1. Penelitian ini bertujuan menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan 4 indikator berpikir kritis menurut Facione.
2. Siswa dikelompokkan menjadi 3 tingkat kemampuan matematika: tinggi, sedang, dan rendah.
3. Hasilnya menunjukkan siswa tingkat tinggi mampu memenuhi semua indikator, sedangkan tingkat sedang dan rendah kurang
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas analisis kesalahan siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Tanjungpinang dalam menyelesaikan soal-soal peluang berdasarkan kategori kesalahan menurut Watson.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan data tidak tepat menempati persentase tertinggi yaitu sebesar 36,324%, diikuti kesalahan data hilang sebesar 23,388%.
Profil respons siswa kelas 8 dalam memecahkan masalah aljabar berdasarkan taksonomi SOLO ditinjau dari minat belajar matematika. Penelitian ini mengkaji respons enam siswa kelas 8 dalam menyelesaikan soal aljabar berdasarkan taksonomi SOLO dan dikelompokkan berdasarkan minat belajar matematika yang tinggi, sedang, dan rendah. Hasilnya menunjukkan bahwa respons siswa dengan minat tinggi pada tingkat abstrak, sedang
1. Penelitian ini menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi sistem persamaan linear dua variabel.
2. Kesalahan terbanyak terjadi pada tahap pemahaman, di mana 87,7% siswa kesulitan memahami kalimat-kalimat dalam soal.
3. Kesalahan utama siswa adalah kesulitan memaknai kalimat yang dibaca sehingga tidak dapat menentukan apa yang diketahui
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis. Secara khusus dibahas tentang pengertian evaluasi, tujuan evaluasi pendidikan, jenis-jenis evaluasi seperti penilaian, pengukuran dan tes, indikator kemampuan pemahaman konsep matematis, serta kemampuan komunikasi matematis.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas analisis kesalahan siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Tanjungpinang dalam menyelesaikan soal-soal peluang berdasarkan kategori kesalahan menurut Watson.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan data tidak tepat menempati persentase tertinggi yaitu sebesar 36,324%, diikuti kesalahan data hilang sebesar 23,388%.
Profil respons siswa kelas 8 dalam memecahkan masalah aljabar berdasarkan taksonomi SOLO ditinjau dari minat belajar matematika. Penelitian ini mengkaji respons enam siswa kelas 8 dalam menyelesaikan soal aljabar berdasarkan taksonomi SOLO dan dikelompokkan berdasarkan minat belajar matematika yang tinggi, sedang, dan rendah. Hasilnya menunjukkan bahwa respons siswa dengan minat tinggi pada tingkat abstrak, sedang
1. Penelitian ini menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi sistem persamaan linear dua variabel.
2. Kesalahan terbanyak terjadi pada tahap pemahaman, di mana 87,7% siswa kesulitan memahami kalimat-kalimat dalam soal.
3. Kesalahan utama siswa adalah kesulitan memaknai kalimat yang dibaca sehingga tidak dapat menentukan apa yang diketahui
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis. Secara khusus dibahas tentang pengertian evaluasi, tujuan evaluasi pendidikan, jenis-jenis evaluasi seperti penilaian, pengukuran dan tes, indikator kemampuan pemahaman konsep matematis, serta kemampuan komunikasi matematis.
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
Dokumen tersebut membahas analisis kesulitan belajar kemampuan penalaran matematis siswa SMP pada materi luas permukaan dan volume limas. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal penalaran matematis terkait luas dan volume limas."
Dokumen tersebut membahas tentang analisis butir soal untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Metode analisis mencakup menghitung indeks kesukaran soal, menggunakan korelasi product moment untuk mengukur validitas, dan korelasi biserial untuk mengukur validitas item soal. Tujuannya adalah mengevaluasi kualitas soal untuk meningkatkan hasil penilaian.
Dokumen ini membahas penggunaan taksonomi Bloom dalam pengembangan soal ujian oleh guru. Penelitian menemukan bahwa pemahaman guru tentang taksonomi Bloom bervariasi dan sebagian besar guru kurang menggunakannya dalam menyusun soal. Solusi yang diusulkan antara lain pelatihan guru, penyediaan bank soal, dan perubahan paradigma penyusunan soal guru.
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis kesalahan siswa SMA Negeri 1 Kendal dalam menyelesaikan soal jarak pada bangun ruang dengan prosedur Newman. Hasilnya menunjukkan bahwa kesalahan yang paling banyak terjadi adalah kesalahan memahami masalah akibat ilustrasi yang salah, sedangkan tidak ada kesalahan membaca atau transformasi.
1) Dokumen tersebut membahas peran penalaran matematika dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2) Beberapa penelitian internasional dianalisis untuk melihat bentuk penalaran yang muncul ketika siswa memecahan masalah matematika.
3) Hasil penelitian menunjukkan penggunaan strategi penalaran yang berbeda pada tingkat kelas yang berbeda dalam memecahan masalah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam matematika mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal-soal HOTS harus berbasis masalah kontekstual dan mengukur berbagai dimensi berpikir. Langkah penyusunan soal HOTS meliputi menganalisis indikator, menyusun kisi-kisi, membuat stimulus dan butir soal, serta pedoman penilaian.
Dokumen ini membahas penelitian tentang pemahaman konsep matematika siswa pada materi geometri dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMP Negeri 14 Palembang. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa (54,1%) memiliki pemahaman konsep matematika yang sangat baik dengan rata-rata nilai 83,11.
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa kelas IX SMP yang memiliki kemampuan matematika sedang dalam memecahkan masalah matematika.
2. Data dianalisis berdasarkan hasil tes tertulis dan wawancara berbasis tugas. Metode triangulasi digunakan untuk memperoleh data subjek yang valid.
3. Siswa menggunakan proses berpikir asimilasi untuk memahami masalah dan melaksanakan
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem SolvingWendy Berg
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Penelitian ini menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan teori IDEAL problem solving;
(2) Hasilnya menunjukkan bahwa siswa berkemampuan tinggi mampu menyelesaikan soal dengan lengkap melalui semua tahapan IDEAL, siswa sedang hanya sampai tahap 4, dan siswa rendah hanya sampai tahap 3;
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
Dokumen tersebut membahas analisis kesulitan belajar kemampuan penalaran matematis siswa SMP pada materi luas permukaan dan volume limas. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal penalaran matematis terkait luas dan volume limas."
Dokumen tersebut membahas tentang analisis butir soal untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Metode analisis mencakup menghitung indeks kesukaran soal, menggunakan korelasi product moment untuk mengukur validitas, dan korelasi biserial untuk mengukur validitas item soal. Tujuannya adalah mengevaluasi kualitas soal untuk meningkatkan hasil penilaian.
Dokumen ini membahas penggunaan taksonomi Bloom dalam pengembangan soal ujian oleh guru. Penelitian menemukan bahwa pemahaman guru tentang taksonomi Bloom bervariasi dan sebagian besar guru kurang menggunakannya dalam menyusun soal. Solusi yang diusulkan antara lain pelatihan guru, penyediaan bank soal, dan perubahan paradigma penyusunan soal guru.
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis kesalahan siswa SMA Negeri 1 Kendal dalam menyelesaikan soal jarak pada bangun ruang dengan prosedur Newman. Hasilnya menunjukkan bahwa kesalahan yang paling banyak terjadi adalah kesalahan memahami masalah akibat ilustrasi yang salah, sedangkan tidak ada kesalahan membaca atau transformasi.
1) Dokumen tersebut membahas peran penalaran matematika dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2) Beberapa penelitian internasional dianalisis untuk melihat bentuk penalaran yang muncul ketika siswa memecahan masalah matematika.
3) Hasil penelitian menunjukkan penggunaan strategi penalaran yang berbeda pada tingkat kelas yang berbeda dalam memecahan masalah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam matematika mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal-soal HOTS harus berbasis masalah kontekstual dan mengukur berbagai dimensi berpikir. Langkah penyusunan soal HOTS meliputi menganalisis indikator, menyusun kisi-kisi, membuat stimulus dan butir soal, serta pedoman penilaian.
Dokumen ini membahas penelitian tentang pemahaman konsep matematika siswa pada materi geometri dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMP Negeri 14 Palembang. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa (54,1%) memiliki pemahaman konsep matematika yang sangat baik dengan rata-rata nilai 83,11.
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa kelas IX SMP yang memiliki kemampuan matematika sedang dalam memecahkan masalah matematika.
2. Data dianalisis berdasarkan hasil tes tertulis dan wawancara berbasis tugas. Metode triangulasi digunakan untuk memperoleh data subjek yang valid.
3. Siswa menggunakan proses berpikir asimilasi untuk memahami masalah dan melaksanakan
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem SolvingWendy Berg
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Penelitian ini menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan teori IDEAL problem solving;
(2) Hasilnya menunjukkan bahwa siswa berkemampuan tinggi mampu menyelesaikan soal dengan lengkap melalui semua tahapan IDEAL, siswa sedang hanya sampai tahap 4, dan siswa rendah hanya sampai tahap 3;
Analisis menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII dan VII pada materi SPLDV dan aritmatika sosial masih perlu ditingkatkan. Siswa kesulitan menyelesaikan soal sesuai langkah-langkah Polya dan cenderung melakukan kesalahan dalam mengembangkan model matematika atau melakukan perhitungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan mengembangkan soal berpikir tingkat tinggi untuk siswa kelas VII yang valid dan praktis serta mengetahui tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah pengembangan (development research) melalui beberapa tahapan seperti validasi ahli, uji coba satu persatu, kelompok kecil, dan u
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa SD melalui pembelajaran berbasis masalah dibandingkan pembelajaran konvensional.
2. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis yang lebih besar diband
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Mohamad Ridwan
Tinjauan ilmiah ini membahas tentang penggunaan alat peraga dakon untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa SD kelas tematik pada pembelajaran matematika tentang perkalian dan pembagian. Secara garis besar, dokumen ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaatnya, dan telaah pustaka tentang karakteristik anak SD, tujuan pembelajaran matematika, serta cara
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...Muhammad Alfiansyah Alfi
1) Subjek dengan gaya kognitif berbeda menunjukkan perbedaan dalam mencapai tingkatan proses berpikir reflektif dalam memecahkan masalah pembuktian grup. 2) Subjek berpikir cepat dan akurat mampu mencapai seluruh fase proses berpikir reflektif, sementara subjek impulsif dan lambat kurang tepat hanya mencapai fase awal. 3) Gaya kognitif berpengaruh terhadap ke
Aplikom_UNSRI_2.Skripsi dan bulkona_Lusi Kurnia(06081181419023)lusi kurnia
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penelitian kemampuan penalaran siswa pada materi aritmatika sosial melalui pendekatan scientific.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan penalaran siswa pada materi tersebut.
3. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ind
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)lusi kurnia
Dokumen tersebut membahas tentang kemampuan penalaran siswa pada materi aritmatika sosial melalui pendekatan scientific. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran siswa dan menggunakan pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika.
Karangan ilmiah tersebut membahas tentang penggunaan media IT dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa SMA N 52 Jakarta. Secara ringkas, karangan ilmiah tersebut menjelaskan tentang penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media IT dalam pembelajaran dan pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. 155
BAB V
PEMBAHASAN
Kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal matematika
pada materi garis dan sudut kelas VII-I di SMPN 1 Ngantru dilakukan dengan
mengelompokkan siswa ke dalam 3 tingkat yaitu berkemampuan matematik
tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini mengacu pada teorinya Facione,
indikator-indikator yang digunakan sesuai dengan indikator kemampuan berpikir
kritis menurut Facione. Berikut indikator berpikir kritis menurut Facione:
Tabel 5.1 Indikator Berpikir Kritis
No
Indikator
Kemampuan
Berpikir Kritis
Keterangan Simbol
1 Interpretasi
a. Dapat menggambarkan permasalahan
yang diberikan
b. Dapat menuliskan makna/ arti
permasalahan dengan jelas dan tepat
c. Dapat menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan soal dengan tepat
I1
2 Analisis
a. Dapat menuliskan hubungan konsep-
konsep yang digunakan dalam
menyelesaikan soal
b. Dapat menuliskan apa yang harus
dilakukan dalam menyelesaikan soal
I2
3 Evaluasi Dapat menuliskan penyelesaian soal I3
4 Inference Dapat membuat kesimpulan dengan tepat I4
Kemampuan berpikir kritis siswa yang berkemampuan matematik tinggi
jika siswa mampu memenuhi semua 4 indikator berpikir kritis yaitu I1
(interpretasi), I2 (analisis), I3 (evaluasi), dan I4 (inference) harus terpenuhi.
Selanjutnya, dikatakan siswa yang berkemampuan matematik sedang apabila
2. 156
siswa mampu memenuhi minimal 2 indikator berpikir kritis dari I2 dan I3 harus
terpenuhi. Dan terakhir, siswa yang berkemampuan matematik rendah apabila
siswa hanya mampu memenuhi salah satu indikator berpikir kritis dari I1, I2, I3,
dan I4 atau bahkan siswa tidak memenuhi satupun indikator berpikir kritis dari I1,
I2, I3, dan I4.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan memaparkan lebih jelas hasil
temuan penelitian. Berikut ini uraian pembahasan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti:
1. Interpretasi, pada aspek ini siswa dapat menggambarkan permasalahan yang
diberikan, dapat menuliskan makna/ arti permasalahan dengan jelas dan tepat,
dan dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan soal dengan tepat.
Pada indikator berpikir kritis ini, sebagian besar siswa sudah mampu
menggambarkan permasalahan dan menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan. Pada indikator ini dijumpai pada penyelesaian soal yang dipenuhi
oleh ENW dan FET pada soal nomor 1 dan 4 dengan penyelesaian cara yang
benar.
2. Analisis, pada aspek ini siswa dapat menuliskan hubungan konsep-konsep
yang digunakan dalam menyelesaikan soal dan menuliskan apa yang harus
dilakukan dalam menyelesaikan soal. Siswa dalam menjawab soal perlu
adanya pemahaman materi yang cukup karena akan berpengaruh dalam
menentukan konsep-konsep yang digunakan dalam mengerjakan soal. Selain
itu, sebagian siswa belum terbiasa dengan soal-soal pemecahan masalah yang
3. 157
berbentuk soal cerita meskipun guru yang mengajar matematika terkadang
juga memberikan soal cerita.
3. Evaluasi, pada aspek ini siswa dapat menuliskan penyelesaian soal. Siswa
sudah mampu menentukan solusi serta menuliskan jawaban dari
permasalahan dalam soal. Selain itu, ada siswa yang mampu mengerjakan
soal namun kurang memahami teknik penulisan dalam mengerjakan dan ada
siswa yang kurang teliti dalam proses perhitungan menyelesaikan soal garis
dan sudut. Ada juga siswa yang proses perhitungannya tidak rinci meskipun
jawabannya (hasil akhirnya) benar. Tingkat ini dijumpai pada soal nomor 1
dipenuhi oleh MDN dan FTH dengan permasalahan yang paling menonjol
adalah kurang teliti dan tidak bisa mengoperasikan dalam proses perhitungan.
Soal nomor 2 dipenuhi oleh MDN, FWR, SNR dan FTH dengan
permasalahan proses perhitungan dalam menyelesaikan soal tidak rinci
meskipun jawaban benar. Untuk soal nomor 4 dipenuhi oleh FTH dengan
permasalahan yang menonjol tidak bisa mengoperasikan persamaan dalam
proses perhitungan.
4. Inference, pada aspek ini siswa dapat membuat kesimpualan atas hasil
penyelesaiannya. Namun kenyataannya banyak siswa yang tidak menuliskan
kesimpulan pada akhir jawabannya. Mereka masih bingung menentukan
kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh. Tingkat ini
dijumpai hampir seluruh siswa diantaranya MDN, FWR, SNR, dan FTH
dengan permasalahan tidak mampu menuliskan kesimpulan di akhir
jawabannya.
4. 158
Berikut ini penjabaran hasil penelitian mengenai tingkatan kemampuan
berpikir kritis siswa kelas VII-I adalah sebagai berikut:
1. Fokus Penelitian I
Kemampuan berpikir kritis siswa yang berkemampuan matematik
tinggi jika siswa mampu memenuhi semua 4 indikator berpikir kritis yaitu I1
(interpretasi), I2 (analisis), I3 (evaluasi), dan I4 (inference) harus terpenuhi.
Fokus penelitian 1 menunjukkan bahwa pada soal nomor 1 dipenuhi oleh
ENW dan FET, soal nomor 2 tidak ada yang memenuhi, soal nomor 3 tidak
ada yang memenuhi dan soal nomor 4 dipenuhi oleh ENW, FET dan FWR.
Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi secara logis dan jelas
mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan, mampu memahami
maksud dari soal, mampu menuliskan hubungan-hubungan konsep yang
digunakan dalam soal, mampu menuliskan penyelesaian soal dan juga mampu
membuat kesimpulan dengan tepat. Sehingga siswa mampu menyelesaikan
soal dengan langkah-langkah yang benar dan memenuhi indikator berpikir
kritis menurut Facione. Hal ini diperkuat oleh pendapat Paul dalam
Gueldenzoph dan Synder bahwa berpikir kritis adalah suatu proses intelektual
yang tertib dimana secara aktif dan terampil mengkonsep, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi informasi yang diperoleh dengan
cara observasi, pengalaman, refleksi, menalar, atau mengkomunikasikan
sebagai petunjuk untuk apa-apa yang dipercaya dan apa yang harus
5. 159
dilakukan.1
Selain itu, berpikir kritis juga merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari pendidikan dan berpikir kritis merupakan kemampuan
kognitif yang sangat penting dan sekolah terus berupaya untuk
meningkatkannya.2
Sehingga dengan siswa mampu berpikir kritis akan
mampu menyelesaikan masalah secara efektif khususnya menyelesaikan soal
matematika.
2. Fokus Penelitian II
Kemampuan berpikir kritis siswa yang berkemampuan matematik
sedang apabila siswa mampu memenuhi minimal 2 indikator berpikir kritis
dari I2 (analisis) dan I3 (evaluasi) harus terpenuhi. Fokus penelitian II
menunjukkan bahwa pada soal nomor 1 dipenuhi oleh SNR dan FWR,
permasalahannya adalah tidak mampu menuliskan kesimpulan dari hasil
penyelesaiannya, soal nomor 2 dipenuhi oleh ENW, FWR, FET dan MDN,
permasalahannya adalah kurang mampu menginterpretasi dan tidak mampu
membuat kesimpulan, soal nomor 3 dipenuhi oleh FWR, ENW, dan MDN
permasalahan yang menonjol adalah kurang mampu menginterpretasi, kurang
mampu mengevaluasi dan tidak mampu menuliskan kesimpulan diakhir
jawabannya, dan soal nomor 4 dipenuhi oleh SNR dan MDN dengan
permasalahan yang menonjol siswa kurang mampu menginterpretasi, kurang
teliti dalam proses perhitungan dan tidak mampu menuliskan kesimpulan.
1
Inayatul Fithriyah dkk, 2016, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D
SMPN 17 Malang”, Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
(KNPMP I), Universitas Muhammadiyah Surakarta, ISSN:2502-6526, hal. 581
2
Dwi Hidayanti dkk, 2016, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX pada
Materi Kesebangunan”, Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP I), Universitas Muhammadiyah Surakarta, ISSN: 2502-6526, hal. 276
6. 160
Siswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang kurang mampu
menyelesaikan soal dengan benar. Sebagian siswa kurang mampu
menginterpretasikan soal, kurang mampu menganalisis, kurang teliti dalam
proses perhitungan dan tidak mampu membuat kesimpulan. Tetapi siswa
mampu menjelaskan alasan mengapa menjawab soal tersebut. Sehingga siswa
kurang mampu memenuhi indikator berpikir kritis menurut Facione. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Duron, Limbach, dan Waugh bahwa berpikir kritis
dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi
informasi.3
Selain itu, Ruggiero, Peter dan Snyder & Snyder menyatakan
bahwa inti dari kemampuan berpikir kritis adalah evaluasi.4
Dengan demikian
kemampuan berpikir kritis harus dimiliki oleh setiap siswa untuk memeriksa
kebenaran dari suatu informasi dan agar siswa tidak terburu-buru mengambil
keputusan dalam mengambil tindakan.
3. Fokus Penelitian III
Kemampuan berpikir kritis siswa yang berkemampuan matematik
rendah apabila siswa hanya mampu memenuhi salah satu indikator berpikir
kritis dari I1, I2, I3, dan I4 atau bahkan siswa tidak memenuhi satupun
indikator berpikir kritis dari I1, I2, I3, dan I4. Fokus penelitian III
menunjukkan bahwa soal nomor 1 dipenuhi oleh FTH dan MDN,
permasalahannya adalah kurang mampu menginterpretasi, tidak mampu
3
Inayatul Fithriyah dkk, 2016, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D
SMPN 17 Malang”, Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
(KNPMP I), Universitas Muhammadiyah Surakarta, ISSN:2502-6526, hal. 581
4
Dwi Hidayanti dkk, 2016, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX pada
Materi Kesebangunan”, Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP I), Universitas Muhammadiyah Surakarta, ISSN: 2502-6526, hal. 277
7. 161
menuliskan penyelesaian soal sampai akhir, dan juga tidak menuliskan
kesimpulan diakhir jawabannya, soal nomor 2 dipenuhi oleh SNR dan FTH,
permasalahan yang menonjol adalah tidak mampu menginterpretasi soal,
kurang mampu menganalisis soal, dan tidak mampu membuat kesimpulan
atas hasil penyelesaiannya, soal nomor 3 dipenuhi oleh FTH, FET dan SNR,
permasalahannya adalah kurang mampu menginterpretasi, kurang mampu
menganalisis, tidak mampu mengevaluasi soal dan tidak mampu membuat
kesimpulan diakhir jawabannya, dan soal nomor 4 dipenuhi oleh FTH,
permasalahannya adalah FTH kurang mampu menginterpretasi, mampu
menganalisis, tidak mampu mengevaluasi dan tidak mampu membuat
kesimpulan diakhir jawaban.
Siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah kurang mampu
menganalisis soal, tidak mampu menuliskan penyelesaian soal dengan tepat
dan tidak mampu membuat kesimpulan dengan tepat. Hal ini disebabkan
siswa kurang latihan menyelesaikan soal dan kurang pemahaman atau
menguasai konsep. Seperti pendapat Snyder & Snyder adalah terlalu banyak
menghafal dan sedikit berpikir, sedikit menguasai konsep, siswa tidak diberi
latihan berpikir kritis, dan waktunya terlalu singkat, sangat wajar apabila
seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah5
. Sehingga guru
harus melatih siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Marzano yang menyatakan bahwa salah satu tujuan
utama bersekolah adalah membentuk kemampuan berpikir kritis siswa dan
5
Ibid.,hal. 278
8. 162
salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mengajarkan kemampuan
berpikir kritis adalah matematika.6
6
Karim, Normaya, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika
dengan Menggunakan Model Jucama di Sekolah Menengah Pertama”, EDU-MAT Jurnal
Pendidikan matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hal. 92