SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID "Manfaat Koloid Dalam Industri dan Penerapan
Konsep Sistem Koloid Lalam Dunia Industri"

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul ― Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam
dan Manfaat Koloid Dalam Dunia Industri‖ tepat pada waktunya.

Dunia Industri

Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang

kepada

pihak-pihak

yang

telah

membantu

keberhasilan

jalannya

tulisan

ini.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetauan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat meperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki
sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 30
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga, tidak
mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal ini dapat
dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang industri dewasa ini. Perkembangan
industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti sumber daya alam
(S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (I P T E K). Dengan
perpaduan ketiga faktor di atas yang bekerja secara sinergis dan continue, maka akan dapat
menciptakan suatu kemajuan yang tentunya akan berimbas pada tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu pengetahuan.
Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini, salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang ilmu kimia yang diaplikasikan dalam
industri cat adalah penerapan konsep sistem koloid. Dimana, dalam cat ini ada 2 (dua) fase zat yang
bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak dapat diamati dengan mata telanjang,
melainkan harus menggunakan suatu alat bantu yang berupa mikroskop ultra[1]. Dalam hal ini, fase
zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai medium pendispersinya. Pada pencampuran
dua zat yang berbeda fase ini tidak terjadi pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat
tepat digunakan dalam industri cat.
Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya sebatas zat
padat yang terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai jenis sistem koloid
telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah berbagai produk industri yang bisa
dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem koloid sangat berguna
bagi

kehidupan

manusia.

Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang tidak dapat larut dalam suatu
pelarut. Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat larut) diterapkanlah konsep
sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown. Sifat inilah yang menyebabkan
suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil. Karena partikel-partikel bergerak terus-menerus, maka
partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi
(pengendapan). Sehingga, pembelajaran dan pemahaman mengenai berbagai jenis sistem koloid,
khususnya yang diaplikasikan dalam dunia industri sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan
dunia perindustrian.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1.

Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?

2.

Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?

3.

Bagaimana penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri?

4.

Apakah Manfaat koloid dalam industri?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya sehingga dapat
diterapkan dalam dunia industri.
 Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan masing-masing jenis
sistem koloid tersebut dengan tepat.
BAB II
LANDASAN

2.1 Pengertian Sistem Koloid
Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861. Istilah
koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang berarti seperti. Secara
harfiah, koloid dapat diartikan seoerti lem. Karena, koloid diibaratkan seperti lem dalam hal
kemampuan difusinya.Nilai difusi koloid sama rendahnya dengan lem. .
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen
terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen
menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap
bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri
adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan
minyak,

kemudian

pasir

dan

semen.

Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih
terdapat

banyak

sistem

koloid

yang

lain,

seperti

mayones,

hairspray,

jelly,

dll.

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan
fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent.
Contohnya

larutan

gula

atau

larutan

garam.

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh
gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun, untuk membuktikan apakah
suatu campuran itu dapat digolongkan koloid atau bukan, maka diperlukan suatu alat bantu, yaitu
mikroskop ultra karena ukuran Berdasarkan tabel di atas, koloid terdiri dari dua fase zat. Salah satu
zat bersifat continue dan yang lain bersifat discontinue (terputus-putus). Selanjutnya, fase continue
disebut sebagai medium dispersi dan zat yang berfase discontinue disebut sebagai zat terdispersi.
2.2 Sifat-sifat Koloid
Berikut ini merupakan sifat-sifat dari koloid antara lain sebagai berikut :
1. Efek Tyndall

2. Gerak Brown
3. Elektroforesis

4. Absorpsi

5. Koagulasi

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

7. Dialisis
8. Koloid Pelindung
2.3 Cara pembuatan Koloid
1.

Cara Kondensasi
 Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.
2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3
dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirnya gas
H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)



Hidrolisis
Hidrolisis

adalah

reaksi

suatu

zat

dengan

air.

Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau
reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
 Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3
dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
 Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa
gel.
Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang
semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
o untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol
dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh.
Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air
sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan
kelarutan belerang dalam air.
o Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam
air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan
terbentuklah koloid kalsium asetat.
2.

Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
Cara Dispersi
Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:

 Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat
inert

(seperti

gula

pasir),

kemudian

mencampur

serbuk

halus

itu

dengan

air.
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk
dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut
penggilingan
-

industri

koloid,
makanan

yang

untuk

membuat

biasa
jus

digunakan

buah,

selai,

krim,

dalam:
es

krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
-

Industri

kimia

-

Industri-industri

untuk
lainnya

membuat
seperti

pelumas

industri

padat,

plastik,

cat

farmasi,

dan
tekstil,

zat

pewarna.

dan

kertas.

Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan
dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid
yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat system koloid.
Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol
belerang.
 Cara Busur Bredik
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan
koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi
loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air,
lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur
ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai
elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik.
Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena
logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai
metode dispersi.
 Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein
(polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan /
proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut
dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit
FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya;
gelatin dalam air.
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid dengan penambahan zat
pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau
pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3
(mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+
tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk
partikel-partikel koloid.
Beberapa contoh lain :
- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
-

Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

-

Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3

2.4 Jenis jenis koloid
Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, zat cair, atau zat gas ke dalam zat
pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak disebut koloid
karena

selalu

bersifat

homogen

(menghasilkan

larutan,

bukan

koloid).

Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
1)

Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat. Koloid sol ada tiga
jenis,

yaitu:

a.

Sol

padat

(padat-padat)

Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi padat.
Contoh

sol

padat

b.

adalah

logam

Sol

paduan,

kaca

berwarna,

cair

intan

hitam,

dan

baja.

(padat-cair

)

Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase
zat

pendispersi

c.

cair.

Contoh:

Sol

cat,

tinta,

dan

gas

kanji.
(padat-gas)

Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi
dalam

zat

fase

gas.

Contoh:

asap

dan

debu.

Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi 2, yaitu sol
liofil
a.

dan

sol
Sol

liofob.
Liofil
ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil
adalah

kanji,

protein,

sabun,

b.

agar-agar,

detergen,

dan

gelatin.

Sol

Liofob

Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul
mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh
sol

hidrofob

adalah

sol

sulfida,

sol

logam,

sol

belerang,

dan

sol

Fe(OH)3.

Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika ditambah sedikit elektrolit.
Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan
koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul-molekul cairan yang
berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari
koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika zat
mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil
bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang brelawanan dengan koloid liofil
sifat

liofob:

1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul
mediumnya.
2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas fase terdispersi terhadap
medium
3
4

Jika

pendispersi
mediumnya

Lebih

air

kental

disebut
daripada

hidrofil

Jika

kecil
mediumnya

mediumnya

Medium

air

disebut

hidrofob

lebih

kental

5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit.
6

Lebih

stabil

Kurang

stabil

7 Reversibel Irreversibel

2)

Koloid

Emulsi

Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair. Koloid emulsi ada
tiga jenis, yaitu:
a.

Emulsi

padat

(cair-padat)

Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair terdispersi dalam fase
zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu - membeku, dingin, es atau gelatus - membeku)
adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat
yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti
fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka
juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, mentega, mutiara, dan,
gel

rambut

Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras dan air. Seblum
dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah dicampur melalui proses memasak,
diperoleh nasi yang merupakan koloid dan fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan
discontinue tersebut, maka fase padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase
discontinue.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan ketika digoyang, tetapi
kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan
mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan
dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan
isolator

panas

b.

yang

sangat

Emulsi

baik.

cair

(cair-cair)

Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan
zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Contohnya

adalah

pada

c.

susu,

minyak

ikan,

Emulsi

dan

santan

Gas

kelapa.
(cair-gas)

Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase cair terdispersi
dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, awan, dan hair spray.
3)

Koloid

Buih

Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid emulsi ada dua
jenis,

yaitu:

a.

Buih

padat

(gas-padat)

Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat pendispersi padat.
Kestabilan

buih

ini

Contoh-contoh

dapat

dari

padat

buih

diperoleh

zat

yang

pembuih

juga

mungkin

(surfaktan).
kita

ketahui:

1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam proses pembuatan roti.
Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi
gelembung-gelembung
2)

Batu

apung

karbondioksida
terbentuk

(CO2)
dari

untuk

proses

membentuk
solidifikasi

buih
gelas

padat.
vulkanik.

3) Busa jok
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1

Penerapan

Konsep

Sistem

Koloid

Dalam

Dunia

Industri

Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya
(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid yang telah
disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam bentuk koloid.
Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa harus koloid?
Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari
zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat,
sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem
koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat
diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto,
bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida,
detergen,

selai,

gel,

perekat,

dan

sejumlah

besar

produk-produk industri

lainnya.

Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai berikut:
1.

Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya
sebagai emulsi.
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama
merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi
(emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obatobatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi.
Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.

2

Industri

tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna
dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada
tekstil.
3

Industri

sabun

dan

deterjen

Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan
air.
4

Cotrell

Pabrik

Industri

Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang
disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas
buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
5

Penjernihan

Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur, dan
berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk
diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara
lengkap.
6

Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian
larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula
tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
3.2 Manfaat Koloid Dalam Industri
Manfaatnya yaitu :
Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan
smenggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan
dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel
berbahaya.
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam
yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang
runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh
partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat
pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua
tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang
berharga (misalnya debu logam).
Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi
koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar
(polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk
mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari
medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat;
HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet
sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran
yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya
pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud
cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan
amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari
zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari
mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air
permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil
(rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan
atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut

dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah

disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran
menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit
penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus
dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.

Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut!
Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada dasarnya
melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahanlahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas
dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat
yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,
besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk
mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air
berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa
besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, bendabenda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air
tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan
tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan
pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri

Contoh aplikasi

Industri makanan

Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan tubuh

Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat

Cat
Industri kebutuhan rumah tangga

Sabun, deterjen

Industri pertanian

Peptisida dan insektisida

Industri farmasi

Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang
bersifat homogen.
Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:
 Koloid Sol (fase terdispersi padat):
1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.
2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.
 Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):
1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega, mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.
 Koloid buih (fase terdispersi gas):
1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti, Styrofoam, dan busa jok.
2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih telur, Buih hasil akibat pemadam
kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank rim kocok.
 Sistem Koloid digunakan dalam industri:
a. Industri kosmetika
b. Industri tekstil
c. Industri sabun dan deterjen
d. Cotrell Pabrik Industri
e. Penjernihan Air
f. Pemutihan Gula

4.2 Saran
Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat banyak digunakan dalam
industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik, pembuaatan makanan, pembuatan pupuk
dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis mengharapkan agar kita semua untuk mempelajari tentang
koloid supaya wawasan kita semakin bertambah dan mempermudah kita dalam berkehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta: Erlangga
Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta: Erlangga.
Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI Semester Kedua.
Jakarta:

Yudhistira.

Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid11.blogspot.com/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem

koloid.

http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsihttp://tugasgw.wordpress.com/2009/07/24/pembuatan-sistemkoloid/

More Related Content

What's hot

What's hot (19)

Laporan praktikum 6 - persiapan koloid
Laporan praktikum 6 - persiapan koloidLaporan praktikum 6 - persiapan koloid
Laporan praktikum 6 - persiapan koloid
 
Laporan Kimia Koloid
Laporan Kimia KoloidLaporan Kimia Koloid
Laporan Kimia Koloid
 
Laporan praktikum pembuatan koloid
Laporan praktikum pembuatan koloidLaporan praktikum pembuatan koloid
Laporan praktikum pembuatan koloid
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Kimia Sistem Koloid
Kimia Sistem KoloidKimia Sistem Koloid
Kimia Sistem Koloid
 
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
 
Pembuatan koloid
Pembuatan koloidPembuatan koloid
Pembuatan koloid
 
koloid
 koloid koloid
koloid
 
Laporan koloid
Laporan koloidLaporan koloid
Laporan koloid
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Bab iii koloid
Bab iii koloidBab iii koloid
Bab iii koloid
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Laporan Hasil Praktikum Koloid
Laporan Hasil Praktikum KoloidLaporan Hasil Praktikum Koloid
Laporan Hasil Praktikum Koloid
 
SISTEM KOLOID SMA
SISTEM KOLOID SMASISTEM KOLOID SMA
SISTEM KOLOID SMA
 
Koloid dan Efek Tyndall
Koloid dan Efek TyndallKoloid dan Efek Tyndall
Koloid dan Efek Tyndall
 
Deskripsi koloid, suspensi dan larutan sejati
Deskripsi koloid, suspensi dan larutan sejatiDeskripsi koloid, suspensi dan larutan sejati
Deskripsi koloid, suspensi dan larutan sejati
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
 

Viewers also liked

Cuatro libertades de stallman
Cuatro libertades de stallmanCuatro libertades de stallman
Cuatro libertades de stallmannicodiegog
 
October 31 --26. past continuous practice and test
October 31 --26. past continuous practice and testOctober 31 --26. past continuous practice and test
October 31 --26. past continuous practice and testIECP
 
Soal un-matematika-smp-1
Soal un-matematika-smp-1Soal un-matematika-smp-1
Soal un-matematika-smp-1Rizki Gaul
 
NEO2015: Bartec Pixavi
NEO2015: Bartec PixaviNEO2015: Bartec Pixavi
NEO2015: Bartec PixaviIKT-Norge
 
Transform Your Drupal Site from Static to Engaging
Transform Your Drupal Site from Static to EngagingTransform Your Drupal Site from Static to Engaging
Transform Your Drupal Site from Static to EngagingMediacurrent
 
6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine
6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine
6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazineyogisri001
 
Institucion educativa luz haydee guerreo molina
Institucion educativa luz haydee guerreo molinaInstitucion educativa luz haydee guerreo molina
Institucion educativa luz haydee guerreo molinaOlga Lucia Delgado
 
Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015
Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015
Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015Internet Law Center
 
Mass media in education journals presentatn
Mass media in education journals presentatnMass media in education journals presentatn
Mass media in education journals presentatnniyaabel
 

Viewers also liked (19)

Cuatro libertades de stallman
Cuatro libertades de stallmanCuatro libertades de stallman
Cuatro libertades de stallman
 
Bibiografias
BibiografiasBibiografias
Bibiografias
 
Adriana i juanma
Adriana i juanmaAdriana i juanma
Adriana i juanma
 
De planear estratégicamente a ESTRATEGUEAR
De planear estratégicamente a ESTRATEGUEARDe planear estratégicamente a ESTRATEGUEAR
De planear estratégicamente a ESTRATEGUEAR
 
Indyyyyyyyyyyyyyyy
IndyyyyyyyyyyyyyyyIndyyyyyyyyyyyyyyy
Indyyyyyyyyyyyyyyy
 
October 31 --26. past continuous practice and test
October 31 --26. past continuous practice and testOctober 31 --26. past continuous practice and test
October 31 --26. past continuous practice and test
 
Design process 2015
Design process 2015Design process 2015
Design process 2015
 
Soal un-matematika-smp-1
Soal un-matematika-smp-1Soal un-matematika-smp-1
Soal un-matematika-smp-1
 
Artigo6
Artigo6Artigo6
Artigo6
 
NEO2015: Bartec Pixavi
NEO2015: Bartec PixaviNEO2015: Bartec Pixavi
NEO2015: Bartec Pixavi
 
Erik and lledo
Erik and lledoErik and lledo
Erik and lledo
 
Sistem koloid okho
Sistem koloid okhoSistem koloid okho
Sistem koloid okho
 
Transform Your Drupal Site from Static to Engaging
Transform Your Drupal Site from Static to EngagingTransform Your Drupal Site from Static to Engaging
Transform Your Drupal Site from Static to Engaging
 
6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine
6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine
6 Tips for Runners with Asthma | Women's Health Magazine
 
Artigo 9
Artigo 9Artigo 9
Artigo 9
 
Institucion educativa luz haydee guerreo molina
Institucion educativa luz haydee guerreo molinaInstitucion educativa luz haydee guerreo molina
Institucion educativa luz haydee guerreo molina
 
Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015
Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015
Cyber Law and Business Report Year in Review: 2015
 
Mass media in education journals presentatn
Mass media in education journals presentatnMass media in education journals presentatn
Mass media in education journals presentatn
 
Kelompok iii (metabolisme asam basa)
Kelompok iii (metabolisme asam basa)Kelompok iii (metabolisme asam basa)
Kelompok iii (metabolisme asam basa)
 

Similar to Makalah kimia tentang koloid (20)

Makalah koloid
Makalah koloidMakalah koloid
Makalah koloid
 
Makalah koloid
Makalah koloidMakalah koloid
Makalah koloid
 
Makalah koloid
Makalah koloidMakalah koloid
Makalah koloid
 
Makalah kimia
Makalah kimiaMakalah kimia
Makalah kimia
 
Makalah koloid
Makalah koloidMakalah koloid
Makalah koloid
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdfMAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Makalah sistem koloid
Makalah sistem koloidMakalah sistem koloid
Makalah sistem koloid
 
Makalah sistem koloid
Makalah sistem koloidMakalah sistem koloid
Makalah sistem koloid
 
Tugas ulfaaaa
Tugas ulfaaaaTugas ulfaaaa
Tugas ulfaaaa
 
Makalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 rahaMakalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 raha
 
Makalah koloid3
Makalah koloid3Makalah koloid3
Makalah koloid3
 
Makalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 rahaMakalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 raha
 
Makalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 rahaMakalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 raha
 
47013922 makalah-koloid
47013922 makalah-koloid47013922 makalah-koloid
47013922 makalah-koloid
 
Makalah koloid3
Makalah koloid3Makalah koloid3
Makalah koloid3
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Makalah koloid4
Makalah koloid4Makalah koloid4
Makalah koloid4
 
Koloid ummi salamah dan m.rais
Koloid ummi salamah dan m.raisKoloid ummi salamah dan m.rais
Koloid ummi salamah dan m.rais
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Makalah kimia tentang koloid

  • 1. MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID "Manfaat Koloid Dalam Industri dan Penerapan Konsep Sistem Koloid Lalam Dunia Industri" KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul ― Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam dan Manfaat Koloid Dalam Dunia Industri‖ tepat pada waktunya. Dunia Industri Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan jalannya tulisan ini. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetauan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat meperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Bangkinang, 30 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga, tidak mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang industri dewasa ini. Perkembangan industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti sumber daya alam (S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (I P T E K). Dengan perpaduan ketiga faktor di atas yang bekerja secara sinergis dan continue, maka akan dapat menciptakan suatu kemajuan yang tentunya akan berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
  • 2. Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini, salah satu cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang ilmu kimia yang diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan konsep sistem koloid. Dimana, dalam cat ini ada 2 (dua) fase zat yang bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak dapat diamati dengan mata telanjang, melainkan harus menggunakan suatu alat bantu yang berupa mikroskop ultra[1]. Dalam hal ini, fase zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai medium pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini tidak terjadi pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat digunakan dalam industri cat. Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya sebatas zat padat yang terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai jenis sistem koloid telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah berbagai produk industri yang bisa dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia. Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut. Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat larut) diterapkanlah konsep sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown. Sifat inilah yang menyebabkan suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil. Karena partikel-partikel bergerak terus-menerus, maka partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (pengendapan). Sehingga, pembelajaran dan pemahaman mengenai berbagai jenis sistem koloid, khususnya yang diaplikasikan dalam dunia industri sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan dunia perindustrian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan perumusan masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid? 2. Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid? 3. Bagaimana penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri? 4. Apakah Manfaat koloid dalam industri? 1.3 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah:  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.  Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat. BAB II
  • 3. LANDASAN 2.1 Pengertian Sistem Koloid Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861. Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang berarti seperti. Secara harfiah, koloid dapat diartikan seoerti lem. Karena, koloid diibaratkan seperti lem dalam hal kemampuan difusinya.Nilai difusi koloid sama rendahnya dengan lem. . Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll. Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam. Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun, untuk membuktikan apakah suatu campuran itu dapat digolongkan koloid atau bukan, maka diperlukan suatu alat bantu, yaitu mikroskop ultra karena ukuran Berdasarkan tabel di atas, koloid terdiri dari dua fase zat. Salah satu zat bersifat continue dan yang lain bersifat discontinue (terputus-putus). Selanjutnya, fase continue disebut sebagai medium dispersi dan zat yang berfase discontinue disebut sebagai zat terdispersi. 2.2 Sifat-sifat Koloid Berikut ini merupakan sifat-sifat dari koloid antara lain sebagai berikut : 1. Efek Tyndall 2. Gerak Brown
  • 4. 3. Elektroforesis 4. Absorpsi 5. Koagulasi 6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob 7. Dialisis 8. Koloid Pelindung 2.3 Cara pembuatan Koloid 1. Cara Kondensasi  Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2. 2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid) Misalnya: - Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH; 2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq) - Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirnya gas H2S: 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)  Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3. FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya: - Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih; FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq) (Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
  • 5. - Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih; AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)  Dekomposisi Rangkap Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S 2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O Misalnya: - Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang; As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l) (Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-) - Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer; AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)  Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. Penggantian Pelarut Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya; o untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air. o Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat. 2. Cara Dispersi Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig). Cara Dispersi Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:  Cara Mekanik Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
  • 6. Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan - industri koloid, makanan yang untuk membuat biasa jus digunakan buah, selai, krim, dalam: es krim,dsb. - Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb. - Industri kimia - Industri-industri untuk lainnya membuat seperti pelumas industri padat, plastik, cat farmasi, dan tekstil, zat pewarna. dan kertas. Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.  Cara Busur Bredik Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi. Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.  Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin. Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3. Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh:
  • 7. - Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin. - Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3. - Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif - Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air. Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid. Beberapa contoh lain : - Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS - Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl - Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3 2.4 Jenis jenis koloid Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, zat cair, atau zat gas ke dalam zat pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak disebut koloid karena selalu bersifat homogen (menghasilkan larutan, bukan koloid). Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya. 1) Koloid Sol Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat. Koloid sol ada tiga jenis, yaitu: a. Sol padat (padat-padat) Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi padat. Contoh sol padat b. adalah logam Sol paduan, kaca berwarna, cair intan hitam, dan baja. (padat-cair ) Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi c. cair. Contoh: Sol cat, tinta, dan gas kanji. (padat-gas) Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu. Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi 2, yaitu sol liofil a. dan sol Sol liofob. Liofil
  • 8. ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, b. agar-agar, detergen, dan gelatin. Sol Liofob Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3. Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang brelawanan dengan koloid liofil sifat liofob: 1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul mediumnya. 2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas fase terdispersi terhadap medium 3 4 Jika pendispersi mediumnya Lebih air kental disebut daripada hidrofil Jika kecil mediumnya mediumnya Medium air disebut hidrofob lebih kental 5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit. 6 Lebih stabil Kurang stabil 7 Reversibel Irreversibel 2) Koloid Emulsi Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair. Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu: a. Emulsi padat (cair-padat) Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu - membeku, dingin, es atau gelatus - membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, mentega, mutiara, dan, gel rambut Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras dan air. Seblum
  • 9. dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid dan fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue. Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas b. yang sangat Emulsi baik. cair (cair-cair) Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada c. susu, minyak ikan, Emulsi dan santan Gas kelapa. (cair-gas) Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, awan, dan hair spray. 3) Koloid Buih Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid emulsi ada dua jenis, yaitu: a. Buih padat (gas-padat) Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Kestabilan buih ini Contoh-contoh dapat dari padat buih diperoleh zat yang pembuih juga mungkin (surfaktan). kita ketahui: 1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung 2) Batu apung karbondioksida terbentuk (CO2) dari untuk proses membentuk solidifikasi buih gelas padat. vulkanik. 3) Busa jok BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3.1 Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid yang telah disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam bentuk koloid.
  • 10. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa harus koloid? Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya. Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai berikut: 1. Industri kosmetika Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi. Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obatobatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim. 2 Industri tekstil Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil. 3 Industri sabun dan deterjen Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air. 4 Cotrell Pabrik Industri Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik. 5 Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
  • 11. mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap. 6 Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 3.2 Manfaat Koloid Dalam Industri Manfaatnya yaitu : Mengurangi polusi udara Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan smenggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya. Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam). Penggumpalan lateks Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal. Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
  • 12. Penjernihan air Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya. Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut! Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahanlahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak dapat diendapkan dengan cara itu. Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5. Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, bendabenda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut. Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2). Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid: Jenis industri Contoh aplikasi Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun Industri cat Cat
  • 13. Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen Industri pertanian Peptisida dan insektisida Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan: Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen. Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:  Koloid Sol (fase terdispersi padat): 1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja. 2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji. 3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.  Koloid Emulsi (fase terdispersi cair): 1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega, mutiara. 2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan kelapa. 3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.  Koloid buih (fase terdispersi gas): 1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti, Styrofoam, dan busa jok. 2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih telur, Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank rim kocok.  Sistem Koloid digunakan dalam industri: a. Industri kosmetika b. Industri tekstil c. Industri sabun dan deterjen d. Cotrell Pabrik Industri e. Penjernihan Air f. Pemutihan Gula 4.2 Saran Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat banyak digunakan dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik, pembuaatan makanan, pembuatan pupuk dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis mengharapkan agar kita semua untuk mempelajari tentang
  • 14. koloid supaya wawasan kita semakin bertambah dan mempermudah kita dalam berkehidupan. DAFTAR PUSTAKA Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta: Erlangga Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta: Erlangga. Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira. Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid http://sistemkoloid11.blogspot.com/ http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/ http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid. http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007 http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsihttp://tugasgw.wordpress.com/2009/07/24/pembuatan-sistemkoloid/