SlideShare a Scribd company logo
TATA NAMA TUMBUHAN
(Plant Nomenclature)
Dosen : Sartini
TATA NAMA TUMBUHAN
Sub Pokok Bahasan
• Sejarah tata nama tumbuhan
• Pengertian tata nama
• Manfaat nama ilmiah
• Prinsip-prinsip dan aturan dalam tatanama
tumbuhan
Sejarah Tata Nama Tumbuhan
• Masalah : Identitas objek
- permasalahan pedagang sayur
- permasalahan ahli farmasi
- permasalahan taksonom
Solusi ????
Membandingkan dengan objek yg sudah diketahui sebelumnya,
apakah memang tergolong objek yang sudah diketahui atau apakah
memang objek baru? ---- determinasi (membandingkan) ---
akhirnya akan mendapatkan sebuah nama untuk objek tersebut
Tujuan ??
Tepat sasaran objek yang dimaksud
Jalan Penderterminasian Objek
• Ingatan kita sendiri – pengalaman
• Bantuan orang lain – membayar jasa
• Spesimen acuan – koleksi hidup di kebun raya, koleksi mati di
herbarium dan museum
• Pustaka – pencocokan gambar dan tulisan – butuh waktu lama
memperlajarinya
• Komputer – software pencarian objek menggunakan ciri-ciri/
karakter objek – dalam bentuk kunci determinasi interaktif –
memungkinkan langsung menunjukkan penemuan baru –” Selamat,
anda menemukan marga/genus baru !” ---- butuh ahli pemograman
dan data objek yang lengkap
• Penyepadanan –tidak semua objek bisa determinasi dgn kunci baku,
karena variasi yang melekat pada individu tidak berpola sama/ tidak
beraturan. Pada bakteri dan protozoa –menggunakan uji biokimia,
pada bidang patologi penyepadanan alogaritma patogenitas objek
Alasan munculnya nama ilmiah:
A. Beranekaragamnya nama daerah--tidak ada
kemungkinan nama daerah tsb diberlakukan sebagai
nama internasional
B. Banyaknya nama yang sinonim (1 tumbuhan sama
memiliki >1 nama)
C. Banyaknya nama homonim (>1Tumbuhan memiliki 1
nama sama)
D. Sukarnya diterima oleh dunia internasional jika salah
satu bahasa bangsa-bangsa yang dipakai sehari-hari
dipilih sebagai bahasa untuk nama ilmiah
Sejarah Tata Nama Tumbuhan
• Sebelum abad ke 16 -- belum terdapat peraturan dalam
memberikan nama kepada tumbuhan
• Karena tidak ada peraturan yang mengikat, masing-masing ahli
bebas dalam memberikan nama
• Nama tumbuhan disusun atas tiga atau lebih kata yang disebut
dengan polinomial. --- sistem tidak bekerja dengan baik susah
dalam pelaksanaan, sulit dikembangkan, tidak jelas apakah
mengacu pada takson tingkat jenis atau marga, atau takson yang
lebih tinggi.
Contoh polinomial :
Hibiscus inermis foliis serratis inferioribus obovatis integris
superioribus trilobis
Yang artinya:
“Hibiscus yang tidak berduri dengan daun bergerigi , bagian
bawahnya rata membundar telur sungsang, bagian atasnya
bercuping tiga”
• Charles L. Escluse (1526-1609) dan Gaspar Bauhin
(1560-1624),mulai menggunakan binomial untuk
nama tumbuhan – belum teratur dan konsisten
• Tahun 1753, Linnaeus dalam bukunya Species
Plantarum mengenalkan sistem binomial
• Contoh binomial :
Hibiscus tiliaceus – waru
Hibiscus sabdarifa – rosella
Linnaeus membaptis rosella berkerabat
dengan waru
Silahkan dibaca dengan suara
lantang...
• Sambucus caule arboreo ramoso floribus umbellatis
• Voandzeia subterranea
Mana yang lebih mudah dilafazkan????
Kacang Bogor
Sambucus dengan batang
berkayu dan bercabang-
cabang serta bunga bentuk
payung
Diadakan kongres international botani
KITT (Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan)
memuat bagian-bagian penting berikut :
a. Mukadimah
b. Bagian I Asas-asas
c. Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal,
terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi
dalam beberapa seksi.
d. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode.
e. Lampiran I Nama-nama hibrida.
f. Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan.
g. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak.
h. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak
Sejak kapan dan dimana saja
diadakan kongres???
Lokasi Kongres selanjutnya...
• Rifai (1973) menyatakan bahwa kode
tatanama bertujuan untuk menyediakan cara
yang mantap dalam pemberian nama bagi
kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau
menolak pemakaian nama-nama yang
mungkin menyebabkan kesalahan atau
keragu-raguan atau yang menyebabkan
timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu
pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan
menghindarkan terciptanya nama-nama yang
tidak perlu.
PRINSIP DAN PERATURAN TATANAMA
TUMBUHAN
1. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang sama yang
diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada hewan.
2. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan
menggunakan tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus adalah
jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan seterusnya.
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi, dan
nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu
pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai
sebagai dasar pada publikasi berikutnya.
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa membuat satu
nama yang benar.
5. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan
asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang
lain harus dalam bahasa Latin.
6. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil.
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alasan tidak disukai atau karena
kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina.
Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya.
KOMPOSISI NAMA ILMIAH
• Nama ilmiah suatu jenis merupakan
penggabungan 3 hal :
1. Genus
2. Spesies epithet (penunjuk jenis)
3. Author
• Contoh :
- Pteris vittata L.
- Oryza sativa L.
Aturan nama Genus
• Nama-nama genera
• Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau
dilatinkan dengan inisial huruf besar
• Setelah penulisan pertama pada genus yang sama
boleh disingkat,
contoh: Quercus alba → Q. alba, Q. rubra
• Tidak boleh terlalu panjang
• Tidak boleh menggunakan nama yang sama
dengan jenisnya
Contoh: Salacca zalacca→ tidak dianjurkan
Penunjuk Jenis
• Biasanya berupa kata sifat, akhirannya disesuaikan dengan nama
marga.
Contoh: Syzygium aromaticum
• Dalam bahasa Latin atau dilatinkan
• Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang, nama tempat, nama
umum, dll.)
• Tidak boleh terlalu panjang
• Tidak boleh mengulang nama marga
• Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri dari 2 suku kata harus
diberi tanda sambung.
Contoh: Hibiscus rosa-sinensis
Ipomea pes-capre
Aturan nama penunjuk jenis
Author
• Author adalah nama pengarang yang menerbitkan
nama sah takson itu untuk pertama kali.
Tujuan pencantuman nama author adalah supaya
penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap
serta memudahkan penelitian tentang keabsahan
nama.
Contoh : Daucus carota L. (L.→ Linnaeus)
Vernonia acaulis (Walter) Gleason
Aturan nama Author
TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN
• PUBLIKASI TERLAKSANA
Pasal 29: dianggap terlaksana.
a.berupa barang cetakan
b.disebarkan secara luas
sejak 1 Januari 1953 penerbitan dalam katalog
perdagangan/ surat kabar/majalah tidak ilmiah
dianggap tidak terlaksana
Pasal 30: tanggal terlaksana ADALAH tanggal
mulai diperolehnya bahan cetakan
TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN
• PUBLIKASI BERLAKU:
Pasal 32: a. Penerbitan terlaksana; b. Disertai
diagnosa atau pertelaan (deskripsi) yang
membedakan antara takson tsb dengan
kerabatnya
Pasal 36: mulai 1 Januari 1935 (1 Januari 1958
untuk alga) pertelaan menggunakan bahasa latin
Pasal 37: mulai 1 Januari 1958 penerbitan nama
takson dianggap berlaku jika tipe tatanama
ditunjukkan
TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN
• NAMA SYAH:
a. Penerbitan berlaku
b. Nama tidak homonim (Pasal 64) c.Nama tidak
berlebih-lebihan (Pasal 63)
– contoh homonim: Lansium pedicellatum
Kosterm.(1965) homonim dari Lansium pedicellatum
Hiern.(1875), kedua jenis tsb dipindah ke marga Aglaia.
Aglaia stenisii Kosterm. Aglaia pedicellata (Hiern)
Kosterm.
• NAMA TEPAT:
a.Nama syah ;
b. Prioritas publikasi yang lain sinonim
TIPE TATANAMA TUMBUHAN
1. Holotipe (= holotypus), ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh
seorang pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali
mengusulkan nama jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang
bersangkutan dengannya dapat dipastikan secara otomatis. Kalau Pengarang yang
mempertelakan suatu takson tidak menentukan holotipe, atau kalau holotipe
hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat ditunjuk untuk menggantikannya.
2. Tipe pengganti (= Lectotype), ialah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen-
spesimen asli (isotope atau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama,
kalau holotipe tidak ditentukan atau holotipe hilang atau hancur.
3. Isotipe (= Isotype), ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang dikumpulkan
dalam waktu yang sama) dari holotipe.
4. Sintipe (= Syntypus), ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang
disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu daripada
beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe.
5. Tipe baru (= Neotypus), ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama,
kalau holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti
karena tidak adanya isotope atau sintipe.
TERIMA KASIH
- Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
- Divisi (divisio -phyta)
- Anak divisi (sub divisio -phytina)
- Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –
phyceae)
- Anak kelas (subclassis –idea)
- Bangsa (ordo –ales)
- Anak bangsa (subordo –ineae)
- Suku (familia –aceae)
- Anak suku (subfamilia –oideae)
- Puak (tribus –eae)
- Anak puak (subtribus –inae)
- Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua
tingkat di bawahnya tidak diseragamkan
akhirannya)
- Anak marga (subgenus)
- Seksi (sectio)
- Anak seksi (subsectio)
- Deret (series)
- Anak deret (subseries)
- Jenis (species)
- Anak jenis (sub species)
Syarat nama marga:
1. Kata benda tunggal
2. Perkataan lain sebagai kata benda
3. Berasal dari kata mana saja
4. Disusun sekehendak pengarang
5. Tidak boleh sama dengan istilah morfologi, contoh Spina,
dan Folium
6. Tidak boleh terdiri dari dua patah kata, contoh Uva-ursi
7. Kata yang pada waktu terbit tidak dimaksudkan sebagai
nama, contoh Anonymous Walters
Contoh nama marga yang benar:
Nypadari kata Nipah
Durio dari kata Durian
Rumphia untuk menghormati G.E. Rumphius
Syarat nama jenis
1. Kombinasi nama marga diikuti satu penunjuk jenis
2. Penunjuk jenis lebih dari satu kata harus dipakai tanda
sempang, contoh: rosa-sinensis
3. Asal kata dari mana saja
4. Disusun dengan cara apa saja
5. Jika kata sifat dan tidak dipakai sebagai kata benda,
deklinasinya harus disesuaikan dengan nama marganya
contoh: Sesbania javanica, Polygonum javanicum
6. Tidak boleh sama dengan nama marganya dengan atau
tanpa keterangan,
contoh: Linaria linaria
Nasturtium nasturtium-aquaticum
Nama-nama Tumbuhan Budidaya
• Pasal 28. Tumbuhan-tumbuhan yang dijinakan dari alam
memakai nama seperti tumbuhan liarnya.
Contoh: Hevea brasiliensis
Aleurites moluccana
Variasi takson di bawah tingkat jenis yang nyata bedanya
dengan penunjuk-penunjuk jenis atau varietas dapat
diberi penunjuk kultivar.
Contoh: Oryza sativa ”Si Gadis‟
Hevea brasiliensis ”Harapan‟
Tatanama Hibrid
• Tatanama Hibrid biasanya didisain dengan rumus yang
menunjukkan kodrat hibrid dan tetuanya.
Nama hibrid interspesifik ditulis dalam dua cara:
1.Nama kedua tetua dihubungkan dengan tanda kali (x),
contoh: Verbascum lychnites x V. nigrum
2.Dengan memberi epitet baru untuk hybrid.
Nama marga dan epitet dihubungkan dengan tanda kali (x),
contoh: Salix x capreola
Nama intergenerik hybrid dibingkai oleh suatu kombinasi dari kedua
nama marga didahului tanda kali (x).
contoh: Triticum x Secale = x Triticale
Agrostis x Polypogon= x Agropogon
Agropyron x Hordeum= x Agrohordeum
TERIMA KASIH
• Kode Paris,1867
Kongres Botani Internasional pertama, diadakan di Paris oleh Alphonse de
candolle. Ahli tumbuhan dari banyak negara berkumpul dan mengesahkan
seperangkat peraturan tentang tata nama tumbuhan dan disebut buku peraturan
internasional tata nama tumbuhan atau Laus of Botanical nomenclature.
• Kode Rochester,1892
Kongres dilaksanakan karena kode Paris banyak kelemahan. Dipimpin N. L. Briton
dari New York Botanical garden. Diperoleh peraturan-peraturan kode tata nama
tumbuhan yang menurut mereka mempunyai dasar yang lebih objektif
dibandingkan dengan kode Paris.
• Konvensi Paris tahun 1900
Dalam kongres ini diputuskan untuk menggunakan waktu lima tahun sebelum
diadakan kongres selanjutnya
• Kode Wina, 1905
Kongres botani Internasional yang ketiga, memberikan perhatian yang besar
kepada persoalan tata nama tumbuhan dan menangani semua persoalan yang
muncul dalam kode tata nama tumbuhan.
• Kode Amerika, 1907
Kode ini lahir berdasarkan atas kode Rochester yang telah diperbaiki.
• Brussel tahun 1910
tidak membawa perubahan yang berarti dalam kode tata nama tumbuhan.
Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1930 sebab selama berkecamuknya perang
dunia 1 sampai sekitar 10 tahun kemudian tidak ada kegiatan yang bersifat
internasional dalam bidang ilmu tumbuhan.
KITT (Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan)
• Dalam bentuknya sebagai hasil Muktamar Sidney tahun 1981, Kode Internasional
Tata Nama Tumbuhan yang diterbitkan dalam tiga bahasa: Inggris, perancis,
Jerman pada tahun 1983 memuat bagian-bagian penting berikut :
a. Mukadimah
b. Bagian I Asas-asas
c. Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam
6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi.
d. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode.
e. Lampiran I Nama-nama hibrida.
f. Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan.
g. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak.
h. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak.
• Melbourne, July 2011 - XVIII INTERNATIONAL
BOTANICAL CONGRESS
• Rifai (1973) menyatakan bahwa kode tatanama ini
bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam
pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi,
menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang
mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan
atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran
dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan
menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak
perlu.
• - Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
• - Divisi (divisio -phyta)
• - Anak divisi (sub divisio -phytina)
• - Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae)
• - Anak kelas (subclassis –idea)
• - Bangsa (ordo –ales)
• - Anak bangsa (subordo –ineae)
• - Suku (familia –aceae)
• - Anak suku (subfamilia –oideae)
• - Puak (tribus –eae)
• - Anak puak (subtribus –inae)
• - Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya)
• - Anak marga (subgenus)
• - Seksi (sectio)
• - Anak seksi (subsectio)
• - Deret (series)
• - Anak deret (subseries)
• - Jenis (species)
• - Anak jenis (sub species)

More Related Content

What's hot

Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi TumbuhanSejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Agustin Dian Kartikasari
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Jessy Damayanti
 
Kunci determinasi
Kunci determinasiKunci determinasi
Kunci determinasi
Indah Indull
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Jessy Damayanti
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
shafirasalsa11
 
Sistematika dan taksonomi
Sistematika dan taksonomiSistematika dan taksonomi
Sistematika dan taksonomiIma Nurani
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
Septian Muna Barakati
 
Klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupKlasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupAde Suhaya
 
Klasifikasi
KlasifikasiKlasifikasi
Klasifikasi
Brian Abdillah
 
Klasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanKlasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhan
mutii_zhr
 
Klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupKlasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup
rohis
 
Aturan binomial nomenclatur
Aturan binomial nomenclaturAturan binomial nomenclatur
Aturan binomial nomenclatur
dwirohmawati
 
Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhanIdentifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhandenotsudiana
 
Ipa bab 2. klasifikasi benda
Ipa bab 2. klasifikasi bendaIpa bab 2. klasifikasi benda
Ipa bab 2. klasifikasi benda
Nispi Hariyani
 
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanKe 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanMuhammad Abduh
 
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk HidupKeanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Bab 10. dunia hewan (1)
Bab 10. dunia hewan (1)Bab 10. dunia hewan (1)
Bab 10. dunia hewan (1)
RAHIMASALSABILA2021
 
Klasifikasi
KlasifikasiKlasifikasi
Klasifikasi
Diniarti Prayuni
 

What's hot (20)

Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi TumbuhanSejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
 
Kunci determinasi
Kunci determinasiKunci determinasi
Kunci determinasi
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
 
Sistematika dan taksonomi
Sistematika dan taksonomiSistematika dan taksonomi
Sistematika dan taksonomi
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 
Klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupKlasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup
 
Klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupKlasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup
 
Klasifikasi
KlasifikasiKlasifikasi
Klasifikasi
 
Klasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanKlasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhan
 
Klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupKlasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup
 
Aturan binomial nomenclatur
Aturan binomial nomenclaturAturan binomial nomenclatur
Aturan binomial nomenclatur
 
Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhanIdentifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan
 
Ipa bab 2. klasifikasi benda
Ipa bab 2. klasifikasi bendaIpa bab 2. klasifikasi benda
Ipa bab 2. klasifikasi benda
 
Equisetinae
EquisetinaeEquisetinae
Equisetinae
 
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanKe 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
 
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk HidupKeanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
 
Bab 10. dunia hewan (1)
Bab 10. dunia hewan (1)Bab 10. dunia hewan (1)
Bab 10. dunia hewan (1)
 
Klasifikasi
KlasifikasiKlasifikasi
Klasifikasi
 

Similar to 03 tata-nama-taksonomi-tumbuhan-tinggi

klasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdf
klasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdfklasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdf
klasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdf
Dickyy2
 
2. Tata Nama.pdf
2. Tata Nama.pdf2. Tata Nama.pdf
2. Tata Nama.pdf
StefanusReynaldiRume
 
HIRARKI TAKSONOMI.pptx
HIRARKI TAKSONOMI.pptxHIRARKI TAKSONOMI.pptx
HIRARKI TAKSONOMI.pptx
DidikWahyudi30
 
Pertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptx
Pertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptxPertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptx
Pertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptx
SamsuarPendidikanBio
 
PPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.pptPPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.ppt
yoin3
 
5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf
5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf
5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf
Aisyahnurjannah4
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
krisnasuryanti
 
Lks klasifikasi tumbuhan
Lks klasifikasi tumbuhanLks klasifikasi tumbuhan
Lks klasifikasi tumbuhan
Yuningsih Yuningsih
 
Xavi bab iii keanekaragaman
Xavi bab iii keanekaragamanXavi bab iii keanekaragaman
Xavi bab iii keanekaragaman
dhy-at
 
RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)
RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)
RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)
Desty Erni
 
Botani pendahuluan 2016 ubp
Botani pendahuluan 2016 ubpBotani pendahuluan 2016 ubp
Botani pendahuluan 2016 ubp
Dokter Tekno
 
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMP
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMPKeanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMP
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMP
FatharaniPutriAdrian
 
klasifikasi makhluk hidup
klasifikasi makhluk hidupklasifikasi makhluk hidup
klasifikasi makhluk hidup
TiaInsanNurfadillah1
 
Klasifikasi mahluk hidup
Klasifikasi mahluk hidupKlasifikasi mahluk hidup
Klasifikasi mahluk hidup
Irma Suryani
 
Makalah klasifikasi makhluk hidup
Makalah klasifikasi makhluk hidupMakalah klasifikasi makhluk hidup
Makalah klasifikasi makhluk hidup
Septian Muna Barakati
 
Botani pertemuan ke 3 kirim revisi
Botani pertemuan ke 3 kirim revisiBotani pertemuan ke 3 kirim revisi
Botani pertemuan ke 3 kirim revisi
Dokter Tekno
 
004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-
004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-
004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-
IrmaKusumastuti
 
2. klasifikasi mahluk hidup
2. klasifikasi mahluk hidup2. klasifikasi mahluk hidup
2. klasifikasi mahluk hidupBayu Aji D
 
Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7
Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7
Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7
mirna526762
 

Similar to 03 tata-nama-taksonomi-tumbuhan-tinggi (20)

klasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdf
klasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdfklasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdf
klasifikasi makhluk hidup biologiXA.pdf
 
2. Tata Nama.pdf
2. Tata Nama.pdf2. Tata Nama.pdf
2. Tata Nama.pdf
 
HIRARKI TAKSONOMI.pptx
HIRARKI TAKSONOMI.pptxHIRARKI TAKSONOMI.pptx
HIRARKI TAKSONOMI.pptx
 
Pertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptx
Pertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptxPertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptx
Pertemuan 2 (Pengenalan Spermatophyta).pptx
 
PPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.pptPPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Botani-Farmasi-Pertemuan-12.ppt
 
5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf
5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf
5.Identifikasi Tumbuhan-dikonversi-dikompresi.pdf
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 
Lks klasifikasi tumbuhan
Lks klasifikasi tumbuhanLks klasifikasi tumbuhan
Lks klasifikasi tumbuhan
 
Xavi bab iii keanekaragaman
Xavi bab iii keanekaragamanXavi bab iii keanekaragaman
Xavi bab iii keanekaragaman
 
RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)
RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)
RPP IPA kelas VII Klasifikasi Makhluk Hidup pertemuan I (kurikulum 2013)
 
Botani pendahuluan 2016 ubp
Botani pendahuluan 2016 ubpBotani pendahuluan 2016 ubp
Botani pendahuluan 2016 ubp
 
Klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidupKlasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup
 
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMP
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMPKeanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMP
Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup / Kelas 7 SMP
 
klasifikasi makhluk hidup
klasifikasi makhluk hidupklasifikasi makhluk hidup
klasifikasi makhluk hidup
 
Klasifikasi mahluk hidup
Klasifikasi mahluk hidupKlasifikasi mahluk hidup
Klasifikasi mahluk hidup
 
Makalah klasifikasi makhluk hidup
Makalah klasifikasi makhluk hidupMakalah klasifikasi makhluk hidup
Makalah klasifikasi makhluk hidup
 
Botani pertemuan ke 3 kirim revisi
Botani pertemuan ke 3 kirim revisiBotani pertemuan ke 3 kirim revisi
Botani pertemuan ke 3 kirim revisi
 
004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-
004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-
004 BINOMIAL NOMENKLATUR.ppt ——————————-
 
2. klasifikasi mahluk hidup
2. klasifikasi mahluk hidup2. klasifikasi mahluk hidup
2. klasifikasi mahluk hidup
 
Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7
Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7
Ppt tentang klasifikasi makhluk hidup kelas 7
 

Recently uploaded

Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 

Recently uploaded (19)

Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 

03 tata-nama-taksonomi-tumbuhan-tinggi

  • 1. TATA NAMA TUMBUHAN (Plant Nomenclature) Dosen : Sartini
  • 2. TATA NAMA TUMBUHAN Sub Pokok Bahasan • Sejarah tata nama tumbuhan • Pengertian tata nama • Manfaat nama ilmiah • Prinsip-prinsip dan aturan dalam tatanama tumbuhan
  • 3. Sejarah Tata Nama Tumbuhan • Masalah : Identitas objek - permasalahan pedagang sayur - permasalahan ahli farmasi - permasalahan taksonom Solusi ???? Membandingkan dengan objek yg sudah diketahui sebelumnya, apakah memang tergolong objek yang sudah diketahui atau apakah memang objek baru? ---- determinasi (membandingkan) --- akhirnya akan mendapatkan sebuah nama untuk objek tersebut Tujuan ?? Tepat sasaran objek yang dimaksud
  • 4. Jalan Penderterminasian Objek • Ingatan kita sendiri – pengalaman • Bantuan orang lain – membayar jasa • Spesimen acuan – koleksi hidup di kebun raya, koleksi mati di herbarium dan museum • Pustaka – pencocokan gambar dan tulisan – butuh waktu lama memperlajarinya • Komputer – software pencarian objek menggunakan ciri-ciri/ karakter objek – dalam bentuk kunci determinasi interaktif – memungkinkan langsung menunjukkan penemuan baru –” Selamat, anda menemukan marga/genus baru !” ---- butuh ahli pemograman dan data objek yang lengkap • Penyepadanan –tidak semua objek bisa determinasi dgn kunci baku, karena variasi yang melekat pada individu tidak berpola sama/ tidak beraturan. Pada bakteri dan protozoa –menggunakan uji biokimia, pada bidang patologi penyepadanan alogaritma patogenitas objek
  • 5. Alasan munculnya nama ilmiah: A. Beranekaragamnya nama daerah--tidak ada kemungkinan nama daerah tsb diberlakukan sebagai nama internasional B. Banyaknya nama yang sinonim (1 tumbuhan sama memiliki >1 nama) C. Banyaknya nama homonim (>1Tumbuhan memiliki 1 nama sama) D. Sukarnya diterima oleh dunia internasional jika salah satu bahasa bangsa-bangsa yang dipakai sehari-hari dipilih sebagai bahasa untuk nama ilmiah
  • 6.
  • 7. Sejarah Tata Nama Tumbuhan • Sebelum abad ke 16 -- belum terdapat peraturan dalam memberikan nama kepada tumbuhan • Karena tidak ada peraturan yang mengikat, masing-masing ahli bebas dalam memberikan nama • Nama tumbuhan disusun atas tiga atau lebih kata yang disebut dengan polinomial. --- sistem tidak bekerja dengan baik susah dalam pelaksanaan, sulit dikembangkan, tidak jelas apakah mengacu pada takson tingkat jenis atau marga, atau takson yang lebih tinggi. Contoh polinomial : Hibiscus inermis foliis serratis inferioribus obovatis integris superioribus trilobis Yang artinya: “Hibiscus yang tidak berduri dengan daun bergerigi , bagian bawahnya rata membundar telur sungsang, bagian atasnya bercuping tiga”
  • 8. • Charles L. Escluse (1526-1609) dan Gaspar Bauhin (1560-1624),mulai menggunakan binomial untuk nama tumbuhan – belum teratur dan konsisten • Tahun 1753, Linnaeus dalam bukunya Species Plantarum mengenalkan sistem binomial • Contoh binomial : Hibiscus tiliaceus – waru Hibiscus sabdarifa – rosella Linnaeus membaptis rosella berkerabat dengan waru
  • 9. Silahkan dibaca dengan suara lantang... • Sambucus caule arboreo ramoso floribus umbellatis • Voandzeia subterranea Mana yang lebih mudah dilafazkan???? Kacang Bogor Sambucus dengan batang berkayu dan bercabang- cabang serta bunga bentuk payung
  • 10. Diadakan kongres international botani KITT (Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan) memuat bagian-bagian penting berikut : a. Mukadimah b. Bagian I Asas-asas c. Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi. d. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode. e. Lampiran I Nama-nama hibrida. f. Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan. g. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak. h. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak Sejak kapan dan dimana saja diadakan kongres???
  • 12.
  • 13. • Rifai (1973) menyatakan bahwa kode tatanama bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu.
  • 14. PRINSIP DAN PERATURAN TATANAMA TUMBUHAN 1. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang sama yang diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada hewan. 2. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan menggunakan tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus adalah jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan seterusnya. 3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi, dan nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada publikasi berikutnya. 4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa membuat satu nama yang benar. 5. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin. 6. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil. 7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alasan tidak disukai atau karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya.
  • 15. KOMPOSISI NAMA ILMIAH • Nama ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal : 1. Genus 2. Spesies epithet (penunjuk jenis) 3. Author • Contoh : - Pteris vittata L. - Oryza sativa L.
  • 16. Aturan nama Genus • Nama-nama genera • Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau dilatinkan dengan inisial huruf besar • Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh disingkat, contoh: Quercus alba → Q. alba, Q. rubra • Tidak boleh terlalu panjang • Tidak boleh menggunakan nama yang sama dengan jenisnya Contoh: Salacca zalacca→ tidak dianjurkan
  • 17. Penunjuk Jenis • Biasanya berupa kata sifat, akhirannya disesuaikan dengan nama marga. Contoh: Syzygium aromaticum • Dalam bahasa Latin atau dilatinkan • Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang, nama tempat, nama umum, dll.) • Tidak boleh terlalu panjang • Tidak boleh mengulang nama marga • Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri dari 2 suku kata harus diberi tanda sambung. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis Ipomea pes-capre Aturan nama penunjuk jenis
  • 18. Author • Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudahkan penelitian tentang keabsahan nama. Contoh : Daucus carota L. (L.→ Linnaeus) Vernonia acaulis (Walter) Gleason Aturan nama Author
  • 19.
  • 20. TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN • PUBLIKASI TERLAKSANA Pasal 29: dianggap terlaksana. a.berupa barang cetakan b.disebarkan secara luas sejak 1 Januari 1953 penerbitan dalam katalog perdagangan/ surat kabar/majalah tidak ilmiah dianggap tidak terlaksana Pasal 30: tanggal terlaksana ADALAH tanggal mulai diperolehnya bahan cetakan
  • 21. TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN • PUBLIKASI BERLAKU: Pasal 32: a. Penerbitan terlaksana; b. Disertai diagnosa atau pertelaan (deskripsi) yang membedakan antara takson tsb dengan kerabatnya Pasal 36: mulai 1 Januari 1935 (1 Januari 1958 untuk alga) pertelaan menggunakan bahasa latin Pasal 37: mulai 1 Januari 1958 penerbitan nama takson dianggap berlaku jika tipe tatanama ditunjukkan
  • 22. TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN • NAMA SYAH: a. Penerbitan berlaku b. Nama tidak homonim (Pasal 64) c.Nama tidak berlebih-lebihan (Pasal 63) – contoh homonim: Lansium pedicellatum Kosterm.(1965) homonim dari Lansium pedicellatum Hiern.(1875), kedua jenis tsb dipindah ke marga Aglaia. Aglaia stenisii Kosterm. Aglaia pedicellata (Hiern) Kosterm. • NAMA TEPAT: a.Nama syah ; b. Prioritas publikasi yang lain sinonim
  • 23.
  • 24.
  • 25. TIPE TATANAMA TUMBUHAN 1. Holotipe (= holotypus), ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali mengusulkan nama jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang bersangkutan dengannya dapat dipastikan secara otomatis. Kalau Pengarang yang mempertelakan suatu takson tidak menentukan holotipe, atau kalau holotipe hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat ditunjuk untuk menggantikannya. 2. Tipe pengganti (= Lectotype), ialah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen- spesimen asli (isotope atau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe tidak ditentukan atau holotipe hilang atau hancur. 3. Isotipe (= Isotype), ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang dikumpulkan dalam waktu yang sama) dari holotipe. 4. Sintipe (= Syntypus), ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu daripada beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe. 5. Tipe baru (= Neotypus), ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya isotope atau sintipe.
  • 27. - Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile) - Divisi (divisio -phyta) - Anak divisi (sub divisio -phytina) - Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga – phyceae) - Anak kelas (subclassis –idea) - Bangsa (ordo –ales) - Anak bangsa (subordo –ineae) - Suku (familia –aceae) - Anak suku (subfamilia –oideae) - Puak (tribus –eae) - Anak puak (subtribus –inae) - Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya) - Anak marga (subgenus) - Seksi (sectio) - Anak seksi (subsectio) - Deret (series) - Anak deret (subseries) - Jenis (species) - Anak jenis (sub species)
  • 28. Syarat nama marga: 1. Kata benda tunggal 2. Perkataan lain sebagai kata benda 3. Berasal dari kata mana saja 4. Disusun sekehendak pengarang 5. Tidak boleh sama dengan istilah morfologi, contoh Spina, dan Folium 6. Tidak boleh terdiri dari dua patah kata, contoh Uva-ursi 7. Kata yang pada waktu terbit tidak dimaksudkan sebagai nama, contoh Anonymous Walters Contoh nama marga yang benar: Nypadari kata Nipah Durio dari kata Durian Rumphia untuk menghormati G.E. Rumphius
  • 29. Syarat nama jenis 1. Kombinasi nama marga diikuti satu penunjuk jenis 2. Penunjuk jenis lebih dari satu kata harus dipakai tanda sempang, contoh: rosa-sinensis 3. Asal kata dari mana saja 4. Disusun dengan cara apa saja 5. Jika kata sifat dan tidak dipakai sebagai kata benda, deklinasinya harus disesuaikan dengan nama marganya contoh: Sesbania javanica, Polygonum javanicum 6. Tidak boleh sama dengan nama marganya dengan atau tanpa keterangan, contoh: Linaria linaria Nasturtium nasturtium-aquaticum
  • 30. Nama-nama Tumbuhan Budidaya • Pasal 28. Tumbuhan-tumbuhan yang dijinakan dari alam memakai nama seperti tumbuhan liarnya. Contoh: Hevea brasiliensis Aleurites moluccana Variasi takson di bawah tingkat jenis yang nyata bedanya dengan penunjuk-penunjuk jenis atau varietas dapat diberi penunjuk kultivar. Contoh: Oryza sativa ”Si Gadis‟ Hevea brasiliensis ”Harapan‟
  • 31. Tatanama Hibrid • Tatanama Hibrid biasanya didisain dengan rumus yang menunjukkan kodrat hibrid dan tetuanya. Nama hibrid interspesifik ditulis dalam dua cara: 1.Nama kedua tetua dihubungkan dengan tanda kali (x), contoh: Verbascum lychnites x V. nigrum 2.Dengan memberi epitet baru untuk hybrid. Nama marga dan epitet dihubungkan dengan tanda kali (x), contoh: Salix x capreola Nama intergenerik hybrid dibingkai oleh suatu kombinasi dari kedua nama marga didahului tanda kali (x). contoh: Triticum x Secale = x Triticale Agrostis x Polypogon= x Agropogon Agropyron x Hordeum= x Agrohordeum
  • 33. • Kode Paris,1867 Kongres Botani Internasional pertama, diadakan di Paris oleh Alphonse de candolle. Ahli tumbuhan dari banyak negara berkumpul dan mengesahkan seperangkat peraturan tentang tata nama tumbuhan dan disebut buku peraturan internasional tata nama tumbuhan atau Laus of Botanical nomenclature. • Kode Rochester,1892 Kongres dilaksanakan karena kode Paris banyak kelemahan. Dipimpin N. L. Briton dari New York Botanical garden. Diperoleh peraturan-peraturan kode tata nama tumbuhan yang menurut mereka mempunyai dasar yang lebih objektif dibandingkan dengan kode Paris. • Konvensi Paris tahun 1900 Dalam kongres ini diputuskan untuk menggunakan waktu lima tahun sebelum diadakan kongres selanjutnya • Kode Wina, 1905 Kongres botani Internasional yang ketiga, memberikan perhatian yang besar kepada persoalan tata nama tumbuhan dan menangani semua persoalan yang muncul dalam kode tata nama tumbuhan.
  • 34. • Kode Amerika, 1907 Kode ini lahir berdasarkan atas kode Rochester yang telah diperbaiki. • Brussel tahun 1910 tidak membawa perubahan yang berarti dalam kode tata nama tumbuhan. Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1930 sebab selama berkecamuknya perang dunia 1 sampai sekitar 10 tahun kemudian tidak ada kegiatan yang bersifat internasional dalam bidang ilmu tumbuhan. KITT (Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan) • Dalam bentuknya sebagai hasil Muktamar Sidney tahun 1981, Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan yang diterbitkan dalam tiga bahasa: Inggris, perancis, Jerman pada tahun 1983 memuat bagian-bagian penting berikut : a. Mukadimah b. Bagian I Asas-asas c. Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi. d. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode. e. Lampiran I Nama-nama hibrida. f. Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan. g. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak. h. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak.
  • 35. • Melbourne, July 2011 - XVIII INTERNATIONAL BOTANICAL CONGRESS • Rifai (1973) menyatakan bahwa kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu.
  • 36. • - Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile) • - Divisi (divisio -phyta) • - Anak divisi (sub divisio -phytina) • - Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae) • - Anak kelas (subclassis –idea) • - Bangsa (ordo –ales) • - Anak bangsa (subordo –ineae) • - Suku (familia –aceae) • - Anak suku (subfamilia –oideae) • - Puak (tribus –eae) • - Anak puak (subtribus –inae) • - Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya) • - Anak marga (subgenus) • - Seksi (sectio) • - Anak seksi (subsectio) • - Deret (series) • - Anak deret (subseries) • - Jenis (species) • - Anak jenis (sub species)