1. 1
DOSEN : Ns SHANTY, S.Kep
TUGAS : KMB I
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN (SINDROM CHUSING)
OLEH
KELOMPOK V:
EDDY SIHRUN
NUR IKRA
JAINUDIN
SITI ARA
WARGA AL FAUZAN
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011/2012
2. 2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat pada waktunya. Askep ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah „‟ KMB I„‟. Adapun askep ini membahas
mengenai ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (SINDROM
CHUSING).
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan
pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran –
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima
kasih.
Raha, September 2012
Penyusun
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTARI SI.................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan....................................................................... 1
C. Metode Penulisan...................................................................... 2
D. Ruang Lingkup.......................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS................................................................... 3
A. Pengertian Sindrom Chusing..................................................... 3
B. Anatomi Fisiologi...................................................................... 3
C. Etiologi...................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis...................................................................... 5
E. Patofisiologi............................................................................... 5
F. Komplikasi…………………..................................................... 6
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 6
H. Penatalaksanaan Medis.............................................................. 6
BAB III: PEMBAHASAN..............................................................................
A. Pengkajian.................................................................................. 7
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 11
C. Intervensi Keperawatan............................................................. 12
BAB IV: KESIMPULAN................................................................................ 15
A. Kesimpulan................................................................................ 15
B. Saran ......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sindrom Chusing sering kali digunakan untuk menggambarkan semua bentuk
kelebihan glukokortikoid. Mengikuti yang biasa dilakukan, kami mencadangkan istilah penyakit
Chusing untuk hiperkortisolisme yang disebabkan oleh produksi ACTH hipofisis yang
berlebihan. Istilah sindrom Chusing kadang-kadang digunakan secara khusus untuk merujuk
pada hipersekresi kortisol dari tumor adrenal, tetapi hal ini bersifat ambigu dan harus dihindari.
Meskipun biasanya dijelaskan secara sangat rinci dan digambarkan dengan foto yang
sangat jelas dalam teks endokrin, penyakit Chusing sangat jarang terjadi pada orang dewasa.
Lebih jauh lagi, banyak orang mempercayai bahwa sindrom Chusing merupakan suatu hal yang
jarang sekali pada anak. Meskipun insidensi sejati sindrom Chusing tidak diketahui, saat ini
kelainan ini semakin jelas bertambah sering dijumpai dibandingkan sebelumnya, terutama pada
anak. Banyak pasien yang pada saat pertama kali dijumpai sudah berada pada usia dewasa benar-
benar mengalami awitan gejala pada masa kanak-kanak atau remaja. Pasien asli Harvey Chusing
waktu itu adalah seorang perempuan muda yang baru berusia 23 tahun yang riwayat dan
tampilan klinisnya mengindikasikan pnyakit yang telah berlangsung lama. Jadi, banyak pasien
dengan sindrom Chusing dapat dideteksi dalam kelompok usia pediatri. Pada orang dewasa dan
anak diatas usia 7 tahun, penyebab sindrom Chusing yang palin sering adalah penyakit Chusing
sejati (hyperplasia adrenal akibat hiperdekresi ACTH hipofisis). Pada bayi dan anak usia
dibawah 7 tahun, tumor adrenal mendominasi. Diantara 60 bayi berusia dibawah 1 tahun dengan
sindrom Chusing, 48 memiliki tumor adrenal.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah KMB I, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun askep ini mendapatkan
informasi atau wawasaan mengenai “Askep pada Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin
(Sindrom Cushing)”.
5. 5
C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan askep ini,
penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi
dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk
mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
D. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penyusun miliki, sesuai dengan
rujukan materi yang harus dibahas dalam askep ini, maka ruang lingkup makalah ini terbatas
pada pembahasan mengenai tinjauan teoritis sindrom Chusing (pengertian sindrom Chusing,
anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisi, komplikasi, pemeriksaan penunjang,dan
penatalaksanaan medis) serta konsep askep sindrom Chusing (pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi).
6. 6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Sindrom Chusing
Sindrom cushing adalah causa primer tidak terletak di hipofisis akan tetapi di supraren
sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing, 1932 )
Sindrom cushing adalah ganbaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid
plasma jangka panjang dalam dosisi farmakologik (latrogen).(Wiliam F. Ganang , Fisiologi
Kedokteran, Hal 364).
Sindrom Cushing adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap
glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. (Green
Span,1998)
Berdasarkan defenisi para ahli diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan bahwa sindrom
cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
B. Anatomi Fisiologi
Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang
juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.
7. 7
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Hormon-hormon
yang dikeluarkan dari Medulla memiliki efek yang sama pada organ sebagai sistem saraf
simpatik hormon itu antara lain:
1. Epinefrin
2. Norepinefrin
sedangkan korteks mensintesis dan mengeluarkan tiga kelas hormone yaitu:
1. Glukokortikoid (misalnya, kortisol)
2. Mineralocorticoids (misalnya, aldosteron)
3. Androgen (misalnya testosteron)
Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme dan membantu meningkatkan kadar gula
darah
Mineralocorticoids mempengaruhi metabolisme mineral. Aldosteron adalah steroid yang
menargetkan tubulus distal ginjal dan merangsang serapan kembali natrium dan kalium.
Androgen seperti testosteron disekresi oleh korteks adrenal. produksi androgen adrenal
yang berlebihan dapat menyebabkan pubertas dini pada anak-anak muda dan pola rambut
tubuh maskulin pada perempuan.
Hormon kortisol dan glukokortikoid ini disekresi oleh anak ginjal karena provokasi dari hormon
Adrenocorticotropic yang disekresi oleh hipofisis anterior
Hormon Adrenokortikotrop ini bekerjanya dikendalikan dan diatur oleh hormon hipotalamus
corticotrophin-releasing peptide.
C. Etiologi
Sindrom Chusing disebabkan oleh:
a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
8. 8
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis sindrom Chusing adalah sebagai berikut.
Rambut kepala menjadi tipis
Berjerawat dan pipi kemerahan
Moon face
Buffalo hump
Hirsutisme
Striae kemerahan pada abdomen dan pendolus abdomen
Kulit cepat memar dan penyembuhan luka sulit
BB bertambah
Gangguan emosional
E. Patofisiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yang mencakup tumor
kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk
menigkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah yang
adekuat. Penyakit ini terjadi akibat patologi kelenjar hipofisis dimana lup umpan balik negatif
mengalami kegagalan dan hipofisis terus mensekresi ACTH dalam mengahadapi kortisol plasma
yang tinggi ; efek pada metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak pada keduanya adalah
karena pemajanan lama pada tingkat hormon glukokortikoid yang tinggi. Hiperplasia primer
kelenjar adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi. Pemberian
kostikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing. Penyebab lain sindrom
cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh malignitas, karsinoma
bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering ditemukan. Tanpa tergantung dari
penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks adrenal
menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan
gejala cushing sindrom terutam terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan androgen
yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid dapat juga terpengaruh.
9. 9
F. Komplikasi
Krisis Addisonia
Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sampel darah, untuk menentukan adanya variasi di urnal yang normal pada kadar kartisol
plasma. Variasi ini biasanya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenal.
2. Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing apakah
dari hipofisis / adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan kadar kortisol
plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya.
3. Pengukuran kadar kortisol. Bebas dalam urine 24 jam, untuk memeriksa kadar 17-
hidroksikortikosteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol & androgen
dalam urine. Pada sindrom cushing kadar metabolit & kadar kortisol plasma akan
meningkat.
4. Stimulasi CRF ( Corticotropin – Releasing Faktor), untuk membedakan tumor hipofisis
dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH.
5. Pemindai CT, USG atau MRI, untuk menentukan lokasi jaringan adrenal & mendeteksi
tumor pada kelenjar adrenal.
H. Penatalaksanaan Medis
1) Operasi pengangkatan tumor melalui hipokisektomi transfenoidalis, biasanya penyebabnya
adalah tumor hipofisis.
2) Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala
3) Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone, ketokonazol)
untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang tidak dapat
dihilangkan secara tuntas.
4) Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai kelenjar
adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal.
10. 10
BAB III
PEMBAHASAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
(SINDROM CHUSING)
A. Pengkajian
1. Biodata
Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Alamat :
Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Hub. dengan Klien :
Alamat :
11. 11
2. Data Demografi
Penyakit ini dapat terjadi didaerah mana saja yaitu pada daerah dataran tinggi maupun
dataran rendah yang terjadi pada pria maupun wanita.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
1. Keluhan utama : kelemahan otot
b. .Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama.
c. .Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom.
4. Pemeriksaan fisik
a) Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste
hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan
ronchi wheezing
b) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
12. 12
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c) Sistem Pencernaan
Mulut : Mukosa bibir kering
Tenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid
Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Abdoment :
I : Simetris tidak ada benjolan
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara redup
A : Tidak terdapat bising usus
d) Sistem Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
e) Sistem Persyarafan
Composmentis
f) Sistem Integument
Kulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit, berminyak, jerawat
g) Sistem Muskuluskeletal
Tulang:Terjadi osteoporosis
Otot :Terjadi kelemahan
13. 13
5. Klasifikasi data
DS :
- Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, susah
beraktivitas.
- Klien mengatakan kurang percaya diri terhadap penampilan fisiknya dan susah
melakukan perawatan diri sendiri.
- Klien mengatakan mudah emosi dan depresi.
- Klien mengeluh cemas.
DO :
- Kekuatan otot menurun.
- Kebersihan buruk.
- Adanya bau badan.
- Tekanan darah meningkat.
- Wajah selalu tampak tegang.
- Gelisah, emosi labil, dan mudah marah.
6. Analisa data
No. Problem Etiologi Symptom
1. Intoleransi aktivitas Kelemahan pada otot
↓
Susah beraktivitas
↓
Intoleransi aktivitas
DS :
- Klien mengatakan
tubuh terasa lemah,
susah tidur, dan
susah beraktivitas.
DO :
- Kekuatan otot
menurun.
2. Gangguan
pemenuhan
kebutuhan personal
hygene
Kelemahan pada otot
↓
Susah beraktivitas
↓
Kurang perawatan diri
↓
DS :
- Klien mengatakan
susah melakukan
perawatan diri
sendiri sehingga
kurang percaya diri
14. 14
Gangguan pemenuhan
kebutuhan personal
hygene
terhadap penampilan
fisiknya
DO :
- Kebersihan buruk.
- Adanya bau badan.
3. Gangguan proses
berpikir
Kurang perawatan diri
↓
Tidak percaya diri
↓
Stress/depresi
↓
Gangguan proses
berpikir
DS :
- Klien mengatakan
mudah emosi dan
stress.
DO :
- Tekanan darah
meningkat.
- Wajah selalu tampak
tegang.
4. Ansietas Perubahan status
kesehatan
↓
Kurang informasi
↓
Stres psikologi
↓
Ansietas
DS :
- Klien mengeluh
cemas
DO :
- Gelisah
- Emosi labil
- Klien mudah marah
Prioritas masalah
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene
3. Gangguan proses berpikir
4. Ansietas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, dan susah
beraktivitas.
15. 15
DO: Kekuatan otot menurun.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene, ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan susah melakukan perawatan diri sendiri sehingga kurang percaya
diri terhadap penampilan fisiknya.
DO: Kebersihan buruk dan adanya bau badan.
3. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan fluktuasi emosi dan depresi, ditandai
dengan:
DS: Klien mengatakan mudah emosi dan stress.
DO: Tekanan darah meningkat dan wajah selalu tampak tegang.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi mengenai penyakitnya,
ditandai dengan:
DS: Klien mengeluh cemas.
DO: Gelisah, emosi labil, dan klien mudah marah.
C. Intervensi Keperawatan
Dx Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi Rasional
1. TUPAN: Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selama ± 7
hari, intoleransi teratasi.
TUPEN: Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selama ± 3
hari, intoleransi aktivitas
berangsur-angsur
teratasi, dengan kriteria
hasil:
Klien dapat
beraktivitas secara
mandiri.
- Anjurkan klien untuk
beraktivitas ringan.
- Atur interval wktu
istirahat dan aktivitas.
- Ciptakan lingkungan
yang tenang.
- Untuk mencegah
komplikasi akibat
imobilisasi dan
meningkatkan rasa
percaya diri .
- Agar klien dapat
beristirahat yang adekuat
dan dapat menghilangkan
lelah yang dikeluhkan
pasien akibat insomnia.
- Agar klien dapat mencapai
istirahat yang adekuat.
2. TUPAN: Setelah
diberikan tindakan
- Diskusikan arti
perubahan pada klien.
- Beberapa klien
memendang situasi
16. 16
keperawatan selama ± 7
hari, gangguan
pemenuhan kebutuhan
personal hygene klien
teratasi.
TUPEN: Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selama ± 3
hari, gangguan
pemenuhan kebutuhan
personal hygene klien
bereangsur-angsur
teratasi, dengan kriteria
hasil:
Klien mulai percaya
diri terhadap
penampilan fisiknya.
- Beri kesempatan pada
klien untuk
melakukan perawatan
diri secara mandiri.
- Beri penjelasan
mengenai personal
hygene.
sebagai tantangan,
beberapa sulit menerima
perubahan
hidup/penampilan peran
dan kehilangan
kemampuan kontrol tubuh
sendiri.
- Dapat melatih klien untuk
melakukan perawatan diri.
- Agar klien dapat
mengetahui pentingnya
personal hygene.
3. TUPAN: Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selama ± 7
hari, gangguan proses
berpikir klien teratasi.
TUPEN: Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selam ± 3
hari, gangguan proses
berpikir berangsur-
angsur teratasi serta
dapat memperlihatkan
perbaikan fungsi mental
dengan kriteria hasil:
Klien mampu
mempertahankan
- Evaluasi tingkat stress
individu dan hadapi
dengan tepat.
- Tingkat stress dapat
meningkat dengan peset
karena perubahan yang
baru sedang atau telah
terjadi.
17. 17
tingkat orientasi
realita sehari-hari,
mengenali perubahan
pada pemikiran dan
tingkah laku.
4. TUPAN:
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama ± 7 hari, ansietas
teratasi.
TUPEN:
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama ± 3 hari, ansietas
berangsur-angsur
teratasi, dengan kriteria
hasil:
Klien tidak cemas
lagi.
- Berikan penjelasan
pada klien tentang
penyakitnya.
- Berikan buku-buku
yang berhubungan
dengan penyakit yang
diderita oleh klien.
- Klien dapat memahami
penyakitnya.
- Buku merupakan salah
satu sumber informasi
untuk menambah
pengetahuan.
18. 18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Chusing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap, disebabkan oleh:
a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
B. Saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya referensi
yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun khususnya dari dosen
pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
askep ini kedepannya.
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, SPC, MN, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta:EGC.
Rumahorbo, Hotma, SKp. 2003. Asuhan Keperawatan Klien denga Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta:EGC.
Tambayong, Jan, dr. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
http://www.google.com