1. (PRESENTASI KASUS)
INTOKSIKASI ASAM JENGKOLAT
Rumah Sakit Tk. IV Salak Bogor
Jl. Jend Sudirman 8, Sempur, Bogor Utara
Kotamadya Bogor
Presentan :
dr. Yunisa Meutia Putri
Pembimbing :
dr. Suzi Ratnawati
dr. Solvia Yanuarita
2. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 43 tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Ciwaringin Bogor
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Tgl pemeriksaan : 4 Desember 2017 (08.45)
3. ANAMNESIS
Keluhan Utama :Nyeri Perut kiri Bawah
ANAMNESIS KHUSUS
• Pasien datang ke IGD RS Salak dengan keluhan nyeri perut kiri bawah
sejak 2 jam SMRS. Keluhan ini muncul setelah pasien makan jengkol 3
jam yang lalu dalam jumlah yang banyak. Sejak saat itu pasien
mengeluhkan sulit untuk buang air kecil dan nyeri. keluar urin
bercampur darah tidak ada. Keluar batu/ butiran pasir ketika BAK tidak
ada. Demam tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Nyeri dirasakan
pasien tidak menjalar. BAB tidak ada keluhan. Pasien masih bisa
berjalan dengan sedikit membungkuk karna menahan sakit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya
• Riwayat Hipertensi : disangkal
• Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
• Riwayat Asma : disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
• Riwayat Alergi Obat : disangkal
• Riwayat Gastritis : disangkal
• Riwayat Peny.Ginjal : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti ini sebelumnya
• Riwayat Hipertensi : ayah
• Riwayat Diabetes Melitus : ibu
• Riwayat Asma : disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
5. • Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Status generalis:
• Kesadaran : kompos mentis
• Tanda vital :Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler, isi cukup.
Respirasi : 20 x/menit,reguler
Suhu : 36,1 0C
• Skala Nyeri : 4
PEMERIKSAAN FISIK
6. • Pemeriksaan Khusus
Kepala:
• wajah : Tidak ada kelainan
• Rambut : Tidak ada kelainan
• Mata : konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik, Pupil : isokor, refleks cahaya +/+
• Telinga : Tidak ada kelainan
• Hidung : Tidak ada kelainan
• Mulut : Sianosis perioral ( - ), Bau jengkol +
Lidah tidak ada kelainan
Tonsil : T1 – T1, tenang
Pharing tidak hiperemis
Leher :
• KGB tidak teraba membesar
• Kelenjar Thyroid dalam batas normal
• Trakhea sentral
• JVP dbn
7. Thorak :
Inspeksi : Bentuk simetris, gerak simetris
Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : VF kiri = kanan, normal
Perkusi :
• Paru : kiri = kanan, sonor
BPH di ICS V, peranjakan 2 cm
• Cor : Batas atas ICS 3 kiri
Batas kiri LMCS
Batas kanan LSD
Auskultasi :
• Paru : VBS kiri = kanan
VR kiri = kanan, ronkhi - / -, wheezing - / -
• Cor : Bunyi jantung S1, S2 normal; S3, S4 ( - )
Murmur ( - )
8. Abdomen (status lokalis) :
• Inspeksi : Bentuk datar, kulit tidak ada kelainan
• Auskultasi : Bising usus ( + ), normal
• Palpasi : Dinding perut lembut, Nyeri tekan (+), nyeri lepas (+) di
perut sebelah kiri bawah. DM -
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien: Tidak teraba membesar
• Perkusi :Timpani,Ruang Traube kosong, PS / PP ( - )
• Nyeri Ketok CVA -/-
Ekstremitas :
• Clubbing ( - )
• Sianosis ( - )
• Akral hangat, CRT , 2”
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah (04/12/17):
HEMATOLOGI
• Hb : 14,8 g/dl
• Ht : 43,6 vol %
• Leu : 8.700/mm3
• Trom : 297.000/mm3
KIMIA DARAH
• ureum : 44 ( normal)
• kreatinin : 1.4 (normal)
12. Terapi
9.00 -Pronalgess Supp 1x
Pro Rawat Inap Pasien menolak
Observasi di IGD :
-IVFD NaCL 30 tpm
-Minum banyak air
9.15-Natrium Bikarbonat tablet 500mg : 2 tab
11.00 BAK sudah seperti biasa, nyeri sudah berkurang.
13.00 Pasien ingin pulang
- Na Diklofenak 2 x 1 tab
- Buscopan 1 x 1 tab ( jika nyeri)
- Ranitidin 2 x 1 tab
- Natrium Bikarbonat 2 x 1 tab
14. JENGKOL
• Pithecellobium lobatum
• famili Fabaceae (suku biji-bijian).
• tumbuhan khas di wilayah Asia
Tenggara
• Terdapat di Indonesia , Malaysia,
Thailand, Filipina
• Baunya specific
• Keracunan jengkol terjadi sesudah
makan buah jengkol , dimasak atau
mentah
15. Kandungan Zat Dalam Biji Jengkol
• KANDUNGAN NUTRISI :
karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, fosfor,
kalsium, dan besi.
• Kadar protein dalam biji jengkol (23,3 gram per 100 gram bahan) melebihi kadar
protein dalam tempe (18,3 gram per 100 gram bahan)
16. Kandungan Zat Dalam Biji Jengkol
KANDUNGAN SENYAWA :
• saponin, flavonoid dan tanin berkhasiat untuk menurunkan
kadar glukosa darah.
• Juga mengandung : formaldehyde + cysteine.
• Penyebab keracunan asam jengkol (jengkolic acid dan sulfur)
• Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-methylenebicysteine)
merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang
mengandung unsur sulfur.
• STRUKTUR KIMIA :
• Adanya unsur sulfur menyebabkan asam jengkolat dapat
menghasilkan bau yang kurang sedap.
17. Kandungan Zat Dalam Biji Jengkol
• Senyawa ini bersifat amfoter, dapat larut dalam
suasana asam maupun basa.
• Daya larut dalam air sangat kecil, yaitu sekitar 10-20
mg dalam 10 ml air, dan pada pH isoelektrik 5,5, terjadi
pengendapan kristal asam jengkol.
• Jengkol acid tidak larut dalam air dingin ( pd 30 °C larut
1 : 2.000 ), dlm air mendidih larut 1 : 200
• Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif
lebih sedikit daripada biji yang sudah tua.
• Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram
dapat mengandung sekitar 0,15 – 0,30 gram asam
jengkolat.
18. Farmakokinetik Asam Jengkolat
• Asam jengkolat relatif mudah dan cepat diabsorpsi oleh usus halus
• kemudian 2-3- jam berikutnya sudah ditemukan pada urin dengan
bentuk yang tidak berubah, dan dalam jumlah yang besar
• tidak mengalami metabolisme berarti dalam hati.
• Di dalam darah, asam jengkolat ditransportasikan dalam bentuk
ikatan longgar dengan albumin sehingga dengan mudah dilepaskan
oleh albumin dan lolos dari saringan glomerulus.
• Asam jengkolat mampu merembes ke jaringan sekitar (imbibisi),
sehingga pada beberapa kasus keracunan jengkol yang disertai
sumbatan di uretra
• asam ekstravasasi bersama dengan air kemih dan tertimbun di
jaringan tersebut sehingga terbentuk infiltrat air kemih yang
mengandung kristal asam jengkolat
19. Farmakodinamik Asam Jengkolat dan
Patogenesa Jengkolisme
• biji jengkol mentah atau setengah matang memberikan potensi
risiko terjadinya keracunan jengkol asam jengkolat yang
terkandung masih dalam keadaan utuh dan aktif.
• faktor utama tergantung pada daya tahan tubuh seseorang : kondisi
lambungnya, jumlah jengkol yang dikonsumsi, atau cara
memasaknya.
• Seseorang yang mengkonsumsi jengkol dalam kondisi lambung yang
asam akan lebih berisiko mengalami keracunan.
• Jumlah buah yang dimakan bervariasi untuk menimbulkan
keracunan yaitu antara 1-10 buah jengkol.
• Laporan kasus oleh Bunawan et al. (2014), sindrom jengkolisme
muncul 2-12 jam paska mengkonsumsi jengkol.
20. • Mathew & George (2011) mengungkapkan bahwa jengkol
merupakan penyebab utama dari Gagal ginjal akut akibat bahan
makanan yang terjadi di Asia Tenggara.
• Karbon disulfida yang terkandung dalam asam jengkolat merupakan zat yang
bersifat nefrotoksik menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus ginjal.
• Patogenesis terjadinya Gagal ginjal akut akibat jengkol sampai saat
ini masih belum diketahui secara menyeluruh
• Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan dengan
interaksi host dan agent.
• Beberapa studi memberikan pendapat bahwa kerusakan ginjal yang
terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung
asam jengkolat terhadap parenkim ginjal, endapan metabolik
jengkol, spasme ureter, atau adanya obstuksi saluran kemih oleh
kristal jengkolat (urolitiasis jengkolat).
21. Pembentukan Kristal Asam Jengkolat
• kristal dapat ditemukanmulai dari lubang keluar ureter, kandung
kemih, uretra, ujung luar penis, dan pada kondisi yang hebat,
dapat ditemukan pada jaringan intersisial penis dan skrotum.
• pembentukan kristal diawali oleh terbentuknya inti
kristalbertumbuhnya kristal menjadi besar.
• Pengkristalan dimungkinkan terjadi bila bahan terlarut menjadi
sangat jenuh (supersaturated). Supersaturasi terjadi bila larutan
encer dipekatkan melalui penarikan bahan pelarut (solvent).
• Kristal asam jengkolat ternyata tidak ditemukan pada semua urin
penderita kracunan jengkol, bahkan penderita keracunan berat
dan gagal ginjal akut, lebih banyak ditemukan negatif.
22. INTOKSIKASI ASAM JENGKOLAT
• INCIDENCE
pria: wanita = 9 : 1,
pada usia 4-7 thn : 1,5 years anak lebih kecil
• Asam jengkol bisa mengendap ( mengkristal)
didalam tubulus,collecting duct, ureter, blass dan
urethra. Dan mejebabkan obstruktif uropathy,
bisa GGA, GGK
• Keracunan tergantung kerentanan seseorang,
tidak semua orang makan jengkol akan
keracunan.
23. Gejala Klinis
• Gejala timbul 2-12 jam setelah seseorang mengkonsumsi
jengkol.
• napas dan kemih yang berbau khas jengkol
• nyeri perut yang kadang-kadang disertai muntah
• serangan kolik dan nyeri saat berkemih
• Disuria dan hematuria
Adanya darah dalam urin disebabkan oleh adanya luka pada lambung, saluran kemih,
bahkan ginjal akibat terkena kristal asam jengkolat yang tajam.
• Jika berlanjut, dapat terjadi gagal ginjal akut yang ditandai
dengan fase oliguri-anuria yang kemudian diikuti dengan
fase poliuria.
• Pada anak bisa timbul infiltrat urin di paha atas, penis dan
scrotal.
24. Pemeriksaan Laboratorium dan
Penunjang
• laboratorium rutin dan pemeriksaan penunjang berupa
Faal ginjal (kadar ureum, kreatinin)
• urinalisa (untuk menentukan kadar eritrosit dalam
urine)
• pemeriksaan urin dan sedimen (Untuk menentukan PH
urin dan ada atau tidaknya kristal asam jengkol)
• histopatologi ginjal, radiologi (foto polos abdomen,
BNO) dan USG Abdomen
• Pemeriksaan sediment urine terlihat kristal asam
jengkol “halus2 seprti sapu lidi, yang terserak”
25. Tatalaksana Terapi Keracunan
• Gejala ringan : nyeri pinggang dan nyeri pada
perut, dan muntah
bisa berobat jalan (outpatient)
• minum air yang banyak + pemberian natrium bikarbonat 2 gram sebanyak 4
kali sehari secara oral hingga gejala hilang (asimptomatis).
• Namun, apabila tidak didapatkan sodium bikarbonat, terapi dapat diganti
menggunakan minuman berkarbonasi
• Gejala Berat : oliguri, hematuri, anuri, tak bisa
minum
• Rawat di RS
• IVFDD5%+Bic-nat,dose2 -5mEq,dlm4-8jam
• Antibiotica kalau ada secondary infection & Diuretic
26. Tindakan yang dilakukan di rumah sakit berupa:
a. Bantuan Hidup Dasar (ABCs of Life Support).
b. Pemantauan ketat status cairan dan elektrolit pasien karena
kondisi pasien dapat memburuk secara tiba-tiba dan berat.
c. Pemberikan cairan intravena dan elektrolit jika diperlukan
untuk mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
d. Pemantauan fungsi ginjal dan alkalinasi urin untuk
mengeluarkan kristal asam jengkolat.
e. Jika terjadi gagal ginjal akut maka diberikan natrium
bikarbonat melalui infus dengan dosis yang disesuaikan hasil
analisis gas darah.
27. • Bila telah terjadi gagal
ginjal akut atau
komplikasi dari gagal
ginjal akut maka berikan
terapi sesuai gagal ginjal
akut atau komplikasi yang
muncul, tidak ada
antidotum yang spesifik.
28. • Laporan kasus yang dilakukan oleh Wong et al.
bahwa obstruksi pada saluran kemih akibat
endapan metabolik dan kalkuli dari kristal
jengkolat perlu dilakukan irigasi uretra,
kateterisasi, atau pemasangan stent dan
bypass untuk mengurangi obstruksi
30. PREVENTION
• Pencegahan kejadian jengkolisme sulit dilakukan
karena kejadian dan pola kerentanan individu
terhadap asam jengkolat yang berbeda.
• Insidensinya sangat langka. Sindrom jengkolisme
sangat beragam, bahkan tidak tergantung dari
prosedur pengolahannya
• Tidak semua individu dapat terkena jengkolisme
dengan memakan olahan jengkol dengan
prosedur pengolahan yang sama.
• Kerentanan individu terhadap GGA juga tidak
tergantung dari frekuensi konsumsinya
31. Namun demikian, untuk meminimalisir terjadinya keracunan akibat
mengkonsumsi jengkol :
• Hindari mengkonsumsi jengkol pada saat perut kosong (sebelum makan)
dan/atau jangan disertai makanan/ minuman lain yang besifat asam.
• Hindari mengkonsumsi jengkol dalam keadaan mentah. Sebaiknya jengkol
dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar kandungan asam
jengkolatnya dapat berkurang. Jengkol mentah mengandung asam
jengkolat lebih banyak daripada jengkol yang sudah dimasak.
• Biji jengkol dapat dipendam dahulu di dalam tanah sebelum dimasak agar
kandungan asam jengkolatnya dapat berkurang.
• Jangan mengkonsumsi jengkol secara berlebihan, terutama bagi individu
yang mengalami gangguan ginjal.