2. PEMIKIRAN ARISTOTELES TENTANG
FILSAFAT
Pemikiran kefilsafatan memiliki cirri-ciri khas
(karateristik) tertentu, sebagian besar filosof
berbeda pendapat mengenai karateristik
pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan
pendapat tersebut dipahami secara teliti dan
mendalam, maka karateristik pemikiran
kefilsafatan tersebut terdiri dari berikut salah
satunya
3. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas,
pemikiran yang meliputi beberapa sudut
pandang. Pemikiran kefilsafatan meliputi
beberapa cabang ilmu, dan pemikiran
semacam ini ingin mengetahui hubungan
antara cabang ilmu yang satu dengan yang
lainnya
4. Beberapa diantaranya Pembagian
filsafat menurut Aristoteles
1. Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran.
2. Filosofia teoritika yang diperinci atas
a. Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya)
b. Matematika yaitu tentang barang menurut kuantitasnya.
c. Metafisika yaitu tentang ada.
3. Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat)
a. Etika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup perorangan.
b. Ekonomi yaitu tentang kesusilaan dalam kekeluargaan.
c. Politika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan.
5. • 4. Filosofia poetika/aktiva (pencipta)
Fisafat kesenian.
B. Warisan
Biasanya karya Aristoteles dibagi atas empat golongan:
1. Logika : biasanya disebut organon (alat) membentangkan tentang pengertian, putusan,
syllogismus, bukti dan lain-lainnya.
2. Fisika : tentang alam, langit, bintang, hewan, jiwa dan lain-lainnya.
3. Metafisika : buku-buku yang terutama tentang filsafat.
4. Pengetahuan praktis : Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea, kedua-keduanya tentang tingkah
laku.
C. Logika
Biji ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan ajaran tentang jalan pikiran (ratiocinium) dan
bukti. Jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus, yaitu putusan dua yang tersusun demikian rupa
sehingga melahirkan putusan yang ketiga.
6. Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran
dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya.
Dengan itu, Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi
perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga.
Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari
realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan
sebagai organon (“alat”) untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam,
untuk selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles
mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran
banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika.
Masing-masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan
tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing.