1. PERKEMBANGAN DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
1. RASAP JASENG
9.
2. NURDIN KOWA
10.
3. NURIATIL JANNAH
11.
4. NURUL F.N.
12.
5. ROSNAWATI
13.
6. ROSTINI
14.
7. PUJI HASTUTI
15.
8. NURNI
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011
2. BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peran perawat sebagaimana kita ketahui adalah salah satunya dokumentasi sebagai
pertanggungjawaban keperawatan. Akan tatapi akhir-akhir ini tanggungjawab perawat
terhadap dokumenasi sudah berubah. Akibatnya, isi dan focus dari dokumentasi telah
dimodifikasi. Oleh karena perubahan tersebut, maka perawat perlu menyusun suatu model
dokumentasi yang baru, lebih efisien, dan lebih bermakna dalam pencatatan dan
penyimpanannya. Komponen yang digunakan mencakup 3 aspek, yaitu : 1). Komunikasi,2).
Proses keperawatan, 3). Standar keperawatan.
Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi,
keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan, dan keterampilan standar . Perawat
perlu memberikan prioritas terhadap keterampilan diatas. Efektifitas dan fisiensi sangat
bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang releva dan akan meningkatkan kualitas
pencatatan keperawatan.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi isu dan trend dalam keperawatan di Indonesia
2. Mengidentifikasi model di Indonesia
3. Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan terhadap perawat di Indonesia
C. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan
medikal bedah di Indonesia
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
3. Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang
berkembang dalam bidang kesehatan
4. Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMPONEN MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi :
1. Komunikasi
Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi dan menerima
pendapat dan pemikiran. Untuk lebih efektif penyaluran ide tersebut, perawat memerlukan
keterampilan dalam menuis. Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk
meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntu untuk dapat mendokumentasikan secara
benar
.Keterampilan
dokumentasi
yang
efektif
memungkinkan
perawat
untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah,
sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
Contoh efektifitas pola penulisan komunikasi
1) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat Sebagai contoh dengan
menuliskan kalimat “ keadaan klien tetap” tanpa menambahkan data pengkajian dan
evaluasi untuk mendukung keadaan tersebut pada lembar observasi , rencana tindakan
adalah tidak mempunyai arti . sebaliknya informasi yang bermakna dengn menuliskan
tanda-tada vital . respon klien terhada pngobatan , renana tidakan medis , dan itervnsi
keperawatan serta perkembangan keadaan klien sesuai dengan pernyataan tujuan .
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan apa yang telah
terjadi dan di harapkan terjadi Pencatatan waktu perubahan keadaan klien , perkembangan
atau sebaliknya tentng tujuan dan perencanaan perlu di tuliskan pada format yang khusus .
3) Manfaat dan data pasien yang akurat dapat dicatat. Pencatatan meliputi data subjektif dan
objektif sewaktu klien masuk rumah sakit , masalah , anlisa rencana tindakan ,
implementasi , observasi , keperluan pemeriksaan .setelah data didokumentasikan , maka
perlu suatu perhatian khusus terhadap data tersebut untuk dapatnya didokumentasi dan
dievaluasi berdasarkn tujuan dan kriteria hasil . data langsung tentang klien meliputi : apa
yang harus di kerjakan kepada klien atau observasi secara langsung , tanda-tanda vital ,
pernyataan tentang tanda dan gejala yang di rasakan klien , dan perilaku klien . data tidak
langsung merujuk pada informasi dari sumber lainnya , misalnya catatan pembedahan ,
hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium , konsultasi , laporan dari keluarga , dan
informasi lainnya.
4) Penulisan catatan menggambarkan sesuatu yang kreatif
Ide-ide yang kreatif dalam
penulisan akan sangat membantu dalam intervensi keperawatan. Rencana tindakan yang
meliputi definisi karakteristik individu klien dan pemahaman bahwa setiap klien adalah
4. unik serta mempunyai kebutuhan yang berbeda akan menunjukkan suatu pencatatan yang
kreatif. Jika pencatatan dilakukan secara konsisten, maka catatan tersebut harus meliputi :
komponen :
a. Riwayat keperawatan (termasuk masalah-masalah yang berakibat pada saat
sekarang ataupun yang akan datang).
b.
Masalah aktual dan potensial.
c. Perencanaan dan tujuan saat sekarang dan yang akan datang.
d. Pemeriksaan, pengobatan, dan promosi kesehatan untuk membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e. Evaluasi tujuan keperawatan dan modifikasi rencana tindakan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dokumentasi Proses Keperawatan
Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses keperawatan. Pencatatan
proses keperawat merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang
sistematis, problem-solving, danriset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan
kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan
tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang
berbeda dari metode problem-solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, Perencanaan, tindakan. Perawat kemudian mengobservasi
dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada tnaga kesehatan lainnya. Pengkajian ulang dan evaluasi respon
klien terhadap tindakan keperawatan dan tindakan medis dapat sebagai petunjuk dan
kesinambungan dalam proses keperawatan, dan dapat sebagai petunjuk adanya perubahan dai
setiap tahap.
Kekurangan dalam pendokumentasian proses keperawatan meliputi penggunan
terminologi dan pencatatan yang tidak standar yang tidak menunjukkan adanya suatu
perbedaan tindakan keperawatan yang komplek.
Contoh pendokumentasian proses keperawatan yang efektif :
1) Penggunaan standar terminology (Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi).
2) Data yang bermanfaat dan relevan dikumpulkan kemudian dicatat sesuai dengan prosedur
dalam catatan yang permanent. Data yang masuk dituliskan pada lembar pengkajian klien
pada waktu yang khusus, misalnya setiap jam, setiap 4 jam atau setiap 8 jam. Data
tersebut meliputi observasi keadaan fisik klien atau emosional, keputusat keperawatan,
kegiatan keperawatan mislnya melaksanakan perintah dokter atau kegiatan pembelajaran
kepada klien. Tetapi, penulisan tidak hanya pada periode waktu tertentu, tetapi sewaktu-
5. waktu terjadi masalah pada klien khususnya pada waktu yang belum atau tidak
direncanakan.
3) Diagnosa keperawatan di susun berdasarkan klasifikasi dn analisa data yang akurat.
4) Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian dari catatan yang
permanent.
5) Observasi dicatat secara akurat, lengkap, dan sesuai ukuran waktu
6) Evaluasi dicatat sesuai urutan waktunya, meliputi selama dirawat, dirujuk, pulang,
ataupun perubahan keadaan klien.
7) Rencana tindakan keperawatan yang direvisi, berdasarkan hasil yang diharapkan dari
klien.
3. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu keterampilan untuk dapat memenuhi standar yang
sesuai. “Standard is a measure or model to which similar items should conform”. Standar
dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan.
Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan
dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan
keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukkan pada
keterampilan menuliskan sesuai dengan standar dokumentasi yang konsisten, pola yang
efektif, lengkap, dan akurat. Di bawah ini adalah contoh penggunaan pola standar
dokumentasi yang efektif :
1. Kepatuhan terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh profesi atau
pemerintah. Pencatatan tersebut menyediakan pedoman penggunaan singkatan, tanda
tangan, metode jika ada kesalahan, dan peraturan jika data terlambat masuk. Pengukuran
keamanan, keperawatan khusus seperti hal –hal yang berhubungan dengan perioperatif,
catatan terjadinya kejadian perlukaan klien, dan anjuran dokter harus mencerminkan
peraturan dan prosedur pendokumentasian yang berlaku.
2. Standar profesi keperwatan dituliskan ke dalam catatan kesehatan. Data yang ada
menjabarkan apa yang dilakukan perawat. Perawat mempunyai kewenangan untuk
merumuskan diagnosa keperawatan dan interfensi keperawatan terhadap respon klien
terhadap masalah kesehatan klien aktual dan resiko/ potensial. Pencatatan yang ada
menunjukkan bahwa perawat mempunyai keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara profesional, mempunyai otoritas, sebagaimana dokter mempunyai
otoritas dalam diagnosis dan pengobatan klien.
6. 3. Peraturan tentang Praktik Keperawatan dapat dilihat pada catatan pelayanan kesehatan.
Data yang tertulis menunjukkan kegiatan perawat yang independen dan interpenden.
Diagnosa keperawatan tidak secara khusus mempunyai izin mendiagnosa masalah medis
sebaliknya diagnosa medis tidak terdapat pada catatan keperawatan, tetapi diagnosa
keperawatan dituliskan pada catatan keperawatan. Daa yang dituliskan sering meliputi
pengobatan dan program dokter, perawatan luka, dan aktivitas. Demikian juga catatan
interfensi keperawatan meliputi rencana tindakan keperawatan, pengukuran berkurangnya
rasa nyeri, untuk mencegah terjadinya infeksi, atau mengurangi/ mencegah kecemasan
klien.
4. Pedoman akreditasi harus diikuti. Penekanan yang khusus pada data tentang kegiatan
observasi dan evaluasi. Tahap pada proses keperawatan adalah dituliskannya data setiap
klien pada waktu masuk rumah sakit sampai pulang. Data tersebut meliputi keadaan klien,
pengobatan, tingkat kesadaran klien, tanda-tanda vital mulai masuk, sampai keluar dari
rumah sakit. Apabila peraturan penulisan pendokumentasian diikuti secara konsisten,
catatan kesehatan akan mencakup dokumentasi yang adekuat. Contoh standar
dokumentasi meliputi :
•
Keputusan pofesional tentang keadaan klien dituliskan secara konsisten sesuai
aturan penulisan.
•
Semua komponen pada proses keperawatan dicatat secara konsisten.
•
Rencana tindakan keperawatan dituliskan selama 24 jam mulai masuk atau ditulis
pada kebijksanaan intitusi pelayanan kesehatan.
•
Penulisan evaluasi dituliskan tentang respon klien terhadap perkembangan
terhadap hasil yang dicapai. Rencana tindakan direvisi berdasarkan perkembangan
masalah
yang
terjadi
pada
klien.
Contoh standar dokumentasi keperawatan di Indonesia dapat dilihat pada : (1)
Standar profesi keperawatan (PPNI); (2) Peraturan praktik keperawatan (Depkes);
dan (3) Akreditasi.
B. TUJUAN UTAMA DOKUMENTASI
Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien,
catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hukum yang mempunyai
banyak manfaat dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk :
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,
merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.Hal ini pula
menyediakan :
•
Bukti kualitas asuhan keperawatan
•
Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien
7. •
Informasi terhadap perlindungan individu
•
Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan
•
Pengurangan biaya informasi
•
Sumber informasi untuk data yang hars dimasukkan
•
Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan
•
Persepsi hak klien
•
Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan mempertahankan
kerahasiaan informasi
•
Suatu data keuangan yang sesuai
•
Data perencanaan pelayanan kesehatan dimana akan datang.
C. TREN DAN PERUBAHAN YANG BERDAMPAK TERHADAP DOKUMENTASI
Trend dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh
terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan pencatatan oleh perawat
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masalah yang timbul perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan sebelum penyelesaian masalah yang dapat ditemukan dalam dokumentasi.
Masalah-masalah
dokumentasi
dan
perubahan
yang
mempengaruhi
pentingnya
pendokumentasian keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Praktik Keperawatan
Dengan terjadinya perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peran
perawat dalam praktik keperawatan profesional juga mengalami perubahan. Revisi atau
perubahan tersebut meliputi penemuan kasus penyakit yang baru, pendidikan kesehatan,
konseling, dan intervensi keperawatan dan medis terhadap respon klien aktual atau
potensial.
2. Lingkup Praktik Keperawatan
Perubahan dalam lingkup praktik keperawatan, berdampak terhadap pendokumentasian.
Dengan berkembangnya lingkup praktik keperawatan berdasarkan tren praktik
keperawatan di Indonesia, persyaratan akreditas, peraturan pemerintah, perubahan sistem
pendidikan keperawatan, meningkatnya masalah klien yang semakin komplek, serta
meningkatnya praktik keperawatan secara mandiri dan kolaborasi.
3. Data Statistik Keperawatan
Pencatatan yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, data statistik yang sangat bermanfaat dalam penelitian atau
pengembangan pelayanan kesehatan serta penentuan jasa pelayanan
4. Intensitas Pelayanan Keperawatan dan Kondisi Penyakit Pencatatan yang lengkap dan
akurat tentang tingkat keparahan penyakit dan tipe atau jumlah tindakan yang diperlukan
sebagai dasar pertimbangan pemberian asuhan keperawatan
8. 5. Keterampilan Keperawatan
Tren meningkatnya justifikasi perawat dalam akurasi perumusan masalah dan tindakan
keperawatan pada pendekatan proses keperawatan, terutama perubahan keadaan klien
yang cepat akan sangatbermanfaat dalam pencatatan.
6. Konsumsi
Tren dan perubahan penggunaan layanan kesehatan oleh konsumen berpengaruh terhadap
pendokumentasian. Waktu rawat inap yang pendek, biaya yang terjangkau, dan adanya
home care bagi klien yang tidak memerlukan perawatan maksimal merupakan tren
perubahan pelayanan di masa depan. Perubahan tersebut memerlukan suatu pembenahan
tentang pencatatan yang lengkap dan akurat khususnya waktu klien masuk rumah sakit,
tingkat asuhan keperawatan dan keahlian dalam pemberian pelayanan.
7. Biaya
Tren dan perubahan biaya layanan berdampak terhadap pendokumentasian. Pencatatan
yang baik akan memberikan gambaran tentang pengeluaran biaya yang harus ditanggung
oleh klien.
8. Kualitas Asuransi dan Audit Keperawatan Pendokumentasian juga dipengaruhi oleh
prosedur kendali mutu, terutama tentang audit catatan pelayanaan kesehatan. Data tantang
keadaan klien sebelum masuk RS, pertanyaan dan wawancara dengan klien merupakan
sumber utama audit data.
9. Akreditas Kontrol
Perubahan terhadap standar pelayanan kesehatan yang disusun oleh institusi yang
berwenang, membawa pengaruh terhadap pendokumentasian. Pada waktu dulu klasifikasi
klien hanya didasarkan pada diagnosa medis, pelayanan klinik atau tipe pelayanan. Saat
ini dalam keperawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan DRG.(Diagnosis Related
Group). Sedang informasi tentang daftar kode memberikan gambaran kebutuhan klien,
asuhan yang telah diterima harus ada di catatan keperawat.
10. Prospektif Sistem Pembayaran Tren dan perubahan dalam sistem pembayaran berdampak
terhadap dokumentasi. Prospekti pembayaran merujuk pada sistem pembayaran terhadap
asuhan keperawatan yang di terima oleh semua klien khususnya pada waktu klien masuk
RS.
11. Resiko Tindakan Ketergantungan terhadap dokumentasi yang komprehensif berarti
mengurangi dan mencegah terjadinya faktor resiko manajemen atau pengelolahan.
Manajemen Resiko adalah pengukuran keselamatan klien untuk melindungi klien dan
profesi keperawatan aspek legal serta melindungi perawat dari tindakan kelalaian.
Manajemen resiko ditekankan pada keadaan klien yang mempunyai resiko terjadinya
perlukaan atau kecatatan. Pencatatan yang penting meliputi : catatan tentang kejadian,
9. perintah verbal atau non verbal, informet consent, dan catatan penolakan klien terhadap
tindakan.
10. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah kegiatan mencatat peristiwa
baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap penting atau berharga.Dokumentasi
keperawatan merupakan rangkaian penting dalam asuhan keperawatan. Perkembangan
keperawatan belum menunjukan arah yang signifikan tentang perlunya pendokumentasian
yang aplikatif dalam jenjang pelayanan. Kesenjangan antara idealisme keperawatan dengan
paraktik pada lapangan masih menjadi kendala bagi terbentuknya profesionalisme dalam
keperawatan. Sehingga diperlikan inovasi baru untuk mempersempit kesenjangan yang ada
melalui berbagai kajian dan penelitian terhadap sistem dokumentasian keperawatan yang
benar – benar dapat diterapkan tanpa meninggalkan kaidah keilmuan yang ada.Tanpa ada
dokumentasi yang jelas dan benar, kegiatan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat
tidak dapat di pertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.Dokumentasi dapat dijadikan sarana komunikasi antara petugas kesehatan dalam
rangka pemulihan kesehatan klien.
B. SARAN
Akhir – akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berkurang.
Akibatnya isi dan fokus dari catatan yang dilakukan perawat telah di modifikasikan sesuai
kebutuhan, bahkan berubah keluar dari konsep asuhan keperawatan sendiri.Oleh karena
perubahan tersebut, maka perawat perlu menyusun model dokumentasi yang baru, lebih
efisien dan lebih bermanfaat.
12. TREN DAN ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN PROFESIONAL
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai
trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengidentifikasi isu dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di Indonesia
1.3 Manfaat
Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan medikal
bedah di Indonesia
Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang berkembang
dalam bidang kesehatan
Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik
BAB II
PEMBAHASAN
ISU ASPEK LEGAL
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima
telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal
aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum
kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan
telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan,
penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan
yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara
fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat
pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
13. 2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon)
dan keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
2.1 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang
meliputi:
A.Definisi
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik
sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini
disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.
b.Definisi :
b.1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau
komputer 4)
b.2 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai
bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis,
seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. 5)
b.3. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using
telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing). 6)
b.4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)7)
B.Bagaimana aplikasi dan keuntungan telenursing
Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursing centre dan melalui unit
mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan aplikasi yang tumbuh yang paling
cepat. Perawat home care menggunakan sistem yang memberikan ijin untuk melakukan
monitoring parameter fisiologi di rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah, pernapasan, dan
menimbang berat badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien menghubungi
perawat bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk menunjukkan
permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti balutan luka, memberi
suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas pendek (sesak nafas). Hal ini
14. sangat membantu orang dewasa dan anak-anak dengan kondisi-kondisi kronis dan macammacam penyakit yang melemahkan, terutama sekali mereka yang mempunyai cardiopulmonary
diseases.
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan,
terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat
untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara
langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak
yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa faktor
seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya
mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran
pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar
kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat
waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di
RS, serta menghambat infeksi nosokomial. 5)
Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di
Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India
bahkan Malaysia. 7). Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia
dan Inggris. Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam dialog
nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan pengembangan analisa
komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine termasuk didalamnya telenursing.
Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun mendatang,
dapat ditanggulangi oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di
rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah studi di
Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah
dengan telenursing 4). Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM,
DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson,
Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat berkunjung dan
dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet, videophone, dsb. Atau
pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental.
Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 – 7
pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 – 16 pasien
seharinya 5).
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan
jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi telenursing di Denmark
pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang mempertahankan kontak
dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan hari rawat berkurang
setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan asuhan keperawatan
berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat bayinya. Dan beberapa
program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu bersalin dengan eklamsia.
Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif
pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer. 4)
Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola
organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan
konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat
darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi
keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam
mengimplementasikan protokol penanganan medis.8.)
15. Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang
pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda
vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui
internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka,
injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama
dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan
dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang tidak
terbatas.
Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan telenursing
adalah yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing home)
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan tehnologi
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat pula
digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan
multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan
melalui model simulasi lewat secara interaktif.
KEUNTUNGAN
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan
jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya adalah:
telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada
Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home Care,
One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan
kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam
Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya
diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain:
Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada
dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau
modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue
kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan
lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung
jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara
DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.
3.2 Saran
a. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.
16. b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset
sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah
Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Beda