SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
BAB 1. PENDAHULUAN


        Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menganut berbagai sistem
hukum, yaitu sistem hukum adat, sistem hukum Islam, dan sistem hukum eks barat.
Ketiga sistem hukum dimaksud, berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebelum Indonesia merdeka. Namun demikian, sesudah Indonesia merdeka ketiga
sistem dimaksud, akan menjadi bahan baku dalam pembentukan sistem hukum
nasional di Indonesia.1 Negara Indonesia merupakan negara yang plural (majemuk).
Kemajemukan Indonesia ini ditandai dengan adanya berbagai agama yang dianut oleh
penduduk, suku bangsa, golongan, dan ras.
        Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia
atas nash al-Qur’an maupun As-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia yang
berlaku secara universal-relevan pada setiap zaman (waktu) dan Makan (ruang)
manusia. Keuniversalan hukum Islam ini sebagai kelanjutan langsung dari hakekat
Islam sebagai agama universal, yakni agama yang substansi – substansi ajaran-Nya
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu manusia, melainkan berlaku bagi semua orang
Islam di mana pun, kapan pun, dan kebangsaan apa pun
        Istilah hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan
dari al-fiqh al-islamiy , atau dalam konteks tertentu disebut al-syari’ah al-islamiy.
Istilah ini dalam literatur Barat dikenal dengan idiom islamic law.2 T.M. Hasbi Ash-
Shidieqy mengutip pendapat Syeikh Mahmud Syaltut, bahwa syari’at atau hukum
islam adalah hukum-hukum dan tata aturan yang ditetapkan Allah buat hamba-Nya
untuk diikuti dan dilaksanakan dalam hubungannya dengan Allah dan hubungan
manusia sesamanya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Rasul-Nya, Ijma’ sahabat
1
   Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), hlm. 77.
2
   Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial (Jakarta; Penamadani, 2004), hlm.
7.


                                                1
2


dan Ijtihad dengan perantara qias, qarienah, tanda-tanda dan dalil-dalil.3 Kalau kita
lihat di dalam aspek politik hukum Islam adalah membangun tata cara kehidupan dan
penghidupan yang diatur dan damai, berdasarkan hukum-hukum perdamaian yang
harus terus menerus diperjuangkan.4
        Penetapan hukum Islam mempunyai herarki, yaitu yang paling utama merujuk
Al-Qur’an, kemudian Sunnah, Ijma dan Qiyas. Dalam konteks hukum modern pun
herarki yang paling puncak adalah berdasarkan ketuhanan. Hal ini diungkapkan oleh
Thomas Aquinas, Thomas Aquinas menentukan posisi hukum kodrat dalam struktur
hirarki hukum. Pertama, Puncak dari herarki adalah hukum abadi, yaitu pengaturan
rasional atas segala sesuatu di mana Tuhan yang menjadi penguasa alam semesta.
Kedua, di bawah hukum abadi adalah hukum kodrat, tidak lain adalah partisipasi
makhluk rasional di dalam hukum abadi.5 Ketiga, di bawah kodrat adalah hukum
positif atau hukum buatan manusia.6
        Pengembangan hukum Islam, disamping dilandasi oleh epistemologisnya
yang kokoh juga perlu memformulasikan dan merekonstruksi basis teorinya. Basis
teori hukum Islam sebagaimana dibahas oleh para ahli teori hukum islam terdahulu,
bahwa salah satu persyaratan penting mujtahid dalam melakukan ijtihadnya adalah
keharusan mengetahui tujuan ditetapkannya hukum dalam Islam. Pernyataan ini
untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Abd al-Malik al-Juwani, dilanjutkan oleh
Abu Hamid al-Gazali, diteruskan oleh Izzuddin ibn Abd al-Salam.7
        Basis teori ini secara sistematis dan rinci dikembangkan oleh Abu Ishaq al-
Syatibi dan dileberalisasikan oleh Najamuddin at-Tufi. Kajian utama dalam teori

3
  Ni’matul Huda, Kontribusi Pemikiran Untuk 50 Tahun Prof. Dr. Mahfud MD: Retrospeksi Terhadap
Masalah Hukum dan Kenegaraan (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), hlm. 305.
4
  Ni’matul Huda, Kontribusi Pemikiran Untuk 50 Tahun Prof. Dr. Mahfud MD: Retrospeksi Terhadap
Masalah Hukum dan Kenegaraan (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), hlm. 305.
5
  Dalam perwujudannya, hukum kodrat memiliki dua bentuk; pertama, kebijaksanaan atau kearifan
yang perlu untuk menjalani hidup dengan yang oleh Aquins sebut “akal praktis”, kedua, aeqitas
(equity, epiekeia), yaitu kewenangan pemerintah untuk meninggalkan ketentuan hukum jika penerapan
harfiahnya justru menghilangkan semangat kalimat-nya.
6
  E Sumaryono, Etika dan Hukum (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 18.
7
  Abd Salam Arif, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita: Kajian Pemikiran
Hukum Syaikh Mahmud Syaltut (Yogyakarta: LESFI,2003), hlm. 15.
3


maqasid al-syari’ah adalah mengenai tujuan hukum islam yang diwujudkan dalam
bentuk kemaslahatan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat.8 Oleh karena
itu, formulasi dan rekonstruksi peraturan perundang-undangan, tawaran teoritis dan
metode ijtihad apapun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hukum islam harus
mengacu pada terwujudnya kemaslahatan tersebut. Tentu yang dimaksud dengan
persoalan    hukum      dalam     hubungan ini        adalah persoalan-persoalan hukum
kontemporer yang menyangkut bidang mu’amalah.
        Penerapan hukum Islam di Indonesia, dalam proses pengambilan keputusan di
pengadilan itu selalu menjadi masalah. Selain itu, dari aspek kemajemukan
masyarakat bangsa, hukum yang berlaku juga sebaiknya menganut sistem hukum
nasional yang bersifat majemuk (pluralistic).9 Secara teoritik orang selalu mengaitkan
berlakunya hukum dengan kekuasaan terutama sekali kekuasaan negara. Indonesia
bukannya sebuah negara Islam tetapi sebuah negara nasional yang tidak memberi
tempat pada umat Islam untuk melaksanakan hukum Islam, tetapi juga pada umat-
umat agama yang lain.
        Secara faktual umat Islam Indonesia bukan hanya sekedar merupakan
kelompok mayoritas di Indonesia tetapi juga merupakan kelompok terbesar dari umat
Islam di dunia. Hukum Islam menempati posisi sangat strategis bukan saja bagi umat
islam indonesia tetapi bagi dunai Islam pada umumnya dan sekaligus juga menempati
posisi strategis dalam sistem hukum Indonesia, untuk dapat berlakunya hukum Islam
di Indonesia dalam bingkai sistem hukum nasional diperlukan hukum yang jelas dan
dilaksnakan baik oleh para aparat penegak hukum ataupun oleh masyarakat. Untuk
itu munculah gagasan dasar Kompilasi Hukum Islam (bingkai sistem hukum
nasional) untuk menjembatani penerapan hukum Islam di Indonesia.
        Penerapan hukum Islam di Indonesia masih menjadi pro dan kontra di
masyarakat. Pasca-orde baru, polemik seputar posisi syari’alt Islam dalam bingkai

8
 Ibid.
9
 Cik Hasan Bisri, et.al., Kompilasi Hukum islam dan Peradilan Agama di Indonesia (jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999), hlm. 5.
4


hukum negara modern lebih diwarnai dua pendekatan ekstrem. Di satu sisi, mereka
yang menghendaki penerapan total syari’at lewat jalur negara. Di sisi lain ada
kalangan yang menginginkan untuk menolak apa pun yang bernuansa syari’at dari
institusi negara.[13]10
           Untuk mendeskripsikan polemik tentang penerapan hukum Islam di indonesia
dalam bingkai hukum negara modern bisa digambarkan dengan Perspektif Etika
Politik dan Pemerintahan. Penerapan hukum islam (kompilasi Hukum Islam) dalam
perspektif etika politik dan pemerintahan dilihat dari 3 aspek : Aspek Regulasi,
Aspek Institusi (organisasi), dan Aspek Penegakan hukum (Law Enforcement).




10
     Gatra, 13 desember 2007.

More Related Content

What's hot

Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluanIlham Eka Pratama
 
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukumAwal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukumgreghendy
 
Kewarganegaraan kelompok 6
Kewarganegaraan kelompok 6Kewarganegaraan kelompok 6
Kewarganegaraan kelompok 6Maya Mardilla
 
Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X Dhudy_Hario
 
Perkembangan teori hukum revisi
Perkembangan teori hukum revisiPerkembangan teori hukum revisi
Perkembangan teori hukum revisijuniska efendi
 
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)Bagoes Prasetya
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukumKau Hatiku
 
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCESOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCEDian Oktavia
 
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan RakyatPengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan RakyatAdi Sudradjat
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukummudanp.com
 
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realismLatar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realismIsnaldi Utih
 
pengertian filsafat hukum
pengertian filsafat hukumpengertian filsafat hukum
pengertian filsafat hukumFitria Novita
 

What's hot (19)

Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
 
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukumAwal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
 
Kewarganegaraan kelompok 6
Kewarganegaraan kelompok 6Kewarganegaraan kelompok 6
Kewarganegaraan kelompok 6
 
Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X
 
Perkembangan teori hukum revisi
Perkembangan teori hukum revisiPerkembangan teori hukum revisi
Perkembangan teori hukum revisi
 
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
 
realisme hukum
 realisme hukum realisme hukum
realisme hukum
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukum
 
penyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukumpenyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukum
 
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCESOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
 
Filsafat hukum dan Teori Hukum
Filsafat hukum  dan Teori HukumFilsafat hukum  dan Teori Hukum
Filsafat hukum dan Teori Hukum
 
Teori Hukum Pembangunan
Teori Hukum PembangunanTeori Hukum Pembangunan
Teori Hukum Pembangunan
 
Teori Hukum
Teori HukumTeori Hukum
Teori Hukum
 
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan RakyatPengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum
 
SISTEM HUKUM INDONESIA
SISTEM HUKUM INDONESIASISTEM HUKUM INDONESIA
SISTEM HUKUM INDONESIA
 
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realismLatar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
 
Teori hukum part ii
Teori hukum part iiTeori hukum part ii
Teori hukum part ii
 
pengertian filsafat hukum
pengertian filsafat hukumpengertian filsafat hukum
pengertian filsafat hukum
 

Similar to Bab 1

Qanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasionalQanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasionalAgus Muqtafiy
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Hukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaHukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaDian Bulee
 
Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Ltfltf
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarSeptian Muna Barakati
 
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesiaHukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesiaSeptian Muna Barakati
 
Lembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesiaLembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesiaMeehawk
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxKEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxtegarizzulhaq
 
Konfigurasi politik dan legislasi
Konfigurasi politik dan legislasiKonfigurasi politik dan legislasi
Konfigurasi politik dan legislasiMuhsin Hariyanto
 
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptxKelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptxFirmanNasrul
 
Pengantar Ilmu Hukum.pptx
Pengantar Ilmu Hukum.pptxPengantar Ilmu Hukum.pptx
Pengantar Ilmu Hukum.pptxpelajarwajocom
 

Similar to Bab 1 (20)

Qanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasionalQanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasional
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
 
Hukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaHukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesia
 
Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Fiqh kel 2
Fiqh kel 2
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
 
Agro.agama
Agro.agamaAgro.agama
Agro.agama
 
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesiaHukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
 
Lembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesiaLembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesia
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxKEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
 
Konfigurasi politik dan legislasi
Konfigurasi politik dan legislasiKonfigurasi politik dan legislasi
Konfigurasi politik dan legislasi
 
PPT HUKUM ISLAM.pptx
PPT HUKUM ISLAM.pptxPPT HUKUM ISLAM.pptx
PPT HUKUM ISLAM.pptx
 
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptxKelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
Kelompok 4 Yurisprudensi-1 (1).pptx
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
Pengantar Ilmu Hukum.pptx
Pengantar Ilmu Hukum.pptxPengantar Ilmu Hukum.pptx
Pengantar Ilmu Hukum.pptx
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 

Bab 1

  • 1. BAB 1. PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menganut berbagai sistem hukum, yaitu sistem hukum adat, sistem hukum Islam, dan sistem hukum eks barat. Ketiga sistem hukum dimaksud, berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Namun demikian, sesudah Indonesia merdeka ketiga sistem dimaksud, akan menjadi bahan baku dalam pembentukan sistem hukum nasional di Indonesia.1 Negara Indonesia merupakan negara yang plural (majemuk). Kemajemukan Indonesia ini ditandai dengan adanya berbagai agama yang dianut oleh penduduk, suku bangsa, golongan, dan ras. Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia atas nash al-Qur’an maupun As-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia yang berlaku secara universal-relevan pada setiap zaman (waktu) dan Makan (ruang) manusia. Keuniversalan hukum Islam ini sebagai kelanjutan langsung dari hakekat Islam sebagai agama universal, yakni agama yang substansi – substansi ajaran-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu manusia, melainkan berlaku bagi semua orang Islam di mana pun, kapan pun, dan kebangsaan apa pun Istilah hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan dari al-fiqh al-islamiy , atau dalam konteks tertentu disebut al-syari’ah al-islamiy. Istilah ini dalam literatur Barat dikenal dengan idiom islamic law.2 T.M. Hasbi Ash- Shidieqy mengutip pendapat Syeikh Mahmud Syaltut, bahwa syari’at atau hukum islam adalah hukum-hukum dan tata aturan yang ditetapkan Allah buat hamba-Nya untuk diikuti dan dilaksanakan dalam hubungannya dengan Allah dan hubungan manusia sesamanya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Rasul-Nya, Ijma’ sahabat 1 Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 77. 2 Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial (Jakarta; Penamadani, 2004), hlm. 7. 1
  • 2. 2 dan Ijtihad dengan perantara qias, qarienah, tanda-tanda dan dalil-dalil.3 Kalau kita lihat di dalam aspek politik hukum Islam adalah membangun tata cara kehidupan dan penghidupan yang diatur dan damai, berdasarkan hukum-hukum perdamaian yang harus terus menerus diperjuangkan.4 Penetapan hukum Islam mempunyai herarki, yaitu yang paling utama merujuk Al-Qur’an, kemudian Sunnah, Ijma dan Qiyas. Dalam konteks hukum modern pun herarki yang paling puncak adalah berdasarkan ketuhanan. Hal ini diungkapkan oleh Thomas Aquinas, Thomas Aquinas menentukan posisi hukum kodrat dalam struktur hirarki hukum. Pertama, Puncak dari herarki adalah hukum abadi, yaitu pengaturan rasional atas segala sesuatu di mana Tuhan yang menjadi penguasa alam semesta. Kedua, di bawah hukum abadi adalah hukum kodrat, tidak lain adalah partisipasi makhluk rasional di dalam hukum abadi.5 Ketiga, di bawah kodrat adalah hukum positif atau hukum buatan manusia.6 Pengembangan hukum Islam, disamping dilandasi oleh epistemologisnya yang kokoh juga perlu memformulasikan dan merekonstruksi basis teorinya. Basis teori hukum Islam sebagaimana dibahas oleh para ahli teori hukum islam terdahulu, bahwa salah satu persyaratan penting mujtahid dalam melakukan ijtihadnya adalah keharusan mengetahui tujuan ditetapkannya hukum dalam Islam. Pernyataan ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Abd al-Malik al-Juwani, dilanjutkan oleh Abu Hamid al-Gazali, diteruskan oleh Izzuddin ibn Abd al-Salam.7 Basis teori ini secara sistematis dan rinci dikembangkan oleh Abu Ishaq al- Syatibi dan dileberalisasikan oleh Najamuddin at-Tufi. Kajian utama dalam teori 3 Ni’matul Huda, Kontribusi Pemikiran Untuk 50 Tahun Prof. Dr. Mahfud MD: Retrospeksi Terhadap Masalah Hukum dan Kenegaraan (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), hlm. 305. 4 Ni’matul Huda, Kontribusi Pemikiran Untuk 50 Tahun Prof. Dr. Mahfud MD: Retrospeksi Terhadap Masalah Hukum dan Kenegaraan (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), hlm. 305. 5 Dalam perwujudannya, hukum kodrat memiliki dua bentuk; pertama, kebijaksanaan atau kearifan yang perlu untuk menjalani hidup dengan yang oleh Aquins sebut “akal praktis”, kedua, aeqitas (equity, epiekeia), yaitu kewenangan pemerintah untuk meninggalkan ketentuan hukum jika penerapan harfiahnya justru menghilangkan semangat kalimat-nya. 6 E Sumaryono, Etika dan Hukum (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 18. 7 Abd Salam Arif, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita: Kajian Pemikiran Hukum Syaikh Mahmud Syaltut (Yogyakarta: LESFI,2003), hlm. 15.
  • 3. 3 maqasid al-syari’ah adalah mengenai tujuan hukum islam yang diwujudkan dalam bentuk kemaslahatan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat.8 Oleh karena itu, formulasi dan rekonstruksi peraturan perundang-undangan, tawaran teoritis dan metode ijtihad apapun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hukum islam harus mengacu pada terwujudnya kemaslahatan tersebut. Tentu yang dimaksud dengan persoalan hukum dalam hubungan ini adalah persoalan-persoalan hukum kontemporer yang menyangkut bidang mu’amalah. Penerapan hukum Islam di Indonesia, dalam proses pengambilan keputusan di pengadilan itu selalu menjadi masalah. Selain itu, dari aspek kemajemukan masyarakat bangsa, hukum yang berlaku juga sebaiknya menganut sistem hukum nasional yang bersifat majemuk (pluralistic).9 Secara teoritik orang selalu mengaitkan berlakunya hukum dengan kekuasaan terutama sekali kekuasaan negara. Indonesia bukannya sebuah negara Islam tetapi sebuah negara nasional yang tidak memberi tempat pada umat Islam untuk melaksanakan hukum Islam, tetapi juga pada umat- umat agama yang lain. Secara faktual umat Islam Indonesia bukan hanya sekedar merupakan kelompok mayoritas di Indonesia tetapi juga merupakan kelompok terbesar dari umat Islam di dunia. Hukum Islam menempati posisi sangat strategis bukan saja bagi umat islam indonesia tetapi bagi dunai Islam pada umumnya dan sekaligus juga menempati posisi strategis dalam sistem hukum Indonesia, untuk dapat berlakunya hukum Islam di Indonesia dalam bingkai sistem hukum nasional diperlukan hukum yang jelas dan dilaksnakan baik oleh para aparat penegak hukum ataupun oleh masyarakat. Untuk itu munculah gagasan dasar Kompilasi Hukum Islam (bingkai sistem hukum nasional) untuk menjembatani penerapan hukum Islam di Indonesia. Penerapan hukum Islam di Indonesia masih menjadi pro dan kontra di masyarakat. Pasca-orde baru, polemik seputar posisi syari’alt Islam dalam bingkai 8 Ibid. 9 Cik Hasan Bisri, et.al., Kompilasi Hukum islam dan Peradilan Agama di Indonesia (jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 5.
  • 4. 4 hukum negara modern lebih diwarnai dua pendekatan ekstrem. Di satu sisi, mereka yang menghendaki penerapan total syari’at lewat jalur negara. Di sisi lain ada kalangan yang menginginkan untuk menolak apa pun yang bernuansa syari’at dari institusi negara.[13]10 Untuk mendeskripsikan polemik tentang penerapan hukum Islam di indonesia dalam bingkai hukum negara modern bisa digambarkan dengan Perspektif Etika Politik dan Pemerintahan. Penerapan hukum islam (kompilasi Hukum Islam) dalam perspektif etika politik dan pemerintahan dilihat dari 3 aspek : Aspek Regulasi, Aspek Institusi (organisasi), dan Aspek Penegakan hukum (Law Enforcement). 10 Gatra, 13 desember 2007.