1. 1
BUDAYA-BUDAYA SUKU MUNA:
DISUSUN OLEH:
_NUR HASANAH [KETUA]
_NUR AZIZAH [WAKIL]
_NOFAN SAPUTRA [ANGGOTA]
MUSAFIR AR”BAA [ANGGOTA]
MUHAMMAD WIRANTO ENGEL [ANGGOTA]
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya lah Makalah " BUDAYA-BUDAYA MUNA " yang kami rangkum bersama selesai
tepat pada waktu yang di tentukan.Salawatserta salam kami haturkan kepada junjungan kami
Nabi terakhir yaitu nabi muhamad SAW karena atas perjuangan beliau sehingga kami masih
berpegang teguh pada agama Islam yang telah memberikan kami cahaya penerangan untuk
menjalankan hidup ini.
Ucapan terimakasih juga kepada Dosen yang telah memberikan berbagai masukan kepada
kami dan juga teman-teman yang telah memberikan kami kontribusi berupa saran dan
dukungan untuk terselesainya makalah yang kami buat.Dan sebelumnya kami juga minta maaf
dalam pengetikan atau penulisan makalah karna kami juga manusia biasa yang masih banyak
memiliki kekurangan.
Satu hal yang perlu kami tekankan jadikanlah makalah ini sebagai perbandingan judul
makalah yang sama seperti ini dan jangan anggap sebuah kesalahan yang besar untuk
sipenulis.
3. 3
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. sejarah terbentuknya muna ....................................................... 3
B. strata sosial dalam suku muna ................................................... 6
C. Budaya - budaya apa saja yang masih
dipertahankan dalam suku muna ............................................... 7
D. Budaya - budaya apa saja yang telah
dimodifikasi dalam suku muna ............................................... 20
E. Budaya - budaya apa saja
yang telah dihilangkan dalam suku muna ................................ 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 23
B. Saran.......................................................................................... 24
Daftar pustaka....................................................................................... iii
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,perkakas, pakaian, bangunan
dan karya seni
Seni budaya dapat dikatakan sebagai jiwa sebuah bangsa.Bangsa-bangsa yang kemudian kita
kenal sebagai bangsa besar adalah bangsa-bangsa yang besar pula budayanyaMemasuki Kota
Muna, Sulawesi Tenggara, tidak boleh sembarangan. Berjalan kaki saja dilarang, apalagi
menunggang kuda. Ini tak lain untuk menjaga etika dan sopan santun. Yang boleh menunggang
kuda hanya para pejabat tinggi. Kalau sudah mendekati rumah kediaman perdana menteri,
penunggang kuda juga harus turun, lalu berjalan kaki ke tempat tujuan di kota tersebut
Budaya dan tatakrama di Kota Muna adalah potret sepenggal sejarahKerajaan Muna di masa
lampau, sebagaimana diungkapkan Jules Couvreur dalam buku Sejarah dan Kebudayaan
Kerajaan Muna yang diterbitkan Artha Wacana Press,Kupang,Nusa Tenggara Timur, tahun
2001.
Budaya suku muna adalah kebiasaan yang lahir dari masyarakat suku muna yang diwariskan
dari generasi ke generasi.Untuk lebih dapat memahami budaya muna, maka harus diketahui
terlebih dahulu macam-macam budaya muna. Suku muna memiliki berbagai macam budaya
yang telah mengatur kehidupan bermasayarakat sehari-hari dan senantiasa diatuhi oleh warga
masyaraka.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah :
1. Bagaimana sejarah terbentuknya muna ?
2. Bagaimana strata sosial dalam suku muna ?
3. Budaya - budaya apa saja yang masih dipertahankan dalam suku muna ?
4. Budaya - budaya apa saja yang telah dimodifikasi dalam suku muna ?
5. Budaya - budaya apa saja yang telah dihilangkan dalam suku muna ?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya muna
2. Untuk mengetahui strata sosial dalam suku muna
3. Untuk mengetahui apa saja yang masih dipertahankan dalam suku muna
4. Untuk mengetahui apa saja yang telah dimodifikasi dalam suku muna
5. Untuk mengetahui Budaya - budaya apa saja yang telah dihilangkan dalam suku muna
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KERAJAAN MUNA
Sejarah Terbentuknya Muna
Sebagai Suku bangsa, Muna memiliki sejarah yang cukup panjang. Dari situs sejarah yang
ada di dinding Gua Liangkobori dan Metanduno menanndakan bahwa peradaban suku bangsa
muna dimulai sejak jaman purba mesolitikum. Relief yang ada didinding kedua Gua tersebut
menggambarkan kehidupan masyarakat saat itu yang masih nomade dan menggantungkan
hidupnya dari berburu dan meramu.
Menelusuri sejarah perdaban masyarakat dan sejarah kerajaan Muna memang agak sulit. Hal
ini disebabkan kurangnya literatur baik berupa manuskrip yang ditulis oleh sejarawan Muna
masa lalu naupun hasil penelitian ilmiah yang dilakukan saat ini.
Sudah menjadi hal yang lumrah bila menulis Sejarah Muna para penulis menggunakan
referensi sejarah buton. Penggunanaan referensi tersebut karena sejarah buton tidak terlepas
dengan sejarah Muna seperti suku muna yang telah mendiami daratan pulau buton sebelum
armada mia pata miana mendarat di pulau buton dan la kilaponto Raja Muna VII yang kemudian
dinobatkan menjadi Raja Buton VI yang berhasil menjadikan Buton sebagai Kesultanan dan
Sultan I.
Dari berbagai literatur yang mengutip tradisi lisan masyarakat muna dan hikayat yang ditulis
oleh penyair-penyair buton, dikatakan bahwa sejarah peradaban manusia di muna dimulai
ketika Sawerigading dan pengikutnya yang berjumlah 40 orang terdampar di suatu daratan di
Pulau Muna yang saaat ini di kenal dengan nama ‘Bahutara’.
Sejarah kerajaan Muna dimulai setelah dilantiknya La Eli alias Baidhuldhamani gelar Bheteno
ne Tombula sebagai Raja Muna I. Namun sebelum itu telah ada komunitas masyarakat yang
diyakini merupakan perpaduan antara pengikut Swaerigading yang berjumlah empat puluh
orang dengan masyarakat lokal yang telah mendiami pulau muna sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagaimana yang dijelaskan pada bab-bab terdahulu bahwa Sawerigading bersama
pengikutnya empat puluh orang yang menumpang sebuah kapal terdampar di sebuah wilayah
yang diberi nama ‘Bhahutara’pada saat sebuah pulau mucul dipermukan yang saat ini
dikenal sebagai Pulau Muna.Setelah terdampar, empat puluh orang pengukut Sawerigading
tersebut kemudian menyebar dan membentuk koloni-koloni bersama dengan penduduk asli
yang telah terlebih dahulu menghuni Pulau Muna, sedangkan Sawerigading sendiri diceritakan
terus melanjutkan petualangannya.
Tidak ada yang menjelaskan apakah Sawerigading melanjutkan petualangannya dengan
kapalnya yang terdampar tersebut atau membuat kapal baru.Tapi yang jelas kehadiran
Sawerigading dan emat puluh pengkutnya di Daratan Muna telah membawa nuansa baru dalam
pembangunan peradaban dalam kehidupan Orang Muna.
Seiring dengan perkembangan zaman, koloni-koloni yang dibangun oleh pengikut Sawerigading
tersebut bersama masyarakat lokal semakin besar hingga terbentuklah kampong-kampong.
Setelah penduduk semakin banyak dan kampong yang terbentuk semakin luas serta
permasalahannya juga yang semakin kompleks maka mereka mengangkat seorang pemimpin
diantara mereka untuk mengatur seluruh kehidupan social mereka.
Menurut beberapa catatan sejarah mengungkapkan, sebelum terbentuknya kerajaan Muna,
dimuna telah terbentuk delapan kampong dengan pembagian 4 kampong dipimpin oleh
kamokula yaitu ;
1. Tongkuno,pemimpinya bergelar Kamokulano Tongkuno
2. Barangka,pemimpinnya bergelar Kamokulano Barangka
3. Lindo, pemimpinnya bergelar Kamokulano Lindo
4. Wapepi, pemimpinnya bergelar Kamokulano Wapepi
Sedangkan empat kampung lainnya di pimpin oleh mieno yakni:
1. Kuara, pemimpinnya bergelar Mieno Kaura
2. Kansitala,pemimpinnya Mieno Kasintala
3. Lembo,pemimpinnya bergelar Mieno Lembo
4. Ndoke. Pemimpinnya bergelar Mieno Ndoke
Pembagian wilayah menjadi depan kampong tersebut bertahan sampai pemeritahan raja Muna
6. 6
VI Sugi Manuru.
Walaupun masih sangat sederhana, kedelapan kampong yang telah terbentuk mengikat diri
dalam sebuah ‘Union’ dengan mengangkat Mieno Wamelai sebagai pemimpin tertinggi. ‘Union’
yang telah terbentuk itu sangat memudahkan Bheteno ne Tombula Raja Muna I dalam
menyusun struktur pemerintahaan dan struktur social ketika awal-awal pemerintahannya.Union
yang telah terbentuk sebelumnya belum dianggap sebagai Negara karena belum memenuhi
syarat syarat sebagai sebuah Negara ( Kerajaan ).
Nantilah dilantik Bheteno Ne Tombula sebagai Raja Muna I, Kerajaan Muna baru dapat
dikatakan sebagai sebuah negara karena telah memenuhi syarakat-syarat sebagai sebuah
negara yaitu telah memiliki Rakyat, Wilayah dan pemerintahan yang berdaulat dan seluruh
stakeholder bersepakat untuk mengikat diri dalam sebuah pemerintahan dengan segala aturan-
aturannya yang bernama Kerajaan Muna.
Sepanjang sejarah kerajaan Muna lebih kurang 530 tahun( 1417—1949 ), tercata ada 39 orang
Raja yang pernah memimpin Kerajaan Muna, terdiri dari 34 orang raja yang dipilih dan dilantik
oleh Sarano Wuna yaitu lembaga yang memiliki kewenangan mengangkat dan memberhentikan
raja, tiga orang di utus oleh Kesultanan Buton dalam rangka politik Kooptasi dengan pengaruh
kekuatan Kolonial Belanda yaitu La Ode Umara II dan La Ode Maktubu dan La Ode Ngkaili
serta dua Orang sebagai Raja Pengganti ( Pejabat Sementara ) karena terjadi kekosongan
Kekuasaan akibat intervensi colonial Belanda yaitu Wa Ode Wakelu ( Permaisuri Raja La Ode
Ngkadiri yang digulingkan oleh belanda ) dan La Aka Bhonto balano yang juga saat menjabat
Rajanya di Gulingkan Oleh pemerintah colonial Belanda.
Kerajaan Muna Dipimpin Oleh Sugi
Pasca pemerintahan Bheteno Ne Tombula 1467, Kerajaan Muna di pimpin oleh Sugi ( Yang
Dipertuan).Tidak ada catatan sejarah yang mengisahkan mengapa Raja-Raja Muna pasca
Bheteno Ne Tombula bergelar Sugi.Namun dari cerita rakyat Muna sedikit mengungkapkan
bahwa pemakaian Gelar Sugi tersebut menunjukan kedekatan hubungan antara Kerajaan Muna
dengan Kerajaan-Kerajaan di Jawa khususnya Kerajaan Majapahit karena sugi tersebut berasal
dari Bahasa Jawi Kuno yang artinya Suci atau dikeramatkan.
Pemerintahan Kerajaan Muna yang dipimpin oleh Sugi berlangsung selama 71 tahun ( 1467 –
1538 ). Sepanjang sejarah Kerajaan Muna ada lima orang Sugi yang perna memimpin Kerajaan
muna. Mereka itu adalah Sugi Patola, Sugi Ambona, Sugi Patani,Sugi La Ende dan Sugi
Manuru.
Dari kelima Sugi tersebut, Sugi Manuru lah yang paling banyak disebut-sebut dalam sejarah.
Hal ini berkaitan dengan peranan beliau dalam melakukan penataan Sistem Pemerintahan,
Kemasyarakatan, Sosial dan hukum di Kerajaan Muna. Karena jasanya tersebut, Sugi Manuru
Oleh Masyarakat Muna di beri gelar “Omputo Mepasokino Adhati” artinya Raja yang
menetapkan nilai-nilai dasar ( Adat ).
Kerajaan Muna Pra Islam
Kerajaan Muna pra islam berangsuung selama 208 tahun ( 1417 -1625 ). Dalam kurung
waktu tersebut kerajaan Muna dipimpin oleh 10 orang raja. Pada masa pemerintaha pra islam
tersebut tercatat terjadi beberapa peristiwa yang dilakkkan oleh Raja-Raja Muna yang terukir
tinta emas dalam lembaran sejarah dunia.
Sayangya akibat kooptasi VOC Belanda dan Kesultana Buton serta terlambatnya pembudayaan
tulis dan kurangnya minat masyarakat Muna dalam menulis sejarah maka goresan sejarah
Putera Muna tersebut dicatat sebagai sejarah Buton. Akibatnya erajan Muna kurang dikenal
dalam pergaulan kerajaan-kerajaan nusantara.
B. STRATA SOSIAL DALAM SUKU MUNA
Di daerah Muna pun dikenal adanya sistem strata sosial atau stratifikasi sosial. Couvreur
(2001:34) memaparkan pembagian stratifikasi sosial di Muna sebagai berikut:
1) Golongan kaomu dan walaka
Golongan kaomu berasal dari keturunan mantan sugi yang berkuasa di Muna dan gelarnya
adalah La Ode bagi laki-laki dan Wa Ode bagi perempuan. La Oba (2005:19) menuliskan
bahwa sugi yang ada di Muna terdiri dari lima yakni Sugi Patola, Sugi Patani, Sugi Ambona,
7. 7
Sugi Laende, dan Sugi Manuru. Istilah sugi ini diberikan kepada mereka yang memiliki
kelebihan. Kelebihan yang dimaksud adalah kharismatik dalam menjalankan pemerintahan.
Golongan walaka berasal dari keturunan anak sugi dalam hal ini anak perempuannya (Wa Ode)
yang menikah dengan laki-laki yang bukan keturunan sugi. Sehingga golongan walaka masuk
dalam golongan tertinggi kedua di Muna.
2) Golongan maradika
Golongan maradika terbagi atas tiga. Pertama, tingkat maradika tertinggi yakni maradika
anangkolaki atau fitubhengkauno. Kedua, maradikano ghoera atau maradikano papara.
Ketiga, maradika yang terendah yaitu maradika poino kontu lakono sau yang berarti
maradika serupa sebuah batu sepotong kayu.
C. BUDAYA - BUDAYA MUNA YANG MASIH DIPERTAHANKAN
Dalam suku muna dikenal berbagai macam budaya/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari dan hingga kini masih dipertahankan keberadaannya diantaranya
adalah sebagai berikut :
Kasambu (penyuapan)
Setelah beberapa bulan upacara perkawinan berlangsung dan si istri mulai nampak hamil tua
maka diadakan upacara kasambu/penyuapan.acara ini hanya dilaksanakan sekali dalam
perkawinan yaitu ketika menanti kelahiran bayi pertama pada saat kandungan istri memasuki
usia 7 bulan.
Dalam pelaksanaan acara tersebut dilengkapi dengan ketupat,telur masak yang dipersiapkan
untuk pasangan suami istri.yang memberi suapan adalah orang tua yang ditunjuk langsung oleh
pihak keluarga yang mengetahui akan hal itu.adapun tujuan diadakannya acara kasambu ini
agar anak yang lahir tidak diganggu oleh makhluk-makhluk halus yang mungkin dapat
menghambat kelahiran bayi tersebut.
Pada bayi baru lahir
Sesaat setelah kelahiran anak diazankan untuk anak laki-laki dan diiqamatkan untuk anak
perempuan.
Kampua/kaalano wulu
Apabila bayi tersebut telah lahir.maka dalam beberapa waktu lamanya tidak diperkenankan
untuk dibawa kemana-mana ataupun diturunkan ditanah sebelum bayi tersebut diaqiqahkan
atau disebut kampua.
Sesuai dengan faham masyarakat bila diturunkan ketanah sebelum diaqiqahkan dikhawatirkan
si anak akan diganggu oleh makhluk-makhluk halus atau terkena penyakit.kemudian menjelang
7 hari maka diadakan suatu acara yaitu do’a selamat yang dirangkaikan dengan
pengguntingan rambut yang disebut “kampua”
Kasariga
Biasanya di lakukan setelah pasangan suami istri mempunyai sepasang anak (laki-laki dan
perempuan).Tujuannya adalah agar anak-anak yang di miliki terhindar dari hal-hal yang tidak
di inginkan misalnya gangguan roh halus,kebodohan dan lain sebagainya.
Kangkilo/sunatan
Jika seorang anak telah berusia 7 tahun,maka diadakan suatu pesta keluarga yang disebut
kangkilo/sunatan.dalam pesta ini,sesudah anak disunat maka dilajutkan dengan katoba,yang
bererti ikrar atau janji yang dipimpin oleh seorang penghulu agama yang mengajarkan kepada
anak mengucapkan dua kalimat syahadat dan ketentuan ketentuan yang dilarang dalam ajaran
islam seperti mengambil barang orang lain(mencuri),durhaka kepada orang tua,meghormati
orang lain dan sebagainya.
Katoba
Adalah ikrar atau sumpah yang di lakukan seorang anak untuk patuh dan taat kepada Allah
SWT, rasul, malaikat-malaikatnya, kaum mukmin dan mukminat serta kepada kedua orang
tua.Biasanya di lakukan pada usia menjelang remaja.
Karia/pingitan
Karia adalah salah satu upacara adat yang ada di Kabupaten Muna. Upacara ini tidak bisa
ditinggalkan begitu saja. Karena, bagi orang-orang tua yang mengetahui hakekat karia akan
merasa berdosa terhadap anak perempuannya apabila ia menikahkannya sebelum dikaria
terlebih dahulu. Upacara ini dilakukan dalam rangka’pelunasan’ tanggung jawab orang tua
8. 8
terhadap anak perempuannya. Oleh karena itu Bila ada warga yang merasa tidak mampu
mengadakan upacara karia sendiri terhadap anaknya maka ia bisa menitipkannya
kepada orang lain yang mengadakannya dengan memenuhi syarat adat yang telah
ditentukan. syarat-syarat ini harus diterima oleh tuan rumah walaupun ia ikhlas menerima anak
yang dititipkan tersebut karena syarat-syarat tersebut adalah sesuatu yang akan melunasi
utangnya terhadap anak gadis yang dimilikinya yang biasa disebut kaealihano kitano anano
artinya pembuka kotoran dari badan anaknya. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. uang sebanyak Rp 250.000,-
2. ayam 1 ekor
3. kelapa 2 ikat (4 buah)
4. beras 10 liter
5. telur ayam 4 biji
6. gula merah 2 ikat (4 biji)
Syarat-syarat di atas berlaku untuk satu orang. Apabila yang dititipkan lebih dari satu orang
maka tetap harus disesuaikan dengan syarat-syarat di atas. Artinya harus disamakan.
Pembayaran-pembayaran lainnya yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. kalempesino tala atau pengalas talang tempat haroa yaitu satu sen. Dahulu, satu sen = Rp
1.000,-, sekarang Rp 10.000,-. Massing-masing haroa dialas dengan uang Rp 10.000, tiga
belas haroa menjadi Rp 130.000,-
2. melindakino ganda atau pembantu pomantoto
ibu, istri maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam karia inipun diadakan banyak ritual
lainnya sebagai syaratanya, seperti diadakannya selamatan dengan mengundang sanak
keluarga, kerabat dan handai taulan, penggelaran tari linda yang
menggambarkan tahap-tahap kehidupan seorang perempuan mulai dari melepaskan masa
kanak-kanak lalu memasuki masa remaja, kemudian masa dewasa dan siap untuk
mengarungi bahtera rumah tangga, pogala atau seni bela diri, maupun seni memukul gong dan
gendang.
Perlu dijelaskan bahwa upacara karia ini merupakan prosesi ketujuh/tertinggi bagi kaum
perempuan sebelum memasuki jenjang pernikahan. Prosesi pertama, kasambu yang lebih
dikenal dengan acara tujuh bulanan bagi ibu hamil. Kasambu dalam ilmu kesehatan secara
umum dapat disamakan dengan imunisasi, dan dalam kepercayaan masyarakat Muna dapat
diibaratkan dengan imunisasi dalam bentuk yang lain yaitu pembekalan dengan doa-doa
agar lahir dengan selamat, menjadi anak yang baik, dan dapat menjadi pemimpin yang bijak;
kedua, acara kelahiran; ketiga, kampua/kaalano wulu yang di masyarakat umum mengenalnya
dengan aqiqah, pada masa ini juga dikenal upacara turun tanah; keempat, kangkilo atau
lebih dikenal dengan penyunatan; kelima, katoba atau penobatan yang pada masyarakat
umum lebih dikenal dengan istilah pengislaman; keenam, sariga yakni proses menasehati anak-
anak dengan berbagai pengetahuan yang baik; dan ketujuh adalah karia itu sendiri (La
Ode Sulufi gelar Yaro Kapala).
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, yang pertama kali mengadakan
upacara karia adalah Raja Muna XVI yang memRasulullah SAW sendiri tidak lagi
mengenali anak sendiri, sehingga beliau melakukan shalat hajat lagi dan meminta
petunjuk pada Allah SWT untuk menunjukan mana putrinya yang sebenarnya. Doa
tersebut dikabulkan oleh Allah SWT namun setelah keempat sahabatnya menikah dengan
Fatimah dan ketiga orang lainnya.
Petunjuk yang diberikan yakni, pada suatu malam Rasulullah harus berkeliling di
rumah masing-masing sahabatnya di mana pada malam tersebut rumah tangga dari masing-
masing sahabatnya sedang mengalami pertengkaran. Untuk mengenali anaknya sendiri,
Rasulullah diberi petunjuk yakni di rumah Sahabat I, beliau mendapati Fatimah menangis di
dapur yang berarti Fatimah tersebut adalah jelmaan kucing dan berarti bukan anak Rasulullah
SAW.; di rumah Sahabat II, beliau mendapati Fatimah menangis di kolong rumah yang berarti
9. 9
Fatimah tersebut adalah jelmaan anjing dan berarti bukan anak Rasulullah SAW.; di rumah
Sahabat III, beliau mendapati Fatimah menangis dan dan menggerutu sambil memanjat
pohon yang berarti Fatimah tersebut adalah jelmaan monyet dan berarti bukan anak Rasulullah
SAW.; dan yang terakhir adalah ia mendapati Fatimah menangis dalam kamar di tempat tidur
dan Fatimah tersebut adalah istri dari Ali Bin Bu Thalib dan dialah Fatimah yang sebenarnya
(H. La Apo).
Pernikahan
a. Yang di lakukan sesuai tatanan adat (angka mata)
Dofeenagho tungguno karete (penjaga halaman).Dalam hal ini, untuk mengetahui apakah
gadis yang ada dalam rumah tersebut sudah mempunyai pacar atau belum.
Dofofeena (meminang).Delegasi adat, laki-laki berkumpul di rumah orang tua laki-laki untuk
memusyawarahkan segala kelengkapan pelaksanaan adat
Kafosulino katulu (kedua mempelai bersama-sama kerumah mempelai laki-laki).
b. Pernikahan yang di lakukan tidak sesuai yang di harapkan dalam tatanan adat yakni yang
di sebut “Dofelei” atau silarian.Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal misalnya :
Orang tua mempelai perempuan tidak setuju dengan calon mempelai laki-laki,tetapi kedua
mempelai saling mencintai.
Karena faktor kasta dalam masyarakat yang tidak sama misalnya perempuan dari golongan
kaomu dan laki-laki dari golongan di bawahnya.
Adapun penyelesaian apabila terjadi pernikahan yang di sebut “Dofelei” adalah sebagai berikut :
Pling kurang 2 orang wanita dewasa dan beberapa orang laki-laki atau orang-orang yang
sudah tua pergi secara diam-diam kerumah calon mempelai perempuan dengan tujuan
membawa calon mempelai perempuan kerumah pemuka agama atau kerumah tokoh
masyarakat yang di segani dengan tujuan meminta perlindungan dan memohon penyelesaian
secara adat.
Sebelum meninggalkan rumah calon mempelai perempuan mereka meninggalkan uang
sebagai tanda bahwa anak gadis yang ada dalam rumah tersebut sudah silarian dengan laki-
laki.Adapun nominal uangnya sama dengan “lolino ghawi” yakni 5 boka untuk golongan kaomu
dan 1 boka untuk golongan walaka.
Kafosowono wamba
Setelah mereka sampai diramah tokoh agama atau tokoh masyarakat dimaksud mereka
dibacakan doa’a.esok harinya ada utusan dari tokoh agama /tokoh masyarakat tersebut yang
terdiri dari golongan kaomu dan golongan walaka.masing masing satu orang sebagai kurir yang
menyampaikan bahwa anak gadisnya semalam telah sampai dirumah tokoh agama /tokoh
masyarakat untuk meminta pertolongan dan minta diurus pernikahannya sesuai adat yang
berlaku.sekaligus menginformasikan kapan pelaksanaan penyelesaian adat.
Setelah disepakati tentang hari H pelaksanaan adat maka sebelum itu delegasi adat dari calon
mempelai laki-laki datng kerumah mempelai perempuan untuk memusyawarahkan apakah
pelaksanaan penyelesaian adat perkawinan sekaligus dilangsungkan pernikahan di rumah
tokoh agama /tokoh masayarakat atau nanti dicari hari lain dan pelaksanaan pernikahan nanti
dirumah laki-laki.
Katandugho
Proses penyelesaian adat perkawinan yang mana yang ditunaikan adalah “sandino
adhati”.pokok adat yang bilangannya 20 bhoka muna untuk golongan kaomu dan 10 bhoka 10
suku untuk golongan walaka yang masing masing nominalnya dikali dua karena sebagai denda
karena tidak dilaksanakan sesuai tatanan adat yang ditentukan yakni “angkamata”
Kaghotino isa
Tujuannya agar orang yang bersangkutan tidak sering sakit-sakitan.
Kaghotino buku
Tujuannya supaya orang yang bersangkutan tidak sakit tulang-tulangnya.
Kaago-ago
Kaago-ago adalah suatu prosesi adat masyarakat Suku Muna sebagai penanda dimulainya
musim tanam. Prosesi ini dipandu oleh seorang tokoh adat yang digelar,bertujuan untuk
memintah berkahalam agar tanaman yang akan ditanam kelak dapat tumbuh dengan subur dan
10. 10
memberi hasil yang baik serta terhindar dari gangguan hama. Selain itu prosesi ini juga
bertujuan mengusir roh-roh jahat dari tempat tersebut agartidak mengganggu masyarakat yang
beraktifitas diatas lahan yang sebelumnyadiyakini menjadi lokasi hunian raoh-roh jahat tersebut
Kaago-ago merpuakan tradisi masyarakat Suku bangsa muna sebagai warisan leluhur sejak
masa anismisme dan dinamisme yang sampai saat ini terus dilestarikan. Setelah islam masuk
di Muna,prosesi kaago-ago kemudian diadaptasi dengan nilai-nilai islam sehingga dalam
pelaksanaaannya, seorang pande selain membaca mantra-mantra juga membacaayat-ayat suci
Al Qur’an.
Setelah membaca doa-doa danmantera-mantera, Pande kemudian menyerahkan persembahan
yang diletakan pada sebuah bangunan yang terbuat dari bambu dan dihiasi dengan kain-kain
aneka warna. Maksud dari penyerahan sesembahan
tersebut adalah sebagai penghargaan terhadap semama mahluk tuhan (
mahluk ghaib ) sehingga ketika mereka pergi meninggalkan tempat kediamannya
menuju tempat hunian yang baru mereka pergi dengan rasa damai dan telah
mendapat bekal yang cukup sampai ke tujuan.
Bila ingin melihat lebih dekat pelaksanaan prosesi tersebut, anda dapat datang di muna pada
musim tanamkhususnya pada musim barat, tepatnya pada bulan November sampai awal
desember setiap tahunnya.
Kabelai
adalah upacara yang dilaksanakan ketika bakal buah jagung mulai ada, dengan tujuan agar
bakal buah cepat berisi dan berbuah bagus
Katumbu
adalah upacara berupa pesta yang biasanya dihadiri oleh sejumlah undangan sebagai tanda
syukur kepada makhluk ghaib yang telah memelihara tanaman jagung hingga berhasil
Katongka
adalah upacara panen kedua, yang dilaksanakan ketika jagung berumur 90 hari yaitu ditandai
pada kulitnya yang telah mulai kering.
permainan dan hiburan (tunuha ‘perayaan kesyukuran atas hasil pertanian mereka yang
dihadiri masyarakat umum, pokadudi ’jenis mainan anak-anak atau dewasa yang terbuat dari
kayu dengan menggunakan biji-bijian’ , polangkakope ‘sembunyi-sembunyi’, pohule ‘jenis
mainan anak-anak yang terbuat dari kayu berbentuk runcing ujungnya yang biasanya
dipertandingkan dalam masyarakat’, pokaghati ‘layang-layang’
adat kebiasaan ( pokaowa ‘kegiatan tolong menolong/saling membantu secara bergiliran,
pokadulu’ kegiatan sosial dalam masyarakat secara bergotong
Kabasano haroa/memperingati hari-hari besar islam
Maulid nabi muhammad SAW/maludhu
Haroa yang dilakukan pada bulan Rabiul Awal untuk memperingati maulid Nabi Muhammad
SAW. Lahirnya Muhammad adalah berita gembira yang menjadi berkah bagi semesta.
Muhammad adalah representasi dari sosok yang membawa jalan terang bagi manusia. Untuk
itu, kelahirannya dirayakan dengan haroa dan membaca doa syukur bersama-sama. Menurut
adat Buton, haroa tersebut dibuka oleh sultan pada malam 12 hari bulan. Kemudian untuk
kalangan masyarakat biasa memilih salah satu waktu antara 13 hari bulan sampai 29 hari bulan
Rabiul Awal. Setelah itu ditutup oleh Haroana Hukumu pada 30 hari bulan Rabul Awal.
Masyarakat menjalankannya setiap tahun dengan membaca riwayat Nabi Muhammad.
Kadangkala selesai haroa, dilanjutkan dengan lagu-lagu Maludu sampai selesai, yang biasanya
dinyanyikan dari waktu malam sampai siang hari.
Radhabu/27 rajab
Haroa ini dilakukan untuk memperingati para syuhada yang gugur di medan perang dalam
memperjuangkan Islam bersama-sama Nabi Muhammad SAW. Haroana Rajabu dilakukan
pada hari Jumat pertama di bulan Rajab dengan melakukan tahlilan serta berdoa semoga para
syuhada tersebut diberi ganjaran yang setimpal oleh Allah.
Nishfu syaban /isifu
Tembaha wula/memasuki bulan ramadhan
Qunut ( pertengahan ramadhan)
Upacara yang berkaitan dengan Nuzulul Qur’an (Qunut). Upacara ini biasanya dilaksanakan
pada pertengahan bulan suci Ramadhan atau pada 15 malam puasa. Dulunya, masyarakat
memeriahkannya dengan membawa makanan ke masjid keraton dan dimakan secara bersama-
11. 11
sama menjelang waktu sahur. Qunua dilakukan usai salat tarwih dan dirangkaian dengan sahur
secara bersama-sama di dalam masjid.
Lailatul qadar (kadhiri),mulai malam diatas 20 ramadhan.
Upacara yang berkaitan dengan turunnya Lailatul Qadr di bulan suci Ramadhan. Upacara ini
tgata pelaksanannya mirip dengan Qunua, yakni setelah salat Tarwih dirangkaikan dengan
sahur secara bersama-sama di dalam masjid. Biasanya dilaksanakan pada 27 malam
Ramadhan karena diyakini pada malam itulah turunnya Lailatul Qadr
Idul fitri
Enam hari bulan syawal
Idul adha
Dll
Saat menyambut hari-hari besar tersebut,makanan yang disediakan sangat bervariasi, ada
ayam dengan bumbu, daging kambing atau sapi dan sayurnya pun sayur yang hanya
disediakan untuk menyambut hari-hari penting, yaitu Sayur Konduru dengan gulai kelapanya,
kaguleno manu dan kaowei, sususuru, Lapa-Lapa, dengan porsi yang banyak yang cukup
dimakan bahakan bisa cukup untuk seminggu lebih. Seluruh makanan tersebut disatukan dalam
nampan (talang besar) dan ditutup dengan tundung saji yangf dibalut sarung. Kumpulan
makanan tersebut disebut HAROA.
Setelah haroa siap maka akan dilanjutkan dengan prosesi “Baca-baca” tetapi dalam prosesi
“Baca-baca”. Prosesi baca-baca dipimpin oleh MODHI. Setelah prosesi baca-baca selasai
biasanya disisihkan sebuah lapa-lapa, sepotong ayam yang diletakkan dalam piring. Makanan
tersebut diletakan diatas meja dan tidak boleh disentuh selama sehari.
“Baca-baca” adalah merupakan tradisi dan media penghubung dengan kerabat yang sudah
tidak bisa berpuasa dan berlebaran bersama lagi.
Kematian
Budaya kematian dilakukan sesuai yang digariskan dalam islam
dimandikan,dikafani,disholatkan dan dikuburkan.
Pataino itolu/2 hari setelah kematian
Tujuannya agar si mayyit yang saat itu sudah membengkak dapat diringankan siksa
kubur.biasanya pada saat pataino itolu dilaksanakan dengan kafongkorano ratibu yaitu pegawai
syara yang berjumlah 5-8 orang mengucapkan tahlil setiap waktu sholat dengan total tahlil yang
diucapkan sebanyak 210 ribu kali sampai waktu subuh hari ketujuh kematian.
Itolu/3 hari setelah kematian
Tujuannya agar si mayyit yang sudah semakin membengkak dapat diringankan siksa kuburnya.
Pataino ifitu/ 6 hari setelah kematian
Tujuannya agar si mayit yang saat itu sudah mulai pecah-pecah dapat diringankan siksa
kuburannya.pada saat pataino ifitu sekaligus dilaksanakan “kasongkono ratibu”pada saat
setelah sholat subuh yakni bilangan tahlil yang 210.000x harus sudah selesaikan pada saat itu.
Ifitu /7 hari setelah kematian
Pada saat itu sekaligus dilakukan pemotongan kambing yang disebut “hakeka”,tujuan
pemotongan kambing masih diperdebatkan sampai sekarang .ada yang mengatakan sebagai
kendaraan melewati titian shiraatal mustaqim ,ada pula yang berpendapat bahwa nama
hakekah tau aqiqah berarti menggadaikan sifat-sifat kebinatangan dari almarhum atau
almarhumah.
Rafulugha /20 hari setelah kematian
Tujuannya yakni roh si mayyit segera menghadap ALLAH yang memliki sifat 20
Fatofulugha /40 hari setelah kematian
Tujuannya mengingat kejadian manusia yang kelipatan 40 yakni 30x40 sudah ditiupkan roh dan
20x40 hari atau 280 hari berada dalam kandungan sudah dilahirkan.
Moghono / 100 hari setelah kematian
Adat ini dimaksudkan dari asmaul husna yang berjumlah 99 ditambah 1,yakni ALLAH
sendiri.jadi diharapkan si mayyit bisa bersama ALLAH dihari kiamat nanti
Burusino langka (ziarah kubur)
Prosesi ini biasa di lakukan sebelum dan sesudah hari raya idul fitri dan idul adha, sekedar
informasi masyarakat muna mayoritas agama islam tujuan dari prosesi
burusino langka(ziarah kubur) yaitu untuk mendoakan sanak keluarga yang telah meningal
dunia agar dosa dosanya selama hidup di dunia di ampuni dan bisa di terima di sisi ALLAH
12. 12
SWT juga bertujuan agar tradisi ini selalu terjaga dan di lestarikan terus oleh anak cucu kelak.
Budaya- budaya lisan yang masih dipertahankan
Budaya lisan dalam masyarakat Muna terdiri atas:
(a) ungkapan tradisional (palenda “sindiran”, falia “pemali”)
Falia (Larangan).Falia telah lama dianut oleh masyarakat muna diwariskan secara turun –
temurun. Falia sebagai suatu sistem religi/kepercayaan lokal. Walaupun orang Wuna telah
menganut agama Islam, namun sebagian besar masih memegang teguh kepercayaan yang
dianut oleh nenek moyangnya, baik bagi mereka yang tinggal di pedesaan maupun yang
berdomisili di perkotaan. Kepercayaan itu berupadan dinamisme. Animisme berarti percaya
bahwa di sekeliling mereka ditempati oleh roh-roh halus yang telah lama meninggal
dunia dan beraktivitas sebagaimana halnya manusia biasa, yang sewaktu-waktu datang untuk
menjenguk sanak saudaranya serta kerabatnya. Sedangkan dinamisme adalah meyakini bahwa
benda-benda tertentu mengandung kekuatan sakti. Dengan demikian apabila benda-benda
tersebut dipergunakan oleh manusia maka mereka dapat terhindar dari mara bahaya yang
mengancamnya.apabila terjadi musibah atau wabah penyakit,mereka percaya, bahwa roh
nenek moyang merekalah dan perbuatan manusia itu sendiriyang menyebabkan hal itu terjadi,
jika penyakit itu merupakan penyakit yang datangnya dari roh nenek moyangnya, maka perlu
diadakan upacara adat. Upacara adat yang dimaksud adalah berupa kago-ago2 yaitu semacam
upacara ritual disertai dengan sesajen yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang.
Adapun larangan-larangan yang masih ada dalam masyarakat diantaranya sebagai berikut:
pada saat perempuan lagi haid atau hamil dilarang untuk menggaruk bagian tubuh atau
perutnya karena akan berbekas
orang hamil tidak boleh keluar rumah pada waktu magrib,subuh atau tengah hari karena
anaknya akan keguguran akibat diganggu oleh setan
orang hamil tidak boleh pelit.karena akan sulit untuk melahirkan
orang hamil tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari suaminya karena pada saat
melahirkanakan bersamaan dengan BAB
orang hamil tidak boleh melingkarkan handuk dilehernya karena anaknya yang lahir kelak
akan terlilit tali pusat pada lehernya.
Seorang suami yang memiliki istri yang hamil dilarang untuk membunuh binatang misanya
ular.biawak,buaya karena anaknya akan sumbing.
Anak bayi tidak boleh dicium pipinya karena akan beringus
Anak bayi dilarang untuk mencium kemaluannya karena kelak anak tersebut akan menjadi
tuna susila dan tidak mengenal sopan santun.
Anak bayi tidak boleh dikeluarkan malam hari karena akan diganggu oleh setan
anak gadis dilarang untuk menyanyi di dapur karena kelak akan menikah dengan orang tua
anak gadis dilarang makan sambil memanjangkan kaki karena akan memiliki payudara yang
panjang.
Dilarang berkelahi dengan suami sambil menangis ditangga rumah karena berarti anjing.
Dilarang mengambil kembali sesuatu yang telah kita berikan kepada orang lain karena siku
akan luka/korengan.
Tidak boleh memukul orang menggunakan dahan kelapa karena orang yang dipukul akan
meninggal
Dilarang memanjat pohon kelor.karena jika jatuh akan kurus dan menyebabkan kematian.
Dilarang mengangkat barang berat seteah melahirkan karena akan ambeyen
Dilarang berpangu tangan di dagu karena orang tuanya akan meninggal
Tidak boleh mencium tangan dan kaki anak bayi karena akan menyebabkan si bayi tersebut
memakan kotorannya.
Dilarang untuk duduk depan pintu karena nanti diganggu oleh makhluk halus.
Orang yamg mau menikah dilarang kelua rumah karena dikhawatirkan terjadi kecelakaan dan
tidak jadi menikah.
Jangan bersiul malam hari di dalam rumah. mitos katanya akan mendatangkan hantu yg
berniat jahat.
Anak gadis dilarang duduk depan pintu karena nanti akan susah mendapatkan jodoh.
Dilarang Berpindah tempat pada waktu makan,karena kelak berakibat akan menikah lebih
dari sekali.
13. 13
Dilarang Berteriak-teriak mengucapkan kata-kata kotor dalam hutan.
karena tak lama lagi akan dimasuki roh halus jahat yang menguasai diri (kesurupan).
Dilarang Berfoto bersama dalam jumlah ganjil karena salah satu dari yang difoto akan cepat
meninggal. Biasanya yang ditengah.
Dilarang bangun terlalu siang karena rejeki yang akan datang selalu menjauh kembali.
anak gadis dilarang berlama-lama dalam kamr mandi karena akan kelihatan lebih tua dari
umurnya.
Dilarang tidur dengan posisi kepala ada di sebelah utara dan kaki di sebelah selatan, karena
akan cepat meninggal (posisi mayat yang dikubur)
Larangan untuk Membersihkan telinga dimalam hari karena akan membawa kedalam
kesulitan rezeki.
larangan tidur terlentang dengan tangan menindih kening kepala, karena secara tidak
langsung akan menyumpahi orang tua untuk pergi untuk selama-lamanya.
Janganlah tidur disore hari menjelang magrib, karena kelak akan menjadi orang tak bermalu
(gila).
Janganlah mendahului makan sebelum orang tua makan, karena akan menjadikan sulit untuk
mendapat rezeki
Janganlah suka memotong rambut dimalam hari di rumah, karena berakitbat akan didatangi
makhluk halus
Jangan menjahit kancing baju ketika baju masih dipakai karena akan menderita penyakit
yang parah dan selalu gagal dalam usaha selama 1 bulan.
Jangan menggunting kuku pada malam hari, karena akan membuat usia lebih singkat
Janganlah mempunyai kebiasaan memberi saputangan,sepatu,sendal,parfum kepada
kekasih karena akan berakibat perpisahan tiada sebab.
(b) nyanyian rakyat ( modero ‘nyanyian rakyat dilakukan pada saat merayakan musim panen
pertanian’ , kantola ‘'berbalas pantun’, kabhanti gambusu ‘nyanyian rakyat dilakukan pada saat
merayakan musim panen pertanian,pesta-pesta rakyat );
Tradisi lisan modero pada masyarakat etnik Muna tak luput dari proses “rekayasa” social
budaya, dan metaphor ekolinguistik itu sendiri. Teks tradisi lisan modero lahir dengan nuansa
ekologis yang dapat dinikmati langsung dan ditelusuri maknanya dalam kajian ekolinguitik kritis.
Ekolinguistik kritis dalam tradisi lisan modero direpresentasikan dalam beberapa hal, yakni:
1. Metaphor citra fisik manusia
2. Metafora nama-nama tumbuhan
3. Metafora nama-nama biota laut
4. Metafora nama-nama burung
5. Metafora nama kampong lama
6. Metafora hewan
7. Metafora nama-nama unggas
8. Metafora nama-nama hari
9. Metafora nama-nama bulan
(b) bahasa rakyat (patamondono ‘tokoh masyarakat’, modhi anahi ‘tokoh agamalebih muda’,
modhi kamokula ‘tokoh agama yang lebih tua, koghoerano/kosangiano ‘yang berkuasa dala
satu kampung’ , aro desa ‘julukan mantan kepala desa’;
(d) teka-teki (wata-watangke’ bentuk tanya jawab yang yang biasanya dilakukan anak-anak’ )
(e) cerita rakyat (kapu-kapuuna ‘dongeng’. Misalnya: kapoluka bhe ndoke ‘cerita rakya kura-
kura denga monyet’ , kau-kaudara ‘bentuk nyanyian rakyat biasanya dinyanyikan seorang ibu
saat menidurkan anaknya’
Foklor setengah lisan dalam masyarakat Muna terdiri atas:
(a) drama rakyat
(b) tari ( Linda ‘ tarian biasanya diperankan dipanggung saat proses pernikahan’, owele ‘sejenis
tarian biasanya diperankan anak muda dan orang tua
D. BUDAYA – BUDAYA MUNA YANG TELAH DIMODIFIKASI
Pada dasarnya budaya-budaya muna masih banyak yang dipertahankan.Adapun budaya-
budaya muna yang dimodifikasi sebenarnya hanya sekedar menambahkan sesuatu yang baru
seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia.Diantaranya :
• Pada peringatan menyambut hari-hari besar islam(haroa) telah mengalami
14. 14
pembaruan.makna penyediaan makanan(sesajen) sebenarnya berasal dari kebiasaan agama
hindu ,namun pada saat sekarang dalam pembacaan haroa telah dibubuhi dengan pembacaan
ayat-ayat suci alqur’an,do’a – do’a tertentu,atau pujian kepada Allah Sang Pencipta ataupun
seru-seruan untuk Nabi Muhammad SAW.
• Acara pemotongan rambut/kampua.pada saat sekarang perayaan acara sering dimeriahkan
dengan pembacaan barasanji(sholawat kepada nabi muhammad)oleh para laki-laki atau
perempuan dalam bentuk kelompok.
• Acara pingitan (karia).dahulu seorang gadis harus dipingit selama 40 hari,namun sekarang
ini lama pingitan telah dikurangi maksimal hanya seminggu ataupun beberapa hari saja.
E. BUDAYA – BUDAYA MUNA YANG TELAH DIHILANGKAN
Seiring dengan perkembangan zaman ada budaya-budaya tertentu yang telah dihilangkan
dalam masyarakat atau tidak dilakukan lagi seperti pada zaman dulu .antara lain :
Pernikahan
Yang di lakukan sesuai tatanan adat (angka mata)
Kamata, ialah memilih calon istri dengan tujuan supaya calon mempelai laki-laki dapat
memilih calon istri yang di inginkan.sekarang tidak dilakukan lagi,
Dofeompu atau membantu calon istri beserta keluarganya.Misalnya berkebun, mengambil
air, mengambil kayu bakar, dan lain-lain.
Dofofeena (meminang).Delegasi adat, laki-laki berkumpul di rumah orang tua laki-laki untuk
memusyawarahkan segala kelengkapan pelaksanaan adat, mulai dari :
1) Kafeena
Bilangan uangnya 5 boka muna di tambah satu cincin emas (untuk golongan kaomu).Untuk
golongan kaomu cincin emasnya terlihat atau di perlihatkan dalam satu tempat, sedangkan
untuk golongan walaka bilangannya 1 boka di tambah 1 cincin emas.Untuk golongan walaka
cincin emasnya tidak terlihat,kemudian di tambah dengan puro-puroyang di pegang anak-anak
gadis.
2) Kantaburi (rasa terimakasih laki-laki kepada calon perempuan karena pinangannya di
terima).
Bilangan uangnya 10 boka muna untuk golongan kaomu dan 2 boka muna untuk golongan
walaka.
3) Paniwi (Belanjaan hari-hari calon mempelai laki-laki).
Bilangan uangnya 5 boka untuk golongan kaomu dan 1 boka untuk golongan walaka.
4) Adhati bhalano (pokok adat atau sandino adhati)
Bilangan uangnya 20 boka untuk golongan kaomu dan 10 boka dan 10 suku untuk golongan
walaka.
5) Lolino ghawi (adat yang di peruntukan untuk ibu mempelai perempuan)
Bilangan uangnya 5 boka untuk kaomu dan 1 boka untuk golongan walaka.
6) Kafokanuha (tata rias)
Bilangan uangnya 5 boka untuk kaomu dan 1 boka untuk golongan walaka.Isinya terdiri dari
perlengkapan untuk mempelai wanita mulai dari kepala sampai yang di pakai di kaki.
7) Kafoatoha (yang mengantar mempelai laki-laki)
Bilangan uangnya 5 boka untuk kaomu dan 1 boka untuk golongan walaka.
15. 15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,perkakas, pakaian, bangunan
dan karya seni
Suku muna memiliki berbagai macam budaya yang telah mengatur kehidupan bermasayarakat
sehari-hari dan senantiasa dipatuhi oleh warga masyarakat.
Sebagai Suku bangsa, Muna memiliki sejarah yang cukup panjang. Dari situs sejarah yang
ada di dinding Gua Liangkobori dan Metanduno menanndakan bahwa peradaban suku bangsa
muna dimulai sejak jaman purba mesolitikum. Relief yang ada didinding kedua Gua tersebut
menggambarkan kehidupan masyarakat saat itu yang masih nomade dan menggantungkan
hidupnya dari berburu dan meramu. Di daerah Muna pun dikenal adanya sistem strata sosial
atau stratifikasi sosial yaitu Golongan kaomu dan walaka dan Golongan maradika.
Dalam suku muna dikenal berbagai macam budaya/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari dan hingga kini masih dipertahankan keberadaannya diantaranya
adalah Kasambu (penyuapan),Kampua/kaalano wulu, Kasariga,Kangkilo/sunatan,
Katoba,Karia/pingitan, Kaghotino isa,Kaghotino buku,Kaago-ago, Kabasano
haroa/memperingati hari-hari besar islam, Burusino langka (ziarah kubur),falia/pamali,dll
Pada dasarnya budaya-budaya muna masih banyak yang dipertahankan.Adapun budaya-
budaya muna yang dimodifikasi sebenarnya hanya sekedar menambahkan sesuatu yang baru
bahkan ada yang dihilangkan seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia
B. SARAN
Mengingat budaya merupakan kekayaan suatu bangsa maka dari itu harus tetap dipertahankan
keberadaanya agar tidak punah.