KUA dan PPAS merupakan dokumen anggaran yang menjembatani RKPD dan RAPBD, dimana kedua dokumen ini disusun, dibahas dan disetujui bersama dalam bentuk Nota Kesepakatan antara Pimpinan DPRD dan Kepala Daerah.
2015 juli 01_sumardi_analisis keuda_kua ppas_magetan_2016_pendapatan daerahSumardi Wiryosumarto
Kajian Pendapatan Daerah Kabupaten Magetan berdasarkan dokumen KUA dan PPAS Kabupaten Magetan TA 2016, hal-hal apa saja yang perlu dipertegas pada TA 2016 misalnya perencanaan pendapatan asli daerah harus didasarkan pada data potensi, pertumbuhan ekonomi dan pencapaian tahun sebelumnya.
PEMBAGIAN FUNGSI PUSAT-DAERAH, SUMBER KEUANGAN, HUBUNGAN KEUANGAN ANTAR PEMERINTAHAN DI INDONESIA, Kebijakan Transfer ke Daerah , Kriteria Desain Transfer Pusat ke Daerah, KEWENANGAN FISKAL, KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU KE DALAM SBN, Penundaan penyaluran DAU
2015 juli 01_sumardi_analisis keuda_kua ppas_magetan_2016_pendapatan daerahSumardi Wiryosumarto
Kajian Pendapatan Daerah Kabupaten Magetan berdasarkan dokumen KUA dan PPAS Kabupaten Magetan TA 2016, hal-hal apa saja yang perlu dipertegas pada TA 2016 misalnya perencanaan pendapatan asli daerah harus didasarkan pada data potensi, pertumbuhan ekonomi dan pencapaian tahun sebelumnya.
PEMBAGIAN FUNGSI PUSAT-DAERAH, SUMBER KEUANGAN, HUBUNGAN KEUANGAN ANTAR PEMERINTAHAN DI INDONESIA, Kebijakan Transfer ke Daerah , Kriteria Desain Transfer Pusat ke Daerah, KEWENANGAN FISKAL, KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU KE DALAM SBN, Penundaan penyaluran DAU
Isu-isu Strategis Penyusunan dan Pembahasan KUA dan PPAS TA 2016 didekati dari struktur APBD yang meliputi pembahasan isu Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah dikaitkan dengan Permendagri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2016.
LKPJ merupakan bagian dari proses penganggaran pada tahap pertanggungjawaban, dimana LKPJ merupakan dokumen laporan kinerja dari Kepala Daerah kepada DPRD. Selain dokumen LKPJ, Pemerintah Daerah juga menyusun LPPD ke Pemerintah Pusat dan ILPPD kepada masyarakat sebagai wujud public accountability.
Isu-isu Strategis Penyusunan dan Pembahasan KUA dan PPAS TA 2016 didekati dari struktur APBD yang meliputi pembahasan isu Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah dikaitkan dengan Permendagri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2016.
LKPJ merupakan bagian dari proses penganggaran pada tahap pertanggungjawaban, dimana LKPJ merupakan dokumen laporan kinerja dari Kepala Daerah kepada DPRD. Selain dokumen LKPJ, Pemerintah Daerah juga menyusun LPPD ke Pemerintah Pusat dan ILPPD kepada masyarakat sebagai wujud public accountability.
2015 juli 01_sumardi_analisis keuda_kua ppas_magetan_2016_keseimbangan apbdSumardi Wiryosumarto
Kajian Keseimbangan APBD versi dokumen KUA dan PPAS Kab Magetan meliputi kondisi Struktur Pembiayaan Daerah, Surplus dan Defisit APBD, Kajian SiLPA Daerah.
Buku Putih Sanitasi - 3-3 Kelembagaan dan Keuanganinfosanitasi
Buku Putih Sanitasi - 3-3 Kelembagaan dan Keuangan merupakan salah satu modul pelatihan PPSP bagi fasilitator dan Pokja Sanitasi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten /kota
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
1. SUMARDI
PPEP FEB UNS SURAKARTA
JL IR SUTAMI NO. 36 A SURAKARTA
BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN KUA DAN PPAS KOTA MAGELANG
TAHUN ANGGARAN 2016
DI PUSDIKLAT UNS SURAKARTA, 7 JULI 2015
2. POSISI KUA PPAS DLM SIKLUS
ANGGARAN DAERAH
PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN
KUA-PPAS
PENDEKATAN STRUKTUR APBD
ISU-ISU PEDAPATAN DAERAH
ISU-ISU BELANJA DAERAH
ISU-ISU PEMBIAYAAN DAERAH
LAYOUT DOKUMEN KUA & PPAS
4. 1 TH 1 TH ½ TH
PERENCANAAN
ANGGARAN
DAERAH
PELAKSANAAN
ANGGARAN
DAERAH
PERTANGGUNG-
JABAWAN
ANGGARAN
DAERAH
5. 5
PP 105/2000
KMDN 29/2002
SEJARAH ISTILAH KUA DAN PPAS
UU 22/1999
UU 25/1999
UU 17/2003
UU 23/2014
UU 33/2004
PP 58/2005
PMDN 13/2006
AKU STRATAS
KUA PPAS
PMDN 59/2007
PMDN 21/2011
6. RPJMD
Renstra
SKPD
Renja
SKPD
RKPD
KUA PPAS
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
RAPERDA
APBD
TAPD
RKA-SKPD
Disampaikan
Pertengahan Juni dan
Dibahas bersama DPRD
paling lambat akhir
Juli
5 tahun
5 tahun
1 tahun
1 tahun
RKP
RPJMN
NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN
KDH
1 tahun 1 tahun
5 tahun
RPJPD RPJPN
20 tahun 20 tahun
Renstra
K/L
Renja
K/L
5 tahun
1 tahun
pedoman
dijabarkan
pedoman
diacu
pedoman
pedoman
pedoman
dijabarkan
diacu
pedoman Diserasikan dg
Musrenbang
Diacu
Diperhatikan
PROSES PENYUSUNAN RPJPD, RPJMD, RKPD, KUA, PPAS DAN APBD
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, PP 8/2008)
Disusun
paling lambat
Agustus -
September
disusun, dibahas dan
disetujui bersama paling
lambat Oktober - Nopember 6
10. 10
DPRD
Rancangan
KUA& PPAS
TAPD
KOORDINATOR TAPD
Rancangan
KUA&PPAS
KDH
Rancangan
KUA & PPAS
Disampaikan
kepada KDH
paling lambat
Minggu I Juni
Sekda selaku
Koordinator
TAPD
Rancangan KUA&PPAS
dibahas bersama
Panitia
Anggaran
DPRD
PEMERINTAH DAERAH
Nota Kesepakatan
Paling lambat
Akhir Bulan
Juli
RKPD
Rancangan
KUA&PPAS
Disampaikan ke
DPRD paling
lambat pada
pertengahan bln
Juni
Dalam
pembicaraan
pendahuluan
RAPBD tahun
berikutnya.
12. APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
Keywords: Renc Keuangan,Tahunan,
Disetujuai Bersama Pemda & DPRD, Perda.
13. 13
• PENDAPATAN
• BELANJA
◦ Belanja Tidak Langsung
◦ Belanja Langsung
Surplus/(Defisit)
• PEMBIAYAAN
- Penerimaan
- Pengeluaran
Pembiayaan Net
SILPA Tahun Berjalan
(-)
(-)
(+)
14. 14
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
B. Dana Perimbangan :
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah :
1. Bantuan Dana
2. Hibah
3. Dana Darurat
4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
15. 15
Penjelasan Pasal 16 ayat (4) UU No
17/2003 antara lain terdiri dari
PP 58/2004
PERMENDAGRI 13/2006
PERMENDAGRI 59/2007
PERMENDAGRI 21/2011
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja modal
4. Belanja bunga
5. Belanja subsidi
6. Belanja hibah
7. Belanja bantuan sosial
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang & jasa
3. Belanja modal
4. Belanja bunga
5. Belanja subsidi
6. Belanja hibah
7. Belanja bantuan sosial
8. Belanja bagi hasil
9. Bantuan keuangan
10. Belanja tak terduga
Belanja Tidak Langsung :
1. Belanja pegawai
2. Belanja bunga
3. Belanja subsidi
4. Belanja hibah
5. Belanja bantuan sosial
6. Belanja bagi hasil
7. Bantuan keuangan
8. Belanja tak terduga
Belanja Langsung :
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang dan jasa
3. Belanja modal
16. STRUKTUR PEMBIAYAAN DAERAH
A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
2. Transfer dari Rekening Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
5. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan:
1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
2. Pembelian kembali obligasi daerah
3. Penyertaan modal (investasi) daerah
4. Pemberian piutang daerah
5. Transfer ke rekening dana cadangan
Pembiayaan neto
18. ◦Anggaran pendapatan
cenderung ditetapkan lebih
rendah.
Mark-down;
Cenderung Incremental;
Takut tidak tercapai;
Tidak tahu potensi;
Pasrah dengan faktor kesulitan.
19. POTENSI JENIS
PENDAPATAN DAERAH
REALISASI JENIS
PENDAPATAN DAERAH
TARGET JENIS
PENDAPATAN DAERAH
KESENJANGAN
OBYEKTIF
KESENJANGAN
PERENCANAAN
COVERAGE
RATIO
COLLECTION
RATIO
EFISIENSI
-------------------------------
EFEKTIVITAS
20. Retribusi Parkir di tepi Jln Umum:
Target Tahun 2013 : Rp. 43.320.000,-
Potensi Thn 2013 : Rp. 120.790.880,-
Realisasi Thn 2013 : Rp. 43.520.000,-
Target Tahun 2014 : Rp. 107.444.000,-
Berapa
24. PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
24
Penganggaran
Perda tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berpedoman pada UU 28/2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan PP 97/2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan
Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;
Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan upaya peningkatan pendapatan daerah yang
bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah.
1
2
Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi
daerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan
pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2016 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi
daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.
26. ◦Anggaran belanja cenderung
ditetapkan lebih tinggi.
Cenderung Mark-Up.
Standar Harga Perlu Dikaji.
ASB perlu disusun dan ditegakkan.
Ada kepentingan dibalik anggaran.
Uangnya Negara Sense of Effiency
kurang.
27. ◦Kurangnya keterpaduan,
konsistensi dan sinkronisasi
perencanaan dengan
penganggaran.
Anggaran buah dari perencanaan,
Tanpa rencana tindakan reaktif.
Bermuara inefisiensi & inefektivitas.
28. ◦Kurangnya keterpaduan,
konsistensi dan sinkronisasi
perencanaan antar SKPD.
Ego sektoral,
Cost Center Income Center,
Strategic Apex,Operating Core,middle
line,technostructure,supporting staff,
Sinergitas program dan kegiatan.
29. ◦Relevansi Program / Kegiatan:
kurang responsif dengan
permasalahan dan / atau
kurang relevan dengan peluang
yang dihadapi.
Kepentingan sesaat,
Budget oriented,
Kekuatan suara TAPD/Panggar,
Kurang visioner.
30. ◦ Spesifikasi indikator kinerja dan
target kinerja masih relatif lemah.
Indikator kinerja kurang memenuhi SMART.
Target kinerja bersifat kualitatif,
Target kinerja kurang dapat terukur,
Kurang difahaminya kerangka
penganggaran berbasis kinerja.
Enggan mencantumkan indikator dan target
kinerja.
36. Sumber SiLPA dari Efisiensi Belanja
lebih pada “tidak terlaksananya
Belanja”.
Ada kecenderungan SiLPA dari tahun
ke tahun menjadi semakin besar,
bagaimana pemecahannya spy tfk
terjadi “SiLPA Trap” atau “Jeratan
SiLPA”.
38. POLA PIKIR
PENULISAN KUA
BAB II BAB III
BAB IV
Kerangka
Ekonomi
Makro
Kebijakan Pendapatan,
Belanja, Pembiayaan dan
Asset
Penutup
ASUMSI DASAR
BAB V
a. Latarbelakang (Visi dan Misi);
b. Tujuan Penyusunan;
c. Dasar Hukum Penyusunan;
d. Kondisi Umum Daerah;
e. Prioritas Daerah.
Prioritas
1
Target Bidang
Ekonomi Prioritas
2
Prioritas
3
Target Bidang
Sosial Budaya
Target Bidang
Politik
Pemerintahan
BAB I
Pendahuluan
VISI DAN MISI
KDH TERPILIH
39. BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang penyusunan
KU APBD;
1.2. Tujuan penyusunan KU APBD
1.3. Dasar (hukum) penyusunan
KU APBD.
40. BAB II. KERANGKA EKONOMI MAKRO
DAERAH
2.1. Perkembangan Indikator
Makro Ekonomi Tahun
Sebelumnya;
2.2.Rencana Target Ekonomi
Makro pada Tahun
Perencanaan.
41. BAB III. ASUMSI-ASUMSI DAERAH
PENYUSUNAN RAPBD
3.1. Asumsi Dasar APBN
3.2. Laju Inflasi
3.2. Pertumbuhan PDRB
3.3. Lain-lain Asumsi (Mis : Gaji
Pegawai)
42. BAB IV. KEBIJAKAN PENDAPATAN,
BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DAERAH
4.1. Pendapatan Daerah
4.2. Belanja Daerah
4.2. Pembiayaan Daerah
43. 4.1. Pendapatan Daerah
4.1.1. Kebijakan Perenc Pendapatan
Daerah
4.1.2.Target Pendapatan Daerah
4.1.3. Upaya2 Pemda dlm Mencapai
Target
44. 4.2. Belanja Daerah
4.2.1. Kebijakan Perenc Belanja dan
Perkiraan Total Belanja Daerah
4.2.2. Kebijakan Blj Pegawai, Bunga,
Subsidi, Hibah, bansos dll.
4.2.3. Kebijakan Pemb Daerah, Kendala,
Strategi dan Prioritas
4.2.4. Kebijakan Belanja Daerah Berdasar
Urusan Pem & SKPD.
45. 4.3. Pembiayaan Daerah
4.3.1. Kebijakan Penerimaan
Pembiayaan
4.3.2.Kebijakan Pengeluaran
Pembiayaan.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini juga dapat berisi tentang hal-hal lain yang disepakati DPRD dan
Kepala Daerah dan perlu dimasukkan dalam Kebijakan Umum APBD.
Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam
penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun Anggaran berkenaan.
48. BAB II. RENCANA PENDAPATAN DAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DAERAH
2.1. Pendapatan Asli Daerah
2.2. Dana Perimbangan
2.3. Lain2 Pendapatan Daerah
yang Sah
2.4. Sumber2 Penerimaan
Pembiayaan.
49. NO. PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
TARGET TAHUN ANGGARAN
BERKENAAN
DASAR HUKUM
1 2 3 4
1 Pendapatan Asli Daerah
1.1 Pajak Daerah
1.2 Retribusi Daerah
1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2 Dana Perimbangan
2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
2.2 Dana Alokasi Umum
2.3 Dana Alokasi Khusus
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
3.1 Hibah
3.2 Dana Darurat
3.3
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
3.5
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH
Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya
(SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
JUMLAH DANA TERSEDIA
50. BAB III. PRIORITAS BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2011
Urutan prioritas penggunaan
pendapatan dan sumber
pembiayaan daerah yang
akan dituangkan dalam
anggaran belanja daerah.
51. NO.
Prioritas
Pembangunan
Sasaran
SKPD yang
melaksanakan
Nama Program
1. Contoh :
Penanggulangan
Kemiskinan
Contoh :
Meningkatnya
kesejahteraan penduduk
miskin sehingga prosentase
penduduk miskin dapat
mencapai 14,4% pada akhir
tahun 2007
Contoh :
1. Dinas Sosial;
2. Dinas PMD;
3. Dinas kesehatan;
Contoh :
Pemberdayaan
Fakir Miskin
2.
3.
4.
Dst.
JUMLAH
Catatan:
Prioritas disusun berdasarkan urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban daerah, baik urusan wajib maupun urusan
pilihan yang dipilih oleh daerah tersebut
52. BAB IV. PLAFON ANGGARAN SEMENTARA
BERDASARKAN URUSAN
PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
KEGIATAN
4.1. Plafon Anggaran Sementara
Berdasar Urusan Pemerintahan
4.2. Plafon Anggaran Sementara
Berdasar Program Kegiatan
4.3. Plafon Anggaran Sementara
Belanja Tidak Langsung.
54. NOMOR PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET
PLAFON
ANGGARAN
SEMENTARA
(Rp.)
1 2 3 4 5
01 Program A
02 Program B
03 Program C
04 Program D
05 Program dst .....
Urusan :
SKPD :
55. NO. URAIAN
PLAFON
ANGGARAN
SEMENTARA (Rp.)
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Bunga
3 Balanja Subsidi
4 Belanja Hibah
5 Belanja Bantuan Sosial
6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
8 Belanja Tidak Terduga
56. BAB V. RANCANGAN PEMBIAYAAN
DAERAH
5.1. Target Penerimaan Pembiayaan
Daerah
5.2. Target Pengeluaran Pembiayaan
Daerah.
57. NO. URAIAN
PLAFON ANGGARAN
SEMENTARA (Rp.)
PEMBIAYAAN DAERAH
1 Penerimaan pembiayaan
1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
1.2 Pencairan dana cadangan
1.3 Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
1.4 Penerimaan pinjaman daerah
1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman
1.6 Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan
2 Pengeluaran pembiayaan
2.1 Pembentukan dana cadangan
2.2 Penyertaan modal (Investasi) daerah
2.3 Pembayaran pokok utang
2.4 Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto
58. BAB VI. PENUTUP
Demikianlah Kesepakatan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) APBD Tahun Anggaran Berkenaan dibuat
untuk menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun RAPBD TA. Berkenaan. Pada Bab ini juga
berisikan kesepakatan-kesepakatan lain antara pemerintah
daerah dan DPRD terhadap PPAS.
59.
60. Nama : SUMARDI
Tempat/Tgl. Lahir : Klaten, 08 September 1962
Agama : Islam
Status : Menikah, dengan 6 anak
Alamat Kantor : Pusat Pengembangan Ekonomi Pembangunan (PPEP) FE UNS, Jl. Ir Sutami No. 36 A Surakarta.
Telpon: 0271-668607, Fax: 0271-668609, HP: 081329903563 E-mail: smd_ekon@yahoo.co.id.
Alamat Rumah : Jl. Cendrawasih No. 11, Blok A1, Perum UNS V Palur, Ngringo, Jaten, Karanganyar.
Telpon: 0271-8200579, 0271-826194.
PENGALAMAN/PEKERJAAN
Residen Konsultas Pogram and Financial, Planning, Analysis, Control – Koordinasi (PAFPACK) untuk Pemerintah Propinsi DIY, Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kota Semarang, Tahun 1991 – 1994.
Konsultan Revenue Improvement Action Plan (RIAP) untuk Kota Surakarta, Tahun 1995 - 1996.
Konsultan GLG-GTZ untuk Penguatan Kapasitas Pemda dalam Penganggaran Daerah untuk meningkatkan Pelayanan Publik.
Konsultan Perencanaan dan Penganggaran Daerah pada PT. Duta Wirya Surakarta, Pusat Pengembangan Ekonomi Regional
(PUSPER) Jakarta, Lembaga Studi dan Pengembangan Otonomi Daerah (LSP-OTDA) Yogyakarta, Lembaga Studi dan
Pengembangan Ekonomi dan Otonomi Daerah (LSP-EKoDA) Yogyakarta, Citra Daya Insani Yogyakarta, Yogyakarta Management
Consultant (YMC) Yogyakarta, LPP Dharma Mulia Yogyakarta, LP2OD Jakarta, PT. Kharisma Bengawan Solo (KBS) Surakarta,
Lembaga Asistensi Pemerintah Daerah (LAPD) Yogyakarta, PT. Sumaplan Adicipta Persada Jakarta, PT. Mitra Agung Manunggal
Samarinda, CV Nirmana Semarang, CV Bromas Damar Kahuripan Sukoharjo, CV Hastha Bhawana Surakarta, CV. Pakarsemi
Sukoharjo, CV. Kharisma Sukoharjo, Pusat Pengembangan Ekonomi Pembangunan (PPEP) FE UNS, Pusat Penelitian Pedesaan
dan Pengembangan Daerah (Puslitdesbangda) LPPM UNS, Pusat Kajian Hukum dan Pemberdayaan Otonomi Daerah (PKHPOD),
Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Publik (PKHKP), Pusat Kajian Hukum dan Budaya FH UNS Surakarta, LKP-OTDA Catur Mitra
Yogyakarta, dll.
JABATAN SEKARANG
Kepala Divisi Penelitian dan Pengkajian Pusat Pengembangan Ekonomi Pembangunan (PPEP) Fakultas Ekonomi UNS Surakarta.