SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum tentu harus memiliki hukum 
nasional sendiri, dimaksudkan sebagai pedoman untuk melaksanakan roda pemerintahan. Dalam 
membentuk hukum nasional bangsa Indonesia mengambil dari tiga sistem hukum. Tiga sistem 
hukum dimaksud adalah hukum adat, hukum Islam dan hukum eks-Barat. 
Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas. 
Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai 
komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan. 
Masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut ajaran agama Islam, tentu harus senantiasa 
melaksanakan ajaran-ajaran itu. Namun sebagai bangsa yang berpalsafahkan Pancasila juga 
harus dapat mengkoomodir seluruh kepentingan komponen bangsa. 
Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum islam dalam tata hukum 
dan pembinaan hukum nasional di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di dunia ini. 
Pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana kedudukan hukum islam dalam pembinaan hukum 
nasional-misalnya, dapat dijawab dengan pemaparan-pemaparan yang akan disampaikan dalam 
makalah ini. 
B. Kerangka Pemikiran 
Hukum islam mencerminkan seperangkat norma Ilahi yang mengatur tata hubungan 
manusia dengan Allah,hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial 
hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 
Norma Illahi yang mengatur tata hubungan tersebut adalah 1) Kaidah-kaidah dalam arti 
khusus atau kaidah ibadah murni,mengatur cara dan upacara hubungan langsung antara manusia 
dan Tuhannya; 2)muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan makhluk 
lain di lingkungannya. 
Ciri khas hukum Islam,yakni 1) berwatak universal,berlaku abadi untuk umat islam di 
manapun mereka berada,tidak terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu 
massa; 2) menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga,rohani dan 
jasmani,serta memuliakan manusia dan kemanusian secara keseluruhan; 3) Pelaksanaan dalam 
praktik digerakkan oleh iman dan akhlak umat Islam. 
Hampir sembilan puluh persen penduduk Indonesia memeluk agama Islam namun tidak 
serta merta negara Indonesia memberlakukan hukum Islam.Namun karena alasan 
sejarah,penduduk,yuridis,konstitusional dan ilmiah hukum islam harus kita pelajari,terutama 
dalam hal tata hukumnya.Penataan hukum Islam bagi pribadi muslim sangat dikaitkan dengan 
kesadaran dan ketaatan agama pribadi Muslim tersebut.Dalam kaitannya dengan kehidupan 
masyarakat,kalau pribadi-pribadi anggota masyarakat bersikap sadar dan taat,maka secara 
otomatis keadaan sadar dan taat kepada Allah tercipta dalam masyarakat itu.Masyarakat 
demikian adalah masyarakat islam (muslimin).Dari segi islam sendiri,penataan hukum adalah 
karena Allah,dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul,bukan karena pengaturan organisasi 
bersama (masyarakat) .Dalam pemikiran hukum islam,ketaatan terhadap hukum islam bukan 
karena organisasi negara atau kekuasaan organisasi bermasyarakat,melainkan karena kesadaran 
moral,batin,dan lahir dalam beragama dan kehidupan beragamanya secara pribadi.Pribadi 
muslim dipanggil untuk taat kepada Allah dan Rasul dalam kehidupannya di manapun dia berada 
menurut kemampuannya.
Penataan hukum Islam bagi orang islam menurut Al-Quran : 
1) Surah Al-Fatihah ayat 6 : 
Artinya : 
Tunjukilah kami jalan yang lurus 
2) Surah An-Nisa ayat 59 
Artinya : 
Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya) dan ulil-amri di antara 
kamu.Kemudian,jika kamu berpendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan 
Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang kemudian itu lebig 
utama dan lebih baik akibatnya. 
3) Surah Al-Ahzab Ayat 36 : 
Artinya : 
Dan tidaklah patut bagi laki-laki dan perempuan yang mukmin,apabila Allah dan Rasul-Nya 
telah menetapkan suatu ketetapan,ada pilihan yang lain tentang urusan mereka.Dan barang siapa 
yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,maka sungguh dia telah sesat yang nyata.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Hukum Islam dalam Tata Hukum di Indonesia 
Sebelum uraian ini dilanjutkan ada beberapa kata yang perlu dijelaskan lebih 
dahulu,yaitu kedudukan dan tata hukum.Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat dan 
keadaan,tata hukum adalh susunan atau sistem hukum yang berlaku disuatu daerah atau negara 
tertentu.Dengan demikian yang akan dilukiskan dalam bagian ini adalah tempat dan keadaan 
hukum islam dalam susunan atau sistem hukum yang berlaku di Indonesia. 
Sebelum Belanda mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia,hukum islam sebagai hukum 
yang berdiri sendiri telah ada dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang disamping kebiasaan 
atau adat penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara ini.Menurut Soebardi,terdapat bukti-bukti 
yang menunjukkan bahwa Islam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan Nusantara 
dan mempunyai pengaruh yang bersifat normative dalam kebudayaan 
Indonesia(S.Soebardi,1978:66).Pengaruh itu merupakan penetration pasifique, tolerante et 
constructive (penetrasi secara damai, toleran dan membangun). 
Hukum islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi(ditaati)oleh mayoritas penduduk 
dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat,merupakan sebagian dari 
ajaran dan keyakinan Islam dan ada dalam kehidupan hukum nasional serta merupakan bahan 
dalam pembinaan dan pengembangannya.Namun demikian hukum islam di Indonesia bisa dilihat 
dari aspek perumusan dasar negara yang dilakukan oleh BPUPKI(Badan Penyelidikan Usaha 
Persiapan Kemerdekaan Indonesia),yaitu para pemimpin islam berusaha memulihkan dan 
mendudukkan hukum islam dalam negara Indonesia merdeka itu.Dalam tahap awal,usaha para 
pemimpin dimaksud tidak sia-sia,yaitu lahirnya piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 yang 
telah disepakati oleh para pendiri negara bahwa negara berdasar kepada Ketuhanan dengan 
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya.Namun,adanya desakan dari kalangan 
pihak Kristen,tujuh kata tersebut dikeluarkan dari pembukaan UUD 1945,kemudian diganti 
dengan kata “Yang Maha Esa”.Kemudian dijabarkan dalam pasal 29 batang tubuh UUD 
1945,yang berbunyi: 
1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa 
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing 
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu 
Penggantian kata dimaksud,menurut Hazairin seperti yang dikutip oleh 
muridnya(H.Mohammad Daud Ali) mengandung norma dan garis hukum yang diatur dalam 
pasal 29 ayat(1) UUD 1945 bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang 
Maha Esa.Hal itu hanya dapat ditafsirkan antara lain sebagai berikut: 
1. Dalam negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentangan 
dengan kaidah hukum islam bagi umat Islam,kaidah agama Nasrani,atau agama Hindu-Bali 
bagi orang-orang Hindu-Bali,atau yang bertentangan dengan kesusilaan agama Buddha bagi 
orang Buddha.Hal ini berarti di dalam wilayah negara Republik Indonesia ini tidak boleh 
berlaku atau diberlakukan hukum yang bertentangan dengan norma-norma(hukum)agama 
dan kesusilaan bangsa Indonesia. 
2. Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat islam bagi orang islam,syariat Nasrani 
bagi orang Nasrani,dan syariat Hindu-Bali bagi orang Hindu-Bali.Sekadar menjalankan 
syariat tersebut memerlukan perantaraan kekuasaan negara.Makna dari penafsiran kedua 
adalah Negara Republik Indonesia wajib menjalankan dalam pengertian menyediakan 
fasilitas agar hukum yang bersal dari agama yang dianut oleh bangsa Indonesia dapat 
terlaksana sepanjang palaksanaan hukum agama itu memerlukan bantuan alat kekuasaan atau
penyelenggara negara.Artinya penyelenggara negara berkewajiban menjalankan syariat yang 
dipeluk oleh bangsa Indonesia untuk kepentingan pemeluk agama bersangkutan. Syariat yang 
berasal dari agama islam misalnya,yang disebut syariat islam,tidak hanya memuat hukum 
salat,zakat,puasa dan haji,melainkan juga mengandung hukum dunia baik keperdataan 
maupun kepidanaan yang memerlukan kekuasaan negara untuk menjalankannya secara 
sempurna.Misalnya hukum harta kekayaan,hukum wakaf,penyelenggaraan ibadah 
haji,penyelenggaraan hukum perkawinan dan kewarisan,penyelenggaraan hukum 
pidana(islam)seperti zina,pencurian,dan pembunuhan.Hali ini memerlukan kekuasaan 
kehakiman atau peradilan khusus (peradilan agama) untuk menjalankannya,yang hanya dapat 
diadakan oleh negara dalam pelaksanaan kewajibannya menjalankan syariat yang berasal dari 
agama Islam untuk kepentingan umat Islam yang menjadi warga negara Republik Indonesia. 
3. Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk menjalankannya.Oleh 
Karena itu dapat dijalankan sendiri oleh setiap pemeluk agama yang bersangkutan,menjadi 
kewajiban pribadi terhadap Allah bagi setiap orang itu menjalankannya sendiri menurut 
agamanya masing-masing.Ini berarti hukum yang berasal dari suatu agama yang diakui di 
negara Republik Indoneia yang dapat dijalankan sendiri oleh masing-masing pemeluk agama 
bersangkutan (misalnya hukum yang berkenaan dengan ibadah,yaitu hukum yang pada 
umumnya mengatur hubungan manusia,dengan Tuhan) biarkan pemeluk agama itu sendiri 
melaksanakannya menurut kepercayaan agamanya masing-masing(H.Mohammad Daud 
Ali,1991:8) 
Hukum Islam (fiqih) sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku di Indonesia telah 
mendapatkan tempatnya dengan jelas ketika mantan Menteri Kehakiman Ali Said berpidato di 
depan simposium pembaharuan hukum perdata nasional yang diadakan pads tanggal 21 
Desember 1981 di Yogyakarta. 
Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah dikukuhkan dengan 
berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem peradilan nasional di Indonesia. 
Bahkan dengan diundangkannya UU tentang Peradilan Agama tahun 1998, kedudukan 
Pengadilan Agama Islam itu makin kokoh. Akan tetapi, sejak era reformasi, dengan 
ditetapkannya Ketetapan MPR tentang Pokok-Pokok Reformasi yang mengamanatkan bahwa 
keseluruhan sistem pembinaan peradilan diorganisasikan dalam satu atap di bawah Mahkamah 
Agung, timbul keragu-raguan di beberapa kalangan mengenai eksistensi pengadilan agama itu, 
terutama dari kalangan pejabat di lingkungan Departemen Agama yang menghawatirkan 
kehilangan kendali administratif atas lembaga pengadilan agama. Pembinaan kemandirian 
lembaga peradilan ke bawah Mahkamah Agung itu memang dilakukan bertahap, yaitu dengan 
jadwal waktu lima tahun. Tetapi, dalam masa lima tahun itu, berbagai kemungkinan mengenai 
keberadaan pengadilan agama masih mungkin terjadi, dan karena itu penelitian mengenai baik 
buruknya pembinaan administratif pengadilan agama di bawah Departemen Agama atau di 
bawah Mahkamah Agung perlu mendapat perhatian yang seksama. 
Pengakuan terhadap sistem Hukum Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari 
sistem ketatanegaraan nasional, akan berdampak sangat positif terhadap upaya pembinaan 
ketatanegaraan nasional. Setidak-tidaknya, kita dapat memastikan bahwa di kalangan sebagian 
terbesar masyarakat Indonesia yang akrab dengan nilai - nilai Islam, kesadaran kognitif dan pola 
perilaku mereka dapat dengan memberikan dukungan terhadap norma-norma yang sesuai 
kesadaran dalam menjalankan syari'at agama. Dengan demikian. pembinaan kesadaran 
ketatanegaraan masyarakat dapat lebih mudah dilakukan dalam upaya membangun sistem 
supremasi hukum di masa yang akan datang. Hal itu akan sangat berbeda jika norma-norma 
hukum yang diberlakukan justru bersumber dan berasal dari luar kesadaran hukum masyarakat.
B. Hukum Islam dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia 
kedudukan hukum Islam dalam ketataneragaraan nasional, adalah bahwa hukum Islam yang 
merupakan salah satu komponen tatanegaraan Indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku 
bagi pembentukan hukum nasional. Dengan demikian jelas hukum Islam tidak dapat dipisahkan 
dari kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia. Oleh karenanya untuk menunjang hal tersebut, 
birokrasi sebagai pemegang political will harus senantiasa dapat memperjuangkan akan peranan 
hukum Islam dalam ketatanegaraan nasional. Sehingga dengan demikian hukum Islam dapat 
mewarnai sekaligus menjiwai setiap perundang-undangan ketatanegaraan nasional Indonesia. 
Untuk membangun dan membina hukum serta ketatanegaraan nasional diperlukan politik 
hukum tertentu.Politik hukum nasional Indonesia pokok-pokoknya ditetapkan dalam Garis-Garis 
besar Haluan Negara,dirinci lebih lanjut oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.Untuk 
melaksanakannya,telah didirikan satu lembaga yang (kini)bernama Badan Pembinaan Hukum 
Nasional,disingkat BPHN atau Babinkumnas.Melalui koordinasi yang dilakukan oleh badan ini 
diharapkan,di masa yang akan datang,akan terwujud satu hukum nasional di tanah air kita. 
Pengakuan terhadap sistem ketetanegaraan adalah Islam sebagai bagian tak terpisahkan 
dari sistem ketatanegaraan indonesia, akan berdampak sangat positif terhadap upaya pembinaan 
hukum nasional dan ketatanegaraan. Setidak-tidaknya, kita dapat memastikan bahwa di kalangan 
sebagian terbesar masyarakat Indonesia yang akrab dengan nilai - nilai Islam, kesadaran kognitif 
dan pola perilaku mereka dapat dengan memberikan dukungan terhadap norma-norma yang 
sesuai kesadaran dalam menjalankan syari'at agama. Dengan demikian. pembinaan kesadaran 
hukum supremasi hukum di masa yang akan datang. Hal itu akan sangat berbeda jika norma-norma 
hukum yang diberlakukan justru bersumber dan berasal dari luar kesadaran hukum 
masyarakat.
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
1. Keberadaan sistem Hukum Islam dalam hubunganya ketatanegaraan di Indonesia sejak 
lama telah dikukuhkan dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam 
sistem peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU No.7 Tahun 
1989 tentang Peradilan Agama, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu semakin kokoh 
2. kedudukan hukum Islam dalam pembinaan ketatanegaraan nasional, adalah bahwa 
hukum Islam yang merupakan salah satu komponen tata ketatanegaraan Indonesia 
menjadi salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan hukum nasional. Dengan 
demikian jelas hukum Islam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mayoritas masyarakat 
Indonesia. Oleh karenanya untuk menunjang hal tersebut, birokrasi sebagai pemegang 
political will harus senantiasa dapat memperjuangkan akan peranan hukum Islam dalam 
pembinaan hukum nasional. Sehingga dengan demikian hukum Islam dapat mewarnai 
sekaligus menjiwai setiap perundang-undangan nasional Indonesia. Dalam membentuk 
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, diperlukan adanya pendukung-pendukung. 
Yaitu, adanya perubahan dalam UUD 1945 ( Amandemen UUD 1945). Karena, menurut 
pendapat saya, bila tidak ada perubahan dalam tatanan hukum yang baru kita sulit untuk 
menuju tujuan negara Republik Indonesia. Dan dalam membentuk tatanan negara 
diperlukan persatuan dalam negara agar terdapat kedaulatan rakyat yaitu seperti yang 
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan sebagai berikut: “ 
………, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- 
Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik 
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada …..” dan agar tercapai 
tujuan negara, sistem ketatanegaraan yang terdiri dari perubahan UUD 1945, negara 
kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensial, dan sistem 
politik demokrasi, harus berjalan dengan baik agar tujuan negara kita bisa tercapai. 
B. Saran 
Agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang,kami 
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga 
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kita terutama dalam 
bidang hukum pada umumnya,dan menambah pengetahuan di bidang hukum islam pada 
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA 
Ali,Mohammad Daud.2006.Hukum Islam,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum 
Islam di Indonesia.Raja Grafindo Persada : Jakarta. 
Ali,Zainuddin.2006.Hukum Islam,Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia.Sinar 
Grafika : Jakarta. 
Praja,Juhaya S.1991.Hukum Islam di Indonesia,Perkembangan dan 
Pembentukan.Remaja Rosdakarya : Bandung. 
Rofiq,Ahmad.1998.Hukum Islam di Indonesia.Raja Grafindo Persada : Jakarta 
www.digilib.itb.ac.id 
www.google.com 
www.theceli.com
KATA PENGANTAR 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas kehendak-Nyalah 
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 
Makalah ini berjudul “HUKUM ISLAM DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 
INDONESIA” yang isinya dikutip dari beberapa sumber baik dari buku maupun situs internet. 
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari 
berbagai pihak.Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang 
telah memberi kepercayaan dan kesempatan untuk membuat makalah ini dan semua pihak yang 
telah membantu. 
Makalah ini kami susun dengan maksimal baik dari segi materi maupun cara 
penulisannya.Namun,kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun agar 
makalah ini menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. 
Harapan penulis,mudah-mudahan makalah ini benar-benar memberikan manfaat bagi 
pembaca. 
Penulis
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR………………………….…………………… 
DAFTAR ISI………………………………………………………….. 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 
B. Kerangka Pemikiran………………………………………………….. 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Hukum Islam dalam Tata Hukum di Indonesia 
B. Hukum Islam dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia 
BAB III PENUTUP 
A.Kesimpulan……………………………………………………………… 
B.Saran…………………………………………………………………….. 
Daftar Pustaka………………………………………......

More Related Content

What's hot

Hukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaHukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaDian Bulee
 
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIAUMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIAAyu Sefryna sari
 
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesiaHukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesiaRaja fath
 
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA isffianisuki
 
Hukum Islam Di Indonesia
Hukum Islam Di IndonesiaHukum Islam Di Indonesia
Hukum Islam Di IndonesiaIndro'es II
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamNanda_khalisa
 
Fiqih kel 12
Fiqih kel 12Fiqih kel 12
Fiqih kel 12Ltfltf
 
Pemerintahan dalam islam
Pemerintahan dalam islamPemerintahan dalam islam
Pemerintahan dalam islamMAYAMA_ALMUS
 
Negara dalam perspektif hukum islam
Negara dalam perspektif hukum islamNegara dalam perspektif hukum islam
Negara dalam perspektif hukum islamsesukakita
 
Negara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamNegara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamnilapermatasari
 

What's hot (16)

Hukum Islam di Indonesia
Hukum Islam di IndonesiaHukum Islam di Indonesia
Hukum Islam di Indonesia
 
Hukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaHukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesia
 
Agro.agama
Agro.agamaAgro.agama
Agro.agama
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
Peradilan islam masa pra kolonial
Peradilan islam masa pra kolonialPeradilan islam masa pra kolonial
Peradilan islam masa pra kolonial
 
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIAUMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
 
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesiaHukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
 
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
 
Hukum Islam Di Indonesia
Hukum Islam Di IndonesiaHukum Islam Di Indonesia
Hukum Islam Di Indonesia
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
 
Fiqih kel 12
Fiqih kel 12Fiqih kel 12
Fiqih kel 12
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Studi hukum islam kel.2
Studi hukum islam kel.2Studi hukum islam kel.2
Studi hukum islam kel.2
 
Pemerintahan dalam islam
Pemerintahan dalam islamPemerintahan dalam islam
Pemerintahan dalam islam
 
Negara dalam perspektif hukum islam
Negara dalam perspektif hukum islamNegara dalam perspektif hukum islam
Negara dalam perspektif hukum islam
 
Negara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamNegara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islam
 

Viewers also liked

Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udaraWsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udaraSeptian Muna Barakati
 
Kumpulan khoba jumat menyambut awal syawal
Kumpulan khoba jumat menyambut awal syawalKumpulan khoba jumat menyambut awal syawal
Kumpulan khoba jumat menyambut awal syawalSeptian Muna Barakati
 
Leaflet teknik mengatasi nyeri akper pemkab muna
Leaflet teknik mengatasi nyeri  akper pemkab munaLeaflet teknik mengatasi nyeri  akper pemkab muna
Leaflet teknik mengatasi nyeri akper pemkab munaSeptian Muna Barakati
 
Proposal bantuan rumput laut desa ghone balano
Proposal bantuan rumput laut desa ghone balanoProposal bantuan rumput laut desa ghone balano
Proposal bantuan rumput laut desa ghone balanoSeptian Muna Barakati
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafanAsuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafanSeptian Muna Barakati
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesiarezekysholikhah
 

Viewers also liked (19)

Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udaraWsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
 
Stiker undangan toni
Stiker undangan toniStiker undangan toni
Stiker undangan toni
 
Dr .fil makalah metebolisme
Dr .fil makalah metebolismeDr .fil makalah metebolisme
Dr .fil makalah metebolisme
 
Makalah (3)
Makalah (3)Makalah (3)
Makalah (3)
 
Kumpulan khoba jumat menyambut awal syawal
Kumpulan khoba jumat menyambut awal syawalKumpulan khoba jumat menyambut awal syawal
Kumpulan khoba jumat menyambut awal syawal
 
Arnhy makalah
Arnhy makalahArnhy makalah
Arnhy makalah
 
58359680 makalah-kedelai
58359680 makalah-kedelai58359680 makalah-kedelai
58359680 makalah-kedelai
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia8 organ pernapasan pada manusia
8 organ pernapasan pada manusia
 
142423371 makalah-stroke-hemoragik
142423371 makalah-stroke-hemoragik142423371 makalah-stroke-hemoragik
142423371 makalah-stroke-hemoragik
 
227377503 makalah-puskesmas
227377503 makalah-puskesmas227377503 makalah-puskesmas
227377503 makalah-puskesmas
 
Blanko dp3 kosong
Blanko dp3 kosongBlanko dp3 kosong
Blanko dp3 kosong
 
Leaflet teknik mengatasi nyeri akper pemkab muna
Leaflet teknik mengatasi nyeri  akper pemkab munaLeaflet teknik mengatasi nyeri  akper pemkab muna
Leaflet teknik mengatasi nyeri akper pemkab muna
 
Makalah puasa 2
Makalah puasa 2Makalah puasa 2
Makalah puasa 2
 
Proposal bantuan rumput laut desa ghone balano
Proposal bantuan rumput laut desa ghone balanoProposal bantuan rumput laut desa ghone balano
Proposal bantuan rumput laut desa ghone balano
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafanAsuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
 

Similar to Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar

Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarSeptian Muna Barakati
 
Hukum perdata islam
Hukum perdata islamHukum perdata islam
Hukum perdata islamAsmanAsman8
 
Hukum perdata islam
Hukum perdata islamHukum perdata islam
Hukum perdata islamAsmanAsman8
 
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Septian Muna Barakati
 
Fikih kel 8
Fikih kel 8Fikih kel 8
Fikih kel 8Ltfltf
 
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxKEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxtegarizzulhaq
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptandhika perceka
 
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluanIlham Eka Pratama
 
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptxKelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptxFirmanNasrul
 
Pengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasional
Pengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasionalPengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasional
Pengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasionalSelancar Info
 
Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Ltfltf
 
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesiaMungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesiaEka Yuda MP
 

Similar to Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar (20)

Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
 
Hukum perdata islam
Hukum perdata islamHukum perdata islam
Hukum perdata islam
 
Hukum perdata islam
Hukum perdata islamHukum perdata islam
Hukum perdata islam
 
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
 
17984710.ppt
17984710.ppt17984710.ppt
17984710.ppt
 
PPT HUKUM ISLAM.pptx
PPT HUKUM ISLAM.pptxPPT HUKUM ISLAM.pptx
PPT HUKUM ISLAM.pptx
 
Fikih kel 8
Fikih kel 8Fikih kel 8
Fikih kel 8
 
SISTEM HUKUM INDONESIA
SISTEM HUKUM INDONESIASISTEM HUKUM INDONESIA
SISTEM HUKUM INDONESIA
 
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxKEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
 
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptxKelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
 
Pengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasional
Pengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasionalPengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasional
Pengaruh hukum islam terhadap produk hukum nasional
 
Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Fiqh kel 2
Fiqh kel 2
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesiaMungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
 
Jenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan HukumJenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan Hukum
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum tentu harus memiliki hukum nasional sendiri, dimaksudkan sebagai pedoman untuk melaksanakan roda pemerintahan. Dalam membentuk hukum nasional bangsa Indonesia mengambil dari tiga sistem hukum. Tiga sistem hukum dimaksud adalah hukum adat, hukum Islam dan hukum eks-Barat. Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas. Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan. Masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut ajaran agama Islam, tentu harus senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran itu. Namun sebagai bangsa yang berpalsafahkan Pancasila juga harus dapat mengkoomodir seluruh kepentingan komponen bangsa. Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di dunia ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana kedudukan hukum islam dalam pembinaan hukum nasional-misalnya, dapat dijawab dengan pemaparan-pemaparan yang akan disampaikan dalam makalah ini. B. Kerangka Pemikiran Hukum islam mencerminkan seperangkat norma Ilahi yang mengatur tata hubungan manusia dengan Allah,hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Norma Illahi yang mengatur tata hubungan tersebut adalah 1) Kaidah-kaidah dalam arti khusus atau kaidah ibadah murni,mengatur cara dan upacara hubungan langsung antara manusia dan Tuhannya; 2)muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan makhluk lain di lingkungannya. Ciri khas hukum Islam,yakni 1) berwatak universal,berlaku abadi untuk umat islam di manapun mereka berada,tidak terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu massa; 2) menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga,rohani dan jasmani,serta memuliakan manusia dan kemanusian secara keseluruhan; 3) Pelaksanaan dalam praktik digerakkan oleh iman dan akhlak umat Islam. Hampir sembilan puluh persen penduduk Indonesia memeluk agama Islam namun tidak serta merta negara Indonesia memberlakukan hukum Islam.Namun karena alasan sejarah,penduduk,yuridis,konstitusional dan ilmiah hukum islam harus kita pelajari,terutama dalam hal tata hukumnya.Penataan hukum Islam bagi pribadi muslim sangat dikaitkan dengan kesadaran dan ketaatan agama pribadi Muslim tersebut.Dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat,kalau pribadi-pribadi anggota masyarakat bersikap sadar dan taat,maka secara otomatis keadaan sadar dan taat kepada Allah tercipta dalam masyarakat itu.Masyarakat demikian adalah masyarakat islam (muslimin).Dari segi islam sendiri,penataan hukum adalah karena Allah,dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul,bukan karena pengaturan organisasi bersama (masyarakat) .Dalam pemikiran hukum islam,ketaatan terhadap hukum islam bukan karena organisasi negara atau kekuasaan organisasi bermasyarakat,melainkan karena kesadaran moral,batin,dan lahir dalam beragama dan kehidupan beragamanya secara pribadi.Pribadi muslim dipanggil untuk taat kepada Allah dan Rasul dalam kehidupannya di manapun dia berada menurut kemampuannya.
  • 2. Penataan hukum Islam bagi orang islam menurut Al-Quran : 1) Surah Al-Fatihah ayat 6 : Artinya : Tunjukilah kami jalan yang lurus 2) Surah An-Nisa ayat 59 Artinya : Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya) dan ulil-amri di antara kamu.Kemudian,jika kamu berpendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang kemudian itu lebig utama dan lebih baik akibatnya. 3) Surah Al-Ahzab Ayat 36 : Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki dan perempuan yang mukmin,apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,ada pilihan yang lain tentang urusan mereka.Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,maka sungguh dia telah sesat yang nyata.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Hukum Islam dalam Tata Hukum di Indonesia Sebelum uraian ini dilanjutkan ada beberapa kata yang perlu dijelaskan lebih dahulu,yaitu kedudukan dan tata hukum.Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat dan keadaan,tata hukum adalh susunan atau sistem hukum yang berlaku disuatu daerah atau negara tertentu.Dengan demikian yang akan dilukiskan dalam bagian ini adalah tempat dan keadaan hukum islam dalam susunan atau sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Sebelum Belanda mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia,hukum islam sebagai hukum yang berdiri sendiri telah ada dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang disamping kebiasaan atau adat penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara ini.Menurut Soebardi,terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Islam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan Nusantara dan mempunyai pengaruh yang bersifat normative dalam kebudayaan Indonesia(S.Soebardi,1978:66).Pengaruh itu merupakan penetration pasifique, tolerante et constructive (penetrasi secara damai, toleran dan membangun). Hukum islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi(ditaati)oleh mayoritas penduduk dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat,merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam dan ada dalam kehidupan hukum nasional serta merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannya.Namun demikian hukum islam di Indonesia bisa dilihat dari aspek perumusan dasar negara yang dilakukan oleh BPUPKI(Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia),yaitu para pemimpin islam berusaha memulihkan dan mendudukkan hukum islam dalam negara Indonesia merdeka itu.Dalam tahap awal,usaha para pemimpin dimaksud tidak sia-sia,yaitu lahirnya piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 yang telah disepakati oleh para pendiri negara bahwa negara berdasar kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya.Namun,adanya desakan dari kalangan pihak Kristen,tujuh kata tersebut dikeluarkan dari pembukaan UUD 1945,kemudian diganti dengan kata “Yang Maha Esa”.Kemudian dijabarkan dalam pasal 29 batang tubuh UUD 1945,yang berbunyi: 1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu Penggantian kata dimaksud,menurut Hazairin seperti yang dikutip oleh muridnya(H.Mohammad Daud Ali) mengandung norma dan garis hukum yang diatur dalam pasal 29 ayat(1) UUD 1945 bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.Hal itu hanya dapat ditafsirkan antara lain sebagai berikut: 1. Dalam negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentangan dengan kaidah hukum islam bagi umat Islam,kaidah agama Nasrani,atau agama Hindu-Bali bagi orang-orang Hindu-Bali,atau yang bertentangan dengan kesusilaan agama Buddha bagi orang Buddha.Hal ini berarti di dalam wilayah negara Republik Indonesia ini tidak boleh berlaku atau diberlakukan hukum yang bertentangan dengan norma-norma(hukum)agama dan kesusilaan bangsa Indonesia. 2. Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat islam bagi orang islam,syariat Nasrani bagi orang Nasrani,dan syariat Hindu-Bali bagi orang Hindu-Bali.Sekadar menjalankan syariat tersebut memerlukan perantaraan kekuasaan negara.Makna dari penafsiran kedua adalah Negara Republik Indonesia wajib menjalankan dalam pengertian menyediakan fasilitas agar hukum yang bersal dari agama yang dianut oleh bangsa Indonesia dapat terlaksana sepanjang palaksanaan hukum agama itu memerlukan bantuan alat kekuasaan atau
  • 4. penyelenggara negara.Artinya penyelenggara negara berkewajiban menjalankan syariat yang dipeluk oleh bangsa Indonesia untuk kepentingan pemeluk agama bersangkutan. Syariat yang berasal dari agama islam misalnya,yang disebut syariat islam,tidak hanya memuat hukum salat,zakat,puasa dan haji,melainkan juga mengandung hukum dunia baik keperdataan maupun kepidanaan yang memerlukan kekuasaan negara untuk menjalankannya secara sempurna.Misalnya hukum harta kekayaan,hukum wakaf,penyelenggaraan ibadah haji,penyelenggaraan hukum perkawinan dan kewarisan,penyelenggaraan hukum pidana(islam)seperti zina,pencurian,dan pembunuhan.Hali ini memerlukan kekuasaan kehakiman atau peradilan khusus (peradilan agama) untuk menjalankannya,yang hanya dapat diadakan oleh negara dalam pelaksanaan kewajibannya menjalankan syariat yang berasal dari agama Islam untuk kepentingan umat Islam yang menjadi warga negara Republik Indonesia. 3. Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk menjalankannya.Oleh Karena itu dapat dijalankan sendiri oleh setiap pemeluk agama yang bersangkutan,menjadi kewajiban pribadi terhadap Allah bagi setiap orang itu menjalankannya sendiri menurut agamanya masing-masing.Ini berarti hukum yang berasal dari suatu agama yang diakui di negara Republik Indoneia yang dapat dijalankan sendiri oleh masing-masing pemeluk agama bersangkutan (misalnya hukum yang berkenaan dengan ibadah,yaitu hukum yang pada umumnya mengatur hubungan manusia,dengan Tuhan) biarkan pemeluk agama itu sendiri melaksanakannya menurut kepercayaan agamanya masing-masing(H.Mohammad Daud Ali,1991:8) Hukum Islam (fiqih) sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku di Indonesia telah mendapatkan tempatnya dengan jelas ketika mantan Menteri Kehakiman Ali Said berpidato di depan simposium pembaharuan hukum perdata nasional yang diadakan pads tanggal 21 Desember 1981 di Yogyakarta. Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah dikukuhkan dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU tentang Peradilan Agama tahun 1998, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu makin kokoh. Akan tetapi, sejak era reformasi, dengan ditetapkannya Ketetapan MPR tentang Pokok-Pokok Reformasi yang mengamanatkan bahwa keseluruhan sistem pembinaan peradilan diorganisasikan dalam satu atap di bawah Mahkamah Agung, timbul keragu-raguan di beberapa kalangan mengenai eksistensi pengadilan agama itu, terutama dari kalangan pejabat di lingkungan Departemen Agama yang menghawatirkan kehilangan kendali administratif atas lembaga pengadilan agama. Pembinaan kemandirian lembaga peradilan ke bawah Mahkamah Agung itu memang dilakukan bertahap, yaitu dengan jadwal waktu lima tahun. Tetapi, dalam masa lima tahun itu, berbagai kemungkinan mengenai keberadaan pengadilan agama masih mungkin terjadi, dan karena itu penelitian mengenai baik buruknya pembinaan administratif pengadilan agama di bawah Departemen Agama atau di bawah Mahkamah Agung perlu mendapat perhatian yang seksama. Pengakuan terhadap sistem Hukum Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem ketatanegaraan nasional, akan berdampak sangat positif terhadap upaya pembinaan ketatanegaraan nasional. Setidak-tidaknya, kita dapat memastikan bahwa di kalangan sebagian terbesar masyarakat Indonesia yang akrab dengan nilai - nilai Islam, kesadaran kognitif dan pola perilaku mereka dapat dengan memberikan dukungan terhadap norma-norma yang sesuai kesadaran dalam menjalankan syari'at agama. Dengan demikian. pembinaan kesadaran ketatanegaraan masyarakat dapat lebih mudah dilakukan dalam upaya membangun sistem supremasi hukum di masa yang akan datang. Hal itu akan sangat berbeda jika norma-norma hukum yang diberlakukan justru bersumber dan berasal dari luar kesadaran hukum masyarakat.
  • 5. B. Hukum Islam dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia kedudukan hukum Islam dalam ketataneragaraan nasional, adalah bahwa hukum Islam yang merupakan salah satu komponen tatanegaraan Indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan hukum nasional. Dengan demikian jelas hukum Islam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia. Oleh karenanya untuk menunjang hal tersebut, birokrasi sebagai pemegang political will harus senantiasa dapat memperjuangkan akan peranan hukum Islam dalam ketatanegaraan nasional. Sehingga dengan demikian hukum Islam dapat mewarnai sekaligus menjiwai setiap perundang-undangan ketatanegaraan nasional Indonesia. Untuk membangun dan membina hukum serta ketatanegaraan nasional diperlukan politik hukum tertentu.Politik hukum nasional Indonesia pokok-pokoknya ditetapkan dalam Garis-Garis besar Haluan Negara,dirinci lebih lanjut oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.Untuk melaksanakannya,telah didirikan satu lembaga yang (kini)bernama Badan Pembinaan Hukum Nasional,disingkat BPHN atau Babinkumnas.Melalui koordinasi yang dilakukan oleh badan ini diharapkan,di masa yang akan datang,akan terwujud satu hukum nasional di tanah air kita. Pengakuan terhadap sistem ketetanegaraan adalah Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem ketatanegaraan indonesia, akan berdampak sangat positif terhadap upaya pembinaan hukum nasional dan ketatanegaraan. Setidak-tidaknya, kita dapat memastikan bahwa di kalangan sebagian terbesar masyarakat Indonesia yang akrab dengan nilai - nilai Islam, kesadaran kognitif dan pola perilaku mereka dapat dengan memberikan dukungan terhadap norma-norma yang sesuai kesadaran dalam menjalankan syari'at agama. Dengan demikian. pembinaan kesadaran hukum supremasi hukum di masa yang akan datang. Hal itu akan sangat berbeda jika norma-norma hukum yang diberlakukan justru bersumber dan berasal dari luar kesadaran hukum masyarakat.
  • 6. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keberadaan sistem Hukum Islam dalam hubunganya ketatanegaraan di Indonesia sejak lama telah dikukuhkan dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu semakin kokoh 2. kedudukan hukum Islam dalam pembinaan ketatanegaraan nasional, adalah bahwa hukum Islam yang merupakan salah satu komponen tata ketatanegaraan Indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan hukum nasional. Dengan demikian jelas hukum Islam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia. Oleh karenanya untuk menunjang hal tersebut, birokrasi sebagai pemegang political will harus senantiasa dapat memperjuangkan akan peranan hukum Islam dalam pembinaan hukum nasional. Sehingga dengan demikian hukum Islam dapat mewarnai sekaligus menjiwai setiap perundang-undangan nasional Indonesia. Dalam membentuk Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, diperlukan adanya pendukung-pendukung. Yaitu, adanya perubahan dalam UUD 1945 ( Amandemen UUD 1945). Karena, menurut pendapat saya, bila tidak ada perubahan dalam tatanan hukum yang baru kita sulit untuk menuju tujuan negara Republik Indonesia. Dan dalam membentuk tatanan negara diperlukan persatuan dalam negara agar terdapat kedaulatan rakyat yaitu seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan sebagai berikut: “ ………, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada …..” dan agar tercapai tujuan negara, sistem ketatanegaraan yang terdiri dari perubahan UUD 1945, negara kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensial, dan sistem politik demokrasi, harus berjalan dengan baik agar tujuan negara kita bisa tercapai. B. Saran Agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang,kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kita terutama dalam bidang hukum pada umumnya,dan menambah pengetahuan di bidang hukum islam pada khususnya.
  • 7. DAFTAR PUSTAKA Ali,Mohammad Daud.2006.Hukum Islam,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia.Raja Grafindo Persada : Jakarta. Ali,Zainuddin.2006.Hukum Islam,Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia.Sinar Grafika : Jakarta. Praja,Juhaya S.1991.Hukum Islam di Indonesia,Perkembangan dan Pembentukan.Remaja Rosdakarya : Bandung. Rofiq,Ahmad.1998.Hukum Islam di Indonesia.Raja Grafindo Persada : Jakarta www.digilib.itb.ac.id www.google.com www.theceli.com
  • 8. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “HUKUM ISLAM DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA” yang isinya dikutip dari beberapa sumber baik dari buku maupun situs internet. Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan untuk membuat makalah ini dan semua pihak yang telah membantu. Makalah ini kami susun dengan maksimal baik dari segi materi maupun cara penulisannya.Namun,kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Harapan penulis,mudah-mudahan makalah ini benar-benar memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis
  • 9. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………….…………………… DAFTAR ISI………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………….. B. Kerangka Pemikiran………………………………………………….. BAB II PEMBAHASAN A. Hukum Islam dalam Tata Hukum di Indonesia B. Hukum Islam dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia BAB III PENUTUP A.Kesimpulan……………………………………………………………… B.Saran…………………………………………………………………….. Daftar Pustaka………………………………………......