelis. Hasil uji warna minyak melati kepada para panelis menunjukkan skor kesukaan para panelis berkisar antara 4,67 hingga 5,67 yaitu antara netral hingga agak suka. Warna minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini adalah kuning hingga putih sedikit kuning. Warna minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini untuk perlakuan L2P1 dan L2P2 tidak jauh berbeda dengan warna minyak melati yang ada dipasaran yaitu berwarna kuning. Uji terhadap kecerahan minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini dilakukan kepada 3 orang panelis ahli. Hasil uji kecerahan minyak melati kepada para panelis ahli menunjukkan skor kesukaan para panelis berkisar antara 3 hingga 6,67 yaitu antara agak tidak suka hingga suka. Kecerahan minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini adalah kuning jernih hingga putih sedikit kuning. Kecerahan berhubungan dengan nilai kelarutan minyak melati yang dihasilkan dari metode enfleurasi ini. Semakin tinggi tingkat kecerahan minyak melati maka nilai kelarutannya semakin rendah. Perlakuan dengan jarak kerapatan terkecil merupakan perlakuan terbaik, yaitu perlakuan dengan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan penggunaan pelarut etanol. Minyak melati dengan perlakuan campuran lemak sapi
  • 9. PKMP-2-11-9 dan margarin kuning dengan pelarut etanol memiliki rendemen 2,9074 %, berat jenis 0,9498, indeks bias 1,3533 dan kelarutan 1,0000. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang kami lakukan ternyata campuran lemak sapi dan margarin putih atau kuning dapat digunakan sebagai media adsorben pada proses enfleurasi minyak melati sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti lemak babi. Minyak melati yang dihasilkan masih belum menyerupai minyak melati yang ada dipasaran, hal ini disebabkan karena pengaruh pelarut yang digunakan. Selain itu, perbedaan aroma minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini dengan minyak melati yang ada di pasaran disebabkan oleh proses penguapan pelarut yang kurang sempurna. Rendemen minyak melati yang dihasilkan dari penelitian ini 2,9074 %. Nilai tersebut lebih kecil dari rendemen minyak melati secara umum yaitu sebesar 2,8 – 3,8 %. Meskipun demikian, rendemen minyak melati yang dihasilkan dari percobaan ini tidaklah terlalu rendah, masih berada diatas batas bawah rendemen minyak melati secara umum. Hasil perhitungan dengan metode ”Multiple Atribut” untuk memperoleh perlakuan terbaik mendapatkan hasil prodok minyak melati dengan perlakuan campuran lemak sapi dan margarin kuning dengan menggunakan pelarut etanol adalah produk minyak melati yang terbaik. DAFTAR PUSTAKA Braddy JE. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Ed ke-5. Jakarta: Erlangga. GuentherE. 1987. Minyak Atsiri. Jilid 1. Jakarta:Universitas Indonesia Press. Luqman. 1991. Ekspor Bunga Melati Tetap Miliki Prospek. Jakarta:Pikiran Rakyat Edisi 28 September dalam Kumpulan Kliping Tanaman Hias Luar Ruangan. Trubus. Marcell R. 1992. Prospek Budidaya Bunga Melati. Jakarta:Suara Karya Edisi 22 April dalam Kumpulan Kliping Tanaman Hias Luar Ruangan. Trubus. PurchonNN.2002.Nerys Purchon’s Handbooks on Soap Natch Essential Oil Extraction Methods. http://www.soapnaturally.org/NerysPurchon/ essoilextraction. html.2003 Radi J. 1997. Melati Putih. Yogyakarta:Kanisius. Rukmana HR. 1997. Usaha Tani Melati. Yogyakarta:Kanisius. Waridan DD. 1987. Melati. Jakarta:Asri Edisi No. 70 dalam Kumpulan Kliping Tanaman Hias Luar Ruangan. Trubus. Hal. 127