1. Kasus pasien wanita berusia 47 tahun dengan keluhan benjolan di kemaluan yang didiagnosis menderita kista Bartholin.
2. Pasien menjalani tindakan ekstirpasi untuk mengangkat kista Bartholin.
3. Tindakan berjalan lancar dan pasien pulih dengan baik setelah operasi.
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
218943050 new-obsgin-case-report
1. 1
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
PENDAHULUAN
Kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista
bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus
kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam
kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat
dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kelenjar Bartholin ini terletak
bilateral di posterior introitus dan bermuara dalam vestibulum pada posisi arah jam 4
dan 8. Kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan tidak teraba kecuali pada
2. 2
keadaan penyakit atau infeksi. Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi,
memberikan kelembaban bagi vestibulum.1,2
Kista bartiloni merupakan pertumbuhan kistik yang paling umum pada vulva
dan terdapat pada labia majora. Pada dua persen wanita akan mengalami kista
Bartholin atau abses dalam hidup mereka. Salah satu studi kasus menemukan bahwa
wanita kulit putih dan hitam lebih mungkin untuk terkena kista Bartholin atau abses
dibandingkan wanita hispanik yang beresiko rendah untuk terkena kista bartolini.
Involusi Bertahap kelenjar Bartholin dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai
usia 30 tahun. Hal ini menyebabkan terjainya kista bartolini atau abses lebih sering
pada wanita usia reproduksi, khususnya wanita yang berusia antara 20-30 tahun.2
Kista bartholini adalah obstruksi duktus Bartholin yang disebabkan oleh
infeksi genital, inflamasi atau iritasi jangka panjang. Kista atau Abses kelenjar
bartolini ini terbentuk ketika bagian distal dari duktus kelenjar tersumbat yang
menyebabkan retensi dari sekresi. Karena ada sumbatan, maka terjadi pembengkakan
yang hebat sehingga terjadi nyeri. Peningkatan sekresi kelenjar bisa menyebabkan
infeksi. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular
seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar
bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi
bakteri lainnya seperti streptokokus atau basil koli juga dianggap menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada kelenjar ini. Radang pada bartolini dapat terjadi berulang-
ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartolini.3,4
Kista bartholin tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi bila bertambah
besar maka dapat menimbulkan dispareunia, Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
tekanan pada daerah seperti berjalan atau duduk serta nyeri dengan hubungan seksual.
Pasien dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan
bertambah secara cepat dan progresif.5,6
Penanganan pada kista dan abses bartolini tergantung pada ukuran dan apakah
menimbulkan gangguan atau tidak. Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan
3. 3
gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa, namun apabila ukuran kista cukup
besar dan menimbulkan gangguan, perlu dilakukan pengobatan. Pengobatan pada
kista bartolini bisa dengan Berendam dalam air hangat 2-3 kali sehari selama
beberapa hari. Hal ini dapat menyebabkan abses untuk membuka dan mengalir
dengan sendirinya. Untuk abses bartolini yang berukuran kecil juga bisa diberikan
antibiotic, dan untuk kista bartolini yang ukurannya cukup besar dan menimbulkan
gangguan dapat dilakukan Tindakan pembedahan yaitu ekstirpasi dan
marsupialisasi.5,6
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. M. R
Umur : 47 tahun
Pendidikan : SMP
Alamat : Wulurmaatus Jaga IV
4. 4
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Bangsa : Indonesia
Status pernikahan : Sudah Menikah
MRS : 08 Oktober 2013, pukul 12.00 WITA
ANAMNESIS
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan utama : Adanya benjolan di kemaluan
Benjolan di kemaluan dirasakan sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu
Nyeri jika benjolan tertekan seperti saat pasien duduk
BAB/BAK biasa
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit dahulu seperti Penyakit jantung, paru,
ginjal, hati, kencing manis, darah tinggi disangkal penderita.
Anamnesis Ginekologi
A. Riwayat perkawinan dan kehamilan dahulu
Kawin : 1
Usia Perkawinan : 21 tahun
Status sekarang : sudah kawin
Kehamilan : 2 kali
B. Riwayat haid
Menarche : 16 tahun
5. 5
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Menopause : (–)
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : cukup
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tensi : 120/70 mmHg
4. Nadi : 84 x/menit
5. Pernapasan : 20 x/menit
6. Suhu badan : 36,5 °C
7. Warna kulit : coklat
8. Edema : (–)
9. Pupil : isokor, conj. an –/–, scl.ict. –/–
10. Kepala : normocepali
11. Lidah : tak
12. Gigi : caries (-)
13. Kerongkongan : hiperemis (–)
14. Leher : pembesaran KGB (–)
15. Dada : simetris, tidak ada retraksi
16. Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
17. Paru-paru : sp. Vesikuler, ronkhi –/–, wheezing –/–
18. Perut : status lokalis
19. Hati : tidak teraba
6. 6
20. Limpa : tidak teraba
21. Tangan : edema (-), pucat (-)
22. Kaki : edema (-), pucat (-)
23. Status neurologis : dbn
Status Lokalis
Inspeksi: tampak massa di vulva/vagina sebelah kanan dengan ukuran 2 × 2 cm,
Palpasi : benjolan (+) nyeri tekan (+)
Diagnosa sementara : P2A0, 47 tahun + kista bartholini
Diagnosa banding : Abses bartholini
Resume masuk : Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 8 Oktober 2013 jam
12.00 WITA dari poliklinik obstetri dan ginekologi RSUP. Prof. dr. R.D kandou
dengan diagnosa P2A0 47 tahun + kista bartholini. Pada anamnesa didapatkan
benjolan pada vagina yang dirasakan kurang lebih 3 minggu yang lalu, benjolan
disertai nyeri dirasakan saat penderita duduk.
Status praesens :
KU : cukup, Kesadaran : compos mentis
T : 120/70 mmHg S : 36,5oC
N : 84 x/mnt R : 20 x/menit
Status Lokalis
Inspeksi : tampak massa di vulva/vagina sebelah kanan ukuran 2 x 2 cm
Palpasi : nyeri tekan (+)
Diagnosis sementara : P2A0 47 tahun dengan kista bartholini; DD: abses bartholini
Penanganan : Marsupilasi/Ekstirpasi
FOLLOW UP
Tanggal 8 Oktober 2013
S : Keluhan (-)
7. 7
O : keadaan umum Cukup
T : 120/70mmHg N: 84 ×/menit R: 20×/menit S:36,7oC
A: P2A0 47 tahun + kista bartholini
P: Rencana Ekstirpasi 10 Oktober 2013
Tanggal 9 Oktober 2013
S : Keluhan (-)
O : keadaan umum Cukup
T : 130/80mmHg N: 84 ×/menit R: 20×/menit S:36,7oC
A : P2A0 47 tahun + kista bartholini
P : Rencana Ekstirpasi 10 Oktober 2013
Tanggal 10 Oktober 2013 dilaksanakan operasi
Laporan operasi
KU pre-operasi : cukup, Compos Mentis
T : 120/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m, S : 36,6
Diagnosa pre-operasi : P2A0 47 tahun + Kista Bartholini
Operasi Mulai : Jam 11.15 WITA
Operasi selesai : Jam 11.50 WITA
Lamanya operasi : 35 menit
Diagnosa post-operasi : P2A0 47 tahun post ekstirpasi kista Bartholini
8. 8
KU Post operasi : T: 120/70, N: 80 x/menit, R: 24 x/menit, S: 36 °C
Penanganan : - IVFD RL : D5 2 : 2 28 gtt/menit
- Ceftriaxone 3 x 1 gr (IV)
- Kaltrofen supp 1 x 2
- Hb 2 jam dan 6 jam post operasi
Tanggal 11 Oktober 2013
S: Nyeri pada luka jahitan.
O: Keadaan umum cukup
T: 120/80mmHg N: 84×/menit R: 18×/menit S:36,5oC
A: P2A0 47 tahun post ekstirpasi kista bartholini Hari I
P: - Aff kateter
- Ceftriaxone 3 × 1 gr IV
- Vitamin C 1 × 1 amp
Tanggal 12 Oktober 2012
S: Keluhan (-)
O: Keadaan umum cukup
T: 110/80mmHg N: 84×/menit R: 20×/menit S:36,6oC
A: P2A0 47 tahun post ekstirpasi kista bartholini Hari II
P: - Cefadroxil 3 x 500 gr
- SF 1 x 1
- Vitamin C 1 × 1 tab
DISKUSI
Diagnosis
Pada kasus ini pasien di diagnose dengan P2A0 47 tahun dengan kista
bartholini. Penegakan diagnosis kista bartholini didapatkan dari anamnesa dan
pemeriksaan ginekologis. Dari anamnesa pasien mengeluhkan adanya benjolan di
vagina yang disertai nyeri saat pasien duduk. Dari pemeriksaan ginekologis
didapatkan massa yang berukuran 2 x 2 cm di vulva/vagina sebelah kanan yang
disertai nyeri tekan.
9. 9
Kista bartholin tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi bila bertambah
besar maka dapat menimbulkan dispareunia, Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
tekanan pada daerah seperti berjalan atau duduk serta nyeri dengan hubungan seksual.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat diperoleh dari pemeriksaan terhadap Kista
Bartholin adalah pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa sakit,
unilateral, dan tidak disertai dengan tanda – tanda selulitis di sekitar, Jika berukuran
besar, kista dapat nyeri, discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent.
Sedangkan pada abses bartholini didapatkan pada perabaan teraba massa yang tender,
fluktuasi dengan daerah sekitar yang eritema dan edema, dalam beberapa kasus,
didapatkan daerah selulitis di sekitar abses, demam, meskipun tidak khas pada pasien
sehat, dapat terjadi, jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat discharge
yang purulen.3,6
Kista Bartholin harus dibedakan dari abses dan dari massa vulva lainnya.
Karena kelenjar Bartholin mengecil saat usia menopause, suatu pertumbuhan massa
pada wanita postmenopause perlu dievaluasi terhadap tanda – tanda keganasan,
terutama bila massanya bersifat irreguler, nodular, dan keras.
Penanganan
Pengobatan kista Bartholin bergantung pada gejala pasien. Suatu kista tanpa
gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan
abses kelenjar memerlukan drainase. Pengobatan pada kista bartolini bisa dengan
Berendam dalam air hangat 2-3 kali sehari selama beberapa hari. Hal ini dapat
menyebabkan abses untuk membuka dan mengalir dengan sendirinya.
Medikamentosa juga digunakan pada abses bartholini yang berukuran kecil.
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual
biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia. Idealnya,
antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase.
Beberapa prosedur tindakan operatif pada kista dan abses bartholini yaitu sebagai
berikut.
10. 10
1. Incisi dan Drainase
Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudah
dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada pasien, namun prosedur ini
harus diperhatikan karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses. Ada studi
yang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini.
2. Word Catheter
Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an. Merupakan
sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan dengan saline pada
ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartholin.
Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French
Foley kateter.
Dinding kista atau abses dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11
digunakan untuk membuat incisi sepanjang 5mm pada permukaan kista atau abses.
Penting untuk menjepit dinding kista sebelum dilakukan incisi, atau bila tidak kista
dapat collapse dan dapat terjadi incisi pada tempat yang salah. Incisi harus dibuat
dalam introitus external hingga ke cincin hymenal pada area sekitar orifice dari
duktus. Apabila incisi dibuat terlalu besar, Word catheter dapat lepas. Setelah insisi
dibuat, Word catheter dimasukkan, dan ujung balon dikembangkan dengan 2ml
hingga 3 ml larutan saline. Balon yang mengembang ini membuat kateter tetap berada
di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas dari kateter dapat dimasukkan ke
dalam vagina. Agar terjadi epitelisasi pada daerah bekas pembedahan, Word catheter
dibiarkan di tempat selama empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi
11. 11
mungkin terjadi lebih cepat, sekitar tiga sampai empat minggu. Jika Kista Bartholin
atau abses terlalu dalam, pemasangan Word catheter tidak praktis, dan pilihan lain
harus dipertimbangkan.
3. Marsupialisasi
Alternatif pengobatan selain penempatan Word catheter adalah marsupialisasi
dari kista Bartholin. Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda – tanda
abses akut. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi lokal,
dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat incisi vertikal pada
vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari hymenal ring. Incisi
dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3 cm, bergantung pada besarnya kista. Setelah
kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan saline,
dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan
ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted
menggunakan benang absorbable 2-0. Sitz bath dianjurkan pada hari pertama setelah
prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi
adalah sekitar 5-10%. Komplikasi yang timbul berkaitan dengan dyspareunia,
hematoma, dan infeksi.
4. Eksisi (Bartholinectomy)
12. 12
Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak
berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi
aktif.
Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya
dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum. Pasien ditempatkan
dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear yang
memanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial labia minora dan
sekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan incisi
kulit agar tidak mengenai dinding kista.
Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista terletak pada
bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian
bawah kista dan mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara
tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat dengan
dinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan vestibular bulb dan
untuk menghindari trauma pada rectum.
Gambar Diseksi Kista
13. 13
Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi utama dari
kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong dan diligasi
dengan benang chromic atau benang delayed absorbable 3-0.
Gambar . Ligasi Pembuluh Darah
Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri,
pembengkakan, dan pembentukan hematoma. Setelah itu, dapat dianjurkan sitz bath
hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan luka.
Pada pasien ini dilakukan ekstirpasi kista bartolini atau pengangkatan total
kista yaitu dengan membuka dan mengeluarkan isi kista dan menjahit tepi kista
dengan tepi irisan kulit. Indikasi dilakukan ekstirpasi yaitu :
o Abses/kista persisten
o Abses/kista rekuren
o Terdapat indurasi pada basal kista yang sulit dicapai dengan
marsupialisasi
o Kista pada usia > 40 tahun (dapat menjadi ganas)
Keuntungan : Kecil kemungkinan rekuren
Kerugian/Komplikasi : Perdarahan, Selulitis, Pembentukan scar yang nyeri,
Sisa jaringan kista yang tidak terangkat sepenuhnya rekuren Fungsi lubrikasi (-).4,7
Prognosis
14. 14
Jika kista ditangani dengan baik dan kekambuhan dapat dicegah, prognosisnya
baik. Tingkat kekambuhan umumnya dilaporkan kurang dari 20%.
PENUTUP
KESIMPULAN
- Kista Bartolini merupakan salah satu tumor jinak pada vulva yang terbentuk
akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan
retensi dan dilatasi kistik.
- Pada anamnesis dari kasus ini didapatkan adanya benjolan pada kemaluan
sebelah kanan dengan disertai nyeri saat duduk.
- Kelenjar bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang.
- Metode penanganan kista bartholini dalam kasus ini adalah ekstirpasi
15. 15
SARAN
- Menganjurkan agar penderita dengan kista Bartholini dapat menjaga
kebersihan diri terutama alat genitalia, melakukan pemeriksaan secara teratur
untuk mengetahui tidak terjadi infeksi berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dian. Makalah Kesehatan: kista barolini. Diunduh dari:
http://komud.com/refarat-kista-bartolini/
2. Omole F, Simmons, Hacker Y. Management of Bartholin’s Duct Cyst and
Gland Abscess. American Family Physician. 2003;68:135-40.
3. Wahyuni ET, Amiruddin MD, Mappiasse A. Bartholin’s Abcess Caused By
Echerichia Colli. IJDV. 2012;1:68-72.
4. Irwan. Kista bartolini. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/93653115/Kista-Bartholini.
5. Wringhton, Wigan, Leigh. Obtstetric and gynecology department: Bartholin’s
Cyst/Abscess. NHS Fondation Trust. 2012.
6. Winkjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimdani, T. Dalam: Ilmu Kandungan:
Radang Pada Vagina. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2008.
16. 16
7. Susanto C. Kista bartolini. FK Universitas Pelita Harapan. 2010.