Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan minyak biji karet untuk pembuatan margarin. Ia menjelaskan latar belakang penelitian yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis biji karet dan menggunakannya sebagai bahan baku pembuatan margarin. Dokumen ini juga membahas proses pembuatan margarin dari minyak biji karet dan pengaruh penggunaan lesitin lokal dan impor terhadap kualitas margarin.
1. PEMANFAATAN MINYAK BIJI KARET UNTUK PEMBUATAN
MARGARINE
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meperoleh Nilai Ujian Tengah
Semester (Mid test) Mata Kuliah Metodologi Penelitian Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
Oleh
IZZAHATIFAH
NIM. 60500109010
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
SAMATA-GOWA
2011
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatkan biji karet yang memiliki kadar minyak yang tinggi untuk
mendorong para petani karet terus meremajakan perkebunannya. Biji karet yang
selama ini hampir tidak mempunyai nilai ekonomis sama sekali dan hanya
dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet. Akan tetapi, biji karet
memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi yang dapat dimanfaatkan dalam
berbagai industri. Selain itu pengolahan biji karet juga memungkinkan untuk
menghasilkan produk samping yaitu bungkil biji karet sebagai pakan ternak dan
tempurung biji sebagai bahan baku arang aktif. Minyak biji karet (Rubber Seed
Oil) dapat digolongkan sebagai semidrying oil merupakan produk olahan dari
biji karet yang merupakan hasil ikutan perkebunan karet dengan nilai ekonomi
cukup tinggi dan dapat digunakan dalam berbagai industry. Beberapa hal yang
mempengaruhi sifat-sifat minyak adalah asam lemak penyusunnya, yaitu asam lemak
jenuh (saturated fatty acid/SFA) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated
3. fatty acid/UFA), yang terdiri atas mono-unsaturated fatty acid (MUFA) dan poly-
unsaturated fatty acid (PUFA) atau high unsaturated fatty acid. Para ahli biokimia
dan ahli gizi lebih mengenalnya dengan sebutan asam lemak tak jenuh Omega 3,
Omega 6 dan Omega 9.
Biji karet yang selama ini hampir tidak mempunyai nilai ekonomis
sama sekali dan hanya dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet. Akan
tetapi, biji karet memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai industri. Selain itu pengolahan biji karet juga
memungkinkan untuk menghasilkan produk samping yaitu bungkil biji karet
sebagai pakan ternak dan tempurung biji sebagai bahan baku arang aktif.
Minyak biji karet (Rubber Seed Oil) dapat digolongkan sebagai semidrying oil
merupakan produk olahan dari biji karet yang merupakan hasil ikutan
perkebunan karet dengan nilai ekonomi cukup tinggi dan dapat digunakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah proses pembuatan margarin dari minyak biji karet ?
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan lasitin impor dan lesitin local terhadap
kualitas margarin?
4. C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan margarin dari minyak biji karet.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan lesitin impor dan lesitin lokal terhadap
kualitas margarin?
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menaikkan nilai guna dari biji karet.
2. Sebagai salah satu sumber alternatif minyak nabati untuk bahan baku
pembuatan margarin.
2. Mengetahui proses pembuatan margarin dari minyak biji karet.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karet
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis
yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan
tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan,
penduduk asli di berbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan
menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks
juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang
tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah
dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman
karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran
(Nazarudin, dkk: 1992).
Pohon karet akan dapat dipanen getahnya pada usia 5 tahun dan
memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Berdasarkan statistik perkebunan karet
di Indonesia (2002) luas kebun karet di Indonesia mencapai 3.318.105 Ha dan
diperkirakan mampu menghasilkan minyak biji karet sebesar 25.622.406,8 liter/th.
Buah karetberbentuk kotak tiga atau empat. Setelah berumur enam bulan buah
6. akan masak dan pecah sehingga biji karet terlepas dari batoknya. Biji karet terdiri dari
40-50% kulit yang keras, berwarna coklat, 50-60% kernel yang berwarna
putih kekuningan. Kernel biji karet terdiri dari 40 – 50 % minyak, 2,71%
abu,3,71% air, 22,17% protein dan 24,21% karbohidrat. Ini menunjukkan bahwa
biji karet berpotensi untuk dijadikan sumber minyak nabati.
Tetapi kandungan air yang cukup besar dalam biji karet dapat memicu
hidrolisis triglyserida menjadi FFA. Oleh karenanya, diperlukan pengeringan
sebelum pengepresan. Biji karet merupakan limbah pertanian yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, tidak memerlukan lahan subur, pemeliharaan yang
intensif dan ketersediaannya melimpah. (Luthfi,2008)
Tabel 2.1 Kandungan minyak dalam beberapa biji-bijian
(Ketaren, 1986)
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada
7. beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri
dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm.
Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar.
Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun
berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji
karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang
enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya
coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat
dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu
menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur
botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis
8. B. Tinjauan Tentang Minyak Biji Karet (Rubber Seed Oil)
Minyak biji karet merupakan minyak nabati yang berdasarkan sifat
mengeringnya termasuk jenis minyak mengering, yaitu minyak yang mempunyai
sifat dapat mengering jika kena oksidasi dan membentuk sejenis selaput jika
dibiarkan di udara terbuka. Minyak nabati adalah minyak yang bersumber dari
tanaman, baik dari biji-bijian palawija (seperti : jagung, biji kapas, wijen,
kedele, dan bunga matahari), kulit buah tanaman tahunan (seperti : zaitun dan kelapa
sawit), maupun biji-bijian dari tanaman tahunan (seperti : kelapa, coklat, inti sawit,
dan karet). Di Indonesia sendiri sumber minyak nabati yang dapat
dimanfaatkan sangat berlimpah, dimulai dari kelapa sawit, kelapa, jarak pagar,
biji kapok, kacang tanah, kemiri, kelor, nyamplung, jagung, labu merah, papaya,
sirsak, srikaya, karet dan lain-lain. Adapun perbedaan umum antara lemak
nabati dan hewani adalah :
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati.
Tipe dan persentase asam lemak tergantung jenis tanaman dan kondisi
pertumbuhan tanaman. Kandungan asam lemak bebas (FFA) pada minyak
mentah biji karet sekitar 17% dan bilangan asam sekitar 34.
9. Tabel 2.2 Kandungan asam lemak dalam minyak biji karet
Sumber : Luthfi,2008
Tabel 2.3 Karakteristik fisika – kimia minyak biji karet
Sumber : Luthfi,2008
10. Biji karet memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga
cocok sebagai bahan baku pembuatan margarin. Margarin merupakan emulsi air
dalam minyak yang dibuat dari minyak nabati dengan proses hidrogenasi.
Margarin memiliki kandungan gizi yang lebih baik daripada mentega karena
kandungan asam lemak tak jenuh margarin yang lebih tinggi. Tahapan pembuatan
margarine meliputi Netralisasi, Bleaching, Hidrogenasi, Deodorisasi, Emulsifikasi,
dan terakhir Pengemasan. Setiap tahapan akan mempengaruhi kandungan zat – zat
gizi dalam margarin. Kandungan zat – zat gizi ini jika dibandingkan dengan mentega
ternyata memiliki nilai gizi yang lebih baik.
C. Margarin
Proses pembuatan margarin pertama kali ditemukan Mege Mouries di
Perancis sekitar tahun 1870 dalam suatu sayembara yang diadakan Napoleon III. Dari
sejarahnya, margarin diproduksi sebagai bahan pengganti mentega (butter) yang
dibuat dari lemak susu (sapi), yang harganya relatif mahal. Lalu margarin diproduksi,
juga sebagai pengganti mentega, agar konsumen terhindar dari konsumsi kolesterol
yang banyak dikandung mentega.
Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water in
oil emulsion – W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis. Minyak yang
digunakan dalam pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewan seperti babi
11. (lard) atau sapi, dan lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit, kedelai,
jagung, biji bunga matahari, dan lain-lain.
Bahan dasar yang sifatnya telah padat seperti lemak babi, sapi, atau fraksi
padat dari minyak sawit dapat langsung diproses menjadi margarin. Tetapi dari
minyak yang masih cair, harus dilakukan proses perubahan menjadi padat. Proses itu
disebut hidrogenasi, yaitu penambahan molekul hidrogen ke dalam rantai asam
lemak. Proses ini dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi (sekitar 205 derajat C)
dengan cara mengalirkan gas hidrogen ke dalam minyak, dengan bantuan katalisator
berupa platina atau nikel.
Ada dua jenis margarin yang diproduksi, yaitu margarin untuk campuran
dalam pembuatan kue-kue serta margarin meja. Margarin untuk kue biasanya
mengandung kadar lemak hidrogenasi tinggi sehingga bentuknya lebih padat,
sedangkan margarin meja bentuknya lebih lembek agar mudah dioleskan.
Margarin meja yang dibuat dari minyak kacang kedelai, jagung, biji bunga
matahari, dan biji kapas mengandung asam lemak tidak jenuh (PUFA) lebih tinggi
daripada mentega serta margarin yang dibuat dari lemakl babi/sapi atau minyak sawit
padat.
D. Asam lemak trans
12. Umumnya lemak/minyak alami hanya mengandung asam lemak tidak jenuh
tunggal dalam bentuk ‘cis’, dimana kedua atom karbon diantara ikatan rangkap
terletak pada posisi yang sama. Tetapi beberapa jenis lemak/minyak juga
mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk ‘trans’, dimana kedua
atom karbon diantara ikatan rangkap terletak pada sisi yang berlawanan.
Asam lemak trans ditemukan dalam jumlah sedikit dalam lemak ruminansia.
Lemak susu, misalnya, mengandung 4-8 gram per 100 gram. Jumlah yang lebih
banyak ditemukan pada beberapa jenis margarin, produk-produk yang dibuat dari
bahan dasar margarin, shortening (mentega putih), dan beberapa jenis minyak goreng
yang mengalami proses hidrogenasi.
Asam lemak trans dapat terbentuk bila minyak nabati atau minyak ikan yang
kaya asam lemak tidak jenuh (PUFA) diproses agar menjadi berbentuk padat, dengan
cara hidrogenasi seperti yang telah diterangkan itu. Umumnya asam lemak trans itu
adalah asam elaidat dan isomernya (mengandung 18 atom karbon dengan satu ikatan
rangkap), yang terbentuk dari asam oleat.
Salah satu produk olahan pangan yang dapat dibuat dari minyak biji karet
adalah margarin. Margarin adalah produk pangan yang berbentuk plastis pengganti
mentega yang murah. Mentega terbuat dari susu, sedangkan margarine terbuat dari
bahan baku lemak nabati seperti minyak kelapa dan minyak biji-bijian. Kandungan
13. terbesar pada margarine komersial umumnya dibuat dari minyak kelapa sawit adalah
asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh ini merupakan asam lemak yang berbahaya
bagi kesehatan karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai
bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan.
Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang.
Pohon karet umumnya mulai berbunga pada umur sekitar tujuh tahun tetapi dapat
dirangsang menjadi kurang dari lima tahun. Proses pemasakan buah berlangsung
selama 5 – 6 bulan, sedangkan musim bijinya serlangsung sekitar 1,5 bulan.
Berdasarkan proses pembuahannya biji karet dibedakan menjadi 3 golongan yaitu;
biji legitim, biji prope legitim dan biji illegitim. (Cecep Haris Nurhidayat, 2009).
Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh manusia terkandung
dalam biji karet. Hal ini dapat dilihat pada tabel komposisi biji karet di bawah ini.
14. Tabel 1. Komposisi Biji Karet
No Komposisi Per 100 gr bahan
1 Protein 27 %
2 Lemak 32,3 %
3 Air 3,6 %
4 Karbohidrat 23 %
5 Abu 2,4 %
6 Thiamin 450 µg
7 Asam Nikotinat 2,5 µg
8 Karoten dan Tokoferol 250 µg
9 Sianida 330 mg
Sumber: tim penebar swadaya (2008).
Subtitusi tepung terigu dengan tepung lokal merupakan salah satu alternatif.
Penggunaan tepung lokal untuk produk-produk yang berbahan baku tepung terigu,
dengan persentase penggunaan bertahap, dari mulai 5% sampai 25%, tergantung
karakteristik produk yang dibuat. Hal ini diharapkan dapat mengurangi impor terigu.
(SlametBudiarto,2008)
15. Tepung biji karet dapat dijadikan sebagai campuran pada pakan buatan untuk
ikan tambakan yang dipelihara di dalam hapa. (Kresno AS, 2008). Pengolahan biji
karet dengan cara perendaman dalam larutan garam setelah dipisahkan dari kulit
luarnya untuk menghilangkan racun yang terdapat pada daging biji, pengupasan kulit
ari, pengeringan dengan cabinet dryer kemudian digoreng ternyata menghasilkan
daging biji karet matang dengan rasa pahit. (Cecep HN, 2009).
Adanya kandungan Sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi mentah,
tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam dengan air
yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka Sianida (HCN) dapat dihilangkan,
menguap. (Tim Penebar Swadaya, 2006).
Proses pembuatan margarin meliputi 6 tahapan, yaitu :
Adapun flow diagram proses pembuatan margarin :
16. Gambar 2.2 Diagram proses pembuatan margarin
1. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan kaustik
soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan
lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu
17. dengan menggunakan caustik soda akan membantu mengurangi zat warna dan
kotoran dalam minyak. Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah
sebagai berikut : sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan
kotoran seperti fosfolida dan protein dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau
emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi.
(Ketaren, 1950)
2. Tahap Bleaching (pemucatan)
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna
yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur
minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah
pemucat), dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan
adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil
degradasi minyak misalnya peroksida.
3. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap darirantai
karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan
18. dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator. Mekanisme proses Hidrogenasi :
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis
yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas
hidrogen. Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses
hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal
ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel
juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter
dalam proses hidrogenasi minyak. (Ariyati,2006)
Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan
derajat ketidakjenuhan lebih tinggi akan lebih mudah terhidrogenasi.
Misalnya hidrogenasi lemak yang mengandung linoleat, konversi linoleat menjadi
oleat atau isomer – isomernya lebih banyak daripada konversi asam olet
menjadi asam stearat.
4. Tahap Deodorisasi
19. Proses Deodorisasi adalah suatu tahap pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Proses
Deodorisasi dilakukan dengan penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan
atmosfe atau keadaan vakum. Deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak
yang akan digunakan untuk bahan pangan. Proses Deodorisasi dilakukan di
dalam tabung baja yang tertutup vertical yaitu memompakan minyak ke dalam ketel
deodorisasi.
Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 210 o C pada tekanan
atmosfer dan selanjutnya pada tekanan rendah (dibawah 1 kPa) sambil dialiri
uap panas selama 1-2 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap.
Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang
akan digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air. Pada tangki
deodorisasi (D-240) ini bekerja pada suhu 2100C dan tekanan 0,03 atm.
5. Tahap Emulsifikasi
Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan
cara penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80o C dengan
tekanan 1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu :
a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut
dalam minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi
20. air minyak terutama dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin
sedangkan penambahan ȕ - karoten pada margarine sebagai zat warna. Serta
vitamin A dan D untuk menambah gizi.
b. Proses pencampuran emulsifier fase cair
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam
minyak. Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk
membuat emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah :
• garam untuk memberikan rasa asin
• TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah teroksidasinya minyak
yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik
• Natrium Benzoat sebagai bahan pengawet. (Bailey’s,1950)
6. Packaging
Setelah tahap emulsifier selesai kemudian, dilanjutkan ke proses packaging.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat penelitian
21. Adapun waktu dan tempat dilaksankannya penelitian ini yaitu dimulai pada
bulan September 2011 sampai November 2011. Sampel diambil langsung di desa
Tanete Kabupaten Bulukumba dan penelitiannya dilakukan di Laboratorium Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi lantai dasar Universitas Islam Negeri Alauddin Samata
Gowa.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum
digunakan dilaboratorium, peralatan ekstraksi dan pemurnian minyak biji karet,
peralatan pembuatan margarine yaitu mixer, penangas air, thermometer, wadah,
stainless steel, pemanas, timbangan dan peralatan untuk analis.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biji karet dan
bahan untuk pemurnian minyak biji karet seperti garam dan arang aktif. Sedangkan
bahan pembuatan margarine yang terdiri dari stearin, bahan penolong seperti
pengemulsi yang terdiri dari stearin, bahan penolong seperti pengemulsi (lesitin
impor terbuat dari ekstrak kuning telur dan lesitin local terbuat dari isolate protein
kedelai), antioksidan (BHT dan BHA), beta karoten dan bahan perasa.
22. C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu:
1. Proses pembuatan minyak biji karet
Biji Karet
- Mengupas kulit luarnya
Biji karet bersih
- dipanaskan dengan uap pada suhu 170oC selama 30
menit,pemanasan dengan oven pada suhu 105o C selama 30
menit.
Kain saring
- dimasukkan kedalam kain saring
- dikempa pada tekanan 110 kg/cm2 selama 15 menit sampai
semua minyak keluar dan ditampung
Minyak Biji Karet
2. Penentuan Formula Margarin
Dalam proses ini perbandingan bahan baku stearin dan minyak biji
karet yaitu 60 : 40, 50 : 50 dan 40 : 60.Penambahan air, pengemulsi, anti
oksidan (BHT dan BHA), pewarna (beta karoten) dan perasa.
3. Tahap emulsifikasi (Pencampuran fase lemak)
23. Pengemulsi yang digunakan terdiri dari dua jenis lesitin yaitu lesitin
impor (terbuat dari ekstrak kuning telur) dan lesitin local (terbuat dari protein
kedelai). Dimana pada proses ini dilakukan pencampuran dan pengadukan
fase minyak ( minyak biji karet, lesitin dan stearin), pada tahap ini dilakukan
pada suhu 50oC, 60oC, dan 70oC. Dan waktu yang dibutuhkan sampai lesitin
dapat larut dalam minyak biji karet.
4. Tahap Homogenisasi (pencampuran fase cair)
Pada tahap ini dilakukan pada suhu dan waktu proses homogenisasi
yaitu 40o C, 50o C dan 60o C,serta waktu pengadukan 5 – 10 menit.
5. Pendinginan dan Pengemasan
Pada tahap ini setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, bahan
didinginkan dan setelah dingin barulah margarine dikemas. Margarin siap
untuk dikonsumsi.