SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
DOSEN : Ns SHANTY, S.Kep
TUGAS : KMB I

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN (SINDROM CHUSING)

OLEH
KELOMPOK V:

EDDY SIHRUN
NUR IKRA
JAINUDIN
SITI ARA
WARGA AL FAUZAN

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011/2012
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat pada waktunya. Askep ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah „‟ KMB I„‟. Adapun askep ini membahas
mengenai ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (SINDROM
CHUSING).
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun

menyadari bahwa dalam

penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan
pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran –
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima
kasih.

Raha,

September 2012

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................

i

DAFTARI SI....................................................................................................

ii

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................

1

A. Latar belakang..........................................................................

1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................

1

C. Metode Penulisan......................................................................

2

D. Ruang Lingkup..........................................................................

2

BAB II : TINJAUAN TEORITIS...................................................................

3

A. Pengertian Sindrom Chusing.....................................................

3

B. Anatomi Fisiologi......................................................................

3

C. Etiologi......................................................................................

4

D. Manifestasi Klinis......................................................................

5

E. Patofisiologi...............................................................................

5

F. Komplikasi………………….....................................................

6

G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................

6

H. Penatalaksanaan Medis..............................................................

6

BAB III: PEMBAHASAN..............................................................................
A. Pengkajian..................................................................................

7

B. Diagnosa Keperawatan..............................................................

11

C. Intervensi Keperawatan.............................................................

12

BAB IV: KESIMPULAN................................................................................

15

A. Kesimpulan................................................................................

15

B. Saran .........................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Istilah sindrom Chusing sering kali digunakan untuk menggambarkan semua bentuk
kelebihan glukokortikoid. Mengikuti yang biasa dilakukan, kami mencadangkan istilah penyakit
Chusing untuk hiperkortisolisme yang disebabkan oleh produksi ACTH hipofisis yang
berlebihan. Istilah sindrom Chusing kadang-kadang digunakan secara khusus untuk merujuk
pada hipersekresi kortisol dari tumor adrenal, tetapi hal ini bersifat ambigu dan harus dihindari.
Meskipun biasanya dijelaskan secara sangat rinci dan digambarkan dengan foto yang
sangat jelas dalam teks endokrin, penyakit Chusing sangat jarang terjadi pada orang dewasa.
Lebih jauh lagi, banyak orang mempercayai bahwa sindrom Chusing merupakan suatu hal yang
jarang sekali pada anak. Meskipun insidensi sejati sindrom Chusing tidak diketahui, saat ini
kelainan ini semakin jelas bertambah sering dijumpai dibandingkan sebelumnya, terutama pada
anak. Banyak pasien yang pada saat pertama kali dijumpai sudah berada pada usia dewasa benarbenar mengalami awitan gejala pada masa kanak-kanak atau remaja. Pasien asli Harvey Chusing
waktu itu adalah seorang perempuan muda yang baru berusia 23 tahun yang riwayat dan
tampilan klinisnya mengindikasikan pnyakit yang telah berlangsung lama. Jadi, banyak pasien
dengan sindrom Chusing dapat dideteksi dalam kelompok usia pediatri. Pada orang dewasa dan
anak diatas usia 7 tahun, penyebab sindrom Chusing yang palin sering adalah penyakit Chusing
sejati (hyperplasia adrenal akibat hiperdekresi ACTH hipofisis). Pada bayi dan anak usia
dibawah 7 tahun, tumor adrenal mendominasi. Diantara 60 bayi berusia dibawah 1 tahun dengan
sindrom Chusing, 48 memiliki tumor adrenal.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah KMB I, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun askep ini mendapatkan
informasi atau wawasaan mengenai “Askep pada Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin
(Sindrom Cushing)”.

4
C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan askep ini,
penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi
dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk
mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
D. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penyusun miliki, sesuai dengan
rujukan materi yang harus dibahas dalam askep ini, maka ruang lingkup makalah ini terbatas
pada pembahasan mengenai tinjauan teoritis sindrom Chusing (pengertian sindrom Chusing,
anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisi, komplikasi, pemeriksaan penunjang,dan
penatalaksanaan medis) serta konsep askep sindrom Chusing (pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi).

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Sindrom Chusing
 Sindrom cushing adalah causa primer tidak terletak di hipofisis akan tetapi di supraren
sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing, 1932 )
 Sindrom cushing adalah ganbaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid
plasma jangka panjang dalam dosisi farmakologik (latrogen).(Wiliam F. Ganang , Fisiologi
Kedokteran, Hal 364).
 Sindrom Cushing adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap
glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. (Green
Span,1998)
Berdasarkan defenisi para ahli diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan bahwa sindrom
cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
B. Anatomi Fisiologi
Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang
juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.

6
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Hormon-hormon
yang dikeluarkan dari Medulla memiliki efek yang sama pada organ sebagai sistem saraf
simpatik hormon itu antara lain:
1. Epinefrin
2. Norepinefrin
sedangkan korteks mensintesis dan mengeluarkan tiga kelas hormone yaitu:
1. Glukokortikoid (misalnya, kortisol)
2. Mineralocorticoids (misalnya, aldosteron)
3. Androgen (misalnya testosteron)
Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme dan membantu meningkatkan kadar gula
darah
Mineralocorticoids mempengaruhi metabolisme mineral. Aldosteron adalah steroid yang
menargetkan tubulus distal ginjal dan merangsang serapan kembali natrium dan kalium.
Androgen seperti testosteron disekresi oleh korteks adrenal. produksi androgen adrenal
yang berlebihan dapat menyebabkan pubertas dini pada anak-anak muda dan pola rambut
tubuh maskulin pada perempuan.
Hormon kortisol dan glukokortikoid ini disekresi oleh anak ginjal karena provokasi dari hormon
Adrenocorticotropic

yang

disekresi

oleh

hipofisis

anterior

Hormon Adrenokortikotrop ini bekerjanya dikendalikan dan diatur oleh hormon hipotalamus
corticotrophin-releasing peptide.
C. Etiologi
Sindrom Chusing disebabkan oleh:
a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.

7
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis sindrom Chusing adalah sebagai berikut.
 Rambut kepala menjadi tipis
 Berjerawat dan pipi kemerahan
 Moon face
 Buffalo hump
 Hirsutisme
 Striae kemerahan pada abdomen dan pendolus abdomen
 Kulit cepat memar dan penyembuhan luka sulit
 BB bertambah
 Gangguan emosional
E. Patofisiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yang mencakup tumor
kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk
menigkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah yang
adekuat. Penyakit ini terjadi akibat patologi kelenjar hipofisis dimana lup umpan balik negatif
mengalami kegagalan dan hipofisis terus mensekresi ACTH dalam mengahadapi kortisol plasma
yang tinggi ; efek pada metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak pada keduanya adalah
karena pemajanan lama pada tingkat hormon glukokortikoid yang tinggi. Hiperplasia primer
kelenjar adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi. Pemberian
kostikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing. Penyebab lain sindrom
cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh malignitas, karsinoma
bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering ditemukan. Tanpa tergantung dari
penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks adrenal
menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan
gejala cushing sindrom terutam terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan androgen
yang

berlebihan,

meskipun

sekresi

mineralokortikoid

dapat

juga

terpengaruh.

8
F. Komplikasi
 Krisis Addisonia
 Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sampel darah, untuk menentukan adanya variasi di urnal yang normal pada kadar kartisol
plasma. Variasi ini biasanya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenal.
2. Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing apakah
dari hipofisis / adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan kadar kortisol
plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya.
3. Pengukuran kadar kortisol. Bebas dalam urine 24 jam, untuk memeriksa kadar 17hidroksikortikosteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol & androgen
dalam urine. Pada sindrom cushing kadar metabolit & kadar kortisol plasma akan
meningkat.
4. Stimulasi CRF ( Corticotropin – Releasing Faktor), untuk membedakan tumor hipofisis
dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH.
5. Pemindai CT, USG atau MRI, untuk menentukan lokasi jaringan adrenal & mendeteksi
tumor pada kelenjar adrenal.
H. Penatalaksanaan Medis
1) Operasi pengangkatan tumor melalui hipokisektomi transfenoidalis, biasanya penyebabnya
adalah tumor hipofisis.
2) Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala
3) Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone, ketokonazol)
untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang tidak dapat
dihilangkan secara tuntas.
4) Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai kelenjar
adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal.

9
BAB III
PEMBAHASAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
(SINDROM CHUSING)
A. Pengkajian
1. Biodata
 Identitas Klien
Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Status Perkawinan

:

Agama

:

Suku/bangsa

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

Pendapatan

:

Alamat

:

 Identitas penanggung jawab
Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Status Perkawinan

:

Agama

:

Suku/bangsa

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

Pendapatan

:

Hub. dengan Klien

:

Alamat

:

10
2. Data Demografi
Penyakit ini dapat terjadi didaerah mana saja yaitu pada daerah dataran tinggi maupun
dataran rendah yang terjadi pada pria maupun wanita.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
1. Keluhan utama : kelemahan otot
b. . Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama.
c. . Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom.
4. Pemeriksaan fisik
a) Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste
hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan
ronchi wheezing
b) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula

11
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c) Sistem Pencernaan
Mulut : Mukosa bibir kering
Tenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid
Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Abdoment :
I : Simetris tidak ada benjolan
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara redup
A : Tidak terdapat bising usus
d) Sistem Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
e) Sistem Persyarafan
Composmentis
f) Sistem Integument
Kulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit, berminyak, jerawat
g) Sistem Muskuluskeletal
Tulang:Terjadi osteoporosis
Otot :Terjadi kelemahan

12
5. Klasifikasi data
DS :
- Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, susah
beraktivitas.
- Klien mengatakan kurang percaya diri terhadap penampilan fisiknya dan susah
melakukan perawatan diri sendiri.
- Klien mengatakan mudah emosi dan depresi.
- Klien mengeluh cemas.
DO :
- Kekuatan otot menurun.
- Kebersihan buruk.
- Adanya bau badan.
- Tekanan darah meningkat.
- Wajah selalu tampak tegang.
- Gelisah, emosi labil, dan mudah marah.
6. Analisa data
No.
1.

Problem
Intoleransi aktivitas

Etiologi
Kelemahan pada otot

Symptom
DS :

↓

- Klien mengatakan

Susah beraktivitas

tubuh terasa lemah,

↓

susah tidur, dan

Intoleransi aktivitas

susah beraktivitas.
DO :
- Kekuatan otot
menurun.

2.

Gangguan

Kelemahan pada otot

pemenuhan

↓

kebutuhan personal
hygene

Susah beraktivitas
↓
Kurang perawatan diri
↓

DS :
- Klien mengatakan
susah melakukan
perawatan diri
sendiri sehingga
kurang percaya diri
13
Gangguan pemenuhan

terhadap penampilan

kebutuhan personal
hygene

fisiknya
DO :
- Kebersihan buruk.
- Adanya bau badan.

3.

Gangguan proses
berpikir

Kurang perawatan diri

DS :

↓

- Klien mengatakan

Tidak percaya diri

mudah emosi dan

↓
Stress/depresi

stress.
DO :

↓

- Tekanan darah

Gangguan proses

meningkat.

berpikir

- Wajah selalu tampak
tegang.

4.

Ansietas

Perubahan status
kesehatan

DS :
- Klien mengeluh

↓
Kurang informasi
↓
Stres psikologi
↓

cemas
DO :
- Gelisah
- Emosi labil
- Klien mudah marah

Ansietas
 Prioritas masalah
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene
3. Gangguan proses berpikir
4. Ansietas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, dan susah
beraktivitas.

14
DO: Kekuatan otot menurun.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene, ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan susah melakukan perawatan diri sendiri sehingga kurang percaya
diri terhadap penampilan fisiknya.
DO: Kebersihan buruk dan adanya bau badan.
3. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan fluktuasi emosi dan depresi, ditandai
dengan:
DS: Klien mengatakan mudah emosi dan stress.
DO: Tekanan darah meningkat dan wajah selalu tampak tegang.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi mengenai penyakitnya,
ditandai dengan:
DS: Klien mengeluh cemas.
DO: Gelisah, emosi labil, dan klien mudah marah.

C. Intervensi Keperawatan
Dx

Rencana Tindakan
Tujuan

1.

TUPAN: Setelah
diberikan tindakan

Intervensi

Rasional

- Anjurkan klien untuk - Untuk mencegah
beraktivitas ringan.

komplikasi akibat

keperawatan selama ± 7

imobilisasi dan

hari, intoleransi teratasi.

meningkatkan rasa

TUPEN: Setelah

percaya diri .

diberikan tindakan
keperawatan selama ± 3
hari, intoleransi aktivitas

- Atur interval wktu
istirahat dan aktivitas.

- Agar klien dapat
beristirahat yang adekuat

berangsur-angsur

dan dapat menghilangkan

teratasi, dengan kriteria

lelah yang dikeluhkan

hasil:

pasien akibat insomnia.

Klien dapat
beraktivitas secara
mandiri.
2.

TUPAN: Setelah
diberikan tindakan

- Ciptakan lingkungan
yang tenang.
- Diskusikan arti
perubahan pada klien.

- Agar klien dapat mencapai
istirahat yang adekuat.
- Beberapa klien
memendang situasi

15
keperawatan selama ± 7

sebagai tantangan,

hari, gangguan

beberapa sulit menerima

pemenuhan kebutuhan

perubahan

personal hygene klien

hidup/penampilan peran

teratasi.

dan kehilangan

TUPEN: Setelah

kemampuan kontrol tubuh

diberikan tindakan

sendiri.

keperawatan selama ± 3
hari, gangguan

- Beri kesempatan pada - Dapat melatih klien untuk

pemenuhan kebutuhan

klien untuk

personal hygene klien

melakukan perawatan

bereangsur-angsur

melakukan perawatan diri.

diri secara mandiri.

teratasi, dengan kriteria
hasil:

- Beri penjelasan

- Agar klien dapat

Klien mulai percaya

mengenai personal

mengetahui pentingnya

diri terhadap

hygene.

personal hygene.

penampilan fisiknya.
3.

TUPAN: Setelah

- Evaluasi tingkat stress - Tingkat stress dapat

diberikan tindakan

individu dan hadapi

meningkat dengan peset

keperawatan selama ± 7

dengan tepat.

karena perubahan yang

hari, gangguan proses

baru sedang atau telah

berpikir klien teratasi.

terjadi.

TUPEN: Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selam ± 3
hari, gangguan proses
berpikir berangsurangsur teratasi serta
dapat memperlihatkan
perbaikan fungsi mental
dengan kriteria hasil:
Klien mampu
mempertahankan

16
tingkat orientasi
realita sehari-hari,
mengenali perubahan
pada pemikiran dan
tingkah laku.
4.

TUPAN:

- Berikan penjelasan

Setelah diberikan

pada klien tentang

tindakan keperawatan

- Klien dapat memahami
penyakitnya.

penyakitnya.

selama ± 7 hari, ansietas
teratasi.
TUPEN:

- Berikan buku-buku

- Buku merupakan salah

Setelah diberikan

yang berhubungan

satu sumber informasi

tindakan keperawatan

dengan penyakit yang

untuk menambah

selama ± 3 hari, ansietas

diderita oleh klien.

pengetahuan.

berangsur-angsur
teratasi, dengan kriteria
hasil:
Klien tidak cemas
lagi.

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Chusing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap, disebabkan oleh:

a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
B. Saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya referensi
yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun khususnya dari dosen
pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
askep ini kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, SPC, MN, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta:EGC.
Rumahorbo, Hotma, SKp. 2003. Asuhan Keperawatan Klien denga Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta:EGC.
Tambayong, Jan, dr. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
http://www.google.com

19

More Related Content

Similar to Askep sindrom cusing indry

Congenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptx
Congenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptxCongenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptx
Congenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptxssuser5bd833
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64Eli Subekti
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromSri Nala
 
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docxUGDPKMMARIDAN
 
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-dochomeworkping9
 
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdfTata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdfRioMRajagukguk
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khususpjj_kemenkes
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khususpjj_kemenkes
 
hipertensi
hipertensihipertensi
hipertensiGtDanish
 
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.pptPOWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.pptTiazDiniutami
 
01 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-1
01 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-101 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-1
01 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-1Miftachul Jannah
 
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokardKb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokardpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan OksigenAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenpjj_kemenkes
 
Ppt sindrom cushing
Ppt sindrom cushingPpt sindrom cushing
Ppt sindrom cushingKANDA IZUL
 
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhpjj_kemenkes
 

Similar to Askep sindrom cusing indry (20)

Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Congenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptx
Congenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptxCongenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptx
Congenital Adrenal Hyperplasia Due to Steroid 21-Hydroxylase Deficiency.pptx
 
Santi askep hipopituitary AKPER PEMKAB MUNA
Santi askep hipopituitary AKPER PEMKAB MUNASanti askep hipopituitary AKPER PEMKAB MUNA
Santi askep hipopituitary AKPER PEMKAB MUNA
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
 
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
 
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
 
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdfTata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
 
Askep ca.nasoparing
Askep ca.nasoparingAskep ca.nasoparing
Askep ca.nasoparing
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
 
hipertensi
hipertensihipertensi
hipertensi
 
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.pptPOWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
POWER POINT PRESENTASI HYDROCEPHALUS.ppt
 
01 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-1
01 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-101 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-1
01 gdl-pebriirawa-222-1-pebriir-1
 
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokardKb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan OksigenAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
 
Ppt sindrom cushing
Ppt sindrom cushingPpt sindrom cushing
Ppt sindrom cushing
 
Bab 1 artritis gout uap.pdf
Bab 1 artritis gout uap.pdfBab 1 artritis gout uap.pdf
Bab 1 artritis gout uap.pdf
 
Kasus tbc2
Kasus tbc2Kasus tbc2
Kasus tbc2
 
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep sindrom cusing indry

  • 1. DOSEN : Ns SHANTY, S.Kep TUGAS : KMB I ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (SINDROM CHUSING) OLEH KELOMPOK V: EDDY SIHRUN NUR IKRA JAINUDIN SITI ARA WARGA AL FAUZAN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011/2012 1
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah „‟ KMB I„‟. Adapun askep ini membahas mengenai ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (SINDROM CHUSING). Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan askep ini. Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih. Raha, September 2012 Penyusun 2
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................... i DAFTARI SI.................................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1 A. Latar belakang.......................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan....................................................................... 1 C. Metode Penulisan...................................................................... 2 D. Ruang Lingkup.......................................................................... 2 BAB II : TINJAUAN TEORITIS................................................................... 3 A. Pengertian Sindrom Chusing..................................................... 3 B. Anatomi Fisiologi...................................................................... 3 C. Etiologi...................................................................................... 4 D. Manifestasi Klinis...................................................................... 5 E. Patofisiologi............................................................................... 5 F. Komplikasi…………………..................................................... 6 G. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 6 H. Penatalaksanaan Medis.............................................................. 6 BAB III: PEMBAHASAN.............................................................................. A. Pengkajian.................................................................................. 7 B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 11 C. Intervensi Keperawatan............................................................. 12 BAB IV: KESIMPULAN................................................................................ 15 A. Kesimpulan................................................................................ 15 B. Saran ......................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA 3
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sindrom Chusing sering kali digunakan untuk menggambarkan semua bentuk kelebihan glukokortikoid. Mengikuti yang biasa dilakukan, kami mencadangkan istilah penyakit Chusing untuk hiperkortisolisme yang disebabkan oleh produksi ACTH hipofisis yang berlebihan. Istilah sindrom Chusing kadang-kadang digunakan secara khusus untuk merujuk pada hipersekresi kortisol dari tumor adrenal, tetapi hal ini bersifat ambigu dan harus dihindari. Meskipun biasanya dijelaskan secara sangat rinci dan digambarkan dengan foto yang sangat jelas dalam teks endokrin, penyakit Chusing sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Lebih jauh lagi, banyak orang mempercayai bahwa sindrom Chusing merupakan suatu hal yang jarang sekali pada anak. Meskipun insidensi sejati sindrom Chusing tidak diketahui, saat ini kelainan ini semakin jelas bertambah sering dijumpai dibandingkan sebelumnya, terutama pada anak. Banyak pasien yang pada saat pertama kali dijumpai sudah berada pada usia dewasa benarbenar mengalami awitan gejala pada masa kanak-kanak atau remaja. Pasien asli Harvey Chusing waktu itu adalah seorang perempuan muda yang baru berusia 23 tahun yang riwayat dan tampilan klinisnya mengindikasikan pnyakit yang telah berlangsung lama. Jadi, banyak pasien dengan sindrom Chusing dapat dideteksi dalam kelompok usia pediatri. Pada orang dewasa dan anak diatas usia 7 tahun, penyebab sindrom Chusing yang palin sering adalah penyakit Chusing sejati (hyperplasia adrenal akibat hiperdekresi ACTH hipofisis). Pada bayi dan anak usia dibawah 7 tahun, tumor adrenal mendominasi. Diantara 60 bayi berusia dibawah 1 tahun dengan sindrom Chusing, 48 memiliki tumor adrenal. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah KMB I, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun askep ini mendapatkan informasi atau wawasaan mengenai “Askep pada Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin (Sindrom Cushing)”. 4
  • 5. C. Metode Penulisan Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan askep ini, penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan. D. Ruang Lingkup Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penyusun miliki, sesuai dengan rujukan materi yang harus dibahas dalam askep ini, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan mengenai tinjauan teoritis sindrom Chusing (pengertian sindrom Chusing, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisi, komplikasi, pemeriksaan penunjang,dan penatalaksanaan medis) serta konsep askep sindrom Chusing (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi). 5
  • 6. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Sindrom Chusing  Sindrom cushing adalah causa primer tidak terletak di hipofisis akan tetapi di supraren sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing, 1932 )  Sindrom cushing adalah ganbaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid plasma jangka panjang dalam dosisi farmakologik (latrogen).(Wiliam F. Ganang , Fisiologi Kedokteran, Hal 364).  Sindrom Cushing adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. (Green Span,1998) Berdasarkan defenisi para ahli diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan bahwa sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. B. Anatomi Fisiologi Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal. 6
  • 7. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Hormon-hormon yang dikeluarkan dari Medulla memiliki efek yang sama pada organ sebagai sistem saraf simpatik hormon itu antara lain: 1. Epinefrin 2. Norepinefrin sedangkan korteks mensintesis dan mengeluarkan tiga kelas hormone yaitu: 1. Glukokortikoid (misalnya, kortisol) 2. Mineralocorticoids (misalnya, aldosteron) 3. Androgen (misalnya testosteron) Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme dan membantu meningkatkan kadar gula darah Mineralocorticoids mempengaruhi metabolisme mineral. Aldosteron adalah steroid yang menargetkan tubulus distal ginjal dan merangsang serapan kembali natrium dan kalium. Androgen seperti testosteron disekresi oleh korteks adrenal. produksi androgen adrenal yang berlebihan dapat menyebabkan pubertas dini pada anak-anak muda dan pola rambut tubuh maskulin pada perempuan. Hormon kortisol dan glukokortikoid ini disekresi oleh anak ginjal karena provokasi dari hormon Adrenocorticotropic yang disekresi oleh hipofisis anterior Hormon Adrenokortikotrop ini bekerjanya dikendalikan dan diatur oleh hormon hipotalamus corticotrophin-releasing peptide. C. Etiologi Sindrom Chusing disebabkan oleh: a. Iatrogenik Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik. b. Spontan Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal. 7
  • 8. D. Manifestasi Klinis Gambaran klinis sindrom Chusing adalah sebagai berikut.  Rambut kepala menjadi tipis  Berjerawat dan pipi kemerahan  Moon face  Buffalo hump  Hirsutisme  Striae kemerahan pada abdomen dan pendolus abdomen  Kulit cepat memar dan penyembuhan luka sulit  BB bertambah  Gangguan emosional E. Patofisiologi Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yang mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk menigkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah yang adekuat. Penyakit ini terjadi akibat patologi kelenjar hipofisis dimana lup umpan balik negatif mengalami kegagalan dan hipofisis terus mensekresi ACTH dalam mengahadapi kortisol plasma yang tinggi ; efek pada metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak pada keduanya adalah karena pemajanan lama pada tingkat hormon glukokortikoid yang tinggi. Hiperplasia primer kelenjar adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi. Pemberian kostikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing. Penyebab lain sindrom cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh malignitas, karsinoma bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering ditemukan. Tanpa tergantung dari penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan gejala cushing sindrom terutam terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan androgen yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid dapat juga terpengaruh. 8
  • 9. F. Komplikasi  Krisis Addisonia  Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal G. Pemeriksaan Penunjang 1. Sampel darah, untuk menentukan adanya variasi di urnal yang normal pada kadar kartisol plasma. Variasi ini biasanya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenal. 2. Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing apakah dari hipofisis / adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya. 3. Pengukuran kadar kortisol. Bebas dalam urine 24 jam, untuk memeriksa kadar 17hidroksikortikosteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol & androgen dalam urine. Pada sindrom cushing kadar metabolit & kadar kortisol plasma akan meningkat. 4. Stimulasi CRF ( Corticotropin – Releasing Faktor), untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH. 5. Pemindai CT, USG atau MRI, untuk menentukan lokasi jaringan adrenal & mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal. H. Penatalaksanaan Medis 1) Operasi pengangkatan tumor melalui hipokisektomi transfenoidalis, biasanya penyebabnya adalah tumor hipofisis. 2) Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala 3) Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone, ketokonazol) untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas. 4) Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal. 9
  • 10. BAB III PEMBAHASAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (SINDROM CHUSING) A. Pengkajian 1. Biodata  Identitas Klien Nama : Umur : Jenis Kelamin : Status Perkawinan : Agama : Suku/bangsa : Pendidikan : Pekerjaan : Pendapatan : Alamat :  Identitas penanggung jawab Nama : Umur : Jenis Kelamin : Status Perkawinan : Agama : Suku/bangsa : Pendidikan : Pekerjaan : Pendapatan : Hub. dengan Klien : Alamat : 10
  • 11. 2. Data Demografi Penyakit ini dapat terjadi didaerah mana saja yaitu pada daerah dataran tinggi maupun dataran rendah yang terjadi pada pria maupun wanita. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang 1. Keluhan utama : kelemahan otot b. . Riwayat penyakit dahulu Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama. c. . Riwayat penyakit keluarga Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom. 4. Pemeriksaan fisik a) Sistem Pernapasan Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste hidung, pergerakan dada simetris Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan Perkusi : Suara sonor Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi wheezing b) Sistem Kardiovaskuler Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula 11
  • 12. Perkusi : Pekak Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal c) Sistem Pencernaan Mulut : Mukosa bibir kering Tenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis Abdoment : I : Simetris tidak ada benjolan P : Tidak terdapat nyeri tekan P : Suara redup A : Tidak terdapat bising usus d) Sistem Eliminasi Tidak ada gangguan eliminasi e) Sistem Persyarafan Composmentis f) Sistem Integument Kulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit, berminyak, jerawat g) Sistem Muskuluskeletal Tulang:Terjadi osteoporosis Otot :Terjadi kelemahan 12
  • 13. 5. Klasifikasi data DS : - Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, susah beraktivitas. - Klien mengatakan kurang percaya diri terhadap penampilan fisiknya dan susah melakukan perawatan diri sendiri. - Klien mengatakan mudah emosi dan depresi. - Klien mengeluh cemas. DO : - Kekuatan otot menurun. - Kebersihan buruk. - Adanya bau badan. - Tekanan darah meningkat. - Wajah selalu tampak tegang. - Gelisah, emosi labil, dan mudah marah. 6. Analisa data No. 1. Problem Intoleransi aktivitas Etiologi Kelemahan pada otot Symptom DS : ↓ - Klien mengatakan Susah beraktivitas tubuh terasa lemah, ↓ susah tidur, dan Intoleransi aktivitas susah beraktivitas. DO : - Kekuatan otot menurun. 2. Gangguan Kelemahan pada otot pemenuhan ↓ kebutuhan personal hygene Susah beraktivitas ↓ Kurang perawatan diri ↓ DS : - Klien mengatakan susah melakukan perawatan diri sendiri sehingga kurang percaya diri 13
  • 14. Gangguan pemenuhan terhadap penampilan kebutuhan personal hygene fisiknya DO : - Kebersihan buruk. - Adanya bau badan. 3. Gangguan proses berpikir Kurang perawatan diri DS : ↓ - Klien mengatakan Tidak percaya diri mudah emosi dan ↓ Stress/depresi stress. DO : ↓ - Tekanan darah Gangguan proses meningkat. berpikir - Wajah selalu tampak tegang. 4. Ansietas Perubahan status kesehatan DS : - Klien mengeluh ↓ Kurang informasi ↓ Stres psikologi ↓ cemas DO : - Gelisah - Emosi labil - Klien mudah marah Ansietas  Prioritas masalah 1. Intoleransi aktivitas 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene 3. Gangguan proses berpikir 4. Ansietas B. Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan: DS: Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, dan susah beraktivitas. 14
  • 15. DO: Kekuatan otot menurun. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene, ditandai dengan: DS: Klien mengatakan susah melakukan perawatan diri sendiri sehingga kurang percaya diri terhadap penampilan fisiknya. DO: Kebersihan buruk dan adanya bau badan. 3. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan fluktuasi emosi dan depresi, ditandai dengan: DS: Klien mengatakan mudah emosi dan stress. DO: Tekanan darah meningkat dan wajah selalu tampak tegang. 4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi mengenai penyakitnya, ditandai dengan: DS: Klien mengeluh cemas. DO: Gelisah, emosi labil, dan klien mudah marah. C. Intervensi Keperawatan Dx Rencana Tindakan Tujuan 1. TUPAN: Setelah diberikan tindakan Intervensi Rasional - Anjurkan klien untuk - Untuk mencegah beraktivitas ringan. komplikasi akibat keperawatan selama ± 7 imobilisasi dan hari, intoleransi teratasi. meningkatkan rasa TUPEN: Setelah percaya diri . diberikan tindakan keperawatan selama ± 3 hari, intoleransi aktivitas - Atur interval wktu istirahat dan aktivitas. - Agar klien dapat beristirahat yang adekuat berangsur-angsur dan dapat menghilangkan teratasi, dengan kriteria lelah yang dikeluhkan hasil: pasien akibat insomnia. Klien dapat beraktivitas secara mandiri. 2. TUPAN: Setelah diberikan tindakan - Ciptakan lingkungan yang tenang. - Diskusikan arti perubahan pada klien. - Agar klien dapat mencapai istirahat yang adekuat. - Beberapa klien memendang situasi 15
  • 16. keperawatan selama ± 7 sebagai tantangan, hari, gangguan beberapa sulit menerima pemenuhan kebutuhan perubahan personal hygene klien hidup/penampilan peran teratasi. dan kehilangan TUPEN: Setelah kemampuan kontrol tubuh diberikan tindakan sendiri. keperawatan selama ± 3 hari, gangguan - Beri kesempatan pada - Dapat melatih klien untuk pemenuhan kebutuhan klien untuk personal hygene klien melakukan perawatan bereangsur-angsur melakukan perawatan diri. diri secara mandiri. teratasi, dengan kriteria hasil: - Beri penjelasan - Agar klien dapat Klien mulai percaya mengenai personal mengetahui pentingnya diri terhadap hygene. personal hygene. penampilan fisiknya. 3. TUPAN: Setelah - Evaluasi tingkat stress - Tingkat stress dapat diberikan tindakan individu dan hadapi meningkat dengan peset keperawatan selama ± 7 dengan tepat. karena perubahan yang hari, gangguan proses baru sedang atau telah berpikir klien teratasi. terjadi. TUPEN: Setelah diberikan tindakan keperawatan selam ± 3 hari, gangguan proses berpikir berangsurangsur teratasi serta dapat memperlihatkan perbaikan fungsi mental dengan kriteria hasil: Klien mampu mempertahankan 16
  • 17. tingkat orientasi realita sehari-hari, mengenali perubahan pada pemikiran dan tingkah laku. 4. TUPAN: - Berikan penjelasan Setelah diberikan pada klien tentang tindakan keperawatan - Klien dapat memahami penyakitnya. penyakitnya. selama ± 7 hari, ansietas teratasi. TUPEN: - Berikan buku-buku - Buku merupakan salah Setelah diberikan yang berhubungan satu sumber informasi tindakan keperawatan dengan penyakit yang untuk menambah selama ± 3 hari, ansietas diderita oleh klien. pengetahuan. berangsur-angsur teratasi, dengan kriteria hasil: Klien tidak cemas lagi. 17
  • 18. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sindrom Chusing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap, disebabkan oleh: a. Iatrogenik Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik. b. Spontan Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal. B. Saran Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya. 18
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Baradero, Mary, SPC, MN, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:EGC. Rumahorbo, Hotma, SKp. 2003. Asuhan Keperawatan Klien denga Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:EGC. Tambayong, Jan, dr. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC. http://www.google.com 19