1. Pembahasan
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer,
digunakan larutan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga
pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun
reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang
berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa
berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen
karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai
akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH.
Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme
(serangga) yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu
dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini
diambil tiap 2 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh larutan eosin bergerak. Pada hitungan
kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya
untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor tidaknya alat. Pada
percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala ditutup rapat menggunakan plastisin.
Tujuan pemberian plastisin atau vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala
licin serta udara tidak dapat keluar masuk.
Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang
sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan
ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air
cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya
meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup,
maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.) Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2.) Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin
sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian
memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
2. 3.) Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi
karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara.
4.) Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2
dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk
ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak
membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma,
yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk
ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh
besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-
otot tubuh yang bergerak secara terat
5.) Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus. Karena setiap makhluk
hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Semakin berat serangga semakin
cepat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan
serangga maka semakin lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin
berat tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin cepat
pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin lambat respirasinya.
Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih banyak membutuhkan oksigen
sehingga akan bernafas cepat.
Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh belalang atau jangkrik
mempengaruhi laju pernapasan. Semakin besar ukuran dan berat tubuh maka semakin
cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada belalang
yang ukurannya lebih besar dan lebih berat daripada jangkrik, memberikan hasil yang tidak
sebagaimana mestinya. Karena pada belalang yang berukuran lebih besar daripada jangkrik
melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga
membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari
serangga juga memengaruhi laju pernapasan. Akan tetapi, hasil praktikum menunjukkan bahwa
belalang yang berukuran lebih besar pernafasannya lebih lambat daripada jangkrik. Seharusnya
semakin berat/ besar ukuran serangga, oksigen yang butuhkan akan semakin banyak karena
untuk melakukan aktifitas yang banyak bergerak sehingga laju respirasinya akan lebih cepat.
3. Makalah Sistem Koloid
A. Sistem Koloid
1. Pengertian Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas
yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat
tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam
keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju,
nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah
pertanian juga merupakan sistem koloid. Karena sistem koloid sangat berpengaruh
bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita
dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Tabel perbandingan sifat larutan sejati, koloid, dan suspensi
Larutan Sejati(Dispersi molekuler): Diameter partikel <10-7 cm,Homogen dan
transparan,Dispersan tidak tampak di bawah
ultra,Tak dapat disaring dan Contoh: air gula,
alkohol dalam air.
Koloid:Diameter partikel:10-7 - 10-5 cm,Dispersan tampak dibawah ultra,Tidak
dapat
menembus membran semipermiabel mikroskop,dapat disaring dengan kertas saring
ultra,dan Contoh: susu.
Suspensi: Diameter partikel >10-5 cm,Campuran heterogen,Jika dibiarkan agak
lama,
dispersan akan mengendap, Tidak dapat menembus membran semipermiabel,Dapat
disaring dengan kertas saring ultra.
4. 2. Koloid dalam kehidupan sehari-hari
Berberapa contoh larutan, koloid, dan suspensi
• contoh larutan : larutan gula, garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka,
air laut,udara yang bersih
• contoh koloid : buih, susu, santan, selai, jeli, mentega, mayonaise, cat
• contoh suspensi : air sungai yang keruh, campuran air-pasir
• Fakta : air sungai = setelah disaring masih mengandung zat terlarut dan
partikel koloid
3. Jenis-jenis koloid
•Penggolongan koloid didasarkan atas fase terdispersi dan medium pendispersinya
•Untuk fase terdispersi padat : sol (sol padat, sol cair, sol gas). Pengertian
secara umum : sol padat = sol, sol gas = aerosol
•Untuk fase terdispersi cair : emulsi (emulsi padat, emulsi cair, emulsi gas).
Pengertian secara umum : emulsi cair = emulsi, emulsi
gas = aerosol cair / aerosol
•Untuk fase terdispersi gas : buih (buih padat dan buih cari). Buih gas (tidak ada)
= larutan, bukan koloid
4. Jenis-jenis koloid
Fase Terdipersi Medium Pendispersi Jenis
(Nama Koloid) Contoh
Padat
Cair
Gas
Padat Sol padat
Emulsi padat
Busa padat Mutiara, kaca warna
Keju, mentega
Batu apung, kerupuk
Padat
5. Cair
Gas
Cair Sol, gel
Emulasi
Busa Pati dalam air, cat, jeli
Susu, mayones, santan
Krim, pasta
Padat
Cair
Gas Aerosol padat
Aerosol cair Debu, asap
Awan, kabut
• Koloid yang setengah kaku, antara padat dan cair disebut gel
• Dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorbsi medium
pendispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat
• Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel silika
4. Penggunaan koloid
• Koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-
zat yang tidak saling melarutkan secara “homogen” dan stabil
• Contoh pemanfaatan sifat ini : cat yang terdiri dari zat warna (pigmen) tak larut
dalam air / medium cat, dengan koloid didapat campuran yang “homoge” dan stabil
• Contoh lain : industri kosmetik, farmasi, makanan, tektil, sabun/detergen
6. B. Sifat – Sifat Koloid
1. Efek Tyndal
• Merupakan efek penghamburan cahaya, sehingga nampak adanya berkas cahaya
bila cahaya dilewatkan ke dalamnya
• Contoh : sorot lampu mobil, lampu proyektor bila ada yang merokok, berkas sinar
matahari melalui celah dedaunan
2. Gerak Brown
• Adalah gerak zig-zag dan terus menerus dari partikel koloid
• Ditemukan pertama kali oleh Robert Brown (ahli biologi dari Inggris)
• Terjadi akibat tumbukan antara partikel-partikel medium dengan partikel koloid.
3. Elektroforesis
• Merupakan gerakan partikel koloid akibat pengaruh medan listrik, yang
menunjukkan bahwa partikel koloid bermuatan listrik
• Partikel koloid bermuatan negatif akan bergerak ke arah anoda (elektrode positif)
• Sebaliknya, partikel koloid bermuatan positif akan bergerak ke arah katode
(elektrode negatif)
4. Adsorbsi
• Adalah kemampuan partikel koloid untuk menyerap ion / partikel lain pada
permukaannya
• Adsorbsi ion menyebabkan partikel koloid bermuatan listrik
a. Sol Fe(OH)3, bermuatan positif akibat adsorbsi ion-ion positif (ion-ion Fe3+)
b. Sol As2S3, bermuatan negatif akibat adsorbsi ion-ion negatif (ion-ion S-)
5. Koloid pelindung
• Merupakan koloid yang dapat berfungsi sebagai pelindung bagi koloid lain
• Koloid liofil bersifat lebih stabil daripada koloid liofob, sehingga koloid liofil
berfungsi sebagai koloid pelindung
• Contoh gelatin pada es krim untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau
gula
6. Dialisis
7. • Merupakan cara pemisahan partikel-partikel koloid dari ion-ion atau molekul
sederhana menggunakan selaput semipermeabel (contoh : kertas selofan, usus
kambing)
• Mesin dialisis dapat digunakan untuk alat cuci darah
7. Koloid liofil dan liofob
• Dibedakan berdasarkan afinitas (daya tarik-menarik) antara fasa terdispersi dan
medium pendispersinya
• Pada koloid liofil, fasa terdispersi mempunyai kecenderungan untuk menarik
medium pendispersinya
• Pada koloid liofil, fasa terdispersi mempunyai kecenderungan kecil untuk menarik
(atau bahkan menolak) medium pendispersinya
Perbedaan sifat-sifat sol liofil dan sol liofob:
8. Koagulasi
• Merupakan peristiwa peristiwa peng-gumpalan akibat bergabungnya partikel-
partikel koloid membentuk partikel yang lebih besar
• Dapat terjadi jika muatan partikel koloid dilucuti atau penambahan suatu
elektrolit, sehingga muatannya ternetralkan yang berakibat hilangnya kestabilan
koloid
• Hilangnya kestabilan koloid berbuntut pada terjadinya koagulasi (pengendapan)
8. C. Pembuatan Koloid
Cara Dispersi Cara Kondensasi
Mengubah partikel besar menjadi kecil Mengubah partikerl larutan menjadi partikel
koloid
1. Secara Mekanik 1. Secara Kimia
• Hidrolisis FeCl3(aq) + 3 H2O(l) à Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
• Redoks 2 H2S(g) + SO2(aq) à 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
• Agregasi Ionik 2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) à As2S3(koloid) + 6 H2O(l)
2. Peptisasi (penambahan ion sejenis), pembentukan sol Al(OH)3 2. Mencampurkan
dua jenis larutan
3. Proses Bredig: Pembuatan sol logam dengan loncatan bunga listrik
D. Pengelompokan Sistem Koloid
No Fase Terdispersi Medium Pendispersi Nama Contoh
1 Cair Gas Aerosol Cair Kabut
2 Padat Gas Aerrosol Padat asap, debu
3 Gas Cair Buih Busa sabun
4 Cair Cair Emulsi Susu,santan
5 Padat Cair Sol=suspensi Cat, larutan kanji
6 Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
7 Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara
8 Padat Padat Sol padat Paduan logam, permata
9. E. Pemisahan Koloid
1) Elektroforensis: pemisahan koloid bermuatan oleh pengaruh medan listrik.
Contoh: emisahan protein, penangkapan debu pada cerobong
asap, penentuan muatan koloid.
2) Penyaringan Ultra: memisahankan koloid melewati membran, berdasar perbadaan
tekanan osmosis.
3) Dialisis: memisahkan koloid melewati membran berdasar perbedaan laju transpor
partikel.
F. Macam – Macam Koloid
1. Aerosol: Suatu sistem koloid jika padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: debu, kabut dan awan
2. Sol: Suatu sistem koloid jika partikel padat terdipersi dalam zat cair
3. Emulsi: Suatu sistem koloid jika partikel cair terdispersi dalam zat cair
4. Emulgator: Zat yang dapat menstabillkan emulsi
• Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak.
• Kasein adalah emulgator lemak dalam air.
5. Gel: Adalah koloid liofil setengah kaku.
Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbsi oleh partikel koloid sehingga terjadi
koloid
yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan
tapi
jika dingin membentuk gel kaku. Jika dipanaskan cair lagi.