1. PELATIHAN KADER POSBINDU
(Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular)
Jombang, 14 November 2023
LAKSONO BOEDI P, S.KM, M.M
ANALIS KESEHATAN P2PTM
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
2. LAKSONO BUDI P, SKM, MM
(SONY)
Lampung :
- Pusk.Negara Ratu
- Kasubsi Rumah Sakit
- Kasubsi Puskesmas
- Kasubsi P2
Jawa Timur
- Subag Penyusunan Program
Kanwil Jatim (1998)
- Subag Sungram & Anggaran
Dinkes Prov. Jatim (2000)
- Subag Tata Usaha Dinkes Prov.Jatim (2010)
- Bendaharawan Penyimpan Barang
Dinkes Jatim (2011)
- Seksi Surveilans & Imunisasi (2014)
- Seksi P2PTM Keswa (2017)
BIODATA
Hp. 085 646 600 855
Email : soni_laks@yahoo.co.id
6. MENGENAL PENYAKIT TIDAK
MENULAR (PTM)
Adalah jenis-jenis penyakit yang tidak dapat
ditularkan kepada orang lain
Penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi
kuman ( Bakteri, Jamur, Virus dll. )
Bersifat Kronis / lama
Biaya berobatnya mahal
Menjadi penyebab kematian utama di dunia,
sekitar ( 63% )
7. • PJK - PD
• Stroke
• Diabetes
• PPOK
• Ginjal Kronik
• Kanker
Fase Akhir
Faktor Risiko /
Penyakit Antara
• Hipertensi
• Hiperglikemi
• Obesitas
• Dislipidemia
• Lesi Pra kanker
• Bronkhitis/
Emfisema/
Efusi Pleura
Risiko Perilaku
• Merokok
• Diet
• Alkohol
• Aktifitas Fisik
• Stress
Risiko Melekat
•Umur, Sex
•Keturunan dll
Faktor Lingkungan :
Globalisasi, Sosio-ekonomi
Budaya, Modernisasi, Polusi dll
7
PENYAKIT TIDAK MENULAR
Faktor Risiko dan Fase Akhir
• Cedera
• Thalassemia
• Lupus
• Osteoporosis
8. Macam-Macam Penyakit Tidak Menular
(PTM)
Penyakit jantung dan pembuluh darah /
kardiovaskuler ( Hipertensi, Penyakit Jantung
Koroner, Stroke, Gagal Ginjal dll. )
Diabetes Melitus / Kencing Manis
Kanker
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Gangguan Indera & Penglihatan
Penyakit / cedera akibat kecelakaan.
33. 5 dari 100 orang Indonesia
mengkonsumsi Gula lebih
dari 50 g/hari
53 dari 100 orang Indonesia
mengkonsumsi Garam lebih
dari
2000 mg/hari
27 dari 100 orang Indonesia
mengkonsumsi Lemak lebih
dari
67 g/hari
15 dari 100 orang Indonesia
mengalami Obesitas
KONSUMSI GULA
Tertinggi di
DI Yogyakarta
(16,9 %)
KONSUMSI GARAM
Tertinggi di DKI
Jakarta (65,4 %)
KONSUMSI LEMAK
Tertinggi di DKI
Jakarta (48,2 %)
OBESITAS
Tertinggi di Sulawesi
Utara (24,1 %)
34.
35. MODIFIKASI GAYA HIDUP
UNTUK TATALAKSANA
HIPERTENSI
MODIFIKASI REKOMENDASI
PENURUNAN TEKANAN
DARAH SISTOLIK
Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal (Indeks
Massa Tubuh 18.5-24.9 kg/m2)
5-20 mmHg untuk setiap
penurunan berat badan 10
kg
Adaptasi diet DASH
(Dietary Approach to Stop
HTN)
Konsumsi banyak buah, sayur, produk
rendah lemak dan rendah lemak jenuh
8-14 mm Hg
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2.4 g/hari 2-8 mm Hg
Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara teratur
seperti jalan (30 menit/hari setiap hari)
4-9 mm Hg
Konsumsi alkohol
sekedarnya
Batasi alkohol tidak lebih dari 2
kaliminum/hari utk laki-laki dan 1
kaliminum/hari utk perempuan.
2-4 mm Hg
36. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM
Continuum of Care
Pengendalian PTM dan
Komplikasi
Pengendalian FR PTM
Terintegrasi
Promosi Kesehatan
• Lingkungan Kondusif
KTR, Sarana OR dll
• Gaya Hidup Sehat:
Tidak Merokok
Cukup Aktivitas Fisik
Diet Sehat Kalori Seimbang
(Rendah Gula, garam dan
lemak)
Perilaku CERDIK
•Deteksi dini dan Monitoring
FR
•Tinjut dini /Konseling FR
• Rujukan
• Pencegahan Komplikasi
Patuh Minum Obat
Rajin kontrol
Gaya Hidup Sehat : Tidak
merokok, Diet Sehat Kalori
Seimbang, cukup aktifitas fisik /
Senam Jantung Sehat
•Home Care/visite, Caregiver
survivor stroke
•Monitoring dan Pengendalian
FR / konseling
•Rehabilitasi Medik /
neurorestorasi
•PATUH
• Rujukan
• Deteksi dini FR
• Diagnosis dini
• Penatalaksanaan Faktor
Risiko :
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Merokok
- Obesitas , dll
• Pengobatan awal
• Kegawat daruratan
• Konseling
• PATUH
• PANDU
• Rujukan
•Kegawatdaruratan
•Pemeriksaan
Lanjutan
• Pengobatan
Lanjutan
• Rawat jalan
• Rawat Inap
• Rehabilitasi
/Neurorestorasi
• PATUH
• Rujukan
Populasi
sehat
Populasi
Berisiko
Populasi
dengan PTM
-POSBINDU
PTM
-MASYARAKAT
YAN PTM DI
FASYANDAS / PPK 1
RUMAH SAKIT /
PPK 2
-FASYANDAS
-POSBINDU
PTM
-MASYARAKAT
Surveilans FR-PTM di Masyarakat- SP2TP Survei /Registri PTM - SIRS
37. Health In All Policy
Penguatan UKBM Pelayanan Primer
Penguatan Promotif dan Preventif
Masyarakat
Pemerintahan
Tenaga Kesehatan
Promosi
Kesehatan
Deteksi Dini
Skrinning
Tata Laksana
Kasus
Permenkes 71/2015
Intervensi P2PTM
pada siklus kehidupan
38. Proses Pembelajaran
Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat
Sesuai Sosio-Kultural
Lingkungan yang Kondusif
Proses
Pemberdayaan
Masyarakat
Masyarakat
Mandiri:
•Monitoring
FR.PTM
•Penerapan
Gaya Hidup
Sehat
•Tindak
Lanjut Dini
Strategi dan Tujuan Utama Pengendalian PTM berbasis Masyarakat
di Indonesia
Strategi Tujuan
39.
40.
41.
42. • Pasal 1 : Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis
• Pasal 11 : Setiap orang berkewajiban
berperilaku hidup sehat
• Pasal 18 : Pemerintah bertanggung jawab
Memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat
• Pasal 62: Pemerintah dan pemerintah
daerah menjamin dan menyediakan
fasilitas untuk kelangsungan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
UU NO. 36/2009
TTG KESEHATAN
44. SASARAN PEMB.
NASIONAL PERPRES
NO.2/2015 RPJMN
2015-2019;
TURUN HIPERTENSI,
KENDALIKAN OBES,
TURUN PEROKOK ≤
18
INPRES NO 1 TAHUN 2017
TENTANG GERMAS
• Peningkatan Konsumsi
Sayur dan buah nusantara
• Peningkatan Aktivitas
Fisik
• Deteksi dini/pemeriksaan
kesehatan scr berkala
PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 52
TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR TARIF
PELAYANAN KESEHATAN
DALAM
PENYELENGGARAAN
PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN
PERMENDES
NO. 19/2017;
PEMANFAATAN
DANA DESA
REGULASI
PENDUKUNG
PP NO.2
TAHUN 2018
TENTANG SPM
RENSTRA
KEMENKES
Indikator
Persentase
desa dengan
Posbindu PTM
53. CERDIK DI SEKOLAH
Enyahkan asap rokok
Rajin beraktivitas fisik
Diet seimbang
Istirahat cukup
Kelola stress
Cek kesehatan secara berkala
54.
55.
56. Peralatan Deteksi Dini
dan Monitoring Faktor Risiko PTM
Peralatan KIE dan Penunjang
Alat ukur Lingkar Perut
Alat ukur tinggi badan
Tensimeter Digital
Alat Analisa Lemak Tubuh
(BFA)
Alat ukur Gula darah
Alat Periksa Kolesterol Total
(Tidak wajib)
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
- Lembar Balik
- Leaflet / brosur
- Poster
- Buku Panduan
- Buku Monitoring intervensi Faktor
Risiko PTM
- Buku Pencatatan (Buku Besar)
- Kursi dan Meja
- Alat Tulis
: 2 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: Serial
: 1 Buah
: 1 Buah
: Sesuai
kebutuhan
: 1 Set
PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG
57. ALAT UKUR BERAT
BADAN
ALAT UKUR
Tinggi Badan
ALAT UKUR
TEKANAN DARAH ALAT UKUR LINGKAR PERUT
KIT POSBINDU PTM
ALAT UKUR Gula Darah Alat Ukur Kolesterol (tidak wajib)
59. Pembiayaan Penyelenggaraan:
◦ Komunitas
◦ CSR (Corporate Society Responsibility)
◦ Pemerintah Daerah (Dekon dan DAK)
◦ Alokasi pendanaan SPM di Kab/kota
◦ Alokasi Dana Desa
◦ Sumber-sumber lain
63. Pra Kegiatan Posbindu
Meja 1 -Pendaftaran
-Menyalin KMS ke buku register
-Memberi nomer urut
-Menyalin KMS ke buku register sesuai
nomer urut
Meja 2 Wawancara Hasil wawancara dicatat pd KMS
Meja 3 Pengukuran TB,BB (IMT), LP Hasil pengukuran dicatat pd KMS
Meja 4 Pengukuran TD, GDA, Kol, APE, dll Hasil pengukuran dicatat pd KMS
Meja 5 Identifikasi FR PTM, konseling,
tindak lanjut
-Konseling sesuai FR PTM
-Rujukan bila perlu, catat di KMS
Olah
raga
Kegiatan Posbindu
Penyuluhan
Demo makanan
sehat Pengajian dll
68. MENGUKUR BERAT BADAN
PERSIAPAN
• Letakkan alat timbangan pada lantai keras dan datar
• Responden yang akan ditimbang diminta membuka
alas kaki dan jaket serta mengeluarkan isi kantong
yang berat
seperti kunci
• Pastikan timbangan pada nilai nol (0).
PROSEDUR
• Responden diminta naik ke alat timbang dengan
posisi kaki di tengah, tidak menutupi jendela baca
• Posisi tegak lurus, lutut lurus, tangan lurus ke bawah
telapak tangan rapat pada tubuh, pandangan ke depan.
• Baca nilai yang tertera.
75. Contoh cara menghitung IMT:
• Eko dengan tinggi badan 148 cm, mempunyai berat badan 38 kg.
38
----------------- = 17,3
(1,48 X 1,48) m
MENGUKUR IMT / BMI
No. Nilai IMT Klasifikasi Risiko Penyakit
1.
2.
3.
4.
5.
≤ 18,5
18,5- 22,9
23 – 24,9
25,0 – 29,9
≥30
BB Kurang
BB Normal
Gemuk dengan risiko
Obesitas Tingkat I
Obesitas Tingkat II
Rendah
Rata rata
Meningkat
Sedang
Berbahaya
83. TENSIMETER DIGITAL
ALAT DAN BAHAN
– Tensimeter digital
– Manset besar
– Batu baterai AA
PEMASANGAN BATERAI
– Balikkan alat, hingga bagian bawah menghadap atas
– Buka tutup baterai sesuai tanda panah
– Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai arah yg benar
PENGGANTIAN BATERAI
– Matikan alat sebelum mengganti baterai
– Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan > 3 bulan
– Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu perlu disetting
kembali
– .Buang baterai yg sudah tidak terpakai
– Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai dengan yang
baru
84. Prosedur Pengukuran (1)
• Tekan tombol “START/STOP” utk mengaktifkan alat
• Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya
menghindar kegiatan aktivitas fisik sprti olahraga, merokok & makan,
minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat
setidaknya 5 – 15 menit sebelum pengukuran.
• Hindari melakukan pengukuran dlm kondisi stress. Pengukuran sebaiknya
dilakukan dlm ruangan yg tenang & dlm kondisi tenang dan posisi duduk.
85. Prosedur Pengukuran (2)
• Pastikan responden duduk tegak dgn posisi kaki tidak
menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh
lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja
sehingga manset yang sudah terpasang sejajar dengan
jantung pasien.
• Singsingkan lengan baju pd lengan bagian kanan
responden & memintanya utk tetap duduk tanpa
banyak gerak dan berbicara pd saat pengukuran.
Apabila responden menggunakan baju berlengan
panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan
lipatan baju tdk terlalu ketat sehingga tdk menghambat
aliran darah di lengan.
86. Prosedur Pengukuran (3)
• Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan
telapak tangan terbuka ke atas.
• Selama pengukuran jangan memegang manset
• Jika pengukuran selesai, manset akan
mengempis kembali dan hasil pengukuran
akan muncul. Alat akan menyimpan hasil
pengukuran secara otomatis.
• Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat.
Jika anda lupa mematikan alat, maka alat
akan mati dgn sendirinya dalam 5 menit.
87. Prosedur Penggunaan Manset
• Masukkan ujung pipa manset pd bagian alat
• Perhatikan arah masuknya perekat manset.
• Pakai manset, perhatikan arah selang.
• Perhatikan jarak manset dgn garis liku lengan ± 1 – 2
cm
• Pastikan selang sejajar dgn jari tengah, dan posisi
lengan terbuka ke atas
• Jika manset sudah terpasang dgn benar, rekatkan
manset
88. • Posisi duduk atau berbaring ( sebaiknya berbaring ).
• Manset 2/3 lengan atas, ujung bawah manset 2 jari di atas lipatan lengan.
• Raba denyut nadi Arteri Brachialis, pompa sampai denyut nadi tidak teraba,
letakan stetoskop di atasnya turunkan tekanan perlahan.
• Saat denyut nadi mulai terdengar lihat angka pada tensimeter (TD sistolik)
• Suara denyut nadi terdengar mengeras kemudian melemah, menghilang
(TD Diastolik)
• 2x pengukuran TD, rata-ratanya.
89. PERSIAPAN
• Pasang dengan rapat manset/sabuk tensimeter pada lengan
kiri atas pasien
• Tempatkan stetoskop pada telinga kita
• Pastikan kepala stetoskop dalam posisi terbuka (on). Cara
memastikannya dengan mengetuk secara perlahan pada
area sensor kepala stetoskop. Jika terdengar bunyi, maka
stetoskop dalam kondisi on.
• Cari denyut nadi/arteri brakhialis di bagian siku dalam
lengan kiri pasien. Biarkan lengan rileks/nyaman
• Letakkan kepala stetoskop pada denyut nadi/arteri tadi
(gunakan tangan kiri)
• Pastikan katup kantung tekanan dalam keadaan tertutup
(dengan memutar skrup searah jarum jam sampai rapat).
TENSIMETER AIR RAKSA
90. PENGUKURAN
• Pompa kantung tekanan sampai maksimal 160 mmHg pada
penunjuk jarum manometer
• Buka perlahan-lahan katup kantung tekanan. Jarum pada
manometer akan turun perlahan-lahan seiring dibukanya katup
kantung tekanan tersebut.
• Dengarkan dan tandai bunyi yang
terdengar pertama dan terakhir kali muncul saat jarum pada
manometer turun.
• Bunyi yang pertama menunjukkan batas atas/sistole/rentang waktu
ketika jantung berkontraksi (misal : 120). Bunyi yang terakhir
menunjukkan batas bawah/diastole/rentang waktu ketika jantung
berelaksasi (misal 90). Maka tekanan darah/tensi pasien tersebut
adalah 120/90.
91. PENUTUPAN
• Buka katup kantong tekanan sampai jarum
pada manometer menunjukkan angka 0 (nol)
• Buka manset/sabuk tensimeter pada pasien,
dan kempiskan, lalu gulung dan masukkan
kembali pada kotak penyimpan
• Lepaskan stetoskop dan pastikan kepala
stetoskop dalam kondisi tertutup (off)
• Pengukuran tekanan darah telah selesai
92. • tensi normal seseorang pada umumnya adalah
sekitar 120/80.
Jika tensi seseorang menunjukkan nilai
140/100 atau lebih, maka bisa dikatakan
orang tersebut menderita hipertensi (tekanan
darah tinggi). Sedangkan jika tensi seseorang
menunjukkan nilai 100/60 atau kurang, maka
bisa dikatakan orang tersebut menderita
hipotensi (tekanan darah rendah).
95. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. APLIKASI SISTIM INFORMASI PENYAKIT
TIDAK MENULAR (SI-PTM)
2. APLIKASI SEHAT INDONESIAKU (ASIK)
96. SISTEM
INFORMASI
PPTM
Sebagai basis data untuk
pengambilan keputusan
Sebagai indikator kesehatan
masyarakat dalam satu wilayah
Sebagai wadah untuk informasi kesehatan
untuk menghindari faktor risiko PTM
Tindaklanjut
Gateway
Surveilans PTM
FKTP
Portal Web
PTM
Surveilans Posbindu
PTM
Web GIS
Sebagai tempat menyimpan informasi
kesehatan warga masyarakat
Sebagai sarana komunikasi masyarakat
dalam menjaga kesehatan
Sebagai alat
monitoring dan
evaluasi penyakit
tidak menular
Monev PTM ElKes
106. TENTUKAN JUMLAH SASARAN SESUAI WILAYAH KERJA KADER :
- WILAYAH KERJA : RT / RW / KELURAHAN
- HITUNG JUMLAH PENDUDUK ≥ 15 TAHUN
- KELOMPOKKAN GOL UMUR 15 – 59 TAHUN DAN ≥ 60 TAHUN
BUAT PERENCANAAN SESUAI DENGAN GEOGRAFIS (PWS) DAN
SUMBER DAYA YG ADA
IDENTIFIKASI WADAH / UKBM / KEGIATAN YANG BISA DILAKUKAN
POSBINDU / KEGIATAN TERINTEGRASI
- SURVEI KELUARGA SEHAT - POSYANDU BALITA
- PENGAJIAN RUTIN / YASINAN - POSYANDU LANSIA
- RAPAT PKK - POSYANDU REMAJA
- RAPAT RT/RW/KEL - DLL
- KARANG TARUNA
107. KOORDINASI DENGAN PUSKESMAS / LINTAS SEKTOR TERKAIT
TENTANG PELEKSANAAN POSBINDU : TEAMWORK, JADWAL, JENIS
PEMERIKSAAN,SARANA PRASARANA
ADVOKASI DESA / KELURAHAN
PELAKSANAAN DI POSBINDU RUTIN DAN MOBILE
PENCATATAN PELAPORAN
MONEV
108.
109.
110.
111.
112. Batasi asupan garam;
Rendah gula dan
lemak;
Banyak sayur dan
buah-buahan;
Minum air putih
minimal 2 liter per
hari;
Hindari kegemukan.
113.
114.
115. PENUTUP
Strategi Pencegahan dan Pengendalian PTM dilakukan
melalui upaya promosi dan preventif dengan
pendekatan faktor risiko PTM
Peningkatan dan perluasan upaya deteksi dini faktor
risiko melalui Posbindu PTM di berbagai kegiatan dan
tatanan yang ada di masyarakat
Perlu Komitmen yang serius untuk PP-PTM yang
melibatkan semua unsur yg ada di wilayah setempat
Pencatatan & Pelaporan
116. MARI MENUJU MASA MUDA SEHAT
HARI TUA NIKMAT TANPA PTM
DENGAN PERILAKU CERDIK
Cek kondisi kesehatan anda secara
berkala
Enyahkan asap rokok
Rajin aktifitas fisik
Diet yang sehat dan seimbang (rendah
gula, garam dan lemak serta tinggi
serat)
Istirahat yang cukup
Kelola stres
Cegah
Sekarang
juga
Ajak masyarakat ke
Posbindu PTM untuk
deteksi lebih dini
faktor risiko PTM
TERIMA
KASIH
Editor's Notes
Kondisi penyakit antara umumnya tidak memberikan gejala. Faktor risiko ini bisa dikendalikan karena itu perlu dideteksi dan diintervensi secara dini agar tidak berlanjut menjadi fase akhir terjadinya PJK, Stroke, DM, Ginjal kronik, Kanker, PPOK yang akan memberikan beban biaya kesehatan sangat mahal. Untuk itu pengendalian PTM lebih difokuskan pada faktor risiko perilaku dan penyakit antara. Namun fase akhir penyakit tetap menjadi perhatian penanggulangan.
Memeriksa kesehatan secara rutin.
Agar kesehatan kita terjaga, periksalah secara rutin yaitu : cek tekanan darah, cek kadar gula darah, cek kolesterol darah, tes darah lengkap di laboratorium, ukur lingkar perut, ukur tajam penglihatan dan pendengaran dan untuk khusus perempuan, lakukan tes IVA (Inpeksi Visual Asam cuka) untuk deteksi dini kanker leher rahim. Periksakanlan 6 bulan sekali.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan di Puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya, serta Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) terdekat.
Untuk mendukung kegiatan pengendalian PPTM saat ini telah dikembangkan sistem informasi secara bertahap untuk percepatan.
Kurangnya sosialisasi program skrining kesehatan, prolanis dan rujuk balik pada peserta dan di fasilitas pelayanan kesehatan pengelola (masih banyak peserta dan fasyankes pengelola yang tidak tahu ttg program
skrining kesehatan, prolanis dan rujuk balik)
Pelayanan pemeriksaan penunjang rujuk balik dan skrining kesehatan tertentu di FKTP tidak maksimal
(Pemeriksaan gula darah hanya GDS atau GDP, GDPP tidak dilakukan, klaim non kapitasi berbelit akibatnya peserta disuruh membayar atau dirujuk)
Sulitnya mendapatkan obat anti hiperlipidemia untuk pasien PJK dan post operasi (bypass dan PCI), DM, Hipertensi dengan FR Dislipidemia usia > 50 tahun.
( Pada keadaan tersebut diatas pemberian obat anti hiperlipidemia tidak perlu merujuk pada kadar kolesterol peserta, namun kenyataannya apotik PRB mempermasalahkan dan pemeriksaan tersebut tidak tercover dalam pemeriksaan penunjang rujuk balik)
Koordinasi BPJS dengan Kemenkes tidak hanya mengenai pembiayaan tetapi juga program (promotif, preventif dan kuratif)