Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko dalam institusi pelayanan kesehatan. Manajemen risiko merupakan salah satu pilar penting dalam kerangka kerja clinical governance yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan dengan fokus pada kepentingan pasien. Proses manajemen risiko meliputi identifikasi, analisis, pengelolaan, dan evaluasi risiko secara berkelanjutan guna meminimalkan dampak buruk bagi organisasi maupun individu."
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Diseases (COVID-19)Muh Saleh
Â
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara.
kita akan mempelajari tentang Surveilans Epidemiologi.
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan determinan terkait permasalahan kesehatan di daerah tertentu atau kejadian yang spesifik dalam suatu populasi dan aplikasi penelitian ini yakni sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan (4) Ahli epidemiologi tidak hanya berfokus pada permasalahan yang terkait dengan kematian, penyakit dan kecacatan saja, tetapi juga pada isu kesehatan positif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu negara. Salah satunya adalah surveilans epidemiologi,
Lalu, apa yang dimaksud dengan surveilans ? Dan apa kaitannya dengan pencegahan penyakit ? Kita akan memahaminya pada sesi ini.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Surveilans merupakan suatu proses yang sistematik meliputi pengumpulan, pemeriksaan, analisis data serta diseminasi informasi pada waktu dan orang yang tepat sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan.
menurut WHO, surveilans merupakan ciri penting dalam praktik epidemiologi. Keutamaan dari kegiatan monitoring terhadap fakta adalah merupakan suatu proses dan berkelanjutan dimana monitoring merupakan kegiatan berselang dan tidak disengaja.
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakitSonny Irawan
Â
Sharing knowledge untuk mengetahui apa dan bagaimana implementasi maupu peran manajemen risiko di dalam pencapaian target kinerja rumah sakit. Identifikasi masalah sampai dengan mitigasi risiko yang dapat dilakukan atas penyimpangan seluruh target kerja di semua lini rumah sakit. Semoga bermanfaat untuk info lebih lanjut bisa menghubungi Saya seorang Asisten Manager Manajemen Risiko di salah satu korporasi kesehatan terbesar yang memiliki lebih dari 20 cabang unit usaha rumah sakit di Indonesia yang sudah bekerja lebih dari 15 tahun di kesehatan ... Salam Sony Irawan
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malariahersu12345
Â
Eliminasi Malaria melalui tahap :
1. Tahap Pengendalian
2. Tahap Pre eliminasi
3. Tahap Eliminasi
4. Tahap Pemeliharaan
Persyaratan Eliminasi:
1. Annual Parasite Insidence (API) < 1 per seribu penduduk
2. Slide Podsitivity rate (SPR) < 5%
3. tidak ada kasus indigenoues (penularan lokal) selama 3 tahun terakhir
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Diseases (COVID-19)Muh Saleh
Â
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara.
kita akan mempelajari tentang Surveilans Epidemiologi.
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan determinan terkait permasalahan kesehatan di daerah tertentu atau kejadian yang spesifik dalam suatu populasi dan aplikasi penelitian ini yakni sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan (4) Ahli epidemiologi tidak hanya berfokus pada permasalahan yang terkait dengan kematian, penyakit dan kecacatan saja, tetapi juga pada isu kesehatan positif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu negara. Salah satunya adalah surveilans epidemiologi,
Lalu, apa yang dimaksud dengan surveilans ? Dan apa kaitannya dengan pencegahan penyakit ? Kita akan memahaminya pada sesi ini.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Surveilans merupakan suatu proses yang sistematik meliputi pengumpulan, pemeriksaan, analisis data serta diseminasi informasi pada waktu dan orang yang tepat sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan.
menurut WHO, surveilans merupakan ciri penting dalam praktik epidemiologi. Keutamaan dari kegiatan monitoring terhadap fakta adalah merupakan suatu proses dan berkelanjutan dimana monitoring merupakan kegiatan berselang dan tidak disengaja.
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakitSonny Irawan
Â
Sharing knowledge untuk mengetahui apa dan bagaimana implementasi maupu peran manajemen risiko di dalam pencapaian target kinerja rumah sakit. Identifikasi masalah sampai dengan mitigasi risiko yang dapat dilakukan atas penyimpangan seluruh target kerja di semua lini rumah sakit. Semoga bermanfaat untuk info lebih lanjut bisa menghubungi Saya seorang Asisten Manager Manajemen Risiko di salah satu korporasi kesehatan terbesar yang memiliki lebih dari 20 cabang unit usaha rumah sakit di Indonesia yang sudah bekerja lebih dari 15 tahun di kesehatan ... Salam Sony Irawan
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malariahersu12345
Â
Eliminasi Malaria melalui tahap :
1. Tahap Pengendalian
2. Tahap Pre eliminasi
3. Tahap Eliminasi
4. Tahap Pemeliharaan
Persyaratan Eliminasi:
1. Annual Parasite Insidence (API) < 1 per seribu penduduk
2. Slide Podsitivity rate (SPR) < 5%
3. tidak ada kasus indigenoues (penularan lokal) selama 3 tahun terakhir
Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Bagi Perusahaan yang membutuhkan Pelatihan ini dapat menghubungi Kami HARD-Hi SMART CONSULTING di Hotline : 0878-7063-5053 (Fast Response) dengan Bpk. M. Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
Ladakh Endless Discoveries (Virtual tours of India from 101 Moments.com)101 Moments
Â
Ladakh Endless Discoveries.
3000 kilometers,16000 feet. Mountains, valleys, forests, deserts, rivers, glaciers, lakes, cities, monasteries, palaces, people, cultures… A journey like no other comes alive in this lovingly created CD Rom.
Brought to you by 101moments.com
Discover more here :
http://www.101moments.com/ladakh.aspx
Every nation has set up its own space agencies and research centres. List of top 7 space agencies in the world - NASA, RFSA, ESA, ISRO, CNSA, JAXA, SSI, visit: http://mocomi.com/space-agencies-in-the-world/
Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Strategi Hemat Biaya Untuk Meningkatkan Keamanan Ibu Dan Perawatan Bayi Baru Lahir
2. Sumber Daya Dan Sistem yang Dibutuhkan Untuk Menerapkan Rekomendasi
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pengorganisasian Sampai Identifikasi Masalah Pada Manajemen Risiko
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan tuntutan terhadap kelalaian kepada institusi kesehatan di dunia
semakin
meningkat
jumlahnya
sejak
tahun
1980-an.
Hal
ini
mendesak
departemen kesehatan berbagai negara, seperti Inggris dan negara-negara
persemakmurannya untuk berpikir ekstra. Sampai awal tahun 1990-an tuntutan
hukum yang diterima institusi kesehatan seperti rumah sakit mencapai 75 milyar
ponsterling. Jumlah yang sangat besar ini memaksa departemen kesehatan
Inggris merombak keseluruhan sistem pelayanan kesehatan, utamanya budaya
kerja para pemberi layanan kesehatan.1
Maka mulai diperkenalkan dan dibuat manajemen risiko dalam kerangka kerja
departemen kesehatan di Inggris, diberlakukan untuk seluruh trust dan board
yang
menjadi
afiliasinya.
Selanjutnya
disadari
bahwa
tidak
hanya
penanggulangan risiko saja yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan masyarakatnya. Perlunya evaluasi berkelanjutan,
fokus pada kepentingan pasien, dan komponen-komponen lain membentuk
sebuah kerangka kerja baru yang disebut clinical governance. Manajemen risiko
merupakan salah satu pilar penerapan clinical governance dalam institusi
pelayanan kesehatan.
Manajemen
risiko
dapat
digambarkan
sebagai
proses
berkelanjutan
dari
identifiasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu. Dengan penekanan
pada perubahan budaya kerja dari yang reaksioner dan penanggulangan menjadi
pencegahan dan pengelolaan.2
Risiko yang dicegah dalam pengelolaan manajemen risiko berupa risiko klinis dan
non klinis sifatnya. Risiko klinis adalah seluruh risiko yang dapat dikaitkan
langsung dengan layanan medis, maupun layanan lain yang dialami pasien
selama dalam institusi kesehatan. Seperti manajemen farmasi, masuk dan keluar
rawat inap, kontrol infeksi, kecukupan jumlah perawat yang melayani, dan
sebagainya. Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi,
maupun risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung
dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua
risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organsisasi. Risiko dalam
segi finansial tentunya yang dapat menganggu kontrol finansial yang efektif,
2. termasuk sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntasi yang
baik.3
Tujuan
Kegiatan pelayan kesehatan adalah suatu aktivitas berisiko tinggi, baik untuk
pengguna yaitu pasien maupun bagi penyedia layanan. Sehingga peran
manajemen risiko sangat penting dan esesial dalam sebuah institusi layanan
kesehatan.
Tujuan
penerapan
manajemen
risiko
dalam
institusi
kesehatan
untuk
meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa datang. Dengan adanya
tindakan yang bersifat antisipatif dari manajer risiko, bila terjadi insiden maka
sudah tersedia alternatif keputusan yang dilihat dari berbagai sisi dilengkapi
dengan pengetahuan akan konsekuensi dan dampak yang diakibatkannya.
Secara singkat, tujuan manajemen risiko pada akhirnya akan melindungi pasien,
karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya dalam ruang lingkup
institusi pelayanan kesehatan.
3
“Accidents hardly ever happen without warning. The combination or sequence of
failures and mistakes that cause an accident may indeed be unique, but the
individual failures and mistakes rarely are.”
6
7
8
9
ARC. NHSQI Scotland. Risk Management Report.2004
NHS Ambulance service trust. Risk Management Strategy.2007
Owles & Karim. Vulnerablity & Risk Assesment in the environment of care.2006
Steele. An introduction to risk management. 2001.
10
How do I asses or analyse risk?. www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk
Page 2
3. ISI
A. Pengorganisasian dan kebijakan manajemen risiko
Dalam sebuah sistem pelayanan kesehatan, manajemen risiko merupakan salah
satu komponen yang membentuk kerangka kerja institusi. Dimana, kerangka
kerja yang ditujukan untuk menghasilkan layanan berkualitas dengan fokus pada
kebutuhan pasien disebut sebagai clinical governance. Yang menentukan
dampak
dari
pelaksanaan
clinical
governance
adalah
interaksi
seluruh
komponen pembentuknya yang saling melengkapi. Sehingga manajemen risiko
tanpa adanya evaluasi dan pembelajaran berkesinambungan, kerjasama tim,
dedikasi terhadap kepentingan pasien serta komponen lainnya tidak akan
berhasil. Bagaikan buah jigsaw yang saling melengkapi membentuk gambaran
utuh karakteristik layanan kesehatan yang berkualitas.
2, 4
Karena pengaruhnya sangat besar dalam menentukan kualitas produk layanan,
posisi seorang manajer risiko atau ketua komite manajemen risiko rumah sakit
atau institusi layanan kesehatan lainnya bergabung atau sejajar dengan quality
assurance dan bertanggung jawab langsung kepada direktur atau board of trust.
Tetapi adapula yang meletakkan sub komite manajemen risiko dibawah komite
audit, baru kemudian langsung bertanggung jawab kepada board of trust.
Sedangkan, manajer risiko akan membawahi seluruh ketua departemen yang ada
dalam institusi tersebut. Hal ini berhubungan dengan risiko yang dapat timbul,
kemungkinannya bersumber dari seluruh departemen terkait.
3
Apapun bentuk struktur organisasinya, yang terpenting adalah pelaksanaanbya
secara prinsip.
Bahwa input dalam kegiatan manajemen risiko berasal dari
seluruh unit, berupa segala hal yang dapat mempengaruhi kualitas produk
layanan kesehatan atau mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Setelah
dilakukan proses dan pengolahan, outputnya akan disampaikan kepada direktur
sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
5
Sebuah organisasi layanan kesehatan tidak cukup hanya sebatas memiliki
manajemen atau sub komite atau komite manajemen risiko saja. Arah kebijakan
yang terkait pengelolaan risiko harus terpampang dengan jelas. Untuk rumah
sakit khususnya di Indonesia masih cukup jarang yang memiliki kebijakan
1.
2.
3.
4.
5.
Manth. Managing Clinical Risk. BMJ. 1994
NHSQI Scotland. Clinical Governance & Risk Management.2005
Bury PCT. Risk Management Policy & Strategy.2007
NHS. Clinical Governance into Practice.
Kerringan. NHS Direct, Corporate Risk Management & Policy.2008
Page 3
4. manajemen risiko yang jelas dan tranparan. Sementara diluar negeri tidak hanya
rumah sakit, intitusi layanan kesehatan lainnya sudah memilikinya.
Bila kita lihat contoh-contoh kebijakan manajemen risiko dari Negara lain
bunyinya sangat bervariasi, namun memiliki beberap prinsip yang terikat dalam
benang merah “menciptakan lingkungan yang aman”. Aman disini artinya sangat
luas, aman bagi organisasi dari masalah hukum dan finansial; aman bagi pasien
dari kesalahan medis dan fasilitas fisik kurang baik; aman bagi karyawan dapat
bekerja dengan tenang dan mau melaporkan setiap insiden karena yakin tidak
akan disalahkan.
Beberapa prinsip yang disarikan dari beberapa contoh kebijakan manajemen
risiko adalah:2,3,5
1. Kebijakan dan kegiatan manajemen risiko harus diintegrasikan sebagai
filosofi, sebagai komponen manajerial secara umum dan dalam kegiatan
praktis sehari-hari. Ini berlaku disemua unit maupun level organisasi.
Termasuk dalam rencana bisnis awal.
2. Strategi pengelolaan risiko juga harus sejalan dengan tujuan organisasi,
karena
akan
menciptakan
mempengaruhi
organisasi
proses
pembelajar
pengambilan
(learning
keputusan
dalam
organization)
yang
melakukan perbaikan secara berkelanjutan (continual improvement).
3. Adanya keterbukaan, komunikasi yang baik dan responsif terhadap
perubahan maupun risiko yang terjadi dapat menghindarikan organisasi
dari kesulitan dengan pihak eksternal (media massa, masyarakat) dan
meminimalisir kerugian.
4. Pengelolaan risiko
melibatkan pasien secara aktif serta pemangku
kepentingan lain secara bahu-membahu (partnership).
5. Adanya monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan risiko secara
periodik, dan terus menerus melakukan perubahan kearah perbaikan.
6. Tujuan akhir kebijakan adalah
agar dapat mengidentifikasi dan
mengontrol risiko yang mengancam organisasi, kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan karyawan, pasien dan pemangku kepentingan lainnya.
6
7
8
9
ARC. NHSQI Scotland. Risk Management Report.2004
NHS Ambulance service trust. Risk Management Strategy.2007
Owles & Karim. Vulnerablity & Risk Assesment in the environment of care.2006
Steele. An introduction to risk management. 2001.
10
How do I asses or analyse risk?. www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk
Page 4
5. Selain tingkat lokal institusi provider layanan kesehatan, penetapan kebijakan
manajemen risiko pada level yang lebih tinggi memiliki beberapa keuntungan.
Seperti yang dialami negara-negara persemakmuran, yang menggunakan
guidelines manajemen risiko versi Australia/New Zealand. Karena sistem yang
digunakan sama, database risikonya pun serupa. Sehingga dapat berbagi
informasi dan pengalaman dengan kondisi serupa pula. Pengelolaan risiko pun
menjadi lebih ringan karena bisa melihat pengalaman negara lain dalam
menghadapi masalah serupa, bahkan dapat melakukan perbaikan bersamasama. Lesson learnt pun lebih mudah tercapai.6
Bila di Indonesia sudah ditetapkan kebijakan manajemen risiko ditingkat depkes,
rumah sakit diseluruh Indonesia tinggal menerapkan dengan penyesuaian
tertentu.
Yang
penting
dapat
berbagi
identifikasi
risiko,
analisa
dan
pengelolaannya. Sehingga pencapaian perbaikan kualitas pun lebih mudah.
A. Proses manajemen risiko
Manajemen risiko adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Berbagai literatur
memiliki perbedaan konteks namun kontennya sama. Secara singkat proses
manajemen risiko dimulai dengan identifikasi
risiko, analisa risiko mana yang
perlu tindakan segera mana yang hanya sebagai catatan, pengelolaan risiko
adalah action atau tindakan sebagai respon terhadap risiko yang terjadi dan
selanjutnya dilakukan follow up.
NHS (National Health Sistem) Direct dari negara persemakmuran menjelaskan
proses manajemen risiko dalam organisasi mereka sebagai Risk management
pathway.
Proses ini dimulai dari pemahaman mengenai tujuan organisasi
kemudian penentuan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Saat
inilah mulai dipertimbangkan risiko apa saja yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan
kegiatan.
Lalu
dibuatkan
daftar
risiko
diteruskan
dengan
pengelolaan risiko (risk assessment). Selanjutnya ditentukan tindakan apa yang
akan diambil untuk mengatasi risiko. Lalu dibuat rencana pelaksanaan tindakan
dan melengkapi register risiko. Tidak lupa perlunya dilakukan evaluasi terhadap
pengelolaan risiko minimal.
1.
2.
3.
4.
5.
5
Manth. Managing Clinical Risk. BMJ. 1994
NHSQI Scotland. Clinical Governance & Risk Management.2005
Bury PCT. Risk Management Policy & Strategy.2007
NHS. Clinical Governance into Practice.
Kerringan. NHS Direct, Corporate Risk Management & Policy.2008
Page 5
6. Proses identifikasi risiko NHS Direct
investigasi
insiden
dan
melakukan workshop, analisa skenario,
teknik-teknik
lainnya.
Kemudian
risiko
tersebut
dikelompokkan kedalam 7 jenis yaitu: Clinical risk, finansial risk, operational risk,
hazard risk, compliance risk, clinical and reputation risk. Selanjutnya dibuatkan
deskripsi risiko, termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin
terjadi serta dampak yang akan ditimbulkan.
5
Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yangdapat diakibatkan
sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridentifikasi.
Kemudian risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan
prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya, ditentukan tindakan
yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan
tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya
sebagai catatan. Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan
mengganggu pencapaian tujuan organisasi sehingga prioritas utama, maka harus
diatasi atau ditransfer bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan
terjadinya risiko.
Setelah tindakan diputuskan dan dilakukan selanjutnya adalah melengkapi
register risiko. Evaluasi kegiatan dan proses keseluruhan sebagai tindak
lanjutnya sangat penting. Bila terjadi eskalasi risiko, manajer dapat mengambil
tindakan untuk menerima risiko dan memasukkannya kedalam register atau
memodifikasi risiko dengan mengubah deskripsi risiko, memodifikasi karakteristik
risiko atau menolak eskalasi risiko.5,7
Sudut pandang lain dalam mengidentifikasi risiko
ditawarkan oleh JCAHO
mengupas
keamanan.
kerentanan
organisasi
terhaap
faktor
Kerentanan
(vulnerability) disini dimaksudkan terhadap kejahatan, pelanggaran peraturan
dan kerentanan akan kerugian. Kerentanan dapat diartikan sebagai kelemahan
program pengamanan sebuah institusi sehingga dimanfaatkan oleh oknum yang
tidak berkepentingan mengakses asset. Pengelolaan selanjutnya serupa walau
tak sama dengan yang dilakukan NHS direct
teridentifikasi.
terhadap risiko yang telah
8
Ada beberapa istilah yang terkait dengan insiden dan risiko. Kegagalan aktif
(active failures) adalah perilaku berisiko yang dilakukan oleh ujung tombak
6
7
8
9
ARC. NHSQI Scotland. Risk Management Report.2004
NHS Ambulance service trust. Risk Management Strategy.2007
Owles & Karim. Vulnerablity & Risk Assesment in the environment of care.2006
Steele. An introduction to risk management. 2001.
10
How do I asses or analyse risk?. www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk
Page 6
7. organisasi, dalam waktu singkat, spontan dan sulit diprediksi. Berlawanan
dengan sebelumnya, kondisi laten adalah kondisi dimana risiko berkembang
seiring waktu, bila bertemu faktor lain atau kegagalan aktif dapat membuahkan
insiden. Sering berupa rutinitas lama yang dapat diidentifikasi dan dihilangkan
sebelum menimbulkan dampak buruk.
9
Istilah lainnya yang seringkali berhubungan dengan identifikasi risiko dan
pelaporan insiden adalah Adverse incident dan near miss. Adverse event adalah
kejadian yang timbul secara tidak konsisiten dengan pelayanan rutin untuk
pasien atau operasional rutin organisasi. Near miss adalah kejadian yang dengan
keberuntungan atau keterampilan tertentu dapat dicegah sehingga tidak menjadi
insiden.
9
Bila proses manajemen risiko dapat terlaksana disetiap unit
manajer dapat
mengantisipasi situasi sebelum terjadi kecelakaan. Analisis proaktif terhadap
data insiden dapat mengurangi risiko, yaitu menganalisa apa saja yang potensial
menimbulkan kesalahan. Juga membantu identifikasi biaya yang diperlukan
melakukan sesuatu dengan benar dan biaya yang keluar bila terjadi kesalahan.
Apa
yang
terjadi
bila
terlanjur
terjadi
sebuah
insiden?
Harus
9
segera
mengumpulkan data-data untuk membuat pencatatan kronologis yang akurat.
Selanjutnya dianalisa insiden yang terjadi memiliki kecenderungan dampak
kemana. Selain pengumpulan data, pelaporan juga harus up to date dan
sesegera mungkin. Hal ini akan menyediakan peringatan awal dari kemungkinan
tuntutan hukum. Hal ini termasuk dalam tindakan mengontrol
risiko dan
meminimalisir risiko.9
Pelaporan
insiden
lebih
awal
dan
analisisnya
memungkinkan
terjadi
pembelajaran lebih cepat. Pembelajaran adalah tujuan pengelolaan risiko akibat
kesalahan manusia. Sehingga perlu dipupuk budaya melaporkan dengan
sukarela, tanpa takut disalahkan. Insiden dan near miss bukanlah mengenai
disiplin, menutup-nutupinya akan menyulitkan organisasi.
Proses
manajemen
risiko
di
pelayanan
primer
9
juga
merupakan
proses
berkelanjutan yang memastikan institusi tersebut bekerja dalam kerangka kerja
dan kerangka hukum yang sesuai. Identifikasi dan pengelolaan risiko harus
1.
2.
3.
4.
5.
Manth. Managing Clinical Risk. BMJ. 1994
NHSQI Scotland. Clinical Governance & Risk Management.2005
Bury PCT. Risk Management Policy & Strategy.2007
NHS. Clinical Governance into Practice.
Kerringan. NHS Direct, Corporate Risk Management & Policy.2008
Page 7
8. termasuk dalam strategi kerja, lengkap dengan perencanaan untuk pencegaha
terjadinya risiko. Alur proses manajemen risiko dalam PCT (primary care trust)
sebagai berikut: identifikasi risiko, assessment atau analisa dan pengelolaan
risiko,
evaluasi penatalaksanaan
terhadap risiko yang menjadi insiden,
pencatatan dan monitoring berkala.3
Manajer berperan untuk memastikan bahwa proses diatas berjalan disetiap area.
Adanya metode reaktif untuk pelaporan insiden, komplain dan klaim serta
metode proaktif seperti survey kepuasan pelanggan, inspeksi kepatuhan dari
laporan, dan lain-lain dapat membantu manajer mengidentifikasi risiko pada
pelayanan primer.3
Pengelolaan/ assessment risiko meliputi:3
1. Identifikasi potensial hazard dan risiko
2. Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya
3. Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau
perlu dirubah untuk mencegah terjadinya insiden
4. Catat temuan lalu buat rencana pengelolaannya
5. Evaluasi pengelolaan secara keseluruhan, perbaiki bila perlu
Langkah awal untuk menganalisa risiko dapat dibantu dengan beberapa
pertanyaan berikut ini:10
1.apakah kita mampu mengontrol untuk mencegah terjadinya risiko?
2.apa konsekuensinya bila risiko benar terjadi?
3.apa sajakah yang mungkin menyebabkan timbulnya risiko?
4.apa level risiko ini ?
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko
tersebut
bila
benar
terjadi.
Dampak
terhadap
produk
layanan
maupun
pencapaian tujuan organisasi. Standar Australia menyebutkan bahwa risiko =
dampak x kemungkinan terjadi. Hal inilah yang menelurkan matriks analisa
6
7
8
9
ARC. NHSQI Scotland. Risk Management Report.2004
NHS Ambulance service trust. Risk Management Strategy.2007
Owles & Karim. Vulnerablity & Risk Assesment in the environment of care.2006
Steele. An introduction to risk management. 2001.
10
How do I asses or analyse risk?. www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk
Page 8
9. risiko. Risiko yang dampaknya signifikan mendapat prioritas tinggi adalah risiko
yang sangat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Semua risiko yang
termasuk kategori ini harus mendapat perhatian utama dari direktur atau board
of trust dan dibuat rencana tindak lanjutnya. Risiko yang dampaknya mediumrendah akan dikumpulkan menjadi sebuah register oleh manajer risiko bekerja
sama dengan kepala-kepala departemen untuk pembuatan rencana tindak
lanjutnya dan pengawasan.
Jadi
perbedaan
status
3
risiko
berhubungan
dengan
pengambil
keputusan
selanjutnya. Status risiko yang tinggi, membutuhkan pengambilan keputusan
langsung dari top manegement organisasi. Untuk status yang sedang and rendah
cukup middle manager yang mengambil keputusan.
1.
2.
3.
4.
5.
Manth. Managing Clinical Risk. BMJ. 1994
NHSQI Scotland. Clinical Governance & Risk Management.2005
Bury PCT. Risk Management Policy & Strategy.2007
NHS. Clinical Governance into Practice.
Kerringan. NHS Direct, Corporate Risk Management & Policy.2008
Page 9
10. PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengorganisasian manajemen risiko dalam struktur organisasi institusi
pelayanan kesehatan terletak bersama dengan manajemen mutu.
2. Kebijakan manajemen risiko harus menjadi satu kesatuanh dengan
kegiatan
sehari-hari
dan
bagian
dari
rancangan
bisnis
secara
keseluruhan
3. Proses manajemen risiko terdiri dari identifikasi, assessment, evaluasi
dan follow up berkala.
4. Manajemen risiko merupakan bagian dari kerangka kerja clinical
governance untuk mencapai kualitas layanan prima.
Saran
1. Diperlukan manajemen risiko layanan kesehatan ditingkat lokal institusi
(rumah sakit) dan umum (departemen kesehatan) untuk meningkatkan
kualitas dan kemampuan rumah sakit memenuhi kebutuhan pasien.
2. Diperlukan
lembaga
independen
yang
berfungsi
sebagai
pengawas
kualitas produk rumah sakit, termasuk komponen manajemen risikonya.
Yang akan berfungsi sebagai pemberi masukan secara periodic untuk
perbaikan kualitas layanan kesehatan. Agar praktisi kesehatan tidak lagi
menjadi bulan-bulanan media massa dengan peliputan yang timpang.
6
7
8
9
ARC. NHSQI Scotland. Risk Management Report.2004
NHS Ambulance service trust. Risk Management Strategy.2007
Owles & Karim. Vulnerablity & Risk Assesment in the environment of care.2006
Steele. An introduction to risk management. 2001.
10
How do I asses or analyse risk?. www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk
Page 10
11. KEPUSTAKAAN
1. J Manth, A Gatherer. Editorials: Managing Clinical Risks. BMJ vol 308. Juni
1994. Disitasi dari www.bmj.com tanggal 22 Februari 2009.
2. NHS QI Scotland. Clinical Governance & Risk Management: Achieving safe,
effective, patient-fokused care and service. 2005. Disitasi dari
www.nhshealthquality.org tanggal 22 februari 2009.
3. Bury Primary Care Trust. Risk management policy & strategy. 2007.
Disitasi dari www.burypct.nhs.uk tanggal 22 februari 2009.
4. Clinical governance into practice. Disitasi dari www.nhs.org tanggal 22
februari 2009.
5. Kerringan, Helen. NHS direct: Corporate Risk management and Policy.
Desember 2008. Disitasi dari www.nhsdirect.nhs.uk tanggal 22 februari
2009.
6. ARC. NHS QI Scotland- Risk management report. Agustus 2004. Disitasi
dari www.nhs.scot.org tanggal 22 februari 2009.
7. NHS ambulance service trust. Risk management strategy. 2007. Disitasi
dari www.nhs.org.
8. Owles Jr, Robert E. Karim H Vellani. Vulnerability and risk assessment in
the environment of care. 2006. Disitasi dari www.jcaho.org tanggal 22
februari 2009.
9. Steele, chris. An introduction to clinical risk management. 2001.disitasi
dari www.optometry.co.uk tanggal 22 februari 2009.
10.Educational resources clinical governance. How do I asses or analyse risk.
Disitasi dari www.clinicalgovernance.scot.nhs.uk tanggal 22 februari 2009.
1.
2.
3.
4.
5.
Manth. Managing Clinical Risk. BMJ. 1994
NHSQI Scotland. Clinical Governance & Risk Management.2005
Bury PCT. Risk Management Policy & Strategy.2007
NHS. Clinical Governance into Practice.
Kerringan. NHS Direct, Corporate Risk Management & Policy.2008
Page 11