SlideShare a Scribd company logo
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei, yang disertai keluhan gatal terutama pada malam hari yang ditandai dengan adanya
kelainan pada kulit berupa papula, vesikula, urtikaria, dan krista. Faktor-faktor yang berperan
dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek,
lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan
penduduk. Sedangkan diantara faktor tersebut yang paling dominan adalah kemiskinan dan
higienitas perorangan yang jelek di negara berkembang, dan merupakan kelompok masyarakat
yang paling banyak menderita penyakit skabies ini.
Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan
cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Kecenderungan ini juga dapat terlihat pada
banyaknya kasus skabies di kalangan pondok pesantren yang sebagian populasinya adalah anak
dan remaja.
Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk di Pondok Pesantren (Ponpes) merupakan
faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit skabies
diantara santri di Ponpes.
1
Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal
penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas dalam pencegahan
penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas, karena penyakit ini mudah sekali menular
terutama pada pemukiman yang padat. Transmisi atau perpindahan antar penderita dapat
berlangsung melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke orang. Hal tersebut dapat
terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-anak yang mendapat infestasi tungau dari
ibunya, hidup dalam satu asrama, atau para perawat. Selain itu perpindahan tungau juga dapat
terjadi melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan
bersama.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. DATA PASIEN
• Data Administrasi
Nama : An. F
Umur : 3 tahun
Datang ke Puskesmas : 21 September 2012
• Data Demografis
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Citangkil, Cilegon
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : -
• Data Biologik
Berat badan : 14 kg
Tinggi badan : 91 cm
2
II. DATA KLINIS
ANAMNESIS
• Keluhan utama:
Gatal-gatal di sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu.
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan kaki
kanan dan kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terutama sangat di rasakan
pada malam hari. Pasien juga mengatakan awalnya timbul seperti bintil- bintil kecil di sela
jari tangannya, kemudian di garuk dan bintil-bintilnya bertambah banyak dan luas. Hal
seperti ini baru pertama kali dirasakan, gatal juga dirasakan di daerah bokong, dan lipat paha.
Karena gatal seperti ini pasien kadang mengalami sulit tidur malam hari.
Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga bekas luka dan garukan.
Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Ayah, ibu dan
saudara pasien juga mengalami hal yang sama.
Riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa adalah ayah, ibu dan saudara pasien.
awalnya ibu pasien yang mengalami gejala seperti ini. Hal ini terjadi karena ibu pasien
pernah menginap di rumah saudaranya yang mengalami gejala gatal-gatal seperti anak
pasien.
• Riwayat Penyakit Dahulu:
Asma (-), alergi (-)
• Riwayat keluarga :
Asma (-), DM (-), stroke (-)
• Keadaan Perumahan dan Sanitasi
Pasien tinggal di rumah, 1 kamar terdiri dari 4 orang. Dengan 1 tempat tidur kadang terisi
untuk 4 orang, ventilasi di kamar dirasakan kurang, terasa lembab, hanya ada jendela kecil,
kasur di jemur tiap 3 bulan sekali, baju sering dipakai berulang kali sebelum dicuci,
pemakaian handuk secara bersamaan dengan satu keluarga yang gatal. Air di daerah rumah
di katakan bersih.
3
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 21 September 2012
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Pernafasan = 24 x/mnt
Nadi = 90 x/mnt
Status gizi : BB = 14 Kg, TB = 91 cm  gizi baik
Status Generalis :
Kepala : normochepali, deformitas (-), rambut berwarna hitam dan putih tersebar
merata dan tidak mudah dicabut.
Mata : CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+
Hidung : deformitas (-), NCH (-/-)
Mulut : bibir kering (-), mukosa lembab (+/+), caries gigi (+)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorak :
Paru : Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak penggunaan
otot bantu nafas, tidak tampak pelebaran sela iga.
Palpasi : emfisema subkutis (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), fokal
fremitus (+/+).
Perkusi : sonor di kedua lapang paru,
batas paru-hati terletak di ICS VI linea mid-clavikula dekstra
batas paru-lambung terletak di ICS VII linea aksilaris anterior
sinistra
Auskultasi : Sn. Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS 5 linea mid
clavikula Sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea mid-clavikula
Sinistra
Perkusi : redup (suara jantung)
batas kanan jantung ICS IV linea sternalis dekstra
batas kiri jantung ICS V, linea mid-clavikula sinistra
4
batas pinggang jantung ICV III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1.S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-).
Abdomen : Inspeksi : supel, datar, benjolan (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Hepar dan Lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik.
Status dermatologik: Pada sela jari tangan dan kaki terdapat papul multipel berukuran
milier sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat erosi dan ekskoriasi yang
ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium: Kerokan kulit
DIAGNOSIS
Skabies
Dasar diagnosis
Dari ilustrasi kasus diatas, merumuskan dari data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik
yang didapatkan serta disesuaikan dengan teori yang ada, maka mengarah pada suatu diagnosis
yaitu skabies. Data tersebut antara lain:
Anamnesis:
- Pasien laki-laki usia 3 tahun
Berdasarkan data epidemiologi, disebutkan bahwa prevalensi penyakit skabies di
Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak
dan remaja. Kecenderungan ini juga dapat terlihat pada banyaknya kasus skabies di
kalangan pondok pesantren yang sebagian populasinya adalah anak dan remaja.
- Pasien laki-laki 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan kaki kanan
dan kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terutama sangat di rasakan pada
5
21
12
11
11
malam hari. Pasien juga mengatakan awalnya timbul seperti bintil- bintil kecil di sela jari
tangannya, kemudian di garuk dan bintil-bintilnya bertambah banyak dan luas. Hal seperti
ini baru pertama kali dirasakan, gatal juga dirasakan di daerah bokong, dan lipat paha.
Karena gatal seperti ini pasien kadang mengalami sulit tidur malam hari.
Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga bekas luka dan garukan.
Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Ayah, ibu dan
saudara pasien juga mengalami hal yang sama.
Riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa adalah ayah, ibu dan saudara pasien.
awalnya ibu pasien yang mengalami gejala seperti ini. Hal ini terjadi karena ibu pasien
pernah menginap di rumah saudaranya yang mengalami gejala gatal-gatal seperti anak
pasien.
Pemeriksaan Fisik:
Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung ke arah skabies adalah :
– Keadaan umum pasien : tampak sakit ringan,.
– Frekuensi nadi : 80 kali/ menit
– Frekuensi Napas :18 kali / menit
– Status Dermatologik: Pada sela jari tangan terdapat papul multipel berukuran milier
sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat erosi dan ekskoriasi yang ditutupi
krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark).
DIAGNOSIS HOLISTIK
• Diagnosis Klinis
Skabies
• Diagnosis Biologis
6
Sarcoptes scabiei
• Diagnosis Sosial
Pasien tinggal di rumah, 1 kamar terdiri dari 4 orang. Dengan 1 tempat tidur kadang
terisi untuk 4 orang, ventilasi di kamar dirasakan kurang, terasa lembab, hanya ada jendela
kecil, kasur di jemur tiap 3 bulan sekali, baju sering dipakai berulang kali sebelum dicuci,
pemakaian handuk secara bersamaan dengan satu keluarga yang gatal. Air di daerah rumah
di katakan bersih.
PENATALAKSANAAN
Diagnosis Strategi Penanganan Masalah
Diagnosis Klinis • Salep 2-4
• CTM 2 x ¼ tablet
Diagnosis Psikologis • Edukasi penyebab penyakit
Diagnosis Sosial • Edukasi penyakit dan pencegahan
• Edukasi Pengobatan
• Edukasi mengenai higien, motivasi
untuk memeriksakan kesehatan berkala
karena adanya resiko terjadinya
kekambuhan dan motivasi teman
sekamar karena adanya resiko tertular.
• Memperbaiki ventilasi, dan
mengajurkan menjemur kasur, tikar
dan karpet minimal 1 minggu sekali
PROGNOSIS
7
Ad Vitam :Bonam
Ad functionam :Bonam
Ad sanationam : Dubia
BAB III
FORMAT PORTOFOLIO
Kasus 1
Topik: Skabies
Tanggal (kasus): 21 September 2012 Persenter: dr. Mariza Gebrilla
Tangal presentasi: 4 Oktober 2012 Pendamping: dr. Sri Rezeki
Tempat presentasi: Kantor Puskesmas Cilegon
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
□ Tujuan:
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos
Data pasien: Nama: F No registrasi: 1982033
Nama klinik: Puskesmas Rangkasbitung Telp: - Terdaftar sejak: -
8
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Skabies, gatal di sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri,
terutama pada malam hari.
2. Riwayat Pengobatan: Belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat keluarga/ masyarakat: di keluarga ada yang mengalami gejala serupa yaitu ayah,
ibu dan saudara pasien.
5. Riwayat pekerjaan: -
6. Lain‐lain : Pasien tinggal di rumah, 1 kamar terdiri dari 4 orang. Dengan 1 tempat tidur
kadang terisi untuk 4 orang, ventilasi di kamar dirasakan kurang, terasa lembab, hanya ada
jendela kecil, kasur di jemur tiap 3 bulan sekali, baju sering dipakai berulang kali sebelum
dicuci, pemakaian handuk secara bersamaan dengan satu keluarga yang gatal.
Daftar Pustaka:
a. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,
editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.
b. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC,
editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc.,
1995.1347-89.
c. Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at:
http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006.
d. Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2002.
e. Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Perjan RSCM. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, 2005.
f. Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995.
g. Amer M, El-Gharib I. Clinical trials permethrin versus crotamiton and lindane in the
treatment of scabies. International Journal of Dermatology 1992;31:357-8.
h. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, et al. Comparative study of 5% permethrin
cream and 1% lindane lotion for the treatment of Scabies. Archives of Dematology
1990;126:167-70.
i. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore:
Singapore International Foundation, 2004.
9
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Skabies
2. Mewaspadai penularan skabies
3. Pemilihan obatan skabies yang tepat
4. Mekanisme gatal pada skabies
5. Motivasi untuk menjelaskan ke teman-teman sekamar agar memeriksakan dirinya.
6. Edukasi tentang penyebab, faktor resiko, dan penularan penyakit
Subyektif
Pasien laki-laki 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan kaki
kanan dan kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terutama sangat di rasakan
pada malam hari. Pasien juga mengatakan awalnya timbul seperti bintil- bintil kecil di sela
jari tangannya, kemudian di garuk dan bintil-bintilnya bertambah banyak dan luas. Hal
seperti ini baru pertama kali dirasakan, gatal juga dirasakan di daerah bokong, dan lipat paha.
Karena gatal seperti ini pasien kadang mengalami sulit tidur malam hari.
Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga bekas luka dan garukan.
Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Ayah, ibu dan
saudara pasien juga mengalami hal yang sama.
Riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa adalah ayah, ibu dan saudara pasien.
awalnya ibu pasien yang mengalami gejala seperti ini. Hal ini terjadi karena ibu pasien
pernah menginap di rumah saudaranya yang mengalami gejala gatal-gatal seperti anak
pasien.
Obyektif
Hasil pemeriksaan jasmani dalam batas normal, dan hasil status dermatologik
didapatkan pada sela jari tangan dan kaki terdapat papul multipel berukuran milier sewarna kulit
sebagian eritematosa. Juga terdapat erosi dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman.
Tampak bekas garukan (scratch mark).
Pada kasus ini ditegakkan berdasarkan 4 tanda cardinal :
1. Pruritus nokturna
10
21
1
1
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok: beberapa teman sekamar pasien di
rumah mengalami gejala yang serupa
3. Adanya terowongan (kanalikulus)
4. Menemukan tungau
Pada kasus ini ditemukan 2 dari 4 tanda cardinal yang menegakkan diagnosis skabies.
“Assessment”
Gatal pada malam hari dirasakan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang
lebih lembab dan panas. Sedangkan penyakit ini juga menyerang sekelompok manusia, misalnya
pada pasien ini di dapatkan gejala serupa pada teman sekamar pasien di Pondok Pesantren. Hal
ini dikenal sebagai keadaan hiposensitisasi yaitu sebagian besar tetangga atau orang yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Kepada ibu pasien di jelaskan penyebab gejala, faktor resiko dan cara penularan penyakit
tersebut, sehingga dapat maminimalisasikan penyebaran penyakit. Dijelaskan pula pengobatan
yang dilakukan, pada pasien ini di berikan salep 2-4 (sulfur presipitatum), yang mana tidak
efektif terhadap stadium telur, maka penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Selain itu
dijelaskan pula bahwa obat tersebut berbau dan mengotori pakain dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.
“Plan”
Diagnosis: Skabies
Pengobatan: Pada pasien ini di berikan salep 2-4 (sulfur presipitatum).
Pendidikan: Dilakukan kepada untuk membantu proses penyembuhan dan menurunkan resiko
tertular kembali , untuk itu pada tahap awal pasien dijelaskan jelaskan penyebab gejala, faktor
resiko dan cara penularan penyakit tersebut, dan memberikan edukasi terhadap keluarga agar
memeriksakan juga kesehatannya. Agar tidak terjadi penularan yang bolak balik.
Konsultasi: Dijelaskan secara rasional tentang pengobatan yang diberikan.
Rujukan: -
11
Kontrol:
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
-Edukasi mengenai higiene Selama di rumah -Mencuci atau baju setelah
dipakai
-Pemakaian handuk tidak
bersamaan
-Edukasi dan motivasi untuk
memeriksakan kesehatan
berkala karena adanya risiko
untuk terjadi kekambuhan
Kunjungan ke Puskesmas -Timbulnya kesadaran
keluarga pasien untuk
berobat
-Edukasi Pengobatan, faktor
resiko, dan cara penularan
Kunjungan ke Puskesmas -Meminimalisasi penularan
dan memberantas penyakit
tersebut
12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya.
4.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan
cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Penyakit ini masih menjadi
masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta (Tabri,
2003).
Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan Jepang berlangsung.
Penduduk kesulitan memperoleh makanan, pakaian dan sarana pembersih tubuh pada saat itu,
sehingga kasus scabies cepat menular dari anak-anak hingga dewasa (Partosoedjono, 2003). Data
penderita skabies yang terhimpun dari klinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Palang
Merah Indonesia (RS PMI) Bogor dari tahun 2000 - 2004, masing-masing enam belas pasien
(2000); delapan belas pasien (2001); tujuh pasien (2002); delapan pasien (2003) dan lima pasien
(2004). Data-data di atas menunjukkan bahwa penderita skabies di Indonesia masih cukup tinggi.
4.3 SARCOPTES SCABIEI, MORFOLOGI, SIKLUS HIDUP DAN CARA
PENULARANNYA
A. Morfologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, orto Ackarima, super
13
family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. selain yang juga terdapat
pada kambing dan babi (Handoko, 2007).
Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Gb.1 Tungau Sarcoptes scabiei (http://www.medicastore/scabies/index.html/)
B. Siklus Hidup
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-
kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur
akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang
kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari
(Handoko, 2007).
14
Gb.2 Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei
(http://www.cdc.gov/scabies/index.html/)
Menurut Centers for Disease Control (CDC) tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei
melalui 4 tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa.
1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentuk oval
dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 3-4 hari.
2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan bersembunyi di dalam
lapisan stratum korneum. Galian kecil dikenal dengan sebutan “ molting pouches”.
Stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan
sekitar 3-4 hari.
3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki. Perubahan
bentuk ini sedikit lebih besar dibanding dengan stadium larva sebelum nantinya akan
berubah ke bentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan pada molting pouches
15
atau dalam folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun
ukurannya lebih kecil.
4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45 mm dan
lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari setengah ukuran betina.
Perkawinan terjadi tungau jantau secara aktif masuk ke terowongan yang telah dibuat
oleh tungau betina. Setelah terjadi kopulasi, tungau jantan mati atau dapat bertahan
hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan
mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan yang baru untuk meletakkan
telur-telurnya. Siklus hidup dari telur telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu
bulang (CDC, 2008).
C. Cara Penularan
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-
lain
4.4 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat
Hubungan Seksual).
4.5 PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sellkreta
dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Handoko, 2007).
16
4.6 DIAGNOSIS
Menurut Handoko tahun 2007 ada 4 tanda cardinal :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa.
3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Terowongan yang berkelok-
kelok umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang di Indonesia
(Margono, 1998). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria), perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan
dan telapak kaki.
17
Gb.3 Tungau yang hidup dalam terowongan
(http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-revention/infectious-
diseases/parasite/index.html)
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Ada pendapat
yang mengatakan penyakit ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak
penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding adalah : prurigo, pedikulosis
korporis, dermatitis dan lain-lain.
4.7 PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
Syarat obat yang ideal :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi) guna mencegah penularan lebih lanjut (Handoko, 2007).
18
Jenis obat topikal :
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim.
Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunanya tidak boleh
kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakain dan kadang-
kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2) Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering member iriasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi.
Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek
sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, efektivitasnya
sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah
seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.
2. Higienitas perorangan dan lingkungan
3. Edukasi dan penyuluhan kesehatan masyarakat
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,
editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.
2. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC,
editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc.,
1995.1347-89.
3. Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at:
http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006.
4. Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002.
5. Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Perjan RSCM. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, 2005.
6. Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995.
7. Amer M, El-Gharib I. Clinical trials permethrin versus crotamiton and lindane in the
treatment of scabies. International Journal of Dermatology 1992;31:357-8.
8. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, et al. Comparative study of 5% permethrin
cream and 1% lindane lotion for the treatment of Scabies. Archives of Dematology
1990;126:167-70.
9. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore:
Singapore International Foundation, 2004.
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Math homework help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Algebra Help
20
https://www.homeworkping.com/
Calculus Help
https://www.homeworkping.com/
Accounting help
https://www.homeworkping.com/
Paper Help
https://www.homeworkping.com/
Writing Help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutor
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
21

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
Abdul Ghony
 
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda munaKumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleksKejang demam kompleks
Kejang demam kompleks
 
Pengkajian morbili kasus AKPER PEMKAB MUNA
Pengkajian morbili kasus AKPER PEMKAB MUNA Pengkajian morbili kasus AKPER PEMKAB MUNA
Pengkajian morbili kasus AKPER PEMKAB MUNA
 
Pa disentri
Pa   disentriPa   disentri
Pa disentri
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
194370103 case-tb-anak-neno
194370103 case-tb-anak-neno194370103 case-tb-anak-neno
194370103 case-tb-anak-neno
 
malaria
malariamalaria
malaria
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhfAsuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
 
Imunisasi campak pada anak
Imunisasi campak pada anakImunisasi campak pada anak
Imunisasi campak pada anak
 
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
236227596 case-dhf
236227596 case-dhf236227596 case-dhf
236227596 case-dhf
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Askep hepatitis
Askep hepatitisAskep hepatitis
Askep hepatitis
 
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda munaKumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
 
Askep enchapalitis
Askep enchapalitisAskep enchapalitis
Askep enchapalitis
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
 

Viewers also liked

Viewers also liked (15)

211182417 social-studies
211182417 social-studies211182417 social-studies
211182417 social-studies
 
209129892 malaysia-fmi-case-study
209129892 malaysia-fmi-case-study209129892 malaysia-fmi-case-study
209129892 malaysia-fmi-case-study
 
128206786 obligations-and-contracts-cases
128206786 obligations-and-contracts-cases128206786 obligations-and-contracts-cases
128206786 obligations-and-contracts-cases
 
127080324 chn
127080324 chn127080324 chn
127080324 chn
 
208835030 supply-chain-study-britania
208835030 supply-chain-study-britania208835030 supply-chain-study-britania
208835030 supply-chain-study-britania
 
213155798 laundry
213155798 laundry213155798 laundry
213155798 laundry
 
167341958 poli-recit
167341958 poli-recit167341958 poli-recit
167341958 poli-recit
 
128407163 library-management-system-case-study
128407163 library-management-system-case-study128407163 library-management-system-case-study
128407163 library-management-system-case-study
 
127853975 cc-back-pain
127853975 cc-back-pain127853975 cc-back-pain
127853975 cc-back-pain
 
168578198 corpo-digests
168578198 corpo-digests168578198 corpo-digests
168578198 corpo-digests
 
126628731 case-stroke
126628731 case-stroke126628731 case-stroke
126628731 case-stroke
 
126492677 dengue-case-study
126492677 dengue-case-study126492677 dengue-case-study
126492677 dengue-case-study
 
Technologies pour le Big Data
Technologies pour le Big DataTechnologies pour le Big Data
Technologies pour le Big Data
 
Programmation sous Android
Programmation sous AndroidProgrammation sous Android
Programmation sous Android
 
Ecandidature
EcandidatureEcandidature
Ecandidature
 

Similar to 128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok

Lapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdf
Lapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdfLapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdf
Lapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdf
gabriella946536
 
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docxASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
jihan913544
 

Similar to 128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok (20)

Laporan kasusScabies
Laporan kasusScabiesLaporan kasusScabies
Laporan kasusScabies
 
Lapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdf
Lapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdfLapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdf
Lapkas ISIP - Ensefalopati Dengue - Maria Gabriella Ananta.pdf
 
Skabies PPT.pptx
Skabies PPT.pptxSkabies PPT.pptx
Skabies PPT.pptx
 
laporankasusscabies.pdf
laporankasusscabies.pdflaporankasusscabies.pdf
laporankasusscabies.pdf
 
Laporan kasus SCABIES.pptx
Laporan kasus SCABIES.pptxLaporan kasus SCABIES.pptx
Laporan kasus SCABIES.pptx
 
scabies.pptx
scabies.pptxscabies.pptx
scabies.pptx
 
220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii
 
LAPSUS SCABIES TARMIJI.pptx twrkait scabies pada anak
LAPSUS SCABIES TARMIJI.pptx twrkait scabies pada anakLAPSUS SCABIES TARMIJI.pptx twrkait scabies pada anak
LAPSUS SCABIES TARMIJI.pptx twrkait scabies pada anak
 
Ppt scabies kel 2 revisi
Ppt scabies kel 2 revisiPpt scabies kel 2 revisi
Ppt scabies kel 2 revisi
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docxASKEP KELOMPOK STROKE.docx
ASKEP KELOMPOK STROKE.docx
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
 
PPT Lapsus-Nasywa Maharani Yudiantara-2130912320016.pptx
PPT Lapsus-Nasywa Maharani Yudiantara-2130912320016.pptxPPT Lapsus-Nasywa Maharani Yudiantara-2130912320016.pptx
PPT Lapsus-Nasywa Maharani Yudiantara-2130912320016.pptx
 
225028305 case-varicella
225028305 case-varicella225028305 case-varicella
225028305 case-varicella
 
Responsi muftiana-varicela
Responsi  muftiana-varicelaResponsi  muftiana-varicela
Responsi muftiana-varicela
 
208548844 case-fix
208548844 case-fix208548844 case-fix
208548844 case-fix
 
Bst dhf (guntur)
Bst dhf (guntur)Bst dhf (guntur)
Bst dhf (guntur)
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
refka gea.pptx
refka gea.pptxrefka gea.pptx
refka gea.pptx
 

Recently uploaded

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 

128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok

  • 1. Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I PENDAHULUAN Penyakit skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, yang disertai keluhan gatal terutama pada malam hari yang ditandai dengan adanya kelainan pada kulit berupa papula, vesikula, urtikaria, dan krista. Faktor-faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk. Sedangkan diantara faktor tersebut yang paling dominan adalah kemiskinan dan higienitas perorangan yang jelek di negara berkembang, dan merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita penyakit skabies ini. Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Kecenderungan ini juga dapat terlihat pada banyaknya kasus skabies di kalangan pondok pesantren yang sebagian populasinya adalah anak dan remaja. Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk di Pondok Pesantren (Ponpes) merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit skabies diantara santri di Ponpes. 1
  • 2. Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas, karena penyakit ini mudah sekali menular terutama pada pemukiman yang padat. Transmisi atau perpindahan antar penderita dapat berlangsung melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke orang. Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-anak yang mendapat infestasi tungau dari ibunya, hidup dalam satu asrama, atau para perawat. Selain itu perpindahan tungau juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan bersama. BAB II ILUSTRASI KASUS I. DATA PASIEN • Data Administrasi Nama : An. F Umur : 3 tahun Datang ke Puskesmas : 21 September 2012 • Data Demografis Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Citangkil, Cilegon Agama : Islam Suku : Sunda Pekerjaan : - • Data Biologik Berat badan : 14 kg Tinggi badan : 91 cm 2
  • 3. II. DATA KLINIS ANAMNESIS • Keluhan utama: Gatal-gatal di sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu. • Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien laki-laki 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terutama sangat di rasakan pada malam hari. Pasien juga mengatakan awalnya timbul seperti bintil- bintil kecil di sela jari tangannya, kemudian di garuk dan bintil-bintilnya bertambah banyak dan luas. Hal seperti ini baru pertama kali dirasakan, gatal juga dirasakan di daerah bokong, dan lipat paha. Karena gatal seperti ini pasien kadang mengalami sulit tidur malam hari. Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga bekas luka dan garukan. Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Ayah, ibu dan saudara pasien juga mengalami hal yang sama. Riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa adalah ayah, ibu dan saudara pasien. awalnya ibu pasien yang mengalami gejala seperti ini. Hal ini terjadi karena ibu pasien pernah menginap di rumah saudaranya yang mengalami gejala gatal-gatal seperti anak pasien. • Riwayat Penyakit Dahulu: Asma (-), alergi (-) • Riwayat keluarga : Asma (-), DM (-), stroke (-) • Keadaan Perumahan dan Sanitasi Pasien tinggal di rumah, 1 kamar terdiri dari 4 orang. Dengan 1 tempat tidur kadang terisi untuk 4 orang, ventilasi di kamar dirasakan kurang, terasa lembab, hanya ada jendela kecil, kasur di jemur tiap 3 bulan sekali, baju sering dipakai berulang kali sebelum dicuci, pemakaian handuk secara bersamaan dengan satu keluarga yang gatal. Air di daerah rumah di katakan bersih. 3
  • 4. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 21 September 2012 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis Tanda Vital : Pernafasan = 24 x/mnt Nadi = 90 x/mnt Status gizi : BB = 14 Kg, TB = 91 cm  gizi baik Status Generalis : Kepala : normochepali, deformitas (-), rambut berwarna hitam dan putih tersebar merata dan tidak mudah dicabut. Mata : CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+ Hidung : deformitas (-), NCH (-/-) Mulut : bibir kering (-), mukosa lembab (+/+), caries gigi (+) Leher : KGB tidak teraba membesar Thorak : Paru : Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak penggunaan otot bantu nafas, tidak tampak pelebaran sela iga. Palpasi : emfisema subkutis (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), fokal fremitus (+/+). Perkusi : sonor di kedua lapang paru, batas paru-hati terletak di ICS VI linea mid-clavikula dekstra batas paru-lambung terletak di ICS VII linea aksilaris anterior sinistra Auskultasi : Sn. Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/- Jantung : Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS 5 linea mid clavikula Sinistra Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea mid-clavikula Sinistra Perkusi : redup (suara jantung) batas kanan jantung ICS IV linea sternalis dekstra batas kiri jantung ICS V, linea mid-clavikula sinistra 4
  • 5. batas pinggang jantung ICV III linea parasternalis sinistra Auskultasi : S1.S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-). Abdomen : Inspeksi : supel, datar, benjolan (-) Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Hepar dan Lien tidak teraba membesar. Perkusi : timpani Auskultasi : BU (+) normal Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik. Status dermatologik: Pada sela jari tangan dan kaki terdapat papul multipel berukuran milier sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat erosi dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark). PEMERIKSAAN PENUNJANG • Laboratorium: Kerokan kulit DIAGNOSIS Skabies Dasar diagnosis Dari ilustrasi kasus diatas, merumuskan dari data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan serta disesuaikan dengan teori yang ada, maka mengarah pada suatu diagnosis yaitu skabies. Data tersebut antara lain: Anamnesis: - Pasien laki-laki usia 3 tahun Berdasarkan data epidemiologi, disebutkan bahwa prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Kecenderungan ini juga dapat terlihat pada banyaknya kasus skabies di kalangan pondok pesantren yang sebagian populasinya adalah anak dan remaja. - Pasien laki-laki 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terutama sangat di rasakan pada 5 21 12 11 11
  • 6. malam hari. Pasien juga mengatakan awalnya timbul seperti bintil- bintil kecil di sela jari tangannya, kemudian di garuk dan bintil-bintilnya bertambah banyak dan luas. Hal seperti ini baru pertama kali dirasakan, gatal juga dirasakan di daerah bokong, dan lipat paha. Karena gatal seperti ini pasien kadang mengalami sulit tidur malam hari. Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga bekas luka dan garukan. Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Ayah, ibu dan saudara pasien juga mengalami hal yang sama. Riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa adalah ayah, ibu dan saudara pasien. awalnya ibu pasien yang mengalami gejala seperti ini. Hal ini terjadi karena ibu pasien pernah menginap di rumah saudaranya yang mengalami gejala gatal-gatal seperti anak pasien. Pemeriksaan Fisik: Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung ke arah skabies adalah : – Keadaan umum pasien : tampak sakit ringan,. – Frekuensi nadi : 80 kali/ menit – Frekuensi Napas :18 kali / menit – Status Dermatologik: Pada sela jari tangan terdapat papul multipel berukuran milier sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat erosi dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark). DIAGNOSIS HOLISTIK • Diagnosis Klinis Skabies • Diagnosis Biologis 6
  • 7. Sarcoptes scabiei • Diagnosis Sosial Pasien tinggal di rumah, 1 kamar terdiri dari 4 orang. Dengan 1 tempat tidur kadang terisi untuk 4 orang, ventilasi di kamar dirasakan kurang, terasa lembab, hanya ada jendela kecil, kasur di jemur tiap 3 bulan sekali, baju sering dipakai berulang kali sebelum dicuci, pemakaian handuk secara bersamaan dengan satu keluarga yang gatal. Air di daerah rumah di katakan bersih. PENATALAKSANAAN Diagnosis Strategi Penanganan Masalah Diagnosis Klinis • Salep 2-4 • CTM 2 x ¼ tablet Diagnosis Psikologis • Edukasi penyebab penyakit Diagnosis Sosial • Edukasi penyakit dan pencegahan • Edukasi Pengobatan • Edukasi mengenai higien, motivasi untuk memeriksakan kesehatan berkala karena adanya resiko terjadinya kekambuhan dan motivasi teman sekamar karena adanya resiko tertular. • Memperbaiki ventilasi, dan mengajurkan menjemur kasur, tikar dan karpet minimal 1 minggu sekali PROGNOSIS 7
  • 8. Ad Vitam :Bonam Ad functionam :Bonam Ad sanationam : Dubia BAB III FORMAT PORTOFOLIO Kasus 1 Topik: Skabies Tanggal (kasus): 21 September 2012 Persenter: dr. Mariza Gebrilla Tangal presentasi: 4 Oktober 2012 Pendamping: dr. Sri Rezeki Tempat presentasi: Kantor Puskesmas Cilegon Obyektif presentasi: □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi: □ Tujuan: Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara membahas: □ Diskusi □Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos Data pasien: Nama: F No registrasi: 1982033 Nama klinik: Puskesmas Rangkasbitung Telp: - Terdaftar sejak: - 8
  • 9. Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Skabies, gatal di sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri, terutama pada malam hari. 2. Riwayat Pengobatan: Belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya 3. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya 4. Riwayat keluarga/ masyarakat: di keluarga ada yang mengalami gejala serupa yaitu ayah, ibu dan saudara pasien. 5. Riwayat pekerjaan: - 6. Lain‐lain : Pasien tinggal di rumah, 1 kamar terdiri dari 4 orang. Dengan 1 tempat tidur kadang terisi untuk 4 orang, ventilasi di kamar dirasakan kurang, terasa lembab, hanya ada jendela kecil, kasur di jemur tiap 3 bulan sekali, baju sering dipakai berulang kali sebelum dicuci, pemakaian handuk secara bersamaan dengan satu keluarga yang gatal. Daftar Pustaka: a. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79. b. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC, editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc., 1995.1347-89. c. Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at: http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006. d. Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2002. e. Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Perjan RSCM. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2005. f. Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995. g. Amer M, El-Gharib I. Clinical trials permethrin versus crotamiton and lindane in the treatment of scabies. International Journal of Dermatology 1992;31:357-8. h. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, et al. Comparative study of 5% permethrin cream and 1% lindane lotion for the treatment of Scabies. Archives of Dematology 1990;126:167-70. i. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore: Singapore International Foundation, 2004. 9
  • 10. Hasil pembelajaran: 1. Diagnosis Skabies 2. Mewaspadai penularan skabies 3. Pemilihan obatan skabies yang tepat 4. Mekanisme gatal pada skabies 5. Motivasi untuk menjelaskan ke teman-teman sekamar agar memeriksakan dirinya. 6. Edukasi tentang penyebab, faktor resiko, dan penularan penyakit Subyektif Pasien laki-laki 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terutama sangat di rasakan pada malam hari. Pasien juga mengatakan awalnya timbul seperti bintil- bintil kecil di sela jari tangannya, kemudian di garuk dan bintil-bintilnya bertambah banyak dan luas. Hal seperti ini baru pertama kali dirasakan, gatal juga dirasakan di daerah bokong, dan lipat paha. Karena gatal seperti ini pasien kadang mengalami sulit tidur malam hari. Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga bekas luka dan garukan. Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Ayah, ibu dan saudara pasien juga mengalami hal yang sama. Riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa adalah ayah, ibu dan saudara pasien. awalnya ibu pasien yang mengalami gejala seperti ini. Hal ini terjadi karena ibu pasien pernah menginap di rumah saudaranya yang mengalami gejala gatal-gatal seperti anak pasien. Obyektif Hasil pemeriksaan jasmani dalam batas normal, dan hasil status dermatologik didapatkan pada sela jari tangan dan kaki terdapat papul multipel berukuran milier sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat erosi dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark). Pada kasus ini ditegakkan berdasarkan 4 tanda cardinal : 1. Pruritus nokturna 10 21 1 1
  • 11. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok: beberapa teman sekamar pasien di rumah mengalami gejala yang serupa 3. Adanya terowongan (kanalikulus) 4. Menemukan tungau Pada kasus ini ditemukan 2 dari 4 tanda cardinal yang menegakkan diagnosis skabies. “Assessment” Gatal pada malam hari dirasakan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Sedangkan penyakit ini juga menyerang sekelompok manusia, misalnya pada pasien ini di dapatkan gejala serupa pada teman sekamar pasien di Pondok Pesantren. Hal ini dikenal sebagai keadaan hiposensitisasi yaitu sebagian besar tetangga atau orang yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Kepada ibu pasien di jelaskan penyebab gejala, faktor resiko dan cara penularan penyakit tersebut, sehingga dapat maminimalisasikan penyebaran penyakit. Dijelaskan pula pengobatan yang dilakukan, pada pasien ini di berikan salep 2-4 (sulfur presipitatum), yang mana tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Selain itu dijelaskan pula bahwa obat tersebut berbau dan mengotori pakain dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. “Plan” Diagnosis: Skabies Pengobatan: Pada pasien ini di berikan salep 2-4 (sulfur presipitatum). Pendidikan: Dilakukan kepada untuk membantu proses penyembuhan dan menurunkan resiko tertular kembali , untuk itu pada tahap awal pasien dijelaskan jelaskan penyebab gejala, faktor resiko dan cara penularan penyakit tersebut, dan memberikan edukasi terhadap keluarga agar memeriksakan juga kesehatannya. Agar tidak terjadi penularan yang bolak balik. Konsultasi: Dijelaskan secara rasional tentang pengobatan yang diberikan. Rujukan: - 11
  • 12. Kontrol: Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan -Edukasi mengenai higiene Selama di rumah -Mencuci atau baju setelah dipakai -Pemakaian handuk tidak bersamaan -Edukasi dan motivasi untuk memeriksakan kesehatan berkala karena adanya risiko untuk terjadi kekambuhan Kunjungan ke Puskesmas -Timbulnya kesadaran keluarga pasien untuk berobat -Edukasi Pengobatan, faktor resiko, dan cara penularan Kunjungan ke Puskesmas -Meminimalisasi penularan dan memberantas penyakit tersebut 12
  • 13. BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 4.1 DEFINISI Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. 4.2 EPIDEMIOLOGI Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta (Tabri, 2003). Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan Jepang berlangsung. Penduduk kesulitan memperoleh makanan, pakaian dan sarana pembersih tubuh pada saat itu, sehingga kasus scabies cepat menular dari anak-anak hingga dewasa (Partosoedjono, 2003). Data penderita skabies yang terhimpun dari klinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (RS PMI) Bogor dari tahun 2000 - 2004, masing-masing enam belas pasien (2000); delapan belas pasien (2001); tujuh pasien (2002); delapan pasien (2003) dan lima pasien (2004). Data-data di atas menunjukkan bahwa penderita skabies di Indonesia masih cukup tinggi. 4.3 SARCOPTES SCABIEI, MORFOLOGI, SIKLUS HIDUP DAN CARA PENULARANNYA A. Morfologi Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, orto Ackarima, super 13
  • 14. family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. selain yang juga terdapat pada kambing dan babi (Handoko, 2007). Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Gb.1 Tungau Sarcoptes scabiei (http://www.medicastore/scabies/index.html/) B. Siklus Hidup Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang- kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2007). 14
  • 15. Gb.2 Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei (http://www.cdc.gov/scabies/index.html/) Menurut Centers for Disease Control (CDC) tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa. 1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentuk oval dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 3-4 hari. 2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan bersembunyi di dalam lapisan stratum korneum. Galian kecil dikenal dengan sebutan “ molting pouches”. Stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar 3-4 hari. 3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki. Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar dibanding dengan stadium larva sebelum nantinya akan berubah ke bentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan pada molting pouches 15
  • 16. atau dalam folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil. 4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45 mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari setengah ukuran betina. Perkawinan terjadi tungau jantau secara aktif masuk ke terowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi kopulasi, tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan yang baru untuk meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari telur telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulang (CDC, 2008). C. Cara Penularan 1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. 2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain- lain 4.4 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). 4.5 PATOGENESIS Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Handoko, 2007). 16
  • 17. 4.6 DIAGNOSIS Menurut Handoko tahun 2007 ada 4 tanda cardinal : 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa. 3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Terowongan yang berkelok- kelok umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang di Indonesia (Margono, 1998). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 17
  • 18. Gb.3 Tungau yang hidup dalam terowongan (http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-revention/infectious- diseases/parasite/index.html) 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Ada pendapat yang mengatakan penyakit ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding adalah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain. 4.7 PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan Syarat obat yang ideal : 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau. 2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik. 3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian. 4. Mudah diperoleh dan harganya murah. Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi) guna mencegah penularan lebih lanjut (Handoko, 2007). 18
  • 19. Jenis obat topikal : 1) Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakain dan kadang- kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 2) Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering member iriasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. 4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra. 5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan. 2. Higienitas perorangan dan lingkungan 3. Edukasi dan penyuluhan kesehatan masyarakat 19
  • 20. DAFTAR PUSTAKA 1. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79. 2. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC, editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc., 1995.1347-89. 3. Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at: http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006. 4. Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002. 5. Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Perjan RSCM. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2005. 6. Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995. 7. Amer M, El-Gharib I. Clinical trials permethrin versus crotamiton and lindane in the treatment of scabies. International Journal of Dermatology 1992;31:357-8. 8. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, et al. Comparative study of 5% permethrin cream and 1% lindane lotion for the treatment of Scabies. Archives of Dematology 1990;126:167-70. 9. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore: Singapore International Foundation, 2004. Homework Help https://www.homeworkping.com/ Math homework help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Algebra Help 20
  • 21. https://www.homeworkping.com/ Calculus Help https://www.homeworkping.com/ Accounting help https://www.homeworkping.com/ Paper Help https://www.homeworkping.com/ Writing Help https://www.homeworkping.com/ Online Tutor https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ 21