Pankreatitis adalah peradangan pankreas yang menyebabkan aktivasi prematur enzim pankreas sehingga terjadi autodigesti organ. Gejalanya berupa nyeri abdomen, mual, dan muntah. Pengobatannya meliputi pemberian analgesik, nutrisi parenteral, dan terapi suportif lainnya untuk mencegah komplikasi.
1. PANKREATITIS
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Pankreatitis adalah suatu reaksi peradangan pada pankreas atau kondisi inflamasi
yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifkan secara prematur
mengakibatkan autodigestif dari pankreas
2. Etiologi
Penyakit Billiaris : batu empedu, obstruksi, duktus empedu komunis, endapan
biliaris.
Obat-obatan : diuretik tiazid, furosemid, prokainamid, tetrasiklin, sulfonamid.
Hipertrigliseridemia
Hiperkalsemia
Idiopatik : postoperasi, kehamilan, ektopik, kista ovarian, nutrisi.
Trauma Abdomen
Proses – proses infeksi
3. Klasifikasi
a. Pancreatitis akut
Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini
oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. (Brunner & Suddart,
2001:1339)
b. Pancreatitis kronik
Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran
anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. (Brunner & Suddart,
2001:1348)
4. Patofisiologi
Mekanisme yang pasti tentang bagaimana enzim-enzim yang dibuat oleh
pankreas menjadi teraktifasi untuk melakukan otodigesti. Beberapa teori mengatakan
bahwa agen toksik, seperti alkohol atau obat-obat dapat mengubah mekanisme
pankreas dalam mensekresi enzim, sehingga menyebabkan aktivasi premature
Teori lain mengatakan bahwa refluks isi abdomen yang mengandung enzim
teraktivasi memasuki duktus pankreas dan menyebabkan peradangan. Obstruksi pada
1
2. duktus biliaris dapat menyebabkan peningkatan tekanan dan pecahnya duktus
pankretik, aktivasi enzim-enzim eksokrin pankreas atau refluks empedu dan getah
duodenum ke dalam pankreas
Makin banyak sel pankreatik yang rusak, makin banyak enzim pencernaan yang
dilepaskan menyebabkan siklus berulang terhadap kerusakan pankreas. Enzim-enzim
utama yang telah ditemukan untuk bertanggung jawab dalam proses otodigestif adalah
tripsinogen, fosfolipase A, dan elastase
Penyimpangan KDM pancreatitis
5. Tanda dan gejala
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang
menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang
disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang
mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf.
Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga
turut menimbulkan rasa sakit.
2
3. Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium).
Awitannya sering bersifat akut dan terjdi 24-48 jam setelah makan atau setelah
mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit
ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit menjadi semakin parah setelah makan dan
tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan
distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya
tidak jelas dan dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh
pankreatitis sering disertai dengn muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada
abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang
fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.
Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang
menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya
berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas,
ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta
syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein,
karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat
mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala
hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan
pernafasan
serta
hipoksia
lazim
terjadi,
dan
pasien
dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil
pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan
koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut
(Brunner & Suddart, 2001:1339)
6. Manajemen medik
Tujuan pengobatan pada pankreatitis adalah menghentikan proses peradangan dan
autodigesti/menstabilkan sedikitnya keadaan klinis sehingga memberi kesempatan
resolusi penyakit. Pada pankreatitis hemoragi yang berat dengan nekrosis sub
total/total diperlukan tindakan bedah. Pada pankreatitis bilier secepatnya harus
dilakukan kolangiografi retrograd secara endoskopi dan papilaktomi endoskopik untuk
mengeluarkan batu saluran empedu
3
4. Pemberian analgesik yang kuat seperti petidin beberapa kali sehari morfin tidak
dianjurkan karena menimbulkan spasme sfingter addi. Selain petidin dapat juga
diberikan pentazokin.
Prankreas diistirahatkan dengan cara pasien dipuasakan.
Berikan nutrisi parenteral total berupa cairan elektrolit, nutrisi cairan protein
plasma.
Terapi medis pada pankreatitis yang berat :
Pindahkan ke ICU
Resusitasi cairan
Perawatan pernapasan
Pipa nasogastrik
Terapi infeksi
Pembuangan enzim pankreas yang aktif
Anti nyeri
7. Komplikasi
a. Pulmonari
Atelektasis
Sindrom Gagal Pernapasan Akut
b. Kardiovaskular
Syok hipotensif
Depresi miokardial (MDK)
c. Ginjal
Gagal Ginjal Akut
d. Hematologi
Koagulasi intrafaskular diseminata
e. Metabolik
Hipokalsemia
Metabolik asidosis
f. Gastrointestinal
Pseudokis pankreatik
Abses pankreas
Perdarahan gastrointestinal
4
5. B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan darah
(Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum biasanya (dari 39°
C).
demam
berkepanjangan
dapat
menandakan
adanya
komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau absese intra
abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
2) Pemeriksaan persistem
Sistem gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat distensi
abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun
atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada
motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada
penyakit ini. Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat
mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen (Huddak & Gallo,
1996).
Sistem cardiovascular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi adalah vasodilatasi
perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi dan syok.
Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan penurunan faktor depresan
miokardial
(MDF).
Faktor
depresan
miokardial
diketahui
dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian
terganggu (huddak & Gallo, 1996)
Sistem sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat mencegah pelepasan MDF.
Aktivasi tripsin diketahui dapat mengakibatkan abnormalitas dalam
koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi intravaskular diseminata
dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).
Sistem respirasi
Pelepasan
enzim-enzim
lain
(contoh
fosfolipase)
diduga
banyak
menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan dengan pankretitis
akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi pleural,
5
6. pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan akut
(Huddak & gallo, 1996).
Sistem metablisme
Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan
hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan daerah nekrosis lemak
disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan
disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans
menyebabkan
hiperglikemia
refraktori.
Asidosis
metabolik
dapat
diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob (Huddak
& Gallo,1996).
Sistem urinary
Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal
ginjal (Sabiston, 1994).
Sistem neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat berhubungan dengan
penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok (Donna D,
1995)
Sistem integument
Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, sianosis yang dapat
mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah atau sindrom
kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan pada panggul (tanda turney
grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis
hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).
Pengkajian psikososial
Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering
menyebabkan pankreatitis akut. Perlu dikaji riwayat penggunaan alkohol
pada klien, kapan paling sering klien mengkonsumsi alkohol. Kaji apakah
klien pernah mengalami trauma seperti kemtian anggota keluarga,
kehilangan pekerjaan yang berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan
alkohol. (Donna D, 1995)
Pola aktivitas
Klien dapat melaporkan adanya steatorea (feses berlemak), juga penurunan
berat badan, mual, muntah. Pastikan karakteristik dan frekuensi buang air
besar (Huddak & Gallo, 1996).
6
7. Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat menurunkan
kebutuhan nutrisi (Suzanna Smletzer, 1999).
b. Pengelompokan data
Data subyektif
-
Klien mengeluh nyeri pada abdomen
-
Klien mengeluh muntah dan mual
-
Klien mengatakan nafsu makan kurang
-
Klien mengatakan fasesnya berlemak
-
Klien mengatakan kesulitan bernapas (sesak napas)
Data obyektif
-
Distensi abdomen bagian atas
-
Frekuensi napas cepat
-
Nampak menggunakan otot pernapasan
-
Terdengar bunyi timpani
-
Bising usus menurun / hilang
-
Mengalami asites, ikterik
-
Teraba massa abdomen
-
Syok
-
Oliguria
-
Membrane mukosa kering
-
Sianosis
-
Perubahan warna keunguan pada panggu (tanda turney grey) dan periumbilikus
(tanda Cullen)
-
Tampak mual
-
Ekspresi wajah meringis
-
Berat badan menurun
7
8. c. Analisa data
Data
Ds :
- Klien mengeluh nyeri pada
abdomen
Do :
- Distensi abdomen bagian
atas
- Teraba massa abdomen
- Mengalami asites, ikterik
- Ekspresi wajah meringis
Ds :
- Klien mengatakan nafsu
makan kurang
Do :
- Bising usus menurun /
hilang
- Teraba massa abdomen
- Membrane mukosa kering
- Tampak mual
- Berat badan menurun
Ds :
- Klien mengeluh
dan mual
muntah
Do :
- Membrane mukosa kering
- Tampak mual
Penyebab
Factor penyebab
↓
Aktivasi enzim secara premature
↓
Autodigesti kelenjar
↓
Peningkatan produksi enzim proteolitik
↓
Gangguan absorpsi protein
↓
Penurunan protein plasma
↓
Penurunan albumin serum
↓
Penurunan tekanan onkotik
↓
Edema
↓
Perangsangan nosiseptor
↓
Nyeri
Factor penyebab
↓
Aktivasi enzim secara premature
↓
Autodigesti kelenjar
Penurunan produksi enzim lipase
↓
Gangguan absorpsi lemak
↓
Peningkatan lemak pada lumen usus
↓
Mual dan muntah
↓
Intake nutrisi tidak adekuat
↓
Nutrisi kurang dari keb. tubuh
Factor penyebab
↓
Aktivasi enzim secara premature
↓
Autodigesti kelenjar
Penurunan produksi enzim lipase
↓
Gangguan absorpsi lemak
Masalah
Nyeri
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Deficit volume
cairan
8
9. Ds :
- Klien mengatakan kesulitan
bernapas (sesak napas)
Do :
- Frekuensi napas cepat
- Nampak menggunakan otot
pernapasan
- Sianosis
↓
Peningkatan lemak pada lumen usus
↓
Diare
↓
Kekurangan volume cairan
Factor penyebab
↓
Aktivasi enzim secara premature
↓
Autodigesti kelenjar
↓
Peningkatan produksi enzim proteolitik
↓
Gangguan absorpsi protein
↓
Penurunan protein plasma
↓
Penurunan albumin serum
↓
Penurunan tekanan onkotik
↓
Akumulasi cairan di rongga peritoneal
↓
Peningkatan tekanan diafragma
↓
Penurunan ekspansi paru
↓
Penurunan komplians paru
↓
Pola napas tidak efektif
Pola napas tak
efektif
d. Prioritas masalah
1) Pola pernafasan yang tidak efektif
2) Nyeri
3) Defisit volume cairan
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan
9
10. 2. Diagnosa keperawatan
a. Pola pernafasan yang tidak efektif berhubungan peningkatan tekanan diafragma
akibat cairan diperitoneal
Ds : Klien mengatakan kesulitan bernapas (sesak napas)
Do :
-
Frekuensi napas cepat
-
Nampak menggunakan otot pernapasan dan sianosis
b. Nyeri berhubungan dengan proses edema
Ds : Klien mengeluh nyeri pada abdomen
Do :
-
Distensi abdomen bagian atas
-
Teraba massa abdomen
-
Mengalami asites, ikterik
-
Ekspresi wajah meringis
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah
Ds : Klien mengeluh muntah dan mual
Do :
-
Membrane mukosa kering
-
Tampak mual
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah
Ds : Klien mengatakan nafsu makan kurang
Do :
-
Bising usus menurun / hilang
-
Teraba massa abdomen
-
Membrane mukosa kering
-
Tampak mual
-
Berat badan menurun
10
11. 3. Perencanaan
Dx
1
Tujuan
Rencana tindakan
Intervensi
Rasional
Implementasi
Tupan :
1. Observasi dispnea, takipnea,
Setelah
diberikan
penurunan
bunyi
napas,
tindakan keperawatan
peningkatan
upaya
gangguan pola napas
pernapasan,
terbatasnya
teratasi
ekspansi dinding dada dan
kelemahan.
Tupen :
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan 2. Evaluasi perubahan tingkat
selama beberapa hari
kesadaran, catat sianosis atau
pola napas beransurperubahan pada warna kulit
ansur hilang dengan
termasuk membran mukosa
criteria :
dan kuku.
- Frekuensi
napas 3. Berikan pasien posisi yang
normal
nyaman
- Tidak
mengeluh
sesak
4. Ajarkan klien untuk bernapas
dengan tehnik napas dalam
1. Tuberculosis
Paru 1. Mengobservasi
dispnea,
menyebabkan efek luas
takipnea, penurunan bunyi
pada Paru dan bagian kecil
napas, peningkatan upaya
bronkopneumonia sampai
pernapasan,
terbatasnya
inflamasi difus luas, efek
ekspansi dinding dada dan
pernapasan dapat sampai
kelemahan.
dispnea
berat
sampai
distres pernapasan.
perubahan
2. Akumulasi sekret dapat 2. Mengevaluasi
tingkat kesadaran, catat
menggangu
jalan
sianosis atau perubahan
oksigenasi organ vital dan
pada warna kulit termasuk
jaringan.
membran mukosa dan kuku.
3. Posisi
yang
nyaman 3. Memberikan pasien posisi
yang nyaman
membantu klien untuk
dapat bernapas dengan
legah
4. Tehnik
napas
dalam 4. Mnegajarkan klien untuk
bernapas dengan tehnik
membantu klien untuk
napas dalam
dapat
meringankan
pernapas
tirah
konsumsi 5. Meningkatkan
5. Tingkatkan tirah baring/batasi 5. Menurunkan
baring/batasi aktifitas dan
oksigen / kebutuhan selama
aktifitas dan bantu aktifitas
bantu aktifitas perawatan
periode
penurunan
perawatan
diri
sesuai
diri sesuai keperluan.
pernapasan dapat
keperluan.
11
12. 6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Memenuhi
oksigen klien
oksigen sesuai kebutuhan
2
Tupan :
1. Kaji skala nyeri. Lokasi dan 1.
Setelah
diberikan
penyebarannya
tindakan keperawatan
nyeri teratasi
Tupen :
Setelah
diberikan 2. Berikan posisi yang nyaman 2.
tindakan keperawatan
pada klien
selama beberapa hanya
nyeri
beransur-ansur 3. Ajarkan tehnik relaksasi dan 3.
hilang dengan criteria :
tehnik distrasi kepada pasien
- Ekspresi
wajah
tenang
- Klien
tidak 4. Anjurkan
klien
untuk 4.
mengeluh nyeri
beristrahat yang cukup
5. Anjurkan pada keluarga klien 5.
untuk
menciptakan
lingkungan yang tenang
6. Kolaborasi dengan dokter 6.
dalam
pemberian
obat
analgetik sesuai indikasi
kebutuhan 6. Kolaborasi
dalam
pemberian oksigen sesuai
kebutuhan
Mengetahui skala nyeri 1. Mengkaji
skala
nyeri.
yang
dirasakan
klien
Lokasi dan penyebarannya
sehingga perawat dapat
menentukan tindakan yang
tepat yang akan diberikan
selanjutnya
Posisi yang nyaman bagi 2. Memberikan posisi yang
klien membantu klien
nyaman pada klien
untuk dapat beristrahat
Tehnik
relaksasi
dan 3. Mengajarkan
tehnik
distrasi
membantu
relaksasi dan tehnik distrasi
mengalihkan
perhatian
kepada pasien
klien dari rasa nyeri
Istrahat
yang
cukup 4. Menganjurkan klien untuk
membantu mengurangi rasa
beristrahat yang cukup
nyeri
Lingkungan yang tenang 5. Menganjurkan
pada
membantu klien untuk
keluarga
klien
untuk
dapat beristrahat
menciptakan
lingkungan
Membantu menekan rasa
yang tenang
nyeri
6. Penatalaksanaan
dengan
dokter dalam pemberian
obat
analgetik
sesuai
indikasi
12
13. 3
Tupan :
Setelah diberikan
keperawatan
kekurangan cairan
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama beberapa hari
kekurang cairan
beransur-ansur
terpenuhi dengan
criteria :
- Intake dan haluaran
cairan seimbang
- Tidak muntah lagi
1. Awasi tanda vital, pengisian 1. Indikator
keadekuatan
kapiler, status membrane
volume sirkulasi, hipotensi
mukosa, tugor kulit
ortostatik dapat terjadi
dengan resiko jatuh/cedera
segera setelah perubahan
posisi
2. Awasi jumlah dan tipe cairan, 2. Pasien tidak mengkonsumsi
ukur haluaran urin dengan
cairan
sama
sekali
akurat
mengakibatkan dehidrasi
atau mengganti cairan
untuk masukan kalori yang
berdampak
pada
keseimbangan elektrolit
3. Diskusikan strategi untuk 3. Membantu
pasien
menghentikan muntah dan
menerima perasaan bahwa
penggunaan laksatif / deuretik
akibat muntah dan atau
penggunaan
laksatif/diuretik mencegah
kehilangan bahwa munta
memberikan pembebasan
dari ansietas
4. Identifikasi rencana untuk 4. Melobatkan pasien dalam
meningkatkan keseimbangan
rencana untuk memperbaiki
cairan seoptimal mungkin
kestidakseimbangan cairan,
memperbaiki kesempatan
untuk berhasil
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Membantu
memenuhi
cairan melalui intravena
kebutuhan cairan
1. Mengawasi tanda vital,
pengisian kapiler, status
membrane mukosa, tugor
kulit
2. Mengawasi jumlah dan tipe
cairan, ukur haluaran urin
dengan akurat
3. Mendiskusikan
strategi
untuk
menghentikan
muntah dan penggunaan
laksatif / deuretik
4. Mengidentifikasi rencana
untuk
meningkatkan
keseimbangan
cairan
seoptimal mungkin
5. Kolaborasi
dalam
pemberian cairan melalui
intravena
13
14. 4
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama beberapa hari
nutrisi beransur-ansur
terpenuhi dengan
criteria :
- Nafsu makan
meningkat
- Berat badan
meningkat
- Porsi makan
dihabiskan
1. Pantau intake dan outpun
nutrisi klien
1. Mengetahui jumlah
kebutuhan klien akan
nutrisi
2. Timbang berat badan klien
2. Mengetahui kekurang
nutrisi klien
3. Auskultasi bising usus, palpasi 3. Mengetahui apakah ada
abdomen catat pasase flatus
kontraksi usus
4. Identifikan kesukaan dan
4. Menimbulkan nafsu makan
ketidaksukaan diet dari pasien
klien
5. Berikan makanan dalam porsi 5. Membantu memenuhi
sedikit tapi sering dengan diet
kebutuhan nutrisi klien
lunak
6. Berikan makanan yang
6. Menambah nafsu makan
menarik dan masih dalam
klien
keadaan hangat
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
7. Membantu memenuhi
dalam pemberikan nutrisi
kekurangan nutrisi klien
yang sesuai dengan kondisi
klien
1. Memantau intake dan
outpun nutrisi klien
2. Menimbang berat badan
klien
3. Auskultasi bising usus,
palpasi abdomen catat
pasase flatus
4. Mengidentifikan kesukaan
dan ketidaksukaan diet dari
pasien
5. Memberikan makanan
dalam porsi sedikit tapi
sering dengan diet lunak
6. Memberikan makanan yang
menarik dan masih dalam
keadaan hangat
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberikan nutrisi
yang sesuai dengan kondisi
klien
14